• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI HUMOR TERHADAP (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN TERAPI HUMOR TERHADAP (2)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Stres

Stres merupakan suatu respons tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu kejadian umum dan merupakan hal biasa yang terjadi dalam

kehidupan sehari hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada individu antara lain pada fisik, psikologis, intelektual, sosial dan

spiritual, stres dapat mengancam keseimbangan fisiologis [ CITATION Ras04 \l 1033 ]. Menurut Lazarus [1984, dikutip dalam [ CITATION Nas07 \l 1033 ]], stress juga dapat diartikan sebagai:

1. Stimulus, yaitu stress merupakan suatu kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress, atau disebut juga dengan stressor.

2. Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat berupa respon fisiologis, seperti jantung berdebar, gemetar dan pusing serta respon psikologis,

seperti takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.

3. Proses, yaitu stress yang digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif

dapat mempengaruhi dampak stress, melalui strategi tingkah laku kognisi, maupun afeksi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stress adalah segala respon individu baik

itu respon fisiologi maupun respon psikologi terhadap stimulus internal maupun eksternal yang akhirnya menimbulkan ketegangan/ tekanan yang tidak menyenangkan.

(2)

Menurut Davidson [2004, dikutip dalam [ CITATION Sya09 \l 1033 ]], menggolongkan stress menjadi dua golongan. Penggolongan ini didasarkan atas persepsi

individu terhadap stress yang dialaminya: 1. Distress (stress negatif)

Distress sebagai stress yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stress dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah. Sehingga individu menglami keadaan psikologi yang negative,

menyakitkan dan timbul keinginan untuk menghindarinya. 2. Eustress (stress positif)

Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi dan performansi individu. Eustress juga dapat meningkatkan motovasi individu dalam menciptakan

sesuatu , misalnya menciptakan karya seni. C. Stressor

Stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan disebut stressor. Stressor

menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja kebutuhan fisiologi, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual atau kebutuhan

cultural [ CITATION Pot05 \l 1033 ]

Secara umum, stressor dapat diklasifikasikan sebagai internal atau eksternal. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang (misalnya demam, kondisi seperti kehamilan atau

menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah). Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang (misalnya perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam

(3)

Menurut Pettijohn [1987, dikutip dalam [ CITATION Sya09 \l 1033 ]] stres psikologi disebabkan oleh 3 (tiga) hal yaitu:

1. Tekanan (pressure)

Tekanan terjadi karena adanya tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu. Secara unmum tekanan mendorong

individu untuk meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki bentuk

yang berbeda-beda pada setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang memiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptif. Tekanan

dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau keduanya. Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, selt esteem, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan

eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peran yang harus dijalani seseorang atau juga dapat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat antara lain pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.

2. Frustasi

Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu

mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi.

(4)

Konflik terjadi jika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupu motif yang

berbeda dalam waktu bersamaan. Ada 3 (tiga) jenis konflik, yaitu:

a. Approach-approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang yang sulit

menentukan keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan. Stress muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak

diambil. Jenis stress ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.

b. Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu diharapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil diluar nikah,

disatu sisi ia tidak ingin untuk aborsi tapi disisi lain ia belum mampu secara mental dan financial untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini lebih sulit untuk

diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memiliki konsekuensi yang tidak menyenangkan.

c. Approach-avoidance conflict, adalah situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau dari suatu

objek yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan hidupnya kelak tanpa rokok.

(5)

1. Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan sosial/ teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas dan keadaan komunitas/ tempat

tinggal.

2. Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, strektur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi dan proses yang terjadi dalam organisasi.

3. Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal dan intergroup.

4. Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, kontrol personal, learnead helplessness, self-efficacy dan daya tahan psikologis.

Sedangkan [ CITATION Sis07 \l 1033 ], membedakan stressor dalam 4 (empat) kelompok berbeda, yaitu:

1. Lingkungan fisik, misalnya suhu yang terlalu panas atau dingin, perubahan cuaca, cahaya yang terlalu terang/ gelap, suara yang terlalu bisisng, polusi dan kepadatan. 2. Individual, misalnya konflik yang berhubungan dengan peran dan tuntutan

tanggungjawab yang dirasakan berat bisa membuat seseorang menjadi tenang. 3. Kelompok, seperti hubungan dengan teman, hubungan dengan atasan dan hubungan

dengan bawahan.

4. Keorganisasian, seperti kebijakan yang diambil perusahaan, struktur organisasi yang tidak sesuai dan partisipasi para anggota yang rendah.

D. Respon terhadap Stress

Stress sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada

(6)

berhadapan dengan suatu stressor tidak selalu mengakibatkan gannguan secara psikologi maupu fisiologi. Terganggu atau tidaknya individu, tergantung pada persepsinya terhadap

peristiwa yang dialaminya [Hager 1999, dikutip dalam [ CITATION Wid07 \l 1033 ]].

Respon terhadap stress terbagi atas dua macam yaitu respon fisiologis dan respon psikologis [ CITATION Pot05 \l 1033 ].

1. Respon Fisiologis

Menurut Selye [1976, dikutip dalam [ CITATION Pot05 \l 1033 ]], telah

mengidentifikasi dua respon fisiologi terhadap stress yaitu sindrom adaptasi local (LAS) dan sindrom adaptasi umum (GAS).

Local adaptation syndrome (LAS)

Tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah, penyumbatan luka, akomodasi mata terhadap cahaya

dan respon terhadap tekanan.

General adaptation symdrome (LAS)

GAS adalah respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon ini

melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama system saraf otonomdan system endokrin. GAS terdiri atas reaksi alarm, tahap resistensi dan tahap kehabisan tenaga.

a. Reaksi alarm

Reaksi alarm melibatkan pengarahan mekanisme pertahanan diri tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Kadar hormon meningkat untuk meningkatka

volume darah dan dengan demikian menyiapkan individu untuk beraksi. Hormon lainnya dilepaskan utnuk meningkatkan kadar glukosa darah guna menyiapkan

(7)

epinefrin dan norepinefrin mengakibatkan peningkatan frekuensi jaunting, meningkatkan aliran darah ke otot, menigkatkan ambilan oksigen, memperbesar

kewaspadaan mental.

Aktivitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan respon melawan atau menghindar. Curah jantung, ambilan oksigen dan frekuensi

pernapasan meningkat, pupil mata berdilatasi untuk menghasilkan bidang visual yang lebih besar dan frekuensi jantung meningkat untuk menghasilkan energi lebih

banyak. Perubahan lainnya yang terjadi menyiapkan individu untuk bertindak. Dengan peningkatan kewaspadaan dan energy mental ini, seseorang disiapkan untuk melawan atau menghindari stressor.

Selama reaksi alarm individu dihadapkan pada stressor spesifik. Respon fisiologis individu adalah mendalam, melibatkan sistim tubuh utama, dan dapat

berlangsung dari hitungan waktu dari menit sampai jam, kemungkinana juga merupakan ancaman terhadap hidup. Jika stressor terus menetap setelah reaksi peringatan, individu berkembang ke fase kedua dari GAS yaitu resisten.

b. Tahap resisten

Dalam tahap resisten, tubuh kembali menjadi stabil, kadar hormone, frekuensi

jantung, tekanan darah, curah jantung kembali ketingkat normal. Individu berupaya untuk mengadaptasi terhadap stressor. Jika stress dapat diatasi, tubuh akan memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Namun demikian, jika stressor tetap

terus menetap maka individu memasuki tahap ketiga dari GAS yaitu tahap kehabisan tenga.

(8)

Tahap kehabisan tenaga terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi melawan stres dan ketika energy yang diperlukan untuk mempertahankan adaptasi sudah menipis.

Respon fisiologis menghebat, tetapi tingkat energy individu terganggu dan adaptasi terhadap stressor hilang. Tubuh tidak mampu untuk mempertahankan dirinya terhadap dampak stressor, regulasi fiswiologis menghilang, dan jika stress berlanjut

dapat terjadi kematian. 2. Respon psikologis

Menurut [ CITATION Nas07 \l 1033 ], membagi reaksi psikologis menjadi 3 (tiga) yaqitu kognisi, emosi, dan perilaku sosial.

a. Kognisi

Reaksi spesifikpada fungsi kognitif terlihat pada proses berpikir, status mental, konsentrasi, dan ingatan. Dalam keadaan biasa, seseorang dapat berpikir

secara rasional daqn fleksibel, seseorang mampu menggunakan pikirannya untuk memecahkan masalah dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.

Sementara dalam keadaan stress, kemampuan untuk menggunakan pikiran

secara rasional coherent terganggu. Pikiran terlalu didominasi oleh rasa khawatir terhadap konsekuensi dari setiap tindakan dan oleh konsep diri yang negatif.

Dalam keadaan stress, kemampuan untuk berkonsentrasi melemah, pikiran menjadi kacau oleh obsesi dan stimulus ekstremal. Konsentrasi yang melemah mengganggu penampilan individu kemampuan menyelesaikan masalah. Selain

itu, orang yang stress seringkali bingung dan menjadi pelupa[ CITATION Cri831 \l 1033 ].

(9)

Emosi yang biasa muncul ketika stress yaitu cemas dan depresi. Seseorang yang merasa cemas selalu merasa susah, gelisah, dan takut. Sedangkan seseorang

yang depresi selalu merasa sedih, tak berharga, lelah dan pesimis [ CITATION Cri831 \l 1033 ].

c. Perilaku sosial

Stress dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu dapat berperilaku positif maupun negatif. Stress yang diikuti oleh rasa marah

membuat perilaku sosial negatif cenderung meningkat sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif [Sherif & Sherif, Donnerstein & Wilson, Cohen & Spacapan dikutip dalam [ CITATION Nas07 \l 1033 ]]

Cox [1990, dikutip dalam [ CITATION Sis07 \l 1033 ]], mengkategorikan akibat stress menjadi 5 kategori yaitu:

1. Akibat subjektif, yaitu akibat yang dirasakan secara pribadi, meliputi kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri rendah, perasaan terpencil.

2. Akibat perilaku, yaitu akibat yang mudah dilihat karena berbentuk perilaku-perilaku tertentu, meliputi mudah terkena kecelakaan, penyalagunaan obat,

peledakan emosi, berperilaku impulsive, tertawa gelisah.

3. Akbat kognitif, yaitu akibat yang mempengaruhi proses berpikir, meliputi tidak mampu mengambil keputusan yang sehat, kurang dapat berkonsentrasi,

(10)

4. Akibat fisiologis, yaitu akibat-akibat yang berhubungan dengan fungsi atau kerja alat-alat tubuh, yaitu tingkat gula darah meningkat, denyut

jantung/tekanan darah naik, mulut menjadi kering, berkeringat, pupil mata membesar, tubuh kadang panas dan kadang dingin.

5. Akibat keorganisasian, yaitu akibat yang tampak dalam tempat kerja, meliputi

absent, produktivitas rendah, mengasingkan diri dari teman sekerja, ketidakpuasan kerja, menurunnya keterikatan dan loyalitas terhadap

organisasi. E. Stress pada Mahasiswa

Dalam [ CITATION Dep07 \l 1033 ], dijelaskan mahasiswa adalah orang yang belajar

di perguruan tinggi. Merujuk pada pengertian stress yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa stress pada mahasiswa adalah segala respon mahasiswa baik

itu respon fisiologis maupun respon psikologis terhadap stimulus internsl msupun eksternal yang akhirnya menimbulkan ketegangan/ tekanan yang tidak menyenangkan.

Anon (2006) mengemukakan bahwa stress merupakan persoalan penting pada

mahasiswa yang dapat muncul ketika berhadapan dengan beragam tekanan mengenai persoalan akademik, personal dan sosial. Ross, Neibling dan Hecker (1999) melakukan

penelitian terhadap 100 mahasiswa Midwestern University menemukan bahwa penyebab stress pada mahasiswa antara lain masalah intrapersonal, lingkungan, interpersonal dan akademik, di mana masalah intrapersonal menjadi penyebab utaman.

Menurut [ CITATION Sis07 \l 1033 ], membagi permasalah mahasiswa dalam 6 kategori, yaitu:

(11)

2. Perpindahan tempat

3. Mencari teman baru dan pergaulan

4. Perubahan relasi 5. Pengaturan waktu 6. Nilai-nilai hidup

Menurut [ CITATION Say06 \l 1033 ], dalam tulisannya “Stress level of university student” memebagi penyebab stress pada mahasiswa dalam 3 (tiga) penyebab utama yaitu

lingkungan fisik, lingkungan sosial dan self-interprestation. Zulharman (n.d.) menyebutkan tekanan dan masalah yang dihadapi oleh mahasiswa meliputi masalah akademik dan masalah non akademik. Masalah akademik seperti tekanan menghadapi ujian, nilai Indeks

Prestasi Kumulatif (IPK) rendah, terancam drop out dan masalah akademik lainnya. Sedangkan, masalah non akademik seperti masalah keuangan, masalah keluarga, masalah

akomodasi, masalah interpersonal maupun intrapersonal.

Sedangkan [ CITATION Suh06 \l 1033 ], dalam penelitiannya “Tingkat Stress pada Mahasiswa Tingkat Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada” membagi stress

mahasiswa dalam 3 (tiga) kategori yaitu stress akademik, stress sosial dan stress personal. Stress akademik dipicu antara lain masalah kurikulum, materi pendidikan yang padat, jadwal

rutin, ujian, sarana dan prasarana, serta indeks prestasi (IP). Sedangkan stress sosial diakibatkan oleh lingkungan sosial yaitu pergaulan dengan teman ataupun hubungan dengan dosen. Sementara pemicu stress personal yaitu masalah keuangan, masalah pribadi dan

keluarga, tidak ada waktu untuk santai.

Dari uraian diatas, maka stress pada mahasiswa dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga)

(12)

1. Stress akademik

Menurut [ CITATION Dep07 \l 1033 ], akademik adalah segala hal yang

berhubungan dengan lembaga pendidikan tinggi yang mendidik tenaga professional. Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa akademik adalah segala hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan bersifat ilmiah

khususnya menyangkut pendidikan di sekolah dan universitas.

Menurut Gadzella [(1991, dikutip dalam[ CITATION Dam06 \l 1033 ]],

mengelompokkan stressor akademik menjadi 5 (lima) kategori, antara lain: a. Frustasi

Dalam kaitannya dengan keterlambatan untuk mencapai tujuan, kurangnya sumber

daya yang tersedia, kegagalan dalam mencapai tujuan, merasa terasing dalam lingkungan, masalah dengan teman dekat, menyia-nyiakan kesempatan walaupun

memenuhi kualifikasi. b. Konflik

Akibat dua atau lebih alternatif yang diinginkan dan yang tidak diinginkan untuk

mencapai tujuan dengan mempertimbangkan konsekuensi baik positif maupun negatfe.

c. Tekanan

Tekanan disebabkan oleh adanya kompetisi, deadline (tenggat waktu), beban kerja yang berlebihan, tenggungjawab dan keinginan atau harapan.

d. Perubahan

Perubahan terjadi akibat adanya perubahan hidup yang meliputi semua perubahan

(13)

e. Self-imposed

Terjadi ketika seseorang berusaha untuk selalu menang atau ingin diperhatikan dan dicintai oleh semua orang, kekhawatiran berlebihan, prograstinasi (penundaan),

perfeksionis dan kecemasan ketika menghadapi ujian.

Menurut Hall [(2004, dikutip dalam [ CITATION Dam06 \l 1033 ]] ,menjelaskan

faktor-faktor yang mempengaruhi stress akademik yaitu sebgai berikut: a. Pengalaman sebelumnya

Individu yang pernah mengalami situasi stressful pada umumnya akan lebih

mampu menghadapi dengan baik jika situasi yang menyebabkan stress muncul lagi.

b. Informasi

Informasi mengenai suatu peristiwa stress dapat memberikan persiapan kepada individu untuk menerima keadaan tersebut.

c. Perbedaan individu

Sebagian individu berusaha untuk melindungi diri mereka dari dampak stress

seperti penyangkalan atau melepaskan diri dari situasi tersebut. d. Dukungan sosial

Dampak dari peristiwa stress dipengaruhi oleh sistem sosial, dukungan dan

(14)

Kepercayaan individu untuk mengontrol situasi yang menyebabkan stress dapat mengendalikan situasi akibat stress.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penyebab stress akademik pada mahasiswa , yaitu:

a. Adaptasi cara belajar/ kurikulum

Perguruan tinggi yang menuntut mahasiswa untuk lebih aktif dalam mempelajari dan memahami materi. Materi yang diberikan dosen biasanya

bersifat sebagai pengantar, sedangkan pendalaman lebih lanjut diserahkan kepada mahasiswa yang bersangkutan. Ini menyebabkan kedalaman dalam suatu materi tergantung dari kektifan mahasiswa dengan usahanya mencari

referensi yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Belum lagi perbedaan sistem paket yang diterapkan SMU dan sistem SKS yang berlaku di

perguruan tinggi, yang betul-betul menuntut mahasiswa lebih aktif kalau ingin lulus dengan nilai yang memuaskan dan dalam jangka waktu yang singkat [ CITATION Sis07 \l 1033 ].

b. Tugas kulaih yang banyak

Menurut Atkinson [1998, dalam[ CITATION Mah07 \l 1033 ]], beban kerja

yang terlalu banyak dalam waktu yang singkat juga dapat mengakibatkan stress. Dari hasil penelitian [ CITATION Mah07 \l 1033 ], ditemukan bahwa beban kerja berlebih merupakan faktor utama penyebab stress pada

mahasiswa.

(15)

Sugiyati (Harian Umum Pelita 23 Februari 2009) mengatakan salah satu masalah yang dihadapi pendidikan adalah kurikulum yang dianggap terlalu

berat dan membebani siswa. Pendapat ini dapat dianalogikan dengan materi kuliah padat, dimana akibat kurikulum yang terlalu berat menjadikan kuliah sebagai stressor bagi mahasiswa. Akibatnya, mahasiswa tidak enjoy namun

namun malah stress dan putus kuliah. d. Jadwal kuliah yang padat (> 7 jam)

Cooper dikutip dalam [ CITATION Wid07 \l 1033 ], yang menyatakan stressor dari pekerjaan yang dapat dianalogikan dalam perkuliahan menunjukkan bahwa kerja atau kulaih yang berlebihan secara kualitatif dan

kuantitatif dapat mengakibatkan kelelahan mental ataupun fisikdalam bekerja atau kuliah yang pada akhirnya meningkatkan kesensitifan dan ketegangan.

e. Ujian

Beberapa ahli menemukan bahwa penyebab utama stress akademik pada mahasiswa adalah tugas-tugas kulaih dan ujian. [ CITATION Tim05 \l 1033 ],

dalam penelitiannya mengemukakan bahwa ujian semester merupakan salah satu contoh stressor psikis yang dalam penilaian termasuk tariff ringan. Ujian

adalah keadaan yang menegangkan dan mencemaskan. Materi ujian yang belum dikuasai, perasaan belum siap untuk menghadapi ujian padahal waktu ujian didepan mata, juga berpotensi menimbulkan stress.

f. Indeks prestasi (IP)

Indeks Prestasi adalah nilai kredit rata-rata yang merupakan satuan nilai akhir

(16)

Prestasi Kumulatif (IPK) merupakan angka yang menunjukkan prestasi atau kemajuan belajar mahasiswa secara kumulatif mulai dari semester pertama

sampai dengan semester paling akhir yang ditempuh. IPK digunakan sebagai criteria dalam pemberian sanksi akademik dan evalusai studi pada akhir program. Peringkat sangat penting bagi mahasiswa, dikutip dalam

[ CITATION Ano06 \l 1033 ], yang membahas tentang peringkat, beberapa para ahli mengemukakan antara lain Greenberg (1995) melaporkan bahwa 7

darin 8 siswa berkonsentrasi pada peringkat mereka, Abouserie (1994) menunjukkan bahwa penyebab stress di Universitas adalah stress akademik, ujian dan hasil. Selain itu, Yi, Lin dan Kishimoto (2000) juga mengemukakan

bahwa peringkat merupakan konsentrasi utama pada mahasiswa. Tekanan terhadap hasil ini dapat memicu distress.

g. Peraturan yang ketat

Sugioaryo [1999, dikutip dalam [ CITATION Ily09 \l 1033 ]] mengemukakan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa di mana salah satunya

disebabkan oleh peraturan-peraturan sekolah/ lembaga dan dirasa memberatkan. Displin dianggap sebagai kepatuhan siswa terhadap peraturan

dan perintah guru/ senior mereka. Selain itu, kepatuhan tersebut terbina karena adanya aneka hukuman yang menyertai ketidakpatuhan.

h. Lingkunagen belajar tidak sesuai (padat/ bising)

Riggo [2001, dikutip dalam [ CITATION Mah07 \l 1033 ]], menekankan bahwa lingkungan merupakan suatu organisasi yang dapat mendatangkan

(17)

seseorang dapat mengakibatkan kebingungan, ketegangan atau ketidaknyamanan [ CITATION Pot05 \l 1033 ]

Manurut [ CITATION Mah07 \l 1033 ], dalam penelitiannya menemukan bahwa penyebab ketiga stress pada mahasiswa adalah keadaan lingkungan yang tidak sesuai antara lain tempat belajar tidak nyaman, suasana bising

pada saat kuliah dan ruang kuliah yang sempit.

i. Sarana dan prasarana

Kondisi perkulaihan yang memburuk berpotensi menjadi penyebab mahasiswa mudah jatuh sakit, mudah stress, sulit berkonsentrasi dan

menurunnya produktivitas. Jika ruangan kuliah tidak nyaman, panas, sirkulasi darah kurang memadai, raung kulaih terlalu padat, lingkungan kurang bersih,

berisik tentu besar pengaruhnya terhadap kenyamanan belajar siswa [ CITATION Rin02 \l 1033 ]

2. Stress sosial

Sosial adalah segala hal yang berhubungan dengan masyarakat [ CITATION Dep07 \l 1033 ]. Sedangkan [ CITATION Cha06 \l 1033 ], menjelaskan bahwa sosial

menyinggung relasi di antara dua atau lebih individu.

Lingkungan sosial yaitu merupakan lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan masyarakat ini ada interaksi individu saru dengan individu lain. Keadaan masyarakat

(18)

Merujuk pada pengertian stress yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa stress sosial adalah segala respon individu baik itu respon fisiologis

maupun respon psikologis terhadap stimulus eksternal berupa lingkungan sosial yang akhirnya menimbulkan ketegangan/tekanan yang tidak menyenangkan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Suh06 \l 1033 ] Universitas

Gajah Mada yang mengkaji tingkat stress, mengemukakan bahwa stress sosial pada mahasiswa dipicu oleh lingkungan sosial yaitu pergaulan dengan teman, hubungan

dengan dosen, dan interaksi dengan masyarakat sekitar tempat tinggal.

Sayiner (2006) dalam tulisannya “stress level of university students” mengemukakan bahwa perubahan kedalam kehidupan universitas dapat menjadi stress

karena mahasiswa harus meninggalkan dukungan sosialnya selama ini. Stres ini dapat menimbulkan perasaan homesickness dan keinginan untuk kembali ke rumah.

3. Stres personal

Personal adalah segala sesuatau hal yang bersifat pribadi atau perseorangan[ CITATION Dep07 \l 1033 ]. Berdasarkna pengertian stress yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa sters personal adalah segala respon fisiologi maupun respon psikologi terhadap persoalan pribadi atau perseorangan

yang akhirnya menimbulkan ketegangan/ tekanan yang tidak menyenangkan.

Dalam penelitian yang dilakukan oelh Suhoyo, Emilia, dan Hadianto (2006) pada Mahasiswa Tingkat Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada yang menkaji

(19)

F. Terapi Humor a. Definisi Humor

Humor berasal dari bahas inggris yangg berarti kelucuan atau kejelakaan. Humor

didefinisikan oleh The Oxford English Dictionary sebagai kualitas tindakan, ucapan, atau tulisan yang menggairahkan. Humor merupakan sebuah aspek afektif, kognitif, atau estetika

dari seseorang, stimulus, atau peristiwa yang membangkitkan, seperti hiburan, sukacita, kegembiraan atau sebagai tertawa, tersenyum [ CITATION Was11 \l 1033 ].

American Association for Humor Terapy (AATH) dalam[ CITATION Mey07 \l 1033 ],

menyatakan bahwa terapi humor adalah intervensi terapeutik menggunakan stimulus-stimulus yang merangsang ekspresi senang. Intervensi ini dapat meningkatkan kesehatan

atau digunakan sebagai pengobatan komplementer penyakit untuk memfasilitasi penyembuhan atau mengatasi, baik fisik, emosional, kognitif, sosial, atau spiritual.

Dari perspektif psikologis, secara teoritis dan secara operasional, humor didefinisikan

dalam beberapa cara melibatkan kognitif, emosi, perilaku, psychophysiological, dan sosial. Istilah humor dapat digunakan untuk merujuk ke stimulus (misalnya, sebuah film komedi),

suatu proses 22 mental (misalnya, persepsi atau penciptaan incongruities lucu). Tertawa adalah ekspresi perilaku yang paling umum dari pengalaman lucu dan tawa juga biasanya dikaitkan dengan emosi yang menyenangkan [ CITATION Mar01 \l 1033 ].

Humor dapat didefinisikan secara luas sebagai pendekatan untuk diri sendiri dan orang lain yang ditandai dengan pandangan yang fleksibel yang memungkinkan seseorang untuk

(20)

[ CITATION Hoo09 \l 1033 ]. Secara emosional, humor merupakan jalan untuk menghilangkan konflik yang terpendam dan menyedihkan seperti dikutip dalam

[ CITATION Ros86 \l 1033 ].

Dari beberapa definsi di atas, dapat disimpulkan bahwa humor adalah segala sesuatu (tindakan, ucapan, tulisan, peristiwa serta stimulus-stimulus lainnya) yang membangkitkan

rasa senang. b. Fungsi Humor

James Danandjaya (dalam artikel yang berjudul Sejarah, Teori dan Fungsi Humor, 2007), mengatakan bahwa fungsi humor yang paling menonjol, yaitu sebagai sarana penyalur perasaan yang menekan diri seseorang. Fungsi humor yang lain adalah sebagai

rekreasi. Dalam hal ini, humor berfungsi untuk menghilangkan kejenuhan dalam hidup sehari-hari yang bersifat rutin. Sifatnya hanya sebagai hiburan semata. Selain itu, humor

juga berfungsi untuk menghilangkan stres akibat tekanan jiwa atau batin [ CITATION Rah07 \l 1033 ].

Emil Salim (dalam artikel 23 yang berjudul Sejarah, Teori dan Fungsi Humor, 2007)

berpendapat bahwa dalam bidang sosial, humor merupakan stimulus sosial yang menyenangkan dan dapat mengembangkan hubungan dengan teman. American Association

for Humor Terapy (AATH) dalam [ CITATION Mey07 \l 1033 ], menyatakan bahwa humor dapat dijadikan intervensi terapeutik menggunakan stimulus-stimulus yang merangsang ekspresi senang. Intervensi ini dapat meningkatkan kesehatan atau digunakan sebagai

pengobatan komplementer penyakit untuk memfasilitasi penyembuhan atau mengatasi, baik fisik, emosional, kognitif, sosial, atau spiritual.

(21)

Jenis humor menurut Arwah Setiawan [dikutip dalam [ CITATION Rah07 \l 1033 ]], dapat dibedakan menurut kriterium bentuk ekspresi. Sebagai bentuk ekspresi dalam

kehidupan kita, humor dibagi menjadi tiga jenis yakni:

1) Humor personal, yaitu kecenderungan tertawa pada diri kita, misalnya bila kita melihat sebatang pohon yang bentuknya mirip orang sedang buang air besar.

2) Humor dalam pergaulan, mislnya senda gurau di antara teman, kelucuan yang diselipkan dalam pidato atau ceramah di depan umum.

3) Humor dalam kesenian, atau seni humor. Humor dalam kesenian, diantaranya humor lakuan, misalnya, lawak, tari humor, dan pantomim lucu, humor grafis, misalnya, kartun, karikatur, foto jenaka, dan patung lucu, humor literatur, misalnya, cerpen lucu, esei

satiris, dan semacamnya. d. Teori Humor

Teori humor menurut Setiawan (1990) dalam artikel yang berjudul Sejarah, Teori dan Fungsi Humor, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Teori keunggulan; seseorang akan tertawa jika ia secara tiba-tiba memperoleh perasaan

unggul atau lebih sempurna dihadapkan pada pihak lain yang melakukan kesalahan, kekurangan atau mengalami keadaan yang tidak menguntungkan. Contoh, seseorang

dapat tertawa terbahak-bahak pada waktu melihat pelawak terjatuh, terinjak kaki temannya serta melakukan berbagai kekeliruan dan ketololan.

2) Teori ketaksesuaian; perasaan lucu timbul karena kita dihadapkan pada situasi yang sama

(22)

mental yang sama sekali berbeda. Sebagai contoh adalah rasa humor yang timbul karena kita melihat kartun yang menggambarkan seseorang yang sedang mancing.

3) Teori kelegaan atau kebebasan; inti humor adalah pelepasan atas kekangan-kekangan yang terdapat pada diri seseorang. Bila dorongan-dorongan batin alamiah mendapat kekangan, dapat dilepaskan atau dikendorkan, misalnya lewat lelucon seks, sindiran

jenaka atau umpatan, meledaklah perasaan menjadi tertawa.

Humor dan tertawa riang dapat mengurangi stres dan mengurangi hormon stres

termasuk kortisol dan katekolamin. Kortisol, misalnya, dapat merusak sel-sel saraf dari hippocampus, yang merupakan bagian dari otak yang bertanggung jawab untuk mengubah informasi sementara menjadi informasi yang permanen. [Bains, 2012 dikutip

dalam[ CITATION Rei12 \l 1033 ]]. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Simon (1988) menyatakan bahwa humor dapat digunakan sebagai mekanisme koping dalam

menghadapi kecemasan dan ketegangan[ CITATION Ver92 \l 1033 ]. Penelitian yang dilakukan mengenai hubungan antara stres, mood, dan pandangan akan humor, didapatkan hasil bahwa humor dapat menurunkan angka kecemasan dan meningkatkan kualitas

hidup[ CITATION Mar01 \l 1033 ]

Humor merupakan sesuatu yang lucu dan dapat membuat individu tertawa dan merasa

senang. Humor memberikan perspektif yang berbeda dari suatu masalah sehingga dapat membuat situasi menjadi ringan [ CITATION Lub09 \l 1033 ]. Pemberian stimulasi humor dalam pelaksanaan terapi diperlukan karena beberapa orang mengalami kesulitan untuk

memulai tertawa tanpa adanya alasan yang jelas. Apabila humor di berikan sebagai satu-satunya stimulus untuk menghasilkan tawa dalam bentuk terapi akan disebut sebagai terapi

(23)

tawa alami (misalnya dengan yoga atau meditasi), akan disebut sebagai terapi tawa (Dian, 2006). Pemberian terapi sebaiknya dilakukan sesering mungkin, karena idealnya terapi

humor diberikan setiap hari. Pemberian terapi humor dengan frekuensi lebih banyak akan dapat meningkatkan sense of humor pada lansia [ CITATION Fah08 \l 1033 ].

Terapi humor dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk humor audiovisual dan

termasuk dalam kategori cerita ringkas. Humor yang disajikan secara audiovisual merupakan input sensori yang akan masuk ke dalam thalamus yang berfungsi mengirimkan

input sensori ke serebral korteks. Serebral korteks berhubungan dengan hipothalamus, amygdala dan hippocampus. Impuls sensori akan masuk ke dalam amygdala yang berfungsi untuk membentuk pengalaman emosional. Amygdala bekerja dengan cepat mengevaluasi

informasi dan kemudian dengan cepat menentukan kepentingan emosionalnya. Terapi humor akan memberikan pengalaman emosional positif. Terapi humor juga dapat merangsang

Referensi

Dokumen terkait

Saat komitmen dicontohkan sebagai fungsi kepercayaan terhadap organisasi dan pengalaman kerja, karakteristik organisasi harusnya menjadi faktor yang mempengsaruhi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. © Mochamad Fajar Permana 2016

Dengan asumsi bahwa responsivitas anggaran menunjuk pada daya tanggap atau keberpihakan pemerintah daerah terhadap kepentingan dan kebutuhan masyarakat dalam bentuk

3. Hambatan Komunikasi Interpersonal Dosen Penasehat Akademik dengan Mahasiswa...92.. masukan dan arahan agar mahasiswa memeperoleh prestasi belajar yang memuaskan.

Predikat cukup sehat ini di pengaruhi oleh rendahnya skor penilaian pada aspek likuiditas yaitu Dana yang diterima lebih kecil dari pada pinjaman yang diberikan

Pada pemancar ( transmitter ) RF terdapat IC PT2262 yang berfungsi sebagai pemancar sinyal dan juga terdapat rangkaian encoder yang berfungsi untuk mengubah

Hasil dari penelitian ini ialah bahwa sanksi hukum bagi pelaku pemerkosaan yang dilakukan oleh anak menurut hukum positif adalah ½ dari hukuman orang dewasa,

Dalam hal inilah tantangan guru PKn menghadapi kurikulum 2013 yang arahnya tidak hanya memberi pengetahuan tetapi juga mengajar cara berpikir?. Pendidikan Pancasila dan