• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN PASSING BAWAH BOLA VOLI DENGAN PENDEKATAN BERMAIN DI SDN 13 MANGARO ARTIKEL ILMIAH BLANDINA JUWITA NIM F 1104151030

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN PASSING BAWAH BOLA VOLI DENGAN PENDEKATAN BERMAIN DI SDN 13 MANGARO ARTIKEL ILMIAH BLANDINA JUWITA NIM F 1104151030"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN PASSING BAWAH BOLA VOLI

DENGAN PENDEKATAN BERMAIN DI SDN 13 MANGARO

ARTIKEL ILMIAH

BLANDINA JUWITA

NIM F 1104151030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

(2)
(3)

1

UPAYA PENINGKATAN PASSING BAWAH BOLA VOLI

DENGAN PENDEKATAN BERMAIN DI SDN 13 MANGARO

Blandina, Mimi, Fitriana

Penjaskesrek, Universitas Tanjungpura, Pontianak Email: blandinajuwita@ymail.com

Abstract

The purpose of this research to improve learning outcomes under volleyball passing grade the students of SDN 13 Mangaro through play approach. The method used in this research is descriptive type of research is classroom action research). Subjects in this study were the students of SDN 13 Mangaro, amounting to 36 learners. The results of this study have shown a significant improvement for the development of learners. It can be seen on the first cycle students are the results of students who completed totaling 16 students or 44.4%, while students and who have not completed a total of 20 students, or by 55.6%, then proceed to the second cycle of improvement under the approach passing play with category complete all of the students passed the 36 students and unfinished amounted to 0 or does not exist.

Keywords: Passing Down, Volleyball, Playing Approach

Pendidikan jasmani adalah proses orientasi pembinaan yang tertuju pada aspek jasmani, namun demikian seluruh skenario adegan pergaulan yang bersifat mendidik juga tertuju pada aspek pengembangan kognitif dan afektif sehingga pendidikan jasmani merupakan intervensi sistematik yang bersifat total, mencakup pengembangan aspek fisik, mental, emosional, sosial dan moral spriritual.

Pendidikan jasmani yang baik harus mampu meningkatkan pengetahuan anak tentang prinsip-prinsip gerak. Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar pendidikan jasmani peserta didik antara lain kurang kreatifnya guru pendidikan jasmani di sekolah dalam membuat dan mengembangkan media pembelajaran sederhana, guru miskin akan model-model pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang monoton, guru hanya menggunakan metode ceramah dan metode tugas,

karena mereka hanya mengejar bagaimana materi pelajaran tersebut dapat selesai tepat waktu, tanpa memikirkan bagaimana pembelajaran itu bermakna dan dapat diaplikasikan oleh peserta didik dalam kesehariannya.

Olahraga permainan yang dilakukan dalam proses pendidikan jasmani salah satunya adalah permainan bola voli. Bola voli merupakan cabang olahraga yang sudah tidak asing lagi di masyarakat dan banyak penggemarnya baik dipedesaan maupun diperkotaan.

Dalam permainan bola voli dikenal berbagai teknik dasar, dan untuk dapat bermain bola voli harus betul-betul dikuasai dahulu teknik-teknik dasar ini. Penguasaan teknik dasar permaian bola voli turut menentukan menang atau kalahnya suatu regu dalam permainan disamping kondisi fisik dan mental.

(4)

2

dan olahraga. Salah satunya melalui

cabang permainan bola voli. Untuk mengembangkan permainan bola voli menuju prestasi yang optimal diperlukan usaha-usaha pembinanan dan pelatihan keterampilan dasar bermain bola voli.

Passing merupakan bagian penting dalam permainan bola voli. Passing dalam permainan bola voli dibedakan pasing atas dan pasing bawah. Teknik dasar memainkan bola dengan menggunakan kedua tangan, dimana perkenaan bola yaitu pada kedua lengan bawah yang bertujuan untuk mengoperkan bola pada teman seregunya untuk dimainkan ke lapangan sendiri atau sebagai awal melakukan serangan.

Pembelajaran penjasorkes khususnya cabang bola voli di SDN 13 Mangaro Kabupaten Landak belum dapat optimal, dikarenakan beberapa faktor diantaranya:

Peserta didik pada saat belajar passing bawah bola merasa sulit belum ada pendekatan yang tepat dan bolanya bermain.

Kurangya sarana pada saat belajar bola voli ketika saat melakukan passing bawah berlangsung. Perlunya inovasi baru buat peserta didik untuk belajar passing bawah secara mudah dan sesuai kemampuan yang dimiliki peserta didik.

Dengan adanya pendekatan bermain peserta didik lebih terkontrol dan peserta didik lebih suka dan pada mau melakukan passing bawah .

Menurut Muhajir (2006: 11-12) teknik melaksanakan passing bawah adalah sebagai berikut:

Sikap permulaan:

Ambil sikap siap normal, yaitu kedua lutut ditekuk dengan badan sedikit dibengkokkan ke depan. Berat badan menumpu pada telapak kaki bagian depan untuk mendapatkan keseimbangan agar dapat lebih cepat bergerak ke segala arah. Kedua tangan saling berpegangan, yaitu punggung tangan kanan diletakkan di atas telapak tangan kiri, kemudian saling berpegangan.

Gerak perkenaan:

Ayunkan kedua lengan ke arah bola dengan sumbu gerak pada persendian bahu dengan siku betul-betul dalam keadaan lurus. Perkenaan bola pada bagian proksimal lengan, yaitu di atas pergelangan tangan. Pada waktu lengan membentuk sudut sekitar 45o dengan

badan, lengan diayunkan, dan di angkat hampir lurus.

Gerak lanjutan:

Setelah ayunan lengan mengenai bola, maka kaki belakang melangkah ke depan untuk mengambil posisi siap kembali. Ayunkan lengan untuk passing bawah ke depan tidak melebihi sudut 90o dengan

bahu/badan.

Pembelajaran merupakan proses mengajar yang dilakukan oleh guru dan belajar yang dilakukan oleh peserta didik. Belajar merupakan peristiwa atau kejadian yang memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik atau pembelajar. Pengalaman belajar menurut Rusli Lutan & Adang Suherman (2000: 29) adalah, “ seperangkat kejadian yamg berisikan aktifitas dan kondisi belajar untuk memberi struktur terhadap pengalaman peserta didik dan kejadian tersebut terkait untuk pencapaian tujuan”.

Mengajar merupakan aktifitas atau kegiatan yang dilakukan pengajar untuk memberikan pengalaman kepada peserta didik selaku pembelajar. Rusli Lutan (1988 : 381) menyatakan bahwa, “ mengajar adalah seperangkat kegiatan sengaja oleh seseorang yang memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang lebih dari pada yang di ajar”.

(5)

3

Tujuan utama proses belajar gerak adalah

peningkatan ketrampilan.

Keterampilan merupakan kecakapan dalam melakukan tugas gerakan trampil. Orang dikatakan memiliki keterampilan jika dirinya trampil melakukan sesuatu gerakan tertentu dengan baik. Sugiyanto (1995: 40) menyatakan bahwa “gerakan yang trampil pada dasarnya merupakan gerakan yang efisien”.

Keterampilan gerak dapat di artikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas gerak tertentu dengan efektif dan efisien.

Penguasaan gerakan keterampilan terjadi secara bertahap dalam peningkatannya. Mulai dari belum bisa menjadi bisa, dan kemudian menjadi terampil.

Dengan demikian hendaknya pengaturan materi belajar yang dipraktekkan dimulai dari mudah ke yang lebih sukar, atau dari hal yang sederhana ke yang lebih kompleks.

Hasil nyata dari pembelajaran adalah gerakan-gerakan otomatis yang tidak terlalu membutuhkan konsentrasi pusat-pusat syaraf, sehingga gerakan otomatis yang terjadi akan mengurangi gerakan tambahan yang berarti penghematan tenaga.

Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani ditentukan oleh orang yang menangani atau guru dan teori-teori ilmu olahraga sebagai penunjang. Keberhasilan interaksi antara teori dan praktek dalam pembelajaran akan membawa keberhasilan dalam penampilan olahraga.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran seorang guru pendidikan jasmani hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip pengaturan. Pelaksanaan gerakan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yang benar sehingga akan menghasilkan peningkatan yang sempurna.

Menurut Sugiyanto (1993:55-57) bahwa, “Ada beberapa prinsip dalam pengaturan melakukan gerakan antara

lain, prinsip pengaturan giliran praktek, beban belajar meningkat, kondisi belajar bervariasi dan pemberian motivasi dan dorongan semangat”.

Dengan demikian pengaturan pelaksanaan gerakan atau praktek yang benar dari guru, akan memperlancar proses pembelajaran, sehingga diharapkan tujuan dari pembelajaran akan dapat tercapai.

Pengaturan pelaksanaan gerakan harus didukung oleh unsur lain, yaitu keadaan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, prasarana dan sarana. Sehingga ada hubungan yang saling menunjang antara guru selaku pengelola dan peserta didik selaku sasaran pembelajaran, serta prasarana dan sarana selaku alat untuk memproses kegiatan pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani tidak lepas dari bergerak, karena belajar gerak merupakan salah satu sarana untuk memperoleh keterampilan gerak yang diperlukan dalam kegiatan pendidikan jasmani. Sugiyanto (1991: 25) menerangkan “Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muscular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh”.

Belajar gerak adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh. Proses belajarnya melalui pengamatan dan mempraktekkan pola-pola gerak yang dipelajari. Intensitas keterlibatan kemampuan yang paling utama adalah unsur kemampuan psikomotor termasuk pula kemampuan fisik. Hasil akhir dari belajar gerak berupa kemampuan melakukan pola-pola gerak keterampilan tubuh.

(6)

4

stimulus dan respon gerakan yang

dilakukan.

Dengan makin terbiasa dengan stimulus yang sejenis, maka kecepatan untuk merespon terhadap stimulus akan menjadi semakin cepat sehingga kecepatan reaksinya akan menjadi meningkat berarti prestasinya pun juga akan meningkat.

Kemampuan mengulang-ulang gerakan sebanyak mungkin dalam waktu yang ditentukan, atau lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas gerak tertentu juga merupakan indikator untuk menilai prestasi belajar gerak.

Oleh karena pembelajaran gerak dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani akan mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh, maka diharapkan syarat-syarat dalam belajar gerak harus dipenuhi. Soemanto Y. (1990:6) menerangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam belajar gerak adalah sebagai berikut : 1). Mengetahui tujuan. Jadi harus mengenal dan yakin akan kegunaan tujuan itu bagi dirinya. 2). Mempunyai tanggapan yang jelas terhadap kecakapan itu. 3). Pelaksanaan yang tepat pada taraf permulaan. Pada taraf permulaan yang penting adalah teknik gerakan yang benar, selanjutnya baru menuju prestasi.

(4) Latihan untuk meningkatkan prestasi.

Keterampilan gerak merupakan perubahan yang diperoleh dari proses belajar motorik. Schmidt yang dikutip Rusli Lutan (1988: 102) menyatakan bahwa, ”belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarakan kea rah perubahan permanent dalam perilaku terampil”.

Selanjutnya Sugiyanto (1993: 3) mengemukakan bahwa, ”belajar motorik atau belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon maskular dan diekspresikan dalam gerakan tubuh”. Dalam proses belajar

gerak tujuan utamanya adalah meningkatkan keterampilan.

Pembelajaran keterampilan merupakan proses yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan gerak peserta didik. Keterampilan merupakan kecakapan dalam melakukan tugas gerakan keterampilan.

Sugiyanto, (1995: 38) mengemukakan bahwa, ”gerakan keterampilan merupakan salah satu jenis gerakan yang di dalam melaksanakannya memerlukan koordinatsi beberapa bagian tubuh atau bagian-bagian tubuh secara keseluruhan”. Orang dikatakan memiliki keterampilan jika dirinya terampil melakukan suatu gerakan yang efisien. Dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani tentunya seorang guru pendidikan mempunyai harapan-harapan agar apa yang diajarkan pada peserta didik dapat terserap dan dapat dilakukan dengan baik oleh peserta didiknya.

Akan tetapi hal itu semua tidaklah selalu mudah untuk dicapainya karena akan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas proses belajar mengajar keterampilan menurut Rusli Lutan (1998: 387-390) disimpulkan menjadi 4 fakor : ”(1) Pemanfaatan waktu aktif berlatih, (2) Lingkungan yang efektif, (3) Karakteristik guru dan peserta didik, (4) Pengelolaan umpan balik”.

Dengan diketahuinya adanya faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas belajar mengajar pendidikan jasmani di sekolah, maka seorang guru akan berusaha melakukan pengelolaan kelas yang sesuai dengan keadaan lingkup sekolah.

(7)

5

dikelola demi tercapainya tujuan

pembelajaran.

Dari permasalahan tersebut di atas maka penulis menentukan judul penelitian tindakan kelas ini “upaya peningkatan passing bawah bola voli dengan pendekatan bermain pada peserta didik kelas V di SDN 13 Mangaro Kabupaten Landak”.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Istilah dalam bahasa inggris adalah (Classroom Action Research).

Penelitian tindakan ini dilakukan melalui putaran setiap siklusnya. Menurut Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2012:16), “ada empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan rrefleksi”.

Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Desain PTK

Sumber: Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2012)

Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN 13 Mangaro Kabupaten Landak yang berjumlah keseluruhan peserta didik kelas adalah sebanyak 36 peserta didik.

Adapun kisi-kisi penilaian tes passing bawah pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1. Skor Penilaian Tes Passing Bawah Bolavoli

Sumber: Modul pendidikan jasmani (2011: 66)

Skor maksimal yang dapat diperoleh peserta didik adalah 40 (10x4 sub indikator) dan skor minimalnya adalah 10 (1x10 sub indikator).

(8)

6

Skor maksimal: 40 (4x10 indikator)

Skor minimal : 10 (1x10 indikator)

Jumlah sub indikator penilaian: 10 Untuk menentukan ketuntasan secara klasikal menggunakan rumus, sebagai berikut:

𝑲𝑩 =

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 𝒕𝒖𝒏𝒕𝒂𝒔

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉𝒂𝒏 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 𝑿𝟏𝟎𝟎%

Keterangan:

KB : Ketuntasan Belajar

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di lapangan SDN 13 Mangaro Kabupaten Landak dengan jumlah siswa sebanyak 36 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang menggunakan analisis deskriptif sederhana menggunakan analisis secara manual.

Adapun proses pengumpulan data pada penelitian ini ditempuh melalui 3 langkah pengumpulan data yaitu : 1) Mengambil data tes Prasiklus hasil belajar passing bawah bola voli, 2) Melakukan Tindakan Siklus I dan II sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh guru, 3) Melakukan evaluasi tentang hasil belajar passing bawah bola voli.

1. Deskripsi Hasil Tes Prasiklus Data awal penelitian diperoleh dari tes pra-siklus, dimana dengan data awal tersebut peneliti dapat mengetahui tingkat kemampuan passing bawah bola voli. Data yang telah diperoleh ini merupakan data asli dari pembelajaran passing bawah bola voli yang dilakukan oleh siswa sebelum peneliti melakukan tindakan terhadap siswa untuk melakukan passing bawah bola voli.

Adapun data hasil tes Pra-siklus passing bawah bola voli, dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini:

Tabel 2. Pra Siklus Passing Bawah Bola Voli

Ketuntasan Jumlah Siswa

Persentas e

Tuntas 4 11,1 %

BelumTuntas 32 88,9 %

Jumlah 36 100 %

Merujuk dari hasil penelitian pra-siklus tabel 2 di atas ternyata bahwa data ketuntasan siswa hanya sebesar 11,1 % atau sebanyak 4 siswa dan siswa yang belum tuntas sebesar 88,9 % atau sebanyak 32 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada tes pra siklus masih jauh dari indikator keberhasilan belajar minimal 75% dari jumlah siswa yang mencapai KKM = 75 %.

Grafik 1. Pra Siklus

Pembahasan

(9)

7

yang belum tuntas bahkan ketuntasan

belum memuaskan.

Sehingga masalah dalam pembelajaran passing bawah bola voli perlu ditangani dengan tindak lanjut yang lebih mendalam dan serius oleh guru agar kemampuan hasil belajar siswa untuk meningkatkan kemampuan passing bawah bola voli.

Untuk itu, peneliti menindaklanjuti permasalah tersebut dengan solusi melalui pendekatan bermain untuk meningkatkan ketuntasan hasil belajar passing bawah bola voli.

2. Deskripsi Hasil

Tindakan Siklus I

Berikut data hasil penelitian siklus I yang telah dilaksanakan sebagaimana tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3. Siklus 1 Ketuntasan Jumlah

Siswa

Persentas e

Tuntas 16 44,4 %

Belum Tuntas 20 55,6 %

Jumlah 36 100 %

Hasil dari tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa sebanyak 16 siswa sudah termasuk pada kategori tuntas yaitu sebesar 44,4% dan kategori yang belum tuntas sebanyak 20 siswa yaitu sebesar 55,6%.

Hal ini menandakan bahwa belum adanya peningkatan karena masih terdapat siswa yang belum tuntas dari tindakan yang dilakukan meIalui pendekatan bermain.

Dari data diatas berikut akan ditampilkan hasil tes siklus I sebagaimana pada grafik 2 di bawah ini:

Grafik 2. Siklus I

Melihat dari grafik pada 2 di atas menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada materi passing bawah bola voli sudah menunjukkan hasil yang cukup memuaskan namun masih terdapat beberapa siswa yang belum tuntas.

Dari seluruh siswa yang diberi tindakan terdapat beberapa siswa yang termasuk dalam kategori tuntas adalah sebanyak 16 siswa atau sebesar 44,4%.

Sedangkan yang termasuk dalam kategori belum tuntas sebanyak 20 siswa atau sebesar 55,6%. Tentu saja data ini belum mencukupi untuk mencapai KKM 75% dari jumlah siswa. Agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal maka tindakan akan dilanjutkan dengan dilakukanya siklus II.

1) Refleksi Siklus I

Adapun hasil refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I, adalah sebagai berikut:

(10)

8

voli melalui pendekatan bermain

membuat siswa bersemangat untuk melakukan pembelajaran dan semakin aktif untuk mencoba melakukan pembelajaran sendiri. 2) Saat melakukan tes passing bawah bola voli pembelajaran dengan modifikasi alat harus lebih ditingkatkan lagi.

Hasil refleksi terhadap siswa.

Terdapat beberapa siswa yang rnulai merasa mudah didalam menerima materi pembelajaran yang dilakukan peneliti, karena materi yang disampaikan cukup jelas yaitu dengan adanya simulasi yang dilakukan peneliti.

Siswa mulai merasa percaya diri pada waktu pelaksanaan tes, karena mereka yakin dengan kemampuan dasar yang dimiliki mereka bisa melakukan tes dengan baik.

Dibalik dari rasa mudah melakukan dan percaya diri yang dirasakan oleh siswa, namun hasil belajar yang didapat sesuai kemampuan siswa belum mencapai indikator keberhasilan klasikal minimal 75%.

Menindak lanjuti dari belum tercapainya indikator keberhasilan minimal (KKM) yang sudah ditetapkan, maka perlu dilanjutkan ke siklus II dengan materi yang dirancang lebih baik (perbaikan), sedangkan untuk instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran tidak berubah.

3. Deskripsi Hasil

Tindakan Siklus II

Hasil tindakan pada siklus I menunjukkan belum terjadinya perubahan yang menuntaskan 75% dari jumlah siswa, maka peneliti perlu menindaklanjuti dari belum tercapainya KKM pada hasil belajar passing bawah bola voli yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus II yang akan dijelaskan pada penjelasan di bawah ini:

Berdasarkan dari hasil evaluasi yang telah dilaksanakan pada Siklus II, terdapat peningkatan prestasi siswa yang semula nilai rata-rata dari Siklus I

sebesar 44,4% , pada siklus II terjadi peningkatan yaitu sebesar 55,6 %, sebagaimana tampak pada tabel 4 berikut:

Tabel 4. Siklus II

Keberhasilan ah Juml

Sisw

Persentase

Tuntas 36 100%

Belum Tuntas 0 0%

Jumlah 36 100%

Dari hasil tabel 4 di atas menunjukan bahwa secara umum terjadi peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan passing bawah bola voli pada siswa kelas V SDN 13 Mangaro Kabupaten Landak pada Siklus II, yaitu nilai persentase rata-rata dari siklus I sebesar 44,4% menjadi 100% pada siklus II. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada Siklus II terjadi peningkatan sebesar 55,6%.

Pada siklus II ini pembelajaran passing bawah bola voli melalui pendekatan bermain dinyatakan berhasil. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes siklus II pada grafik 3 di bawah ini:

(11)

9

Grafik 3 ini menunjukkan bahwa

keseluruhan dari siswa yang mengikuti pembelajaran passing bawah bola voli tuntas sebesar 100%, berarti tidak terdapat siswa yang tidak tuntas.

Hasil ini sudah mencapai rata-rata standar ketuntasan (KKM) yang telah dibuat yaitu sebesar 75% dari jumlah keseluruhan siswa yang mengikuti proses pembelajaran.

Peningkatan hasil belajar passing bawah bola voli siswa dari siklus I dan siklus II ditandai dengan tidak adanya penurunan nilai siswa. Hal ini menunjukan bahwa siswa bisa memahami dan mudah melakukan gerakan-gerakan passing bawah bola voli melalui pendekatan bermain dapat meningkatkan semangat belajar, melibatkan siswa secara aktif dan meningkatkan kemampuan siswa khususnya pada pembelajaran passing bawah bola voli pada siswa.

Adapun hasil refleksi dari pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus II sebagai berikut :

Hasil refleksi peneliti yang melakukan tindakan:

Pembelajaran kemampuan passing bawah bola voli yang dilakukan peneliti tidak mengalami kesulitan, karena materi yang diberikan jelas dan dapat di terima oleh siswa.

Pembelajaran kemampuan passing bawah bola voli yang dilakukan peneliti membuat siswa bersemangat, karena modifikasi alat pembelajaran yang diajarkan mempunyai banyak variasi-variasi yang membuat siswa tertarik, senang, bersemangat dan selalu aktif dalam melakukan proses pembelajaran.

Pembelajaran yang dilakukan peneliti dapat ditindaklanjuti, sebab pembelajaran yang dilakukan selalu mencari yang model dan variasi pembelajaran yang mudah dipahami oleh siswa dan selalu memberikan simulasi yang mendorong siswa untuk mencoba melakukan gerakan, semakin banyak siswa dalam mempraktekkannya maka hasil belajar

passing bawah bola voli akan semakin meningkat.

Hasil refleksi terhadap siswa adalah siswa merasa senang dalam pembelajaran passing bawah bola voli karena saat pembelajaran diberikan peneliti menggunakan pendekatan bermain dan tidak membebani siswa sehingga ketika proses pembelajaran membuat siswa menjadi lebih bersemangat dan terasa senang dalam melakukan passing bawah bola voli.

Siswa merasa mudah dan percaya diri dalam mengikuti proses pembelajaran yang diberikan peneliti, sebab pembelajaran dimulai dengan teknik passing bawah bola voli dan diberi simulasi untuk mempermudah dalam menirukan gerakan yang diberikan.

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil belajar siswa terlihat bahwa sudah mencapai indikator keberhasilan klasikal minimal (KKM) 75%, yaitu sebesar 100% dari jumlah keseluruhan siswa.

Data ini menunjukkan bahwa seluruh siswa kelas V SDN 13 Mangaro Kabupaten Landak tuntas dalam mengikuti pembelajaran passing bawah bola voli.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil belajar passing bawah bola voli tergolong rendah, tiga faktor yaitu, 1) guru menyampaikan pembelajaran yang selalu monoton dengan metode ceramah (tanpa mensimulasikan gerakan) dan pemberian tugas (siswa bermain sendiri), 2) kurangnya siswa dalam penguasaan teori dan teknik passing bawah bola voli sehingga mereka sulit untuk mempraktekkannya, 3) karena siswa kurang aktif melakukan pembelajaran sendiri.

(12)

10

Pada siklus I terjadi peningkatan

dalam hasil belajar siswa, dimana sebanyak 16 siswa atau sebesar 44,4 % sudah termasuk kategori tuntas, walaupun sebanyak siswa 20 atau sebesar 55,6 % masih termasuk dalam kategori belum tuntas.

Penelitian berlanjut pada siklus II untuk memperbaiki hasil belajar passing bawah bola voli melalui pendekatan bermain pada siklus I, dimana pada siklus II ini secara keseluruhan siswa tuntas sebanyak 36 siswa atau sebesar 100% termasuk dalam kategori tuntas. Selisih antara siklus I dan siklus II yaitu sebesar 55,6%, data ini menunjukkan bahwa penelitian melalui pendekatan bermain sudah berhasil dilakukan karena sudah lebih dari KKM yaitu 75%.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Adapun hasil penelitian ini telah menunjukkan peningkatan yang luar biasa bagi perkembangan belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat pada siklus I siswa terdapat hasil siswa yang tuntas berjumlah 16 siswa atau sebesar 44,4 % sedangkan siswa dan yang belum tuntas berjumlah 20 siswa atau sebesar 55,6% maka dilanjutkan ke siklus II untuk perbaikan passing bawah dengan pendekatan bermain dengan kategori tuntas semua dengan siswa lulus berjumlah 36 siswa dan belum tuntas berjumlah 0 atau tidak ada.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1) Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan bermain lebih banyak memberikan manfaat dibanding jika guru hanya menggunakan pembelajaran biasa, karena anak akan merasa senang dan tidak bosan. 2) Sebaiknya pendidik harus memiliki inovasi terbaru mengenai model pembelajaran tanpa harus terpaku pada materi yang telah diajarkan sesuai

pengalaman mengajar yang telah diterapkan selama bertahun-tahun.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. Suhardjono, dan Supardi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta.

Lutan, Rusli dan Adang Suherman. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes. Jakarta : Depdikbud. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III

Lutan, Rusli. 1988. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti, Proyek Pendidikan Tenaga Akademi.

__________. 2011. Modul Pendidikan Jasmani. Surakarta. CV. Hayati Tumbuh SuburMa’mun,

Modul Pendidikan Jasmani. (2011). Surakarta. CV. Hayati Tumbuh Subur Muhajir. 2006. Teori dan Praktik

Pendidikan Jasmani. Bandung: Ghalia Indonesia.

Sugiyanto. 1993. Belajar Gerak. Jakarta : KONI Pusat.

________. 1991. Belajar Gerak. Jakarta : KONI Pusat.

Sugiyanto. 1993. Perkembangan Dan Belajar Gerak. Jakarta. Depdikbud. Sugiyanto. 1995. Metodologi Penelitian.

Surakarta : UNS Press.

Gambar

Gambar 1. Desain PTK Sumber: Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2012)
Grafik 1. Pra Siklus
Grafik 2. Siklus I
Grafik 3. Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Orang yang bahasa sehari-harinya bukan Bahasa China, salah satunya orang Indonesia, mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan bentuk kalimat berstruktur “ 把 ”, jadi

Dengan memberikan perhatian yang cukup pada dukungan dan perawatan, ketakutan yang berlebihan dapat dikikis, dalam masyarakatnya (baik yang terinfeksi maupun tidak)

kemungkinan Novie sering menjadi marah pada ibunya sejak kecil karena pada saat ia ingin bersama sang ayah , ibunya datang mengganggu seperti memberi perintah ,

Dari hasil telaah sejumlah konstitusi (baik dengan sistem pemerintahan presidensial dan pemerintahan parlementer, maupun dengan sistem satu kamar dan sistem dua kamar di

Bangunan Mande Pengiri yaitu bangunan yang terdapat di dalam keraton Kasepuhan yang dulunya juga dibangun oleh Sunan Gunung Jati dan bangunan tersebut digunakan untuk tempat

Geologi UPN, FMIPA UNY dan beberapa LSM yang bergerak di bidang pendidikan lingkungan hidup seperti, WALHI DIY, KEHATI, Kutilang, Dian Desa, WWF, Kanopi dan

DAFTAR PESERTA YANG MENGIKUTI VERIFIKASI KEASLIAN BERK.AS FORMASI UMUM. JABATAN

[r]