PENJAJAHAN BELANDA
DI INDONESIA
Oleh :
Umi Latifah
Mellisa Rosiana
Atika Nurmalita
Azwar
Novisah
Ravena Sevti
Anggriyani
BANT
EN
22 Juni 1596
Tujuan kedatangan belanda ke Indonesia adalah
untuk berdagang rempah-rempah. Setelah berhasil
menemukan daerah penghasil rempah-rempah dan
keuntungan yang besar, Belanda berusaha untuk
mengadakan monopoli perdagangan
rempah-rempah dan menjajah.
VOC
VOC merupakan sebuah badan dagang yang
di dukung oleh negara dan diberi
fasilitas-fasilitas sendiri yang istimewa. Pada abad
ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai
secara langsung oleh pemerintah Belanda
namun dikuasai oleh perusahaan dagang
yang bernama Perusahaan Hindia Timur
Belanda atau VOC. Markasnya berada di
Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Didirikan
pada
tanggal 20 Maret
1602
adalah
perusahaan
Belanda
yang
Tujuan Pembentukan VOC:
1.Menguasai pelabuhan penting
2.Menguasai
kerajaan-kerajaan
di
Indonesia
3.Melaksanakan monopoli perdagangan
di Indonesia
4.Mengatasi persaingan antara Belanda
dengan pedagang Eropa lainnya
Sejak tanggal
31 Mei 1691,
VOC
memperoleh hak penuh atas Jayakarta,
dan sejak itu Jayakarta berubah menjadi
Batavia. Melalui Batavia VOC memperluas
pengaruhnya ke berbagai wilayah di
Indonesia. Perluasan pengaruh itu disertai
penerapan monopoli perdagangan. Dengan
kekuatan militer dan keahlian memecah
belah, sejumlah wilayah tunduk pada
pengaruh VOC.
Kegiatan
VOC
di
Indonesia
mulai
diorganisasi
setelah
ditetapkannya
gubernur
jendral
yang pertama
yaitu
Untuk
menjalankan
monopoli
perdagangan
VOC
membuat
peraturan sebagai berikut :
1.Petani rempah-rempah hanya boleh
bertindak sebagai produsen hak jual-beli
hanya dimiliki VOC
2.Panen rempah-rempah harus di jual
kepada
VOC
dengan
harga
yang
ditentukan oleh VOC.
Bubarnya VOC di
Indonesia
Pada akhir abad ke-18, VOC mengalami kebangkrutan, dan tanggal 31 Desember 1799 VOC di bubarkan.
Faktor-faktor penyebab bangkrutnya VOC :
1. Para pegawai VOC banyak yang melakukan korupsi.
2. Banyak pegawai VOC yang tidak cakap sehingga pengendalian monopoli perdagangan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
3. VOC banyak menanggung utang akibat peperangan
4. Kemerosotan moral dikalangan para penguasa akibat sistem monopoli perdagangan.
5. Tidak berjalannya verplichte leveranti (penyerahan wajib) dan preanger stelsel (aturan pringan) untuk mengisi kas VOC yang kosong.
Lahirnya pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia
Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte
Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte
Louis Bonaparte
Louis Bonaparte
Herman Willem Daendels
Herman Willem Daendels
Gubernur Jendral di Indonesia
Gubernur Jendral di Indonesia
Raja di Belanda
Raja di Belanda
Tugas – tugas Daendels:
1. Mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris 2. Mengatur pemerintahan di Indonesia dan
membereskan keuangan.
Sistem
Pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia
JANSSENSMasaRAFFLES
Sistem Tanam Paksa Pelaksan
aan Politik
Sistem Pemerintahan Desentralisasi
Pemerintahan Hindia-Belanda berupaya
menggunakan sistem pemerintahan
desentralisasi untuk mengatur kekuasaan di wilayah jajahannya.
Pada saat pemerintahan kolonial berlangsung, terjadi dualisme sistem birokrasi pemerintahan, yaitu mulai diperkenalkannya sistem administrasi kolonial (Binnenlandsche Bestuur) yang memperkenalkan sistem administrasi dan birokrasi modern yang puncaknya pada ratu Belanda dan sistem administrasi tradisional (inheemche Bestuur) masih dipertahankan oleh pemerintah kolonial.
Birokrasi Pada Masa Pemerintah Hindia-Belanda
Struktur administrasi pemerintah kolonial belanda di Indonesia:
Kebijakan-kebijakan pada Pemerintahan Hindia-Belanda
1.Kebijakan Pemerintahan pada Masa DAENDELS
Tugas pokoka) Mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris
b) Mengatur pemerintahan di Indonesia
Untuk menjalankan tugas-tugasnya Daendels melakukan beberapa tindakan, antara lain:
a) Membentuk pasukan dari orang-orang Indonesia.
b) Mendirikan pabrik senjata di Semarang dan Surabaya.
c) Membangun pangkalan armada di Merak dan Ujung kulon.
Cara yang di lakukan Daendels
untuk mendapatkan dana agar
dapat menjalankan tugasnya
antara lain :
a) Contingenten
b)Verplichte Leverentie
c) Menjual tanah negara kepada
pihak swasta.
2.Kebijakan Pemerintahan Pada Masa JANSSENS
Janssens belum sempatmelaksanakan tugas-tugasnya, Belanda sudah dikalahkan oleh Inggris. Janssens terpaksa harus menyerah dan menandatangani perjanjian Kapitulasi Tuntang 17
Desember 1811.Isi perjanjian Kapitulasi Tuntang adalah :a) Seluruh militer Belanda menjadi tawanan Inggris.
b)Utang pemerintahan Belanda tidak di akui Inggris.
c) Indonesia harus diserahkan kepada Inggris.
Kekalahan Janssens disebabkan oleh :
a) Tidak terjalinnya hubungan kerjasama dengan raja-raja di Indonesia. b)Angkatan perang warisan Daendels kurang kuat.
3.Kebijakan Pemerintahan pada Masa RAFFLES
Raffles menerapkan kebijakan-kebijakan antara lain :
a) Membagi pulau Jawa menjadi 16 karesidenan.
b) Melarang perdagangan budak
c) Menghapus segala bentuk penyerahan wajib semasa Daendels
d) Menghapus peran Bupati sebagai pemungut pajak
e) Memberlakukan sistem sewa tanah (Landrent)
Akan tetapi sistem pajak sewa tanah (Landrent) pada masa Raffles mengalami kegagalan, sebab :
a) Sulit menentukan jumlah pajak yang harus di bayar b) Tidak ada dukungan dari para Bupati
4.Sistem Tanam Paksa di Indonesia
Abad ke-19 pemerintahan Belanda mengalami kesulitan keuangan yang akhirnya Van Den
Bosch mengusulkan pelaksanaan sistem tanam paksa / Cultur Stelsel di Indonesia.
Pelaksanaan sistem tanam paksa menimbulkan akibat yaitu :
Bagi Indonesia , menimbulkan
penderitaan ,kelaparan,kemiskinan bagi rakyat Indonesia terutama di daerah
Demak, Grobogan, dan Cirebon.
Bagi Belanda, sistem tanam paksa
5.Pelaksanaan Politik Pintu Terbuka
Pada tahun 1870 politik pintu terbuka/politik colonial liberal diberlakukan di Indonesia yang di tandai dengan keluarnya undang-undang Agraria (Agrasche Wet) tahun 1870.
Tujuan dikeluarkan undang-undang Agraria adalah :
a) Memberikan kesempatan kepada para pengusaha swasta asing untuk
menyewa tanah dari rakyat Indonesia.
Perlawanan Rakyat
Indonesia Terhadap
Pemerintah Hindia-Belanda
Perlawanan Rakyat Indonesia
Perang Patimura / Perang Maluku
Perang Diponegoro
Perang Paderi
Perang Bali
Perang Banjar
Perang Aceh
Perang Patimura / Perang
Maluku (1817)
Sebab terjadinya perang Maluku adalah
1. Penindasan Belanda terhadap rakyat Maluku
2. Kegelisahan rakyat Maluku terhadap Belanda yang diduga membebani rakyat dengan berbagi pihak
3. Pendudukan Belanda atas bentang Duurtstede di Saparua
Dalam perjuangan Pattimura yang dikenal dengan Thomas Maltullessy dibantu Thomas
Pattiwael,Anthonie Rheboak,Said
Perang Diponegoro
(1825-1830)
Sebab-sebab umum terjadinya perang Diponegoro melawan pemerintah kolonial Belanda antara lain :
1. Belanda turut campur dalam urusan keratin
2. Penderitaan rakyat akibat perlakuan pemerintahaan kolonial Belanda yang sewenang-wenang
3. Kebencian kalangan istana karena Belanda semakin mempersempit wilayah kerajaan
4. Kekecewaan kaum ulama terhadap sikap orang-orang Belanda yang merendahkan
Perang
Paderi
(1821-1837)
Penyebab
perang
Paderi
di
Minangkabau
Sumatera
Barat
adalah :
1. Pertentangan antara kaum Adat dan
kaum
Paderi
yang
berusaha
menegakkan
agama
Islam
dari
tidakan-tindakan yang menyimpang
dari ajaran Islam
Perang Bali (1846-1863)
Penyebab terjadinya Perang Bali
melawan
pemerintah
Belanda
adalah :
1. Belanda
menuntut
kerajaan-kerajaan
di
Bali
mengakui
kekuasaan
pemerintah
kolonial
Belanda
2. Belanda menolak Hukum Tawan
Karang ,yaitu hak raja-raja Bali
merampas semua kapal asing yang
terdampar di wilayah kerajaanya
3. Kerajaan-kerajaan di Bali menolak
tunduk kepada pemerintah Belanda
Perang
Banjar
(1859-1863)
Penyebab terjadinya perang Banjar
melawan kolonial Belanda adalah :
1. Penangkapan
Prabu
Anom
yang
terkenal menentang VOC
2. Belanda campur tangan dalam urusan
kerajaan Banjar dengan mengangkat
Pangeran Tamjidillah sebagai raja
Banjar menggantikan Sultan Adam.
Perang
Aceh
(1873-1904)
Penyebab terjadinya perang Aceh
melawan
pemerintah
kolonial
Belanda adalah:
1. Belanda menuntut Aceh mengakui
kekuasaan
pemerintah
Kolonial
Hindia-Belanda
2. Belanda turut campur dalam urusan
luar negeri Aceh
Ditandatanganinya Traktat Sumatera tahun 1871 yang memberikan kebebasan Belanda memperluas kekuasaan ke Sumatera termasuk Aceh. Pemimpin perjuangan melawan Belanda antara lain : Teuku Umar,Teuku Cik Di Tiro,Panglima Polim,Cuk Nyak Dien,dan Cuk Meutia.
Gerakan Protes Petani
Faktor-faktor pendorong timbulnya gerakan protes petani antara lain :
1. Kebencian para petani,adanya pemberlakuan berbagai pajak yang memberatkan
2. Para pengusaha bertindak sewenang-wenang
3. Adanya praktek penindasan dan perbudakan
4. Adanya keyakinan datangnya ratu adil yang akan embebaskan mereka.
Gerakan protes petani, misalnya :
5. Di Ciamis 1886 dipimpin oleh Mohammad Idris
6. Di Condet 1912 dipimpin oleh Entong Gendut
7. Di Surabaya 1916 dipimpin oleh Sadikin.
Berakhirnya Pemerintahan
Hindia-Belanda
Sejarah panjang masa berakhirnya pemerintahan Hindia Belanda sebenarnya telah mulai muncul karena diberlakukannya Politik Etis . Dengan dilakukannya Politik Etis tersebut justru mengancam kedudukan pemerintahan Hindia Belanda karena Politik Etis dapat menghadirkan lahirnya golongan terpelajar. Golongan terpelajar inilah yang mempelopori lahirnya Pergerakan Nasional, gerakan-gerakan anti penjajahan banyak bermunculan pada masa ini. Dimulai dari masa pembentukan (1908-1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam dan Indische Partij.
Tanda-tanda runtuhnya pemerintahan Hindia Belanda semakin menguat ketika berkobar Perang Dunia II di Eropa yang ditandai dengan penyerbuan Jerman atas Polandia pada tanggal 1 September 1939