• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH OCEANOGRAFI POTENSI DAN PERMASAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH OCEANOGRAFI POTENSI DAN PERMASAL"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH OCEANOGRAFI

POTENSI DAN PERMASALAHAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG Guna Memenuhi Tugas Semester 2 Mata Kuliah Oceanografi

Dosen Pengampu Prof. Dr. Chatarina Muryani , M. Si

Disusun Oleh

Bima Sigit Kuspriyadi ( K5412020) Agnes Saputri ( K5415003 ) Agus Tofa Adi Wibowo ( K5415004 ) Anggita Puspitosari ( K5415010 ) Emilia Naura ( K5415021 ) Hari Triyoga ( K5415026 ) Khoiriyyah Iffa ( K5415031 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas kelompok pada mata kuliah yang bersangkutan. Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih yang sebesar - besar nya kepada Dosen Pengampu mata kuliah Oceanografi yaitu Prof. Dr. Chatarina Muryani sebagai dosen pengajar yang telah meluangkan waktu untuk mengajar kami mahasiswa Pendidikan Geografi angkatan 2015.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu penulis sangat berharap kepada pembaca untuk bersedia menyampaikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebaik-baiknya. Terimakasih.

Surakarta, Mei 2016

(3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang mencapai 17.508 pulau dengan luas lautnya sekitar 3,1 juta km2 .Wilayah lautan yang luas tersebut menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan dan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, salah satunya adalah ekosistem terumbu karang. Terumbu karang merupakan ekosistem khas daerah tropis dengan pusat penyebaran di wilayah Indo-Pasifik. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters, 1994 dalam Suharsono, 1998).

Potensi sumberdaya alam kelautan ini tersebar di seluruh Indonesia dengan beragam nilai dan fungsi, antara lain nilai rekreasi (wisata bahari), nilai produksi (sumber bahan pangan dan ornamental) dan nilai konservasi (sebagai pendukung proses ekologis dan penyangga kehidupan di daerah pesisir, sumber sedimen pantai dan melindungi pantai dari ancaman abrasi) (Fossa dan Nilsen, 1996). Ditinjau dari aspek ekonomi, ekosistem terumbu karang menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat pesisir di sekitarnya (Suharsono, 1998).

Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu karang ini pada

umumnya hidup lebih dari 300 jenis karang, yang terdiri dari sekitar 200 jenis ikan dan berpuluh‐ puluh jenis moluska, crustacean, sponge, alga, lamun dan biota lainnya (Dahuri, 2000). Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.

Terumbu karang sangat mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungan sekitarnya baiksecara fisik juga biologis. Akibat kombinasi dampak negatif langsung dan tidak langsung pada terumbu karang Indonesia, sebagian besar terumbu karang di wilayah Indonesia saat ini sudah mengalami kerusakan yang sangat parah.

(4)

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ekosistem terumbu karang?

2. Bagaimana persebaran ekosistem terumbu karang?

(5)

Fo

Gambar 1 : Terumbu Karang ( Sumber : World Resources Institute )

Terumbu karang adalah struktur fisik yang terbentuk oleh kegiatan banyak hewan karang kecil ( polip ) yang hidup dalam koloni besar dan membentuk kerangka kapur bersama-sama. Selama ribuan tahun, gabungan massa kerangka kapur tersebut membentuk terumbu besar, yang sebagian diantaranya tampak dari angkasa. ada sekitar 800 spesies karang pembentuk terumbu, yang membutuhkan persyaratan yang rumit, yakni membutuhkan perairan yang jernih, tembus cahaya, dan hangat. Hewan karang yang hidup sendiri, yang dikenal dengan polip, memiliki tubuh seperti tabung dan mulut yang berada di tengah yang dikelilingi oleh tentakel penyengat, yang dapat menangkap makanan. Di dalam jaringan tubuh polip, hidup mikroalga (zooxanthellae) yang membutuhkan cahaya matahari agar tetap hidup. Alga ini mengubah cahaya matahari menjadi zat gula (glukosa), yang menghasilkan tenaga untuk membantu kehidupan inang karangnya. Alga ini juga memberikan warna cerah pada karang.

Permukaan tiga dimensi yang rumit dari terumbu karang menjadi tempat tinggal bagi banyak spesies lain. Sekitar 4.000 spesies ikan ditemui di sini (lebih kurang seperempat dari keseluruhan spesies ikan laut), bersama dengan beraneka ragam biota lainnya seperti imoluska, krustasea, bulu babi, bintang laut, spons, cacing tabung, dan banyak lagi lainnya. Kemungkinan ada sejuta spesies ditemui di dalam habitat seluas kira-kira 250.000 km persegi (lebih kurang seluas negeri inggris).

Terumbu karang merupakan salah satu sumberdaya alam yang penting di Indonesia, yang menempati area 7500 km² dari luas perairan Indonesia termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) 7,1 juta Km². Dari luas tersebut, jumlah yang sudah rusak tercatat sekitar 71%, sedangkan yang masih baik sekitar 22,5%, dan sangat baik 6,5% ( Supriharyono, 2002;10 ). Terumbu karang merupakan suatu ekosistem di dasar laut tropis dibangun terutama oleh biota penghasil kapur, khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya, seperti jenis-jenis moluska, crustacea, echinodermata, polychaeta, porifera dan tinucata

serta biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis ikan.

(6)

khas tropik yang tersusun dari endapan-endapan padat mineral calcite atau calespar atau gamping

bioklastik (CaCO3) yang dihasilkan oleh karang hermatifik dan alga berkapur, serta merupakan

habitat bagi beberapa biota laut untuk berkembang biak, tumbuh dan berasosiasi dalam suatu sistem kehidupan yang seimbang. Sehingga, terumbu karang dapat dikatakan hutan tropis laut.

Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanthellae dan tidak membentuk karang.

Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar di atas 20oC. Terumbu karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan tidak berpolusi. Hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu karang. Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan kegiatan fotosintesis. Polip-polip penyusun terumbu karang yang terletak pada bagian atas terumbu karang dapat menangkap makanan yang terbawa arus laut dan juga melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil fotosintesis yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh spesies laut lainnya.

1. Jenis-Jenis Terumbu Karang 1.1. Berdasarkan letak

a. Terumbu karang tepi ( fringing reefs)

Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

Gambar 2 : Taman Laut Bunaken ( Sumber : http://nicoseptadela.blogspot.co.id )

b. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)

(7)

Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).

Gambar 3 : Kepulauan Banggai ( Sumber :

http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/basisdata-kawasan-konservasi/details/1/94 )

c. Terumbu karang cincin ( atolls)

Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau-pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua).

d. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)

Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh).

Gambar 4 : Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu ( Sumber : http://www.indonesiawisata.info )

1.2 Berdasarkan Zonasi

(8)

Terumbu yang menghadap angin (dalam bahasa Inggris: Windward reef). Windward

merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin.Zona ini diawali oleh lereng terumbu yang menghadap ke arah laut lepas.Di lereng terumbu, kehidupan karang melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter dan umumnya didominasi oleh karang lunak.Namun, pada kedalaman sekitar 15 meter sering terdapat teras terumbu yang memiliki kelimpahan karang keras yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur. Mengarah ke dataran pulau atau gosong terumbu, di bagian atas teras terumbu terdapat penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat pengaruh gelombang yang kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang alga. Akhirnya zona

windward diakhiri oleh rataan terumbu yang sangat dangkal.

b. Terumbu yang membelakangi angin

Terumbu yang membelakangi angin (Leeward reef) merupakan sisi yang membelakangi arah datangnya angin. Zona ini umumnya memiliki hamparan terumbu karang yang lebih sempit daripada windward reef dan memiliki bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar. Kedalaman goba biasanya kurang dari 50 meter, namun kondisinya kurang ideal untuk pertumbuhan karang karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta sedimentasi yang lebih besar.

1.3 Berdasarkan kepada Kemampuan memproduksi Kapur

a. Karang hermatipik

Karang hermatifik adalah karang yang dapat membentuk bangunan karang yang dikenal menghasilkan terumbu dan penyebarannya hanya ditemukan didaerah tropis. Karang hermatipik mempunyai sifat yang unik yaitu perpaduan antara sifat hewan dan tumbuhan sehingga arah pertumbuhannya selalu bersifat fototeopik positif. Umumnya jenis karang ini hidup di perairan pantai /laut yang cukup dangkal dimana penetrasi cahaya matahari masih sampai ke dasar perairan tersebut.

b. Karang ahermatipik.

Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini merupakan kelompok yang tersebar luas diseluruh dunia. Perbedaan utama karang Hermatipik dan karang ahermatipik adalah adanya simbiosis mutualisme antara karang hermatipik dengan zooxanthellae, yaitu sejenis algae unisular (Dinoflagellata unisular), seperti Gymnodi niummicroadriatum, yang terdapat di jaringan-jaringan polip binatang karang dan melaksanakan fotosistesis. Hasil samping dari aktivitas ini adalah endapan kalsium karbonat yang struktur dan bentuk bangunannya khas. Ciri ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis atau spesies binatang karang.

(9)

Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain, seperti alga berkapur, yang mensekresi kapur, seperti alga berkapur dan Mollusca. Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batuan kapur (termasuk karang yang masuh hidup) di laut dangkal.

b. Karang (koral)

Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3. Karang batu termasuk ke dalam Kelas Anthozoa yaitu anggota Filum Coelenterata yang hanya mempunyai stadium polip. Dalam proses pembentukan terumbu karang maka karang batu (Scleratina) merupakan penyusun yang paling penting atau hewan karang pembangun terumbu. Karang adalah hewan klonal yang tersusun atas puluhan atau jutaan individu yang disebut polip. Contoh makhluk klonal adalah tebu atau bambu yang terdiri atas banyak ruas.

Gambar 5 : Coral Reef (Photograph by Raul Touzon, National Geographic )

c. Karang terumbu

Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik

(hermatypic coral) atau karang yang menghasilkan kapur. Karang terumbu berbeda dari karang

lunak yang tidak menghasilkan kapur, berbeda dengan batu karang (rock) yang merupakan batu cadas atau batuan vulkanik.

Gambar 6 : Euphyllia Corals ( Sumber : http://www.qualitymarine.com )

(10)

Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis-jenis moluska, Krustasea, Echinodermata, Polikhaeta, Porifera, dan Tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis Plankton dan jenis-jenis nekton.

Terumbu karang dapat tumbuh dengan baik di perairan laut dengan suhu 21° - 29° C. Masih dapat tumbuh pada suhu diatas dan dibawah kisaran suhu tersebut, tetapi pertumbuhannya akan sangat lambat. Karena itulah terumbu karang banyak ditemukan di perairan tropis seperti Indonesia dan juga di daerah sub tropis yang dilewati aliran arus hangat dari daerah tropis seperti Florida, Amerika Serikat dan bagian selatan Jepang.

Karang membutuhkan perairan dangkal dan bersih yang dapat ditembus cahaya matahari yang digunakan oleh zooxanthellae untuk berfotosintesis. Pertumbuhan karang pembentuk terumbu pada kedalaman 18-29 m sangat lambat tetapi masih ditemukan hingga kedalaman lebih dari 90 m. Karang memerlukan salinitas yang tinggi untuk tumbuh, oleh karena itu, di sekitar mulut sungai atau pantai atau sekitar pemukiman penduduk akan lambat karena karang membutuhkan perairan yang kadar garamnya sesuai untuk hidup.

Terumbu karang mempunyai nilai yang tinggi antara lain kawasan perikanan yang subur, bahan untuk farmasi, daya tarik bagi wisatawan khususnya yang dapat menambah devisa negara. Selain itu secara fisik karang dapat melindungi pantai dari degradasi dan abrasi.

Keanekaragaman, penyebaran dan pertumbuhan karang tergantung pada kondisi lingkungannya. Kondisi ini pada kenyataannya tidak selalu tetap, akan tetapi seringkali berubah karena adanya gangguan, baik yang berasal dari alam atau aktivitas manusia. Gangguan dapat berupa faktor fisik-kimia dan biologis. Faktor fisik-fisik-kimia yang diketahui dapat mempengaruhi kehidupan dan atau laju pertumbuhan karang, antara lain adalah cahaya matahari, suhu air, salinitas dan sedimen. Sedangkan faktor biologis, biasanya berupa predator atau pemangsanya.

Berikut faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan ekosistem terumbu karang

1. Suhu

Secara global, sebaran terumbu karang dunia dibatasi oleh permukaan laut yang isoterm pada suhu 20 °C, dan tidak ada terumbu karang yang berkembang di bawah suhu 18 °C. Terumbu karang tumbuh dan berkembang optimal pada perairan bersuhu rata-rata tahunan 23-25 °C, dan dapat menoleransi suhu sampai dengan 36-40 °C.

2. Salinitas

(11)

3. Cahaya dan Kedalaman

Kedua faktor tersebut berperan penting untuk kelangsungan proses fotosintesis oleh zooxantellae yang terdapat di jaringan karang. Terumbu yang dibangun karang hermatipik dapat hidup di perairan dengan kedalaman maksimal 50-70 meter, dan umumnya berkembang di kedalaman 25 meter atau kurang. Titik kompensasi untuk karang hermatipik berkembang menjadi terumbu adalah pada kedalaman dengan intensitas cahaya 15-20% dari intensitas di permukaan.

4. Kecerahan

Faktor ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi berarti penetrasi cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas perairan yang tinggi pula.

5. Gelombang

Gelombang merupakan faktor pembatas karena gelombang yang terlalu besar dapat merusak struktur terumbu karang, contohnya gelombang tsunami. Namun demikian, umumnya terumbu karang lebih berkembang di daerah yang memiliki gelombang besar. Aksi gelombang juga dapat memberikan pasokan air segar, oksigen, plankton, dan membantu menghalangi terjadinya pengendapan pada koloni atau polip karang.

6. Arus

Faktor arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat positif apabila membawa nutrien dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh karang dan zooxanthellae, sedangkan bersifat negatif apabila menyebabkan sedimentasi di perairan terumbu karang dan menutupi permukaan karang sehingga berakibat pada kematian karang.

7. Sedimen

Karang umumnya tidak tahan terhadap sedimen. Karena sedimen merupakan faktor pembatas yang potensial bagi sebaran karang di daerah dimana suhu cocok untuk hewan ini.

B. Persebaran Ekosistem Terumbu Karang

Ekosistem terumbu karang dunia diperkirakan meliputi luas 600.000 km2, dengan batas sebaran di sekitar perairan dangkal laut tropis, antara 30 °LU dan 30 °LS. Terumbu karang dapat ditemukan di 109 negara di seluruh dunia, namun diduga sebagian besar dari ekosistem ini telah mengalami kerusakan atau dirusak oleh kegiatan manusia setidaknya terjadi di 93 negara.

(12)

Berdasarkan distribusi geografinya maka 60% dari terumbu dunia ditemukan di Samudera Hindia dan Laut Merah, 25% berada di Samudera Pasifik dan sisanya 15% terdapat di Karibia. Pembagian wilayah terumbu karang dunia yang lain dan lebih umum digunakan adalah:

a. Indo-Pasifik

Region Indo-Pasifik terbentang mulai dari Asia Tenggara sampai ke Polinesia dan Australia, ke bagian barat sampai ke Samudera sampai Afrika Timur. Region ini merupakan bentangan terumbu karang yang terbesar dan terkaya dalam hal jumlah spesies karang, ikan, dan moluska. b. Atlantik bagian barat

Region Atlantik Barat terbentang dari Florida sampai Brazil, termasuk daerah Bermuda, Bahamas, Karibia, Belize dan Teluk Meksiko.

c. Laut Merah

Region Laut Merah, terletak di antara Afrika dengan Saudi Arabia.

Terumbu karang adalah ekosistem khas daerah tropis dengan pusat penyebaran di wilayah Indo-Pasifik. Terbatasnya penyebaran terumbu karang di perairan tropis dan secara melintang terbentang dari wilayah selatan Jepang sampai utara Australia dikontrol oleh faktor suhu dan sirkulasi permukaan (surface circulation). Penyebaran terumbu karang secara membujur sangat dipengaruhi oleh konektivitas antar daratan yang menjadi stepping stones melintasi samudera. Kombinasi antara faktor lingkungan fisik (suhu dan sirkulasi permukaan) dengan banyaknya jumlah stepping stones yang terdapat di wilayah Indo-Pasifik diperkirakan menjadi faktor yang sangat mendukung luasnya persebaran terumbu karang dan tingginya keanekaragaman hayati biota terumbu karang di wilayah tersebut.

Segitiga Terumbu Karang

(13)

Gambar8 : Segitiga Terumbu Karang ( Sumber : World Resources Institute )

Terumbu karang di Indonesia ditemui sangat berlimpah di wilayah kepulauan bagian timur (meliputi Bali, Flores, Banda dan Sulawesi). Namun juga terdapat di perairan Sumatera dan Jawa. Indonesia menopang tipe terumbu karang yang bervariasi (terumbu karang tepi, penghalang dan atol). Namun tipe terumbu karang yang dominan di Indonesia ialah terumbu karang tepi.

Terumbu karang tepi ini dapat dijumpai sepanjang pesisir Sulawesi, Maluku, Barat dan Utara Papua, Madura, Bali, dan sejumlah pulau-pulau kecil di luar pesisir Barat dan Timur Sumatera. Tipe Patch reefs (terumbu karang yang mengumpul) paling baik terbentuk di wilayah Kepulauan Seribu, sedangkan terumbu karang penghalang paling baik terbentuk di sepanjang tepi Paparan Sunda, bagian Timur Kalimantan dan sekitar Kepulauan Togean (Sulawesi Tengah). Terdapat pula beberapa atol, contohnya ialah Taka Bone Rate di Laut Flores merupakan atol terbesar ketiga di dunia.

Gambar 9 : Persebaran Terumbu Karang di Indonesia ( Sumber : Dahuri, 2001 )

C. Potensi Ekositem Terumbu Karang

(14)

1. Sumber Pangan dan Mata Pencaharian

Seperdelapan dari penduduk dunia sekitar 850 juta orang tinggal dalam jarak 100 km dari terumbu karang dan kemungkinan memperoleh jasa lingkungan dari terumbu karang. Lebih dari 275 juta orang di dunia tinggal dekat sekali dengan terumbu karang (kurang dari 10 km dari pesisir dan dalam jarak 30 km dari terumbu karang), yang ketergantungannya tinggi pada terumbu karang sebagai sumber pangan dan mata pencaharian. Di daerah tersebut, ikan karang merupakan sumber protein penting, yang menyumbang sebanyak seperempat dari jumlah tangkapan ikan di beberapa negara berkembang. Terumbu karang yang sehat dan dikelola dengan baik di Samudra Hindia atau Pasifik dapat menghasilkan 5-15 ton makanan laut per km2 dalam setahun Di negara dalam Kawasan Segitiga Terumbu Karang, persentase penduduk yang bergantung pada terumbu karang jauh lebih tinggi. Sebanyak 88% penduduk di kawasan ini –hampir 320 juta orang –tinggal dalam jarak 100 km dari terumbu karang. Sebanyak 31% penduduk sekitar 114 juta orang –tinggal sangat dekat dengan terumbu karang (dalam jarak 30 km) dan kemungkinan sangat bergantung pada terumbu karang.

Interaksi Penduduk dengan Terumbu Karang

Zona pesisir Indonesia menopang kehidupan sekitar 60% dari 182 juta penduduk Indonesia. Pada beberapa wilayah tertentu, komunitas lokal sangat bergantung kepada banyak tipe terumbu karang dan hewan laut di terumbu karang, untuk pakan sehari-hari dan untuk diperdagangkan. Termasuk di dalamnya ialah penyu, berbagai jenis ikan, berbagai jenis moluska (hewan bertubuh lunak yakni kerang dan siput laut), krustasea (udang-udangan) dan ekhinodermata (hewan berkulit duri contohnya teripang).

Keuntungan yang diperoleh bagi penduduk dari terumbu karang sangatlah beragam, seperti halnya:Terumbu karang secara tradisional dimanfaatkan sebagai bahan bangunan karena mengandung kapur. Demikian pula pasir yang diambil dari ekosistem terumbu karang digunakan sebagai bahan campuran semen. Kerang atau tiram raksasa diambil cangkangnya untuk dijadikan bahan pembuat lantai bangunan.Terumbu karang menyediakan sumber pakan yang berlimpah bagi penduduk Indonesia. Banyak sekali ikan-ikan karang, hewan-hewan moluska, ekhinodermata dan krustasea ditangkap, dan dimakan karena mereka memiliki daging yang bergizi tinggi sebagai sumber pakan.

2. Diversitas hewan dan tumbuhan yang berasosiasi dengan terumbu karang

Reaka-Kudla (1994) dalam Paulay (1997) menduga bahwa 33.000-60.000 spesies hewan dan tumbuhan hidup menempati terumbu. Menurut Paulay (1997) setidaknya ada 30 filum hewan yang berasosiasi denga terumbu karang.

Dikenal dari Terumbu karang Tdk dikenal dari Terumbu karang

Porifera Placozoa Onychopora (nonmarine)

Cnidaria Ctenophora Orthonectida (3genera 2

Dicyemida Platyhelminthes monospecific)

Gnatosthostomulida Gastrotricha Pogonophora (largely deep sea) Nematoda Nematomorpha Cycliophora (monospecpic) Kinorhyncha Priapula

Loricifera Acanthocephala Total : 4

Rotifera Entoprocta

Tardigrada Nemertea

Echiura Sipun cula

Molllusca Annelida

(15)

Bryozoa Branchiopoda Chaetognatha Echinodermata Hemichordata Chordata Total : 30

Jenis algae yang berasosiasi dengan terumbu karang sangat banyak jumlahnya. Di Indonesia timur tercatat sebanyak 765 spesies rumput laut yang terdiri dari 179 spesies algae hijau, 134 spesies algae coklat dan 452 spesies alga merah (Nontji, 1987). Untuk jenis moluska disebutkan oleh Wells (2002) bahwa diperairan terumbu karang Raja Ampat Papua itemukan sejumlah 699 spesies moluska. Jumlah spesies sponge yang ada di perairan Indonesia disebutkan oleh Tanaka et al (2002) dalam Dahuri (2003) sebanyak 700 spesies. Jumlah ini lebih rendah dari yang dikemukakan oleh Romimohtarto dan Juwana (2001), Van Soest (1989) dan Moosa (1999) yang menyebutkan jumlah 850 spesies sponge. Tomascik dkk (1997) menyebutkan jumlah spesies sponge sebanyak 3000 spesies berdasarkan ekspedisi Siboga dan 1500 spesies hasil ekspedisi Snellius II. Jenis ikan karang yang ada di Indonesia diperkirakan sebanyak 592 spesies (Dahuri, 2003). Angka yang dikemukakan Tomascik dkk (1997) sejumlah 736 spesies ikan karang dari 254 negara di temukan di perairan Pulau Komodo. Sementara itu Allen (2002) menyatakan bahwa di Kepulauan Raja Ampat terdapat kekayaan kenaekaragaman spesies ikan karang tertinggi di dunia dan sedikitnya terdapat 970 spesies.

3. Pariwisata

Di banyak negara tropis, terumbu karang menjadi objek pariwisata yang sangat penting. Terumbu karang menarik bagi penyelam, perenang yang menggunakan snorkel, dan pemancing sebagai hiburan, dan juga memungkinkan tersedianya pasir putih di pantai. Di seluruh dunia, lebih dari 100 negara/wilayah mendapatkan keuntungan dari pariwisata yang berhubungan dengan terumbu karang. Di kalangan negara yang berada di Kawasan Segitiga Terumbu Karang, pariwisata di Malaysia dan Kepulauan Solomon merupakan sektor ekonomi yang berkembang pesat dan menyumbang kira-kira 9% dari PDB pada tahun 2009. Di Timor-Leste, pariwisata menyumbang 3% dari PDB, 2% di Filipina, dan hanya lebih dari satu persen di Indonesia.

Terumbu karang merupakan salah satu potensi sumber daya laut yang sangat penting di Indonesia. Sumber daya terumbu karang merupakan salah satu sumber pendapatan utama dan bagian dari hidup nelayan. Terumbu karang juga mempunyai nilai estetika sangat tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata yang dapat meningkatkan devisa negara. Secara fisik karang melindungl pantal dari degradasi dan abrasi.

Berikut ini lima taman laut Indonesia yang sangat eksotis.

(16)

Gambar 10 : Karimunjawa ( Sumber : http://news.lewatmana.com )

Taman Nasional Karimun jawa terletak di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah yang terdiri dari 22 pulau. Taman nasional ini memiliki lima tipe ekosistem, yakni hutan hujan tropis dataran rendah, hutan pantai, hutan mangrove, dan tentunya terumbu karang serta padang lamun dan rumput laut. Berbagai flora khas hidup di taman bawah laut yang di lokasi ini, seperti penyu hijau dan penyu sisik yang sudah mulai langka.

b. Bunaken (Sulawesi Utara)

Taman bawah laut nasional ini berada pada Segitiga Terumbu Karang yang menjadi habitat bagi hampir 390 spesies terumbu karang. Wajar saja jika Taman Nasional Bunaken dikenal memiliki ekosistem terumbu karang yang sangat kaya. Selain itu, ada pula sekitar 90 spesies ikan, serta berbagai jenis reptil, moluska, dan mamalia laut. Kemudian, jenis-jenis tumbuhan seperti alga dan rumput juga dapat ditemukan di taman bawah laut ini

Gambar 11 : Taman Laut Nasional Bunaken ( Sumber : http://en.gocelebes.com )

(17)

c. Wakatobi (Sulawesi Tenggara)

Objek wisata bahari yang satu ini berlokasi di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Wilayah seluas 1,39 juta hektar ini ditetapkan sebagai Taman Laut Nasional Wakatobi pada tahun 1996 oleh pemerintah. Taman laut ini ini merupakan salah satu surga terumbu karang dunia, dengan jumlah ekosistem terumbu karang mencapai 875 jenis, hanya kalah dari Laut Karibia. Lalu, ada pula 600 spesies ikan dan jenis biota laut lainnya. Memiliki kedalaman air yang sangat bervariasi, dengan bagian terdalam mencapai satu kilometer di bawah permukaan air laut, Taman Laut Nasional Wakatobi menjadi salah satu objek wisata bahari favorit di Indonesia bagi para petualang alam bawah laut. Tidak hanya itu, sekarang kawasan ini juga sudah resmi menjadi pusat penelitian dan konservasi bawah laut tingkat internasional, berkat kekayaan keanekaragaman hayati laut yang dimilikinya.

Gambar 12 : Pulau Wakatobi ( Sumber : http://www.ku2h.com )

d. Banda (Maluku)

Kawasan ini juga merupakan salah satu taman laut terindah di dunia, dengan posisinya yang berada dalam gugusan sepuluh pulau, termasuk Pulau Neira dan Pulau Gunung Api di Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Selain memiliki banyak spesies terumbu karang, Taman Laut Banda ini juga menyimpan populasi hiu dan kerapu yang sangat besar. Tidak heran jika taman laut ini menjadi Kawasan Warisan Dunia pada tahun 2006.

e. Raja Ampat (Papua Barat)

(18)

4. Perlindungan Garis Pantai

Melampaui nilai biologisnya, struktur fisik terumbu karang melindungi kira-kira 150.000 km garis pantai di lebih dari 100 negara/wilayah. Terumbu karang meredam hempasan gelombang, mengurangi erosi yang terus terjadi, dan mengurangi banjir dan kerusakan akibat gelombang ketika badai. Fungsi tersebut melindungi tempat tinggal manusia, prasarana, dan ekosistem pesisir yang berharga seperti padang lamun dan hutan mangrove. Beberapa negara khususnya yang berupa atol yang rendah seperti Maladewa, Kiribati, Tuvalu, dan Kepulauan Marshall, dan juga Kepulauan Carteret di Papua Nugini dan ba- nyak kepulauan kecil lainnya di dalam Segitiga Terumbu Karang – berupa terumbu karang seluruhnya dan tidak akan ada, kecuali karena terumbu lingkaran pinggir yang melindunginya. Di seluruh Kawasan Segitiga Terumbu Karang, kira-kira 45% garis pantainya dilindungi oleh terumbu karang. Persentase tertinggi garis pantai yang terlindung ini ada di Kepulauan Solomon (70%) dan Filipina (65%). Manfaat ekonomi bersih per tahun dari terumbu karang yang melindungi garis pantai ini diperkirakan sebanyak US$ 387 juta bagi Indonesia dan US$ 400 juta bagi Filipina pada tahun 2000 (yang telah dikonversi menjadi nilai US$ pada tahun 2010).

5. Pengobatan Penyakit

Banyak spesies penghuni karang membentuk senyawa kimia yang rumit, misalnya bisa dan bela diri kimiawi, untuk membantu kelangsungan hidup mereka di habitat yang sangat bersaing ini. Banyak diantara senyawa tersebut memiliki potensi untuk dijadikan bahan dasar bagi obat-obatan yang dapat menyelamatkan nyawa manusia. Penjajakan dalam pengobatan atas penggunaan senyawa yang berasal dari terumbu karang ini hingga sekarang meliputi pengobatan kanker, HIV, malaria, dan penyakit lainnya. Oleh karena hanya sebagian kecil dari biota terumbu karang yang sudah diambil sebagai contoh, potensi masih besar untuk menemukan obat-obatan baru yang tidak ternilai.

D. Permasalahan di Ekosistem Terumbu Karang

Kondisi karang di Indonesia pada saat ini adalah 4% dalam kondisi kritis, 46% telah mengalami kerusakan, 33% kondisinya masih bagus dan kira-kira hanya 7 % yang kondisinya sangat bagus. Bertambahnya berbagai aktivitas manusia yarng berorientasi di daerah terumbu karang akan menambah tekanan dan sebagai dampaknya adalah turunnya kualitas terumbu karang. Jika kegiatan yang berhubungan dengan terumbu karang tidak segera dilakukan dengan baik maka persentase terumbu karang dengan kriteria kritis akan bertambah dengan cepat. Berikut bentuk – bentuk permasalahan yang ada di ekosistem terumbu karang

1. Pembangunan Pesisir

(19)

dimana penduduk di pesisirnya padat dan pembangunan mengancam lebih dari separuh terumbu karang.

Contoh kasus reklamsi pantai yang ada di Indonesia yang merusak terumbu karang adalah di wilayah perairan Makassar. Populasi dan kualitas terumbu karang di tiga pulau di pesisir Kota Makassar, Sulawesi Selatan, menurun drastis. Beberapa faktor eksternal dicurigai sebagai penyebabnya, termasuk proyek reklamasi untuk pembangunan Centre Point of Indonesia (CPI).

Hal ini terungkap dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Marine Science Diving Club

(MSDC) Universitas Hasanuddin, pada awal Desember 2015 lalu. Melalui metode point transect, penelitian ini menunjukkan adanya tren penurunan kualitas terumbu karang di tiga pulau yang diteliti, yaitu Pulau Barang Lompo, Barrang Caddi dan Samalona.

“Dari ketiga pulau yang kami teliti memang terlihat adanya penurunan populasi atau persentase ketertutupan terumbu karang dalam empat tahun terakhir. Yang paling parah terjadi di Pulau Samalona, pulau terdekat dari Kota Makassar,” ungkap Ketua MSDC, Hardin Lakota, di Makassar, Sabtu (9/1/2016).

Penelitian ini mengambil sampel di dua titik pada masing-masing pulau, yaitu di kedalaman 3 meter dan 7 meter, dengan panjang transek 100 meter. Jarak yang dianggap sudah mewakili pulau yang diteliti.

Menurut Hardin, untuk mengetahui kualitas karang bisa dihitung dari persentase karang hidup di masing-masing pulau yang diteliti. Indikatornya adalah jika kondisi ketertutupan antara 75-100 persen maka kualitasanya sangat baik. Antara 50 – 75 persen baik, dan jika di bawah 50 persen maka dikategorikan buruk.

“Hasilnya menunjukkan bahwa pada tahun 2015 ini kondisi ketertutupan karang rata-rata di angka 30-an persen, yang berarti termasuk dalam kategori buruk.”

Dari grafik yang ditunjukkan Hardin, menunjukkan bahwa di Pulau Barrang Caddi, kondisi terumbu karangnya sempat mengalami kenaikan pada tahun 2013, yaitu 67 persen, dari sebelumnya yang hanya 56 persen. Namun, pada tahun 2014 menurun menjadi 47 persen. Pada tahun 2015 kembali mengalami penurunan hingga 33 persen.

Grrafik 1 : Kondisi Terumu Karang Makassar ( Sumber : http://www.mongabay.co.id )

2. Pencemaran yang Berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS)

(20)

Segitiga Terumbu Karang, yang pembukaan lahan dan budidaya pertanian sering dilakukan di lereng yang curam dan di tempat yang bercurah hujan tinggi, pengaruhnya bahkan lebih jelas.Limpasan pupuk dan pestisida juga turut mengalir melalui sungai ke terumbu karang. Ternak dapat menambahi masalah ini melalui penggembalaan secara berlebihan atau limpasan kotoran ternak. Begitu mencapai pesisir, endapan, unsur hara, dan bahan pencemar menyebar ke perairan terdekat. Hutan mangrove dan padang lamun, yang dapat membantu menjebak endapan dan mengambil unsur hara dari air, dapat mengurangi dampak tersebut terhadap terumbu karang Lebih dari 45% terumbu karang di Kawasan Segitiga Terumbu Karang terancam oleh endapan dan pencemaran yang berasal dari DAS, yang lebih dari 15% dianggap menga- lamai ancaman tingkat tinggi. Ancaman ini tinggi terutama di banyak daerah di Filipina, Indonesia bagian tengah, Timor-Leste, dan seagian Kepulauan Solomon.

3. Pencemaran dan Kerusakan yang Berasal dari Laut

Kapal dagang, kapal pesiar, dan kapal penumpang dapat mengancam terumbu karang melalui buangan air dari lambung kapal yang tercemar, kebocoran bahan bakar, limbah cair yang tidak diolah terlebih dahulu, limbah padat, dan spesies penyerbu. Disamping itu, terumbu karang terpapar lebih banyak oleh kerusakan fisik secara langsung karena kapal kandas, jangkar, dan tumpahan minyak.

Pencemaran dan kerusakan yang berasal dari laut diperkirakan mengancam 4% terumbu karang di Kawasan Segitiga Terumbu Karang. Tekanan ini tersebar luas, yang berasal dari pelabuhan dan melalui jalur perlayaran ke mana-mana. Di kawasan tersebut, Singapura dan Brunei Darussalam merupakan dua negara dengan persentase tertinggi dalam hal ancaman terhadap terumbu karang dengan penyebab yang berasal dari laut. Ancaman terhadap terumbu karang di Timor-Leste, Filipina, dan Malaysia juga di atas rata-rata Kawasan Segitiga Terumbu Karang.

4. Penangkapan Berlebih dan Merusak

Di Kawasan Segitiga Terumbu Karang, hampir 114 juta penduduk tinggal di pesisir dalam jarak 30 km dari terumbu karang; sebagai akibatnya, tekanan akibat penangkapan ikan terhadap terumbu karang tinggi. Meskipun penangkapan ikan karang yang dikelola dengan baik dapat menjadi sum-berdaya yang lestari, bertambahnya penduduk pesisir, cara penangkapan ikan yang lebih efisien, dan bertambahnya per- mintaan dari pariwisata dan pasar internasional telah berdampak besar terhadap cadangan ikan di seluruh kawasan tersebut. Terumbu karang yang mengalami penangkapan habis-habisan menyisakan kebanyakan ikan kecil dan menjadi rawan terhadap pertumbuhan makroalga secara berlebihan dikarenakan ketiadaan herbivora agak besar yang memakan alga tersebut. Terumbu karang yang mengalami penangkapan berlebih umumnya tampak kurang ulet terhadap penyebab tekanan, lebih rentan terhadap penyakit, dan lebih lambat pulih dari dampak lain kegiatan manusia.

Cara penangkapan yang merusak, misalnya penggunaan bahan peledak untuk membunuh

(21)

Umumnya, perbuatan tersebut menggunakan sianida untuk memabukkan dan menangkap ikan hidup-hidup sebagai ikan karang hidup untuk konsumsi atau perdagangan ikan hias yang menguntungkan. Racun tersebut dapat memutihkan karang dan membunuh polip karang. Nelayan sering membongkar karang untuk mengambil ikan yang mabuk sedangkan spesies lainnya

di sekitarnya mati atau dibiarkan rentan untuk dimangsa. Penangkapan yang tidak lestari merupakan ancaman setempat yang paling luas terdapat di Kawasan Segitiga Terumbu Karang. Hampir 85% terumbu karang terancam oleh penangkapan berlebih dan/atau merusak, dengan 50% dianggap mengalami ancaman tingkat tinggi. Penangkapan yang merusak dan mengancam hampir 60% terumbu karang di dalam kawasan Segitiga Terumbu Karang tersebut yang Indoneisa masuk di dalamnya. Hampir semua terumbu karang di Filipina, Malaysia, dan Timor-Leste dinilai terancam oleh penangkapan yang tidak lestari. Hanya Papua Nugini dan Kepulauan Solomon memiliki terumbu karang luas dengan ancaman tingkat rendah dari penangkapan yang tidak lestari karena letak terumbu karang yang jauh dari pusat permukiman berpenduduk banyak.

Salah satu contoh kasus penangkapan ikan yang merusak di Indonesia yaitu di Kepulauan Seribu. Kepulauan Seribu yang terletak di sebelah utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta memiliki 110 buah pulau. Kepulauan Seribu terkenal dengan keindahan terumbu karang dan ikan-ikannya. Hal ini tentu saja menarik perhatian komunitas sekitar untuk menangkap ikan-ikan cantik itu dan menjualnya di Jakarta. Pencari ikan hias menyelam di sekitar terumbu-terumbu karang untuk mencari ikan hias (biasanya jenis anemone). Untuk menangkap anemone, mereka menyemprotkan potas yang disimpan dalam botol aqua ke anemone yang berada di terumbu karang.

(22)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Terumbu karang adalah struktur fisik yang terbentuk oleh kegiatan banyak hewan karang kecil ( polip ) yang hidup dalam koloni besar dan membentuk kerangka kapur bersama-sama.Terumbu karang merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui. Pada umumnya terdapat di pinggir pantai yang masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut.

Persebaran ekosistem terumbu karang terdapat di 109 negara di dunia, namun ekosistem tersebut mengalami kerusakan di sekitar 93 negara. Distribusi terumbu karang terbesar di dunia adalah di Samudera Hindia yaitu sekitar 60%, dan paling kecil adalah di Karibia yaitu sekitar 15%. Terumbu karang yang dominan di Indonesia ialah terumbu karang tepi yang terdapat di pesisir Sulawesi, Maluku, Barat dan Utara Papua, Madura, Bali, dan sejumlah pulau-pulau kecil di luar pesisir Barat dan Timur Sumatera.

Terumbu karang memiliki potensi-potensi yang dapat memberikan manfaat bagi manusia maupun bagi lingkungan yaitu sebagai bahan pangan dan mata pencaharaian, diversitas hewan dan tumbuhan yang berasosiasi dengan terumbu karang, pariwisata, perlindungan garis pantai, dan sumber pengobatan berbagai penyakit.

Adapun permasalahan yang berkaitan dengan ekosistem terumbu karang yang terjadi di Indonesia antara lain pembangunan pesisir, pencemaran yang berasal dari DAS dan dari laut, serta penangkapan terumbu karang yang berlebihan dan bersifat merusak. Permasalahan tersebut dapat menyebabkan menurunnya jumlah spesies terumbu karang. Hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan jumlah spesies biota laut sebagai penghuni terumbu karang dan berkurangnya sumber pangan manusia, serta sumber matapencaharian nelayan.

B. SARAN

Untuk mengurangi dan mencegah berkurangnya spesies terumbu karang yang ada di Indonesia, maka ada beberapa tindakan yang harus dilakukan yaitu:

1. Menghentikan penangkapan terumbu karang secara liar 2. Melakukan konservasi terumbu karang

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Burkey, Lauretta dkk. 2012. Menengok Kembali Terumbu Karang yang Terancam di Segitiga Bermuda. World Resources Institute. Diakses Pada tanggal 12 Mei 2016 dalam situs http:// creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/3.0/

Aswidhafm. 2011.Terumbu Karang dan Permasalahannya. Diakses pada tanggal 12 Mei 2016 dalam

situs http://aswidhafm.blogspot.co.id/2011/06/terumbu-karang-dan-permasalahannya.html

Anonim. 2013. Ekosistem dan Ekologi . Diakses pada tanggal 12 Mei 2016 dalam situs

http://ekosistem-ekologi.blogspot.co.id/2013/02/uniknya-ekosistem-terumbu-karang.html

Ensiklopedia.Terumbu karang. Diakses pada tanggal 12 Mei 2016 dalam situs

https://ensiklopedia.id/terumbu-karang/

Ambari, M dkk. 2015. Wisata Terumbu Karang Belum Dimanfaatkan Maksimal. Kenapa?. Diakses

pada tanggal 12 Mei 2016 dalam situs http://www.mongabay.co.id/2015/08/21/wisata-terumbu-karang-belum-dimanfaatkan-maksimal-kenapa/

Kementerian Lingkungan Hidup. SELAMATKAN TERUMBU KARANG, SEKARANG!. Diakses pada

tanggal 12 Mei 2016 dalam situs http://www.menlh.go.id/selamatkan-terumbu-karang-sekarang/

Anonim. Makalah Terumbu Karang. Diakses pada tanggal 12 Mei dalam situs

https://www.academia.edu/6256039/Makalah_terumbu_karang

Dhamadharma. 2010. Ekosistem Terumbu Karang di Indonesia. Diakses pada tanggal 12 Mei 2010 dalam situs https://dhamadharma.wordpress.com/2010/05/04/ekosistem-terumbu-karang-di-indonesia/

Wikipedia. Terumbu Karang . Diakses pada tanggal 12 Mei 2016 dalam situs https://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang

Geoenviron. 2011. Potensi Terumbu Karang di Indonesia. Diakses pada tanggal 12 Mei 2016 dalam situs http://geoenviron.blogspot.co.id/2011/12/potensi-terumbu-karang-di-indonesia.html

S., Dedi. Ekosistem Terumbu Karang. Diakses pada tanggal 12 Mei 2016 dalam situs

Gambar

Gambar 1 : Terumbu Karang ( Sumber : World Resources Institute )
Gambar 2 : Taman Laut Bunaken ( Sumber : http://nicoseptadela.blogspot.co.id )
Gambar 3 : Kepulauan Banggai ( Sumber :
Gambar 5  : Coral Reef (Photograph by Raul Touzon, National Geographic )
+5

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat menjalankan sistem pada alat otomatisasi bel listrik yang perlu diperhatikan bukan hanya perangkat kerasnya saja, tetapi juga perangkat lunaknya ( software ) sebab

berpesan antara lain: “Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Tuhan kamu Esa, ayah kamu satu, tiada kelebihan orang Arab atas non Arab, tidak juga non Arab atas orang Arab, atau

MAHASISWA DALAM PENGISIAN KRS HARUS MENGISI KELAS SUPAYA NAMANYA TERCANTUM DALAM DAFTAR ABSEN KULIAH MAUPUN DAFTAR ABSEN

BBNI 8200‐8600. Harga saham Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) akhir pekan lalu rebound terbatas menyusul harganya  yang  sudah  jenuh  jual.  Sejak  pekan 

PT Sierad Produce Tbk (SIPD) sepanjang 2011 lalu membukukan penu- runan laba bersih hingga 64% mencapai Rp.22 miliar dibandingkan periode yang sama 2010 sebesar 61 miliar..

Penulis akan membahas rencana dan tujuan kriteria hasil yang mana setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8 jam, bahwa suhu tubuh pasien dalam rentang normal

Tabel 5.9 Crosstabulation Faktor Nafsu Makan terhadap Pertumbuhan Berat Badan Pada Balita di Wilayah Puskesmas Kota

 Nifedipine kerja cepat tidak dianjurkan oleh FDA untuk terapi hipertensi urgensi karena dapat menurunkan tekanan darah yang mendadak dan tidak dapat