• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Seksual Pada Lansia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " Perubahan Seksual Pada Lansia"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Perubahan Seksual Pada Lansia

A. Defenisi Masa Usia Lanjut ( Late Adulthood)

Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu

suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih

menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.

Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi,

aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).

Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses

penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menyrunnya daya tahan fisik yaitu semakin

rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi,

penduduk usia lanjut lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya.

(2)

dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat. Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri.

Di negara barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini terlihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Menurut Bernice

Neugarten (1968) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran.

Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen . Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda.

Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan-kesempatan untuk tumbuh

berkembang dan bertekad berbakti . Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan sikap-sikap yang berkisar antara kepasrahan yang pasif dan pemberontakan , penolakan, dan keputusasaan. Lansia ini menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan demikian

semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri.

Disamping itu untuk mendefinisikan lanjut usia dapat ditinjau dari pendekatan

kronologis. Menurut Supardjo (1982) usia kronologis merupakan usia seseorang ditinjau dari hitungan umur dalam angka. Dari berbagai aspek pengelompokan lanjut usia yang paling mudah digunakan adalah usia kronologis, karena batasan usia ini mudah untuk diimplementasikan,

(3)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu usia pertengahan (middle age) 45 – 59 tahun, lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old)

75 – 90 tahun dan usia sangat tua(very old) diatas 90 tahun.

Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun keatas, tidak mempunyai

penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan

kelompok umur yang mencapai tahap praenisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahantubuh/kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya. Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum

dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun keatas. Dengan

demikian dalam undang – undang tersebut menyakatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas. Namun demikian masih terdapat perbedaan dalam menetapkan batasan usia seseorang untuk dapat dikelompokkan ke dalam penduduk lanjut usia.

B. Perubahan-Perubahan Fisik Dan Psikis Yang Terjadi Pada Masa Usia Lanjut Perubahan-perubahan yang umum terlihat pada masa usia lanjut adalah ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Baik pria maupun wanita, pada usia lanjut mereka akan melakukan penyesuaian diri agar mereka tampak siap dan sesuai dengan masa usia

(4)

terutama adalah terjadinya kemunduran fisik dan mental yang berlangsung secara perlahan dan bertahap.

1. Perubahan Fisik Pada Masa Usia Lanjut

Dengan bertambahnya usia, secara umum kekuatan dan kualitas fisik juga fungsinya

mulai terjadi penurunan. Penurunan ini bisa berlangsung secara perlahan bahkan bisa terjadi secara cepat tergantung dari kebiasaan hidup pada masa usia muda. Beberapa perubahan

gangguan fisik yang timbul adalah sebagai berikut : a. Perubahan pada kulit

Kulit wajah, leher, lengan dan tangan menjadi lebih kerung dan keriput, kulit di bagian bawah

mata membentuk seperti kantung dan lingkaran hitamdibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas, warna merah kebiruan sering muncul disekitar lutut dan di tengah tengkuk.

b. Perubahan otot

Pada umumnya otot orang berusia madya menjadi lembek danmengendur di sekitar dagu, lengan bagian atas, dan perut.

c. Perubahan pada persendian

Masalah pada persendian terutama pada bagian tungkai dan lengan yang membuat mereka

menjadi agak sulit berjalan. d. Perubahan pada gigi

Gigi menjadi kering, patah, dan tanggal sehingga kadang-kadang memakai gigi palsu.

(5)

Mata terlihat kurang bersinar dan cenderung mengeluarkan kotoran yang menumpuk di susdut mata, kebanyakan menderita presbiop atau kesulitanmelihat jarak jauh, menurunnya akomodasi

karena menurunnya elastisitas mata f. Perubahan pada telinga

Fungsi pendengaran sudah mulai menurun, sehingga tidak sedikit yang mempergunakan alat

bantu pendengaran.

g. Perubahan pada sistem pernafasan

Nafas menjadi lebih pendek dan sering tersengal-sengal, hal ini akibat terjadinya penurunan kapasitas total paru-paru, residu volume paru dan konsumsi oksigen basal, ini akan menurunkan fleksibilitas dan elastisitas dari paru.

Selain ganggunan fisik yang bisa terlihat secara langsung, dengan bertambahnyausia sering pula disertai dengan perubahan-perubahan akibat penyakit kronis, obat-obatyang diminum akibat operasi yang menyiksa kesusahan secara fisik dan psikologis. Beberapa gangguan fisik

pada bagian dalam tersebut seperti :

a. Perubahan pada sistem syaraf otak

Umumnya mengalami penurunan ukuran, berat,dan fungsi contohnya kortek serebri mangalami atropi.

b. Perubahan pada sistem cardiovascular

(6)

Misal diabetes melistus (DM), penyakit cardiovaskuler, hipertensi,gagal ginjal, kanker, dan masalah yang berhubungan dengan persendian dan syaraf.

d. Beberapa operasi

Seperti prostatectomy, histrectomy, dan mastectomy.Hasil penelitian menunjukkan timbulnya masalah prostatectomy meliputi gagal ereksimencapai 12 % sampai timbulnya masalah tidak

tercapainya ejakulasi sebesar 24 %,kanker prostate dan operasi prostad (hilangnya libido, gagal ereksi, volume ejakulasi).

e. Perubahan pada sistem ginjal, kandung kencing, dan ureter

Mengalami penurunanefisiensi, jumlah sel dalam ginjal mengalami penurunan menyebabkan gangguan pengeluaran toksin dan air dari tubuh.

2. Perubahan Psikis Pada Masa Usia Lanjut

Gangguan psikologis paling umum yang berpengaruh pada orang tua adalah timbulnya depresi, dimensia, dan mengigau. Hal ini lebih sering diakibatkan oleh perasaan sudah tua, sudah pikun, dan secara fisik sudah tidak menarik bagi pasangan. Perubahan akibat depresi dan

dimensia bahkan sering mengganggu prilaku seksual termasuk gangguankhayal yang dikaitkan dengan kecemburuan phatologis.Secara umum beberapa gangguan psikologis yang timbul adalah

:

a. Kecemasan (angietas) b. Depresi

(7)

d. Masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa takut akan gagal dalam berhubungan seksual. Khusus pada perempuan, ada beberapa gangguan yang sangat berpengaruh besar

terhadap sisi kewanitaannya seperti :

1) Penurunan sekresi estrogen setelah menopause 2) Hilangnya kelenturan/elastisitas jaringan payudara

3) Cerviks yang menyusut ukurannya

4) Dinding vagina atropi ukurannya memendek

5) Berkurangnya pelumas vagina

6) Matinya steroid seks secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas seks 7) Perubahan ageing meliputi penipisan bulu kemaluan, penyusutan bibir

kemaluan, penipisan selaput lendir vagina dan kelemahan otot perineal.

Ada prinsip perkembangan yang dinamakan multidirectional, dimana beberapa

komponen menunjukkan pertumbuhan dan komponen lainnya malah menurun, lansia akan semakin arif, tapi menurun dalam tugas yang membutuhkan kecepatan memproses informasi, misalnya lansia baru mempelajari komputer. Disamping itu ada beberapa gangguan mental yang

paling umum yang berpengaruh pada orang tua adalah depresi, dimensia dan menggigau prilaku seksual mungkin berubahsecara signifikan pada depresi dan dimensia.

C. Masalah Seksual Pada Masa Usia Lanjut

Sejalan dengan bertambahnya usia, masalah seksual merupakan masalah yang

tidak kalah pentingnya bagi pasangan usia lanjut. Masalah ini meliputi ketakutan akan

berkurangnya atau bahkan tidak berfungsinya organ sex secara normal sampai ketakutan akan

(8)

suatu keadaan dimana yang meliputi berkurangnya respon erotis terhadap orgasme, ejakulasi prematur, dan sakit pada alat kelamin sewaktu masturbasi.

Disfungsi seksual merupakan masalah yang umum dialami oleh kelompok usia lanjut, baik pria maupun wanita. Banyak kelompk usia lanjut yang merasa terganggu dengan disfungsi seksual yang dialaminya. Di pihak lain, mereka mengalami hambatan psikis untuk berupaya

mengatasi masalah itu. Hambatan psikis antara lain muncul karena sikap masyarakat yang menganggap tidak layak lagi pada usia lanjut mempermasalahkan fungsi seksual. Padahal

sebagai manusia seksual, walaupun berusia lanjut, wajar saja mereka mempermasalahkan

keluhan seksual yang meraka rasakan mengganggu. Masalah seksual memang dapat dialami oleh siapa saja dari kelompok usia manapun, dan mereka sangat memerlukan penganganan.

Alexander dan Allison mengatakan bahwa pada dasarnya perubahan fisiologik yang terjadi pada aktivitas seksual pada usia lanjut biasanya berlangsung secara bertahap dan

menunjukkan status dasar dari aspek vaskular, hormonal dan neurologiknya. Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :

1. Fase desire

Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan kultural, kesemasan

akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia wanita mungkin menurun seiring makin lanjutnya usia, tetapi bias bervariasi. Interval untuk meningkatkan hasrat seksual pada lansia pria meningkat serta testoteron menurun secara bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi

libido.

(9)

Lansia wanita : pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan flushing, elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot; iritasi uretra dankandung kemih.

Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat; penurunan

produksi sperma sejak usia 40 tahun akibat penurunan testoteron; elevasitestis ke perineum lebih lambat.

3. Fase orgasmic

Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit konstraksi kemampuan

mendapatkan orgasme multipel berkurang.

Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan jumlah konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun.

4. Fase pasca orgasmic

Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai timbulnya faseorgasme

berikutnya lebih sukar terjadi.

Disfungsi seksual pada lansia tidak hanya disebabkan oleh perubahan fisiologik saja,terdapat banyak penyebab lainnya seperti:

1. Penyebab iatrogenic

Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang mungkin membuat

adekuat konseling tentang efek prosedur operasi terhadap fungsi seksual. 2. Penyebab biologik dan kasus medis

Hampir semua kondisi kronis melemahkan baik itu berhubungan langsung atau tidak dengan

seks dan system reproduksi mungkin memacu disfungsi seksual psikogenik. Beberapa masalag umum yangs sering timbul dalam gangguan seksual pada lansia adalah sebagai berikut :

(10)

b. Tahap pemanasan c. Orgasme

d. Rasa nyeri e. Sakit fisik f. Obat dan alkohol

g. Gangguan yang tidak khusus

Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan seksual antara lain :

1. Infark miokard

Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien segan untuk terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark.

2. Pasca stroke

Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena pasien mengalami

anxietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas, takut akan kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan atau rasa bersalah dan malu atassituasi. Pola seksual termasuk kuantitas dan kualitas aktivitas seksual sebelum stroke sangat penting untuk diketahui

sebelum nasehat spesifik tentang aktivitas seksual ditawarkan. Karena sistem saraf otonomik jarang mengalami kerusakan pada stroke, maka responseksual mungkin tidak

terpengaruh. Libido biasanya tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi

permanentmaka diperlukan penyesuaian pada aktivitas seksual. Perubahan penglihatan mungkin membatasi pengenalan orang atau benda-benda, dalam beberapa kasus, pasien dan pasangannya

(11)

tehnik “bercinta” alternatif. Kehilangan kemampuan bicara mungkin memerlukan sistem non-verbal untuk berkomunikasi.

3. Kanker

Masalah seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai organ-organ seksual. Baik operasi maupun pengobatan mengubah citra diri dan dapat menyebabkan disfungsi seksual (kekuatan

dan libido) untuk sementara waktu saja, walaupun tidak ada kerusakan saraf. 4. Diabetes mellitus

Diabetes menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus menyebabkan neuropatiautonomik. Hal ini mungkin menyebabkan disfungsi ereksi dan disfungsi vasokonstriksiyang memberikan kontribusi untuk terjadinya disfungsi seksual.

5. Arthritis

Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau kontraktur fleksi

mungkin mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri dan kaku mungkin berkurang dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum aktivitas seksual.

6. Rokok dan alkohol

Pengkonsumsian alkohol dan rokok tembakau mengurangi fungsi seksual, khususnya bilaterjadi kerusakan hepar yang akan mempengaruhi metabolisme testoteron. Merokok jugamungkin

mengurangi vasokongesti respon seksual dan mempengaruhi kemampuan untuk mengalami kenikmatan.

7. Penyakit paru obstruktif kronik

Pada penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena adanya kelelahan umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual mungkin dapat menyebabkan dispnoe,

(12)

8. Obat-obatan

Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain beberapa obat

anti hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif, dan lain-lain.

D. Perubahan Seksualitas Pada Pria Lansia

Seiring proses penuaan, kemampuan seksualitasi juga akan mengalami penurunan. Kemampuan untuk mempertahankan seks yang aktif sampai usia lanjut bergantung hanya

pada beberapa faktor yaitu kesehatan fisik dan mental, dan eksistensi yang aktif serta pasangan yang menarik. Perubahan perilaku sekspada pria yang memasuki masa tua meliputi

berkurangnya respon erotis terhadap orgasme, ejakulasi premature, dan sakit pada alat kelamin

sewaktu masturbasi.

Beberapa perubahan masalah seksualitas yang terjadi pada pria lansia adalah :

1. Produksi testoteron menurun secara bertahap. Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan . Testis menjadi lebih kecil dan kurang produktif. Tubular

testis akan menebal dan berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan proses spermatogenesis, dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk membuahi

ovum.

2. Kelenjar prostat biasanya membesar, di mana hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas usia 40 tahun dan 90% pria diatas usia 80 tahun. Dan hipertrofi prostat jinak ini

memerlukan terapi.

3. Respon seksual terutama fase penggairahan, menjadi lambat dan ereksi yang sempurna

(13)

intensitas dan durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi mungkin kurang kaku dan bergantung pada sudut dibandingkan pada usia yang lebih muda. Dan juga dibutuhkan stimulasi

alat kelamin secara langsung untuk menimbulkan respon. Pendataran fase penggairahan akan berlanjut untuk periode yang lebih lama sebelum mencapai osrgasme dan biasanya pengeluaran pre-ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.

4. Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari. Intensitas sensasi orgasmemenjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta jumlah cairan sperma berkurang.

Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi ejakulasi yang kadang-kadang dirasakan pada lansia priadisebut sebagai ejakulasi dini atau prematur dan merupakan akibat dari kurangnya pengontrolanyang berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti, serta masa refrakter

memanjang padalansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang termasuk selama tidur. 5. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksternal yang tidak

biasa. Frekuensi kontaksi sfingter ani selama orgasme menurun.

6. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya 12 sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya membutuhkan

beberapa menit saja.

7. Ereksi pagi hari (morning erection) juga semakin jarang terjadi. hal ini tampaknya

berhubungan dengan semakin menurunnya potensi seksual. Oleh karena itu, jarang atau seringnya ereksi pada pagi hari dapat menjadi ukuran yang dapat dipercaya tentang

potensiseksual pada seorang pria. Penelitian Kinsey, dkk menemukan bahwa frekuensi ereksi

(14)

menjalankan aktivitas seksual sampai usia yang cukup lanjut, dan aktivitas tersebut hanyadibatasi oleh status kesehatan.

E. Perubahan Seksualitas Wanita Lansia

Perubahan-Perubahan Fisiologis pada Wanita berkaitan dengan bertambahnya usia :

1. Penurunan Sekresi estrogen setelah menopause 2. Hilangnya kelenturan/elastisitas jaringan payudara

3. Cerviks yang menyusut ukurannya

4. Dinding vagina atropi ukurannya memendek 5. Berkurangnya pelumas vagina

6. Matinya steroid seks secara tidak Iangsung mempengaruhi aktivitas seks 7. Perubahan “ageing” meliputi penipisan bulu kemaluan, penyusutan bibir

kemaluan, penipisan selaput lendir vagina dan kelemahan utot perinael

F. Hambatan Aktivitas Seksual Pada Usia Lanjut

Pada usia lanjut terdapat berbagai hambatan untuk melakukan aktivitas seksual yang dapat dibagi menjadi hambatan eksternal yang datang dari lingkungan dan hambatan internal

yang terutama berasal dari subyek lansianya sendiri. Hambatan eksternal biasanya berupa pandangan sosial ,yang mengaggap bahwa aktivitas sosial tidak layak. Pada lansia yang berada diinstitusi, misalnya di panti wreda hambatan terutama adalah karena peraturan dan ketiadaan

(15)

Obat-obatan yang sering diberikan pada penderita usia lanjut dengan patologi multipel juga sering menyebabkan berbagai gangguan fungsi seksual pada usia lanjut.

G. Masalah Seksual Yang Terjadi Pada Lansia

1. Impotensi atau Disfungsi Ereksi Pada Pria Lansia a. Defenisi impotensi atau disfungsi ereksi pada pria lansia

Impotensi atau Disfungsi Ereksi (DE) adalah ketidakmampuan secara konsisten untuk

mencapai dan/ atau mempertahankan ereksi sedemikian rupa sehingga mencapai aktivitas seksual yang memuaskan (Vinik, 1998). Secara umum impotensia dibedakan menjadi impotensia coendi (ketidakmampuan untuk melakukan hubungan seksual), impotensia erigendi (tidak

mampu ber-ereksi) dan impotensia generandi (tidak mampu menghasilkan keturunan). Prevalensi DE sekitar 52% pada pria di antara 40-70 tahun dan bahkan lebih besar pada pria yang lebih tua.

Untuk timbul ereksi diperlukan adanya rangsangan yang bisa berasal dari rangsangan psikologik (fantasi, bayangan erotik), olfaktorik (bau-bauan) dan rangsangan sentuh atau rabaan.

Rangsangan tersebut melalui jalur kortiko-talamikus, limbik maupun talamo-retikularis

dan sebaliknya kemudian akan diteruskan ke susunan saraf otonom (parasimpatis) akan menyebabkan vasodilatasi korpus kavernosa penis. Setelah aktivitas seksual terjadi, saraf

simpatis akan membantu terjadinya ejakulasi. Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa proses ereksi menyangkut berbagai fungsi diantaranyasaraf, vascular, hormonal, psikologik dan kimiawi

b. Etiologi impotensi atau disfungsi ereksi pada pria lansia

(16)

1) DE organik, sebagai akibat gangguan akibat gangguan endokrin, neurogenik,vaskuler (aterosklerosis atau fibrosis).

DE endokrinologik biasanya berupa sindroma ADAM (Androgen Deficiencyin the Aging Male), yang merupakan hipogonadisme pada lansia. DE tipe ini disebabkan oleh gangguan testicular baik primer maupun sekunder. Selain itu juga dapat disebabkan oleh penyakit yang

menyebabkan hiperprolaktinemia, hipertiroid, hipotiroid dan Cushing’s disease.

DE neurogenik dapat disebabkan oleh gangguan jalur impuls terjadinya ereksi. Lesi

dilobus temporalis sebagai akibat trauma atau multiple scelrosisstroke, gangguan atau rusaknya jalur asupan sensorik misalnya pada polineuropati diabetik, tabes dorsalis atau penyakit ganglia radiks dorsalis medulla spinalis, juga pada gangguan nervus erigentes akibat pasca prostatektomi

total atau operasi rektosigmoid.

DE vaskuler merupakan DE yang paling sering pada lansia yang mungkin berhubungan

erat dengan prevalensi penyakit aterosklerosis yang tinggi pada lansia. Gangguan aliran darah arteri ke korpus kavernosus seperti bekuan darah, aterosklerosis atau hilangnya kelenturan dinding pembuluh darah dapat menyebabkan DE. Selain itu DE bisa terjadi pada penyakit

Leriche, yaitu obstruksi di pangkal bifurkasio a. iliaka di daerah a.abdominalis. Serta penyakit Peyronie mengakibatkan pengisian darah tidak sempurna yang akan menyebabkan DE.

2) DE psikogenik, sebelum ini selalu dikatakan sebagai penyebab utama DE, namun menurut penelitian hal ini tidak benar. Justru penyebab utama DE pada lansia gangguan organik, walaupun faktor psikogenik ikut memegang peranan.

DE jenis ini yang berpotensi reversible potensial biasanya yang disebabkan oleh kecemasan, depresi, rasa bersalah, masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa takut akan

(17)

akibat masturbasi yang dahulu atau karena terlalu sering ejakulasi atau sebaliknya karena terlalu lama menahan dan tidak disalurkan hasrat seks-nya itu.

Namun penelitian membuktikan bahwa ejakulasi atau tidak ejakulasi dalam waktu yang lama tidak langsung mengganggu kesehatan. Masters dan Johnson mengatakan bahwa ereksi dan ejakulasi tidak dapat dipelajari karena hal ini terjadi secara reflektoris. Selain yang telah

disebutkan diatas, sekitar 25% DE disebabkan oleh obat-obatan terutama obat antihipertensi (Reserpin, β blocker, guanethidin, antipsikotik, antidepresan, lithium, hipnotik sedative, dan

hormon-hormon seperti estrogen dan progesteron.

c. Diagnosa impotensia atau disfungsi ereksi pada pria lansia

Ada kemungkinan para lansia yang mengalami disfungsi ereksi akan mencari

pertolongan pada dokter, hal pertama yang perlu dilakukan adalah memberikan perasaan nyaman

pada pasien dengan menjelaskan bahwa disfungsi ereksi merupakan hal biasa yang dialami oleh para lansia pria dan berusaha mencarikan solusi yang efektif hingga hal ini akan menenangkan diri pasien. Setiap pasien memiliki privasi, oleh karena itu perlu ditanyakan apakah pasien ingin

mendiskusikan hal ini dengan atau tanpa pasangannya, namun cara yang terbaik bersama

pasangan. Karena pandangan serta dukungan dari pasangan seksual mereka sangat berharga dan

dapat mengembalikankepercayaan diri pasien untuk kembali memulai lagi fungsi seksualnya dan secara tidak langsung dapat membantu mengatasi masalah disfungsi ereksi.Selain dari segi psikologis perlu juga digali apakah disfungsi ereksi yang terjadi murni disfungsi ereksi

psikogenik atau ada penyakit lain yang menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi. Bila terdapat penyakit atau kelainan yang mendasari terjadinya disfungsi ereksi maka perlu ditangani penyakit

(18)

oleh pasien juga perlu diperhatikan. Selain dari anamnesa perlu juga diadakan suatu pemeriksaan fisik untuk mengetahui ada tidaknya disfungsi ereksi:

1) Apakah ada tanda-tanda penyakit vaskuler, seperti arteri femoral dan perifer berkurang atau terdengar bruit.

2) Adakah perubahan kulit, turgor menurun mengakibatkan kulit menjadi kurang elastis.

3) Adakah perubahan neuropati otonom (simpatis dan parasimpatis) seperti adanya reflek bulbo kavernosus dan kremaster.

4) Adakah gejala hipotensi ortostatik.

5) Adakah gejala neuropati perifer seperti DM, alkoholisme, kekurangan vitamin B1, dan lain-lain.

6) Pemeriksaan genitalia, adanya atrofi testis atau dan plak pada peyronie’s disease. Peyronie’s disease adalah keadaan dimana terjadi kelainan anatomis penis, berupa tumbuhnya

jaringan ikat atau plak yang tidak biasa pada jaringan penis sehingga aliran darah dalam badan kavernosa penis terganggu untuk mencapai ereksi.

7) Pemeriksaan rektal untuk melihat prostate.

8) Pemeriksaan laboratorium untuk diperlukan untuk menentukan adanya kondisi medis penyerta, faktor resiko vaskular atau endokrin yang abnormal.

9) Pemeriksaan hormone testoteron dan prolaktin.

d. Terapi impotensi atau disfungsi ereksi pada pria lansia

(19)

Namun obat ini menjadi kontra indikasi pada pasien yang mendapat terapi nitrogliserin atau golongan nitrat lainnya karena menyebabkan tekanan darah turun drastis.

2) Salah satu obat yang sangat popular untuk mengatasi DE adalah sildenafil sitrat

(Viagra). Obat ini bekerja dengan mempertahankan vasodilatasi corpora kavernosa, tetapi obat ini hanya bisa diberikan bila keadaan vaskuler penis masih intak. Seperti PDE5 obat ini juga

menjadikontraindikasi pada pemakaian obat-obatan golongan nitrat karena dapat menyebabkanhipotensi bahkan syok (Vinik, 1998)

3) HRT (hormon replacement therapy) diindikasikan pada pria dengan hipogonadal. Pengobatan yang aman dan efektif dengan injeksi intra muscular jangka panjang, namun transdermal testosteron gel. Testosteron oral sebaiknya dihidari karena kemungkinan toksik

hepatik pada penggunaan jangka lama. Semua pria yang menggunakan terapi testosterone replacement perlu mendapatkan pemeriksaan rectal digital dan PSA test sedikitnya 1 tahun

sekali. Pemberian testoteron dapat menyebabkan beberapa efek samping, antara lain : Pada laki – laki : testis mengecil, produksi sperma berkurang, pembesaran prostat Pada wanita : klitoris membesar, tumbuh rambut di bagian muka dan volume suara membesar

4) Cara lain seperti alat vakum maupun protesa. Alat vakum meningkatkan pembesaran penis dengan membuat keadaan vakum yang menarik darah ke dalam penis. Protesa pada penis

mungkin membantu ketika cara lainti dak berhasil. Pembedahan revaskularisasi penis relatif bersifat eksperimental dan belumada kesuksesan yang tinggi.

(20)

Andropause berasal dari kata “Andro = kejantanan” dan “pause = istirahat”.

Andropause dapat diartikan sebagai perubahan akibat proses menua pada sistem reproduksi pria

mungkin di dalamnya termasuk perubahan pada jaringan testis, produksi sperma dan fungsi ereksi. Ada yang memberi istilah andropause sebagai klimakterium laki-laki yang berarti seorang laki-laki sedang berada pada tingkat kritis fase kehidupannya, dimana terjadi perubahan fisik,

hormon, dan psikis serta penurunan aktivitas seksual. Perubahan-perubahan ini biasanya terjadi secara bertahap. Tingkah laku, stress psikologik alkohol, trauma, ataupun operasi, medikasi,

kegemukan dan infeksi dapatmemberikan kontribusi pada onset terjadinya andropause ini. b. Etiologi andropause pada pria lansia

Mulai usia 30 tahun, kadar testosterone dalam tubuh menurun kurang lebih 10% setiap

dekadenya. Pada saat yang sama Sex Biding Hormone Globulin (SHBG) meningkat. SHBG ini akan menangkap banyak testosterone yang bersirkulasi dan membuat testosterone tidak tersedia

untuk digunakan pada jaringan tubuh khususnya untuk terjadinya perilaku seksual yang normal dan terjadinya ereksi.

c. Gejala dan efek yang ditimbulkan

Andropause berhubungan erat dengan kadar testosterone yang rendah. Beberapa gejala yang

timbul seperti :  Depresi  Kelelahan

 Iritabilitas  Libido menurun

(21)

 Berkeringat dan flushing

 Penurunan performa seksual atau disfungsi ereksi

 Sulit berkonsentrasi  Pelupa

 Insomnia

d. Terapi

Terapi yang dapat diberikan pada andropause yaitu dengan testosterone replacement therapy baik

secara injeksi maupun oral.

3. Klimakterium Pada Wanita Lansia

Klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium. Berlangsung 6 tahun sebelum menopouse dan berakhir 6-7 tahun setelah menopause. Tanda-tanda

Klimakterium adalah:

a. Menstruasi tidak lancar atau tidak teratur b. Haid banyak ataupun sangat sedikit

c. Sakit kepala terus menerus d. Berkeringat

e. Neuralgia

Gejala Psikologis pada masa klimakterimum : a. Kemurungan

b. Mudah tersinggung/ mudah marah c. Mudah curiga

(22)

e. Tertekan f. Kesepian

g. Tidak sabar h. Tegang dan cemas

Syndrome Menopouse pada masa klimakterimum :

a. Berhentinya menstruasi, makin jarang dan makin sedikit b. Mengalami atropi pada sistem reprosuksi

c. Penampilana kewanitaan menurun d. Keadaan fisik kurang nyaman

e. Kemerah-merahan pada leher, dahi, bagian atas dada, berkeringat, pusing dan iritasi

f. Perubahan berat badan g. Perubahan kepribadian

Perubahan Kejiwaan pada masa klimakterimum a. Merasa tua

b. Tidak menarik lagi

c. Rasa tertekan karena takut menjadi tua d. Mudah tersinggung

e. Mudah kaget

f. Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual suami g. Rasa takut karena suami menyeleweng

Gangguan psikologis pada masa klimakterium pada wanita lansia a. Ketakutan

(23)

 Sakit-sakitan yang kronis  Kesepian

 Kebosanan karena tidak diperlukan b. Perubahan mental

 Kurang mampu belajar yang baru

 Terlalu berhati-hati dalam mengungkapkan alasan  Berkurangnya kreatifitas

 Berkurangnya rasa humor c. Gangguan mental

 Kemarahan dan rasa tidak senang yang kuat

 Kecemasan yang tidak berobyektif  Sedih dan pesimis

 Rasa sakit yang tidak berpenyebab

4. Menopause Pada Wanita Lansia a. Definisi Menopause

Menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dalam perjalanan hidup seorang perempuan

dan suatu prose salami sejalan dengan bertambahnya usia. Seorang wanita yang sudah

menopause akan mengalami berkentinya haid. Fase ini terjadi karena ia tidak lagi menghasilkan esterogen yang cukup untuk mempertahankan jaringan yang responsive dalam suatu cara yang

fisiologi.

(24)

Akibat dari kadar hormon esterogen, progerseteron dan hormon ovarium yang berkurang akan menyebabkan perubahan fisik, psikologis dan seksual yang menurun wanita pasca menopause

(Hacker&Moore, 2001). Seseorang disebut menopause jika tidak lagi menstruasi selama 12 bulan atausatu tahun. Menopause umumnya terjadi ketika perempuan memasuki usia 48 hingga 52 tahun (Rachmawati, 2006). Menurut Andra (2007), efek berkurangnya hormon estrogen

mengakibatkan penipisan pada dinding vagina, pembuluh darah kapiler di bawah permukaan kulit juga a kan terlihat. Akhirnya, karena epitel vagina menjadi atrofi dan tidak adanya darah

kapiler berakibat permukaan vagina menjadi pucat. Selain itu, rugae-rugae (kerut) vagina akan jauh berkurang yang mengakibatkan permukaannya menjadi licin, akibatnya sering sekali wanita mengeluhkan dispareunia (nyeri sewaktu senggama), sehingga malas berhubungan seksual.

c. Gajala dan efek menopause

Menopause dianggap sebagai masyarakat sebagai awal dari kemunduran fungsi

kewanitaan secara keseluruhan, bahkan ada yang menganggap menopause sebagai bencana di usia senja. Banyak perempuan menopause merasa menjadi tua, yang diasosiasikan dengan ketidakmenarikan dan kehilangan hasrat seksual (Rachmawati, 2006).

Ada empat kemungkinan mengapa para suami enggan berhubungan seksual lagi dengan istrinya yaitu tidak tertarik lagi, ada anggapan salah bahwa menopause berarti padamnya

dorongan seksual, kesulitan berhubungan intim akibat perlendiran vagina kurang, dan penolakan istri karena merasa sakit saat berhubungan (Pangkahila, 1998). Perubahan yang terjadi pada organ tubuh wanita menopause disebabkan oleh bertambahnya usia dan juga faktor fisik, faktor

psikis dapat mempengaruhi kehidupan mereka. Gejala psikologis yang menonjol ketika

(25)

depresi, dan merasa kehilangan daya tarik fisik dan seksual, sehingga ia takut ditinggalkan suaminya (Purwoastuti, 2008).

d. Upaya pencegahan tergadap keluhan/masalah menopause yang dapat dilakukan 1) Pemeriksaan alat kelamin

2) Pap smear

3) Perabaan payudara

4) Penggunaan bahan makanan yang mengandung fito-estrogen seperti kedelai( tahu,

tempe, kecap), papaya dan semanggi merah

5) Penggunaan bahan makanan sumber kalsium

6) Menghindari makanan yang banyak mengandung lemak, kopi dan alkohol.

5. Senium Pada Wanita Lansia

Yaitu masa sesudah pasca menopause. Ditandai dengan telah tercapainya

keseimbangan baru dalam kehidupan wanita, sehingga tidak ada lagi gangguan vegetative maupun psikis.

H. Upaya Mengatasi Permasalahan Seksual Pada Lansia

Untuk mengatasi beberapa gangguan baik fisik maupun psikis termasuk masalah seksual diperlukan penanganan yang serius dan terpadu. Proses penanganan ini memerlukan waktu yang cukup lama tergantung dari keluhan dan kerjasama antara pasien dengan konselor.

Dari ketiga gangguan tersebut, masalah seksual merupakan masalah yang penangannya

memerlukan kesabaran dan kehati-hatian, karena pada beberapa masyarakat Indonesia terutama

(26)

Manajemen yang dilakukan tenaga kesehatan untuk mengatasi gangguan seksual pada lansia adalah sebagai berikut :

1. Anamnesa Riwayat Seks. Gunakan bahasa yang saling menguntungkan dan memuaskan

2. Gunakan pertanyaan campuran antara terbuka dan teutup

3. Mendapatkan gambaran yang akurat tentang apa yang sebenarnya salah 4. Uraikan dengan panjang lebar permasalahanya

5. Dapatkan latar belakang medis mencakup daftar lengkap tentang obat obatan yang dikonsumsi oieh pasien.

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan pasangannya. Anamnese harus rinci,

meliputi awitan, jenis maupun itensitas gangguan yang dirasakan. Juga anamneses tentang gangguan sistemik maupun organik yang dirasakan. Penelaahan tentang gangguan psikologik,

kognitif harus dilakukan. Juga anamneses tentang obat-obatan. Pemeriksaan fisik meliputi head to toe. Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantungm hati, ginjal dan paru-paru. Status endokrin dan metabolik meliputi keadaan gula darah, status gizi dan status hormonal

(27)

Pria

Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah : a. Produksi testoteron menurun secara bertahap.

Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan . Testis menjadi lebih kecil dan kurang produktif . Tubular testis akan menebal dan berdegenerasi. Perubahan ini akan

menurunkan proses spermatogenesis, dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk membuahi ovum.

b. Kelenjar prostat biasanya membesar.

Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas usia 40 tahun dan 90% pria diatas usia 80

tahun. Hipertrofi prostat jinak ini memerlukan terapi lebih lanjut.

c. Respon seksual terutama fase penggairahan (desire), menjadi lambat dan ereksi yang sempurna mungkin juga tertunda.

Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum berkurang, mengurangi intensitas dan durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi mungkin kurang kaku dan bergantung pada

sudut dibandingkan pada usia yang lebih muda. Dan juga dibutuhkan stimulasi alat kelamin secara langsung untuk untuk menimbulkan respon. Pendataran fase penggairahan akan berlanjut

untuk periode yang lebih lama sebelum mencapai osrgasme dan biasanya pengeluaran pre-ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.

d. Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari. Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta jumlah cairan sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi ejakulasi yang kadang-kadang

dirasakan pada lansia pria disebut sebagai ejakulasi dini atau prematur dan merupakan akibat dari kurangnya pengontrolan yang berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti, serta masa

refrakter memanjang pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang termasuk selama tidur. e. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna yang tidak biasa.

Frekuensi kontraksi sfingter ani selama orgasme menurun.

f. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya 12 sampai 48

(28)

g. Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang terjadi. Hal ini tampaknya berhubungan dengan semakin menurunnya potensi seksual. Oleh karena itu,

jarang atau seringnya ereksi pada pagi hari dapat menjadi ukuran yang dapat dipercaya tentang potensi seksual pada seorang pria. Penelitian Kinsey, dkk menemukan bahwa frekuensi ereksi pagi rata-rata 2,05 perminggu pada usia 31-35 tahun dan hal ini menurun pada usia 70 tahun

menjadi 0,50 perminggu.

Masalah-masalah seksual lain yang sering pula terjadi pada lansia pria diantaranya:  Disfungsi Ereksi (Impotensia)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Menurut kaidah kaidah dasar dasar bioetik, bioetik, dalam dalam membuat membuat keputusan, keputusan, seorang seorang dokter selalu membuat pertimbangan

Penelitian mengenai pengaruh larutan pelindian pada variasi pH yang telah dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa larutan HCl dan aqua regia terbukti mampu mengurangi

Alat terapi Lampu biru otomatis yang telah dirancang memiliki beberapa kelebihan, dimana alat ini dapat mempermudah juga seorang perawat untuk menggunakan dengan

Dalam bab ini diulas berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian ini khususnya karakteristik dan sifat-sifat bahan atau material perkerasan seperti aspal nainyak

Pembuatan Decision Support System untuk prakualifikasi kontraktor yang dalam pembuatan model base-nya dilakukan dengan mengidentifikasi variabel-variabel pembeda terhadap

 Mohon kehadiran anggota Komisi Germasa dan Pengurus Inti ke-6 Pelkat dalam pertemuan dengan Ketua II PHMJ yang akan dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 19 Juli

Lima lagi sikap kemahiran kritis iaitu sikap pengadilan, rasa ingin tahu, sikap analitik, sikap sistematik dan sikap kematangan kognitif adalah tidak berbeza secara

Melalui penambahan tepung jahe merah dalam ransum diharapkan akan meningkatkan penyerapan nutrisi dari ransum dengan kandungan nutrien yang seimbang dan