• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUDUL PERANAN PEMERINTAH DESA DALAM MENI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "JUDUL PERANAN PEMERINTAH DESA DALAM MENI"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

JUDUL: PERANAN PEMERINTAH DESA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DESA DI KECAMATAN MALAKA TIMUR KABUPATEN MALAKA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

A. Latar Belakang Masalah

Sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 khususnya dalam pasal 18 memberikan keleluasaan kepada Daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Dalam menyelenggarakan Otonomi daerah dipandang perlu untuk menekankan kepada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Dalam menghadapai perkembamgan keadaan, baik di dalam maupun di luar negeri, serta tantangan persaingan global, dipandang perlu menyelenggarakan Otonomi Daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan tanggung jawab kepada daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan peraturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan serta potensi dan keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(2)

adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten. Desa berfungsi sebagai ujung tombak di dalam melaksanakan pembangunan di segala bidang baik di bidang Pemerintahan, pembangunan, maupun kemasyarakatan maupun tugas-tugas pembantuan yang merupakan pembangunan integral yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya yang meliputi kehidupan dan penghidupan masyarakat.

(3)

Daerah perlu untuk menekankan pada prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (Good Governance) dan pemerintahan yang bersih (Clean Governance) dalam mewujudkan pembangunan daerah yang desentralistik dan demokratis. Oleh karena itu, dalam menyelenggarakan pembangunan Desa diperlukan pengorganisasian yang mampu menggerakan masyarakat untuk mampu berpartisipasi dalam melaksanakan pembangunan Desa serta melaksanakan administrasi pembangunan Desa. Dengan demikian diharapkan pembangunan dan pelaksanaan administrasi Desa akan berjalan lebih rasional, tidak hanya didasarkan pada tuntunan emosional yang sukar dipertanggungjawabkan kebenarannya.

(4)

sendiripun akan bersifat apatis terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan Desa itu.

Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan Republik Indonesia, Desa telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pembanganan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia haruslah pembangunan yang berkesinambungan, yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Agar pembangunan yang dilaksanakan lebih terarah dan memberikan hasil dan daya guna yang efektif bagi kehidupan seluruh masyarakat, maka pembangunan yang harus dilakukan mengacu pada perencanaan yang terprogram secara bertahap dan didukung dengan pendanaan yang memadai, dengan memperhatikan perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

(5)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai wilayah yang memiliki posisi penting dalam mewujudkan cita-cita kemerekaan Indonesia, maka wilayah Desa perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi lebih kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera (Huda,2015:212).

(6)

2014 mengeluarkan kebijakan perundang-undangan baru yaitu Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Dalam operasionalisasi Desa untuk mewujudkan otonomi yang diberikan kepada Desa terdapat pembiayaan-pembiayaan, dimana pembiayaan tersebut memiliki hubungan dengan Alokasi Dana Desa, sehingga Pemerintah Daerah Kabupaten memberikan Alokasi Dana Desa kepada setiap Desa yang berada di wilayahnya. Hal ini tercantum pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menyebutkan bahwa keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa yang menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan dan pengelolaan keuangan Desa. Alokasi Dana Desa diberikan oleh pemerintah Pusat yang diperoleh dari dana perimbangan APBN yang diterima oleh Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar 10%. Dana tersebut kemudian dapat digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Jumlah nominal yang akan diberikan kepada masing-masing Desa akan berbeda tergantung dari geografis Desa, jumlah penduduk, serta jumlah angka kematian. Alokasi dana sebesar 10% yang diterima oleh Desa akan menyebabkan peningkatan terhadap pendapatan Desa.

(7)

Peraturan Pemerintah Nomor22 Tahun 2015 tentang perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN dirasakan sangat istimewa karena telah memberikan fondasi dasar yang kuat terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan Desa. Disamping itu, Keistimewaan lain juga terlihat dari isi peraturan yang memuat mengenai pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan tujuan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pembangunan adalah suatu proses yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat dalam jangka panjang. Proses pembangunan yang dimaksudkan adalah interaksi antara ketentuan-ketentuan tertentu yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain, dimana selain menghasilkan pertumbuhan ekonomi juga dapat menciptakan perubahan struktur dan distribusi pendapatan yang lebih merata. Seperti halnya yang telah diungkapkan oleh Siagian (2009:5) “Seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu Negara bangsa untuk bertumbuh, berkembang dan berubah secara sadar dan terencana dalam semua segi kehidupan dan penghidupan Negara bangsa yang bersangkutan dalam pencapaian tujuan akhirnya.”

(8)

Berdasarkan tujuan pembangunan Negara maka, pemberian otonomi yang luas kepada daerah-daerah merupakan upaya untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Salah satu kendala utama yang dihadapi dalam melaksanakan otonomi daerah, yaitu terbatasnya sumber-sumber pembiayaan untuk pelaksaan desentralisasi. Mengingat dan menyadari adanya hambatan dalam pembangunan suatu daerah maka perlu suatu alternatif paradigma pembangunan yang baru dimana semua kebutuhan masyarakat terjamin sampai ke plosok Desa sehingga dibutuhkan daerah otonom untuk Desa agar bisa mengelola sumber-sumber pembiayaannya untuk mensejahterakan masyarakat secara menyeluruh (Rahadjo, 2011:63). Hal ini diperkuat dengan adanya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Permendagri Nomor 66 Tahun 2007 tentang perencanaan pembangunan Desa yang menjelaskan bahwa pembangunan Desa yang sebelumnya terbebani dengan program-program pembangunan dari pusat, pemerintah Desa sekarang bisa leluasa dan bebas dalam mengelola dan mengatur serta menentukan arah pembangunan Desa secara mandiri.

(9)

ada di Desa untuk pembangunan desa menuj desa yang kuat, maju, mandiri, adil, sejahtera dan demokratis.

Dalam pembangunan desa, masyarakat desa merupakan subyek sekaligus obyek dari pembangunan, maka masyarakat desa diberi ruang dan kewenangan yang yang seluas-luasnya untuk menentukan nasibnya sendiri dengan mulai melakukan musyawarah perencanaan pembangunan desa, melaksanakan kegiatan, melakukan evaluasi dan monitoring serta melakukan pengawasan terhadap pembangunan di desanya.

(10)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Sejauh manakah peranan pemerintah Desa dalam meningkatkan pendapatan Asli Desa di Kecamatan Malaka Timur, Kabupaten Malaka berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa?

2. Faktor-faktor apakah yang menghambat peranan Pemerintah Desa dalam meningkatkan Pendapatan Asli Desa di Kecamatan Malaka Timur Kabupaten Malaka?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan peranan pemerintah Desa dalam meningkatkan Pendapatan Asli Desa di Kecamatan Malaka Timur Kabupaten Malaka berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

2. Untuk mengetahui dan menguraikan faktor-faktor yang menghambat peranan pemerintah Desa dalam meningkatkan Pendapatan Asli Desa di Kecamatan Malaka Timur, Kabupaten Malaka.

D. Manfaat Penelitian

(11)

1. Secara teorites penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi perngembangan ilmu hukum khususnya Hukum Tata Negara terkait dengan peranan pemerintah Desa dalam mengembangkan sumber pendapatan Desa. 2. Secara praktis penelitian ini mampu memberikan masukan yang bermanfaat bagi

Pemerintah Desa untuk megatasi hambatan–hambatan dalam rangka mengembangkan sumber pendapatan Desa

E. Tinjauan Pustaka 1. Otonomi Desa

Otonomi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) secara Bahasa adalah “berdiri sendiri” atau dengan pemerintahan sendiri. Sedangkan daerah adalah suatu wilayah atau lingkungan pemerintah. Secara istilah otonomi daerah adalah wewenang atau kekuasaan pada suatu wilayah atau dearah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah atau daerah masyarakat itu sendiri mulai dari ekonomi, politik, sosial dan pengaturan perimbangan keuangan termasuk pengaturan sosial budaya dan ideologi sesuai dengan tradisi adat istiadat daerah lingkungan sendiri.

(12)

eksistensi otonomi tersebut terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah, pemikiran pertama bahwa prinsip otonomi daerah dengan menggunakan prinip otonomi seluas-luasnya arti seluas-luasnya ini mengandung makna bahwa daerah dibuat kewenangan membuat kebijakan daerah, untuk memberi pelayanan, peningkatan pean serta prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Pemikiran kedua bahwa prinsip otonomi daerah dengan menggunakan prinsip otonmi yang nyata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa unuk menangani urusan pemerintah dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada, serta berpotensi untuk tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah, (Siswanto, 2005:8)

(13)

Daerah mengartikan Desa sebagai berikut: “Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistim pemerintah negara kesatuan republik Indonesia, (Widjaja, 2003:165) mengatakan bahwa otonomi Desa merupakan otonomi asli, utuh, bulat, serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh Desa tersebut. Sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak istimewa, Desa dapat melakukan perbutan hukum baik hukum publik maupan hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan menuntut di muka pengadilan.

Otonomi Desa yang merupakan otonomi asli telah diamanatkan dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18 b ayat 2 yaitu: negara mengakui dan menghormati kesatuan kesatuan masyarkat hukum adat beserta hak hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan pengembangan masyarakat dan prinsip negara kesatuan republik Indonesia.

(14)

kesejahteraan masyarakat yang kuat, maju dan mandiri. Pasal 26 Undang Undang ini menyatakan kewenangan Desa meliputi:

a. Kewenangan berdasarkan hak asal usul. b. Kewenangan local berskala Desa.

c. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan

d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang undangan.

Otonomi Desa memberikan ruang gerak bagi Desa dan mengembangkan prakarsa prakarsa Desa termasu sinergi berbagai aturan dengan potensi dan budaya lokal yang dimiliki Desa.

(15)

Desa, Sutoro Eko (2005:15) menjelaskan bahwa: “Tujuan yang substansial dari desentralisai dan otonomi Desa itu adalah:

a. Mendekatan perencanaan pembangunan ke masyarakat;

b. Memperbaiki pelayanan publik dan pemerataan pembangunan;

c. Menciptakan efisiensi pembiayaan pembangunan yang sesuai denngan kebutuhan lokal;

d. Mendongrak kesejahteraan perangkat Desa;

e. Menggairahkan ekonomi lokal dan penghidupan masyrakat Desa;

f. Memberikan kepercayaan, tanggung jawab dan tantangan bagi Desa untuk membangitkan prakarsa dean potensi Desa;

g. Menepa kapasitas Desa dalam mengelola pemerintahan dan pembangunan; h. Membuka arena pembelajaran bagi pemerintah Desa, BPD dan masyarakat;

dan

i. Merangsang tumbuhnya partisipasi masyarakat lokal.

Esensi dan substansi rujukan tersebut diatas yaitu kesejahteraan masyarakat, partisipasi aktif dan upaya membangun kepercayaan bersama yang dibingkai dengan sinergitas antara pemerintah dengan yang diperintah. Upaya mengawal tujuan desentralisasi dan otonomi Desa itu memerlukan komitmen politik dan keberpihakan kepada Desa menuju kemandirian Desa, dan tuntutan kemandirian Desa pada hakekatnya adalah terbentuknya daerah otonomi tingkat tiga yang disebut Otonomi Desa.

(16)

Berdasarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 71 Ayat (1) menyatakan bahwa “Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa”, dan ayat (2) “Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan Keuangan Desa.

Pasal 72 ayat (1) Udang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyatakan bahwa pendapatan Desa bersumber dari:

a. Pendapatan Asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain Pendapatan Asli Desa

b. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

c. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota

d. Alokasi Dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota

e. Bantuan Keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten /Kota

f. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga dan g. Lain-lain Pendapatan Desa yang sah.

(17)

menyatakan: aset lainya milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain :

a. Kekayaan Desa yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanjaa Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

b. Kekayaan Desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau sejenis;

c. Kekayaan Desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan lain-lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. Hasil kerja sama Desa; dan

e. Kekayaan Desa yang berasal dari perolehan lainya yang sah.

(18)

3. Tugas Dan Wewenang Penyelenggara Pemerintah Desa 1. Tugas dan Wewenang Pemerintah Desa (Kepala Desa)

a. Tugas

Secara eksplisit Pasal 26 ayat (1) mengatur empat tugas utama Kepala Desa yaitu:

a) Menyelenggarakan pemerintahan desa, b) Melaksanakan pembangunan desa,

c) Melaksanakan pembinaan masyarakat desa; dan, d) Memberdayakan masyarakat desa.

b. Wewenang

a) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa. b) Mengangkat dan memberhentikan Kepala Desa.

c) Memegang kekuasaaan pengelolaan keuangan dan aset desa. d) Menetapkan peraturan desa.

e) Menetapkan anggaran dan pendapatan belanja desa. f) Membina kehidupan masyarakat desa.

g) Membina ketentramana dan ketertiban masyarakat desa.

(19)

i) Mengembangkan sumber pendapatan desa.

j) Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

k) Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa. l) Memanfaatkan teknologi tepatguna.

m) Mengoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.

n) Mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

o) Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Tugas dan Wewenang BPD

a) membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;

b) melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaanPeraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa;

c) mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa; d) membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa;

e) menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat;

f) memberi persetujuan pemberhentian/ pemberhentian sementara Perangkat Desa;

(20)

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi / Menghambat Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Pemerintah Desa

a. Faktor Internal

Identifikasi dari faktor internal yang merupakan faktor penghambat terhadap pengembangan pemerintah Desa karena SDMnya kurang terampil seperti halnya penjelasan mengenai aspek sumber daya manusia. Sebagaimana terlihat sumber daya manusia atau aparat yang bertugas pada Desa tersebut secara kuantitas jumlah pegawai yang ada pada kantor Desa masih sangat kurang jika dibandingkan dengan beban tugas yang ada. Sebagaimana terlihat tugas ini tidak hanya menangani masalah pengawasan, pembinaan atau kegiatan administrasi saja tetapi segala urusan yang berkaitan dengan pengelolaan Desa, seperti tugas penataan pertamanan, kebersihan Desa, keindahan Desa dan Iain-Iain.

Faktor prasarana kerja yang juga menjadi faktor penghambat efektifnya pelaksanaan pengembangan Desa misalnya masih terbatasnya kendaraan operasional yang dapat digunakan oleh petugas khususnya yang membawahi bagian administrasi misalnya saja dalam mengantar surat penting di kantor-kantor.

(21)

penting sebagai alat motivasi supaya petugas dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Ketersediaan dana khususnya dana rutin (ADD) yang dialokasikan bagi Kantor Desa masih minim jika dibandingkan beban tugas yang ada. Salah satu faktor yang juga menghambat pemberdayaan masyarakat di Desa adalah sikap pemerintah Desa yang terkadang lebih memilih orang lain dalam setiap proyek seperti perbaikan jalan

b. Faktor Eksternal

Aspek yang bersifat eksternal dalam hal ini adalah faktor-faktor yang bersumber dari luar Desa meliputi:

1. Partisipasi masyarakat mentaati aturan dalam Desa

Efektifnya aturan dalam badan pengelolaan Desa tersebut sangat dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat untuk memperoleh atau melaksanakan pembangunan. Namun hal tersebut yang kurang terlihat adalah masyarakat di kawasan masih rendah partisipasinya dalam membangun Desa. Sehingga hal ini kadangkala terjadi setelah mendapat teguran dari aparat, hal itu bukan karena masyarakat tidak mau mengurus Desa atau sengaja melanggar tetapi lebih banyak mereka tidak tahu mengenai pengelolaan Desa. Hal itu tidak lain karena sosialisasi aturan ini bagi masyarakat tersebut masih kurang.

a. Hubungan antar status

(22)

seseorang yang memberikan jasa terbesar cenderung berusaha mendapatkan status yang tinggi. Sebaliknya seseorang yang memberikan jasa yang tidak begitu besar biasanya bersedia menerima status yang lebih rendah. Susunan status dalam satu kelompok dalam Desa selalu tampil dalam 2 wujud yaitu berupa status formal dan status sosial. Status formal adalah berkaitan dengan jenjang atau hierarki yang ada dalam Desa yang berkaitan langsung dengan rantai komando. Status social tidak selalu berkaitan dengan status formal seseorang, walaupun dapat saja seseorang yang mempunyai status formal yang tinggi dapat pula mempunyai status sosial yang tinggi.

Yang dapat menundukkan seseorang dalam status adalah :

1) Kemampuan fisik, mental dan sosial berbeda yang biasanya timbul karena perbedaan pendidikan, latihan dan pengalaman.

2) Tingkat kemudahan atau kesulitan pelaksanaan pekerjaan. 3) Tingkat pentingnya pekerjaan.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Lokasi penelitian

(23)

2. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yuridis empiris yaitu penelitian yang berdasarkan kajian mengenai peranan pemerintah Desa dalam meningkatkan Pendapatan Asli Desa ditinjau dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

3. Aspek-Aspek Yang Diteliti

Dalam penelitian ini yang menjadi aspek penelitian meliputi:

a. Tugas dan wewenang Kepala Desa Numponi dan Kepala Desa Sanleo Kecamatan Malaka Timur melakukan Pendataan, pengkajian dan mengatur potensi-potensi yang ada di Desa untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa. b. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan tugas dan wewenang pemerintah

Desa dalam meningkatkan Pendapatan Asli Desa yang ada di Desa Numponi dan Desa Sanleo Kecamatan Malaka Timur Kabupaten Malaka.

4. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pihak-pihak terkait dengan melakukan wawancara lansung di lokasi penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan sumber dokumen hukum lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti yaitu terdiri dari:

(24)

Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa;

b. Bahan Hukum sekunder yaitu berbagai buku literatur karya ilimiah, jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini dan kamus Hukum.

c. Bahan Hukum tersier yaitu berbagai kamus umum Bahasa Indonesia, website, situs-situs internet dan ensiklopedia lainnya yang terkait.

5. Populasi, Sampel, Responden

1. Populasi dalam penelitian ini adalah aparat pemerintah Desa Numponi dan Desa Sanleo, Kecamatan Malaka Timur Kabupaten Malaka.

2. Sampel dalam penelitian ini, yaitu bagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi.

3. Responden dalam penelitian ini adalah:

a. Kepala Desa Numponi dan Desa Sanleo : 2 orang b. Staf Pemerintah Desa Numponi dan Desa Sanleo : 6 orang c. Ketua BPD Desa Numponi dan Desa Sanleo : 2 orang d. Masyarakat di Desa Numponi dan Desa Sanleo : 12 orang

(25)

6. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Guna memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka dipakai beberapa teknik pengumpulan data yaitu:

a. Wawancara, dimana peneliti secara langsung bertemu dan mewawancarai pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang diteliti;

b. Kuesioner, peneliti memberikan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan berkaitan dengan masalah yang diteliti;

c. Studi kepustakaan atau dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Teknik Pengolahan Data

a. Editing, yaitu dilakukan dengan cara memeriksa dan menyaliminasi segala informasi data baik yang berkaitan denga permasalahan yang diteliti dan yang tidak berkaitan dengan permasalahan yang diteliti sesuai dengan keterangannya masing-masing;

b. Coding, yaitu memberi tanda atau kode dari data yang telah dikumpulkan; c. Tabulasi, yaitu menyusun data ke dalam tabel yang telah dikordinasi ke

dalam tabel distribusi frekuensi;

(26)

7. Teknik Analisis Data

(27)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku:

Admosudirjo, Prajudi. 2002. Hukum Atministrasi Negara. Jakarta: Ghalia Indonesia Basri, Alamudin. 1982. Administrasi Pembangunan Untuk Pembangunan Desa.

Bekasi: PT. Raja Grafindo Persada

Beratha, I Nyoman. 1992. Desa, masyarakat Desa dan Pembangunan. Jakarta: Ghalia Indonesia

Cholid Narbuko, Abu Achmadi. 2001. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Didik Sukriano, M. syaiful Aris, Umbu Periang. Otonomi Desa dan Kesejahteraan

Rakyat.

Hanif, Nurcolis. 2009. Perencanaan Partisipatif Pemerintah Daerah. Yogyakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Harimurti Kridaklaksana. 1977. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

In’amul mushoffa. 2014. Otonomi Desa dan Kesejahteraan Rakyat. Malang

Juliantara, Dadang. 2003. Pembaharuan Desa Bertumpu Pada Angka Terbawah. Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama.

Kaloh J. 2007. Mencari Bentuk Otonomi Daerah, Suatu Solusi dalam Menjawab Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global. Jakarta: Rhineka Cipta

Moekijat. Alumni. 1989. Menagemen Kepegawain. Bandung: Alumni

Ndraha, Talisinduhu. 1991. Dimensi-Dimensi Pemerintah Desa. Jakarta: Bumi Aksara Prijono, 2008. Menajemen Sumber Daya Manusia. Sidoarjo: Zifatma Publisher

(28)

Siswanto, Sunarno. 2005. Hukum pemerintah daerah. Jakarta: Sinar Grafika Sutardjo Kartohadikusumo. 1988. Pemerintah Desa. Jakarta

Sutoro Eko, Candra coret. 2005. Desa membangun Indonesia. Yogyakarta: Forum Pembangunan Pembaharuan Desa

Umbu Periang. 2014. Otonomi Desa dan Kesejahteraan Rakyat. Malang: Insrants Institute Malang

Widjaja, HAW. 2004. Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat dan Utuh. Jakarta: PT. Raja Grafindo Prasada

……….. 2003. Titik Berat Otonomi Daerah: PT. Raja Grafindo Prasada B. Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495)

(29)

C. Sumber-sumber Internet:

http://.id.shovoong.com/writing-speking/presentating-pengertian-pengertian pengolahan

www.acamedia.edu/kajian-undang-undang-Desa

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga uji kelayakan tersebut dapat diketahui bahwa dari sisi aspek pasar dan pemasaran pabrik pakan ternak ayam ras petelur termasuk dalam kategori layak.

Pengujian hipotesis tentang pengaruh Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Varibael Mediasi (Studi Pada Pegawai

Data yang dikumpulkan meliputi data jumlah telur yang berhasil dan gagal menjadi berudu, data peluang hidup melalui pengamatan berudu dalam proses metamorfosisnya menjadi

Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari Breiby & Slatten (2018) yang menyatakan bahwa kualitas dari pengalaman estetika berhubungan positif dengan kepuasan

pemberdayaan masyarakat di daerah Saramaake (Kabuapaten Halmahera Timur) belum disam- paikan informasinya. Kegiatan inisiasi pengembangan pemasaran dan pembentukan kelompok

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mutasi gen rpoB Ser531Leu Mycobacterium tuberculosis pada sampel yang diambil dari penderita tuberkulosis paru di RSUP

Untuk informasi kesehatan dan keselamatan untuk komponen masing-masing yang digunakan dalam proses manufaktur, mengacu ke lembar data keselamatan yang sesuai untuk

Namun demikian lain halnya dengan pendapat yang disampaikan oleh Supardi dan Haris yang merupakan pedagang di pasar syari’ah madani, menurut mereka memang aqad