• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALAT BANTU DAN NAVIGASI UDARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ALAT BANTU DAN NAVIGASI UDARA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Sistem Navigasi (Navigation System) dan Sistem

Penerangan (Lightning System) Pada Bandar Udara

I.

Sistem Navigasi (Navigation System)

Navigasi berasal dari bahasa latin navis dan agere. Navis diartikan kapal, dan agere diartikan sebagai pekerjaan memindahkan atau menjalankan. Dengan itu navigasi pada umumnya diartikan sebagai "pengetahuan sekaligus seni memindahkan kapal dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi, sesuai rencana" (disarikan dari beberapa ensiklopedia)

Dari definisi tersebut diatas, didapat pemahaman bahwa pengetahuan navigasi merupakan ilmu pengetahuan sekaligus seni tentang kegiatan memindahkan kapal (dengan berbagai aspek yang terkait di dalamnya) dari pelabuhan laut satu ke pelabuhan laut yang lain, yang ada di muka bumi.

Pengetahuan kemudian membagi kegiatan navigasi menjadi setidaknya tiga matra utama, yaitu:

Navigasi laut (sea navigation)

Navigasi darat (ground navigation)

Navigasi udara / penerbangan (Air navigation)

Dalam UU no 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, disebutkan bahwa : "Navigasi Penerbangan adalah proses mengarahkan gerak pesawat udara dari satu titik ke titik yang lain dengan selamat dan lancar untuk menghindari bahaya dan/atau rintangan penerbangan." Dengan demikian, ada beberapa unsur pengetahuan yang harus dipahami ketika akan mempelajari Navigasi Udara, yaitu :

(2)

Lokasi / posisi di muka bumi, sebagai tempat dimana kegiatan penerbangan dilakukan.

Perencanaan Penerbangan (Flight planning) sebagai safety culture yang dikembangkan oleh masyarakat penerbangan, agar kegiatan penerbangan dapat berlangsung dengan selamat, lancar, maka sepanjang jalur penerbangan, sepanjang kegiatan antara Jakarta - Surabaya yang dilakukannya, sang pilot harus mengandalkan kemampuan matanya sendiri (visual) untuk mengetahui posisinya, menghindari bahaya / rintangan di sepanjang jalan, dan lain-lain sampai mendarat di Surabaya.

(3)

Radio / Instrument Navigation, dengan cara ini seorang pilot melakukan kegiatan navigasi penerbangannya dengan bantuan radio instrument navigasi (navigational radio aids) yang ada di sepanjang jalur penerbangannya, maupun yang ada di ruang pemanduan lalu lintas penerbangan (ruang control ATC). Misalkan pesawat terbang dari Jakarta ke Surabaya, maka sepanjang jalur penerbangan, sepanjang kegiatan antara Jakarta - Surabaya yang dilakukannya, sang pilot akan mendapat bantuan dari ATC yang memanfaatkan radar, serta alat bantu navigasi lainnya yang dipasang di sepanjang jalur, yang dengan itu akan membantu pilot untuk mengetahui posisinya, menghindari bahaya / rintangan di sepanjang jalan, dan lain-lain sampai mendarat di Surabaya.

Radio Navigation

(4)

Dead Reckoning Navigation

Alat-alat bantu terhadap navigasi areal secara garis besar dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, alat-alat bantu eksternal, yaitu yang terletak di darat dan internal, yang dipasang di dalam kokpit pesawat terbang.

Beberapa alat bantu terutama diperlukan untuk penerbangan di atas samudra, alat-alat bantu lainnya hanya dapat digunakan untuk penerbangan dia atas daratan, dan terdapat alat-alat bantu yang dapat digunakan baik untuk penerbangan di atas daratan maupun di atas air.

Beberapa alat bantu hanya digunakan untuk bagian perjalanan, dan yang lainnya diperlukan di daerah terminal atau di dekat bandar udara.

Peralatan Sistem Navigasi Penerbangan

Air Traffic Controller (ATC)

(5)

dibutuhkan pilot (weather information atau informasi cuaca, traffic information, navigation information, dll).

Air Traffic Controller

Jangkauan Berfrekuensi Sangat Tinggi / VOR Station (Very-high-frequency Omnidirectional Range) Station

Kemajuan di bidang radio dan elektronika selama dan setelah perang dunia II mengakibatkan adanya pemasangan dari stasiun-stasiun VOR Station (Very-high-frequency Omnidirectional Range Station). Stasiun-stasiun tersebut mengirimkan sinyal radio ke segala penjuru. Setiap sinyal dapat dianggap sebagai rute, yang disebut radial, yang dapat diikuti oleh pesawat terbang.

(6)

stasiun VOR. Di dalam kokpit juga terdapat alat penunjuk penyimpangan posisi (PDI) yang menunjukkan hidung pesawat relatif terhadap arah dari radial yang dikehendaki dan apakah pesawat terbang terletak di kiri atau kanan dari radial.

Stasiun Pemancar VOR (Very-high-frequency Omnidirectional Range)

Alat Pengukur Jarak / DME (Distance-Measuring Equipment)

(7)

DME (Distance-Measuring Equipment)

Radar Pengawasan Jalur Udara

Sebenarnya radar bukanlah alat bantu untuk navigasi. Fungsi utamanya adalah memberikan letak dari setiap pesawat terbang melalui peraga visual kepada para pengendali lalu lintas udara sehingga mereka dapat mengatur jarak-jarak di antara pesawat tersebut dan menyelanginya apabila perlu. Meskipun demikian, radar dapat digunakan oleh para pengendali lalu lintas udara untuk menuntun pesawat terbang apabila diperlukan.

(8)

Sistem Pendaratan dengan Instrumen / Instrument Landing System (ILS)

Metode yang paling banyak digunakan adalah sistem pendaratan dengan instrumen (Instrument landing system / ILS). Sistem ini terdiri dari dua pemancar radio yang terletak di bandar udara yang bersangkutan, yang satu disebut penentu letak (localizer) dan yang lain disebut kemiringan luncur (glide slope). Penentu letak memberikan petunjuk kepada penerbang, apakah mereka berada di kiri atau di kanan jalur yang tepat untuk pendaratan di landasan pacu. Kemiringan luncur

menunjukkan sudut luncur di bawah, tepat menuju landasan pacu (sekitar 20 – 30).

Fungsi dari penentu letak dan fasilitas kemiringan luncur dipengaruhi oleh kedekatannya terhadap benda-benda yang bergerak, seperti gerakan kendaraan dan pesawat terbang. Benda-benda tetap yang terletak di dekat penentu letak dan fasilitas kemiringan luncur juga dapat mengganggu sinyal-sinyal radio.

Perubahan kemiringan yang tiba-tiba di daerah sekitar antena penentu letak juga tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan sinyal tidak dipacarkan dengan semestinya.

(9)

Sistem Pendaratan Mikrogelombang / Microwave Landing System (MLS)

Sistem ini memberikan jangkauan volumetrik untuk lintasan yang fleksibel dalam pendekatan, pendaratan dan pemberangkatan dan beroperasi pada frekuensi-frekuensi mikrogelombang.

ILS mempunyai sejumlah masalah sehingga mendorong perlunya pengembangaan sistem-sistem pendaratan yang lebih canggih. Tidak seperti pada ILS, yang hanya memberikan satu kemiringaan luncur, MLS memberikn sejumlah kemiringan pada bidang horisontal. MLS dapat dipakai oleh setiap rute yang dikehendaki sepanjang rute tersebut berada dalam suatu daerah yang bersudut 200 sampai 600 dari setiap sisi garis landasan pacu. MLS juga jauh lebih juat menelengkung yang tidak mempengaruhi daratan sebaanyak seperti pada rute-rute ILS.

(10)

Microwave Landing System (MLS)

Radar Pendekatan Presisi / PAR (Precision Approach Radar)

Pada sejumlah bandar udara, telah dipasang alat bantu pendaratan lain, yang dikenal sebagai radar pendekatan presisi (PAR) atau pendekatan kendali darat / GCA (Ground Control Approach). Pada layar PAR tergambar tampak atas dan ketinggian pesawat terbang yang sedang meluncur turun, jadi para pengendali dapat menentukan apakah suatu pesawat terbang berada pada lintasan luncur dan apakah pesawat itu sudah segaris dengan landasan pacu.

Namun para penerbang perusahaan penerbangan komersial hampir seluruhnya menggunakan ILS, karena PAR terlalu tergantung pada pengendali di menara pengendali dan tidak memberikan informasi langsung kepada penerbang.

(11)

Radar Pengawasan Bandar Udara / Airport Surveillance Radar (ASR)

Untuk memberikan gambaran menyeluruh kepada operator menara pengendali apa yang terjadi di dalam ruang angkasa di sekitar terminal, pada banyak bandar udara utama dipasang radar pengawasan bandar udara / ASR (Airport Surveillance Radar). ASR ini berputar 3600 dan informasi diterima pada sebuah layar dalam menara pengendali, titik horisontal relatif pesawat terbang digambarkan dengan titik-titik. Titik-titik pesawat terbang yang bergerak ini meninggalkan jejak yang bercahaya pada radar, yang menunjukkan arah gerak pesawat terbang dan dapat menunjukkan kepesatan pesawat terbang. ASR tidak menunjukkan atas pantulan sinyal dari kulit pesawat. Radar ini sering disebut radar primer (Primary radar).

Airport Surveillance Radar (ASR)

Pendeteksi Permukaan Bandar Udara / Airport Surface Detection Equipment (ASDE)

(12)

udara / ASDE (Airport Surface Detection Equipment) telah dikembangkan untuk membantu pengendali dalam mengatur lalu lintas udara. Pada layar radar tergambar landasan pacu, landas hubung dan daerah terminal.

(13)

II. Sistem Penerangan / Airfield Lighting System (AFLS)

Airfield Lighting System (AFLS) adalah alat bantu pendaratan visual yang berfungsi membantu dan melayani pesawat terbang selama tinggal landas, mendarat dan melakukan taxi agar dapat bergerak secara efisien dan aman. Airfield Lighting System (AFLS) meliputi peralatan-peralatan sebagai berikut:

Sistem Penerangan Pendaratan / Approach Lighting Systems (ALS)

Hal yang paling kritis dari pendekatan untuk pendaratan terjadi ketika pesawat menembus awan dan penerbang harus beralih dari peralatan navigasi dan harus menggunakan kondisi penglihatan. Untuk membantu dalam melakukan peralihan ini, dipasang lampu-lampu di dekat dan pada landasan pacu.

Approach Lighting Systems (ALS)

Lampu-lampu Petunjuk Ujung Landasan Pacu / REIL (Runway End Indentifier Lights)

(14)

Runway End Indentifier Lights (REIL)

Runway Edge Light

Runway Edge Light yaitu rambu penerangan landasan pacu, terdiri dari lampu-lampu yang dipasang pada jarak tertentu di tepi kiri dan kanan landasan pacu untuk memberi tuntunan kepada penerbang pada pendaratan dan tinggal landas pesawat terbang disiang hari pada cuaca buruk, atau pada malam hari.

(15)

Indikator Kemiringan Pendaratan / Visual Approach Slope Indicator (VASI) dan Indikator Lintasan Pendaratan Presisi / PAPI (Precision Approach Path Indicator)

Indikator Kemiringan Pendaratan / Visual Approach Slope Indicator (VASI) dan indikator lintasan pendaratan presisi / PAPI (Precision Approach Path Indicator), melalui sistem penerangan, memberikan kemiringaan luncur pada ILS. Sistem VASI diperuntukkan bagi penggunaan pada siang atau malam hari pada kondisi udara yang baik. Sistem itu tidak dapat digunakan untuk kondisi-kondisi penglihatan yang sangat jelek, sehingga memerlukan sistem yang lebih canggih yaitu PAPI yang memberikan suatu petunjuk kemiringan pendaratan yang lebih pasti bagi penerbang dan hanya menggunakan satu perangkat peralatan elektronik pada satu titik di ujung landasan pacu.

(16)

Indikator Lintasan Pendaratan Presisi / PAPI (Precision Approach Path Indicator)

Taxiway Light

Taxiway Light yaitu rambu penerangan yang terdiri dari lampu-lampu memancarkan cahaya biru yang dipasang pada tepi kiri dan kanan taxiway pada jarak-jarak tertentu dan berfungsi memandu penerbang untuk mengemudikan pesawat terbangnya dari landasan pacu ke dan atau dari tempat parkir pesawat. Taxiway Light terdiri dari:

o Taxiway Edge Light

Taxiway Edge Light berada di sisi kiri dan sisi kanan taxiway bandara. Lampu ini berwarna biru. Dengan adanya lampu ini, maka pada malam hari pilot akan terbantu dalam membedakan mana jalur yang menuju taxiway, runway, dsb.

(17)

o Taxiway Center Lights

Taxiway Centre Lights adalah lampu yang terletak pada normal centerline/yellow line atau garis kuning pada apron dan taxiway. Lampu ini terletak pada bagian kuning apron atau taxiway yang dipasang agak

(18)

Taxiway Stop Bar Lights

Prinsip Kerja Taxiway Stop Bar Lights

Runway Guard Lights

(19)

Runway Guard Lights

Apron Flood Lights

Apron Flood Lights adalah lampu yang digunakan untuk penerangan area apron saat malam hari saat ada pesawat yang menginap atau parkir, maupun di waktu siang hari pada saat cuaca buruk.

(20)

Rotating Beacon

Rotating beacon yaitu rambu penerangan petunjuk lokasi bandar udara, terdiri dari 2 (dua) sumber cahaya bertolak belakang yang dipasang pada as yang dapat berputar, sehingga dapat memancarkan cahaya berputar dengan warna hijau dan putih pada umumnya Rotating Beacon dipasang diatas tower.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukan bahwa kemampuan hasil belajar siswa bimbingan balajar lebih baik dari yang tidak Training, dan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dari siswa pada kedua

Dampak faktor eksternal terhadap kinerja ekspor kakao Indonesia menunjukkan bahwa meningkatnya produksi kakao Côte d’Ivoire sebesar 2% dan Ghana 18% (simulasi I)

Film kartun “Hal-hal Yang Tidak Diperbolehkan Dalam Shalat” menggunakan dubbing basah, yaitu membuat animasi terlebih dahulu pada flash, setelah penganimasian maka

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji asumsi distribusi gaya geser dalam konsep desain Pseudo elastis, serta memeriksa apakah partial side sway mechanism dapat

WITH CASCADED CHECK OPTION merupakan kebalikan dari LOCAL, yaitu memeriksa juga apakah merupakan bagian dari View lainnya. Jika dalam pembuatan View hanya ditulis WITH CHECK

Farhan Fahrezi Non Akademik 19 Juara II Membaca puisi Tingkat SMA/SMK/MA Dalam rangka bulan Bahasa Oleh Universitas Balikpapan Kota Balikpapan 2018 Ariela Chinta

Dimensi yang paling rendah atau peringkat terakhir dalam aspek kon- sumen (C1) adalah enlightened yaitu 2.4 skala. Pada dimensi ini responden menilai bahwa konsumsi

Sebagai hasil dari kegiatan tektonik selama zaman Tersier, Pulau Sulawesi bisa dibagi menjadi lima unit tektono-stratigrafi, yang dibatasi oleh sesar-sesar utama (Calvert &