• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemimpinan Efektif dan Tidak Efektif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " Kepemimpinan Efektif dan Tidak Efektif"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

(2)
(3)

Lama berlalu digantikan Orde Baru. Ibarat lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.

(4)

dalam menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka peningkatan ketahanan nasional.

(5)

direnungkan bersama adalah masihkan kita dapat mengharapkan kepemimpinan nasional saat ini mampu meningkatkan dan mempertahankan ketahanan nasional dalam kaitannya dengan penjagaan keutuhan NKRI? Dengan kata lain, bagaimanakah efektivitas kepemimpinan nasional di era reformasi terhadap peningkatan ketahanan nasional? Persoalan utama ini tentunya amat menarik untuk dijadikan bahan kajian dan analisis dalam rangka menginspirasi setiap anak bangsa, teristimewa para pemimpin nasional, dalam mencari formula kepemimpinan nasional yang baik, efektif dan efisien di masa mendatang.

B. Tujuan Penulis

Makalah ini kami susun selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan

Pancasila , juga kami memiliki tujuan agar dapat membantu menambah referensi

mengenai sistem hukum yang ada diindonesia

C. Metode Penulisan

Metode yang kami gunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode daftar pustaka.

Dimana metode ini kami pilih untuk bahan sumber serta pedoman untuk kami dalam

menyusun makalah ini.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah :

Yaitu membahas tentang “upaya menciptakan kepemimpinan nasional yang demokratis

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Kepemimpinan

(7)

dan terus berkembang hingga sekarang. Berikut adalah perkembangannya mulai dari Great Man Theories, Trait Theories, Behaviourist Theories, Situational Leadership, Contingency Theory, dan Transactional Theory sampai dengan Transformational Theory atau kepemimpinan transformasional (Bolden et al. (2003). Transformational theory sebagai pendekatan yang paling terakhir berkembang, dimulai oleh James MacGregor Burns dengan bukunya ‘Leadership’. Menurut Burns, kepemimpinan transformasional adalah suatu hubungan yang bersifat mutual dan menuju kearah peningkatan yang bisa merubah pengikut menjadi pemimpin dan dapat merubah pemimpin menjadi agen moral. Lebih lanjut Burns menyatakan kepemimpinan transformasional terjadi ketika satu orang atau lebih saling berinteraksi dimana mereka saling mempengaruhi sehingga baik si pemimpin dan sang pengikut mencapai tingkat motivasi dan moral yang lebih tinggi.

1. Kepemimpinan Transaksional dan Transfomasional

Pengembangan lebih lanjut oleh Stephen Covey (1992) dalam bukunya ‘Principle-Centred Leadership’ menyatakan perbedaan antara pemimpin transaksional dan pemimpin transformasional sebagai berikut:

Kepemimpinan Transaksional:

- Berdasarkan keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan;

(8)

- Berdasarkan kejadian sehari-hari;

- Pencapaian tujuan jangka pendek dan orientasi pada data yang nyata;

- Fokus pada masalah taktis;

- Mengandalkan hubungan yang baik untuk interaksi antar sesama;

- Memenuhi peran yang diharapkan melalui kerja yang efektif sesuai dengan system; dan

- Mendukung sistem dan struktur yang menghasilkan dan memaksimalkan efisiensi dan menjamin keuntungan dalam jangka pendek.

Kepemimpinan Transformasional:

- Berdasarkan kebutuhan seseorang untuk suatu arti;

- Dimulai dengan tujuan dan nilai-nilai, moral dan etika;

- Lebih dari (diatas) kejadian sehari-hari;

- Pencapaian tujuan jangka panjang tanpa mengkompromikan nilai-nilai dan prinsip;

- Fokus pada misi dan strategi;

(9)

- Mendesain dan me-re-desain pekerjaan supaya menjadi lebih berarti dan menantang; dan

- Menyesuaikan struktur dan sistem internal untuk pencapaian nilai dan tujuan.

(10)

2 . Kepemimpinan Efektif dan Tidak Efektif

Pengembangan lebih lanjut dari teori kepemimpinan transformasional adalah oleh Hooper dan Potter (1997) yang mengidentifikasi tujuh kompetensi inti dari ‘transcendent leaders”; yaitu pemimpin yang mampu mengikat dukungan emosi dari para pengikutnya dan mampu dengan efektif melakukan perubahan yang transenden (Bolden et al., 2003): Menentukan tujuan, Memberikan contoh, Komunikasi, Melakukan harmonisasi, Mengeluarkan kemampuan terbaik dari pengikutnya, Menjadi agen perubahan, Memberikan keputusan di saat kritis dan kebingungan. Hamlin (2002) dalam Bolden et al,. 2003 mengajukan model generik untuk manajer dan kepemimpinan yang efektif berdasarkan analisa peta perilaku kepemimpinan dan manajemen di 4 organisasi sektor publik di UK; yang dibedakan menjadi indikator-indikator positif dan negatif:

Indikator Positif, meliputi:

1. Kemampuan berorganisasi yang efektif dan manajemen perencanaan;

2. Kepemimpinan partisipatif dan supportif, kepemimpinan tim proaktif;

3. Empowerment dan delegasi;

4. Memperhatikan keadaan, kebutuhan, dan perkembangan anggota;

(11)

6. Berkomunikasi dan berkonsultasi dengan semua pihak.

Indikator Negatif, meliputi:

1. Tidak memperhatikan pendapat sekitar (manajemen otokratik);

2. Tidak memperhatikan orang lain, tidak melayani, berperilaku mengintimidasi;

3. Membiarkan kinerja yang buruk dan standar yang rendah;

4. Menyerahkan peran dan tanggungjawabnya ke orang lain; dan

5. Menolak ide-ide baru.

Hamlin (2007) mendapatkan hasil yang mirip untuk kepemimpinan yang efektif, yakni:

Perilaku Positif (kepemimpinan efektif), meliputi:

- Menunjukkan perhatian kepada orang lain (rakyat), merespon terhadap kebutuhan mereka;

- Berkonsultasi dan melibatkan orang lain dalam pengambilan keputusan;

(12)

- Mendorong semua pihak (sektor swasta dan masyarakat) untuk bertindak dan bekerja atas inisiatifnya masing-masing;

- Mengakui kerja keras dan komitmen orang lain;

- Menggunakan informasi, pengetahuan dan pengalaman secara efektif untuk pengambilan keputusan;

- Manajemen perencanaan proyek yang efektif;

- Mencari cara peningkatan berkelanjutan di atas segala permasalahan dan hambatan yang ada;

- Selalu siap menghadapi permasalahan yang sulit dan sensitif;

- Menunjukkan semangat dan antusiasme yang tinggi;

- Menyampaikan pertanggung-jawaban kepada rakyat tentang apa yang sudah dilakukan secara periodik, transparan dan akuntabel;

- Gaya komunikasi yang langsung, terbuka, jujur;

- Mendidik, melatih dan mengembangkan kemandirian anggota masyarakat sesuai dengan pengalaman dan potensinya;

- Menunjukkan perilaku yang patut dicontoh; dan

(13)

Perilaku Negatif (kepemimpinan tidak efektif), meliputi:

- Tidak menunjukkan komitmen dan perhatian terhadap orang lain (rakyat) dan tidak menghargai sumbangsih kerja mereka;

- Tidak melibatkan orang lain dalam pengambilan keputusan;

- Tidak bertanggung jawab, merasa memiliki atau akuntabel;

- Reaktif, fokus pada hal kecil bukan pada keseluruhan permasalahan;

- Membatalkan atau mengatur ulang rapat pada saat-saat terakhir;

- Bersikap emosional, irasional dan temperamental;

- Komunikasi yang tidak jelas atau membingungkan;

- Tidak berkomunikasi atau menguasai perubahan secara efektif;

- Gagal mencapai persetujuan atau mengklarifikasi harapan;

- Menunjukkan keengganan untuk berhadapan dengan konflik;

- Menunjukkan ketidakterbukaan dan fokus pada halangan-halangan;

- Membiarkan standar dan kinerja yang rendah; dan

(14)

Negara Indonesia dibentuk dalam kerangka mencapai tujuan nasional Indonesia Merdeka yakni sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Hal tersebut tentunya harus dimaknai bahwa keberhasilan bangsa Indonesia sebagai suatu negara akan diukur dari seberapa jauh tingkat kemampuan Pemerintah bersama rakyatnya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, aman, adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut, pengorganisasian seluruh rakyat dan segala sumber daya yang tersedia amat penting dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dalam hal pengelolaan organisasi negara inilah, faktor kepemimpinan nasional amat menentukan.

(15)

negara sebagaimana tercantum dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945 belum tercapai, bahkan seakan tiada akan terwujud.

Irman Gusman mencatat bahwa belakangan ini terdapat berbagai persoalan yang menjadi menu keseharian rakyat Indonesia, mulai dari masalah makelar kasus, manipulasi pertanahan dan kisruh agraria di mana-mana, penegakan hukum yang hanya berpihak kepada kelompok tertentu, hingga penggelapan pajak triliunan rupiah adalah cerita miris yang menghimpit setiap nurani kita. Masih banyak kisah pilu lainnya yang mendera bangsa ini. Pemandangan penggusuran paksa, konflik-konflik bernuansa SARA, tawuran antar desa, antar sekolah, antar kampus, antar komunitas hingga ke persoalan separitisme Organisasi Papua Merdeka, Republik Maluku Selatan, dan lain-lain, masih menghiasi layar media massa kita hari-hari ini. Di lain waktu kita juga disugihi informasi tentang hingar-bingarnya pola hidup hedonis-materialistis dari sebagian masyarakat di tataran elit yang lebih beruntung nasibnya secara materil dari kebanyakan rakyat di negara ini. Belum lagi jika kita lihat secara vulgar strategi berpolitik para elit politik bangsa yang hampir seluruhnya menerapkan pola politik uang, sebuah kehidupan politik yang oleh sebagian pihak menyebutnya sebagai sistem penerapan demokrasi yang tidak manusiawi. Negeri ini sedang mengalami kerapuhan di segala bidang yang menjurus kepada perpecahan dan disintegrasi bangsa. (Irman Gusman, 2011).

(16)

kebangsaan dan kenegaraan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Komisi Pemberantasan Korupsi misalnya, diadakan sejak pemerintahan Presiden Megawati Sukarno Putri untuk menangani perkara korupsi yang dikategorikan sebagai the extra-ordinary crime, yang telah menggurita secara luar biasa di berbagai lapisan masyarakat kita. Sebagaimana yang diketahui bersama, hingga saat ini KPK belum mampu menuntaskan kasus korupsi yang melibatkan elite partai politik, pejabat tinggi negara, maupun birokrat. Pada tataran yang lebih penting, mendesak, dan amat fundamental bagi rakyat, yakni menyangkut kehidupan sehari-hari rakyat, terlihat bahwa pemerintah masih kesulitan mengendalikan kenaikan harga bahan pokok yang semakin hari semakin membumbung tak terjangkau oleh rakyat kebanyakan. Pangan seakan menjadi barang langka dan sulit diakses oleh masyarakat. Ketahanan pangan menjadi pertaruhan bagi kelangsungan hidup rakyat, yang sekaligus juga menjadi salah satu indikator penentu kuat-lemahnya ketahanan nasional Indonesia.

4. Ketahanan Nasional dan Efektivitas Kepemimpinan Nasional

(17)
(18)

nasional yang mengindikasikan ketidak-terlibatan pihak-pihak terkait dalam pengambilan keputusan, yang pada intinya adalah penghindaran atas sikap bertanggung jawab terhadap tugas dan tanggung jawab yang diberikan serta egoisme sektoral, juga menjadi contoh lainnya dari kurang efektifnya kepemimpinan nasional Indonesia. Sikap emosional, irasional dan perilaku temperamental sering menjadi tontonan “unik” yang diperlihatkan para pemimpin nasional di negeri ini. Hal tersebut berdampak kepada munculnya komunikasi yang tidak jelas dan membingungkan sehingga bermuara kepada gagalnya pencapaian kesepahaman dan kesepakatan untuk kepentingan bangsa dan negara. Selain itu, seringnya pemimpin nasional menunjukkan keengganan untuk menghadapi perbedaan pendapat, apalagi konflik, dan bersikap tertutup terhadap kinerja pelayanan publik yang sudah dilaksanakan, mencerminkan ketidak-mampuan kepemimpinan nasional menjalankan fungsinya sebagai pemimpin nasional. Tambahan lagi, ketidak-becusan para pimpinan nasional untuk memperbaiki dan meningkatkan standar dan kinerja pemerintahan dalam melayani rakyat yang diakibatkan oleh ketidak-siapan menjadi pemimpin nasional serta perencaan yang kurang matang sebagai dampak sistim rekrutmen pemimpin melalui politik transaksional, menjadikan efektivitas kepemimpinan nasional bertambah buruk.

B . Kondisi Ideal dan Upaya

(19)

Oleh karena itu, tidak heran jika keinginan melepaskan diri dari NKRI akan tetap subur di tengah masyakarat Indonesia, khususnya bagi mereka yang secara ekonomi-politik termarginalkan. Kasus-kasus perbatasan dan gerakan-gerakan disintegrasi di beberapa wilayah dan di kota-kota – semisal NII, JI, Papua Merdeka, dan sebagainya – adalah sedikit contoh dari fenomena nyata di depan mata saat ini. Jika pola kepemimpinan nasional yang kurang efektif ini tidak diperbaiki dengan segera, bukan tidak mungkin kondisi tersebut akan dimanfaatkan oleh pihak-pihak berkepentingan baik di dalam negeri maupun luar negeri untuk memporak-porandakan keutuhan NKRI.

(20)

dalam gerak-dinamis pembangunan bangsa, memberi penghargaan atas hasil karya dan kerja keras yang sudah dilakukan, serta memelihara komitmen terhadap konsekwensi sebagai pemimpin nasional. Penting sekali juga untuk senantiasa mengupayakan peningkatan kinerja kepemimpinan nasional, baik untuk diri sendiri sang pemimpin maupun untuk kinerja organisasi (termasuk sub sistem) bangsa dan negara yang dipimpinnya. Hal itu akan memberikan dorongan yang kuat tidak hanya bagi pencapaian tujuan negara dengan lebih cepat tetapi juga dengan hasil yang berkualitas tinggi.

(21)

BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan

(22)

dapat terlihat dari masih adanya dinamika disintegrasi yang muncul akibat masih tingginya angka kemiskinan, kemelaratan, dan kebodohan di masyarakat Indonesia.

2. Saran

(23)

Daftar Pustaka

Bolden, R., Gosling, J., Marturano, A. and Dennison, P. 2003. A Review of Leadership Theory and Competency Frameworks. Centre for Leadership Studies, University of Exeter. UK.

Hamlin, R. 2007. Developing effective leadership behaviours: the value of evidence based management. Business Leadership Review IV:IV October 2007, UK

Irman Gusman, 2011, Dokumen Pidato dan Orasi Ilmiah ketua DPD-RI Tahun 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Meminimalisir perceived risk dapat dilakukan dengan cara menghindari beberapa hal yang mungkin terjadi seperti banyaknya waktu yang terbuang oleh customer dalam mencari produk

Informasi yang menerpa seseorang juga dapat berasal dari komunikasi yang dilakukan seorang individu dengan individu lainnya. Komunikasi interpersonal yang mengandung informasi

Pada pengujian sediaan gel mulut berbahan aktif ekstrak daun sirih hitam Kalimantan dengan basis utama yakni Hydroxy Ethyl Cellulose (HEC) secara in vitro, dapat diketahui

Melalui peristiwa kenaikan harga bahan bakar minyak, partisipatory culture terjadi. Secara terbuka, QHWL]HQ yang bertindak sebagai pengguna media baru mengeluarkan

Setiap variabel yang menyusun titik-titik koordinat yang sudah diurutkan nilainya pada kontainer digunakan untuk membuat bidang-bidang grid 2 dimensi yang merupakan bagian

Tujuan rancang bangun trainer Yamaha Mio-J YMJet-FI ini adalah untuk mengetahui cara kerja sistem EFI Yamaha Mio-J, mengetahui komponen-komponen apa saja yang

Hal inilah yang mendorong para pengurus dan guru di TPQ Manbaul Ulum untuk mengumpulkan para alumni agar mereka mendapatkan bimbingan yang berkelanjutan setelah mereka

Berdasarkan polusi udara (bau) terdapat 23 orang (57,5%) terganggu, bau busuk ini tidak bisa diterima oleh masyarakat dalam intensitas dan konsentrasi yang tinggi karena akan