Koridor
: Bali-Nusa Tenggara
Fokus
: Perikanan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL
MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011 – 2025
(PENPRINAS MP3EI 2011-2025)
PERIKANAN/BALI-NUSA TENGGARA
STRATEGI PERCEPATAN EKONOMI WILAYAHDAN MASYARAKAT NELAYAN TRADISIONAL PULAU TERLUAR BERBASIS OPTIMASI KEUNGGULAN LOKAL
DI KABUPATEN ROTE NDAO
Dr. Chaterina A. Paulus, S.Pi, M.Si/0019088405
Ir. Yohanis Umbu L. Sobang, M.Si/0007126607
Ir. Marthen R. Pellokila, MP, Ph.D/0017036505
iii
RINGKASAN
Strategi Percepatan Ekonomi Wilayah dan Masyarakat Nelayan Tradisional Pulau Terluar Berbasis Optimasi Keunggulan Lokal di Kabupaten Rote Ndao 1
Oleh
Paulus, Chaterina A.2, Yohanis U. Sobang2 , Marthen R. Pellokila2
Suatu penelitian telah dilakukan yang bertujuan: 1) untuk penentuan dan pembentukan kelompok usaha produktif dan kreatif, 2) mengukur kinerja usaha yang dikembangkan, dan 3) penguatan kelembagaan dari hasil analisis interpretatif struktural modeling (ISM). Penelitian dilakukan menggunakan metode survey melalui teknik wawancara dan observasi. Responden dalam penelitian ini sebanyak 35 orang yang diambil secara purposive (sengaja).
Hasil penelitian diperoleh bahwa Diversifikasi usaha melalui kombinasi usaha penangkapan ikan, usaha ternak babi, dan usaha tenun ikat memberikan peningkatan pendapatan rumah tangga nelayan di Desa Nemberala Rote Ndao. Kombinasi usaha nelayan dan ternak babi memberikan pendapatan yang lebih tinggi dibanding dengan kombinasi usaha nelayan dan usaha tenun ikat. Lembaga yang diharapkan sangat berperanan dalam pengembangan usaha produktif dan kreatif pada tahap pertama adalah perguruan tinggi dan pemerintah desa. Peran masyarakat perguruan tinggi dan pemerintah desa sangat diperlukan untuk menjamin kesuksesan pengembangan usaha produktif dan kreatif di Desa Nemberala.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat direkomendasikan sebagai berikut: (1) Pendampingan lebih lanjut dari perguruan tinggi dalam hal ini Undana bersama pemerintah Desa Nemberala melalui program Ipteks bagi masyarakat terutama kedua Kelompok Usaha Bersama AMERTA dan Kelompok Wanita Nemberala, dan (2) Komitmen desa dalam penguatan modal bagi kelompok usaha masyarakat dalam penganggaran dana desa.
Kata kunci: nelayan, kelembagaan, ISM, Rote Ndao
1)
Penelitian Prioritas Nasional Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Tahun Anggaran 2017
2)
iv SUMMARY
The Strategy of Regional Economic and Traditional Fishermen Acceleration Based Optimization of Local Excellence in Rote Ndao Regency1)
By
Paulus, Chaterina A.2, Yohanis U. Sobang2 , Marthen R. Pellokila2
A study has been conducted that aims to: 1) for the determination and formation of productive and creative business groups, 2) measure business performance developed, and 3) institutional strengthening of the interpretive results of structural modeling (ISM). The research was conducted using survey method through interview and observation technique. Respondents in this study were 35 taken purposively (intentionally).
The result of the research shows that business diversification through a combination of fishing business, pig business, and ikat weaving business has increased the income of fisherman households in Nemberala Rote Ndao Village. The combination of fisherman and pigs business provides higher income compared to the combination of fishing business and weaving business. Institutions that are expected to play a role in the development of productive and creative enterprises in the first phase is the college and village government. The role of community colleges and village government is needed to ensure the success of productive and creative business development in Nemberala Village.
The result of the research shows that business diversification through a combination of fishing business, pig business, and ikat weaving business has increased the income of fisherman households in Nemberala Rote Ndao Village. The combination of fisherman and pigs business provides higher income compared to the combination of fishing business and weaving business. Institutions that are expected to play a role in the development of productive and creative enterprises in the first phase is the college and village government. The role of community colleges and village government is needed to ensure the success of productive and creative business development in Nemberala Village.
Based on the conclusion, it can be recommended as follows: (1) Mentoring more than college in this case Undana together with the village government Nemberala through a program of science and technology for society, especially the two Group Joint AMERTA and Women Group Nemberala, and (2) Commitments village the strengthening of capital for community business groups in the budgeting of the village fund.
Keywords: peasant fisher, alternative livelihoods, multidimensional, Rote Ndao
1)
National Priorities Research Master Plan for the Acceleration and Expansion of Indonesian Economic Development (MP3EI) 2017
2)
v
PRAKATA
Puji dan Syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas perkenananNya, sehingga penelitian ini dapat dilakukan sampai dengan penulisan
laporan ini. Dalam rangka meningkatkan ekonomi wilayah dan nelayan pulau terluar di
Rote Ndao, maka perlu dilakukan terobosan penelitian dengan mempelajari potensi
diversifikasi usaha berbasis keunggulan lokal yang menguntungkan dan memiliki
potensi percepatan peningkatan ekonomi wilayah dan masyarakat nelayan untuk
meminimalisir kegiatan melaut yang dapat merugikan kehidupan dan penghidupan
masyarakat nelayan pesisir di Rote Ndao. Untuk itu telah dilakukan penelitian tahun III
dari 3 (tiga) tahun yang bertujuan untuk 1) mengetahui kinerja model cabang usaha
terpilih meliputi aspek sosial budaya, ekonomi, dan pasar, dan 2) menilai indeks
keberlanjutan model usaha yang telah diterapkan pada tahun 1 dan mendapatkan strategi
untuk mengembangkan model yang telah diterapkan. Terlaksananya penelitian ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu perkenankan kami untuk
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dirjen DIKTI yang telah memberikan kepercayaan dan dana untuk melakukan
penelitian ini khususnya melalui program MP3EI.
2. Rektor Universitas Nusa Cendana yang telah memfasilitasi dan memberikan
kepercayaan untuk melakukan kegiatan penelitian ini.
3. Ketua Lembaga Penelitian Undana yang telah membantu proses pelaksanaan
penelitian ini.
4. Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP), yang telah memotivasi stafnya
untuk giat melakukan penelitian dan menyediakan fasilitas untuk penelitian.
5. Dekan Fakultas Peternakan (Fapet), yang telah memotivasi stafnya untuk giat
melakukan penelitian dan menyediakan fasilitas untuk penelitian.
6. Dekan Fakultas Pertanian (Faperta), yang telah memotivasi stafnya untuk giat
melakukan penelitian dan menyediakan fasilitas untuk penelitian.
7. Pemerintah Desa Nembrala yang telah berpastisipasi dalam kegiatan desiminasi dan
mendukung penguatan modal dalam anggaran desa untuk pembentukan Kelompok
Tenun Wanita Nemberala.
8. KUB Amerta Desa Nembrala yang telah berpartisipasi selama berlangsungnya
vi
9. Mahasiswa S1 Fakultas Kelautan dan Perikanan dan Fakultas Peternakan Undana
yang telah terlibat dalam penelitian serta membantu dalam penyelesaian penelitian
ini.
10.Alumni Fakultas Kelautan dan Perikanan yang turut berpartisipasi dalam kegiatan
desiminasi dan pendampingan kelompok usaha masyarakat di Desa Nembrala.
Akhirnya kami berharap laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan, namun kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagai bagian dari keterbatasan kami.
Kupang, 23 Oktober 2017
vii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ……… i
HALAMAN PENGESAHAN ……… ii
RINGKASAN ……… iii
PRAKATA ……… v
DAFTAR ISI ……… vii
DAFTAR TABEL ……… viii
DAFTAR GAMBAR ……… ix
BAB 1. PENDAHULUAN ……… 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ……… 3
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ……… 7
BAB 4. METODE PENELITIAN ……… 8
BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ……… 10
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 18
DAFTAR PUSTAKA ……… 19
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rataan umur, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan Formal ……… 1 Tabel 2. Rataan pendapatan rumah tangga responden berdasarkan
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Peta Jalan (Road Map) Penelitian ……… 6 Gambar 2. Matriks Driver Power – Dependence Lembaga yang
Terlibat dalam Pengembangan Usaha Produktif dan
Kreatif di Desa Nemberala ……… 15 Gambar 3. Struktur Hirarki Sub Elemen Lembaga yang Terlibat
dalam Pengembangan Usaha Produktif dan Kreatif di Desa
BAB 1. PENDAHULUAN
Pulau Rote sebagai pulau terselatan Indonesia memiliki banyak potensi
sumberdaya alam dan sosial budaya yang dapat dikembangkan dengan nilai ekonomis
tinggi namun pengelolaannya belum optimal (BPS Rote Ndao, 2013). Faktor pembatas
untuk melakukan eksplorasi kelautan dan perikanan di Pulau Rote sebagai pulau terluar
adalah dampak ekologis dari tercemarnya Laut Timor akibat tumpahan minyak dan
peralihan kawasan budidaya menjadi kawasan pariwisata (Paulus, 2014). Komunitas
masyarakat nelayan dengan lingkungan alam yang memiliki kelimpahan stok
sumberdaya akan memiliki perilaku (sosiologi) yang berbeda dengan komunitas
masyarakat nelayan pada kondisi stok sumberdaya alam dan lingkungan yang terbatas
seperti komunitas masyarakat nelayan pada pulau kecil terluar di Kabupaten Rote Ndao.
Sebaliknya, kelimpahan dan keterbatasan stok sumberdaya alam dan lingkungan
tidak menjamin kesejahteraan hidup masyarakat nelayan lebih baik. Oleh karena itu,
diperlukan suatu model pendekatan pemberdayaan masyarakat nelayan yang lebih
terfokus pada kesadaran tentang kondisi lingkungannya atau melihat hubungan yang
sangat erat antara perubahan perilaku masyarakat nelayan (sosiologi masyarakat
nelayan) dengan perubahan-perubahan lingkungan di sekitarnya (sosio-ekologi).
Keterkaitan antara faktor-faktor ekologi dan proses sosial adalah sangat penting sebagai
dasar untuk mendesain model bagi manajemen berkelanjutan komunitas masyarakat
nelayan sebagai kehidupan yang masih tradisional.
Solusi dari permasalahan yang dihadapi Kabupaten Rote Ndao adalah
diversifikasi usaha berbasis keunggulan lokal yang menguntungkan dan memiliki
potensi percepatan peningkatan ekonomi wilayah dan masyarakat nelayan, sehingga
dapat meminimalisir kegiatan melaut yang dapat merugikan kehidupan dan
penghidupan masyarakat nelayan pesisir di Rote Ndao. Tujuan khusus dari penelitian
ini adalah: (1) Mengetahui kinerja cabang usaha terpilih meliputi aspek sosial budaya,
ekonomi, dan pasar; (2) Mengetahui pengaruh dari model pengembangan usaha berbasis
inovasi oleh masyarakat nelayan (kontrol) terhadap tingkat pendapatan masyarakat
pulau terluar, dan (3) Menemukan model percepatan ekonomi masyarakat nelayan dan
wilayah terluar Pulau Rote yang dapat diaplikasikan pada masyarakat pulau terluar
melalui peningkatan hasil tangkapan dan pengolahan ikan, usaha ternak babi yang
2 Urgensi atau Keutamaan Penelitian
Kabupaten Rote Ndao sebagai kabupaten terluar yang memiliki kekayaan alam
yang sangat besar namun belum dikelola secara optimal, sehingga kelimpahan
sumberdaya alam dan sosial budaya sangat kontras dengan tingginya kasus kemiskinan
masyarakat nelayan pesisir (BPS Rote Ndao, 2013) dan illegal fishing yang
berkepanjangan yang dapat memicu konflik dengan negara tetangga (Australia). Dalam
upaya optimalisasi potensi wilayah pulau terluar seperti halnya di pulau Rote perlu
dilakukan pemetaan dan permodelan potensi sumberdaya yang tersedia dan dapat
diakses oleh masyarakat nelayan serta memiliki peluang pengembangannya untuk
percepatan ekonomi wilayah melalui pengembangan komoditi ekspor sebagai unggulan
wilayah meliputi pertanian, peternakan, perikanan, pariwisata, dan industri kreatif.
Tabel Rencana Target Capaian Tahunan
No Jenis Luaran Indikator Capaian
Tahun I (2015) Tahun II (2016) Tahun III (2017) 1 Publikasi
ilmiah
Internasional Draft: 1 international
Nasional Published: 2 prosiding
Internasional Terdaftar Sudah dilaksanakan
Internasional Terdaftar Sudah dilaksanakan
6 Teknologi Tepat Guna Produk Penerapan Penerapan 7 Model/Purwarupa/Desain/Kar
ya seni/Rekayasa sosial
Produk Penerapan Penerapan 8 Buku Ajar (ISBN) Draft Final editing
dan ISBN: 978-602-6906-24-3
Published
3 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum dan Potensi Konplik Wilayah Terluar
Kabupaten Rote Ndao merupakan daerah kepulauan yang memiliki satu pulau
terluar dan terdepan Indonesia yaitu Pulau Ndana. Keberadaan Pulau Rote sebagai
pulau terselatan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Negara Australia di Laut
Timor, hubungan kedua negara ini senantiasa dihadapkan pada pelanggaran kedaulatan
baik oleh warga negaranya maupun oleh institusi yang mewakili negaranya itu sendiri.
Pelanggaran kedaulatan tersebut berujung pada terciptanya ketegangan hubungan
diplomatik kedua negara.
Ada tidaknya pelanggaran yang dilakukan oleh kedua negara dalam hal realisasi
kedaulatan bukanlah faktor utama penyebab ketegangan, akan tetapi rambu-rambu
hubungan internasional yang pernah berlangsung tidak bisa diabaikan. Salah satu
pelanggaran kedaulatan yang kerap dilakukan oleh warga negara Indonesia di wilayah
kedaulatan Australia adalah aktivitas illegal yang dilakukan oleh masyarakat nelayan
tradisional Indonesia, seperti melakukan tindakan penangkapan satwa-satwa atau
binatang yang dilindungi oleh peraturan perundang-undangan Australia (Thontowi,
2002). Masyarakat nelayan tradisional Indonesia yang sering berkunjung ke wilayah
perairan Australia, khususnya Pulau Pasir (Ashmore Reef) adalah berasal dari daerah
Pulau Rote, Flores, Buton, Sabu, Timor, Alor, Sulawesi dan Maluku. Dengan demikian,
adanya kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan tradisional Indonesia sejak
berabad-abad tahun yang lalu ini merupakan peluang yang besar bagi terjadinya konflik
antara Indonesia dan Australia, sebagai negara-negara yang masing-masing memiliki
kedaulatan.
Selama 7 tahun terakhir, tercatat kurang lebih lima kasus terbesar dari
pelanggaran batas wilayah penangkapan oleh kurang lebih 250 masyarakat nelayan
tradisional Indonesia pada setiap kasus (kebanyakan masyarakat nelayan Rote).
Menurut Adhuri (2005), paling tidak ada beberapa isu utama yang harus kita pahami
untuk mengerti konflik atau pelanggaran kedaulatan yang dilakukan oleh masyarakat
nelayan Indonesia:
(1) Conflicting Claims. Meskipun Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia telah
melakukan perjanjian-perjanjian, namun masyarakat nelayan, khususnya
masyarakat nelayan dari Nusa Tenggara Timur menganggap bahwa fishing ground
4 (2) Pasar Internasional Sumberdaya Laut. Tidak dapat dipungkiri bahwa faktor
keberadaan pasar internasional ikut andil dalam mendorong aktivitas masyarakat
nelayan tradisional Indonesia di wilayah perairan Australia. Mengingat,
sumberdaya yang ditangkap seperti teripang, trochus, dan sirip hiu bukan lah
komoditas yang dikonsumsi secara langsung oleh mereka, melainkan untuk dijual
ke luar negeri, yaitu pasar Cina.
Kondisi Sosial Ekonomi wilayah dan Masyarakat Rote Ndao
Kabupaten Rote Ndao merupakan pulau kecil dengan luas 1.278 km2 memiliki
potensi kelautan dan perikanan yang besar, dapat dilihat dari kontribusi sektor perikanan
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Rote Ndao yang
mencapai 13 % (BPS Rote, 2013). Namun demikian ternyata kualitas kehidupan para
masyarakat nelayan masih sangat memperihantinkan, sebagian besar masuk dalam
kategori penduduk miskin. Sebanyak 67,38% dari total 124.835 penduduknya hidup
sebagai petani/masyarakat nelayan subsistem, dengan pendapatan kurang dari
Rp.15.000 per hari (Sembiring, 2012).
Efek domino yang timbul dari kemiskinan di Pulau Rote adalah busung lapar
yang tercatat mencapai 10 anak setiap tahun, angka kematian bayi mencapai 7,5/1000
kelahiran hidup dan angka kematian ibu sekitar 421/100.000 kelahiran hidup. Salah satu
jawaban terhadap kondisi paradoksial ini dijumpai dalam penelitian terhadap kehidupan
ekonomi sosial yang dilakukan oleh Therik (2008) di Desa Papela (pusat masyarakat
nelayan di sebelah timur Rote) dan Carnegie (2008) di Desa Oelua (pusat masyarakat
nelayan di sebelah barat Rote) yang berargumentasi bahwa permasalahan kemiskinan
yang dihadapi oleh para masyarakat nelayan di kedua kantong masyarakat nelayan ini
bukan hanya terletak pada produksi/produktifitas perikanan yang rendah tetapi masih
terdapat banyak faktor lainnya seperti faktor hubungan patron-klien yang merugikan
bahkan cenderung eksploitatif yang mempengaruhi negosiasi biaya dan pembagian
keuntungan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasok ikan. Sementara itu
Fox & Sen (1999), Stacey (1999; 2001) dan Balint (2005) cenderung menyalahkan
pemerintah Australia atas kebijakan pengelolaan perikanan di area MOU Box 1974
yang tidak hanya membatasi pemanfaatan teknologi perikanan tetapi juga semakin
memarginalkan masyarakat nelayan tradisional.
Persoalan yang menjadi akar kemiskinan masyarakat nelayan berdasarkan
5 mitra) adalah tingginya ketergantungan terhadap kegiatan penangkapan. Faktor-faktor
ketergantungan ini sangat beragam. Akan tetapi, jika ketergantungan itu terjadi di
tengah-tengah masih tersedianya pekerjaan lain di luar sektor perikanan, tentu hal ini
mengurangi daya tahan masyarakat nelayan dalam menghadapi tekanan-tekanan
ekonomi yang ada. Salah satu akibat dari tekanan ekonomi pada masyarakat nelayan
masyarakat nelayan Pulau Rote adalah adanya kegiatan penangkapan yang dilakukan
masyarakat nelayan Rote pada wilayah perairan antara Laut Timor dan Northern
Territory (Australia).
Keragaman sumber pendapatan sangat membantu kemampuan masyarakat
nelayan dalam beradaptasi terhadap kemiskinan. Masyarakat nelayan terkadang kurang
menyadari bahwa kondisi ekosistem perairan mudah berubah setiap saat, sehingga dapat
berpengaruh terhadap pendapatannya. Di samping itu, rendahnya keterampilan
masyarakat nelayan untuk melakukan diversifikasi usaha penangkapan dan keterikatan
yang kuat terhadap pengoperasian satu jenis alat tangkap turut memberikan kontribusi
terhadap timbulnya kemiskinan masyarakat nelayan.
Pranata yang terbentuk pada masyarakat nelayan pesisir Pandansimo, Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta dapat menjadi model diversifikasi sumber pendapatan.
Selain menangkap ikan, masyarakat nelayan juga bertani dan beternak sehingga ketika
musim paceklik terjadi, mereka tidak kehilangan sumber pendapatan (Rakhmanda,
2014).
Pengembangan diversifikasi usaha bertujuan untuk menambah sumber
pendapatan keluarga dan mengembangkan usaha yang berpotensi ekspor, khususnya
bagi masyarakat nelayan pesisir dan wanita masyarakat nelayan yang suami atau
keluarganya memiliki mata pencaharian sebagai masyarakat nelayan, agar pada musim
paceklik tiba, mereka memiliki sumber penghasilan lain untuk mempertahankan
ekonomi keluarga. Dalam rangka meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga
masyarakat nelayan, diperlukan kontribusi wanita masyarakat nelayan dalam
menciptakan dan mengelola usaha ekonomi produktif bernilai ekspor sebagai mata
pencarian alternatif. Optimasi sumberdaya melalui diversifikasi usaha berbasis
keunggulan lokal seperti budidaya laut, pertanian, peternakan, industri kreatif, dan
pariwisata di Pulau Rote perlu dilakukan agar dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat nelayan dan percepatan ekonomi wilayah sehingga mencegah kasus illegal
6 Gambar 1 Peta Jalan (Road Map) Penelitian
Pulau Rote di provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan pulau terluar bagian Selatan Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara Australia. Sebagaimana dengan pulau lain di Indonesia, warga pesisir pulau Rote menggantungkan hidupnya pada potensi hasil laut dengan pola eksploitasi yang masih tradisional. Karena dorongan ekonomi sering terjadi konflik antara Indonesia dan Australia dengan adanya masyarakat nelayan dari pulau Rote yang melewati batas negara Indonesia dan Australia. Fenomena rendahnya taraf hidup masyarakat nelayan khususnya di pulau Rote sangat berpotensi memicu konflik antar negara akibat eksploitasi hasil laut yang melewati batas negara (Adhuri, 2005).
Kegiatan penelitian tahun 1, pemetaan potensi yang dimiliki wilayah pulau terluar dengan nilai ekonomis yang dapat dikembangkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat nelayan dan komoditi ekspor, pendekatan menggunakan metode survey meliputi wawancara dan observasi. Data yang diperoleh dianalisis melalui metode skoring dan ranking untuk mendapatkan alternatif usaha yang paling berpotensi meningkatkan ekonomi masyarakat nelayan pulau terluar (Rote). Selanjutnya untuk mendapatkan model pengembangan sesuai potensi lokal yang ada, maka dilakukan analisis hirarki proses (AHP) sesuai petunjuk Saaty
Luaran tahun 1, peta potensi keunggulan lokal dan model pengembangan potensi untuk mendorong percepatan peningkatan ekonomi masyarakat nelayan pulau terluar dan peluang ekspor yang dapat diujicoba pada penelitian tahun ke 2, publikasi pada jurnal akreditasi, buku ajar, dan produk ilmiah mahasiswa yang terlibat.
Kegiatan penelitian tahun ke 2, ujicoba model pengembangan potensi terbaik yang dihasilkan pada tahun 1 melalui inovasi teknologi sesuai dengan potensi usaha yang dikembangkan.
Selanjutnya dilakukan analisis indikator
keberhasilan model diperoleh dengan
melakukan analisis perbandingan pola
pengembangan usaha yang telah ada dan dilakukan oleh masyarakat nelayan (kontrol). Setelah mendapatkan analisis keberhasilan, dilakukan penilaian status keberlanjutan dari model yang dikembangkan, perlu dilakukan
pendekatan multidimensional scaling (MDS)
(Kavanagh, 2001) akan dinyatakan dalam Indeks Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Rote (IKB-Rote) dan analisis prospektif (Paulus, 2012).
Luaran pada tahun ke 2, Model/jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi untuk peningkatan ekonomi masyarakat nelayan, nilai indeks keberlanjutan dari usaha yang dilakukan oleh masyarakat nelayan Pulau Rote, publikasi jurnal terakreditasi, buku ajar, dan produk ilmiah mahasiswa yang terlibat dalam penelitian, rancangan pola kemitraan dan kelembagaan dengan pihak pemerintah dan swasta untuk mendorong percepatan adopsi model oleh masyarakat nelayan pulau terluar.
Kegiatan tahun ke 3, diseminasi penerapan model pengembangan usaha melalui pola kemitraan dan model kelembagaan (pelatihan dan pendampingan usaha). Model kelembagaan
dibuat berdasarkan analisis interpretatif
struktural modeling (ISM) (Marimin, 2004)
dengan mengidentifikasi hubungan kontekstual antar sub elemen dari suatu sistem berdasarkan gagasan/ide atau struktur penentu dalam sebuah masalah yang komplek (Saxena et al., 1992).
Luaran tahun ke 3, usaha produktif masyarakat nelayan dengan pola kemitraan dan model kelembagaan yang menguntungkan, modul pelatihan, publikasi pada jurnal akreditasi, buku ajar, dan produk ilmiah mahasiswa yang terlibat.
Muara dari penelitian ini, perbaikan taraf hidup masyarakat nelayan pulau terluar (Pulau Rote), penguatan karakter dan ketahanan bangsa dalam
konteks kesatuan NKRI, hubungan yang
7 BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk:
1. Peningkatan sosial ekonomi masyarakat nelayan pulau terluar melalui optimasi
keunggulan lokal sebagai bagian dari pembentukan karakter bangsa dalam menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), karena masyarakat nelayan
pulau terluar merupakan aset terdepan yang perlu mendapat perhatian dari
pemerintah Indonesia.
2. Mengurangi angka kemiskinan, melalui pengembangan usaha produktif dan kreatif
dengan mengoptimalkan berbagai sumberdaya lokal (pertanian, peternakan,
perikanan, pariwisata, dan industri kreatif) yang berdampak pada peningkatan
pendapatan masyarakat nelayan, sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan di
pedesaan (pesisir) sesuai dengan arah kebijakan nasional.
3. Membuka lapangan kerja baru dan percepatan ekonomi wilayah pulau terluar,
adanya usaha produktif dan kreatif yang bernilai ekspor akan memberikan motivasi
berusaha bagi angkatan kerja yang ada seperti tenaga kerja perempuan dan
anak-anak putus sekolah, sehingga dapat mengurangi masalah penggangguran baik pada
angkatan kerja tidak terdidik maupun angkatan kerja terdidik.
4. Desain model dari penelitian ini dapat menjadi basis pengambilan keputusan dan
kebijakan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dalam pembangunan yang
berpihak pada masyarakat nelayan pulau terluar.
5. Akses teknologi dan informasi, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan komunikasi
antar ilmuan dan mendorong akses tekonogi oleh masyarakat nelayan pedesaan
(pesisir pulau terluar) melalui publikasi pada media-media ilmiah terakreditasi,
8 BAB 4. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
partisipatif (on farm research), dimana dalam penelitian ini melibatkan partisipasi
pemerintah daerah, dinas terkait, dan kelompok nelayan dalam melakukan penerapan
model produktif dan kreatif. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan model
usaha yang dilakukan oleh nelayan selama ini dengan model usaha yang diinovasi
dengan teknologi. Adapun model usaha yang diterapkan adalah usaha perikanan (UP) +
usaha tenun (UT) dan usaha perikanan (UP) + usaha tenun (UT) + usaha ternak babi
(UTB).
Pada penelitian ini akan dilakukan 3 sub penelitian yakni: (1) Pembentukan pola
kerjasama pemerintah dan kelompok usaha produktif dan kreatif (2 bulan); (2)
Pelaksanaan penerapan model usaha produktif dan kreatif (5 bulan); (3) Tabulasi,
Analisis Data dan Pemantauan (Monitoring dan Evaluasi) (1 bulan). Sesuai dengan hasil
penelitian uji coba model terbaik pada tahun 2, maka akan diterapkan usaha masyarakat
nelayan yang diinovasi teknologi dengan pola kerjasama pemerintah daerah dan instansi
terkait.
Tahapan Metodologi (Bagan) Penelitian yang diusulkan : Tahun III
Tahap Kegiatan Luaran Indikator I Penentuan dan penerapan model usaha yang kreatif dan terlibat dalam kegiatan penerapan model model terpilih (Usaha Perikanan + usaha tenun dan usaha perikanan + usaha tenun + usaha ternak babi)
- Data tentang kinerja usaha (teknis dan ekonomi) dari model yang diujicoba (Usaha Perikanan + usaha tenun dan usaha perikanan + usaha tenun + usaha ternak babi)
II.1. Usaha Perikanan
hasil tangkapan dan hasil pengolahan ikan
9
- Pertambahan berat badan harian dalam kg/hari, bobot hidup dalam kg, jumlah anak dalam ekor, kandang yang sehat, pendapatan dari penjualan babi potong dan anak babi (Rp) II.3. Usaha
Tenun Ikat
Tenun ikat motif ”Ti’i Langga” sebagai motif
baru di pulau Rote
- Jumlah produksi tenun ikat motif
” Ti’i Langga” dalam lembar, kesepahaman (MoU) dengan Pemda Rote Ndao, penerapan teknologi produksi, sistim perencanaan dan pembukuan usaha
IV Tabulasi dan analisis Data
Data hasil analisis - Simpangan baku - Rataan, persentase
- ANOVA menggunakan SAS (Cody and Smith,1997)
- Hasil uji lanjut
- Menentukan pola kerjasama dalam deseminasi model
Hasil pemantauan - Jadwal Pemantauan - Log Book Penelitian
- Naskah Akademik (laporan penelitian)
VII Publikasi Hasil Penelitian Terpublikasi
- Publikasi Prosiding
10 BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
5.1 Identitas Responden dan Analisis Pendapatan Usaha Identitas Responden
Rataan umur, jumlah tanggungan, pendapatan dari usaha penagkapan, usaha rumput
laut, usaha lainnya, dan total pendapatan rumah tangga nelayan, seperti pada Tabel 1
berikut.
Tabel 1. Rataan umur, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan Formal
Variabel Rataan Simpangan baku
Umur responden (tahun)
Jumlah tanggungan responden (orang)
Pendapatan usaha penangkapan ikan (Rp)
Pendapatan usaha rumput laut (Rp)
Pendapatan usaha lainnya (Rp)
Total pendapatan rumah tangga (Rp)
49.86
Sumber: Data primer diolah (2016)
Umur dan jumlah tanggungan keluarga responden
Responden dalam penelitian ini rata-rata berumur 49.66±7.15 tahun. Hal ini
menggambarkan bahwa responden sebagai nelayan umumnya telah berpengalaman dan
masih berada dalam umur produktif (30 – 55 tahun). Rataan jumlah tanggungan
keluarga responden diperoleh 5.43±1.20 atau berkisar 4-6 orang. Jumlah tanggungan
keluarga dalam penelitian ini umumnya merupakan istri dan anak-anak. Keberadaan
anggota keluarga ini, nampaknya memiliki manfaat ekonomi karena dapat membantu
kepala keluarga melalui aktivitas usaha lainnya sebagai sumber pendapatan alternatif
seperti usaha ternak, usaha tenun ikat, dan pedagang. Dalam penelitian ini juga
diperoleh bahwa tingkat pendidikan formal responden adalah tidak tamat SD 48,57 %,
tamat SD 34,26 %, dan tamat SMP 17,14 %. Hal ini memberikan gambaran bahwa
tingkat pendidikan sebagai indikator kualitas sumberdaya manusia, maka nelayan di
Desa Nembrala masih rendah dan hal ini akan berdampak pada kemampuan
pengambilan keputusan dalam pengembangan usaha. Hasil penelitian sesuai dengan
pendapat Sudarso (2008) yang menemukan bahwa nelayan khususnya nelayan
tradisional, pada umumnya mereka memiliki ciri tingkat pendidikan formal rendah atau
11 keterlibatan responden dalam kegiatan pelatihan teknologi masih rendah yaitu 45,71 %
dan sebesar 54,39 % belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan teknologi. Fakta ini
semakin memperkuat bahwa akses terhadap informasi dan teknologi nelayan yang
rendah, tidak saja dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan formal nelayan tetapi
juga karena kurang kegiatan pelatihan teknologi di kalangan nelayan.
Analisis Pendapatan Responden Peserta Ujicoba
Rataan pendapatan rumah tangga responden berdasarkan usaha yang dilakukan, seperti
terlihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Rataan pendapatan rumah tangga responden berdasarkan usaha yang dilakukan Variabel Pendapatan Usaha Rataan Simpangan baku
1. Usaha Nelayan (Rp/tahun)
2. Nelayan+Usaha Ternak Babi (Rp/tahun)
3. Nelayan+Tenun Ikat (Rp/tahun)
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Pendapatan Usaha sebagai Nelayan
Berdasarkan pada Tabel di atas, rataan pendapatan responden sebagai nelayan diperoleh
Rp. 9638888.90±2237434/tahun atau setara dengan Rp. 803240.7/bulan. Rendahnya
pendapatan nelayan dari usaha penangkapan dipengaruhi oleh kondisi alat tangkap yang
digunakan dan waktu melaut yang kurang dalam setahun sebagai akibat dari perubahan
musim yang tidak menentu, hal ini sesuai dengan pendapat Allison dan Ellis (2001)
mengemukakan bahwa ketidakpastian yang dihadapi nelayan terutama dalam
menghadapi fluktuasi musim ikan dan cuaca yang tidak menentu, sehingga membatasi
nelayan dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan. Lebih lanjut Suyanto (1996)
dalam Ekadianti (2014) menyatakan bahwa pendapatan nelayan sangat tergantung pada
hasil tangkapan dan pemasaran ikannya. Sedangkan penangkapan itu sendiri pada
umumnya sangat dipengaruhi oleh macam perahu, alat tangkap, musim dan keadaan
alam, khususnya angin dan bulan purnama serta potensi sumberdaya ikan yang ada.
Pada musim hujan biasanya produksi ikan laut menurun, sedangkan pada musim
12 laut. Rataan pendapatan nelayan dalam penelitian ini hampir sama yang diperoleh
Fatimah, dkk (2014) yang memperoleh bahwa rataan pendapatan nelayan di Kecamatan
Muncar Kabupaten Banyuwangi sebesar Rp 863.183 per bulan. Lebih lanjut dinyatakan
bahwa secara riil pendapatan rumah tangga nelayan pandhiga mengalami penurunan.
Penurunan pendapatan rumah tangga nelayan tradisional disebabkan oleh adanya
perubahan iklim pada musim paceklik, sehingga menimbulkan perbedaan pendapatan
rumah tangga nelayan sebelum dan sesudah perubahan iklim. Rataan pendapatan
nelayan dalam penelitian ini sedikit lebih tinggi dibanding dengan hasil penelitian Asih
dan Laapo (2009) yang memperoleh total pendapatan rumah tangga nelayan di
Kecamatan Ampana Kota sebesar Rp 8.192.420/nelayan/tahun.Namun hasil penelitian
ini lebih tinggi dari yang diperoleh Tarigan (2010) bahwa pendapatan utama sebagai
nelayan sebesar Rp. 316,666.67/bulan dan rataan pendapatan total nelayan sebesar Rp.
730,666.67/bulan serta Sembiring dan Adiwidjaya (2012) yang memperoleh
penghasilan nelayan tradisional umumnya rendah atau tidak lebih dari Rp. 15.000/hari
atau setara Rp. 450.000/bulan.
Pendapatan Kombinasi Usaha Nelayan dan Ternak Babi
Pada Tabel 1 di atas, rataan pendapatan nelayan dari kombinasi usaha sebagai nelayan
dan usaha ternak babi, diperoleh Rp. 17625000±2054090/tahun. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rataan pendapatan nelayan dari kombinasi usaha penangkapan ikan
dan usaha ternak babi. Tingginya pendapatan tersebut dikontribusi oleh pendapatan dari
usaha ternak babi yang cukup besar. Tingginya kontribusi usaha ternak babi
dipengaruhi oleh tingginya harga ternak babi di lokasi penelitian karena memiliki peran
penting dalam kegiatan sosial budaya masyarakat Rote. Selain itu budidaya ternak babi
peranakan VDL dalam ujicoba teknologi dapat memberikan tingkat produktivitas yang
lebih tinggi (litter zise dan pertambahan berat badan harian) dibanding jenis ternak babi
lokal yang selama ini diusahakan responden. Hal ini memberikan gambaran bahwa
sebenarnya usaha ternak babi dapat memberikan pendapatan tambahan yang cukup
signifikan bagi nelayan, sekalipun usaha ternak babi hanya dilakukan sebagai usaha
sambilan. Tingginya pendapatan usaha ternak babi dalam penelitian ini, disebabkan oleh
harga jual ternak babi yang cukup tinggi karena ternak babi merupakan salah satu jenis
ternak yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Rote Ndao
seperti halnya masyarakat lainnya di Nusa Tenggara Timur. Nampak bahwa ternak babi
13 petani/petermak/nelayan. Pentingnya ternak babi dalam perekonomian rumah tangga di
pedesaan dapat ditemukan di Nigeria (Umesh, et al, 2015), di Namibia (Petrus, et al,
2011), Vietnam (Lapar and Staal, 2010), Phillippines (Maharjan and Fradejas., 2006),
dan Laos ( Pengsavanh, et al, 2011). Umesh, et al (2015) menyatakan bahwa walaupun
secara teknis usaha ternak babi efisien, namun masih menghadapi kendala modal,
penyakit, dan kurangnya penyuluhan, sehingga diperlukan efisiensi pemanfaatan
sumberdaya. Oleh karena itu untuk mendorong peningkatan pendapatan rumah tangga
nelayan tradisional dapat dilakukan pengembangan usaha ternak babi dengan
memperhatikan permasalahan utama seperti permodalan, penyakit, dan penyuluhan dari
dinas terkait.
Pendapatan Kombinasi Usaha Nelayan dan Tenun Ikat
Pada Tabel 1 di atas, rataan pendapatan nelayan dari kombinasi usaha sebagai nelayan
dan usaha tenun ikat, diperoleh Rp. 13,477,272.73±1,318,590.85/tahun. Rataan
pendapatan nelayan dari kombinasi usaha nelayan dan tenun ikat cukup tinggi setelah
kombinasi usaha nelayan dan ternak babi. Hal ini memberikan gambaran bahwa usaha
tenun ikat dapat menjadi usaha alternatif yang dilakukan oleh kaum ibu dan anak wanita
dalam rumah tangga nelayan. Keberadaan lokasi penelitian Nemberala sebagai kawasan
wisata pantai dan banyak dikunjungi oleh wisatawan asing memberikan peluang
berkembangnya usaha tenun ikat di wilayah ini. Namun untuk mengembangkan usaha
tenun ikat pada skala yang lebih besar diperlukan perhatian pemerintah untuk
memberikan fasilitasi modal usaha bagi nelayan untuk pengadaan bahan baku benang
dan pewarna.
Pendapatan Kombinasi Usaha Nelayan dan Ternak Babi serta Tenun Ikat
Pada Tabel 1 di atas, rataan pendapatan nelayan dari kombinasi usaha sebagai nelayan
dan usaha ternak babi serta usaha tenun ikat, diperoleh Rp.
21,714,285.71±934,395.65/tahun. Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa
kombinasi usaha sebagai nelayan dan usaha ternak babi serta tenun ikat dapat
memberikan peningatan pendapatan bagi nelayan. Berdasarkan hasil penelitian ini
membuktikan bahwa upaya peningkatan taraf hidup masyarakat nelayan hanya bisa
dimungkinkan melalui diversifikasi usaha sesuai dengan potensi yang tersedia dan dapat
diakses oleh nelayan. Hal ini sesuai dengan pendapat Allison et al., (2001) yang
14 nelayan tidak hanya bergantung pada hasil penangkapan saja. Hal ini perlu dilakukan
terutama pada nelayan lapisan bawah yang memiliki keterbatasan sarana, yang tidak
dapat melaut sepanjang tahun. Namun hal ini tidak berlaku untuk semua keluarga
nelayan, hanya sebagian kecil keluarga nelayan yang memiliki pekerjaan sampingan,
sisanya hanya bergantung dari hasil tangkapan dalam melaut.
5.2 Analisis Kelembagaan (ISM)
Lembaga yang Terlibat dalam Pengembangan Usaha Kreatif dan Produktif di Desa Nemberala, Kabupaten Rote Ndao
Berdasarkan hasil pendapat pakar (Paulus, dkk 2017), ditemukan 12 sub elemen
lembaga yang terlibat dalam pengembangan usaha produktif dan kreatif di Desa
Nemberala, yaitu: (L1) pemerintah Kabupaten Rote Ndao, (L2) dinas/instansi yang
terkait, (L3) perbankan/BUMN, (L4) koperasi nelayan, (L5) kelompok usaha
masyarakat, (L6) lembaga swadaya masyarakat/NGO, (L7) perguruan tinggi, (L8)
investor asing, (L9) perusahaan mitra (perikanan/peternakan/tenun ikat), (L10)
pemerintah Desa Nemberala, (L11) kementerian terkait, dan (L12) pasar
(lokal/nasional/regional/internasional). Gambar 2 menyajikan hasil analisis dengan
menggunakan metode ISM dari setiap sub elemen lembaga yang terlibat dalam
pengembangan pengembangan usaha produktif dan kreatif di Desa Nemberala.
Pada Gambar 2, terlihat bahwa sub elemen (L7) perguruan tinggi, (L9)
perusahaan mitra (perikanan/peternakan/tenun ikat), dan (L12) pasar
(lokal/nasional/regional/internasional); terletak pada sektor IV yang merupakan sub
elemen lembaga yang sangat berpengaruh dalam pengembangan usaha produktif dan
kreatif di Desa Nemberala. Sub elemen ini mempunyai kekuatan penggerak (driver
power) yang besar dalam pengembangan usaha produktif dan kreatif, dan memiliki
ketergantungan (dependence) yang rendah terhadap lembaga lainnya. Ketiga sub elemen
ini merupakan sub elemen kunci lembaga yang terlibat dalam program pengembangan
usaha produktif dan kreatif di Desa Nemberala. Sedangkan sub elemen (L2)
dinas/instansi yang terkait, (L3) perbankan/BUMN, (L4) koperasi nelayan, (L5)
kelompok usaha masyarakat, (L6) lembaga swadaya masyarakat/NGO, dan (L8)
investor asing terletak pada sektor III yang merupakan sub elemen pengait (linkages)
dari sub elemen lainnya. Sub elemen pada sektor ini memiliki kekuatan pendorong
(driver power) yang besar terhadap suksesnya program tetapi memiliki ketergantungan
15 tindakan terhadap lembaga pada sub elemen ini akan mempengaruhi suksesnya program
pengembangan usaha produktif dan kreatif dan sebaliknya apabila sub elemen ini
mendapatkan perhatian yang kurang, maka dapat berpengaruh terhadap kegagalan
program usaha produktif dan kreatif di Desa Nemberala. Paulus, 2016 menyatakan
kelembagaan memainkan peran lebih besar dalam diversifikasi kegiatan ekonomi
pesisir.
Gambar 2 Matriks Driver Power – Dependence Lembaga yang Terlibat dalam Pengembangan Usaha Produktif dan Kreatif di Desa Nemberala
Sub elemen (L1) pemerintah Kabupaten Rote Ndao, (L10) pemerintah Desa
Nemberala, dan (L11) kementerian terkait merupakan sub elemen akibat dari tindakan
pemenuhan kebutuhan program lainnya dan apabila beberapa sub elemen lembaga
lainnya seperti di atas terpenuhi, maka sub elemen ini menjadi sangat penting.
Pemerintah Desa Nemberala memegang peranan penting dalam kebijakan mengenai
program usaha produktif dan kreatif, demikian juga dengan perguruan tinggi yang
membantu dalam melakukan penelitian dan kebaruan dalam ilmu dan teknologi tepat
guna yang dapat dipakai dalam program usaha produktif dan kreatif. Di sisi lain,
16 kebijakan pembangunan desa dalam pengembangan usaha produktif dan kreatif di Desa
Nemberala. Menurut Siagian (2003:108), “Pembangunan desa adalah keseluruhan
proses rangkaian usaha-usaha yang dilakukan dalam lingkungan desa dengan tujuan
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat desa serta memperbesar kesejahteraan
dalam desa”. Tiga unsur utama yang perlu diperhatikan bagi keberhasilan pembangunan
desa yaitu:
a. Keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan.
b. Timbulnya gagasan-gagasan baru didalam masyarakat mengenai kehidupan
mereka dimasa mendatang.
c. Diterapkan teknologi yang tepat guna dan padat karya.
Struktur hirarki hubungan sub elemen lembaga yang terlibat dalam
pengembangan usaha produktif dan kreatif di Desa Nemberala secara rinci dapat dilihat
pada Gambar 3.
Gambar 3 Struktur Hirarki Sub Elemen Lembaga yang Terlibat dalam Pengembangan Usaha Produktif dan Kreatif di Desa Nemberala
Pada Gambar 3, terlihat ada enam tahapan keterlibatan setiap lembaga dalam
17 diharapkan sangat berperanan dalam pengembangan usaha produktif dan kreatif pada
tahap pertama adalah perguruan tinggi dan pemerintah desa, kemudian disusul pada
tahap kedua yaitu koperasi nelayan, kelompok usaha masyarakat dan lembaga swadaya
masyarakat. Peran perguruan tinggi sangat penting terutama pada aspek tridharma yakni
pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam proses pembangunan
dan dapat mempengaruhi perubahan-perubahan dalam masyarakat. Dalam
implementasinya, peran serta perguruan tinggi yang memiliki pengalaman dibidang
pemberdayaan masyarakat dan pengembangan potensi sumberdaya, diperlukan sebagai
fasilitator dan mediator bagi pengembangan akses dan kerjasama dalam
mengembangkan potensi pesisir dan pantai untuk kesejahteraan masyarakat.
Tahap ketiga adalah perbankan/BUMN dan investor asing, kemudian tahap
keempat adalah pemerintah Kabupaten Rote Ndao dan instansi terkait seperti Dinas
Kelautan dan Perikanan, Dinas Pariwisata, Dinas Peternakan, dan sebagainya. Namun,
jika dilihat pada gambar matriks Driver Power - Dependence (Gambar 2) sebenarnya
tahapan kedua sampai keempat terdapat enam lembaga yang terlibat pada sektor yang
sama yakni sektor III (linkages) sehingga keenam lembaga tersebut dapat bekerja
bersama-sama dalam pengembangan usaha produktif dan kreatif di Desa Nemberala.
Pada tahap kelima terdapat perusahaan mitra dan pasar. Sub elemen lembaga terakhir
yang terlibat adalah kementerian terkait seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan,
18 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Diversifikasi usaha melalui kombinasi usaha penangkapan ikan, usaha ternak babi,
dan usaha tenun ikat memberikan peningkatan pendapatan rumah tangga nelayan di
Desa Nemberala Rote Ndao.
2. Kombinasi usaha nelayan dan ternak babi memberikan pendapatan yang lebih
tinggi dibanding dengan kombinasi usaha nelayan dan usaha tenun ikat.
3. Lembaga yang diharapkan sangat berperanan dalam pengembangan usaha produktif
dan kreatif pada tahap pertama adalah perguruan tinggi dan pemerintah desa. Peran
masyarakat perguruan tinggi dan pemerintah desa sangat diperlukan untuk
menjamin kesuksesan pengembangan usaha produktif dan kreatif di Desa
Nemberala.
Saran
1. Perlu diadakan pendampingan lebih lanjut dari perguruan tinggi dalam hal ini
Undana bersama pemerintah Desa Nemberala melalui program Ipteks bagi
masyarakat terutama kedua Kelompok Usaha Bersama AMERTA dan Kelompok
Wanita Nemberala.
2. Perlu komitmen desa dalam penguatan modal bagi kelompok usaha masyarakat
19 DAFTAR PUSTAKA
Adhuri, Dedi S. 2005. Fishing In, Fishing Out: Memahami Konflik-konflik
Kemasyarakat nelayanan di Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Timur. LIPI
Press. Jakarta.
Allison, E.H. dan F. Ellis (2001). The livelihoods approach and management of
small-scale fishers. Marine policy, 25, 377-388.
Asih D. N. dan A. Laapo. 2009. Analisis Pendapatan Usaha Perikanan Tangkap Dan
Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Penyaluran Dan Penerimaan Kredit
Perikanan Di Kecamatan Ampana Kota. J. Agroland 16 (4) : 290 – 295,
Desember 2009, ISSN : 0854 – 641X.
Atmaja, A, P, Edi,. 2010. Sengkarut Nelayan Dan Hak Perikanan Tradisional
Mereka Dalam Negara Kepulauan. Makalah Hukum Laut Internasional.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Balint, R. 2005. Troubled waters: Borders, boundaries and possession in the Timor Sea.
Allen & Unwin, New South Wales, Australia.
Carnegie, M. 2008. Development prospects in Eastern Indonesia: Learning from
Oelua’s Diverse Economy. Asia Pacific Viewpoint, Vol. 49, P 356:369.
Cody, R. P and J. K. Smith. 1997. Applied Statistics and the Programming Language.
Fourth Edition. New York: Prentice-Hall.
Ekadianti, M. 2014. Analisis Pendapatan Istri Nelayan Dalam Upaya Meningkatkan
Pendapatan Keluarga Di Desa Tasikagung, Kecamatan Rembang, Kabupaten
Rembang. Skripsi. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro,
Semarang.
Fatimah D, Aryo Fajar S, Mustapit. 2014. Srtategi Mata Pencaharian Rumah Tangga
Nelayan Akibat Perubahan Iklim Di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.
Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember (UNEJ).
Fox, J.J. and Sen, S. 1999. A study of socio-economic issues facing
traditional Indonesian fishers who access the MOU Box. A Report for
Environment Australia.
Kavanagh P. 2001. Rapid Appraisal of Fisheries (Rapfish) Project. Rapfish Software
Description (for Microsoft Excel). Vancouver: University of British Colombia,
20 Lapar, L. and S. Staal, 2010. Competitiveness of smallholder pig producers in Vietnam,
Improving the Competitiveness of Pig Producers in Vietnam, Nairobi, Kenya.
International Livestock Research Institute.
Maharjan, K. L. & C. C. Fradejas, 2006. Role of Cooperative in Improving
Accessibility to Production Resources and Household Economy of Backyard Pig
Raisers in Batangas, Philippines. Gold Coast, Australia. pp. 1 - 4.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.
Grasindo. Jakarta.
Paulus, C. A. 2012. Dimensi Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Minapolitan
Berbasis Budidaya Laut di Kabupaten Kupang. Jurnal Flobamora. Balitbangda
Provinsi NTT. ISSN: 0216-2741. Vol. VII/No. 03/2012. Kupang. NTT
Paulus, C. A. 2014. Menyikapi Tragedi Pencemaran Laut Timor: Montara Membara,
Masyarakat nelayan Sengsara. Opini. Sabtu, 14 Maret 2014. Harian Umum
Victory News. Kupang. Hal. 4.
Petrus, N. P., I. Mpofu, , M. B. Schneider, &, M. Nepembe, 2011. The constraints and
potentials of pig production among communal farmers in Etayi Constituency of
Namibia. Livestock Research for Rural Development, 23(7).
Phengsavanh, P., B. Ogle, , W. Stür, , B. E. Frankow-Lindberg, & J. E, Lindberg,. 2011.
Smallholder Pig Rearing Systems in Northern Lao PDR. Asian - Australasian
Journal of Animal Sciences, 24(6), pp. 867 - 874.
Rakhmanda, A. 2014. Mengurai Akar Kemiskinan Masyarakat nelayan. Opini. Sosial
Ekonomi. Forum Kajian Perikanan. Jurusan Perikanan. Fakultas Pertanian.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. [http://www.kajianperikanan.com/]
Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin: Proses Hirarki Analitik
untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks (terjemahan).
Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. 270 hal.
Saxena, J. P. 1992. Hierarchy and Classification of Program Plan Element Using
Interpretative Structural Modelling. Systems Practice, Vol. 12 (6), P 651:670.
Sembiring, P. dan T. Adiwijaya. 2012. Analisis Manajemen Rantai Pasok produk
Perikanan Di Kabupaten Rote Ndao (Studi Kasus Masyarakat nelayan Mou Box
1974). Laporan Penelitian Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan
Perekayasa. Kemenristek. Jakarta.
Sembiring, P., T. Adiwijaya, dkk . 2012. Analisis Manajemen Rantai Pasok produk
21 1974). Laporan Penelitian Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan
Perekayasa. Kemenristek. Jakarta.
Songa, Wilhelmus Wetan. 2000. Pelaksanaan Perjanjian Antara Indonesia dan Australia
tentang hak Perikanan Tradisional Dikaitkan dengan Masyarakat nelayan Asal
Nusa Tenggara Timur (Tidak Dipublikasikan). [Tesis]. Bandung. Program Studi
Ilmu Hukum. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran.
Stacey, N. 2001. Crossing Borders: Implications of the Memorandum of
Understanding on Bajo fishing activity in northern Australian waters. A Draft
paper presented at the Symposium: “Understanding the Cultural and Natural
Heritage Values and Management Challenges of the Ashmore Region” 4-6 April
2001, Darwin.
Stacey, N.1999. Boats to burn: Bajo fishing activity in the Australian fishing zone. The
Australian National University E Press. Canberra. Australia.
Tarigan, S. E. 2010. Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Tatawi Kabupaten Batu Bara
(Studi Kasus Desa Mesjid Lama Kecamatan Tatawi Kabupaten Batu Bara.
Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Therik, W. 2008. Masyarakat nelayan Dalam Bayang Juragan: Potret Kehidupan
Masyarakat nelayan Tradisional Bajo di Tanjung Pasir, Pulau Rote, Nusa
Tenggara Timur. Working Paper Institute of Indonesia Tenggara Studies
Umesh, Joseph C., Chris Ogbanje, and M. A. Adejo. 2015. Technical Efficiency
Analysis of Pig Production: A Sustainable Animal Protein Augmentation for
Nigerians. Journal of Advanced Agricultural Technologies Vol. 2, No. 1, June