• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Belajar Kognitif dalam pembelajara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teori Belajar Kognitif dalam pembelajara"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

TEORI BELAJAR KOGNITIF DALAM PRAKTEK PEMBELAJARAN

(Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Belajar Mengajar)

Dosen Pengampu Dr. Supriyanto, MA

Disusun Oleh :

Masrurin Baroroh [16040202054]

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM PASCASARJANA

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT Alhamdulillah, makalah ini yang berjudul “Teori Belajar Kognitif dalam Praktek Pembelajaran” sebagai tugas dari mata kuliah “Teori Belajar Mengajar”

Terimakasih kepada dosen pembimbing Bapak Dr. Supriyanto, M. A. yang telah membimbing dan memberikan mata kuliah Teori Belajar Mengajar kepada kami semua, semoga semua amalan dan ibadah diterima oleh Allah Ta’ala. Dan juga terimakasih kepada kepada semua pihak yang telah banyak menyuport dan membantu demi selesainya makalah ini.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...1

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

DESKRIPSI MATERI...4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...5

B. Rumusan Masalah...6

C. Tujuan...6

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Teori Belajar Kognitif...7

B. Pendapat Para Pakar tentang Teori Belajar Kognitif...9

C. Perumusan Tujuan Belajar pada Ranah Kognitif...13

D. Teori belajar kognitif dalam Pembelajaran...15

E. Pembelajaran PAI menggunakan Teori Belajar Kognitif...16

BAB III PENUTUP A. Simpulan...18

B. Saran...19

(4)

DESKRIPSI MATERI

Pada dasarnya belajar dengan pemahaman kognitif adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia yang menciptakan kapasitas (Creates the Capasity).

Teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan memfokuskan pada perubahan proses mental dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari upaya untuk memahami dunia.Teori belajar kognitif yang digunakan untuk menjelaskan tugas-tugas yang sederhana seperti mengingat nomor telepon dan kompleks seperti pemecahan masalah yang tidak jelas.

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Belajar juga dapat dipandang sebagai proses dalam upaya pencarian makna yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kompetensi personal. Belajar menurut teori belajar kognitif merupakan proses mental aktif untuk memperoleh, mengingat dan menggunakan pengetahuan.

Kegiatan aktivitas pembelajaran dibuat dengan tujuan untuk memfasilitasi siswa dalam mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran. Kompetensi mencerminkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat diperlihatkan oleh seseorang setelah menempuh proses pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran harus didasari pada teori-terori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

Teori belajar perlu dipahami oleh guru atau seorang pendidik dalam merancang proses pembelajaran yang efektif, efsien dan menarik. Pemahaman yang baik tentang teori-teori belajar dapat digunakan sebagai dasar untuk menciptakan kegiatan pembelajaran seperti yang diharapakan, salah satunya teori belajar kognitif.

(6)

Praktek pembelajaran adalah suatu subsistem yang merupakan bagian dari sebuah sistem. Jika dalam sebuah perjalana, sistemnya berubah, maka subsistemnya pasti berubah, oleh karena masing-masing kebutuhan subsistem harus memiliki titik temu dengan sistenya supaya sistem tersebut dapat mendukung subsistemnya secara berkelanjutan. Jadi perubahan sistemik yang terjadi pada sistem pembelajaran mesti diikuti oleh perubahan sistemik pada subsistem teori pembelajaran harus diikuti oleh perubahan paradigma pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan teori belajar kognitif?

2. Bagaimana Perumusan Tujuan Pembelajaran dalam ranah kognitif? 3. Bagaimana teori belajar kognitif terhadap pembelajaran PAI?

C. Tujuan

1. Mengetahui yang dimaksud dengan teori belajar kognitif;

(7)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Kognitif

Menurut Wundt kognitif adalah suatu proses aktif dan kreatif yang bertujuan membangun struktur melalui pengalaman-pengalaman. Wundt percaya bahwa pikiran adalah hasil kreasi para siswa yang aktif dan kreatif yang kemudian disimpan di dalam memori.

Teori belajar kognitif menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perceptual. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya. belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikiryang sangat kompleks.1

Menurut pendekatan kognitif, dalam kaitan teori pemrosesan informasi, unsur terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki setiap individu sesuai dengan situasi belajarnya. Apa yang telah diketahui siswa akan menentukan apa yang akan diperhatikannya, dipersepsi olehnya, dipelajari, diingat atau bahkan dilupakan. Perspktif kognitif membagi jenis pengetahuan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.2

1. Pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan yang dapat dinyatakan dalam bentuk kata atau disebut pula pengetahuan yang konseptual. Pengetahuan yang deklaratif rentangnya luas, dapat tentang fakta, konsep, generalisasi, pengalaman pribadi atau tentang hukum dan aturan.

2. Pegetahuan procedural, yaitu pengetahuan tentang tahap-tahap atau proses-proses yang harus dilakukan, atau pengetahuan tentang bagaimana

1 Budiningsih, DR. Belajar dan Pembalajara. Jakarta. Hal. 34

(8)

melakukan (how to do). Pengetahuan ini dicirikan oleh adanya praktik atau implementasi dari suatu konsep.

3. Pengetahuan kondisional, yaitu pengetahuan tentang kapan dan mengapa (when and why) suatu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural digunakan. Pengetahuan ini terkait dengan bagaimana mengimplementasikan baik pengetahuan deklaratif, maupun procedural. Pengetahuan ini amat penting karena menentukan kapan penggunaan konsep dan prosedur yang tepat dalam pemecahan masalah.

Dalam konteks kognivisme yang dianggap pengembanagan teori pemrosesan informasi yang justru Robert M. Gagne, yang kemudian dikembangkan oleh Geoerge Miller.3 Menurut Gangne, dalam pembelajaran terjadi proses peerimaan informasi yang selanjutnya diolah sehingga menghasilkan keluaran berupa hasil belajar.

Dalam pengolahan informasi terjadi interaksi antara kondisi-kondisi internal dengan kondisi eksternal individu. Kondisi internal adalah kondisi dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal serta proses kognitif yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsanag dari luar yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.4

Model pengolahan informasi merupakan model dalam teori belajar yang menjelaskan kerja motorik manusia yang meliputi Tiga macam system penyimpanan ingatan, yaitu :

1. Memori sensori, suatu sistem mengingat stimuli secara cepat. 2. Memori kerja, yaitu memori jangka pendek.

3. Memori jangka panjang. Berfungsi menyimpan informasi yang sangat besar dalam waktu yang lama.

B. Pendapat Para Pakar tentang Teori Belajar Kognitif

(9)

1. Teori Kogitif Gestalt

Pokok pandangan gestalt bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi.5 Pandangan gestalt lebih menekankan kepada perilaku molar.

Implementasi teori Gestalt dalam pembelajaran, antara lain :

a. Pengalaman tilikan (insight), kemampuan tilikan adalah kemapuan mengenali keterkaitan unsur-unsur dalam suatu peristiwa.

b. Pembelajaran bermakana (meaningful learning), kebermakaa unsure-unsur yang terkait dalam proses pembelajaran akan semakin efektif sesuatu yang dipelajari, hal ini akan sangat penting dalam pemecahan masalah.

c. Perilaku bertujuan (purposive behavior), maknanya perilaku terarah pada tujuan. Proses pembelajaran akan sangat efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapai dari suatu proses pembelajaran tersebut.

d. Prinsip ruang hidup (life space), bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan di mana ia berada. Materi pembelajaran hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan ditempat siswa tinggal dan hidup. Konsep ini dikembangkan oleh Lewin.

e. Transfer dalam belajar, transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu maslah dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam pemecahan masalah.

2. Teori belajar medan kognitif dari kurt lewin

Kurt lewin mengembangkan teori belajar medan kognitif (cognitive feld menitikberatkan perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial, karena pada hakikatnya masing-masing individu berada didalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis, yang disebut life space. Life space mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi,

(10)

misalnya orang yang dijumpai, fungsi kejiwaan yang dimiliki dan objek material yang dihadapi.6

Jadi, tingkah laku merupakan hasil inteaksi antar kekuatan, baik yang berasal dari dalam diri individu, seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan, maupun yang berasal dari luar diri individu, seperti tantangan dan permasalahan yang dihadapi.7 Dalam pencapaian tujuan seorang individu selalu ada hambatan atau tantangan yang harus dihadapi. Sehingga motivasi internal akan muncul karena untuk mencapai suatu tujuan dengan menghadapi hambatan diperlukan motivasi dalam diri, dengan demikian peran motivasi jauh lebih penting daripada hadiah.

3. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Teori perkembangan kognitif disebut pula teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan mental. Menurut Piaget, perkembangan kognitif adalah suatu proses genetik yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf.8 Piaget cenderung menganut teori psikogenesis, artinya pengetahuan sebagai hasil belajar berasal dari dalam individu. Proses berpikir anak merupakan suatu aktivitas gradual, tahap demi tahap dari fungsi intelektual, dari konkret menuju abstrak.9

Menurut Piaget Secara garis besar skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya dibagi dalam empat periode utama atau tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Tahap sensori motor ( sejak lahir sampai sekitar 2 tahun) b. Tahap pra-operasional ( sekitar usia 2 – 7 tahun)

c. Tahap operasional konkret ( sekitar 7- 11 tahun)

d. Tahap operasional formal ( usia 11 tahun dan seterusnya)

Perkembangan skema adalah universal dalam urutannya, artinya semua pembelajar di seluruh dunia memang harus melewati tahap sensori

6 Djaali, 2011, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Hal. 75 7 Djaali, 2011, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Hal. 76

(11)

motor sampai kepada tahap operasional formal.10 Menurut Piaget (Semiawan, 2002 : 51-52) semua perkembangan skema bersifat universal bagi seluruh umat manusia, sehingga implikasinya bagi pendidikan adalah kita tidak dapat mengajarkan sesuatu pada seseorang bila belum ada kesiapan yang merujuk kepada kematangannya.11

Piaget mengembangkan konsep adaptasi dengan dua varian yaitu asimilasi dan akomodasi. Adaptasi yaitu struktur fungsional, sebuah istilah yang digunakan Piaget untuk menunjukkan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses pengembangan kognitif.12 Akomodasi yaitu menciptakan langkah baru atau memperbaharui atau menggabungkan isitlah/konsep lama menghadapi tantangan baru.13 Jadi, asimilasi terjadi perubahan pada objeknya, sedangkan pada akomodasi perubahan pada subjeknya, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan objek yang ada diluar dirinya.14

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.

b. Anak-anak akan belajar lebih baik bila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.

c. Bahan yang harus dipejarai anak hendaknya dirasakan sebagai bahan baru tetapi tidak asing.

d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

e. Didalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.

Konsep Piaget langkah-langkah pembelajaran meliputi aktivitas sebagai berikut :

a. Menentukan tujuan pembelajaran b. Memilih materi pembelajaran

10 Suyono, Haryanto, 2011, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Hal. 85 11 Ibid, Hal. 85

12 Suyono, Haryanto, 2011, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Hal. 86 13 Ibid, Hal. 86

(12)

c. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif d. Menentukan kegiatan belajar yang sesuai dengan topik-topik

e. Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreativitas dan cara berpikir siswa

f. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

4. Teori Discovery Learning dari Jerome S. Bruner

Dasar teori Bruner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif saat belajar di kelas. Konsepnya dalah belajar dengan menemukan, siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir anak.15

Menurut Bruner seiring dengan terjadinya pertumbuhan kognitif para pembelajar harus melalui tiga tahapan perkembangan intelektual itu menurut Bruner meliputi :

a. Enaktif, seseorang belajar tentang dunia melalui respon atau aksi terhadap suatu objek.

b. Ikonik, pembelajarn terjadi melalui penggunaan model dan gambar-gambar dan visualisasi verbal.

c. Simbolik, siswa mampu menggambarkan kapasitas berpikir dalam istilah yang abstrak.

Tujuan pokok pendidikan menurut Bruner adalah guru harus memandu para siswa sehingga mereka dapat membangun basis pengetahuannya sendiri dan bukan karena diajari melalui memorisasi hafalan.16

Teori pembelajaran dari Jerome Bruner adalah teori pembelajaran konsep atau pembelajaran kategori atau dikenal sebagai pemerolehan konsep.17

Jadi, pembelajaran konsep adalah strategi yang mempersyaratkan seorang pembelajar untuk membandingkan dan mengontraskan seorang

(13)

pembelajar untuk membandingkan dan mengontraskan kelompok-kelompok atau kategori-kategori yang mengandung cirri-ciri konsep yang relevan dengan kelompok atau kategori yang tidak mengandung cirri-ciri konsep yang relevan.18

Langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner sebagai berikut : a. Menentukan tujuan pembelajaran

b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa c. Memilih materi pelajaran

d. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif e. Mengembangkan bahan-bahan belajar

f. Mengatur topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, dari tahap enaktif, ikonik, ke simbolik g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

C. Perumusan Tujuan Belajar pada Ranah Kognitif

Menurut Bloms Taxonomy Perumusan Pembelajaran sebagai berikut : 1. Pengetahuan

Pengenvtahuan didefinisikan sebagai suatu ingatan terhadap materi yang telah dipelajari. Hal itu meliputi ingatan terhadap jumlah materi yang banyak, dari fakta-fakta yang khusus hingga teori-teori yang lengkap. Namun, yang dikehendaki di sini ialah menyampaikan informasi yang tepat ke dalam pikiran. Level pengetahuan adalah level hasil belajar yang paling rendah dalam tataran ranah kognitif.

2. Pemahaman

Pemahaman diartikan sebagai suatu kemampuan menangkap makna suatu bahan ajar. Hal itu dapat diperlihatkan dengan cara :

a. Menerjemahkan behan dari suatu bentuk ke bentuk lain (seperti huruf ke angka)

b. Menafsirkan bahan (menjelaskan atau meringkas)

(14)

c. Mengistimasi trend masa depan (seperti memprediksi konsekuensi dan pengaruh).

Hasil pembelajaran untuk level ini lebih tinggi dari sekedar hafalan; dan level ini merupakan tingkat pemahaman yang paling rendah.19

3. Penerapan

Penerapan yang dimaksudkan menunjuk pada kemampuan menggunakan bahan ajar yang telah dipelajari pada situasi yang baru dan konkret. Hal itu meliputi hal-hal, seperti penerapan atauran, metode, konsep, prinsip, hukum, dan teori-teori. Hasil pembelajaran level ini menurut tingkat pemahaman yang lebih tinggi dari kedua level sebelumnya.

4. Analisis

Analisis menuntut suatu kemampuan menilah-milah suatu bahan pada bagian-bagian komponennya sehingga stuktur bahan tersebut dapat dipahami. Hal itu meliputi identifikasi bagian-bagian itu, dan pengenalan terhadap prinsip-prinsip pengorganisasian yang unsur yang terkait. Level ini lebih tinggi dari level pemahaman dan penerapan karena level ini menuntut dua pemahaman sekaligus yaitu pemahaman terhadap isi dan bentuk struktur materi.

5. Sintesis

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk menghimpun atau menyatukan bagian-bagian atau elemen-elemen untuk membentuk pola baru. Termasuk dalam kategori level ini adalah bentuk komunikasi yang unik (tema atau pidato), rancangan operasional (proposal penelitian) atau skema yang megklasifikasikan informasi. Hasil belajar level ini menekankan pada prilaku kreatif, dengan kekhususan pembentukan pola baru dari suatu struktur.

6. Evaluasi

(15)

Evaluasi merujuk pada kemampuan untuk memutuskan atau menentukan nilai suati materi (pernyataan, puisi, novel, laporan penelitian) untuk suatu tujuan yang telah ditentukan. Putusan-putusan tersebut tentu harus didasari kriteria yang pasti. Kriteria tersebut bisa bersifat internal (pengorganisasian) atau eksternal (relavansinya terhadap tujuan), dan bisa menentukan kriteria sendiri atau diberikan kriteria. Hasil belajar level ini adalah level yang paling tinggi dari ranah kognitif karena mengandung semua unsur dari level sebelumnya ditambah dengan penetapan nilai secara sadar yang didasari kriteria yang pasti.20

D. Teori belajar kognitif dalam Pembelajaran

Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan.

Dalam merumuskan pembalejaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavoristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarnya mengkuti prinsip-prinsp sebagai berikut : 1. Siswa bukan sebagai oang dewasa yang muda dalam proses berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu. 2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan

baik, terutama jika menggunakan bnda-benda konkret.

3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan seswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.

4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.

(16)

5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi belajar disusun dengan menggunakan pola dan atau logika tertentu, dari sederhana kekompleks.

6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.

7. Adanya perbedaaan individual pada diri siswa perludiperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan lajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampan berfikir, pengetahuan awal dan sebagainya.

E. Pembelajaran PAI menggunakan Teori Belajar Kognitif 1. Penerapan Materi PAI Pada tingkat Sensori Motorik

Pada tahap sensori motor, anak belajar menggunakan inderanya, sehingga pembelajaran PAI dapat dilakukan dengan mengenalkan indera anak terhadap materi agama Islam. Misalnya, memperdengarkan anak pada bunyi-bunyian al-Quran, meletakkan anak disamping orang yang sedang melakukan shalat, mengikutsertakan anak ketika pergi ke masjid, mengucapkan salam, dan membiasakan berdoa sebelum melakukan pekerjaan.

2. Penerapan Pada tingkat Praoperasional

(17)

sejarah Islam. Dengan imajinasi yang tinggi, anak akan dapat melakukan reka ulang kejadian yang diceritakan dengan cara mereka sendiri. Cerita-cerita itu akan terinternalisasi dalam pikiran anak hingga dewasa.

Pada tahap praoperasional, anak bersikap kritis dengan mengajukan banyak pertanyaan. Anak pada tahap ini sering bertanya, kenapa? Sehingga seringkali orangtua merasa kesulitan ketika anak bertanya tentang masalah21

Ketuhanan atau hal-hal ghaib. Namun, berbohong kepada anak karena merasa anak tidak mengerti merupakan kesalahan besar. Anak akan mengingat kebohngan itu hingga dewasa. Begitupula dengan mengatakan „sudah jangan tanya-tanya lagi‟ akan membuat anak tidak berani bersikap kritis.

3. Penerapan Pada tingkat Operasional Konkrit

Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir logis namun masih belum mampu berpikir abstrak. Pembalajaran PAI pada tahap ini dapat menggunakan logika dalam menanamkan materi. Misalnya ketika anak bertanya mengenai cara malaikat rokib dan atid mencatat amal seluruh orang di dunia. Orang yang lebih dewasa dapat menjelaskan dengan menganalogikan dengan CCTV, dengan malaikat rokib atid sebagai pengawasnya.

4. Penerapan Pada tingkat Operasional Formal

Pada tahap ini remaja sudah mampu berpikir abstrak sehingga pembelajaran PAI dapat dilakukan dengan metode diskusi ataupun problem solving. Misalnya pada pelajaran sejarah Islam. Pada materi tahkim, siswa tidak saja hafal rentetan sejarah yang terjadi tetapi juga bisa menganalisa mengapa peristiwa tahkim terjadi, apa akibat peristiwa tahkim pada masa setelahnya serta dapat melakukan analisa mengenai apa yang terjadi seandainya peristiwa tahkim tidak pernah terjadi.

(18)

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

Teori belajar kognitif menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perceptual. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya. belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikiryang sangat kompleks.

Pokok pandangan gestalt bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi. Kurt lewin mengembangkan teori belajar medan kognitif (cognitive feld menitikberatkan perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial, karena pada hakikatnya masing-masing individu berada didalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis, yang disebut life space. Life space mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi, misalnya orang yang dijumpai, fungsi kejiwaan yang dimiliki dan objek material yang dihadapi.

(19)

Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan.

Dalam merumuskan pembalejaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavoristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa.

B. Saran

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, D. C. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djaali. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hariyanto, S. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Hisyam Zaini, d. (202). Desain Pembelajaran di Perhuruan Tinggi. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

(5) To determine the influence of significant jointly teacher competence, certification and motivation to work on teacher performance clump of Islamic education in

Perubahan regulasi setelah pencabutan PSAK 32 akan menyebabkan alokasi biaya lingkungan perusahaan yang dalam hal ini saldo beban pengembangan lingkungan pada akun beban

Namun karena kurang optimalnya sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat, dalam hal ini sosialisasi dan kegiatan pemberdayan hanya didominasi oleh laki-laki paruh baya

Sedangkan Elhassade & Balha (2016) hanya menemukan nilai APTT yang signifikan lebih rendah pada penderita DMT2 di Libya dibandingkan dengan kelompok kontrol sedangkan PT

Karena plastik banyak ditemukan, maka untuk bahan dasar pembuatan PROTANTIK ini tidak perlu mengeluarkan modal yang besar, tetapi setelah

Antena mikrostrip menghasilkan frekuensi multi-wideband yang artinya bahwa antena mikrostrip ini dapat berkerja pada lebih dari satu band frekuensi untuk komunikasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang terdiri dari bukti fisik, kehandalan, ketanggapan, jaminan dan empati secara bersama-sama berpengaruh