• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Tata Kelola Lingkungan Hidu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Tata Kelola Lingkungan Hidu"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Pelaksanaan Tata Kelola Lingkungan Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Mengatasi Kemacetan Dan Banjir Di

Daerah Industri Cikande Serang1 Oleh: Ikomatussuniah, SH., MH

ABSTRAK

Untuk menganalisis pelaksanaan proses membangun pabrik di daerah Cikande pada tahapan pra konstruksi, konstruksi dan masa operasional sesuai dengan tata kelola lingkungan, penulis menggunakan cara penelitian kualitatif, dengan tipe penelitian empiris yaitu penelitian tentang hukum dan sifat penelitian bersifat deskriptif analitis. Penelitian tata kelola lingkungan pada pembangunan pabrik di daerah industri Cikande Kabupaten Serang sudah ideal, tetapi dalam pelaksanaannya tidak semua konsep tersebut berjalan baik. Kemacetan dan banjir menjadi masalah yang belum terpecahkan. Kemacetan yang terjadi dapat menyebabkan berkurangnya produktivitas kinerja para pegawai yang bekerja di area industri Cikande. Mereka sebelum sampai ditempat kerja mereka sudah kelelahan karena macet yang terjadi. Banjir yang kerap terjadi karena meluapnya air dari sungai Ciujung ataupun dari saluran drainase yang mampet, menyebabkan keresahan bagi para investor karena dapat menyebabkan kerugian. Program Pemerintah dalam Pembangunan Berkelanjutan berdasarkan tata kelola lingkungan hidup haruslah mengacu pada konsep teori modern environment law. Modern environment law merupakan teori hukum lingkungan yang mengedepankan pelestarian lingkungan dalam pembangunan suatu daerah industri. Macet dan banjir dapat terurai dengan baik apabila masyarakat, pemerintah dan pengusaha menerapkan sistem tata kelola lingkungan yang baik berdasarkan peraturan perundang-undangan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang berlaku. Sanksi yang tegas harus dilaksanakan agar tidak ada

(2)

pengusaha nakal dan oknum pegawai pemerintah yang berlaku buruk sehingga merugikan masyarakat.

Kata kunci: tata, kelola, lingkungan, macet, banjir. I. PENDAHULUAN

Perkembangan dunia industri di Indonesia sangat pesat. Pengkajian mengenai rancang bangun suatu industri yang terbentuk dalam suatau pabrik harus memperhatikan semua aspek, termasuk aspek tata kelola lingkungan yang diatur oleh Undang-undang dan peraturan-peraturan daerah. Hal ini tentu berkaitan dengan Hukum Lingkungan, yaitu hukum yang mengatur tantanan lingkungan (=lingkungan hidup).2 Industri yang terbentuk dalam suatu bangunan pabrik yang didalamnya dilakukan kegiatan dan atau usaha, dimungkinkan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, meliputi: 3

a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;

b. Ekploitasi sumberdaya alam baik yang terbaharui maupun yang tidak terbaharui;

c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup serta kemerosotan sumberdaya alam dan pemanfaatannya;

d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan serta lingkungan sosial dan budaya;

e. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;

f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik; g. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;

h. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup;

i. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan Negara.

(3)

Karena itu setidaknya ada 3 alasan menjadi penting ketika membangun pabrik dilihat dari sisi tata kelola lingkungan, ditambah dengan adanya otonomi daerah, maka masalah lingkungan dalam pembangunan pabrik akan mendapatkan perhatian yang lebih serius.

Ketiga alasan tersebut: pertama, dalam membicarakan proyek kapital industri.4

Proyek kapital pembangunan industri adalah suatu industri yang oleh American Institute of Chemical Enginees digolongkan sebagai industri yang didalam proses

pengolahan atau pabrikasi dari bahan mentah menjadi produk yang diinginkan terjadi proses perubahan kimia (unit proces) dan atau fisika (unit operation). Dilakukan dalam waktu bersamaan atau berurutan dengan cara terkoordinasi dalam peralatan yang keseluruhannya akan merupakan kilang atau fasilitas produksi/industri. Kegiatan proyek pembangunan industri diarahkan untuk melakukan perencanaan atau desain baik secara engeneering, ekonomi maupun tata kelola lingkungan, dalam tata kelola lingkungan potensi pencemaran terhadap lingkungan oleh suatu industri yang operasinya didasarkan atas adanya proses kimia dan fisika dianggap cukup besar, misalnya adanya pembakaran yang tidak sempurna sehingga terjadi penyebaran senyawa karbon yang dapat membahayakan lingkungan, atau mungkin terjadinya kebakaran bahan kimia yang beracun atau senyawa hidrokarbon yang mengalir atau tersebar kesekeliling kilang dapat membahayakan kehidupan flora dan fauna ditempat tersebut. Oleh karena itu kilang industri itu harus dilengkapi dengan peralatan yang dapat memberikan tanda adanya kebocoran yang mungkin terjadi agar tidak menyebar keluar kilang yang dapat membahayakan lingkungan sekitarnya.

Kedua. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup, disatu sisi merupakan studi kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, disisi lain merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan

(4)

atau kegiatan. Berdasarkan analisis dapat diketahui secara lebih jelas dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, baik dampak negatif maupun positif yang akan timbul dari usaha dan atau kegiatan sehingga dapat dipersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif.

Berdasarkan Penjelasan Pasal 15 ayat (1) UU No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, untuk mengukur atau menentukan dampak besar dan penting tersebut, diantaranya digunakan kriteria mengenai: 5

a. Besarnya jumlah manusia yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan;.

b. Luas wilayah penyebaran dampak;

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;

d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yanga akan terkena dampak; e. Sifat kumulatif dampak;

f. Berbalik (reversible) atau tidak berbalik (irreversible) dampak

Pengelolaan limbah merupakan kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan.6

Ketiga. Berdasarkan penilaian Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper) 2009 terhadap kinerja 627 perusahaan, terdapat 56 perusahaaan berperingkat hitam, 48 perusahaan merah minus, 82 perusahaan merah, 229 perusahaan biru minus, 170 perusahaan biru, 41 perusahaan hijau, dan hanya satu perusahaan yang berperingkat emas.7

Tindakan tegas bagi pencemar dan pelanggar lingkungan merupakan bentuk penerapan prinsip berkeadilan dalam pengelolaan lingkungan, terutama dalam melindungi masyarakat dan lingkungan hidup. Setelah berlakunya Undang-undang

5

Lihat Penjelasan Pasal 15 ayat (1) UU No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

6

Pasal 1 ayat (23) Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

(5)

baru, kedepan tidak hanya perusahaan berlabel hitam yang mendapat warning, tetapi juga perusahaan yang termasuk daftar merah dan merah minus. Perusahaan-perusahaan itu bisa diperkarakan kemeja hijau. Hal itu berdasarkan alasan perusahaan berperingkat merah hanya melakukan sebagian persyaratan pengelolaan lingkungan sesuai dengan Undang-undang, sedangkan peserta proper berperingkat merah minus masih sedikit sekali melakukan pengelolaan lingkungan sesuai dengan Undang-undang. Sebelum dituntut secara hukum, perusahaan itu akan dibina terlebih dahulu. Perusahaan yang dua kali masuk daftar hitam akan mendapatkan pembinaan dari Deputi Penataan Hukum Kantor Negara Lingkungan Hidup. Pasalnya, filosofi dasar proper adalah pembinaan dan pengawasan.8

Pembangunan di daerah dalam kerangka program Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional untuk mewujudkan negara kesejahteraan telah diamanatkan bahwa:9

a) Negara berkewajiban memberikan perlindungan kepada segenap bangsa Indonesia dan seluruh wilayah teritorial Indonesia

b) Negara berkewajiban memajukan kesejahteraan umum c) Negara berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dalam melaksanakan pembangunan nasional perlu memperhatikan pembangunan berkelanjutan 10 secara seimbang, hal ini sesuai dengan hasil konfrensi PBB tentang Lingkungan Hidup yang diadakan di Stockholm Tahun 1972 dan suatu Deklarasi Lingkungan Hidup KTT Bumi di Rio de Janeiro Tahun 1992 yang menyepakati prinsip dalam pengambilan keputusan pembangunan harus memperhatikan dimensi lingkungan dan manusia serta KTT Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg Tahun 2002 yang membahas dan mengatasi kemerosotan kualitas lingkungan hidup.

8Koran Jakata, op. cit., hlm. 18 9 Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4.

(6)

Bagi Indonesia mengingat bahwa kontribusi yang dapat diandalkan dalam menyumbangkan pertumbuhan ekonomi dan sumber devisa serta modal pembangunan adalah sumberdaya alam, dapat dikatakan bahwa sumberdaya alam mempunyai peranan penting dalam perekonomian, dan penerapannya harus memperhatikan apa yang telah disepakati dunia internasional.11

Sejalan dengan lajunya pembangunan nasional yang dilaksanakan, permasalahan lingkungan hidup yang saat ini sering dihadapi adalah kerusakan lingkungan disekitar areal pertambangan yang berpotensi merusak bentang alam dan adanya tumpang tindih penggunaan lahan untuk pertambangan di hutan lindung. Kasus-kasus pencemaran lingkungan juga cenderung meningkat. Kemajuan transportasi dan industrialisasi yang tidak diiringi dengan penerapan teknologi bersih memberikan dampak negatif terutama pada lingkungan perkotaan.12

Kerusakan lingkungan yang lain adalah misalnya banyak terjadinya banjir dan kemacetan yang ditimbulkan oleh buruknya tata kelola lingkungan dalam daerah industri, dikarenakan tidak baiknya tata kelola lingkungan hidup yang sesuai dengan tujuan dari pembangunan berkelanjutan berdasarkan konsep teori modern Environment law.

II. KENDALA TATA KELOLA LINGKUNGAN YANG

MENGAKIBATKAN BANJIR DI DAERAH CIKANDE

Dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan, sektor sumberdaya alam dan lingkungan hidup perlu memperhatikan penjabaran lebih lanjut mandat yang terkandung dari Program Pembangunan Nasional, yaitu pada dasarnya merupakan upaya untuk mendayagunakan sumberdaya alam yang dipergunakan

11

http://geo.ugm.ac.id/archives/125

(7)

sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup. Pembangunan Berkelanjutan (World Summit on Sustainable Development – WSSD) di Johannesburg Tahun 200213, Indonesia aktif dalam membahas dan berupaya mengatasi kemerosotan kualitas lingkungan hidup, maka diputuskan untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan generasi sekarang dan yang akan datang dengan bersendikan pada pembangunan ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup yang berimbang sebagai pilar-pilar yang saling bergantung dan memperkuat satu sama lain. Pembangunann berkelanjutan mengandung makna jaminan mutu kehidupan manusia dan tidak melampaui kemampuan ekosistem untuk mendukungnya. Konsep ini mengandung dua unsur: 14

1. Kebutuhan, khususnya kebutuhan dasar bagi golongan masyarakat yang kurang beruntung, yang amat perlu mendapatkan prioritas tinggi dari semua Negara.

2. Keterbatasan. Penguasaan teknologi dan organisasi sosial harus memperhatikan keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia pada saat ini dan di masa datang.

Hal ini mengingat visi pembangunan berkelanjutan bertolak dari Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yaitu terlindunginya segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; tercapainya kesejahteraan15umum dan kehidupan bangsa yang cerdas; dan dapat berperannya bangsa Indonesia dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

13 Lihat Supriadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia Sebuah Pengantar, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm. 76.

14

(8)

Sesuai dengan Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, dalam bidang lingkungan hidup memberikan pengakuan politis melalui transfer otoritas dari pemerintah pusat ke daerah:

a. Meletakan daerah pada posisi penting dalam pengelolaan lingkungan hidup. b. Memerlukan prakarsa lokal dalam mendesain kebijakan.

c. Membangun hubungan interdependensi antar daerah. d. Menetapkan pendekatan kewilayahan.

Dapat dikatakan bahwa konsekuensi pelaksanaan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dengan PP No. 20 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, pengelolaan lingkungan hidup titik tekannya ada di daerah, maka kebijakan nasional dalam bidang lingkungan hidup secara eksplisit PROPENAS merumuskan program yang disebut sebagai pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Program itu mencakup: 16

1. Program Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Program ini bertujuan untuk memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang lengkap mengenai potensi dan produktivitas sumber daya alam dan lingkungan hidup melalui inventarisasi dan evaluasi, serta penguasaan sistem informasi. Sasaran yang ingin dicapai melalui program ini adalah tersedia dan teraksesnya informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup, baik berupa infrastruktur data spasial, nilai dan neraca sumberdaya alam dan lingkungan hidup oleh masyarakat luas di setiap daerah. 2. Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Alam. Tujuan dari program ini adalah menjaga keseimbangan

(9)

pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup hutan, laut, air, udara dan mineral. Sasaran yang akan dicapai dalam program ini adalah termanfaatkannya suberdaya alam untuk mendukung kebutuhan bahan baku industri secara efisien dan berkelanjutan. Sasaran lain diprogram ini adalah terlindunginya kawasan-kawasan konservasi dari kerusakan akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak terkendali dan eksploitatif.

3. Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup. Tujuan Program ini adalah untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya mencegah kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, serta kegiatan industri dan transportasi. Sasaran program ini adalah tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan.

4. Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup. Program ini bertujuan untuk mengembangkan kelembagaan, menata sistem hukum, perangkat hukum dan kebijakan, serta menegakan hukum untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya alam dan pelestariaan lingkungan hidup yang efektif dan berkeadilan. Sasaran program ini adalah tersedianya kelembagaan bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup yang kuat dengan didukung oleh perangkat hukum dan perundangan serta terlaksannya upaya penegakan hukum secara adil dan konsisten.

(10)

keputusan, perencanaan, pelaksanaan sampai pengawasan. Sisi lemah dalam pelaksanaan peraturan perundangan lingkungan hidup yang menonjol adalah penegakan hukum. sehingga menimbulkan permasalahan lingkungan hidup. Sesuai dengan rencana Tindak Pembangunan Berkelanjutan dalam Perlindungan dan pengelolaan lingkungan Hidup dilakukan peningkatkan kualitas lingkungan melalui upaya pengembangan sistem hukum, instrumen hukum, penataan dan penegakan hukum termasuk instrumen alternatif, serta upaya rehabilitasi lingkungan. Kebijakan daerah dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup khususnya permasalahan kebijakan dan penegakan hukum yang merupakan salah satu permasalahan lingkungan hidup di daerah dapat meliput: 17

a. Regulasi Perda tentang lingkungan.

b. Penguatan kelembagaan lingkungan hidup.

c. Penerapan dokumen pengelolaan lingkungan hidup dalam proses perijinan.

d. Sosialisasi/pendidikan tentang peraturan perundangan dan pengetahuan tentang lingkungan hidup.

e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas koordinasi dengan instansi terkait dan stakeholders.

f. Pengawasan terpadu tentang penegakan hukum lingkungan.

g. Memformulasikan bentuk dan macam sangsi pelanggaran lingkungan hidup.

h. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia. i. Peningkatan pendanaan dalam pengelolaan lingkungan hidup. j. Regulasi Perda tentang lingkungan.

k. Penguatan kelembagaan lingkungan hidup.

l. Penerapan dokumen pengelolaan lingkungan hidup dalam proses perijinan.

m. Sosialisasi/pendidikan tentang peraturan perundangan dan pengetahuan tentang lingkungan hidup.

n. Meningkatkan kualitas dan kuantitas koordinasi dengan instansi terkait dan stakeholders.

o. Pengawasan terpadu tentang penegakan hukum lingkungan.

p. Memformulasikan bentuk dan macam sangsi pelanggaran lingkungan hidup.

17

(11)

q. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia. r. Peningkatan pendanaan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Kondisi lingkungan dari waktu ke waktu ada kecenderungan penurunan kualitas, penyebab utamanya yaitu karena pada tingkat pengambilan keputusan. Kepentingan pelestarian sering diabaikan sehingga menimbulkan adanya pencemaran dan kerusakan lingkungan18. Dengan terjadinya kerusakan dan pemcemaran lingkungan19 ternyata juga menimbulkan konflik sosial maupun konflik lingkungan.

Dengan berbagai permasalahan tersebut diperlukan perangkat hukum perlindungan terhadap lingkungan hidup. Secara umum telah diatur dengan undang-undang No.4 Tahun 1982. Namun berdasarkan pengalaman dalam pelaksanaan berbagai ketentuan tentang penegakan hukum sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Lingkungan Hidup, maka dalam Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup diadakan berbagai perubahan untuk memudahkan penerapan ketentuan yang berkaitan dengan penegakan hukum lingkungan yaitu Undang-undang No.4 tahun 1982 diganti dengan Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan diganti lagi dengan Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkunan Hidup dan diatur lebih lanjut dalam peraturan pelaksanaannya. Dalam penerapannya ditunjang dengan peraturan perundang-undangan yang sektoral. Hal ini mengingat pengelolaan lingkungan hidup memerlukan koordinasi dan keterpaduan secara sektoral dilakukan oleh departemen dan lembaga pemerintah non departemen sesuai dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing, seperti Undang-undang No.22 Tahun 2001 tentang Gas dan Bumi, UU No.24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang dan diikuti pengaturan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah,

18

Lihat Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta, 2004, hlm. 221-257.

(12)

Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Peraturan Daerah maupun Keputusan Gubernur. 20

Kemorosatan fungsi alam berupa banjir yang terjadi di daerah industri Cikande, Serang Timur, merupakan salah satu efek dari tidak terlaksananya rencana awal yang termaktub dalam berkas izin lingkungan berupa Amdal atau UKL/UPL. Berkas UKL/UPL merupakan berkas izin yang harus dilengkapi oleh seorang pengusaha ketika membuat atau membangun suatu industri atau pabrik. Pemaparan dalam berkas UKL/UPL haruslah meliputi pemaparan rencana yang akan dilakukan ketika seorang pengusaha akan melakukan kegiatan yang menyebabkan perubahan bentang alam dan diperkirakan akan ada pencemaran atau kerusakan lingkungan yang mungkin terjadi ketika melakukan kegiatan. Berkas UKL/UPL didalamnya terkandung pemaparan tentang masa pra konstruksi, masa konstruksi dan masa operasional yang akan dilakukan oleh pengusaha tersebut dalam melakukan aktivitas pembangunan dan opersional pabrik tersebut. Pada masa pra konstruksi, pada umumnya masa ini tidak mengakibatkan kerusakan bentang alam, karena pada masa ini, proses yang dilakukan adalah kegiatan pembebasan lahan, pematangan lahan dan proses perizinan. Masa konstruksi, dalam masa ini bersinggungan dengan bentang alam. Masa konstruksi kegiatan yang dilakukan merupakan proses pembangunan pabrik yang mengakibatkan banyak polusi udara, polusi suara dan bahkan kerusakan jalan yang diakibatkan karena banyaknya kendaraan berat yang keluar masuk untuk membawa barang-barang konstruksi, apabila pengaturan pembangunan tidak dilakukan dengan baik , dimungkinkan saluran drainase yang ada dapat tersumbat dan mengakibatkan banjir, oleh karena itu dalam masa konstruksi ini pembuatan drainase harus diperhatikan, dan daerah serapan air harus dibuat, agar air yang mengalir karena air limbah ataupun air hujan dapat tersalurkan dengan baik. Masa

(13)

operasional, merupakan masa kegiatan yang dilakukan oleh pabrik tersebut dalam melakukan produksi. Daerah serapan air dan drainase yang telah dibuat, apabila tidak dapat menampung debit air ataupun saluran tersebut macet, maka akan mengakibatkan air meluap dan banjir.

III. KEMACETAN DI DAERAH INDUSTRI CIKANDE – SERANG

Daerah Pancatama Idustrial Estate Cikande Serang Banten berada di Kabupaten Serang, di Jalan Raya Jakarta-Serang.21 Lokasi ini dipilih menjadi area penelitian karena di daerah ini setiap hari kerja selalu macet. Peneliti mengasumsikan bahwa kemacetan yang terjadi tidak hanya karena tempat tersebut menjadi pusat industri sehingga banyak pekerja yang beraktivitas, namun hal tesebut dikarenakan belum terimplementasikannya tata kelola lingkungan yang baik di daerah industri tersebut. Untuk melakukan spesifikasi dan memudahkan penelitian apakah benar asumsi tersebut, peneliti memilih melakukan penelitian terhadap UKL/ UPL dari salah satu pabrik yang ada di daerah Pancatama Industrial Estate. Dari hasil pemantauan dan wawancara, para pekerja merasakan kemacetan ketika akan berangkat ataupun pulang kerja. Kemacetan ini bisa berdampak pada ketidak efisienan waktu. Banyak waktu kerja yang terbuang karena macet. Setelah peneliti analisis, penumpukan kendaraan disatu jalur jalan yang mengakibatkan kemacetan, juga dikarenakan adanya pasar-pasar sepanjang jalan utama menuju Cikande. Terlebih pada setiap hari Senin dan Kamis, terdapat pasar harian yang mengakibatkan kemacetan lebih parah lagi. Kemacetan karena banyaknya kendaraan juga mengakibatkan peningkatan polusi udara. Bahan buangan karbondioksida yang dihasilkan dari kendaraan-kendaraan tersebut sudah tentu menambah polusi udara, dan membuat lingkungan serta kwalitas udara yang tidak nyaman. Selain kemacetan,

21http://www.google.co.id/#hlid&source=hp&biw=922&bih=359&q=lokasi+industri+di+cikande+sera ng.

(14)

karena tidak teraturnya sistem drainase di daerah industri tersebut, menyebabkan banjir sering terjadi, khususnya di musim penghujan. Hal tersebut sudah tentu akan mengurangi kwalitas hidup dari penduduk yang bertempat tinggal ataupun memilih beraktivitas di daerah tersebut.

Lokasi penelitian di Komplek Pancatama Leuwilimus, Cikande, Serang. Dalam peraturan daerah Kabupaten Serang No. 9 Tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah bahwa wilayah Desa Leuwilimus, Kecamatan Cikande dan Desa Nambo Ilir Kecamatan Kibin, merupakan daerah dengan peruntukan sebagai zona aneka industri. Pembangunan industri tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat serta menciptakan lapangan pekerjaan baru, khususnya untuk tenaga kerja setempat dan sekitarnya, sehingga akan memberikan dampak positif bagi kehidupan sosial dan memacu laju pertumbuhan ekonomi di wilayah Kabupaten Serang.

Pada waktu operasional pabrik dikawasan ini, akan terjadi kegiatan mobilisasi karyawan dan pengunjung serta transportasi barang, kegiatan tersebut akan mengakibatkan peningkatan volume lalu lintas di ruas jalan di dalam daerah Industri Pancatama Blok E-57 yang akan memberikan kontribusi terhadap pencemaran terhadap gas buang, debu dan kebisingan yang berasal dari kendaraan dan gangguan terhadap lalu lintas, aksesibilitas transportasi, dampak sosial serta keamanan disekitar kegiatan. Pembangunan pabrik merupakan kegiatan merubah fungsi lahan kosong menjadi bangunan yang nantinya akan membawa dampak perubahan lingkungan baik yang bersifat positif maupun negatif, maka berbagai dampak negatif penting yang mungkin timbul dapat diantisipasi dan dilakukan upaya pengelolaannya secara dini, sehingga kegiatan dapat berlangsung dengan baik.

IV. PENUTUP

(15)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Undang-Undang-undang Pokok Lingkungan Hidup) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.Undang-Undang tersebut juga memperhatikan bagaimana untuk menjaga agar lingkungan tidak tercemar, yaitu mengeluarkan Undang-undang yang menjaga agar bagaimana

lingkungan secara dini akan terjaga dari pencemaran atas adanya proses

pembangunan yaitu AMDAL22 (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan). Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Limbah B3, Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Peraturan

Perubahan atas Peraturan pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan

Limbah B3, Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran dan/atau Perusakan Laut, Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999

tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Berdasarkan analisis, ternyata penanggulangan tata kelola lingkungan pabrik setelah reformasi secara peraturan perundangan sudah baik, tetapi pelaksanaannya belum sesuai dengan apa yang diatur. Kesadaran masyarakat harus ditumbuhkan. Peningkatan kesadaran masyarakat mencakup kegiatan penyuluhan, penyebarluasan informasi dan pendidikan baik formal maupun nonformal tentang hukum limgkungan.23 Faktor pelaksana peraturan yaitu pengusaha dan pemerintah daerah yang masih banyak melanggar, menjadi kendala besar ketika peraturan yang sudah ada tidak di implementasikan. Faktor sanksi yang belum dilaksanakan secara tegaspun menjadi salah satu penyebab tata kelola lingkungan pabrik belum baik. Dari kesimpulan tersebut, penulis sarankan beberapa hal yang berkaitan dengan tata kelola lingkungan hidup di daerah Industri Pancatama Cikande Kabupaten Serang, sebagai bahan masukan, baik bagi masyarakat, pemerintah dan pihak swasta (investor), yaitu:

22 Lihat Raihan, Lingkungan dan Hukum Lingkungan, Universitas Islam Jakarta, Jakarta, 2007, hlm. 31-46.

(16)

1. Lokasi industri di daerah Cikande berpengaruh terhadap masyarakat dan lingkungan hidup pada umumnya. Kondisi ini tentu saja harus menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan Lingkungan Hidup, karena industri yang ada harus tetap menjaga sumber daya alam, sehingga pembangunan dapat berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2. Berkaitan dengan pengaruh positif lokasi industri yang ada, terutama dalam hal

penyerapan tenaga kerja, perlu ditingkatkan, baik secara kualitas maupun kuantitasnya, dengan harapan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang lebih baik.

3. Masalah kemacetan lalu lintas, sebaiknya dilakukan koordinasi secara rutin antara para investor yang ada di area Industri Cikande dengan pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Perhubungan Kabupaten Serang. Hal ini bisa dilakukan dengan cara pengaturan jam kerja antar pabrik. Agar tidak terjadi penumpukan kendaraan dan karyawan disatu waktu. Kemudian setiap pabrik menyediakan bus atau angkutan karyawan, sehingga mereka tidak membawa kendaraan sendiri, setidaknya mengurangi kemacetan.

(17)

DAFTAR PUSTAKA Buku Teks:

Iman Soeharto. 1990, Manajemen Proyek Industri (Persiapan, Pelaksanaan, Pengelolaan). Erlangga.

Munadjat Danusaputro. 1985, Hukum Lingkungan, Buku I: Umum, Bina Cipta, Bandung.

Otto Soemarwoto. 2004, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta.

P.Joko Subagyo. 1999, Hukum Lingkungan Masalah dan Penanggulangannya, Rineka Cipta, Jakarta.

Raihan. 2007, Lingkungan dan Hukum Lingkungan, Universitas Islam Jakarta, Jakarta.

Silalahi Daus. 2001, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Alumni, Bandung.

Supriadi. 2006, Hukum Lingkungan Di Indonesia Sebuah Pengantar, Sinar Grafika, Jakarta.

Tesis, koran

Ikomatussuniah. 2011, Tesis: Implementasi Tata Kelola Lingkungan Hidup Dalam Pembangunan Pabrik Di Daerah Cikande Kabupaten Serang Provinsi Banten.

Koran Jakarta, 20 Oktober 2009.

Peraturan Perundang-undangan Pembukaan UUD 1945

Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

(18)

Internet

http://geo.ugm.ac.id/archives/125

http://www.google.co.id/#hlid&source=hp&biw=922&bih=359&q=lokasi+industri+d i+cikande+serang.

Curiculum Vitae

Nama : Ikomatussuniah. SH., MH

Tempat/tanggal lahir : Serang, 24 Februari 1980.

Alamat : Jl. Kagungan No. 55 Rt.01/ Rw.03 Lontar Kidul Serang. BANTEN. 42115.

Pekerjaan : Tenaga Pengajar.

Status : Menikah.

Contact Person : 085213619713 / 081906429872. Alamat Email : ikomatussuniah80@yahoo.co.id Alamat Blog : ikomatussuniah-design.blogspot.com

Pendidikan

1. Taman Kanak-kanak Pertiwi Serang. Lulus tahun 1996. 2. Sekolah Dasar Negeri 6 Serang. Lulus tahun 1992. 3. SMP Negeri 1 Serang. Lulus tahun 1995.

(19)

5. Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten. Lulus tahun 2003. 6. Program Magister Hukum Pascasarjana Universitas Islam Jakarta. Lulus tahun

2011.

Riwayat pekerjaan

1. Dosen Luar Biasa di Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Tahun Akademik 2008/2009. Mata Kuliah yang diampu Hukum Perusahaan dan Hukum Ketenagakerjaan.

2. Dosen Luar Biasa di Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Tahun Akademik 2009/2010. Mata Kuliah yang diampu Hukum Perusahaan, Perbandingan Hukum Pidana dan Hukum Ketenagakerjaan.

3. Dosen Luar Biasa di Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Tahun Akademik 2010/2011. Mata Kuliah yang diampu Hukum Perusahaan, Hukum Perizinan, Pendidikan Pancasila, Perbandingan Hukum Perdata dan Hukum Ketenagakerjaan.

4. Dosen Luar Biasa di Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Tahun Akademik 2011/2012. Mata Kuliah yang diampu Hukum Perusahaan, Hukum Perizinan, Hukum Ketenagakerjaan, Perbandingan Hukum Perdata, Hukum Lingkungan dan Hukum Kepariwisataan.

5. Dosen Tidak Tetap di Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Tahun Akademik 2012/2013 sampai dengan sekarang. Mata Kuliah yang diampu Hukum Perusahaan, Hukum Pajak, Hukum Perizinan, Pendidikan Pancasila, Hukum Keuangan Negara, Hukum Kepariwisataan dan Hukum Perbankan. 6. Dosen Tidak Tetap STKIP Banten TA. 2010/2011. Mata Kuliah yang diampu

adalah Hukum Perdata.

(20)

Kegiatan Penelitian

1. Judul “Refleksi Undang-Undang Pemerintahan Daerah No. 22 Tahun 1999 Pasal

72 dihubungkan dengan Keputusan Bupati Serang No.

511.24/Kep.88-HUK/2003 tentang Penetapan Harga Kios dan Los Pasar Rau Serang”. 2003.

2. Judul “Implementasi Tata Kelola Lingkungan Hidup Dalam Pembangunan

Pabrik Di Daerah Cikande Kabupaten Serang Provinsi Banten”. 2011. 3. Ikomatussuniah.SH.MH (2012)

Makalah “Privatisasi BUMN” dipresentasikan pada 18 Juni 2012 dalam tutorial persiapan debat hukum mahasiswa untuk event Padjadjaran Law Fair.

4. Ikomatussuniah.SH.MH (2012)

Makalah “Kenaikan Bahan Bakar Minyak” dipresentasikan pada 10 Februari dalam tutorial debat konstitusi untuk event debat konstitusi di Mahkamah Konstitusi.

Karya Ilmiah Yang Sudah Diterbitkan

1. Artikel “ Mencermati Kasus Penembakan TKI Asal Nusa Tenggara Barat di

Malaysia”. Terbit di Majalah Dinamika Kabupaten Serang edisi vol. 36. No. 2

triwulan II Tahun 2012 - Hal 25-27.

2. Artikel “Mengulas Investasi Bodong”. Terbit di Majalah Dinamika Kabupaten

Serang edisi vol. 36, No. 3, triwulan III Tahun 2012 – Hal 10–12.

3. Artikel “Bentuk Tanggung Jawab Moral Pemerintah Dalam Sidang Isbat

Awal Ramadhan Dan Lebaran Umat, Demi Persatuan Dan Kesatuan Bangsa”.

Terbit di Majalah Dinamika Kabupaten Serang edisi vol. 36, No. 3, triwulan III Tahun 2012 – Hal 29-31.

4. Artikel “Pancasila Cegah Tawuran”. Terbit di Koran Kabar Banten rubrik

(21)

1. Anggota Fatayat NU Kabupaten Serang periode tahun 2003-2008.

2. Pengurus Pimpinan Wilayah Muslimat NU Propinsi Banten Periode 2011-2016 sebagai Sekretaris II berdasarkan Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muslimat NU No. 588/SK/A/PPMNU/IV/2011.

3. Pengurus Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Hukum Untirta Periode 2012-2016 sebagai anggota Bidang Dana dan Usaha.

Referensi

Dokumen terkait

Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan timbal (Pb) mainan edukatif balita dan kuesioner pengetahuan orang tua dan guru tentang timbal (Pb) pada mainan

Oleh karena itu penulis melakukan pembatasan mengenai daerah yang menjadi sasaran penelitian yaitu di Bank Jateng Cabang Wonogiri, maka penulis mengambil

Format Keputusan Kepala Desa tentang Penggunaan Aset Desa, Format Berita Acara dan Keputusan Kepala Desa tentang Penghapusan Aset Desa, Format Buku Inventaris Aset Desa,

• Guru memulai pelajaran dengan mengajak siswa mengamati gambar pada buku tema 6 Subtema 4 Pembelajaran 2, atau kalau guru, mempunyai tayangan video tentang sikap pemborosan

Hal ini sesuai dengan pendapat Soedjana (1986) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik adalah kerangka konseptual sebagai

5 diperlukan di kantor ini (PT. Finnet Indonesia), namun belum ada penelitian mengenai hal tersebut, sehingga kami dari pihak Human Resource belum tahu apakah self concept yang

he irst hypothesis is “there is positive and signiicant inluence of school policy, curriculum implementation, school culture and school infrastructure management collectively

Saya pernah menggunakan jasa doorsmeer ditempat lain.,menurut saya perbedaannya dengan doorsmeer lain terletak diruang tunggu Sabena yang luas dan juga