• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN INTERNATIONAL WOMEN S COMMISSION M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN INTERNATIONAL WOMEN S COMMISSION M"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

1

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana peran yang di lakukan oleh

(2)

2

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Blakang

Isu peran perempuan dalam upaya perwujudan perdamaian konflik kemudian menjadi fokus kajian mengingat bahwa perempuan selama ini selalu dianggap pihak lemah yang harus dilindungi keberadaannya tanpa diberikan tempat untuk memberdayakan dan mengembangkan kemampuan dirinya sendiri. Peran perempuan hanya selalu menjadi pandangan kedua, perempuan dianggap tidak mampu melindungi diri sendiri dan hanya menjadi korban perang yang digambarkan tidak berdaya berperan sebagai yang harus dilindungi, kenyataannya perempuan mengalami tekanan perang lebih dari yang dialami oleh laki-laki yang berperang. Karena perempuan selalu dijadikan sebagai objek dan alat untuk mengalahkan lawan. Salah satu konflik yang dapat menjelaskan bagaimana ketertindasan perempuan di dalam nya adalah konflik Israel-Palestina.

(3)

3

buntu ketika pada akhir tahun 2008 Israel menyerang Palestina. Secara mengejutkan dunia Israel membombardir Jalur Gaza dan Tepi Barat di Palestina yang dianggapnya sebagai reaksi atas serbuan roket Hamas ke wilayah Israel. Pada hari ke dua puluh sejak dimulainya serangan pada 27 Desember 2008, korban jiwa dari Palestina mencapai 1.025 jiwa. Lebih dari 300 korban tewas adalah rakyat sipil termasuk anak-anak dan sekitar 90 orang adalah perempuan (Kawilarang, 2009). Dua pertiga dari total keseluruhan korban tewas tersebut adalah warga sipil Palestina dengan jumlah korban luka mendekati 5.000 orang. Menurut berita dari TV Al Jazeera pada saat itu lebih dari 80.ribu warga Palestina meninggalkan rumah mereka ke daerah disekitar Palestina yang di anggap aman dengan suasana para pengungsi yang trauma dan putus asa.

(4)

4

upaya-upaya yang membangun dan mendukung program secara politik antara Palestina dan Israel berdasaran kejujuran, keadilan dan kesetaraan.

Dalam proses perdamaian ini kedua belah pihak telah melaksanakannya dengan menyertakan perspektif gender, suara dan pengalaman perempuan, Benjamin Netanyahu telah mengumumkan akan meningkatkan peran perempuan dalam

decisionmaking Israel serta HAMAS yang telah meningkatkan kader perempuannya guna mendukung partisipasi perempuan dalam upaya perdamaian. IWC (International Women’s Commision) yang lahir pada 25 July 2005 di Istanbul dalam Charter of Principles-nya yang bertujuan untuk menekankan peran penting dari perempuan untuk mengakhiri pendudukan Israel di Palestina secara damai berdasarkan kedaulatan masing-masing negara yang ditanda tangani pada 4 Juni 1967 (Morgantini, 2007). Dalam keanggotaannya IWC terdiri dari aktivis-aktivis feminis Palestina, Israel dan international yang peduli terhadap konflik Israel-Palestina dan berkeinginan untuk menciptakan perdamaian berlandaskan rasa saling menghormati.

(5)

5

negosiasi, dan menjamin keseimbangan gender dalam resolusi konflik sesuai dengan perspektif dan pengalaman perempuan. Sebagai lembaga institusi internasional yang bergerak dibidang sosial, IWC terus membuat upaya-upaya sesuai capaian yang ingin diraihnya yaitu, mengadvokasi dasar-dasar antar kebijakan dan keputusan kebijakan dalam level nasional dan internasional, mencari partisipasi aktif dari perempuan dalam segala level baik formal mauapun non formal yang terkait dengan proses ini, serta menggabungkan rekomendasi mereka dengan pengalaman dan keahlian international women, spesialis, aktivis perdamaian seluruh dunia dalam resolusi konflik (Morgantini, 2007).

(6)

6

perempuan dalam konflik bersenjata (Goldstein, 2007).

Dalam rentetan agenda IWC upaya perwujudan perdamaian kedua negara tersebut telah berjalan sejak Juli 2005 yang mana IWC membuat dasar pijakan yang berlandaskan semangat Resolusi 1325. Pada November di tahun 2005 kedua negara merespon dengan baik proposal yang diajukan oleh IWC, President Mahmoud Abbas mendukung implementasi Resolusi 1325 di saat yang bersamaan pula Knesset Israel mulai membahas agar dapat diratifikasi. Selain daripada itu, IWC dalam upayanya menekankan kedua pihak untuk terlebih dahulu menekankan transparansi, akuntabilitas dan menghormati aturan yang telah disepakati dalam proses perdamaian kedua belah pihak. Peran IWC dalam permasalahan ini sukup penting lembaga ini menaungi aktivis-aktivis yang mendukung perempuan dalam mewujudkan perdamaian di Israel-Palestina sesuai dengan Charter of Principle International Women’s Commission (Morgantini, 2007).

(7)

7

II. KERANGKA KONSEPTUAL

II.1 Institutions and procedures for resolving international conflicts

Perlu dipahami bahwa suatu konflik yang pelik akan cukup sulit untuk penyelesaianya. Didalam konsep ini akan menjelaskan bagaimana sebuah lembaga atau institusi membantu pengupayaan penyelesaian suatu konflik. Ada tiga prosedur yang diperlukan suatu lembaga atau institusi untuk mengatur perundingan dan resolusi sebuah konflik melalui institusi (Holsti, 1992) yaitu Negosiasi bilateral dan multilateral, Mediasi, serta ajudikasi. Konsep ini dapat membantu dalam menjelaskan tentang peran International Women Commision dalam upaya perdamaian nya di Israel Palestina. Melihat peran yang di lakukan IWC dapat di jelaskan melalui dua prosedur dari ketiga prosedur diatas. Yaitu negosiasi dan Mediasi. Sehingga untuk lebih jelasnya terbentuklah definisi konsep dan definisi operasional dalam masing-masing penjelasan kedua prosedur tersebut :

(8)

8

pihak luar sebagai pemecahan masalah dan dapat membuat keputusan tawaran yang lebih baik dikarenakan partai ketiga tidak memihak di salah satu pihak pertama dan kedua.

Sebenarnya hal yang diperlukan dalam negoisasi, meskipun tidak cukup, kondisi yang baik untuk keberhasilan negosiasi apapun, bagaimanapun juga, hal itu merupakan sebuah kepentingan bersama dari pihak lawan untuk menghindari suatu kekerasan. Apa bila tidak ada sebuah persetujuan untuk kepentingan bersama, maka tidak akan ada kompromi untuk proses tawar menawar (Holsti, 1992). Jika negosiasi dilakukan ketika seperti kepentingan bersama tidak ada, tujuannya bisa mengacu untuk menipu lawan, atau dianggap sebagai suatu permainan, atau bisa juga untuk membuat propaganda. Hal seperti ini tidak boleh diasumsikan, oleh karena itu, bahwa semua negosiasi memiliki tujuan mencapai beberapa kesepakatan. Seperti pada Negosiasi terlihat jelas bahwa peran IWC masuk kedalam negosisai multirateral. Dalam negosiasi multirateral ini IWC masuk menjadi pihak ketiga dalam konflik Israel Palestina. banyak kegiatan agenda IWC yang menjadi penengah dalam konflik tersebut.

(9)

9

masih sangat jarang dimana konflik kekerasan antara dua suku, masyarakat pedesaan, atau kota memiliki sedikit pengaruh dari daerah sekitarnya. Bukti antropologis dan sejarah menunjukkan, bagaimanapun juga, bahkan dalam sistem politik primitif, mediasi yang di lakukan oleh partai ketiga biasanya dilakukan untuk menengahi suatu konflik dan mengantisipasi masuknya partai lain ke dalam konflik.

Penting dimasukan peran mediasi bagi suatu konflik yang berlarut agar tetap tenang dan dapat menyelesaikannya dengan damai dan itu merupakan tugas seorang mediator. Perlu di ketahui bahwa tugas dari seorang mediator itu sangatlah kompleks, dan inisiatif strategi penawaran mediator mengambil dari berbagai macam cara dari kasus ke kasus. Dalam konsep ini dijelaskan salah satunya cara mediasi oleh Oran Young (Direktur Institut Studi Arktik, dan sebagai Ajun Profesor Ilmu Politik di University of Troms di Norwegia). Beliau mengatur beberapa peran dan fungsi dimana mediasi bermain dalam membantu memecahkan krisis dan konflik. Ada dua macam (Holsti, 1992) :

1. Tindakan yang diambil adalah untuk membantu lawan memulai atau melanjutkan pembicaraan bilateral, serta untuk membantu mengimplementasikan perjanjian yang sudah tercapai. Di sini, pihak ketiga tidak terlibat dalam perundingan penting.

(10)

10

B. Data Source: Peran ini melibatkan menyediakan lawan dengan informasi yang relevan dari suatu karakter tidak terdistorsi.

C. Interposition: Tindakan ini, digambarkan dengan pengiriman cepat dari kekuatan negara-negara bersatu ke timur tengah setelah arab - israel perang pada tahun 1973, dirancang untuk menempatkan basis militer antara kekuatan pihak-pihak yang sudah menggunakan kekerasan dan mengawasi penarikan bermusuhan memaksa dari daerah yang diperebutkan.

D. Supervision : Layanan ini muncul setelah para pihak sebagai konflik telah merundingkan gencatan senjata awal. Pihak ketiga kemudian menentukan garis gencatan senjata, kebijakan mereka, menangani pelanggaran sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, dan kadang-kadang mengelola wilayah yang diperebutkan. Sejarah panjang Organisasi Pengawas Gencatan Senjata Amerika di Timur Tengah adalah salah satu contohnya.

2. Penawaran oleh pihak ketiga selama negosiasi antara dua atau lebih pihak yang berselisih. Fungsinya layanan juga mungkin terlibat, tetapi dalam situasi ini, tugas utama dari pihak ketiga adalah untuk menggabungkan, "unsur-unsur penjaga aturan dan mediator.

(11)

11

B. Enunciation: Tugas ini melibatkan klarifikasi isu seputar konflik. menurut young, mediator mengucapkan pemahaman mereka tentang isu-isu yang terlibat dan menyarankan pronciples dasar, prosedur, atau mekanisme yang mungkin digunakan dalam bargainin formal. mereka juga dapat bekerja pada kedua belah pihak untuk mendapatkan pemahaman umum setidaknya beberapa isu kritis.

C. Elaboration and Initiation : Dalam hal ini, mediator terlibat aktif dalam perundingan dengan membantu untuk merumuskan kepentingan bersama dan membuat, atas inisiatif mereka sendiri, proposal substantif untuk menyelesaikan konflik. jika tidak ada single sebelumnya daerah masalah atau fokus, mediator dapat membuatnya dengan kekuasaan mereka untuk membuat saran dramatis. jika mereka berhasil memulai proposal sebagai dasar untuk diskusi, mereka kemudian harus terus fokus negosiasi sekitar proposal ini daripada membiarkan liga Bangsa dan upaya PBB di pemukiman pasific telah didirikan prosedur untuk perundingan bilateral, organisasi ini juga telah menguraikan prinsip-prinsip yang mendasari kesepakatan akhir (misalnya, resolusi Dewan Keamanan tahun 1967 menguraikan prinsip-prinsip perdamaian antara Israel dan negara Arab) atau proposal perdamaian dimulai pada pertemuan pribadi yang melibatkan mediator.

(12)

12

dan, dalam beberapa kasus, mediator hampir mendominasi negosiasi. PBB menjadi mediasi gencatan senjata Palestina tahun 1948, solusi dari masalah Irian barat, dan cerita panjang dan bingung dari pihak ketiga Kongo yang terlibat yang aktif tdalam perundingan dan memberikan tekanan yang cukup pada protagonis untuk menerima proposal PBB.

Dan pada Mediasi, peran IWC lebih mampu di jelaskan pergerakan dalam pengupayaan perdamaian di Israel – Palestina pada Mediasi persuasion, Mediasi

enunciation, Mediasi Elaboration, Mediasi Participation. Menarik contoh-contoh beberapa mediasi yang dilakukan oleh ainternasional salah satunya yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa yang juga turut campur dalam konflik Israel-Palestina dengan mengikuti berbagai macam prosedur mediasi, salah satunya dengan adanya UNSCR (United Nation Security Council) yang menjadi sebuah pedoman atau sebagai surat mandat bagi PBB yang menjadi salah satu bentuk prosedur mediasi untuk menangani kasus Israel dan Palestina ini. PBB memiliki organisasi bergender perempuan yaitu, UN Women yang beranggotakan dominan perempuan dan mempunyai sebuah tujuan yakni, mengupayakan hak-hak perempuan didaerah konflik internasional. Dari organisasi PBB ini lahirlah UNIFEM yang merupakan sub dari UN Women, dan IWC sendiri merupakan salah satu organisasi bentukan dari UNIFEM itu sendiri.

(13)

13

konflik antara partai pertama dan kedua masuk dalam sebuah pengadilan internasional. Dan lebih mempunyai kekuasaan mengatur jalan nya proses penentuan penawaran Prosedur paling akhir dalam pencapaian sebuah institusi resolusi konflik internasional adalah dengan mengadakannya sebuah ajudikasi dan arbitrasi. Dalam prosedur ketiga ini tidak terlalu terlihat bawa IWC dapat di jelaskan dalam pengertian dan beberapa penjelasan nya.

Dari penjelasan panjang tentang konsep, bahwa International Women Commision lebih mengarah ke aspek prosedur negosiasi dan mediasi. Dalam unsur-unsurnya pun IWC tidak memenuhi ke segala aspek. Seperti pada Negosiasi terlihat jelas bahwa peran IWC masuk kedalam negosisai multirateral. Dalam negosiasi multirateral ini IWC masuk menjadi pihak ketiga dalam konflik Israel Palestina. banyak kegiatan agenda IWC yang menjadi penengah dalam konflik tersebut. Dan pada Mediasi, peran IWC lebih mampu di jelaskan pergerakan dalam pengupayaan perdamaian di Israel – Palestina pada Mediasi persuasion, Mediasi enunciation,

(14)

14

III. PEMBAHASAN

III.1 International Women’s Commission

"The IWC is an important place of struggle that brings together

Palestinian and Israeli women to end the Israeli occupation and to reach a

peaceful settlement. The IWC uses political analysis and position papers and

at the formal international level to reach the White House and the European

Union. We are focusing on two issues: the right of return and the inclusion of

women in negotiations. Another contribution of the IWC is to create a space

for feminist political analysis and networking with international

organizations" (Tuma, Nazareth 2009).

(15)

15

menekankan bahwa pendekatan yang harus berbau ketegasan dengan militer adalah batu sandungan besar dalam proses perdamaian tersebut.

(16)

16

Banyak Negara yang sejak dulu terkenal sebagai Negara agresif melakukan perang untuk mendapatkan keinginannya. Israel dalam kasus ini, menggunakan cara-cara kekerasan dan banyak ancaman untuk melakukan pendudukan di wilayah Palestina. Akar masalah ini memang muncul sejak jaman kolonial Inggris yang membagi wilayahnya tanpa menghormati hak. Dalam pandangan K.J. Holsti sumber dan penyebab perang pada abad ke 20 bukan lagi tentang permasalahan kebijakan luar negeri, keamanan, kehormatan namun perang tersebut berkaitan tentang status negara bagian, pemerintahan dan peran serta status bangsa dan komunitas di dalam negara (Holsti, 1996).

Sebagai konflik sosial yang berkepanjangan, konflik Israel-Palestina menurut Azar (1991) memiliki faktor kritis yang merepresentasikan perjuangan berkepanjangan yang seringkali penuh kekerasan oleh kelompok komunal untuk keperluan dasar seperti keamanan, pengakuan dan penerimaan, akses yang adil bagi institusi politk dan partisipasi ekonomi. Masalah tersebut merupakan bias dari pemahaman tradisional tentang kenegaraan, yang mengaburkan dinamika dalam konflik ini, kelalaian negara untuk melindungi hak-hak warga negara yang seringkali membuat konflik ini berjalan terus menerus. Azar kemudian menyimpulkan bahwa peran negara (sebagaiman juga hubungannya dengan negara lain ) dapat memuaskan atau mengecewakan kebutuhan dasar komunal, dan karenanya dapat mencegah atau justru menimbulkan konflik (Azar, 1991).

(17)

17

lain-lain telah menulis cerita tentang perebutan kekuasaan ini secara terus-menerus sejak konflik ini muncul. Rudal, bom bunuh diri, kamp pengungsi, dan sensor adalah material-material telah mengambil peran penting dalam pertempuran atas wilayah dan kesalahan sejarah. Tetapi, suara perempuan di kedua sisi belum terdengar. Namun, di balik itu, perempuan berfungsi sebagai perekat budaya dan sebagai penyembuh. Mereka adalah pendidik, dokter, politisi, seniman, dan pemimpin organisasi.

Perempuan dari masing-masing pihak telah ditempa pengalaman diri mereka sendiri dari keadaan yang mereka alami. Mereka tahu apa yang dibutuhkan di lapangan, dan bekerja secara kreatif dan dapat menjadi kuat mental atau fisik. Mereka memahami nilai pengampunan untuk sebuah kemajuan. Mereka juga dididik, mengartikulasikan, dan bekerja secara profesional . Meskipun dengan adanya semua ini, pada kenyataan nya masih sedikit perempuan telah meningkatkan kemampuan diri yang tinggi untuk terlibat dalam proses negosiasi perdamaian.

Pada akhirnya muncul sebuah tokoh perempuan yaitu Hillary Clintonmengatakan bahwa keterlibatan perempuan dalam perundingan perdamaian adalah suatu keharusan. Hillary Clinton melengkapi pernyataannya bahwa Resolsui PBB 1325 menginginkan terbukanya peluang perempuan untuk dapat berpartisipasi aktif dalam perundingan perdamaian. Becheir, Sekjen UN Women menambahkan juga bahwa peranan perempuan dalam perdamaian telah banyak mengalami peningkatan tercatat bahwa sudah banyak pasukan perdamaian di daerah-daerah konflik yang merupakan perempuan.

(18)

18

perempuan dan masyarakat sipil dalam proses perdamaian Timur Tengah dengan: meminta dimasukkannya agenda negosiasi dari masyarakat sipil dan perempuan; mengadakan konsultasi publik dengan organisasi-organisasi perempuan dan masyarakat sipil untuk mendengar perspektif mereka tentang isu-isu pokok; menciptakan mekanisme konsultasi formal bagi kelompok-kelompok masyarakat sipil untuk memberi masukan secara tidak langsung pada negosiasi; menunjuk para penasihat jender atau penghubung masyarakat sipil untuk membantu delegasi resmi; dan menawarkan pada tim negosiasi tambahan kursi dalam perundingan jika perempuan hendak diikutkan. Prospek tersebut semakin meningkat ketika Hamas sebagai kelompok yang sangat berpengaruh dalam perjalanan perundingan perdamaian di Palestina membuka peluang besar bagi perempuan sebagai kadernya dan bukan tidak mungkin nanti akan menjadi negosiator perundingan perdamaian kedua Negara tersebut.

(19)

19

kesetaraan. Menyertakan suara dan pengalaman perempuan dalam proses perdamaian telah dilaksanakan kedua belah pihak, Benjamin Netanyahu selaku anggota IWC telah mengumumkan akan meningkatkan peran perempuan dalam decisionmaking

Israel serta HAMAS yang telah meningkatkan kader perempuannya guna mendukung partisipasi perempuan dalam upaya perdamaian. Berikut berbagai upayaIWC yang di jelaskan melalui konsep yang sudah di tentukan sehingga mamapu mengetahui bagaimana perpolitikan IWC sebagai pihak ketiga anatara Israel dan Palestina demi mewujudkan peran pemberdayaan perempuan dalam terwujudnya perdamaian di Israel-Palestina dari kurun waktu 2005-2010.

III.2 Negosiasi dan Mediasi International Women’s Commission dalam Upaya Perdamaian pada Konflik Israel-Palestina Periode 2005-2010

(20)

20

merekomendasi pembentukan mekanisme konsultasi yang memungkinkan bagi masyarakat sipil dan perempuan Israel-Palestina terkait perdamaian. Sehingga terbentuklah komunikasi yang baik bagi kedua belah pihak yang akhirnya dapat menciptakan peluang perdamaian.

Kedua, IWC bertindak dalam Mediasi. Dalam hal ini ada beberapa bentuk mediasi yang di lakukan oleh IWC antara lain : Mediasi Persuasion, dalam bentuk mediasi ini IWC mencari beberapa aktor penting individu, organisasi, atau Negara yang bersangkutan, dan berusaha memproduksi atau merubah struktur dan menyebarluaskan serta membawa pengaruh ke ruang publik terkait aksi perdamaian Israel-Palestina, melalui beberapa organisasi atau agen yang mendukung. Dengan keikutsertaan IWC pada seminar Tingkat Tinggi IWC yang berada di Madrid bersama dengan Resolusi 1325, Presidensi Spanyol Dewan Uni Eropa, perwakilan Israel dan Palestina, dan UNIFEM.

Mediasi Enunciation, dalam mediasi ini IWC melakukan agendanya menyerukan kepada para pemimpin Israel, Palestina dan masyarakat internasional, sesuai dengan Resolusi DK PBB 1325, pada tangal 13 Mei 2007, untuk memasukkan perempuan ke negosiasi dan mempertimbangkan perspektif untuk menjamin tercapainya perdamaian substantif, komprehensif, dan abadi.

(21)

21

perwujudan perdamaian kedua negara tersebut telah berjalan sejak Juli 2005 yang mana IWC membuat dasar pijakan yang berlandaskan semangat Resolusi 1325. Pada November di tahun 2005 kedua negara merespon dengan baik proposal perdamaian yang diajukan oleh IWC.

Mediasi Participation, dimana IWC dengan kemampuan yang dimiliki mampu mempengaruhi ruang publik, sehingga pemerintahan ikut mendukung aksi terkait upaya perdamain Israel-Palestina dan IWC mampu membuat strategi nasional untuk melawan kekerasan gender di Israel-Palestina.

(22)

22

VI. KESIMPULAN

Satu dekade setelah terbitnya resolusi PBB UNSCR 1325, yang memungkinkan perempuan untuk memiliki hak dalam konflik maupun pasca konflik membawa pengaruh baru dalam upaya melaksanakan perdamaian. Peran negara yang tidak meninggalkan konsep tradisionalnya meninggalkan tradisi yang kaku sehingga membuat perundingan perdamaian selalu buntu. Era baru dengan hadirnya aktor non negara yang dapat berperan aktif dalam proses perdamaian merupakan buah-buah dari resolusi tersebut. Sebagai lembaga yang memiliki fokus terhadap upaya perdamaiana Israel-Palestina, IWC menekankan upaya-upaya yang membangun guna mendukung program secara politik antara Palestina dan Israel berdasaran kejujuran, keadilan dan kesetaraan.

(23)

23

antara Israel dan Palestina. Terdapat beberapa peran yang dilakukan IWC terkait konflik Israel – Palestina melalui negosiasi multirateral, dimana IWC menyelenggarakan acara-acara Internasional terkait perdamian di Irak-Palestina dan merekomendasi pembentukan mekanisme konsultasi yang memungkinkan bagi masyarakat sipil dan perempuan terkait perdamaian di Israel-Palestina. Seperti pada saat IWC mengadakan sebuah acara internasional di Yerusalem pada 13-14 Mei 2007 yang berjudul: A Place at the Table: Perempuan dan Resolusi Konflik Palestina-Israel. Acara ini akan mempertemukan para tokoh Palestina, Israel dan anggota internasional IWC, bersama dengan wakil-wakil dari organisasi-organisasi masyarakat sipil, aktivis politik dan anggota publik yang lebih luas di Palestina dan Israel.

Prosedur yang kedua yaitu Mediasi, mediasi adalah dimana pihak ketiga dengan tidak ada ketertarikan langsung terhadap area yang berkonflik di bawah pertentangan pendapat di dalam proses perdamaian. Dan ada beberapa macam yang di jelaskan tentang mediasi. Dan masuk ke dalam pergerakan dari IWC bertindak dalam Mediasi, dalam hal ini ada beberapa mendiasi yang di lakukan oleh IWC antara lain :

(24)

24

atau agen yang mendukung. Dengan keikusertaan IWC pada seminar Tingkat Tinggi IWC yang berada di Madrid bersama dengan Resolusi 1325, Presidensi Spanyol Dewan Uni Eropa, perwakilan Israel dan Palestina, dan UNIFEM.

Mediasi Enunciation, dalam mediasi ini IWC melakukan agendanya menyerukan kepada para pemimpin Israel, Palestina dan masyarakat internasional, sesuai dengan Resolusi DK PBB 1325, pada tangal 13 Mei 2007, untuk memasukkan perempuan ke negosiasi dan mempertimbangkan perspektif untuk menjamin tercapainya perdamaian substantif, komprehensif, dan abadi.

Mediasi Elaboration and Initiation, dalam mediasi ini IWC pengajukan proposal perdamaian kepada Israel dan Plaestina. Dalam rentetan agenda IWC upaya perwujudan perdamaian kedua negara tersebut telah berjalan sejak Juli 2005 yang mana IWC membuat dasar pijakan yang berlandaskan semangat Resolusi 1325. Pada November di tahun 2005 kedua negara merespon dengan baik proposal perdamaian yang diajukan oleh IWC.

(25)

25

Dasar Palestina diproses setelah proposal perdamaian yang di ajukan IWC diterima oleh pemerinta Palestina.

Dengan melihat beberapa peran negosiasi dan mediasi yang di lakukan oleh IWC diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa peran IWC sebagai pihak ketiga dalam pengupayaan perdamaian melalui pemberdayaan perempuan ikut berpengaruh atas berjalan nya tawar menawar antara Palestina adan Israel. Tingginya kritikan terhadap rendahnya pemerintah dan regulasi global mengenai hak dan kewajiban perempuan di wilayah konflik merupakan pemicu tingginya juga upaya dari perempuan baik yang bergabung dengan lembaga maupun tidak. IWC sebagai lembaga yang fokus dalam isu Israel-Palestina menekankan bahwa isu perempuan dalam konflik dan keamanan adalah penting. Dan oleh sebab itu, perspektiv dan suara perempuan harus menjadi salah satu faktor yang penting dalam upaya mewujudkan perdamaian tersebut.

Melihat peran IWC terhadap pemberdayaan perempuan dalam pengupayaan perdamaian di konflik Israel-Palestina, dalam aktivitasnya selalu menempatkan perempuan agar mampu menjadi agen perdamaian dan salah satu decisionmaking

(26)

26

(27)

27

DAFTAR PUSTAKA Buku

Azar, Edward E. (1991). The analysis and management of protracted social conflict,

in The Psychodynamics of International Relationships. Lexington: Lexington Books.

Chenoy, Anuradha Mitra and Achin Vanaik. Promoting Peace, Security and Conflict Resolution: Gender Balance in Decisionmaking. Dalam e-book Gender, Peace and Conflict (Inger Skjelsbaek and Dan Smith)

Goldstein, Joshua S. dan Jon C (2005). Pevehouse dalam International relations edisi ke 7. 2007 pada halaman 115.

Mas’oed,Mochtar (1994). ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL; Disiplin dan Metodologi. LP3ES. Jakarta.

Holsti, K.J. (1992). International Politics a Framework for analisys sixth edition.

Prentice-Hall International Edition. E-source

Alami, Atiqah Nur. (2010). Gender dalam Praktek Ekonomi Politik Internasional dan Keamanan Global (Bagian 2 dari 3 tulisan). Tersedia di http://www.politik.lipi.go.id/index.php/en/columns/181-gender-dalam praktek-ekonomi-politik-internasional-dan-keamanan-global-bagian-2-dari-3-tulisan- di akses pada tanggal 23 Juli 2012.

Al-Kassim, Mohammad. (2010). Middle East: Israel and Palestinian Women Together for Peace. Tersedia di www.visionews.net. Diakses dari

http://www.visionews.net/middle-east-israel-and-palestinian-women-together-for-peace/ pada tanggal 6 Maret 2013.

(28)

28

International Women’s Commission. (2007). IWC international event: Promoting inclusive peacemaking. Tersedia di www.daniella.ben-attar.com. Diakses dari

http://www.daniella.ben-attar.com/downloads/IWC%20Conference%20Summary.pdf pada tanggal 5 Maret 2013.

Jews For Justice in the Middle East. (2000). The Origin of the Palestine-Israel Conflict. Tersedia di www.ifamericansknew.org. Diakses dari

http://www.ifamericansknew.org/download/origin_booklet.pdf pada tanggal 19 Maret 2013.

Kawilarang, Renne R.A. (2009). Jumlah Korban Tewas Kini Lebih dari 1000 Jiwa.

Tersedia di

http://dunia.vivanews.com/news/read/22045jumlah_korban_tewas_kini_lebih _dari_1000_jiwa diakses pada tanggal 18 Juli 2012.

Kevorkian, Nadera Shalhoub. (2010). The United Nations Security Council

Resolution 1325 Implementation in Palestine and Israel 2000-2009. Tersedia di

Koppell, Carla., Miller, Rebecca. (2010). Proses Perdamaian Israel-Palestina harus Melibatkan Perempuan. Tersedia di hminews.com. Diakses dari

http://hminews.com/news/proses-perdamaian-israel-palestina-harus-melibatkan-perempuan/ pada tanggal 2 April 2011.

Krause, Suzanne. (2009). Women for Women, Bantuan bagi Perempuan Sorban Perang. Tersedia di http://www.dw-world.de/dw/article/0,,4921038,00.html diakses pada tanggal 19 Juli 2012.

(29)

29

(IWC). Tersedia di unispal.un.org Diakses dari

http://unispal.un.org/UNISPAL.NSF/0/BDB76830578DFB0C8525773700685 943 pada tanggal 5 Maret 2013.

Morgantini, Luisa. (2007). Charter of Principles. Tersedia di

https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:m2DMOAITK9sJ:luisamorgan nitas diakses pada tanggal 19 Juli 2012

UN women. (2010). Coordinator: International Women's Commission For a Just and Sustainable Israeli-Palestinan Peace. Tersedia di www.undp.org. Diakses dari https://jobs.undp.org/cj_view_job.cfm?cur_job_id=19138 pada tanggal 12 Desember 2012.

Winkler, Heinrich August. (Oktober 2012). 1914–1918: Perang Dunia Pertama.

Tersedia di http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/geschichte/main-content-03/1914-1918-perang-dunia-pertama.html diakses pada tanggal 17 Juli 2012.

Yahya, Harin (2001). Dibalik Perang Dunia. Tersedia di http://www.dibalikperangdunia.com/index2.html diakses pada tanggal 17 Juli 2012.

_________. (2010). Proses Perdamaian Israel-Palestina harus

Referensi

Dokumen terkait

Jadi kajian ini menyenaraikan sumber ketara dan tidak ketara yang strategik iaitu yang sesuai dengan kemampuan PKS dan mampu meningkatkan prestasi jenama mereka seperti

Dalam Penyajian Laporan Keuangan Syariah menurut PSAK 101 tentang Akuntansi Syariah (Laporan Keuangan) menjelaskan bahwa komponen Laporan Keuangan terdiri dari

Database adalah auatu kumpulan data terhubung (interrelated data) yang disimpan secara bersama-sama pada suatu media, tanpa mengatap satu dengan yang lain atau

Data spasial dari penginderaan jauh dan survey terrestrial tersimpan dalam basisdata yang memanfaatkan teknologi komputer digital untuk pengolahan dan

Berdasarkan keterangan dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Kenagarian Bukik Batabuah dan dinas pertanian (UPTD) Kecamatan Canduang pada survey pendahuluan diketahui bahwa

Kumpulan file yang tidak saling terkait satu sama lain tidak dapat disebut database, misalnya file data induk karyawan, file tamu undangan perkawinan, file barang

Beberapa di antara mereka telah berkata bahwa mereka akan melakukan pekerjaan menggali agar dapat melunasi perjanjian mereka karena memang pada dasarnya mereka adalah anak-anak

108 Ongkos material handling metode direct clustering algorithm (lanjutan) 117 Tabel 5.. 2 Pengelompokkan cell menggunakan metode rank order