• Tidak ada hasil yang ditemukan

NORMA DAN APLIKASI DANA PENSIUN SYARIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "NORMA DAN APLIKASI DANA PENSIUN SYARIAH"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

NORMA DAN APLIKASI DANA PENSIUN SYARIAH

Oleh: Heris Suhendar

Prodi Hukum Ekonomi Syariah

Program Pasca Sarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

A. Pendahuluan

Sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992, pensiun bukan hanya hak pegawai negeri atau TNI semata, namun juga terbuka semua pekerja, baik itu perusahaan swasta maupun pekerjaan perorangan ataupun pekerjaan mandiri. Melalui undang-undang tersebut ditegaskan pembentukan Dana Pensiun Pemberian Kerja (DPPK) dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), pada hakikatnya program pensiun dapat menciptakan ketenangan kerja bagi karyawan karena kesejahteraan dihari tua akan dapat terjamin, yang pada gilirannya nanti, mereka akan lebih loyal terhadap perusahaannya dan akan lebih produktif.1

Bagi perusahaan pemberi kerja, program pensiun akan mencegah timbulnya program pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebagai bagian dari program produktivitas perusahaan. Oleh karena itu, apabila semua pihak konsisten dan memiliki peran besar, maka dalam hal ini peningkatan produktivitas akan meningkat.

Program pensiun terbagi menjadi dua; yaitu pertama, progran pensiun manfaat pasti (PPMT) di mana program yang manfaatnya ditetapkan dalam peraturan dana pensiun yang bukan program pensiun iuran pasti. Kedua, program pensiun Iuaran pasti, di mana yang iurannya ditetapkan dalam

1 Rodho Intan Putri Hasibuan, “Dana Pensiun dalam Perspektif Hukum Bisnis

(2)

peraturan dana pensiun dan seluruh iuran serta hasil pengembangannya dibukukan dalam rekening masing-masing peserta sebagai manfaat pensiun.2

Dari uraian singkat di atas, betapa pentingnya dana pensiun bagi setiap orang. Dengan program pensiun, program ke-sejahteraaan dan pendapatan seseorang dihari tua akan lebih terjamin. Sementara itu bagi perusahaan, program pensiun dapat menjadi sarana untuk menjamin produktivitas karyawan, karena dengan ikut program pensiun dapat menciptakan ketenangan kerja bagi karyawan yang mengetahui bahwa kesejahteraan dipurna tugasnya telah terjamin, pada gilirannya meraka akan loyal terhadap perusahaan serta akan bekerja lebih produktif.

Dalam pandangan Islam, tiada larangan setiap kegiatan yang dapat melahirkan terlebih meningkatkan kemaslahatan. Hal ini terbukti di dukung lahirnya lembaga-lembaga Dana Pensiun yang berbasis syari’ah. Di mana lahirnya dana pensiun syari’ah ini berada ditengah-tengah lembaga dana pensiun konvensional yang tentunya memiliki perbedaan sistem, kinerja serta instrumennya.

B. Pembahasan

1. Pengertian Dana Pensiun Syariah

Dana Pensiun adalah sekumpulan aset yang dikelola dan dijalankan oleh suatu lembaga untuk menghasilkan suatu manfaat pensiun yaitu suatu pembayaran berkala yang di bayarkan kepada peserta pada saat dan dengan cara yang ditetapkan dalam ketentuan yang menjadi dasar penyelenggaraan program pensiun di mana pembayaran manfaat tersebut dikaitkan dengan pencapaian usia tertentu. Dengan kata lain dana pensiun merupakan sebuah

2 Veithzal Rivai, dkk, Bank dan Vinacial Institution Managenment (Jakarta: Raja

(3)

bentuk tabungan, lebih khusus lagi tabungan untuk masa pensiun.3 Sedangkan dana pensiun syariah adalah dana pensiun yang menyelenggarakan program pensiun berdasarkan Prinsip Syariah.4

Program dana pensiun ini dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu perusahaan terutama karyawan yang mencapai usia pensiun sesuai perjanjian, artinya dana pensiun dikelola oleh lembaga atau badan hukum dan memungut dana dari pendapatan para karyawan suatu perusahaan kemudian membayarkan kembali dana tersebut dalam bentuk manfaat pensiun setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian. Dalam hal ini pensiun baru dapat diberikan apabila karyawan tersebut sudah memasuki usia pensiun atau sebab-sebab lain sehingga memperoleh hak untuk mendapatkan manfaat pensiun.5

2. Dasar Hukum Dana Pensiun Syariah

Dasar hukum yang digunakan dalam pengelolaan dana pensiun syariah yaitu:

a. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Pemberi Kerja;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Lembaga Keuangan;

d. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 50/PMK.010/2012 tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Menteri

3 Yulizar D. Sanrego, “Skema dan Al-Takyif al-Fiqh (Tinjauh Fikih) Pembelian

Anuitas dalam Program Pensiun”, Jurnal Al-‘Adalah Vol. XII, Nomor 3 Juni 2015, hlm. 624.

4 Ketentuan Umum dalam Fatwa DSN MUI Nomor: 88/DSN-MUI/XI/2013 tentang

Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah.

5 Kashmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta : PT Raja Grafindo

(4)

Keuangan Nomor 343/KMK/017/1998 tentang Iuran dan Manfaat Pensiun;

e. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 3/POJK.05/2015 tentang Investasi Dana Pensiun;

f. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 88/DSN-MUI/XI/2013 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah;

g. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 99/DSN-MUI/XII/2015 tentang Anuitas Syariah untuk Program Pensiun.

3. Norma Dana Pensiun Syariah

Fiqih muamalah sebagai bagian dari hukum Islam yang sebagian besar merupakan produk ijtihȃd para ahli hukum Islam dan tidak boleh betentangan dengan prinsip tauhid. Dengan demikian, norma hukum fiqih muamalah hasil pemikiran fuqahȃ senantiasa sejalan dengan norma tauhid. Kesesuaian antara prinsip hukum tauhid dengan norma fiqih muamalah sangat tergantung atas kerja ijtihȃd yang dilakukan oleh para ahli hukum Islam (fuqahȃ). Pada tataran ini ijtihȃd menjadi sangat penting, karena ia berfungsi sebagai sarana untuk merumuskan keputusan hukum bidang fiqih muamalah.6

6Ijtihâd secara bahasa berarti bersungguh-sungguh. Secara istilah (terminologi)

(5)

Syariah memberikan keleluasaan kepada individu untuk melakukan aktivitas ekonomi dengan batasan norma (nilai) hukum. Artinya aktivitas ekonomi tersebut tidak boleh melanggar dan bertentangan dengan norma syariah. Inilah yang membedakan antara ekonomi syariah dengan ekonomi kapitalis dan sosialis. Dalam sistem ekonomi kapitalis individu sangat dominan, sementara dalam sosialis kepentingan umum sangat dominan. Adapun ekonomi syariah berada di antara kapitalis dan sosialis meskipun kepentingan orang banyak harus lebih didahulukan dari pada kepentingan individu ((ِةَص اَخْلا ْةَحَل ْصَمْلا يَلَع ٌةَمّدَقُم ُةّم اَعْلا ُةَحَلْصَملا. Perhatian terhadap individu dan masyarakat diisyaratkan oleh Q.S. 59 (Al-Hasr: 7).7

Pemerataan kesempatan, hal ini merupakan dasar norma dibentuknya dana pensiun dengan menggunakan prinsip syariah yang menjadi pilar ekonomi menunjukkan bahwa syariah membuka peluang kepada manusia, tanpa sekat agama, ras, dan suku bangsa untuk bekerja dan berusaha dalam rangka mempertahankan dan memenuhi kebutuhan hidup ekonominya. Di sini nampak korelasi antara pemerataan kesempatan dengan usaha dan kerja. Dalam arti sempit, kerja dan usaha secara ekonomi berarti pemanfaatan atas kepemilikan sumber daya manusia. Usaha juga bersinergi dengan risiko, artinya, bahwa setiap pengelolaan sumber daya berhak mendapatkan kompensasi, baik itu berupa ujrah maupun sanksi. Inilah sisi keadilan norma

fiqih dan; (7) mampu menangkap tujuan syari’at dalam merumuskan suatu hukum.

7

(6)

ekonomi syariah yang berlaku bagi keseluruhan umat manusia, sehingga mereka memiliki hak hidup yang sama.

4. Skema dan Aplikasi Dana Pensiun Syariah

Skema yang digunakan dalam pengelolaan dana pensiun syariah menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 88/DSN-MUI/XI/2013 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah sebagai berikut:

Pertama: Ketentuan Umum

Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:

a. Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan Manfaat Pensiun;

b. Dana Pensiun Syariah adalah Dana Pensiun yang menyelenggarakan program pensiun berdasarkan Prinsip Syariah;

c. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku Pendiri, untuk menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) atau Program Pensiun luran Pasti (PPIP), bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya sebagai Peserta, dan yang menimbulkan kewajiban terhadap Pemberi Kerja;

Pemberi Kerja (DPPK/DPLK)

Pengelola DaPenSya

(Bank Kustodian)

Investee (Manajer Investasi)

(7)

d. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan Program Pensiun luran Pasti bagi perorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari Dana Pensiun Pemberi Kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan;

e. Program Pensiun adalah setiap program yang mengupayakan Manfaat Pensiun bagi Peserta;

f. Program Pensiun luran Pasti (PPlP) adalah program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun dan seluruh iuran serta hasil pengembangannya dibukukan pada rekening masing-masing Peserta sebagai Manfaat Pensiun;

g. PPIP-Contributory adalah Program Pensiun yang Pesertanya ikut mengiur untuk penyelenggaraan program pensiunnya;

h. PPIP-Non Contributory adalah adalah Program Pensiun yang Pesertanya tidak ikut mengiur untuk penyelenggaraan program pensiunnya; iuran untuk penyelenggaraan pensiun hanya dilakukan oleh Pemberi Kerja; i. Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) adalah program pensiun yang

manfaatnya ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun atau program pensiun lain yang bukan merupakan Program Pensiun Iuran Pasti; j. Program pensiun syariah adalah program pensiun yang dijalankan dan

dikelola sesuai dengan prinsip syariah;

k. Iuran adalah dana yang diterima Dana Pensiun yang berasal dari Pemberi Kerja danlatau Peserta;

(8)

m. Peraturan Dana Pensiun adalah peraturan yang berisi ketentuan yang menjadi dasar pengelolaan dan penyelenggaraan pensiun;

n. Vesting Right adalah hak seorang peserta untuk menerima Manfaat Pensiun setelah yang bersangkutan menjadi peserta selama kurun waktu tertentu;

o. Locking-in adalah asas penundaan pembayaran manfaat pensiun bagi Peserta sebelum mencapai usia pensiun;

p. Peserta adalah setiap orang yang memenuhi persyaratan Peraturan Dana Pensiun;

q. Penerima manfaat pensiun adalah peserta, isteri/suami dari peserta, anak-anak yang sah dari peserta, atau pihak lain yang ditunjuk oleh peserta, sebagaimana diatur dalam Peraturan Dana Pensiun;

r. Akad adalah pertalian ijab (pemyataan melakukan ikatan) dan qabul (pemyataan menerima ikatan) yang dibuat antara dua pihak atau lebih, sesuai prinsip syariah;

s. Akad Hibah adalah akad yang berupa Pemberian dana (Mauhub bih) dari Pemberi kerja (Wahib) kepada Pekerja (Mauhub lah) dalam penyelenggaraan pensiun;

t. Akad Hibah bi Syarth adalah hibah yang baru terjadi (efektif) apabila syarat-syarat tertentu terpenuhi (dalam hal vesting right);

u. Akad Hibah Muqayyadah adalah hibah, di mana pemberi (Wahib) menentukan orang-orang/pihak-pihak yang berhak menerima manfaat pensiun termasuk ketidakbolehan mengambil manfaat pensiun sebelum waktunya (locking in);

v. Akad Wakalah adalah akad benipa pelimpahan kuasa oleh pemberi kuasa kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan;

(9)

x. Akad Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara Dana Pensiun Syariah dengan pihak lain; Dana Pensiun Syariah sebagai Shahibul Mal, pihak lain sebagai Mudharib (pengelola), keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati, sedangkan kerugian dibebankan kepada Dana Pensiun Syariah apabila kerugian tersebut terjadi bukan karena kelalaian pengelola.

Kedua: Ketentuan terkait PPIP (Program Pensiun luran Pasti) pada

DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan)

a. Ketentuan Para Pihak dan Akad PPIP pada DPLK

1) Para Pihak dalam PPIP pada DPLK adalah Pemberi Kerja, Peserta, Pengelola DPLK (selanjutnya disebut Dana Pensiun Syariah),

Investee, dan Penerima Manfaat Pensiun;

2) Akad antara Pemberi Kerja dengan Peserta adalah Hibah bi Syarth; Pemberi Kerja sebagai Pemberi (Wahib), dan Peserta sebagai Penerima (Mauhub lah);

3) Pemberi Kerja memiliki hak untuk menentukan pihak-pihak yang berhak menerima manfaat pensiun dengan akad Hibah Muqayyadah

sesuai dengan Peraturan Dana Pensiun Syariah;

4) Akad antara Pemberi Kerja dengan Dana Pensiun Syariah adalah akad wakalah; Pemberi Kerja berkedudukan sebagai Muwakkil, dan Dana Pensiun Syariah sebagai Wakil dalam mengelola program pensiun bagi pekerjanya;

(10)

6) Akad antara Peserta Mandiri dengan Dana Pensiun Syariah adalah akad Wakalah bil Ujrah; Peserta sebagai Muwakkil, dan Dana Pensiun Syariah sebagai Wakil dalam mengelola program pensiunnya;

7) Akad antara Dana Pensiun Syariah dengan Investee/Manajer Investasi adalah akad Wakalah bil Ujrah atau akad Mudharabah. Dana Pensiun Syariah sebagai Muwakkil, dan Investee/Manajer lnvestasi sebagai Wakil dalam akad Wakalah bil Ujrah; dan Dana Pensiun Syariah sebagai Shahib al-Mal, dan Investee/Manajer Investasi sebagai Mudharib dalam akad Mudharabah;

8) Akad antara Dana Pensiun Syariah dengan Bank Kustodian, Penasehat lnvestasi, dan Akuntan Publik adalah akad ijarah; Dana Pensiun Syariah sebagai Musta’jir; dan Bank Kustodian, Penasehat Investasi, dan Akuntan Publik sebagai ‘Ajir;

9) Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan investasi dan non investasi, Dana Pensiun Syariah boleh melakukan perjanjian (akad) dengan pihak lain berdasarkan prinsip syariah yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Ketentuan luran PPIP pada DPLK

1) Pemberi Kerja dan/atau Peserta menyisihkan dana untuk iuran penyelenggaraan program pensiun peserta, dan menyerahkannya kepada Dana Pensiun Syariah dengan akad Wakalah bil Ujrah; serta mengacu pada peraturan perundangan dana pensiun;

(11)

3) Dalam hal locking in, dana hibah dari Pemberi Kerja berikut hasil pengelolaannya, sudah menjadi milik Peserta tapi belum bisa diambil berdasarkan akad Hibah Muqayyadah;

4) Peserta berhak menarik dana miliknya dari Dana Pensiun Syariah, dan Dana Pensiun Syariah wajib menunaikannya, pada saat Peserta yang bersangkutan mencapai usia pensiun yang ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun (pensiun dipercepat, normal, atau ditunda);8 5) Apabila peserta meninggal dunia, maka manfaat pensiun diberikan

kepada pihak yang ditunjuk dengan syarat tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

c. Ketentuan Pengelolaan Kekayaan Peserta PPIP pada DPLK

1) Pengelolaan kekayaan hams didasarkan pada prinsip kehati-hatian, profesionalisme dan memenuhi Prinsip Syariah;

2) Iuran yang diterima Dana Pensiun Syariah hams diinvestasikan sesuai dengan Prinsip Syariah;

3) Kegiatan investasi menggunakan akad yang berlaku sesuai dengan Prinsip Syariah;

4) Pengelola DPLK Syariah berhak memperoleh imbalan (ujrah) atas pengelolaan dana berdasarkan Akad Wakalah bil Ujrah.

d. Ketentuan Manfaat Pensiun PPlP pada DPLK

1) luran Peserta dan/atau dana hibah dari Pemberi Kerja yang dikelola Dana Pensiun Syariah beserta hasil investasinya, menjadi milik Peserta apabila telah dipenuhi persyaratan yang ditentukan Pemberi

8 Pensiun normal adalah peserta yang telah mencapai usia pensiun menurut

(12)

Kerja dan/atau disepakati dalam perjanjian yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan;

2) Serahterima manfaat pensiun harus didasarkan pada kesepakatan sesuai prinsip syariah dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketiga : Ketentuan terkait PPIP pada DPPK

a. Ketentuan Para Pihak dan Akad PPIP pada DPPK

1) Para Pihak dalam PPlP pada DPPK adalah Pemberi Kerja, Peserta, Pengelola DPPK (selanjutnya disebut Dana Pensiun Syariah),

Investee, dan Penerima Manfaat Pensiun;

2) Akad antara Pemberi Kerja dengan Peserta adalah Hibah bi Syarth; Pemberi Kerja sebagai Pemberi (Wahib), dan Peserta sebagai Penerima (Mauhub lah);

3) Pemberi Kerja memiliki hak untuk menentukan pihak-pihak yang berhak menerima manfaat pensiun dengan akad Hibah Muqayyadah

sesuai dengan Peraturan Dana Pensiun Syariah;

4) Akad antara Pemberi Kerja dengan Dana Pensiun Syariah adalah akad wakalah; Pemberi Kerja berkedudukan sebagai Muwakkil, dan Dana Pensiun Syariah sebagai Wakil untuk menyelenggarakan program pensiun bagi pekerjanya;

5) Dalam hal Contributory, akad antara Peserta dengan Dana Pensiun Syariah adalah akad Wakalah; Peserta berkedudukan sebagai

Muwakkil, dan Dana Pensiun sebagai Wakil;

(13)

sebagai Shahib al-Mal, dan Investee/Manajer Investasi sebagai

Mudharib dalam akad Mudharabah;

7) Akad antara Dana Pensiun dengan Bank Kustodian, Penasehat Investasi, dan Akuntan Publik adalah akad ijarah; Dana Pensiun sebagai Mu'jir; dan Bank Kustodian, Penasehat Investasi, dan Akuntan Publik sebagai ‘Ajir (Musta'jir);

8) Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan investasi dan non investasi, Dana Pensiun Syariah boleh melakukan perjanjian (akad) dengan pihak lain berdasarkan prinsip syariah yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Ketentuan luran PPIP pada DPPK

1) Pemberi Kerja danlatau Peserta menyisihkan dana untuk iuran penyelenggaraan program pensiun peserta, dan menyerahkannya kepada Dana Pensiun Syariah dengan akad wakalah serta mengacu pada peraturan perundangan dana pensiun;

2) Pemberi Kerja memiliki hak untuk menentukan pihak-pihak yang berhak menerima manfaat pensiun dengan akad Hibah Muqayyadah

sesuai dengan Peraturan Dana Pensiun Syariah;

3) Dalam hal vesting right, akad hibah dari Pemberi Kerja kepada Peserta akan berlaku apabila syarat-syaratnya telah terpenuhi sesuai kesepakatan danlatau ketentuan yang ditentukan Pemberi Kerja yang substansinya sesuai dengan syariah dan/atau peraturan perundang -undangan;

4) Apabila Pemberi Kerja gagal memenuhi kewajiban pada masa

vesting right, Mauhub bih menjadi milik Pekerja;

(14)

6) Peserta berhak menarik dana miliknya dari Dana Pensiun Syariah, dan Dana Pensiun Syariah wajib menunaikannya, pada saat Peserta yang bersangkutan mencapai usia pensiun yang ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun (pensiun dipercepat, normal, atau ditunda); 7) Apabila peserta meninggal dunia, maka manfaat pensiun diberikan

kepada pihak yang ditunjuk dengan syarat tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

c. Ketentuan Pengelolaan Kekayaan Peserta PPIP pada DPPK

1) Pengelolaan kekayaan hams didasarkan pada prinsip kehati-hatian, profesionalisme dan memenuhi Prinsip Syariah;

2) Iuran yang diterima Dana Pensiun Syariah hams diinvestasikan sesuai dengan Prinsip Syariah;

3) Kegiatan investasi menggunakan akad yang berlaku sesuai dengan Prinsip Syariah.

d. Ketentuan Manfaat Pensiun PPIP pada DPPK

1) Iuran Peserta dan/atau dana hibah dari Pemberi Kerja yang dikelola Dana Pensiun Syariah beserta hasil investasinya, menjadi milik Peserta apabila telah dipenuhi persyaratan yang ditentukan Pemberi Kerja dan/atau disepakati dalam perjanjian yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan;

2) Serahterima manfaat pensiun harus didasarkan pada kesepakatan sesuai prinsip syariah dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Keempat : Ketentuan terkait PPMP

a. Ketentuan Para Pihak dan Akad PPMP

(15)

2) Akad antara Pemberi Kerja dengan Peserta adalah Hibah bi syarth; Pemberi Kerja sebagai Pemberi (Wahib), dan Peserta sebagai Penerima (Mauhub lah);

3) Pemberi Kerja memiliki hak untuk menentukan pihak-pihak yang berhak menerima manfaat pensiun dengan akad Hibah Muqayyadah

sesuai dengan Peraturan Dana Pensiun Syariah;

4) Akad antara Pemberi Kerja dengan Dana Pensiun Syariah adalah akad wakalah; Pemberi Kerja berkedudukan sebagai Muwakkil, dan Dana Pensiun Syariah sebagai Wakil;

5) Akad antara Peserta dengan Dana Pensiun Syariah adalah akad

Wakalah; Peserta berkedudukan sebagai Muwakkil, dan Dana Pensiun Syariah sebagai Wakil;

6) Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan investasi dan non investasi, Dana Pensiun Syariah boleh melakukan perjanjian (akad) dengan pihak lain berdasarkan syariah yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

7) Akad antara Dana Pensiun Syariah dengan Investee/Manajer Investasi adalah akad Wakalah bil Ujrah atau akad Mudharabah. Dana Pensiun Syariah sebagai Muwakkil, dan Investee/Manajer lnvestasi sebagai Wakil dalam akad wakalah bil ujrah; dan Dana Pensiun Syariah sebagai Shahib al-Mal, dan Investee/Manajer lnvestasi sebagai Mudharib dalam akad Mudharabah;

8) Akad antara Dana Pensiun Syariah dengan Bank Kustodian, Penasehat lnvestasi, Akuntan Publik, dan Konsultan Aktuaria adalah akad ijarah; Dana Pensiun Syariah sebagai Musta 'jir; dan Bank Kustodian, Penasehat lnvestasi, Akuntan Publik dan Konsultan Aktuaria sebagai ‘Ajir.

(16)

1) Pemberi Kerja dan/atau Peserta memberikan dananya untuk iuran penyelenggaraan program pensiun, dan menyerahkannya kepada Dana Pensiun Syariah dengan akad wakalah;

2) Akad antara Pemberi Kerja dengan Peserta adalah hibah bi syarth; Pemberi Kerja sebagai Pemberi (Wahib), dan Peserta sebagai Penerima (Mauhub lah);

3) Dalam hal vesting right, akad hibah dari Pemberi Kerja kepada Peserta akan berlaku apabila syarat-syaratnya telah terpenuhi sesuai kesepakatan danlatau ketentuan yang ditentukan Pemberi Kerja yang substansinya sesuai dengan syariah dan/atau peraturan perundang -undangan;

4) Apabila Pemberi Kerja gagal memenuhi memenuhi kewajiban pada masa vesting right, Mauhub bih menjadi milik Pekerja;

5) Dalam hal locking in, dana hibah dari Pemberi Kerja berikut hasil pengelolaannya, sudah menjadi milik Peserta tapi belum bisa dikuasai secara penuh;

6) Peserta berhak menarik dana miliknya dari Dana Pensiun Syariah, dan Dana Pensiun Syariah wajib menunaikannya, pada saat Peserta yang bersangkutan mencapai usia pensiun yang ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun (pensiun dipercepat, normal, atau ditunda); 7) Apabila peserta meninggal dunia, maka manfaat pensiun diberikan

kepada pihak yang ditunjuk dengan syarat tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

c. Ketentuan Pengelolaan Kekayaan Peserta PPMP

1) Pengelolaan kekayaan hams didasarkan pada prinsip kehati-hatian, profesionalisme dan memenuhi Prinsip Syariah;

(17)

3) Kegiatan investasi menggunakan akad yang berlaku sesuai dengan Prinsip Syariah.

d. Ketentuan Manfaat Pensiun PPMP

1) Iuran Peserta dan/atau dana hibah dari Pemberi Kerja yang dikelola Dana Pensiun Syariah beserta hasil investasinya, menjadi milik Peserta apabila telah dipenuhi persyaratan yang ditentukan Pemberi Kerja dan/atau disepakati dalam perjanjian yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan;

2) Serahterima manfaat pensiun hams didasarkan pada kesepakatan sesuai prinsip syariah dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Penutup

Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut ini:

1. Dasar hukum tentang Dana Pensiun Syariah masih mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang umum yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;

2. Pengelolaan Dana Pensiun Syariah ini mengacu kepada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 3/POJK.05/2015 tentang Investasi Dana Pensiun;

3. Norma yang dijadikan dasar sebagai acuan terhadap Dana Pensiun Syariah secara umum diatur dalam norma hukum fiqih muamalah hasil pemikiran fuqahȃ yang diamil dari Al-Quran Surat Al-Hasr ayat 7; dan 4. Ketentuan mengenai akad yang digunakan dalam pengelolaan Dana

(18)

dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 99/DSN-MUI/XII/2015 tentang Anuitas Syariah untuk Program Pensiun.

(19)

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 88/DSN-MUI/XI/2013 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 99/DSN-MUI/XII/2015 tentang Anuitas Syariah untuk Program Pensiun.

Hakim, Atang Abd. 2011. Fiqh Perbankan Syariah: Transformasi Fiqh Muamalah ke dalam Peraturan Perundang-undangan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Kashmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 50/PMK.010/2012 tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 343/KMK/017/1998 tentang Iuran dan Manfaat Pensiun.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 3/POJK.05/2015 tentang Investasi Dana Pensiun.

Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Pemberi Kerja.

Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Lembaga Keuangan.

Rivai, Veithzal dkk. 2007. Bank dan Vinacial Institution Managenment. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rodho Intan Putri Hasibuan, “Dana Pensiun dalam Perspektif Hukum Bisnis Syariah”, Jurnal Al-‘Adalah Vol. X, Nomor 1 Januari 2011.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.

Referensi

Dokumen terkait

pada pasien pre operasi dalam tahap penelitian yang akan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan pada Bab I pasal 1 ayat 14 bahwa Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya

Untuk mengetahui pengaruh dari larutan pengaktif pada kinerja zeolit aktif dalam pengolahan air sadah, juga dilakukan proses aktivasi dengan larutan pengaktif NaOH

Yoyoh Yohanah Dra... Tati

tempat lain dimana sesuai Pasal 84 Ayat (2) KUHAP Pengadilan Negeri Tanjungbalai berwenang untuk mengadili dan memeriksa perkaranya oleh karena terdakwa ditahan di

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Pendidikan

Selanjutnya, cream cheese diuji kembali dengan menggunakan konsentrasi kulit ari psyllium minimum 0,1% dan maksimum 0,58% dengan penambahan susu full cream 8% yang

Model 1 : Model Probit untuk partisipasi sekolah anak berusia 13-15 tahun, bernilai 1 jika pada saat pencacahan anak kelompok umur tersebut sedang dalam status bersekolah SMP