• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menuju Pemenuhan Perlindungan Maternitas Bagi Perempuan Pekerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Menuju Pemenuhan Perlindungan Maternitas Bagi Perempuan Pekerja"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Menuju Pemenuhan

Perlindungan Maternitas Bagi

Perempuan Pekerja

(2)

Data Perempuan Pekerja di Indonesia

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional

(Sakernas) 2016, jumlah total

buruh/karyawan/pegawai dari 17 sektor pekerjaan

sebanyak 45,8 juta orang. Terdiri dari 29,3 juta

laki-laki dan 16,4 juta perempuan. Dengan kata

lain, tenaga kerja Indonesia tahun 2016 lalu

rata-rata masih didominasi oleh pekerja laki-laki

(3)

Pekerja laki-laki lebih

banyak mengisi dalam

14 sektor pekerjaan,

sedangkan perempuan

mendominasi tiga sektor

sisanya yaitu sektor Jasa

Pendidikan, sektor Jasa

lain serta sektor Jasa

Kesehatan dan Kegiatan

Sosial. Dari sisi

besarnya upah

rata-rata, dalam 12 sektor

masih lebih tinggi upah

bagi kaum laki-laki.

(4)

Dari sisi upah,

upah rata-rata

untuk pekerja

laki-laki lebih

(5)

Kebutuhan Perlindungan Maternitas

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2015 mengenai

prosentase perempuan bekerja di Indonesia didapati bahwa

perempuan bekerja mayoritas dimulai pada usia 15 tahun. Pada usia 15-24 tahun, prosentase perempuan bekerja hanya

sebesar 10% lebih sedikit jika dibandingkan dengan perempuan bekerja pada usia 25 tahun keatas yang mencapai 45%.

Artinya, pada usia 25 tahun keatas perempuan memutuskan untuk bekerja setelah menyelesaikan pendidikannya, dan pada usia 25 tahun keatas mayoritas perempuan bekerja sudah

menikah.

Jika mayoritas perempuan bekerja sudah menikah, maka ini

(6)

Problem Terkait Pemenuhan Hak Bagi

Perempuan Pekerja -1

Kesetaraan Pendapatan

Ketimpangan upah/gaji pada posisi dan

tanggungjawab yang sama

Ketimpangan tunjangan

(7)

Problem Terkait Pemenuhan Hak Bagi

Perempuan Pekerja -2

Jaminan Keamanan

Keamanan fsik

(8)

Problem Terkait Pemenuhan Hak Bagi

Perempuan Pekerja -3

Jaminan Perlindungan Maternitas

Haid

Hamil

Melahirkan

Menyusui

(termasuk persoalan penyediaan ruang laktasi)

(9)

Regulasi Terkait Perempuan Pekerja

Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination

Againts Women yang telah diratifkasi dengan UU No. 7 Tahun 1984 (CEDAW)

▪ UU No 39 Tahun 1999 tentang hak Asasai Manusia khususnya Pasal 49 (2) yang menyatakan bahwa Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan

pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat

mengancam keselamatan dan atau kesehatannya berkenaan dengan fungsi reproduksi wanita.

UU No 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

(10)

PP No.33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu

Eksklusif,

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 3 Tahun 1989 yang

mengatur larangan PHK kepada perempuan pekerja atas

dasar alasan menikah, hamil dan melahirkan

(11)

▪ Konvensi ILO No.100 Tahun 1951 yang diratifkasi melalui UU No.80 Tahun 1957 Tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan

Internasional No.100 Mengenai Pengupahan Bagi Pekerja Laki-laki dan Wanita untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya,

Konvensi ILO No.111 Tahun 1958 yang diratifkasi melalui UU No.21 Tahun 1999 Tentang Pengesahan Konvensi ILO Mengenai Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan,

Konvensi ILO No.29 Tahun 1930 yang diratifkasi melalui UU No.19

Tahun 1999 Tentang Pegesahan Konvensi ILO Mengenai Penghapusan Kerja Paksa, dan

(12)

Detil Hak Perempuan Pekerja Dalam Regulasi

▪ Pasal 76 Ayat 1. Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23:00 s.d. 07:00.

▪ Pasal 76 Ayat 2. Pengusaha dilarang mempekerjakan

pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya sendiri apabila bekerja antara pukul 23:00 s.d. 07:00.

▪ Pasal 76 Ayat 3. Perempuan yang bekerja antara pukul 23:00 s.d. 07:00 berhak mendapatkan makanan dan minuman bergisi serta jaminan terjaganya kesusilaan dan keamanan selama bekerja.

(13)

▪ Pasal 81. Perempuan yang sedang dalam masa haid dan merasakan sakit, lalu memberitahukan kepada pengusaha, maka tidak wajib bekerja di hari pertama dan kedua pada waktu haid.

▪ Pasal 82 ayat 1. Perempuan berhak memperoleh istirahat

selama 1,5 bulan sebelum melahirkan, dan 1,5 bulan setelah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau

bidan.

▪ Pasal 82 ayat 2. Perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak mendapatkan istriahat 1,5 bulan atau sesuai keterangan dokter kandungan atau bidan.

▪ Pasal 83. Perempuan berhak mendapatkan kesempatan

(14)

▪ Pasal 153 ayat 1 huruf e UU No.13/2003 yang berbunyi : Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan

pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Permen 03/Men/1989, mengatur tentang larangan PHK terhadap pekerja perempuan dengan

alasan menikah, hamil, atau melahirkan.

Hal ini juga diatur dalam konvensi ILO No. 183 / 2000 pasal 8 bahwa sekembalinya ke tempat kerja, perusahaan dilarang melakukan

diskriminasi terhadap pekerja perempuan yang baru saja kembali

setelah cuti melahirkan. Mereka berhak menduduki kembali posisinya serta mendapatkan gaji yang sama dengan gaji yang diterima

(15)

▪ Sejak 1 Januari 2014, penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi

seluruh rakyat Indonesia diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. Dan perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya menjadi anggota BPJS

Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2015. BPJS Kesehatan memberikan pelayanan kesehatan bagi anggotanya termasuk

pemeriksaan kehamilan dan persalinan. BPJS menetapkan besaran tarif persalinan normal di Faskes I sebesar Rp. 600.000. Jika biaya

persalinan normal lebih dari Rp 600.000, selebihnya peserta harus membayar sendiri.

▪ Apabila perusahaan ternyata belum mendaftarkan pekerjanya ke BPJS

Kesehatan, maka perusahaan harus menanggung pelayanan kesehatan pekerjanya sesuai manfaat yang diberikan BPJS Kesehatan. Selain

(16)

Pasal 128 Undang - Undang No. 39/2009 tentang Kesehatan

1. Setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis

2. Selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah,

pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus

(17)

Lalu dimana Masalahnya?

Rendahnya kesadaran pekerja perempuan akan

hak-haknya

Rendahnya kemauan pengusaha/perusahaan memenuhi

hak-hak pekerja perempuan

Lemahnya dukungan dari serikat pekerja/buruh terkait hak

khusus pekerja perempuan

Lemahnya pengawasan di tingkat dinas terkait

Minimnya sosialisasi mengenai hak perlindungan

(18)

Apa yang bisa dilakukan?

Meningkatkan kesadaran dan pemahaman hak maternitas

pada perempuan pekerja

▪ Mendorong serikat pekerja/buruh untuk memperjuangkan

pemenuhan hak perlindungan maternitas perempuan pekerja ini seiring pemenuhan hak umum pekerja kepada perusahaan/ pengusaha

Bersama serikat perkerja/buruh atau komponen masyarakat

lainnya mendorong pemerintah dan lembaga terkait untuk peduli dan bergerak memenuhi hak perlindungan maternitas

(19)

Memanfaatkan momentum pilkada untuk

meminta komitmen pada Cakada tidak hanya

pada persoalan meningkatkan upah minimum

tetapi juga komitmen untuk meningkatkan

kesejahteraan pekerja diantaraya dengan

(20)

Catatan khusus

▪ Secara regulasi pemenuhan hak maternitas perempuan pekerja bisa

dilakukan dengan membuat Undang-undang baru, menerbitkan PP, Permen atau bahkan perda. Hanya perlu diingat bahwa banyak kajian dan

pertimbangan yang harus diambil sebagai konsekuensi dari setiap pilihan.

▪ Aceh adalah satu contoh. Berdasarkan Pergub No 49 Tahun 2016 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif melahirkan kebijakan yang memungkinkan perempuan ASN mendapat cuti hamil dan melahirkan selama 6 bulan

▪ Ratifkasi konvensi ILO no 183 juga merupakan satu pilihan baik sepanjang dapat terus didorong bersama kepada pemerintah

▪ FPKS sendiri terus meneguhkan komitmen untuk meningkatkan

kesejateraan pekerja termasuk mendukung pemberian cuti hamil dan

Referensi

Dokumen terkait

Pengurus KONI Kabupaten/Kota bertugas dan bertanggungjawab untuk mengurus rumah tangganya sendiri serta kegiatan olahraga prestasi di wilayah kerjanya dengan berpedoman

Lain – Lain : Selesai melaksanakan tugas, harus membuat laporan tertulis ke LPPM Demikian tugas ini agar dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.. Agus Budianto,

Agak berbeda dari ruang tunggu klinik-klinik ruang tunggu pada rehabilitasi medik akan memerlukan perhatian yang lebih tentang masalah interaksi, gerak dan

Terkait dengan pemanfaatan swalayan, karakteristik perilaku belanja ke swalayan antara rumah tangga di daerah rural dan urban juga cenderung berbeda jika dilihat dari suber

Hal ini terjadi karena program pendidikan menciptakan lingkungan yang homogen untuk memudahkan mendapatkan saling tukar informasi sehingga meningkatkan minat responden

ECB juga merevisi target pertumbuhan ekonomi tahun 2016 menjadi 1,4% dari sebelumnya 1,7% dan ekonomi tahun 2017 diproyeksikan tumbuh sebesar 1,7%.. BI akan mencermati dampak

Menggunakan modifier yang sama mengambil sesuatu tanpa diduga pada kecepatan eksekusi program Anda karena hal tersebut menimbulkan beberapa ukuran tambahan sehingga itu tidak

Analisa data dalam penelitian ini yaitu menganalisis data hasil angket penelitian yang berkaitan dengan perkembangan sosial peserta didik Kelas X di SMK Negeri 1