• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMBUBARAN KOPERASI DAN AKIBAT HUKUMNYA A. Alasan Pembubaran Koperasi - Analisis Yuridis Tentang Pembubaran Dan Likuidasi (Penyelesaian) Atas Pailitnya Koperasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PEMBUBARAN KOPERASI DAN AKIBAT HUKUMNYA A. Alasan Pembubaran Koperasi - Analisis Yuridis Tentang Pembubaran Dan Likuidasi (Penyelesaian) Atas Pailitnya Koperasi"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PEMBUBARAN KOPERASI DAN AKIBAT HUKUMNYA

A. Alasan Pembubaran Koperasi

Pembubaran juga diartikan sebagai pemberhentian kegiatan perseroan sebagai

akibat dari berakhirnya tujuan perseroan. Pembubaran tidak berarti berakhirnya

eksistensi perseroan, dimana perseroan sebagai subyek hukum yang mempunyai

aktiva dan pasiva yang setelah deklarasi pembubarannya diucapkan eksistensinya

tetap ada tetapi dalam kondisi likuidasi (pembubaran). Hak yang dimiliki perseroan

harus direalisasikan dan kewajibannya harus dipenuhi dan selama kondisi likuidasi,

perseroan tidak menjalankan tugas biasa, tetapi terbatas yaitu khusus untuk

membereskan hak dan kewajiban itu. Eksistensi perseroan tetap ada sepanjang

diperlukan untuk pemberesan.147

Koperasi dan perseroan sama sama badan hukum yang akta pendiriannya

disahkan oleh menteri dan secara eksplisit disebukan UU sebagai badan hukum, maka

pembubaran perseroan tersebut diatas sama dengan pengertian pembubaran koperasi

yaitu penghentian bisnis/ kegiatan koperasi dengan diikuti tindakan pemberesan dan

penyelesaian hak dan kewajiban koperasi terhadap pihak ketiga dan para kreditornya.

Pembubaran, likuidasi/penyelesaian dan berakhirnya status badan hukum

koperasi diatur dalam Pasal 102 sampai 111 UU No. 17 Tahun 2012. Dasar yang

memutuskan pembubaran koperasi diatur dalam Pasal 102 UU No. 17 Tahun 2012.

Dasar pembubaran koperasi dapat di gambarkan sebagai berikut:

(2)

1. Pembubaran Koperasi Berdasarkan Rapat Anggota

Koperasi didirikan oleh anggota pendiri koperasi dengan suatu perjanjian

yang dibuat dalam akta autentik (akta notaris).148 Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau

lebih.149 Sebelum dibuat akta pendirian koperasi terlebih dahulu dilakukan rapat

148 Pasal 9 ayat 1 UU No. 17 Tahun 2012: Pendirian Koperasi dilakukan dengan Akta

Pendirian Koperasi yang dibuat oleh Notaris dalam bahasa Indonesia. 149

Lihat Pasal 1313 KUH Perdata. Lihat juga Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan

(3)

pendiri koperasi yang dibuat dalam notulen rapat. “Notulen rapat yang telah

memenuhi syarat-syarat sah perjanjian akan mengikat para pihak layaknya

undang-undang sejak lahirnya kesepakatan para pihak (asas konsensualisme) yang ditandai

dengan ditandatanganinya notulen rapat tersebut oleh para pihak.”150Pada prinsipnya, hukum perjanjian menganut asas konsensualisme. Asas konsensualisme ini sesuai

dengan Pasal 7 ayat 1 dan 2 UU No. 17 Tahun 2012 Koperasi Primer didirikan oleh

paling sedikit 20 (dua puluh) orang perseorangan dengan memisahkan sebagian

kekayaan pendiri atau anggota sebagai modal awal koperasi. Koperasi sekunder

didirikan oleh paling sedikit 3 (tiga) koperasi primer. Dengan kata lain koperasi

didirikan berdasarkan kesepakatan (konsensualisme) paling sedikit 20 (dua puluh)

orang perseorangan dengan memisahkan sebagian kekayaan pendiri atau anggota

sebagai modal awal koperasi.

Syarat sahya suatu perjanjian menurut Pasal 1320 KUH Perdata diperlukan

empat syarat:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Cakap untuk membuat suatu pejanjian;

3. Mengenai suatu hal tertentu;

4. Sesuatu sebab yang halal;

Pasal 1338 (1) KUH Perdata menyebutkan semua perjanjian yang dibuat

secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dalam

pasal ini terkadung asas kebebasan berkontrak. Artinya bahwa perjanjian timbul sejak

(4)

terjadi kesepakatan para pihak. Jika ditinjau dari segi hukum perjanjian, pendirian

koperasi sebagai badan hukum, bersifat “contraktual” yaitu berdirinya koperasi

merupakan akibat yang lahir dari perjanjian, dan juga bersifat “konsensual” yaitu

adanya kesepakatan untuk mengikat perjanjian mendirikan koperasi. Bahwa asas

konsensualime mempunyai hubungan yang erat dengan asas kebebasan berkontrak

dan asas kekuatan mengikat yang terdapat Pasal 1338 (1) BW.151

Pembubaran koperasi berdasarkan keputusan anggota dilakukan dengan

keputusan bersama anggota koperasi yang diputuskan dalam rapat anggota. Rapat

anggota ini merupakan kekuasaan yang tertinggi dalam tata kehidupan koperasi, yang

dalam pengejawantahannya merupakan rapat anggota dari para pemilik koperasi

tersebut yang masing-masing anggota mempunyai hak satu suara.152Keputusan rapat anggota dituangkan dalam notulen rapat, dimana keputusan yang dibuat dalam

notulen rapat itu adalah suatu kesepakatan yang diperjanjiankan anggota untuk

membubarkan koperasi. Suatu kemufakatan yang telah diputuskan merupakan suatu

ketentuan yang harus ditaati penuh dan dijalankan dengan penuh kedisplinan oleh

para anggotanya153hal ini sesuai dengan Pasal 1338 KUH Perdata semua persetujuan (kemufakatan) yang telah dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi

mereka yang membuatnya. Keputusan rapat anggota yang dituangkan dalam notulen

rapat termasuk persetujuan (kemufakatan). “Bahwa notulen rapat termasuk ke dalam

perjanjian menurut hukum Indonesia.”154

2. Pembubaran Koperasi Karena Jangka Waktunya Berakhir

151Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial,[Jakarta, Kencana Media Group], 2010, hlm, 121.

152

G, Kartasapoetra,et,alKoperasi Indonesia Yang Berlandaskan Pancasila dan UUU 1945, [Jakarta: Bina Aksara, ]1989, hlm, 126.

153 Ibid

(5)

Salah satu alasan pembubaran koperasi yaitu jika jangka waktu berdirinya

koperasi telah berakhir. Apabila anggaran dasar koperasi memuat ketentuan bahwa

koperasi hanya diperlukan (hidup) selama jangka waktu tertentu, maka tidak

diperlukan ada keputusan khusus untuk membubarkan koperasi itu setelah jangka

waktu tersebut berakhir.155 Anggaran dasar koperasi berdasarkan Pasal 16 UU No. 17 Tahun 2012 sekurang-kurangnya harus dicantumkan salah satu yaitu jangka waktu

berdirinya koperasi. Apabila jangka waku yang ditentukan dalam anggaran dasar

sudah berakhir dan tidak diperpanjang lagi maka demi hukum koperasi tersebut

bubar oleh karena jangka waktu berdirinya sebagaimana ditentukan dalam anggaran

dasar telah berakhir.156 Penentuan batas jangka waktu berdirinya koperasi ini akan berpengaruh langsung pada proses dan tata cara pembubaran koperasi yang

bersangkutan diakhir masa yang telah ditentukan.157 Akan tetapi “Menteri dapat memperpanjang jangka waktu berdirinya koperasi atas permohonan pengurus setelah

diputuskan pada rapat anggota.”158

Disamping pembubaran koperasi karena jangka waktu yang ditentukan dalam

anggaran dasar berakhir dapat juga terjadi pembubaran secara suka rela sebelum

jangka waktu yang ditetapkan159 misalnya karena tujuan yang ditentukan dalam anggaran dasar sudah tercapai seperti Koperasi Listrik, Koperasi untuk mengelola

sekolah, Koperasi Rumah Sakit, dimana tujuan koperasi sudah tercapai misalnya

ketika pemerintah mengambil alih rumah sakit yang dibangun koperasi,Koperasi

155Hans-H.Munkner,

10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law,

Op.Cit, hlm 176

156Pasal 104 ayat 1 UU No. 17 tahun 2012.

157

Andjar Pachta, et al,Hukum Koperasi Indonesia Pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan Modal Usaha,[Jakarta: Kencana Predana Media Grup, 2008], hlm 89

158Pasal 104 ayat 2 UU No. 17 tahun 2012

(6)

Listrik bubar sesudah di daerah tersebut sudah ada listik nasional.160 Alasan pembubaran bisa karena tujuan koperasi sudah tercapai atau tujuan yang ditetapkan

tidak mungkin tercapai.

3. Pembubaran Koperasi Berdasarkan Keputusan Menteri.

Sebagai suatu organisasi ekonomi yang berstatus badan hukum, hidup

berkembang, tumbuh mati dan bubarnya koperasi diatur dengan suatu peraturan, baik

yang dibuat oleh pemerintah maupun yang dibuat anggota koperasi yang dimuat

dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.161 Pembatalan perjanjian oleh pihak yang berwewenang hanya “atas kuasa undang-undang yang secara eksplisit

menyatakan hal itu.Maksudnya terdapat sebuah norma hukum dalam sebuah UU yang

menyatakan bahwa lembaga atau pejabat publik tertentu berdasarkan UU tersebut

berwewenang untuk membatalkan perjanjian tertentu.”162 Koperasi ada karena didirikan berdasarkan perjanjian, maka pembatalan perjanjian merupakan

pembubaran koperasi. Menteri dapat membubarkan Koperasi apabila:163

1. Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap; dan/atau

2. Koperasi tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi dan usahanya selama 2

(dua) tahun berturut-turut.

Kewenangan untuk membubarkan koperasi tersebut timbul sebagai

konsekuensi dari:164

160Ibid

161 H. Budi Untung, Hukum Koperasi dan Peranan Notaris Indonesia,[Yogyakarta, Andi,2005], hlm 47

162

Elly Erawati, Herlien Budiono, Penjelasan Hukum Tentang Kebatalan Perjanjian, [Jakarta: PT Gramedia, 2010], hlm, 31

(7)

a. Pemerintah berkewajiban menciptakan iklim serta kondisi yang mendorong

pertumbuhan dan pemasyarakatan koperasi melalui kegiatan penyuluhan,

pemberian bimbingan, kemudahan dan perlindungan.

b. Salah satu tugas pemerintah dalam upaya menciptakan iklim serta kondisi

dimaksud, adalah mewujudkan sistem perkoperasian yang sehat, efisien,

tangguh dan mandiri.

Koperasi yang tidak melakukan kegiatan usahanya secara nyata selama 2

(dua) tahun berturut-turut terhitung sejak tanggal pengesahan akta pendirian koperasi

merupakan alasan yang mendasar, untuk membubarkan koperasi apabila sejak

didirikan ternyata belum melaksanakan kegiatan apapun, maka berarti koperasi

tersebut sebenarnya tidak bermanfaat bagi anggotanya.

Pada umumnya pembubaran koperasi dilakukan berdasarkan alasan-alasan tertentu yang mengakibatkan kegiatan koperasi tersebut menghambat dan rnembahayakan sistem perkoperasian yang sehat. Oleh karena itu pembubaran Koperasi tidak boleh dilakukan atas dasar kemauan subjektif, akan tetapi harus dilakukan secara objektif, setelah dilakukan upaya pembinaan tetapi tidak mencapai hasil165.

Apabila berdasarkan alasan-alasan tertentu166 kegiatannya dirasakan dapat menghambat dan membahayakan sistem perkoperasian yang sehat, efisien, tangguh

dan mandiri, maka koperasi tersebut lebih baik dibubarkan. Berdasarkan Pasal 105

UU No. 17 tahun 2012 Menteri dapat membubarkan koperasi apabila:

a. Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan Pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap; dan/atau

165 Petunjuk pelaksanaan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 269/M/IX/1994 tanggal 9

september 1994. 166

(8)

b. Koperasi tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi dan usahanya selama 2

(dua) tahun berturut-turut.

3.1. Pembubaran koperasi karena tidak memenuhi Undang Undang

Perkoperasian

Koperasi yang tidak memenuhi ketentuan UU No 17 Tahun 2012 menjadi

alasan bagi koperasi tersebut bubar demi hukum sebab koperasi tersebut tidak lagi

memenuhi syarat yang ditentukan dalam undang-undang. Koperasi diakui sebagai

badan hukum apabila dipenuhi persyaratan yang ditentukan undang-undang, dan jika

persyaratan yang ditetukan dalam undang-undang tidak dipenuhi koperasi tersebut

dapat dikategorikan koperasi yang melawan hukum menurut undang undang. Sifat

dan akibat keadaan melawan hukum menurut undang-undang berbeda-beda menurut

syarat-syarat yang ditetapkan dalam undang-undang yang bersangkutan.167

Pasal 1337 KUH Perdata menegaskan, suatu sebab adalah terlarang, bila

dilarang undang-undang atau bila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban

umum. Jadi suatu perjanjian batal bila bertentangan dengan undang-undang atau

kepentingan umum. Biasanya dalam perjanjian ada klausula yang mengatakan, bila

suatu bagian perjanjian tidak berlaku, bagian lain dari perjanjian tersebut dapat

dirumuskan kembali agar memenuhi persyaratan hukum.

Koperasi dapat dibubarkan oleh menteri jika koperasi tersebut tidak

melaksanakan ketentuan undang-undang dan anggaran dasarnya. Undang undang No.

17 Tahun 2012 menetukan bahwa koperasi asas tujuan dan landasan koperasi,168nilai

167 S.B. Marsh, and J Soulsby,Business Law,Terjemahan Abdul Kadir Muhammad,Hukum Perjanjian,[Bandung, Alumni, 1986],hlm 185

168

(9)

dan prinsip koperasi,169syarat minimal jumlah anggota170. Jika koperasi terbukti tidak menerapkan asas tujuan dan landasan koperasi (Pasal 2,3, dan 4 UU No. 17 Tahun

2012 dan nilai dan prinsip koperasi (Pasal 5 dan 6 UU No. 17 Tahun 2012) maka

menteri harus membubarkan koperasi tersebut. Jika jumlah anggota koperasi

berkurang dibawah mininum yang diatur dalam Pasal 7 UU No. 17 Tahun 2012 dan

keadaan ini tidak hanya sementara melainkan berlangsung lama melampaui jangka

waktu yang ditetapkan, badan pengurus koperasi harus mengajukan permohonan

untuk membubarkan koperasi kepada instansi pemerintah yang menangani urusan

koperasi atau pejabat pendaftaran lainnya.171Akan tetapi jika pejabat pendaftaran itu ( pejabat koperasi) mengetahui bahwa jumah anggota koperasi telah berkurang di

bawah jumlah minimum yang ditetapkan, maka koperasi harus dibubarkan secara ex

officiosetelah mendengar penjelasan secukupnya dari badan pengurus koperasi yang

bersangkutan.172

umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan.

169 Pasal 5 ayat (1) UU No.17 Tahun 2012, Nilai yang mendasari kegiatan Koperasi yaitu :

kekeluargaan, menolong diri sendiri, bertanggung jawab, demokrasi, persamaan, berkeadilan dan kemandirian. Ayat (2) Nilai yang diyakini Anggota Koperasi yaitu: kejujuran; keterbukaan, tanggung jawab; dan kepedulian terhadap orang lain. Pasal 6 ayat (1) Koperasi melaksanakan Prinsip Koperasi yang meliputi: keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka, pengawasan oleh Anggota diselenggarakan secara demokratis, Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi Koperasi, Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan independen, Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Anggota, Pengawas, Pengurus, dan karyawannya, serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan Koperasi, Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat Gerakan Koperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional, dan Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh anggota.

170 Pasal 7 atat 1 UU No. 17 Tahun 2012, Koperasi Primer didirikan oleh paling sedikit 20

(dua puluh) orang perseorangan dengan memisahkan sebagian kekayaan pendiri atau Anggota sebagai modal awal Koperasi. Ayat 2, Koperasi Sekunder didirikan oleh paling sedikit 3 (tiga) Koperasi Primer.

171

Hans-H.Munkner,10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law,

(10)

3.2. Pembubaran koperasi karena bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan

Pasal 1337 KUH Perdata menegaskan, suatu sebab adalah terlarang, bila

dilarang undang-undang atau bila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban

umum. Perjanjian seperti ini tidak boleh atau tidak dapat dilaksanakan sebab

melanggar hukum atau kesusilaan atau ketertiban umum. Kondisi seperti ini menurut

Subekti sudah sangan jelas dapat diketahui seketika oleh hakim dan juga oleh umum

sehingga untuk alasan ketertiban dan keamanan umum maka perjanjian semacam itu

dengan sendirinya batal demi hukum.173

Untuk mengetahui ketentuan manakah dalam peraturan perundang undang

yang bersifat boleh disimpangi para pihak, perlu diperhatikan apakah rumusan

ketentuan itu menyebut secara eksplisit akibat hukum bila apa yang diatur dalam

perundang undangan itu dilanggar.174

Menurut Pasal 1365 KUH Perdata “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang

membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya

menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian.” Sejak tahun 1919 dipelopori

Pengadilan Tinggi di Belanda ( putusan Hoge Raad tanggal 31 januari 1919) “ istilah

onrechmatige daad (perbuatan melawan hukum) ditafsirkan secara luas sehingga

meliputi juga perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan atau dengan yang

dianggap pantas dalam pergaulan hidup masyarakat”.175

Perbuatan melawan hukum dapat juga merupakan tidak tindak pidana

disamping aspek perdata. Apabila perbuatan tersebut memenuhi unsur-unsur

173

Elly Erawati,OP.Cit,hlm, 10, dikutip dari R subekti, Catatan No 4 hlm.19. 174

Ibid

(11)

perbuatan melawan hukum maupun unsur-unsur pidana, maka kedua macam sanksi

dapat dijatuhkan secara berbarengan. Artinya korban dapat menerima ganti rugi

perdata (dengan dasar gugatan perdata) tetapi pada watu yang bersamaan (dengan

proses pidana) pelaku dapat dijatuhkan sanksi pidana sekaligus.176 Koperasi dapat juga dibubarkan karena koperasi tersebut bertentangan dengan ketertiban umum dan

kesusilaan. Ketertiban dan kesusilaan yang dimaksud disini adalah dalam ranah

hukum pidana, sehingga harus terlebih dahulu ada putusan pengadilan yang

menyatakan koperasi tersebut melakukan perbuatan melawan hukum yaitu

bertentangan ketertiban umum dan kesusilaan. Maka dalam hal ini kejaksaanlah

yang mengajukan permohonan pembubaran koperasi, untuk membuktikan ketertiban

umum dan kesusilaan yang dilanggar koperasi. Apabila telah ada keputusan

pengadilan yang telah mempunyai ketentuan hukum yang pasti bahwa kegiatan

koperasi membahayakan keamanan masyarakat, melanggar norma kesusilaan yang

berlaku atau melanggar ketertiban umum, maka pemerintah wajib membubarkan

koperasi yang bersangkutan.177

Namun sampai saat ini belum ada kesepakatan para ahli tentang defenisi

ketertiban umum dan dalam undang undang pun belum ada ditetapkan secara

limitatif apa yang dimaksud ketertiban umum. Namun sebagai contoh koperasi

melanggar ketertiban umum apabila koperasi mendanai kegiatan teroris, Koperasi

yang mengelola perhotelan menyediakan hotelnya sebagai tempat prostitusi.

3.3. Pembubaran koperasi karena tidak melaksanakan usaha secara nyata dalam dua tahun berturut turut

176Munir Fuady,

Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer,Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005, hlm 21.

(12)

Koperasi yang tidak melakukan usaha secara nyata setelah akta pendirian

koperasi disahkan dalam dua tahun berturut-turut “ maka pembubaran koperasi

dapat diperintahkan ex officio oleh pendaftaran atau oleh istansi pemerintah yang

menangani pengembangan koperasi.”178

Pembubaran koperasi yang tidak melakukan usaha secara secara nyata sejak

dua tahun berturut turut sejak akta koperasi disahkan, hal ini merupakan alasan

yang mendasar untuk membubarkan, oleh karena apabila sejak didirikan ternyata

belum melaksanakan kegiatan apapun, maka koperasi tersebut sebenarnya tidak

bermanfaat kepada anggotanya.179 Juga hal ini tidak sesuai dengan tujuan koperasi (Pasal 4 UU No.17 Tahun 2012) yaitu meningkatkan kesejahteraan

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian

yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan

berkeadilan.

3.4. Pembubaran (Dissolution) koperasi karena dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan.

Berdasarkan Pasal 105 UU No. 17 Tahun 2012 secara tegas disebutkan bahwa

salah satu alasan pembubaran koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Pengadilan yang dimaksud

disini adalah Pengadilan Niaga sesuai dengan UU No 37 tahun 2004 tentang

UUK-PKPU. Koperasi yang diputus pailit oleh pengadilan dan keputusan tersebut telah

mempunyai kekuatan hukum yang pasti bahwa koperasi dinyatakan pailit, Pemerintah

178Hans-H.Munkner,10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law, Op. Cit,hlm 181.

179

(13)

wajib membubarkan koperasi yang bersangkutan. Ketentuan ini merupakan

kewajiban Pemerintah cq. Menteri, dan pelaksanaannya tidak tergantung pada

kebijaksanaan Menteri.180

Jika koperasi tidak lagi mampu melunasi utang-utangnya kepada para kreditor

atau jika seluruh jumlah utangnya melebihi prosentasi tertentu dari harta kekayaan

koperasi, termasuk utang-utang perorangan dari para anggotanya, maka badan

pengurus koperasi itu harus mengajukan permohonan untuk penyelesaian kepailitan

(petition in bankrupcy).181

Bagaimana jika koperasi diputus pailit oleh Pengadilan Niaga, dan koperasi

tersebut tidak mampu membayar lunas hutang-hutangnya? Alasan yang dipakai

sebagai dasar pembubaran koperasi dalam kepailitan, menimbulkan dua bentuk atau

model pembubaran koperasi yaitu :182

1. Pembubaran koperasi berlakunya demi hukum (by the operation of law).

Akibat yuridis yang berlaku demi hukum (by the operation of law) segera

setelah pernyataan pailit dinyatakan atau setelah pernyataan pailit mempunyai

hukum tetap, ataupun setelah berakhirnya kepailitan. Berlaku karena hukum

(by the operation of law) begitu putusan pailit dikabulkan oleh Pengadilan

Niaga.183

2. Pembubaran koperasi berlaku secaraRule of Reason.

180

Lihat Penjelasan pasal 3 ayat 1 huruf c PP No.17 Tahun 1994

181Hans-H.Munkner,10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law, Op. Cit,hlm 178

182Bandingkan Arif Indra Setyadi, Analisa Hukum Tentang Pembubaran (Likuidasi) Perseroaan Terbatas (PT) Akibat Keputusan Pailit Pengadilan Niaga, Mahasiswa Pasca Sarjana Kenotariatan UNDIP 2011

183

(14)

Untuk akibat-akibat hukum tertentu dari kepailitan berlaku Rule of Reason,

adalah bahwa akibat hukum tersebut tidak otomatis berlaku, akan tetapi baru

berlaku jika diberlakukan oleh pihak-pihak tertentu, setelah mempunyai

alasan yang wajar untuk diberlakukan. Jadi perlu dimintakan oleh pihak

tertentu dan perlu pula persetujuan institusi tertentu.

Menurut UU No. 37 Tahun 2004 bahwa kepailitan badan hukum koperasi di

Indonesia tidak secara otomatis terjadi pembubaran koperasi karena masih

dimungkinkan koperasi pailit direhablitasi apabila mampu membayar lunas utangnya

disamping itu kepailitan dan pembubaran koperasi merupakan lembaga hukum yang

berbeda. Putusan pailit koperasi hanya membuat koperasi kehilangan haknya untuk

mengurus dan menguasai harta kekayaan koperasi tersebut. Debitor (koperasi) yang

tidak dapat membayar lunas utangnya atau tidak terjadi perdamaian setelah diputus

pailit, maka terhadap hal tersebut tidak berlaku rehabilitasi. Kepailitan koperasi dapat

berakhir karena tidak terjadi perdamaian atau tidak dapat membayar lunas hutangnya

atau telah dinyatakan insolvensi, maka terhadap hal demikian pada prinsipnya tidak

ada rehablitasi.184Jika keadaan ini terjadi maka tindakan hukum yang akan dilakukan adalah melakukan pembubaran koperasi oleh pemerintah yang diikuti penyelesaian/

likuidasi koperasi.

Alasan pembubaran koperasi berhubung dengan kepailitan adalah dengan

dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap, harta pailit koperasi tidak cukup untuk membayar biaya

184 Eduard Manik,

(15)

kepailitan185 dan karena harta pailit koperasi yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.186Dengan demikian hanya koperasi yang tidak dapat membayar lunas utangnya atau tidak terjadi perdamaian

setelah diputus pailit yang wajib dibubarkan. Dalam putusan pailit ada beberapa

kemungkinan yaitu:

a. Koperasi mampu membayar lunas utang-utangngnya.

b. Koperasi tidak mampu membayar lunas hutang-hutangnya.

c. Koperasi diberikan kesempatan untuk menjadual ulang utang-utangnya

(terjadi perdamaian).

Jika koperasi sudah membayar lunas hutang-hutangnya atau terjadi

perdamaian maka koperasi kembali dapat melanjutkan usahanya. Akan tetapi lain

halnya dalam pranata hukum pembubaran koperasi, dimana setelah dikeluarkan

keputusan pembubaran maka yang harus dilakukan adalah likuidasi/ penyelesaian

untuk menyelesaikan hak dan kewajibannya koperasi.

3.4.1. Pengertian kepailitan

Secara tata bahasa, kepailitan berarti segala hal yang berhubungan dengan

”pailit”. Black’s Law Dictionary memberikan pengertian bahwa pailit dihubungkan

dengan ”ketidakmampuan untuk membayar” dari seorang (debitor) atas utang

utangnya yang telah jatuh tempo. “Kapailitan adalah sita umum atas semua kekayaan

debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah

185

Analogi Pasal 142 ayat 1 huruf d UU No. 40 Tahun 2007, Lihat juga Pasal 18 ayat 1 UU No 37 Tahun 2004

186Analogi Pasal 142 ayat 1 huruf e UU No. 40 Tahun 2007, Lihat juga Pasal 178 ayat 1 UU

(16)

pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.”187 Dari ketentuan tersebut dapat disimpulkan kepailitan adalah merupakan sita umum

terhadap semua kekayaan debitur yang nantinya masuk dalam budel pailit.188Setelah permohonan untuk kepailitan diajukan oleh koperasi atau salah satu krediturnya,

maka kreditur kreditur secara individual tidak dapat lagi memaksakan tuntutannya

(claim) terhadap koperasi.189 Sejak putusan pailit koperasi maka semua kreditor harus mengajukan tuntutannya secara bersama-sama. Mereka membentuk kelompok

kreditor untuk membagi harta kekayaan yang dinyatakan pailit (bankrupt’s estate)

demikian pula kerugian yang timbul.190 3.4.2. Kreditor dari koperasi

Objek yang dapat dinyatakan pailit adalah debitur yang tidak membayar

utang-utangnya kepada para kreditornya191 dengan kata lain bahwa debitur tersebut mempunyai kreditor lebih dari satu dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang

yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.192 Pengertian debitur bisa orang perseorang,193 pesekutuan yang bukan badan hukum,194 badan hukum 195 dan harta

187Lihat Pasal 1 angka 1 UU No. 37 Tahun 2004 188

Edward Manik,Op.Cit,hlm 31

189Hans-H.Munkner,10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law, Loc. Cit.

190Ibid

191Sutan Remy Syahdeini,Op.Cit, hlm 96 192Lihat Pasal 2 ayat 1 UU No 37 Tahun2004

193 Lihat Pasal 4 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004, “Dalam hal permohonan diajukan oleh

debitur yang masih terikat dalam pernikahan yang sah, permohonannya dapat diajukannya atas persetujuan suami atau isterinya”.

194

Pasal 5 UU No. 37 Tahun 2004, “Permohonan pailit terhadap suatu firma harus memuat tempat tinggal masing-masing pesero yang tanggung renteng terikat untuk seluruh utang firma”.

195 Pasal 3 ayat 5 UU No. 37 Tahun 2004, Dalam hal debitor badan hukium , tempat

(17)

peningggalan.196 Subyek hukum yang dapat memohonkan pailit adalah debitor dan kreditor.

Kreditor koperasi menurut diatur dalam Pasal 66 ayat 2 huruf UU No. 17

tahun 2012 berbunyi:

Selain modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) modal koperasi dapat berasal dari:

a. Hibah;

b. Modal penyertaan;

c. Modal pinjaman yang berasal dari: 1. Anggota;

2. Koperasi lainnya dan/atau anggotanya; 3. Bank dan lembaga keuangan lainnya;

4. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; dan/atau 5. Pemerintah dan Pemerintah Daerah.dan/atau

d. Sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan pasal 66 tersebut diatas yang menjadi kreditor dari koperasi

adalah para pihak memberikan pinjaman kepada koperasi yaitu:

1. Anggota koperasi yang bersangkutan.

2. Koperasi lain dan atau anggotanya.

3. Bank dan lembaga keuangan lainnya.

4. Pemerintah dan Pemerintah daerah.

5. Pihak yang diakui oleh undang-undang.

Koperasi sebagai subjek hukum dapat mempunyai utang kepada dua atau

lebih kreditor dan tidak membayar lunar sedikitnya satu utang yang sudah jatuh

tempo dapat ditagih diputus pailit oleh Pengadilan Niaga.Piahak yang dapat

196 Lihat Pasal 207 UU No. 37 Tahun 2004 Harta kekayaan orang yang meninggal harus

(18)

memohonkan pailit koperasi adalah pengurus koperasi yang bersangkutan, dan para

kreditor koperasi yang disebut diatas.

3.4.3. Syarat-syarat permohonan kepailitan

Setiap permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta

atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan

pailit telah terpenuhi.197 Syarat-syarat kepailitan dalam pasal 2 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 yang menyatakan “debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan

tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,

dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun

atas permohonan satu atau lebih kreditornya.” Jika terpenuhi syarat kumulatif yaitu dua

kreditor atau lebih dan tidak dibayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo

dan dapat ditagih maka hakim wajib memutus pailit debitor.

3.4.4. Keharusan adanya dua kreditor198

Syarat mengenai keharusan adanya dua atau lebih kreditor dikenal dengan

concursus creditorium.199 Hal ini merupakan konsekuensi pelaksanaan dari ketentuan Pasal 1132 KUH Perdata. Rasio kepailitan adalah jatuhnya sita umum atas

semua harta benda debitor yang setelah dilakukan rapat verifikasi utang piutang tidak

tercapai perdamaian atauaccord, dilakukan proses likuidasi atas seluruh harta benda

debitornya sesuai dengan tata urutan tingkat kreditor yang ditentukan oleh

undang-undang.200 Apabila seorang debitor hanya memiliki satu orang kreditor maka eksistensi dari UU No. 37 Tahun 2004 kehilangan raison d’etere-nya. Apabila

197

(19)

seorang debitor hanya memiliki seorang kreditor tidak dibolehkan mengajukan

pernyataan pailit terhadapnya, karena harta kekayaan debitor menurut ketentuan pasal

1131 KUH Perdata merupakan jaminan utangnya sehingga tidak perlu diatur

mengenai pembagian hasil penjual harta kekayaannya.201 Debitor dan kreditor yang mengajukan permohonan pailit maka berlaku Pasal 1132 KUH Perdata. Hasil

penjualan harta kekayaan debitor dibagi menurut keseimbangan berdasarkan Pasal

1132 KUH Perdata yaitu bahwa harta kekayaan tersebut harus dibagi secara :

1. Pari passu, dengan pengertian bahwa harta kekayaan tersebut harus dibagikan

secara bersama-sama diantara para kreditor tersebut.

2. Pro rata, sesuai dengan besarnya imbangan piutang masing-masing kreditor

terhadap utang debitur secara keseluruhan.

Maka eksistensi dari kepailitan sekurangnya dua orang kreditor merupakan

suatu syarat mutlak karena jika hanya ada satu kreditor tidak perlu kepailitan karena

tidak perlu pengaturan pembagian hasil eksekusi harta pailit kepada beberapa

kreditor.

3.4.5. Utang yang jatuh waktu

Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah

uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung

maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontijen, yang timbul karena

perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitur dan bila tidak

(20)

dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta

kekayaan debitur.202

Pengertian ”jatuh waktu” dapat di lihat dalam Pasal 1238 KUH Perdata yang

mengatur bahwa pihak yang berhutang dianggap lalai apabila ia diperingatkan dengan

surat teguran dan dalam surat tersebut debitur diberi jangka waktu tertentu untuk

melunasi hutangya. Pasal 1238 KUH Perdata “ debitor adalah lalai, apabila ia dengan

surat perintah atau dengan akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi

perikatannya sendiri, ialah jika menetapkan, bahwa debitor akan harus dianggap lalai

dengan lewatnya waktu yang ditentukan”. Jadi “pernyataan lalai” (inbrekesteling)

adalah upaya hukum (rechtimiddle) dengan mana kreditor memberitahukan, menegur,

memperingatkan (aanmaning, sommatie, kenningsgeving) debitur saat

selambat-lambatnya ia wajib memenuhi prestasi dan apabila saat dilampaui maka debitur telah

lalai.203

3.4.6. Tindakan yuridis setelah putusan pailit

Pernyataan pailit mengakibatkan debitor yang dinyatakan pailit kehilangan

segala “hak perdata” untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan yang telah

dimasukkan ke dalam harta pailit. 204 Hal ini dapat dilihat dari adanya kewenangan kurator untuk mengurus dan atau melakukan pemberesan harta pailit.205

Setelah putusan kepailitan, masih banyak tahapan yang harus dilakukan sampai

akhirnya kepailitan ditutup. Pasal 15 ayat 1 dan 2 UUK-PKPU menyebutkan dalam

202

Pasal 1 angka 6 UU No. 37 Tahun 2004 203

Mariam Darus Badrulzaman ,K.U.H. Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasannya,

[Bandung: Alumni, 2006], hlm, 17 lihat juga Ahmad Miru, Sakka Pati,Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 Sampai 1456 BW, [Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011],hlm, 8-9

204

Akibat Hukum PernyataanPailit [http://diaz_fhuns.staff.uns.ac.id] dikutif dari Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja,Kepailitan (Seri Hukum Bisnis), Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 30 dan lihat pula ketentuan Pasal 24 ayat (1) UU No. 37 Tahun 2004

(21)

putusan pernyataan pailit, harus diangkat kurator dan seorang hakim pengawas yang

ditunjuk dari hakim pengadilan. Dalam hal debitor, kreditor, atau pihak yang berwenang

mengajukan permohonan pernyataan pailit tidak mengajukan usul pengangkatan kurator

kepada pengadilan maka balai harta peninggalan diangkat selaku kurator.

Setelah adanya pengangkatan kurator dalam putusan pernyataan pailit maka

sejak saat itu kurator melakukan tugas pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit.

Setelah harta pailit dinyatakan dalam keadaan insolvensi maka curator harus

memulai pemberesan melalui penjualan harta pailit tanpa memerlukan persetujuan

debitur.206

Diagram Kepailitan dilihat secara keseluruhan.207

206

Adrian Sutedi,Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi dan Kepailitan, [Jakarta: Sinar Grafika,2010],hlm 215, lihat juga pasal 178 ayat 1 UU No. 37 tahun 2004.

207

Sumber diagram proses kepailitan diambil dari Buku Edward Manik,Op Cit, hlm 60

Putusan pailit berkekuatan hukum tetap Putusan Pailit(Tingkat Pertama) mulai

berlaku penangguhan eksekusi hak jaminan (stay)

Dicapai komposisi( akkord, Perdamaian)

Mulai dilakukan tindakan Verifikasi ( pencocokan piutang)

Atau dinyatakanInsolvensi( debitor dalam keadaan tidak mampu

membayar utang) Pengadilan memberikan Homologasi

( Mengesahkan Perdamaian)

Dilakukan Pemberesan (termasuk penyusunan daftar piutang dan pembagian) Kepailitan

(22)

B. Pembubaran (Dissolution) Koperasi Menurut Undang-Undang

1. Pembubaran Koperasi Menurut UU No. 25 Tahun 1992

Undang No. UU No. 25 Tahun 1992 telah diganti dengan dengan UU No. 17

Tahun 2012. Sebagai perbandingan Pembubaran koperasi sebagai badan hukum,

menurut UU No. 25 Tahun 1992 dapat dilakukan berdasarkan208 keputusan rapat anggota, atau keputusan pemerintah. Keputusan pembubaran oleh pemerintah

dilakukan209 apabila terdapat bukti bahwa koperasi yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan undang-undang ini, kegiatannya bertentangan dengan ketertiban

umum dan/atau kesusilaan, kelangsungan hidupnya tidak dapat lagi diharapkan.

Keputusan pembubaran koperasi oleh pemerintah dikeluarkan dalam waktu

paling lambat 4 (empat) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat

pemberitahuan rencana pembubaran tersebut oleh koperasi yang bersangkutan.210 Dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan sejak tanggal penerimaan

pemberitahuan, koperasi yang bersangkutan berhak mengajukan keberatan.211 Keputusan pemerintah mengenai diterima atau ditolaknya keberatan atas rencana

pembubaran diberikan paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya

pemyataan keberatan tersebut.212

Keputusan pembubaran koperasi oleh rapat anggota diberitahukan secara

tertulis oleh kuasa rapat anggota kepada semua kreditor dan pemerintah.213 Pemberitahuan kepada semua kreditor dilakukan oleh pemerintah, jika pembubaran

208

Pasal 46 UU No. 25 Tahun 1992 209

Pasal 47 ayat 1 UU No. 25 Tahun 1992 210

Pasal 47 ayat 2 UU No. 25 Tahun 1992 211

Pasal 47 ayat 3 UU No. 25 Tahun 1992 212

Pasal 47 ayat 4 UU No. 25 Tahun 1992 213

(23)

tersebut dilakukan berdasarkan keputusan pemerintah.214 Apabila pemberitahuan pembubaran koperasi belum diterima oleh kreditor, maka pembubaran koperasi

belum berlaku baginya.215 Dalam pemberitahuan kepada semua kreditor harus disebutkan216 nama dan alamat likuidator/ tim penyelesai dan semua kreditor dapat mengajukan tagihan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sesudah tanggal diterimanya

surat pemberitahuan pembubaran.

2. Pembubaran Koperasi Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2012

Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2012 pembubaran koperasi dapat dilakukan

berdasarkan217 keputusan Rapat Anggota, jangka waktu berdirinya telah berakhir, keputusan Menteri.

Rapat anggota berwewenang untuk memutuskan penggabungan, peleburan,

kepailitan dan pembubaran koperasi.218 Usul pembubaran koperasi diajukan kepada rapat anggota oleh pengawas atau anggota yang mewakili paling sedikit 1/5 (satu

perlima) jumlah anggota. Keputusan pembubaran koperasi ditetapkan berdasarkan

ketentuan rapat anggota219. Rapat anggota pembubaran koperasi adalah rapat anggota luar biasa. Rapat anggota luar biasa yang diselenggarakan untuk memutuskan

penggabungan, peleburan, atau pembubaran koperasi dianggap sah apabila sudah

mencapai kuorum yaitu dihadiri oleh paling sedikit 3/4 (tiga perempat) jumlah

anggota. Keputusan rapat anggota luar biasa dianggap sah apabila disetujui oleh

paling sedikit 2/3 (dua pertiga) jumlah suara yang sah. Apabila kuorum tidak tercapai,

214

Pasal 49 ayat 2 UU No. 25 Tahun 1992 215

Pasal 49 ayat 3 UU No. 25 Tahun 1992 216

Pasal 49 ayat 4 UU No. 25 Tahun 1992 217

Pasal 102 UU No. 17 Tahun 2012 218

Pasal 33 huruf (h) UU no. 17 Tahun 2012 219

(24)

pengurus dapat menyelenggarakan rapat anggota luar biasa kedua pada waktu paling

cepat 14 (empat belas) hari dan paling lambat 30 (tiga puluh) hari dihitung dari

tanggal rencana penyelenggaraan rapat anggota luar biasa pertama yang gagal

diselenggarakan. .Ketentuan tentang kuorum dan pengesahan keputusan dalam rapat

anggota luar biasa kedua sama dengan ketentuan dalam rapat anggota luar biasa

pertama. Dalam hal kuorum rapat anggota luar biasa kedua tidak tercapai, atas

permohonan pengurus kuorum ditetapkan oleh Ketua Pengadilan.220

Pengurus bertindak sebagai kuasa rapat anggota pembubaran koperasi apabila

rapat anggota tidak menunjuk pihak yang lain. Koperasi dinyatakan bubar pada saat

ditetapkan dalam keputusan rapat anggota. Keputusan pembubaran koperasi oleh

rapat anggota diberitahukan secara tertulis oleh kuasa rapat anggota kepada menteri

dan semua kreditor. Pembubaran koperasi dicatat dalam Daftar Umum Koperasi.221 Koperasi bubar karena jangka waktu berdirinya sebagaimana ditentukan

dalam anggaran dasar berakhir.222 Pembubaran ini harus disebutkan dengan tegas dalam anggaran dasar koperasi yang bersangkutan. Untuk suatu koperasi yang

ditetapkan jangka waktu berdirinya, maka koperasi tersebut bubar dimi hukum jika

jangka waktu yang sudah ditetapkan berakhir. Menteri dapat memperpanjang jangka

waktu berdirinya koperasi atas permohonan pengurus setelah diputuskan pada rapat

anggota.223 Permohonan perpanjangan jangka waktu berdirinya koperasi yang akan berakhir jangka waktu berdirinya diajukan dalam jangka waktu paling lambat 90

220

Pasal 43 UU No. 17 Tahun 2012 221

Pasal 103 ayat 4,5,6, dan 7 UU No. 17 Tahun 2012, 222Pasal 104 ayat 1 UU No. 17 Tahun 2012

(25)

(sembilan puluh) hari sebelum jangka waktu berdirinya operasi berakhir.224 Keputusan menteri atas permohonan sebagaimana dimaksud diatas diberikan dalam

jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah permohonan diterima.225 Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak dipenuhi oleh menteri, keputusan rapat

anggota mengenai perpanjangan jangka waktu berdirinya koperasi dianggap sah.226

Menteri dapat membubarkan koperasi apabila:227

a. Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; dan/atau

b. Koperasi tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi dan usahanya selama 2 (dua) tahun berturut-turut.

Dalam UU No. 17 Tahun 2012 tidak ada diatur apakah koperasi yang diputus

pailit tetapi mampu membayar lunas utangnya harus atau wajib dibubarkan. Dan juga

tidak ada pengaturanya jika koperasi yang diputus pailit dalam keadaan insolvensi

atau tidak mampu membayar lunas hutangnya. Kekuranglengkapan UU No. 17 Tahun

2012 ini tentang pengaturan koperasi yang diputus pailit oleh pengadilan dapat

dilengkapi dengan menggunakan/ menerapkan argumentum analogi Pasal 142 UU

No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Menteri dapat membubaran koperasi

yang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap apabila:

a. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit koperasi tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan.228

b. Karena harta pailit koperasi yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang; atau229

224Pasal 104 ayat 3 UU No. 17 Tahun 2012 225Pasal 104 ayat 4 UU No. 17 Tahun 2012 226Pasal 104 ayat 5 UU No. 17 Tahun 2012 227Pasal 105 UU No. 17 Tahun 2012 228

(26)

c. Karena dicabutnya izin usaha koperasi sehingga mewajibkan koperasi melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.230

3. Pembubaran Koperasi Menurut PP No. 17 Tahun 1994

Peraturan Pemerintah yang simaksud Pasal 111 UU No. 17 Tahun 2012 belum

dibuat oleh Pemerintah maka sesuai dengan Pasal 124 ayat 2 UU No. 17 Tahun 2012

yang berlaku masih ketentuan mengenai pembubaran koperasi oleh pemerintah yaitu

PP No. 17 Tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi Oleh Pemerintah. Menteri

dapat membubarkan koperasi apabila:231

a. Koperasi tidak memenuhi ketentuan dalam UU No. 25 Tahun 1992 ( diganti

menjadi UU No 17 Tahun 2012) tentang Perkoperasian, dan atau tidak melaksanakan ketentuan dalam anggaran dasar koperasi yang bersangkutan atau

b. Kegiatan koperasi bertentangan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan

yang dinyatakan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti.

c. Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum yang pasti atau koperasi dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti.

d. Koperasi tidak melakukan kegiatan usahanya secara nyata selama dua tahun

berturut-turut terhitung sejak tanggal pengesahan akta pendirian koperasi.

Pengadilan yang dimaksud Pasal 3 ayat 1 huruf (c) No. 17 Tahun 1994

tersebut diatas adalah Pengadilan Niaga, sesuai dengan UU No. 37 Tahun 2004. Hal

itu sesuai dengan peraturan kepailitan yang menyatakan bahwa pernyataan pailit

ditetapkan berdasarkan keputusan pengadilan, jadi bukan dinyatakan oleh koperasi

229

Analogi Pasal 142 huruf (e) UU No. 40 Tahun 2007. 230

Analogi Pasal 142 huruf (f) UU No. 40 Tahun 2007. 231

(27)

yang bersangkutan atau oleh pejabat Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha

Kecil.

Pembubaran koperasi karena putusan pailit apabila hutang koperasi lebih

besar daripada assetnya, sehingga putusan pailit koperasi diangkat. Tetapi jika asset

koperasi jauh lebih banyak daripada hutangnya maka menteri tidak serta merta

membubarkannya, masih ada upaya lain yaitu dengan rektrukturisasi koperasi.232 4. Keberatan Terhadap Pembubaran Koperasi

Sebelum mengeluarkan keputusan pembubaran koperasi, menteri

menyampaikan secara tertulis dengan surat tercatat mengenai rencana pembubaran

koperasi kepada pengurus. Dalam hal pengurus koperasi tidak diketahui alamatnya,

menteri menyampaikan surat pemberitahuan rencana pembubaran koperasi kepada

anggota koperasi yang masih ada. Dalam hal anggota koperasi tidak diketahui

alamatnya, menteri mengumumkan rencana pembubaran koperasi dengan

menempelkan surat pemberitahuan rencana pembubaran koperasi pada papan

pengumuman yang terletak pada kantor kecamatan dan atau kelurahan tempat

kedudukan koperasi.233

Pengurus atau anggota koperasi dapat mengajukan pernyataan keberatan

terhadap rencana pembubaran yang didasarkan pada alasan bahwa koperasi tidak

memenuhi ketentuan dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, dan atau

tidak melaksanakan ketentuan dalam anggaran dasar koperasi yang bersangkutan

232 Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, restrukturisasi merupakan kegiatan untuk

merubah struktur perusahaan. Sedangkan menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, JR., yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Denny Arnos Kwari, restrukturisasi diikuti dengan adanya perubahan dalam struktur modal, operasi, atau kepemilikan perusahaan yang merupakan rutinitas usahanya. Dikutipdari Makalah restrukturisasi, [ http://etyulia.blogspot.com] diakses tanggal 10 Pebruari 2012

233

(28)

atau koperasi tidak melakukan kegiatan usahanya secara nyata selama dua tahun

berturut-turut terhitung sejak tanggal pengesahan akta pendirian koperasi . Dalam

jangka waktu paling lama dua bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat

pemberitahuan rencana pembubaran oleh pengurus atau anggota koperasi, atau sejak

penempelan surat pemberitahuan rencana pembubaran pada papan pengumuman.234 Dalam hal pernyataan keberatan tersebut diajukan oleh anggota koperasi, maka

anggota tersebut harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari anggota lain

untuk bertindak atas nama koperasi dalam mengajukan pernyataan keberatan

tersebut.235 Dalam hal tidak ada pernyataan keberatan yang diajukan, menteri wajib mengeluarkan keputusan pembubaran koperasi dalam jangka waktu paling lama

empat bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat pemberitahuan rencana

pembubaran oleh pengurus atau anggota koperasi, atau sejak penempelan surat

pemberitahuan rencana pembubaran pada papan pengumuman.236

Terhadap keberatan yang diajukan, menteri wajib memutuskan untuk

menerima atau menolak keberatan dalam jangka waktu paling lama satu bulan

terhitung sejak tanggal diterimanya pengajuan keberatan.237 Dalam hal keberatan diterima, menteri wajib menyampaikan pembatalan rencana pembubaran koperasi

secara tertulis dengan surat tercatat kepada pengurus atau anggota koperasi dalam

jangka waktu paling lama satu bulan terhitung sejak tanggal keputusan untuk

menerima keberatan ditetapkan.238 Dalam hal keberatan ditolak, menteri mengeluarkan keputusan pembubaran koperasi berikut alasan penolakan dalam

234

Lihat Pasal 5 ayat 1 PP No. 17 Tahun 1994 235

(29)

jangka waktu paling lama satu bulan terhitung sejak tanggal keputusan untuk

menolak keberatan ditetapkan.239 Keputusan menteri untuk menerima atau menolak keberatan yang diajukan merupakan putusan akhir.240

Menteri menyampaikan keputusan pembubaran koperasi secara tertulis

dengan surat tercatat kepada pengurus atau anggota koperasi dalam jangka waktu

paling lama empat belas hari terhitung sejak tanggal dikeluarkannya keputusan

pembubaran koperasi.241 Dalam hal pengurus atau anggota koperasi tidak diketahui alamatnya, Menteri mengumumkan mengenai pembubaran koperasi dengan

menempelkan keputusan pembubaran koperasi pada papan pengumuman yang

terletak pada kantor kecamatan dan atau kelurahan tempat kedudukan koperasi dalam

jangka waktu empat belas hari.242

Untuk kepentingan kreditor dan anggota koperasi, menteri wajib segera

menyelenggarakan penyelesaian pembubaran terhadap koperasi yang dibubarkan.

Selama dalam proses penyelesaian, koperasi tersebut tetap ada dengan sebutan

"Koperasi Dalam Penyelesaian".243

Pembubaran KSP dan USP karena Pailit Oleh Pemerintah:244

Apabila pembubaran KSP atau koperasi yang mempunyai unit usaha simpan pinjam oleh Pemerintah dibubarkan karena pailit maka tata cara mengajukan pertimbangan pembubaran KSP dan koperasi yang mempunyai USP tersebut diatur sebagai berikut:

a. KSP atau koperasi yang memiliki USP dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri setempat (Pengadilan Niaga berdasarkan UU No.37 Tahun 2004)

239Pasal 6 ayat 4 PP no. 17 Tahun 1997 240Pasal 6 ayat 5 PP no. 17 Tahun 1997 241Pasal 8 ayat 1 PP no. 17 Tahun 1997 242Lihat Pasal 8 ayat 2 PP no. 17 Tahun 1997 243

Pasal 9 PP No. 17 Tahun 1994

244 Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menegah republik Indonesia Nomor

(30)

b. Pengurus KSP atau koperasi yang mempunyai USP mengajukan pertimbangan kepailitan kepada pejabat Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah yang berwenang memberikan pengesahan Akte Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi;

c. Pejabat Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah yang berwenang memberikan pengesahan akte pendirian memberikan pertimbangan paling lama 3 (tiga) bulan, apabila lebih dari waktu 3 (tiga) bulan pertimbangan tidak dikeluarkan, dapat diartikan bahwa kepailitan koperasi tersebut diterima.Apabila pertimbangan pejabat Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah yang memberikan pengesahan akte pendirian tersebut memuat petunjuk jangan dibubarkan, maka pertimbangan tersebut harus dilaksanakan. Apabila telah dilaksanakan dan tidak berhasil, maka koperasi dapat membubarkan diri atau dibubarkan oleh pemerintah karena kepailitan.

C. Pembubaran Koperasi Oleh Pengadilan.

Pengadilan negeri dapat membubarkan koperasi atas:

1. Permohonan kejaksaan berdasarkan alasan koperasi melanggar ketertiban umum

dan kesusilaan atau koperasi melakukan perbuatan yang melanggar peraturan

perundang-undangan. Akta pendirian koperasi atau anggaran dasar koperasi

merupakan suatu perjanjian. Syarat sahnya suatu perjanjian menururut Pasal

1320 KUH Perdata, adalah sepakat, cakap, suatu hal tertentu dan suatu sebab

yang halal. Yang dimaksudkan sebab yang halal adalah “bahwa isi perjanjian

tersebut tidak dapat bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan

ketertiban umum.”245 Menurut Pasal 1337 KUH Perdata “suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan

kesusilaan”. Akibat hukum terhadap perjanjian berkausa tidak halal, maka

perjanjian itu batal demi hukum atau perjanjian itu dianggap tidak pernah ada.

Hal ini sesuai dengan Pasal 1335 KUH Perdata “Suatu persetujuan tanpa sebab,

245 Ahmadi Miru, Sakka Pati, [

(31)

atau yang dibuat karena suatu sebab yang palsu atau yang terlarang, tidak

mempunyai kekuatan.” Dengan demikian tidak ada dasar untuk menuntut

pemenuhan perjanjian itu dimuka hakim.”246 Untuk melindungi kepentingan umum maka negara diwakili oleh kejaksaan berkewajiban untuk mengajukan

permohonan pembubaran badan hukum koperasi jika dinilai koperasi tersebut

bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan undang-undang.

2. Permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum

dalam akta pendirian.

Pendirian koperasi dilakukan dengan akta pendirian koperasi yang dibuat oleh

notaris dalam bahasa Indonesia247 dan akta pendirian koperasi tersebut merupakan perjanjian yang dibuat anggota koperasi. Akta pendirian koperasi

sebagai suatu perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi para anggota

karena adanya koperasi karena ada suatu persetujuan atau karena

undang-undang.

Pasal 1338 KUH Perdata menyebutkan:

“Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.”

“ Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik yaitu keinginan subyek hukum untuk berbuat sesuatu, kemudian mereka mengadakan negosiasi dengan pihak lain, dan sudah barang tentu keinginan itu sesuatu yang baik. Itikad baik yang sudah mendapat kesepakatan terdapat dalam isi perjanjian untuk ditaati oleh kedua belah pihak sebagai suatu peraturan bersama. Isi perjanjian ini disebut

246

Pengertian Causa Yang Halal Dalam Suatu Perjanjian [Sumber: http:// id. shvoong. com/law-and-politics], diakses tanggal 22 Januari 2013

(32)

prestasi yang berupa penyerahan suatu barang, melakukan suatu perbuatan, dan tidak melakukan suatu perbuatan.”248

Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi 4 syarat:249 a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri.

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

c. Suatu pokok persoalan tertentu.

d. Suatu sebab yang tidak terlarang.

Dua syarat pertama disebut juga dengan syarat subyektif, sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat obyektif. Dalam hal tidak terpenuhinya unsur pertama (kesepakatan) dan unsur kedua (kecakapan) maka kontrak tersebut dapat dibatalkan. Sedangkan apabila tidak terpenuhinya unsur ketiga (suatu hal tertentu) dan unsur keempat (suatu sebab yang halal) maka kontrak tersebut adalah batal demi hukum.250

3. Permohonan pengurus setelah diputuskan dalam rapat anggota251, pengurus.252 Koperasi yang menurut penilaian rapat anggota bahwa alasan koperasi tidak

mungkin untuk dilanjutkan karena pailit akibat hutang koperasi lebih besar dari

pada assetnya atau koperasi tersebut bangkrut secara ekonomi sehingga koperasi

tersebut dapat dimohonkan pailit Pengadilan Niaga.

D. Prosedur Melakukan Pembubaran Koperasi

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pembubaran,

248

Hukum Perikatan/ Perjanjian,[ http://www. mfile.narotama.ac.id] diakses tanggal 6 Januari 2012.

249Pasal 1320 KUH Perdata

250Hukum Perikatan/ Perjanjian, mfile.narotama.ac.id, Loc.Cit 251

Pasal 33 huruf (h) UU No. 17 Tahun 2012 , Rapat anggota berwewenang memutuskan penggabungan, peleburan, kepailitan, dan pembubaran koperasi.

252 Pasal 62 ayat 1 UU No. 17 Tahun 2012, Pengurus dapat mengajukan permohonan ke

(33)

penyelesaian, dan hapusnya status badan hukum koperasi diatur Peraturan

Pemerintah.253Prosedur pembubaran koperasi :254 1. Penelitian oleh pejabat.255

2. Rencana pembubaran koperasi.256 3. Pengajuan keberatan pembubaran.257 4. Keputusan pembubaran.258

5. Pemberitahuan pembubaran koperasi kepada kreditor.259

Dalam hal terjadi pembubaran koperasi maka wajib diikuti dengan likuidasi

yang dilakukan oleh likuidator/ tim penyelesai untuk menyelesaikan atau

membereskan hak dan kewajiban koperasi yang dibubarkan maka :

a. Koperasi tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali diperlukan untuk

membereskan semua urusan koperasi dalam rangka likuidasi /penyelesaian.

253Pasal 111 UU No. 17 Tahun 2012.

254Keputusan Menteri Koperasi dan pembinaan Pengusaha Kecil Republik Indonesia Nomor

269/M/IX/1994 tentang Petunjuk pelaksanaan pemerintah No 17 Tahun 1994.

255 Pejabat adalah Kepala Kantor Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil

Kab/Kodya atau Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Prop/DI atau Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil.

256 Apabila hasil penelitian menunjukan bahwa Koperasi yang bersangkutan ternyata

memenuhi salah satu atau beberapa alasan pembubaran maka disampaikan rencana pembubaran secara tertulis dengan surat tercatat kepada pengurus koperasi.

257 Pengurus atau Anggota Koperasi yang menerima pemberitahuan rencana pembubaran

tersebut dapat mengajukan pernyataan keberatan secara tertulis dengan surat tercatat beserta alasan-alasannya pejabat yang berhak membubarkannya.

258 Dalam hal keberatan rencana pembubaran ditolak maka Pejabat yang berwenang

membubarkannya menetapkan keputusan dengan mengeluarkan surat yang menyatakan menolak keberatan tersebut dan berikut alasan penolakannya. Keputusan pembubaran koperasi tersebut disampaikan secara tertulis dengan surat tercatat kepada Pengurus atau Anggota Koperasi merupakan keputusan akhir dan tidak dapat dilakukan upaya banding oleh Koperasi yang bersangkutan.

259 Keputusan Pembubaran Koperasi tersebut diberitahukan oleh Tim Penyelesai kepada

(34)

b. Dalam hal pembubaran terjadi berdasarkan keputusan rapat anggota atau

jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir

atau dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan keputusan pengadilan niaga

dan rapat anggota tidak menunjuk likuidator maka pengurus bertindak selaku

likuidator.

E. Akibat Hukum Pembubaran Koperasi Karena Pailit

1. Akibat Hukum Pembubaran Koperasi

Koperasi adalah perkumpulan orang yang dibentuk secara suka rela

berdasarkan ketentuan KUH Perdata untuk memajukan kepentingan ekonomi

bersama dari para anggotanya melalui aksi swadaya yang terorganisasi. Kesukarelaan

untuk membetuk perkumpulan itu sejalan dengan hak anggota untuk

membubarkannya.260 Akan tetapi dalam melakukan pembubaran koperasi “kepentingan-kepentingan para kreditur, masyarakat dan negara dan gerakan koperasi

secara keseluruhan harus diperhitungkan pula selain kepentingan para anggota”261 sebagai pemilik dan pengguna koperasi sekaligus yang merupakan tujuan akhir dari

didirikannya koperasi.

Pembubaran koperasi sebagai badan hukum tentu mempunyai akibat hukum

baik menyangkut hak dan kewajiban terhadap anggota pemegang sertifikat modal

koperasi, pengurus, pengawas, karyawan dan para kreditor, likuidator. Ketika suatu

koperasi dibubarkan kepentingan-kepentingan para kreditor koperasi terpengaruh

260

Hans-H.Munkner,10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law,

Op.Cit,hlm 171 261

(35)

secara khusus, jika harta kekayaan koperasi tidak cukup untuk menutupi semua

tuntutan (claim) yang diajukan oleh para kreditur.262 Akibat hukum apabila koperasi dibubarkan adalah:

1. Pembubaran wajib diikuti likuidasi/penyelesaian

2. Selama dalam proses likuidasi/ penyelesaian terhadap koperasi yang

dibubarkan tersebut tetap ada dengan status ”Koperasi dalam

Penyelesaian”.263

3. Status badan hukum koperasi masih tetap ada.

4. Koperasi tidak diperbolehkan melakukan perbuatan hukum.

5. Koperasi yang dibubarkan tidak dapat melakukan perbuatan hukum kecuali

yang menyangkut pemberesan dalam likuidasi.264

6. Pembubaran koperasi harus diberitahukan kepada semua kreditor.

7. Pembubaran koperasi dilaporkan kepada menteri.

8. Koperasi tidak dapat menjadi penggugat dan tergugat.

9. Perkara sedang berjalan ditangguhkan.

10. Bisnis dari koperasi (perusahaan) tersebut dihentikan.265

11. Semua kekuasaan pengurus berlalih kepada likuidator/tim penyelesai.

12. Kekuasaan Pengawas dibekukan.

13. Kekuasaan rapat anggota koperasi dibekukan, kecuali dalam hal laporan

terakhir dari likuidator/tim penyelesai, yang memang harus diberikan kepada

rapat anggota.

262Ibid, hlm 172

263Pasal 106 ayat 4 UU No.17 Tahun 2012 264

M. Hadi Shubhan, Op.Cit, hlm, 201-202 265

(36)

14. Koperasi tetap menjalakan kegiatan sejauh untuk kepentingan pemberesan dan

pembubarannya saja.

15. Koperasi tidak dapat lagi mengubah asetnya, kecuali yang dilakukakan oleh

likuidator/ tim penyelesai dalam rangka pemberesan harta koperasi.

16. Menjadi restriksi tehadap debitor tidak boleh lagi kekuasaan kreditornya

untuk memproses dengan proses hukum lainnya.

17. Akibat pembubarn terhadap benda jaminan.

18. Akibat pembubaran terhadap perjanjian tertentu.

Dalam hal koperasi bubar yang diikuti dengan likuidasi, maka tidak

dimungkinkan untuk dicabut status likuidasi/penyelesaian tersebut apalagi

direhabilitasi untuk kemudian menjadi badan hukum normal seperti sediakala.

Proposisi ini jelas berbeda dengan status pailit koperasi, yang masih eksis statusnya

sebagai badan hukum. Status koperasi pailit akan dicabut apabila hutangnya telah

selesai dibayar oleh koperasi.

2. Akibat Hukum Pembubaran Koperasi Dengan Analogi Akibat Hukum Koperasi Yang Diputus Pailit

Akibat hukum yang timbul dari pembubaran koperasi dapat kita

menggunakan analogi akibat hukum dari kepailitan karena pailit dan pembubaran

koperasi ada persamaannya yaitu sama menyelesaikan kewajibannya kepada pihak

kreditor. Dengan demikian akibat yuridis dari keputusan pembubaran koperasi yaitu:

(37)

Akibat hukum dari kompensasi piutang (set-of) maka kreditor dapat langsung

mengkompensasi piutang dengan hutangnya, berarti dia menjadi lebih tinggi

kedudukannya bahkan lebih tinggi dari kreditor diistemewakan.266

Kompensasi piutang (set-of) dapat saja dilakukan oleh kreditor dan debitur,

baik koperasi posisinya sebagai kreditor atau debitur asalkan:267 a. Dilakukan dengan itikat baik.268

b. Dilakukan terhadap transaksi yang sudah ada sebelum keputusan

pembubaran koperasi.

2. Kontrak timbal balik boleh dilanjutkan.

Kontrak yang dibuat oleh koperasi dengan pihak ketiga yang dibuat sebelum

keputusan pembubaran koperasi dimana prestasi sebahagian atau seluruhnya

belum dipenuhi oleh kedua belah pihak maka kreditor dapat minta kepastian

dari likuidator/tim penyelesai tentang kelanjutan pelaksanaan dan waktu

pelaksanaan kontrak tersebut.269 3. BerlakuActio Paulina.270

266Munir Fuady,

Hukum Pailit Dalam Teori Dan Praktek, Op.Cit,hlm, 65. 267Bandingkan dengan Pasal 51, 52 dan 53 UU No. 37 Tahun 2004.

268 Pengertian “itikat baik” dalam hal ini berarti bahwa pada saat dilakukan transaksi yang

menimbulkan hutang tersebut si kreditornya tidak mengetahui bahwa dalam waktu dekat koperasi (debitor) akan dibubarkan. Akan tetapi jika dalam kontrak dengan tegas disebutkan bahwa kompensasi tidak boleh dilaksanakan, tentunya kompensasi tidak boleh dilaksanakan.

269Bandingkan dengan Pasal 36 UU No.37 Tahun 2004

(38)

Actio paulina diatur dalam Pasal 1341 KUH Perdata menyebutkan : “Meskipun demikian, kreditor boleh mengajukan tidak berlakunya segala tindakan yang tidak diwajibkan yang dilakukan oleh debitur, dengan nama apa pun juga yang merugikan kreditor; asal dibuktikan bahwa ketika tindakan tersebut dilakukan, debitur dan orang yang dengannya atau untuknya debitur itu bertindak, mengetahui bahwa tindakan itu mengakibatkan kerugian bagi para kreditor. Hak-hak yang diperoleh pihak ketiga dengan itikad baik atas barang-barang yang menjadi obyek dan tindakan yang tidak sah, harus dihormati. Untuk mengajukan batalnya tindakan yang dengan cuma-cuma dilakukan debitur, cukuplah kreditor menunjukkan bahwa pada waktu melakukan tindakan itu debitur mengetahui bahwa dengan cara demikian dia merugikan para kreditor, tak peduli apakah orang yang diuntungkan juga mengetahui hal itu atau tidak.”

4. Koperasi kehilangan hak mengurus hartanya.

Koperasi dalam likuidasi/penyelesaian tidak berwenang lagi untuk melakukan

tindakan pengurusan maupun tindakan pengalihan secara mandiri atas harta

kekayaan koperasi dalam likuidasi/ penyelesaian. Yang berhak melakukan

pengurusan maupun tindakan pengalihan atas harta kekayaan koperasi dalam

likuidasi adalah likuidator.271

5. Perikatan yang dibuat setelah koperasi dibubarkan tidak dibayar.

Perikatan yang tidak dibuat koperasi dalam likuidasi/penyelesaian dengan

kreditornya dimana perikatan tersebut dibuat setelah koperasi dikeluarkan

keputusan pembubaran, maka perikatan yang dibuat tidak dapat dibayar dari

271 Bandingkan dengan Pasal 24 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004, Debitor demi hukum

(39)

harta koperasi dalam likuidasi, kecuali perikatan tersebut menguntungkan

koperasi dalam likuidasi272

6. Gugatan hukum harus oleh/terhadap likuidator.

Semua gugatan hukum yang berkaitan dengan harta koperasi dalam likuidasi

haruslah diajukan oleh atau terhadap likiuidator/tim penyelesai, tetapi harus

dengan bantuan pengurus sebagai organ yang berhak mewakili koperasi

didalam dan diluar pengadilan. Setiap gugatan hukum terhadap koperasi

dalam likuidasi yang bertujuan untuk memenuhi perikatan dari harta koperasi,

hanya dapat diajukan dengan melaporkan dengan untuk dicocokkan

piutangnya.273

7. Perkara di pengadilan dapat ditangguhkan atau diambil alih oleh likuidator.274 Jika likuidator dengan kreditor berperkara, maka atas permohonan koperasi

(tergugat) supaya perkara ditangguhkan untuk memberi kesempatan kepada

tergugat untuk memanggil likuidator/tim penyelesai mengambil alih perkara.

8. Pelelangan yang sedang berjalan dilanjutkan.

272

Bandingkan dengan Pasal 25 UU No. 37 Tahun 2004, Semua perikatan Debitor yang terbit sesudah putusan pernyataan pailit tidak lagi dapat dibayar dari harta pailit, kecuali perikatan tersebut menguntungkan harta pailit

273

Bandingkan dengan pasal UU No. 37 Tahun 2004 pasal 26 ayat 1 Tuntutan mengenai hak atau kewajiban yang menyangkut harta pailit harus diajukan oleh atau terhadap Kurator, ayat 2 Dalam hal tuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan atau diteruskan oleh atau terhadap Debitor Pailit maka apabila tuntutan tersebut mengakibatkan suatu penghukuman terhadap Debitor Pailit, penghukuman tersebut tidak mempunyai akibat hukum terhadap harta pailit.. dan 27, Selama berlangsungnya kepailitan tuntutan untuk memperoleh pemenuhan perikatan dari harta pailit yang ditujukan terhadap Debitor Pailit, hanya dapat diajukan dengan mendaftarkannya untuk dicocokkan.

274

(40)

Apabila sebelum koperasi dibubarkan pelelangan barang bergerak dan barang

tidak bergerak sudah dimulai, maka likuidator/tim penyelesai dapat

melanjutkan pelelangan barang atas beban koperasi dan hasil penjualan

menjadi harta kekayaan koperasi dalam likuidasi.275 9. Sewa menyewa dihentikan

Sewa menyewa dapat dihentikan karena koperasi dibubarkan adalah jika

koperasi tersebut menyewa suatu barang dari pihak lain.Jadi likuidator/ tim

penyelesai maupun pihak lain sama-sama dapat memutuskan hubungan sewa

menyewa tersebut dengan syarat pemberitahuan penghentian dilakukan

sebelum berakhirnya perjanjian sesuai dengan adat kebiasaan setempat. Akan

tetapi sewa dibayar dimuka, sewa menyewa tersebut tidak dapat diakhiri

sampai berakhirnya uang sewa yang dibayar dimuka. Sejak koperasi diputus

bubar maka segala uang sewa yang harus dibayar oleh koperasi dalam

likuidasi, merupakan hutang koperasi koperasi dalam likuidasi, 276 Jika koperasi dalam likuidasi, sebagai pihak yang menyewakan maka berlaku

peraturan sewa menyewa secara umum.

10. Karyawan dapat di putuskan hubungan kerja (PHK).

Jika koperasi dibubarkan ada karyawan yang bekerja pada koperasi maka baik

karyawan maupun koperasi dalam likuidasi,sama-sama berhak untuk

275Bandingkan dengan Pasal 33 UU No.37 Tahun 2004, Dalam hal sebelum putusan pernyataan

pailit diucapkan, penjualan benda milik Debitor baik bergerak maupun tidak bergerak dalam rangka eksekusi sudah sedemikian jauhnya hingga hari penjualan benda itu sudah ditetapkan maka dengan izin Hakim Pengawas, Kurator dapat meneruskan penjualan itu atas tanggungan harta pailit.

(41)

memutuskan hubungan kerja. Pemutusan hubungan kerja harus ada

pemberitahuan (notice) PHK sesuai dengan perjanjian kerja atau sesuai

dengan undang undang ketenagakerjaan yang berlaku. Sejak koperasi diputus

bubar maka hutang gaji karyawan menjadi harta hutang koperasi dalam

likuidasi277

11. Hak retensi 278 tidak hilang. Kreditor yang mempunyai hak menahan benda milik koperasi dalam likuidasi tidak kehilangan haknya karena ada keputusan

pembubaran koperasi, sampai utangnya lunas.279

12. Surat-surat kepada koperasi dalam likuidasi/penyelesaian ditujukan kepada

likuidator/tim penyelesai.

13. Segala surat-surat kepada koperasi ditujukan kepada likuidator/tim penyelesai.

Likuidator/tim penyelesai bertugas dan berfungsi untuk meyelesaikan hak dan

kewajiban keuangan terhadap pihak ketiga serta berhak dan berwenang

untuk mengurus dan membereskan serta mendistribusikan segala hak dan

kewajiban koperasi dalam likuidasi, maka segala surat yang ditujukan kepada

koperasi dalam likuidasi dapat dibuka oleh likuidator/tim penyelesai.280

277 Ibid, Bandingkan dengan Pasal 39 UU No. 37 Tahun 2004, Pekerja yang bekerja pada Debitor dapat memutuskan hubungan kerja, dan sebaliknya Kurator dapat memberhentikannya dengan mengindahkan jangka waktu menurut persetujuan atau ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dengan pengertian bahwa hubungan kerja tersebut dapat diputuskan dengan pemberitahuan paling singkat 45 (empat puluh lima) hari sebelumnya

278HakRetentieadalah hak menahan. Ciri/sifat Hak Retentie: Droit de suit, Accesoire ,Dalam hal tertentu, dapat dipertahankan terhadap pihak ke tiga karena diperjanjikan ,Memberikan jaminan

pada klien bahwa tagihan akan dipenuhi , Perjanjian pokok → harus ada kaitan dengan benda yang

ditahan , Tidak dapat dibagi-bagi, Klien tidak berhak memakai benda yang ditahan

279Bandingkan dengan Pasal 61 UU No.37 Tahun 2004, Kreditor yang mempunyai hak untuk

menahan benda milik Debitor, tidak kehilangan hak karena ada putusan pernyataan pailit 280

Referensi

Dokumen terkait

Nyeri otot setelah pemberian suksinilkolin biasanya terjadi secara umum tetapi yang paling sering meliputi otot-otot bahu, leher dan dada, nyeri ini hampir menyerupai nyeri

3- O halde yeni özgürlük ve eşitlik partileri tutarlı olmak istiyorlarsa, devlet odaklı olmayan siyaset ve toplum biçimlerini programlamak durumundadırlar. Devletin

(3.) Untuk mendeskripsikan hasil belajar dari penggunaan media pembelajaran diorama materi pokok kenampakan alam pada Tema benda- benda di sekitar kita untuk Kelas V

a) Pada variabel pengamatan jumlah buah per tanaman menunjukkan produksi sejumlah 30 buah dengan peningkatan efektivitas sebesar 28% dan pada variabel pengamatan jumlah buah

Berdasarkan kronologis peristiwa yang telah disebutkan oleh para saksi dan keterangan terdakwa serta barang bukti, didapatkan fakta bahwa terdakwa saat mendatangi Kapal

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Sidoarum Kecamatan Godean tahun 2016 tentang “hubungan tingkat kejadian pernikahan dini dengan peran orang tua pada

Pembuluh darah kolateral berasal dari dilatasi pembuluh darah yang menghubungkan sirkulasi portal dengan vena cava di mana pada keadaan normal tertutup.. Faktor

Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit selama satu jam