• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

(PSDA)

Dosen :

(2)

BAB III

SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Hujan ( Presipitasi )

dapat dikatakan sebagai

sumber

segala air

yang ada

dipermukaan bumi

ini.

Hujan

terjadi karena ada

proses

kondensasi

dari

partikel-partikel uap air

di

udara

yang

bergabung

menjadi

awan

, kemudian berubah

menjadi

butir-butir air

yang

jatuh

ke muka

bumi menjadi

hujan

.

(3)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Karakter hujan yang penting diketahui adalah :

Intensitas Hujan, yang dinyatakan dalam mm/jam.

Jumlah Hujan

dalam

satuan waktu, misalnya harian,

mingguan, bulanan maupun tahuan ( Durai Hujan )

Distribusi Hujan dalam ruang dan waktu.

Sifat distribusi hujan

dalam

ruang akan berkaitan dengan

persoalan menghitung

volume air hujan

yang

jatuh ke dalam Daerah Pengaliran Sungai ( DPS ).

(4)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Kenyataannya, ketebalan hujan yang jatuh pada suatu DPS untuk suatu peristiwa hujan diukur

hanya pada beberapa

tempat penakar hujan ( Ombro Meter ).

Nilai ketebalan hujan yang tercatat pada tempat penakar hujan disebut nilai-nilai titik ( point values ).

Persoalan yang kemudian timbul adalah mencari ketebalan hujan merata dalam suatu DPS agar dapat memperkirakan volume hujan pada DPS.

(5)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Dalam kaitan pengembangan sumber daya air, oleh Dr. Kuifer

pada bukunya Water Resources Development membagi fungsi hidrologi atas kegiatan-kegiatan sbb. :

a. Inventarisasi sumber air, seperti :

-

Pengumpulan

data aliran atau debit, hujan, air tanah

- Pencatatan-pencatatan kembali

data-data yang hilang

dengan cara khusus tertentu.

-

Pengolahan

data-data, seperti data-data mentah menjadi kurva durasi ( duration curve ), kurva massa ( massa curve ), sehingga dengan itu dapat dibuat appraisal ( taksiran ) yang cepat terhadap sumber air yang ada.

(6)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

b. Perencanaan Proyek ( Planning ), contoh :

o

Penetapan

debit tersedia (

dependable flow

) Irigasi

o Kehilangan air / menuap (

evaporation

) rencana Waduk o

Perhitungan

kebutuhan air (water requirement) Tanaman

c. Perencanaan Teknis ( Design ) dari

bangunan-bangunan

air, seperti :

o Debit rencana dari pelimpah (spill way) waduk

o Debit banjir rencana (design flood), untuk perhitungan

tanggul sungai, tinggi rencana coffer dam.

(7)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

d. Analisa ekonomi, misal :

o Kurva durasi dapat memberikan gambaran kasar

manfaat

/benefit dari tenaga air (

power

) dan irigasi.

o Periode frequency banjir (

flood frequency periode

)

keuntungan

sarana pengendalian bajir (

flood control

) e. Eksploitasi Proyek, yaitu :

o

Meningkatkan

efisiensi eksploitasi waduk (inflow

outflow)

o Prakiraan debit (

flow forecasting

) dalam musim hujan /

banjir peramalan dan peringatan banjir (

flood warning

system).

(8)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Dari uraian tersebut diatas jelas bahwa semua fungsi akan dapat dicapai bila data-data yang baik dalam arti

teliti

dan

cukup terkumpul

sebelumnya.

Untuk wilayah Jawa pada umumnya sudah ditangani dengan baik, sehingga data-2 tsb sudah

cukup

lumayan

Untuk daerah

diluar

pulau Jawa

masih

kurang, karena itu program pengumpulan (monitoring) data hidrologi yang

teratur

dan

kelangsungannya

perlu dipersiapkan.

(9)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Neraca Air adalah suatu cara analisisi dengan persamaan neraca ( air ) yang

berdasarkan pada

hukum kekekalan massa yang menyatakan bahwa suatu zat

tidak dapat

diciptakan atau dimusnahkan,

tetapi

suatu zat

dapat

berubah bentuknya.

Persamaan neraca air ini

memperlihatkan

besaran masukan ( inflow / gain ) dan keluaran ( outflow / losses ) serta storage.

(10)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Berbeda dengan neraca akuntansi yang periode waktunya

sesaat

.

Maka pada neraca air yang mempunyai periode waktunya

tidak

sesaat, terpaksa selalu ada penyeimbang S ( Storage ) yaitu sesuatu yang

bersifat

dinamis

selama

interval waktu yang dilihat.

Persamaan umum dari Neraca Air adalah :

Masukan = Keluaran ± Storage

I = O ±  S

(11)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Jelas bahwa suatu persamaan neraca air akan mempunyai makna hanya apabila ditetapkan dua hal sebagai pembatas, yaitu :

 Suatu Panjang Sungai atau Saluran tertentu

 Suatu Petak Irigasi tertentu ( tersier, sekunder atau

satu jaringan irigasi )

 Suatu Daerah Pengaliran Sungai ( DPS ) atau Sub

Wilayah Sungai dan Wilayah Sungai

 Dst.

(12)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Sebagai contoh : Neraca Air untuk sebuah Waduk dengan

periode 15 ( lima belas ) hari atau bulanan ( 30 hari ).

Parameter-parameternya terlihat sebagaimana didalam daftar , sebagai berikut :

Maka Persamaan Neraca Air menjadi sebagai berikut :

I + P + U + S = Oi + Os + E + Ss

3. Neraca Air ( Water Budged / Water Balance )

Masukan = increments = gain Supply = inflow

Kehilangan = decrements = losses Drainage = outflow

2. Pengambilan Irigasi / Tenaga Air Oi

3. Melimpas (spill way / outflow) Os

(13)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

b. Pereode tertentu dan Spesifik, misalnya :

t = 1 jam t = 1 hari t = 1 tahun t = 5 tahun t = 10 tahun dst.

Tergantung sistem yang ditangani.

(14)

E P

U I

Os

Oi

Ss

(15)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

a. Pengukuran Lapangan Debit Air

Cara Area Velocity Area

Rumus : Debit adalah

sama dengan

kecepatan air

kali

luas penampang air.

Q =

Vi . Ai

4. Pengumpulan data.

(16)

1 2 3 4

diukur

V rata-rata

diukur

Gambar penampang aliran sungai

+

+

+

+ +

+

(17)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Penampang aliran dibagi atas beberapa bagian setiap bagian luas Ai, seperti gambar.

Kecepatan air ditiap bagian diukur dengan alat pengukur kecepatan ( current meter ) pada penampang melintang gam bar tsb. Diatas, dapat memperlihatakan profil kecepatan.

Pengukuran dapat dilakukan di satu titik, dua titil atau lebih tergantung persyaratan ketelitiannya.

Misalnya debngan pengukuran dua titik pada kedalaman h = 0,20 d dan h = 0,80 d, maka :

V . 0,20 d + V . 0,80 d V rata-rata = ---

2

(18)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Alat ukur ( current meter ) yang biasa digunakan ada dua macam, yaitu :

 Tipe Mangkok ( Price ), seperti gb. 2.3.3a.  Tipe Propeller , seperti gb. 2.3.3b.

Pada tipe Mangkok, begitu alat dimasukan ke air, mangkok akan berputar, as perputarannya

tegak lurus

pada aliran. Pada tipe Propeller, baling-baling akan berputar begitu alat

dimasukkan kedalam air, as perputaran propeler adalah

paralel

dengan arah aliran.

Untuk setiap alat ukur tentunya sudah ada

konversi

hubungan kecepatan air dengan jumlah pputaran alat (ini perlu

dikalibrasi

).

(19)

BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI

(20)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Cara Lengkung Debit ( Stage Discahrege Relation )

cara lengkung debit ini adalah dengan ca5ra membuat grafik atau kurva hubungan tinggi air dan debit atau sering disebut lengkung debit ( Rating Curve ) yang dari data-data yang sudah dibuat dengan

rumus-rumus

hidraulik, tetapi telah dikalibrasi juga dengan pengukur debit (lihat gb.2.3.4).

Tinggi muka air pada sungai atau saluran

diamati

dengan alat ukur yang bisa dibaca secara manual ( staff gauges / peil schall ) atau secara otomatis yanitu dengan alat Automatic Water Level Recorder ( AWLR )

pecatatan

dapat

langsung

dapat dilihat pada kertas printout dan secara minguan atau bulanan baru diganti ( lihat gb. 2.3.6).

(21)

BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI

4. Pengumpulan Data

a). Aliran tak tetap. b). Aliran tetap.

muka air naik muka air turun

h

Q ( debit )

h

Q ( debit )

(22)

BAB III

SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

(23)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Rumur - rumus hidraulik yang sering digunakan ialah, sebagai berikut :

o Pada saluran terbuka :

(24)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

(25)

BAB III

SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

4. Pengumpulan Data

hv

h E

V2

---- 2G

hc = 2/3 . E

garis energi

(26)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

b. Kelengkapan Data - data :

Didalam hal-hal dimana data-data yang tersedia kurang lengkap, maka untuk mengatasinya dapat ditempuh dengan cara-cara sebagai berikut :

o Jika elevasi level danau atau sungai tersedia, maka dengan

rumus-rumus hidaulik akan dapat dibuat hitungan perkiraan debit.

o Apabila data-data ada yang terputus-putus, kekurangan

tsb. Dapat dilengkapi dengan sistem korelasi antar sdtation-station pada periode waktu tertentu ( hari, minggu, dst.)

o Bila tidak ada station yang terdekat, sedang data yang

tersedia pendek, cara melengkapinya dapat dengan mem-plot hidrograp semua aliran yang ada, kemudian hidrograph dihubungkan dengan data hujan dan teperatur atau evaporasi yang biasanya tersedia.

(27)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

b. Kelengkapan Data - data :

Didalam hal-hal dimana data-data yang tersedia kurang lengkap,

maka untuk mengatasinya dapat ditempuh dengan cara-cara sebagai berikut :

o Jika elevasi level danau atau sungai tersedia, maka dengan

rumus-rumus hidaulik akan dapat dibuat hitungan perkiraan debit.

o Apabila data-data ada yang terputus-putus, kekurangan tsb.

Dapat dilengkapi dengan sistem korelasi antar sdtation-station pada periode waktu tertentu (hari, minggu, dst.)

o Bila tidak ada station yang terdekat, sedang data yang tersedia

pendek, cara melengkapinya dapat dengan mem-plot hidrograp semua aliran yang ada, kemudian hidrograph dihubungkan dengan data hujan dan teperatur atau evaporasi yang biasanya tersedia.

(28)

BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI

4. Pengumpulan Data

koreksi

St = B

Station A ( debit )

(29)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

o Jika data atau catatan yang ada amat sedikit dan tidak ada

station berdekatan yang lengkap datanya, keadaan akan lebih sukar. Dalam hal seperti ini cara yang dapat dipakai adalah

dengan memperbandingkan DPS ( Drainage Basin ) tsb

dengan DPS lain yang ada datanya dan dilakukan pengamatan

di lapangan secara fisik dan sejarah daerah tsb dari penghuninya.

o Jika tidak ada DPS yang dapat dipakai sebagai pembanding,

maka cara yang ditempuh adalah dengan perhitungan besarnya

run-off secara sintesa. Yaitu dengan memperkirakan hujan,

infiltrasi dan bentuk-2 hidrograph sampai dengan dibuat

sebuah syntetic unit hidrograph untuk DPS yang ditinjau

serta dapat ditambah dengan melakukan pengamatan

dilapangan secara fisik dan sejarah tsb dari penghuninya agar

lebih dapat mendekati kebenarannya.

(30)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Cara paling sederhana untuk memperlihatkan arti dari data-data hujan atau debit sungai ialah dengan menghitung harga rata-rata ( rerata ), harga minimum dan harga maksimum. Sebelumnya kita perlu mengetahui perhitungan dasar yang biasa

digunakan, yaitu :

a) Menghitung Rerata Tebal Hujan (Methode : Aljabar,

Polygon, Isohyet dan Kriging)

b) Durasi dan intensitas hujan.

c) Aliran air dalam DPS

akibat

hujan (aliran permukaan,

lengas tanah, aliran dibawh pemukaan, pengisian cekung-2 air, uap air)

d) Proposi air hujan

menjadi

berbagai bentuk

e) Rumus Rasional

f) Analisa Statistik ( Hidrograf, Kurva Mass, Kurva Durasi,

Kurva Frequensi )

(31)
(32)

BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI

5. Pengelolaan Data ( Data Prosessing )

Bagian hujan yang langsung pada alur sungai

K

(33)

BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI

5. Pengelolaan Data ( Data Prosessing )

Satu contogh “ Rating Curve “

(34)

BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI

5. Pengelolaan Data ( Data Prosessing )

o Kecepatan rerata aliran dalam

saluran : v1 = 1,0 m/dt

 Pertanyaannya : Berapa debit puncak dan bagaimankah ben- tuk hidrografnya ?.

(35)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Jawaban :

Jika terjadi tc > tr, maka perlu dicari luasnya daerah hujan yang mempengaruhi debit puncak.

(36)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

(37)
(38)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Pertanyaan pada contoh no 1 telah terjawab,

namun kita perlu merenung :

o

Mengapa

hidrograf

berbentuk

segi tiga

?.

o

Kenapa

waktu

hidrograf

=

500

menit ?.

(39)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Contoh 2 :

Diketahui : Data-data sama dengan contoh 1, kecuali

lamanya hujan ( tr ) adalah 6 jam

Pertanyaannya : sama dengan soal contoh 1,

yaitu : berapa debit puncak dan

bagaimanakah bentuk

hidrografnya ?.

Jawaban : ... ?, kenapa ... ?.

(40)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Contoh 3 :

 Diketahui : Data-data sama dengan contoh 1,lamanya hujan ( tr )

tetap 250 menit, tetapi kondisi alirannya dan saluran pada daerah yang ditinjau diputar seperti gambar dibawah ini

 Pertanyaan : Gambarlah luas daerah hujan yang mempengaruhi

debit puncak dan hitunglah besarnya debit tersebut,

(41)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Contoh 3 :

 Jawab :

Ternyata tc > tr, maka daerah yang diperhitungkan berkontribusi untuk

menimbulkan debit maksimum adalah bagian yang diarsir dan untuk menetukan luasan daerah tersebut, adalah :

XT (m) 2 (km)

--- + --- = tr, diketahui tr = 250 menit.

0,10 m/det 1 m/det

{ XT m / 0,10 m/det } + 2.000 m = 15.000 det.

XT m / 0,10 m/det = 13.000 det  Jadi XT = 1.300 m’.

Dengan cara yang sama akan didapat : XS = 1.500 m’.

(42)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Contoh 3 :

 Jawab :

Debit maksimum dapat dihitung sebagai berikut :

o Q

max = C . i . A

= 0,40 (10 x 10–3 / 3.600 x ½ (1.300 + 1500) x 2 x 2 x 106 m3/det.

(43)

BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI

5. Pengelolaan Data ( Data Prosessing )

(44)

Tinggi air ( m’ )

W

ak

tu

( t

) da

lam

ja

(45)

Tinggi air ( m’ )

W

ak

tu

( t

) da

lam

ja

(46)

Ti

nggi

a

ir

(

m’

)

Waktu ( t ) dalam jam

Kolam Storage  menjamin Q min

(47)

Waktu ( t ) bulan

Debi

t

( Q

) da

lam

m

3 /deti

k

(48)

Waktu ( t ) bulan

Debi

t

( Q

) da

lam

m

3 /deti

k

(49)

Waktu ( t ) bulan

Debi

t

( Q

) da

lam

m

3 /deti

k

50 % = Rata-rata = 3,21

(50)

Waktu ( t ) bulan

Debi

t

( Q

) da

lam

m

3 /deti

k

(51)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Frekuensi Debit Banjir :

 Dasarnya :

o F = P = 1 / Tr Dimana :

P = probability

Tr = periode ulang ( recurrence period )

o Tr

= n / ( m – 0,5 )

o Tr = ( n + m ) / m.

Dimana :

n = jumlah sample

m = urutan sample

(52)

BAB III SUMBER AIR dan PERANAN HIDROLOGI

Kriteria untuk bangunan di Indonsia :

Drainage pertanian Tr = 5 - 10 tahun  Tanggul Banjir Tr = 25 - 50 tahun  Bendung di sungai Tr = 50 - 100 tahun  Pelimpah waduk Tr > 100 tahun

Sebagai perbandingan :

Tanggul Laut di negeri Belanda Tr = 10.000 tahun

sehingga probabilitasnya sangat kecil  P = 1 / 10.000 = 0,0001.

(53)

BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI

5. Pengelolaan Data ( Data Prosessing )

Frequency of excendence ( excendence probability ) atau return period

(54)

BAB I SUNGAI dan WILAYAH SUNGAI

5. Pengelolaan Data ( Data Prosessing )

Gambar Pemilihan masa ulang atas Biaya Bangunan

Gambar

Gambar penampang aliran sungai
Gambar 2.3.5.Aliran kritis pada bendung.
Gambar Situasi Daerah Pengaliran
Gambar Hidrograf
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pertama, sebaiknya Hotel Kristal lebih ditingkatkan lagi sistem CRM (Customer Relationship Management), agar dapat mengetahui bagaimana langkah-langkah atau cara melayani

Merupakan salah satu agent penyebab karies karena terdapat dalam jumlah banyak pada lesi karies enamel dan terlihat dalam prevalensi yang tinggi pada karies

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah membuat suatu aplikasi web yang dapat mempermudah Koperasi Mitra Setia dalam kegiatan operasionalnya, dimulai

Konseling kelompok merupakan upaya untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat pencegahan serta perbaikan

Ketidakhadiran Amerika Serikat dalam upaya denuklirisasi Korea Utara akan menjadi preseden bahwa Amerika Serikat secara tidak langsung menyetujui apa yang sudah

Rasionalitas Korea Utara muncul ketika Korea Utara menganggap ancaman keamanan dari Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan membahayakan keamanan domestik

Salah satu pertanyaan yang menjadi polemik adalah bagaimana setiap kepemimpinan, Bush maupun Obama mengkonstruksi masyarakat domestiknya, dan pola pikir

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi berbagai pihak baik perusahaan maupun Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten