• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lapak Fraksinasi Buah Keben (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Lapak Fraksinasi Buah Keben (1)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

FRAKSINASI EKSTRAK BUAH KEBEN (Barringtonia asiatica)

Kattia Setiyani Widiastuti 230210130062

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Studi Ilmu Kelautan Jl. Raya Bandung – Sumedang Km 21 Jatinangor 45363

katiasetiyani@yahoo.com

ABSTRAK

Kandungan senyawa bioaktif banyak ditemukan di sumber daya alam pesisir. Keben merupakan salah satu tumbuhan yang hidup di wilayah pesisir. Untuk mengisolasi senyawa bioaktif yang terdapat dalam buah keben dilakukan proses fraksinasi. Fraksinasi dilakukan dengan metode cair-cair secara bertingkat yaitu dengan menggunakan berbagai macam pelarut yang tingkat kepolarannya berbeda-beda. Pelarut yang digunakan yaitu n-heksan, etil asetat, dan butanol. Dari berat fraksi yang dihasilkan dapat dihitung nilai rendemen yang merupakan perbandingan dari berat fraksi pekat dengan berat ekstrak sampel. Nilai rendemen yang dihasilkan menunjukkan bahwa simplisia keben mengandung berbagai macam senyawa baik bersifat semi polar maupun non polar. Sedangkan pada pelarut polar proses fraksinasi gagal dilakukan karena ketidaksesuaian titik didih pelarut dengan suhu yang digunakan saat proses evaporasi.

Kata kunci: pelarut, butanol, n-heksan, etil asetat, fraksinasi, rendemen

ABSTRACT

The content of bioactive compounds found in many coastal natural resources. Keben is one of the plants that live in coastal areas. To isolate the bioactive compounds found in fruits keben, fractionation process was used. Fractionation was conducted using liquid-liquid in stages by using various kinds of solvents of different polarity level. The solvent used is n-hexane, ethyl acetate and butanol. From the weight of the resulting fractions can be calculated yield value is the ratio of the weight fraction of the weight concentrated sample extract. The resulting yield value indicates that the bulbs contain various compounds keben both are semi-polar and non-polar. While the polar solvent fractionation process failed because of incompatibility with the temperature of the boiling point of the solvent used during the process of evaporation.

(2)

PENDAHULUAN

Butun atau keben (Barringtonia asiatica) adalah sejenis pohon yang tumbuh di pantai-pantai wilayah tropika, di Samudra Hindia, kawasan Malesia, hingga ke pulau-pulau di Pasifik barat. Nama lainnya adalah putat laut. Biasanya tumbuh pada pantai berpasir atau koral-pasir disepanjang pantai atau rawa mangrove pada ketinggian 0–350 m di atas permukaan laut Buahnya terapung di air, sehingga tersebar secara luas pada banyak pulau dan pantai. Keben mengungkap kandungan senyawa aktif dalam tanaman keben. Greshoff, peneliti dari Belanda menemukan jenis-jenis saponin di dalam biji yang sudah diterapkan dalam ilmu kedokteran. Dengan kandungan senyawa tersebut, keben telah dilaporkan memiliki banyak aktivitas farmakologi seperti antibakteri, antijamur, dan antitumor. Selain itu, senyawa saponin dari buah keben telah banyak digunakan sebagai racun ikan.

Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa – senyawa berdasarkan tingkat kepolaran. Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan menjadi fraksi berbeda – beda tergantung pada jenis tumbuhan. Pada prakteknya dalam melakukan fraksinasi digunakan dua metode yaitu dengan menggunakan corong pisah dan kromatografi kolom.

Corong pemisah atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase pelarut dengan densitas berbeda.

Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran (padat, cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil (fraksi)

komposisi perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini didasarkan pada bobot dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling dasar sedang fraksi yang lebih ringan akan berada diatas.

Fraksinasi bertingkat umumnya diawali dengan pelarut yang kurang polar dan dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar. Selanjutnya dihitung nilai rendemen, dimana Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal.

Tujuan dilakukannya fraksinasi yaitu untuk mendapatkan fraksi-fraksi senyawa murni yang nantinya akan digunakan untuk uji fitokimia yang menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat dari suatu bahan alam. Sedangkan tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu agar praktikan mengetahui cara

Alat yang digunakan adalah corong pisah, botol vial, gelas ukur, pipet tetes, dan rotary evaporator. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu pelarut dengan jenis kepolaran yang berbeda (n-heksan, etil asetat, dan butanol), akuades, serta simplisia biji buah keben sebagai sampel.

Metode fraksinasi yang digunakan adalah metode cair-cair dengan corong pisah. Proses ini dilakukan secara bertingkat, yaitu dengan menggunakan berbagai pelarut dengan kepolaran dan berat jenis yang berbeda-beda.

(3)

Fraksinasi diawali dengan pelarut non polar (n-heksan) sebanyak 100 ml, sehingga diperoleh fraksi n-heksan dan air. Fraksi air selanjutnya dilarutkan dengan pelarut semi polar (etil asetat) sebanyak 100 ml, sehingga diperoleh fraksi etil asetat dan air. Fraksinasi terakhir dengan pelarut polar (n-butanol) sebanyak 100 ml, sehingga diperoleh fraksi n-butanol dan air. Fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi n-butanol diuapkan dengan rotary epavorator sampai kering pada suhu 40-50C.

Tahapan analisis data dengan metode deskriptif yaitu pembahasan dari hasil yang

didapat, dan kuantitatif dengan menghitung nilai rendemen dari tiap pelarut yang berbeda dari setiap shift. Perhitungan nilai rendemen menggunakan rumus:

Rendemen=berat fraksi pekat(gr) berat sampel(gr)

x 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari pelaksanaan fraksinasi yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang dilampirkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Tabel Pengamatan Fraksinasi Ekstrak Metanol Barringtonia asiatica

Proses fraksinasi yang telah dilakukan menghasilkan nilai rendemen yang berbeda-beda. Pada pelarut etil asetat, didapatkan nilai rendemen yang berkisar antara 32,5-36,5%. Nilai yang cukup besar ini menunjukkan bahwa senyawa yang sebagian besar terkandung pada buah keben memiliki sifat kepolaran yang sama dengan pelarutnya yaitu semi-polar. Berdasarkan referensi, keben mengandung senyawa saponin, terpen, alkaloid, triterpenoid, fenolik dan tanin. Sedangkan pada pelarut n-heksan shift 1, didapatkan nilai rendemen 49,6%. Nilai ini lebih besar dari persen rendemen etil asetat, yang berarti kandungan senyawa

non-polar pada buah keben besar. Namun hasil

rendemen yang didapatkan dengan

pelarut n-heksan pada shift 2 dan 3 menunjukkan nilai yang sangat besar, SHIFT PELARUT Volume filtrate

(ml)

BERAT FRAKSI (gram)

Rendemen (%)

1 Etil asetat 409 1.4579 36,5

n-heksan 394 1.9831 49,6

Butanol 355 -

-2 Etil asetat 349 1.389 34,7

n-heksan 397 7.4014 185

Butanol 485 -

-3 Etil asetat 349 1.302 32,5

n-heksan 405 9.9277 248,2

(4)

-melebihi 100%. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan kesalahan saat proses pemisahan fraksi, dimana akuades ikut terbawa. Akuades ini selanjutnya akan berpengaruh pada proses penguapan, dimana suhu yang digunakan saat penguapan ±60 °C sedangkan titik didih air 100°C sehingga gagal diuapkan.

Pada pelarut butanol, tidak didapatkan hasil karena ekstrak tidak dapat menguap. Etil asetat mempunyai titik didih sebesar 77oC dengan berat jenis 0,8945 gr/ml. N-heksan memiliki berat jenis 0.6548 g/mL dan titik didih: 69 °C, serta butanol memiliki titik didih 117-118 oC, dan berat jenis 0,811 g/ml. Sama seperti air, titik didih butanol yang sangat tinggi dapat menjadi faktor intrinsik mengenai gagalnya proses penguapan. Hal ini disebabkan suhu yang digunakan saat proses penguapan tidak cukup untuk menguapkan butanol. Berdasarkan referensi, buah keben mengandung senyawa saponin yang bersifat polar, maka dari itu pelarut butanol yang bersifat polar juga seharusnya menghasilkan nilai rendemen yang tinggi.

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses fraksinasi, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internalnya yaitu pelarut yang digunakan, mencakup sifat kepolaran dan titik didih. Sifat kepolaran berpengaruh karena suatu senyawa akan cenderung larut pada larutan yang memiliki sifat kepolaran yang sama pula. Sedangkan titik didih berpengaruh saat proses penguapan. Faktor eksternalnya yaitu suhu dan waktu. Suhu yang digunakan saat proses penguapan sangat penting untuk menyesuaikan dengan titik didih pelarut. Sedangkan waktu berpengaruh terhadap proses fraksinasi, dimana semakin lama waktu fraksinasi, semakin kecil persentase rendemen yang didapatkan karena banyak fraksi-fraksi yang kembali larut.

KESIMPULAN

Dari pelaksanaan proses fraksinasi yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa setiap pelarut menghasilkan nilai rendemen yang berbeda-beda. Pelarut etil asetat menghasilkan nilai rendemen yang cukup tinggi yang berarti buah keben mengandung senyawa yang bersifat semi-polar. Pada pelarut n-heksan dapat dikatakan kurang berhasil karena persentase rendemen yang dihasilkan sangat besar, dan proses fraksinasi pada pelarut butanol gagal karena suhu yang digunakan saat proses evaporasi dengan titik didih pelarut tidak sesuai.

Untuk proses fraksinasi berikutnya, disarankan agar praktikan memahami titik didih dari tiap pelarut sehingga dapat disesuaikan dengan temperature saat proses

penguapan. Juga memperhatikan Jengkol (Pithecolobium lobatum Benth) dan Penentuan Nilai KHM-nya. Jurnal Penelitian Sains Vol. 14 Mp. 1(D)

(5)

Gambar

Tabel 1. Tabel Pengamatan Fraksinasi Ekstrak Metanol Barringtonia asiatica

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dikatakan berhasil diukur berdasarkan indikator keberhasilan dimana sekurang-kurangnya nilai rata-rata hasil belajar siswa 7,0 dengan persentase 75% serta siswa

Kumang pada tahun 2013 dan 2014 menunjukan kinerja keuangan.. Kinerja dikatakan kurang ideal karena persentase yang dihasilkan. tidak sesuai dengan kriteria ideal menurut

Perlakuan pelarut terbaik untuk proses ekstraksi senyawa bioaktif adalah etanol dan aseton (1:1) dengan hasil rendemen tertinggi yaitu 4,3% dan potensi senyawa bioaktif dalam

Telah dilakukan penelitian toksisitas sari total dan fraksi sari basil fraksinasi dengan n-Heksan buah mengkudu masak dengan metode Brine Shrimp Lethality Test

Rendahnya rendemen ekstrak yang diperoleh dengan menggunakan pelarut heksan karena bahan aktif yang terkandung pada daun E tirucalli sudah lebih dahulu diikat

dikatakan kurang apabila posisi badan duduk, dengan posisi telapak kaki menjinjit dan diduduki. e) Gerak sembah dikatakan gagal apabila siswa tidak dapat memeragakan apa

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah dan lembaga hukum gagal dalam menjalankan tugasnya dengan benar, jika suatu tugas atau aturan itu sudah dikatakan berhasil maka

KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah Konsentrasi pelarut yang digunakan untuk menghasilkan rendemen tawas kalium terbanyak adalah KOH 40% dan H2SO4 8M, dihasilkan persen