• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN HASIL PENELITIAN tindakan PSIKOLINGUISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN HASIL PENELITIAN tindakan PSIKOLINGUISTIK"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL PENELITIAN PSIKOLINGUISTIK

Perbedaan Perkembangan Morfologis Anak Laki-laki dan Perempuan Usia 3-5 Tahun PAUD Rindu Satria

Disusun Oleh

Kelompok 3 PBSI 6C:

1. Sigit Purnomo (1110013000102)

2. Solikah (1110013000106)

3. Anggraini Prastikasari (1110013000112) 4. Rini Setianingrum (1110013000114)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2013

(2)

Pada dasarnya sejak lahir manusia telah terikat secara kodrati untuk mempelajari bahasa pada waktu tertentu dan dengan cara tertentu. Menurut Subyakto dan Nababan (1992:124) bahasa adalah segala bentuk komunikasi ketika pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan supaya dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa bahasa komunikasi tidak dapat dilakukan dengan baik dan interaksi sosial pun tidak akan pernah terjadi. Tanpa bahasa siapa pun tidak akan mampu mengekspresikan diri dalam menyampaikan sesuatu pesan kepada orang lain. Chomsky sebagaimana dikutip Subyakto dan Nababan (1992:76) menyatakan bahwa setiap anak sejak lahir telah dilengkapi dengan seperangkat peralatan yang memungkinkannya memperoleh suatu bahasa. Seperangkat peralatan itu disebut dengan peralatan pemerolehan bahasa atau Language Acquisition Device (LAD). Dengan adanya LAD ini seorang anak dipastikan memiliki kemampuan alamiah untuk berbahasa.

Berbahasa tidak terlepas dari kosakata. Kosakata atau perbendaharaan kata adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa. Kosakata merupakan bagian penting dari bahasa. Penguasaan kosakata dapat memengaruhi keterampilan berbahasa seseorang. Begitu juga dengan kemampuan seseorang menggunakan dan mempelajari bahasa banyak dipengaruhi oleh kosakata yang dimilikinya.

Bahasa dapat berfungsi kepada seseorang apabila keterampilan berbahasa seseorang meningkat. Keterampilan berbahasa seseorang meningkat apabila kuantitas dan kualitas kosakatanya meningkat.

Para ahli berpendapat bahwa Kuantitas ragam kosakata bahasa yang dikuasai anak perempuan lebih besar daripada anak laki-laki. Hal ini disebabkan adanya perbedaan antara otak laki-laki dengan otak perempuan dalam hal bentuknya, yakni, hemisfir kiri pada otak perempuan lebih tebal daripada hemisfir kanan. Dalam perkembangannya anak laki-laki lebih lambat dalam belajar berbicara jika dibandingakan dengan anak perempuan). Selain itu, kalimat anak laki-laki lebih pendek dan kosakata yang diucapkan lebih sedikit daripada anak perempuan. Selama proses penelitian anak perempuan lebih dominan dalam hal berbicara dan berbahasa. Saat bermain pun anak perempuan lebih banyak mengungkapkan perasaannya dibandingkan dengan anak laki-laki

Hal inilah yang membuat kami tertarik untuk meneliti “Perbedaan Perkembangan Morfologis Anak Laki-laki dan Perempuan Usia 3-5 Tahun di PAUD Rindu Satria”. B. Permasalahan

(3)

Secara khusus, permasalahan penelitian ini hanya mengambil sampel pada penguasaan kosakata anak ketika mereka bercerita tentang liburan dan penelitian ini akan menjawab beberapa pertanyaan berikut:

1. Bagaimanakah perbedaan perkembangan morfologi anak laki-laki dan perempuan usia 3-5 tahun di PAUD Rindu Satria?

2. Faktor-faktor apasajakah yang menyebabkan perbedaan perkembangan morfologi anak laki-laki dan perempuan usia 3-5 tahun di PAUD Rindu Satria?

3. Bagaimanakah implikasi dari perbedaan perkembangan morfologi anak laki-laki dan perempuan usia 3-5 dalam bersosialisasi dengan lingkungan?

C. Tujuan

1. Mengidentifikasi serta melihat perkembangan morfologi anak laki-laki dan perempuan usia 3-5 tahun di PAUD Rindu Satria .

2. Mengetahui secara komperehensif berbagai faktor yang menyebabkan perbedaan perkembangan morfologi anak laki-laki dan perempuan usia 3-5 tahun di PAUD Rindu Satria.

3. Melihat sejauh manakah pengaruh perbedaan perkembangan morfologi anak laki-laki dan perempuan usia 3-5 dalam bersosialisasi dengan lingkungan.

D. Manfaat

1. Memberikan berbagai rekomendasi bagi pihak-pihak terkait untuk merespons kecenderungan perkembangan keberagamaan morfologi anak laki-laki dan perempuan usia 3-5.

2. Memberikan informasi bagi pembenahan strategi dalam penanganan perkembangan anak laki-laki dan perempuan usia 3-5 tahun.

3. Membantu terwujudnya sosialisasi yang kondusif antara kehidupan akademis dan keberagamaan yang kondusif anak laki-laki dan perempuan usia 3-5 dengan lingkungannya.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Morfologi, Psikolinguistik, dan Pemerolehan Bahasa

Beberapa konsep pokok dalam penelitian ini antara lain meliputi: morfologi, psikolinguistik, dan perbedaan pemerolehan bahasa antara laki-laki dan perempuan. Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa

(4)

dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.1 Namun yang akan menjadi penekanan morfologi dalam penelitian ini hanya pada kelas kata.

Banyak ahli memberikan definisi psikolinguistik yang berbeda-beda meskipun intinya sama. Aitchison (1998: 1) mendefinisikannya sebagai suatu “studi tentang bahasa dan minda”. Harley (2001: 1) menyebutkan sebagai “studi tentang proses-proses mental dalam pemakaian bahasa”. Sementara itu, Clark dan Clark (1997: 4) menyatakan bahawa psikologi bahasa berkaitan dengan tiga hal utama: komprehensi, produksi, dan pemerolehan bahasa. Dari definisi-definisi ini dapatlah disimpulkan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari proses-proses mental yang dilalui oleh manusia dalam berbahasa.

Secara rinci psikolinguistik mempelajari empat topik utama: (a) komprehensi, yakni proses-proses mental yang dilalui oleh manusia sehingga mereka dapat menangkap apa yang dikatakan orang dan memahami apa yang dimaksud, (b) produksi, yakni proses-proses mental pada diri kita yang membuat kita dapat berujar seperti yang kita ujarkan, (c) landasan biologis serta neurologis yang membuat manusia bisa berbahasa, dan (d) pemerolehan bahasa, yakni bagaimana anak memperoleh bahasa mereka.2

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pemerolehan diartikan sebagai proses, cara atau perbuatan memperoleh. Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung didalam otak anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Istilah pemerolehan dipakai untuk padanan istilah inggris acquisition, yakni proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language). Istilah ini dibedakan dari pembelajaran yang merupakan padanan dari istilah inggris learning. Dalam pengertian ini proses itu dilakukan dalam tatanan yang formal, yakni belajar di kelas dan diajar oleh seorang guru. Dengan demikian maka proses dari anak yang belajar menguasai bahasa ibunya adalah

1 Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010)

(5)

pemerolehan, sedangkan proses dari orang (umumnya dewasa) yang belajar di kelas adalah pembelajaran. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seseorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua, setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua. Menurut Sigel dan Cocking (2000:5) pemerolehan bahasa merupakan proses yang digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih kaidah tata bahasa yang paling baik dan sederhana dari bahasa yang bersangkutan. Pemerolehan bahasa umumnya berlangsung di lingkungan masyarakat bahasa target dengan sifat alami dan informal serta lebih merujuk pada tuntutan komunikasi.

B. Perbedaan Perkembangan Morfologis Anak Laki-laki dan Perempuan

Beberapa ahli berpendapat bahwa perbedaan pemerolehan bahasa antara anak laki-laki dan perempuan disebabkan karena perbedaan komposisi otak. Menurut Chaer otak perempuan lebih kaya akan neuron dibandingkan dengan otak laki-laki, jadi semakin banyak jumlah neuron di suatu daerah, semakin kuat fungsi otak di sana. Oleh karena itu, kesan cerewet yang ada pada perempuan adalah bagian dari kemampuan verbal yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya jumlah neuron pada otak kiri perempuan. 3

Menurut Steinberg, dkk. kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai anak perempuan lebih besar daripada anak laki-laki. Hal ini disebabkan adanya perbedaan antara otak laki-laki dengan otak perempuan dalam hal bentuknya, yakni, hemisfir kiri pada otak perempuan lebih tebal daripada hemisfir kanan.

Hal senada juga diungkapkan Santrock yang menjelaskan bahwa anak perempuan lebih unggul dalam beberapa area verbal seperti kemampuan menemukan sinonim kata-kata dan memori verbal sedangkan anak laki-laki melebihi anak perempuan dalam kemampuan kuantitatif dan visual spasial.4 Pandangan tersebut cukup memperjelas hasil penelitian, bahwa anak perempuan dalam berbahasa sedikit lebih baik dari anak laki-laki. Dibandingkan dengan anak perempuan, dalam perkembangannya anak laki-laki lebih lambat dalam belajar berbicara (Hurlock, 1997:209). Selain itu, kalimat anak laki-laki lebih pendek dan kosakata yang diucapkan lebih sedikit daripada anak perempuan. Selama proses penelitian anak perempuan lebih dominan dalam hal berbicara dan

(6)

berbahasa. Saat bermain pun anak perempuan lebih banyak mengungkapkan perasaannya dibandingkan dengan anak laki-laki. Keadaan yang seperti inilah yang menyebabkan kelas bahasa umumnya didominasi oleh perempuan.

Dari penjelasan teori-teori tersebut dapat dirumuskan sebuah dugaan bahwa dalam perkembangannya anak perempuan lebih mudah menguasai bahasa dibandingkan dengan anak laki-laki. Termasuk dalam penguasaan kosakata, kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia anak perempuan usia prasekolah lebih banyak dari pada anak laki-laki.

C. Penguasaan Kosakata Masa kanak-kanak

Menurut pandangan behaviorisme, kemampuan berbicara dan memahami sebuah bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungan luar.5 Jadi, dapat ditarik sebuah hubungan bahwa perkembangan kosakata anak juga tergantung pada masukan-masukan yang diterima anak dari luar. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada setiap anak.

Menurut Elizabeth dalam bukunya perkembangan anak, ia mengemukakan bahwa penguasaan kosakata anak terbagi menjadi kosakata umun dan khusus.

Kosakata Umum

1. Kata Benda (Nomina). Kata pertama yang digunakan oleh anak adalah kata benda, umumnya yang bersuku kata satu yang diambil dari bunyi yang disenangi

2. Kata Kerja (Verba). Setelah anak mempelajari kata benda yang cukup untuk menyebutkan nama orang dan benda dalam lingkungan yang bersangkutan, mereka memppelajari kata-kata baru, khususnya yang melukiskan tindakan seperti: “beri” dan “pegang”.

3. Kata Sifat (Adjektiva). Kata sifat dikuasai anak semenjak usia satu setengah tahun. Pada awalnya kata sifat yang digunakan merupakan kata yang paling umum seperti “baik”, “buruk”, “panas”, “bagus”. Pada prinsipnya, kata-kata yang digunakan mengacu pada orang, makanan, dan minuman.

4. Kata Keterangan (Adverbia). Kata keterangan muncul pada usia yang sama dengan kata sifat. Kata keterangan yang paling umum muncul pada anak adalah “di sini” dan “di mana”.

5. Kata Ganti (Pronomina). Kata ini muncul paling akhir karena paling sulit digunakan. Misalnya, anak bingung kapan menggunakan “ku” dan “nya”, “kami” dan “mereka”.

(7)

Kosakata Khusus

1. Kosakata Warna. Sebagian besar anak mengetahui nama warna pada usia empat tahun. Seberapa cepat mereka menguasai nama warna tergantung ketertarikan mereka pada warna.

2. Kosakata Jumlah. Dalam skala Intelegensi Stanford-Binet (Stanford-Binet Intelegensi Scale), anka usia 5 tahun dapat menghitung tiga objek, sementara usia 6 tahun diharapkan lebih memahami dan menguasai lebih dari tiga objek.

3. Kosakata Waktu. Kosakata ini umumnya dikuasai anak usia 6 atau 7 tahun. Mereka sudah bisa memahami arti “pagi” dan “malam.”

4. Kosakata Uang. Anak yang berumur 4 atau 5 tahun mulai menamai mata uang sesuai dengan ukuran dan warnanya.

5. Kosakata Bahasa Rahasia. Bahasa ini paling banyak digunakan oleh anak perempuan setelah berusia 6 tahun untuk berkomunikasi dengan teman mereka.6

D. Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Penguasaan Kosakata Anak

Kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai masing-masing anak bervariasi. Kuantitas ragam kosakata yang bervariasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni:

a) Kesehatan

Anak yang sehat, lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang tidak sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk menjadi anggota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut. berbicara, mengungkapkan dirinya lebih baik, dan lebih banyak berbicara ketimbang anak dari kelompok yang keadaan ekonominya lebih rendah. Penyebab utamanya adalah anak yang berasal dari ekonomi atas lebih banyak didorong untuk berbicara dan lebih banyak didorong melakukannya.

d) Jenis Kelamin

Dibandingkan dengan anak perempuan, anak laki-laki tertinggal dalam belajar berbicara. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak laki-laki lebih pendek dan kurang betul

(8)

tata bahasanya, kosakata yang diucapkan lebih sedikit, dan pengucapannya kurang tepat ketimbang anak perempuan

e) Keinginan Berkomunikasi

Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain, semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara, dan semakin bersedia menyisihkan waktu dan usaha maka seorang anak akan semakin cepat dalam berbicara dan penguasaan kosakatanya. f) Dorongan

Semakin banyak anak disorong untuk berbicara akan semakin awal mereka belajar berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya.

g) Ukuran Keluarga

Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya belajar lebih awal dan lebih baik ketimbang anak dari keluarga besar, karena orang tua dapat menyisihkan waktu yang lebih banyak untuk mengajar anaknya berbicara.

h) Urutan Kelahiran

Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul ketimbang anak yang lahir kemudian. Hal ini karena orang tua dapat menyisihkan waktunya lebih banyak untuk mendorong anak berbicara.

i) Kelahiran Kembar

Anak yang lahir kembar umumnya terlambat perkembangan bicaranya terutama karena mereka lebih banyak bergaul dengan saudara kembarnya dan hanya memahami logat khusus yang mereka miliki

j) Hubungan Teman Sebaya

Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya dan semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggota kelompok sebaya, akan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar berbicara.

k) Kepribadian

Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik kemampuan bicaranya cenderung baik dibandingkan dengan anak tidak atau susah menyesuaikan diri dengan lingkungan.7

(9)

BAB III KAJIAN PUSTAKA

Dardjowidjojo pernah meneliti pemerolehan bahasa cucunya selama lima tahun. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa nomina menduduki posisi paling atas dengan persentase rata-rata 49% dan verba menduduki urutan kedua dengan persentase rata-rata-rata-rata 29%, selanjutnya pada urutan ketiga baru diikuti kelas kata adjektiva dengan persentase 13%, dan kata fungsi menempati urutan keempat dengan persentase 10%.8

Penelitian lain yang dilakukan oleh Dyah Rahmawati, dkk. dari Universitas Negeri Malang menunjukkan bahwa kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai masing-masing anak bervariasi. Pada lima anak perempuan yang diteliti, kosakata yang dikuasai berada dalam kisaran 68 – 146 kosakata. Sementara itu, pada lima anak laki-laki yang diteliti, kosakata yang dikuasai berada dalam kisaran 32 – 138 kosakata. Dalam penelitian ini kelas kata nomina menempati jumlah terbanyak yang dikuasai anak. Hasil yang sama juga ditunjukkan Dardjowidjojo yang selama lima tahun meneliti pemerolehan bahasa cucunya. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa nomina menduduki posisi paling atas dengan persentase rata 49% dan verba menduduki urutan kedua dengan persentase

(10)

rata 29%, selanjutnya pada urutan ketiga baru diikuti kelas kata adjektiva dengan persentase 13%, dan kata fungsi menempati urutan keempat dengan persentase 10%.9

BAB IV

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hal ini karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata yang dituturkan anak usia prasekolah dalam rentang usia 3 – 5 tahun. Pendekatan kualitatif dipilih karena penelitian ini menggunakan interaksi sosial sebagai cara memperoleh data dari sumber data secara alami. Sumber data penelitian ini adalah anak-anak PAUD Rindu Satria yang berusia 3-5 tahun . Setiap kelompok jenis kelamin diambil dua anak sehingga terdapat empat objek penelitian. Penelitian ini, menggunakan teknik pancingan dalam memperoleh kosakata anak dengan cara mengajukan pertanyaan seputar kegiatan liburan mereka.

Data penelitian ini bersifat deskriptif, artinya kosakata yang menjadi data utama penelitian ini adalah sumber deskripsi yang memaparkan mengenai seluk-beluk penguasaan kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah. Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian deskriptif kualitatif dipandang sesuai untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai penguasaan kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah.

(11)

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Perbedaan Penguasaan Kosakata Anak Laki-laki dan Perempuan PAUD Rindu Satria

Sejauh ini hasil penelitian para ahli mengenai kuantitas ragam kosakata pada anak usia prasekolah bervariasi. Hal ini karena perkembangan kosakata anak banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal sehingga masukan-masukan yang diterima anak berbeda antara satu dengan yang lain. Adapun kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada empat anak PAUD Rindu Satria sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini.

Kuantitas Ragam Kosakata Bahasa Indonesia

pada Anak Usia 3-5 Tahun PAUD Rindu Satria dengan Teknik Bercerita

Subjek Penelitian

L/ P

Usia Kelas Kata Jumla

h

Kb Ks Kk Kket Kg Kkh

NA P 4 Tahun 9 4 2 1 16

(12)

EZ L 4 Tahun 7 3 1 1 12

Pada dasarnya anak usia 3-5 tahun memiliki kosa kata yang cukup bervariasi. Mereka menguasai kata kerja, kata benda, kata sifat, kata keterangan, kata ganti dan kata khusus. Pertanyaan yang kami ajukan berupa pertanyaan tentang kegiatan berlibur yang pernah meraka lakukan. Dengan teknik pancingan yang kami lakukan mereka bisa menceritakan ke mana mereka pergi, dengan siapa, apa saja yang mereka lihat, dan bagaimana perasaan mereka. Untuk melihat contoh percakapan antara kami dengan siswa yang kami jadikan sampel penelitian dapat dilihat di lembar lampiran.

Seperti yang dikemukakan oleh para ahli anak perempuan lebih banyak menguasai kosakata ketimbang anak laki-laki. Seperti yang dapat dilihat pada tabel di atas, anak perempuan menguasai lebih banyak kosakata daripada anak laki-laki. Berikut perinciannya, NA menguasai 16 kosakata, SY menguasai 14 kosakata, sementara EZ 12 kosakata, dan BA 14 Kosakata.

(13)

banyak yang mereka ketahui misalnya; pergi, berlibur, main, naik, pergi, dll. Kata keterangan yang dikuasai mereka kuasai misalnya; pernah, dan tidak.

Kata Ganti (Pronomina) Dari penelitian ini terdapat kata ganti atau pronomina yang digunakan anak dalam berkomunikasi, di antaranya; aku, dia, kita pronomina persona. Pronomina posesiva adalah segala kata yang menggantikan kata ganti orang dalam kedudukannya sebagai pemilik seperti bentuk -ku, -mu, -nya. Kata khusus yang dikuasai, pada umumnya kata yang menunjukkan warna seperti; hitam, putih.

B. Faktor Penyebab Perbedaan Perkembangan Morfologis Anak Laki-laki dan Perempuan PAUD Rindu Satria

Faktor-faktor yang menjadi penyebab perbedaan perkembangan morfologis anak laki-laki da perempuan PAUD Rindu Satria:

(14)

Lingkungan keluarga juga berperan dalam perkembangan bahasa anak. Santrock (2007:373) menyatakan bahwa kuantitas percakapan orangtua kepada anak berhubungan langsung dengan pertumbuhan kosakata anak dan kuantitas bicara juga dihubungkan dengan status sosial ekonomi keluarga. Pada penelitian ini, peneliti memanfaatkan data-data yang ada di buku induk sekolah untuk dapat dijadikan gambaran mengenai kondisi keluarga dari anak-anak yang diteliti. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa anak yang kedua orangtuanya bekerja memiliki kosakata yang tidak sebanyak anak-anak lain yang ibunya tidak bekerja. Oleh karena itu, muncul sebuah dugaan bahwa orangtua khususnya ibu yang berbicara lebih sering kepada anak-anaknya akan berpengaruh dalam jumlah kosakata yang dikuasai anak.

Hubungan Teman Sebaya juga berkaitan erat dengan penguasaan kosakata seorang anak. Dari hasil penelitian anak anak perempuan lebih akrab dengan teman perempuan yang lainnya. Hal ini berbeda dengan anak laki-laki yang cenderung asik bermain sendiri dan tidak mempedulikan teman di sekitarnya. Padahal kita tahu bahwa semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya dan semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggota kelompok sebaya, akan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar berbicara.

Kepribadian, seorang anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik kemampuan bicaranya cenderung baik dibandingkan dengan anak tidak atau susah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kepribadian inilah yang dimiliki oleh anak perempuan, sehingga mereka lebih bisa menyesuaikan diri ketimbang anak laki-laki yang cenderung sibuk dengan dirinya sendiri.

C. Pengaruh Perbedaan Perkembangan Morfologis Anak Laki-laki dan Perempuan PAUD Rindu Satria dalam Bersosialisasi

(15)

perempuan maupun anak laki-laki bisa diatur dan mematuhi apa yang diajarkan oleh guru mereka.

BAB VI PENUTUP A. Simpulan

Dari hasil penelitian, dengan sampel pengalaman berlibur, penguasaan kosakata bahasa Indonesia anak PAUD Rindu Satria, pada umumnya anak sudah menguasai hampir seluruh kelas kata. Dari kelas kata yang ada, sebagian besar kosakata anak sudah mencakup kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata ganti, dan kata khusus. Namun, dari semua kelas kata, kata benda menempati posisi pertama dalam hal penguasaan.

Kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah faktor jenis kelamin, kondisi lingkungan keluarga, hubungan teman sebaya, dan kepribadian masing-masing anak. Di samping itu, perbedaan masukan (input) yang diterima masing-masing anak juga turut berpengaruh dalam kuantitas ragam kosakata yang dikuasai anak.

(16)

perempuan pada umunya penurut sehingga tidak terlalu berdampak pada kegiatan belajar mengajar.

B. Saran

Berdasarkan simpulan tersebut, dapat disampaikan saran kepada beberapa pihak seperti orangtua, guru prasekolah dan pengembang media pembelajaran. Bagi orangtua diharapkan dapat membangun hubungan komunikasi yang intensif dengan anak untuk membantu pertumbuhan kosakata anak sebagai bekal supaya anak dapat terampil berbahasa. Bagi guru prasekolah diharapkan dapat pula membantu meningkatkan penguasaan anak terhadap kosakata-kosakata dalam sebuah komunikasi, terutama kosakata yang masih minim dikuasai anak prasekolah. Sementara itu, bagi pihak pengembang media pembelajaran supaya dapat mengembangkan media pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan melalui kartu-kartu kata atau video interaktif seputar pengenalan kosakata bahasa Indonesia pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008.

Chaer, Abdul. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003.

Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga, 1978.

Muslich, Masnur. 2010. Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara.

(17)

Lampiran 1 EZ (lk)

A: “ Ezy Pernah liburan nggak?”

B: “Pernah.” (Kket)

A: “Liburannya ke mana?”

B: “Ke pantai terus ke kampung.” (Kb, Kb)

A: “Kampungnya di mana?”

B: “Jauh, di Pondok Indah.” (Ks, Kb)

A: “Di kampungnya ada apa saja?”

B: “Ada mainan, sepeda- sepeda, banyak.” (Kk, Kb, Kb, Ks)

A: “Banyak? Kamu senang nggak?”

B : “ Senang?” (Ks)

A : “Sama siapa?”

B: “Sama Ayah, Ibu.” (Kb, Kb)

(18)

A: “ Liburan kemana?”

B: “ Sea word” (Kb)

A: “Lihat apa saja di sana?”

B: “Lumba-lumba, udang, gurita, banyak” (Kb, Kb, Kb, Ks)

A: “Kamu takut nggak?”

B: “ Nggak” (Kket)

A: “Sama siapa saja?”

B: “ Mama, Papa, Keluarga, Semuanya” (Kb, Kb, Kb, Kkh)

A: “Senang nggak?”

B: “Senang, ada ikan warna-warni” (Ks, Kk, Kb, Kkh)

NA (pr)

A: “Liburanya ke mana?”

B: “ Ke mainan Cinere, Depok” (Kb, Kb, Kb)

A: “Di sana ngapain saja?”

B: “ Main” (Kk)

A: “ Mainan apa?”

B: “Motor-motoran” (Kb)

A: “Sama siapa saja?”

B: “Sama Papa sama Mama” (Kb, Kb)

A: “Senang nggak liburan sama Papa sama Mama?”

B: “ Senang” (Ks)

A: “Terus lihat apa lagi?”

B: “ Lihat Barongsai di Pondok Indah” (Kk, Kb, Kb)

A: “ Takut nggak?”

B: “ Serem”(Ks)

(19)

B: “ Iya, gede tapi warnanya bagus.” (Ks, Kb, Kg,Ks )

SY (pr)

A: “ Avira liburanya ke mana?”

B: “ Sea Word” (Kb)

A: “ Lihat apa?”

B: “ Lihat salju” (Kk, Kb)

A: “ Terus apa lagi?”

B: “ Ikan, beruang” (Kb, Kb)

A: “Beruangnya warna apa?”

B: “Beruangnya warna hitam sama putih” (Kg, Kb, Kkh, Kkh)

A: “Sama siapa Avira Ke sana?”

B: “Sama Mama, Papa, kakak” (Kb, Kb, Kb)

A: “Naik apa?”

B: “Naik Kereta” (Kk, Kb)

Lampiran 2

Sampel laki-laki

M Alfarezi (EZ) anak pertama dari satu bersaudara

M Ibrahim Novel (BA) anak ketiga dari tiga bersaudara

Sampel perempuan

Nafa Salma (NA) anak pertama dari satu bersaudara

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-langkah yang dilakukan didalam prosedur penelitian dimulai dengan mengidentifikasi masalah- masalah pengambilan data evaluasi kinerja dosen dengan kuisioner,

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Penangkapan Ikan telah ditetapkan dalam Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 298/2013 tentang

KPU (komisi pemilihan umum) adalah sebuah lembaga yang mempunyai tugas untuk menyelengarakan pemilihan umum ( pusat dan daerah ) yang bersih, transparan, akuntabel, dan

4 Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membekali peserta dengan kemampuan mengadopsi dan mengadaptasi keunggulan organisasi yang memiliki best practice pada strategi

PT Astra Graphia Tbk (“Perusahaan”) dan anak perusahaan tanggal 31 Desember 2002 dan 2001, serta laporan laba rugi konsolidasian, laporan perubahan ekuitas konsolidasian, dan

Respon siswa pada pernyataan 7 menunjukkan pembelajaran menggunaan media Flash membantu siswa dalam memahami materi hasil kali kelarutan yang bersifat abstrak, karena media

Hasil wawancara dengan kak Theresa Thesa Handayani SE sebagai pegawai toko di Toko Elektronik City pada tanggal 25 April 2019: Dalam pelaksanaan perjanjian jual beli

stroke iskemik akut, kecuali terdapat hipertensi berat yang menetap yaitu stroke iskemik akut, kecuali terdapat hipertensi berat yang menetap yaitu tekanan darah sistolik >220