• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR DAN DAFTAR ISI benar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KATA PENGANTAR DAN DAFTAR ISI benar"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berisi tentang “Peritonitis” dengan lancar.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan serta menambah wawasan tentang peritonitisyang terdapat dalam kesehatan untuk mendukung suatu kinerja..Penulisan makalah ini di dasarkan pada data sekunder dari beberapa informasi baik dari buku maupun internet yang membahas tentang peritonitis.

Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dan dapat manambah wawasan kita mengenai lebih dalam tentang peritonitis yang mendukung menejemen dalam kesehatan terutama manajemen kebidanan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, juni 2014

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang………1

B. Rumusan Masalah………...2

C. Tujuan ……….2

BAB II TINJAUAN TEORI

1.1

Definisi Peritonitis………..3

1.2

Anatomi Fisiologi

1.3

Etiologi Peritonitis………..4

1.4

Patofisiologi peritonitis………..5

1.5

Manifestasi Klinik Peritonitis………7

1.6

Komplikasi Peritonitis………...9

1.7

Penatalaksanaan/pengobatan Peritonitis………..9

1.8

Diagnosa keperawatan peritonitis………..15

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ………..21

B. Saran ………22

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyakit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis/ kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi. Pasien dengan peritonitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat atau sistemik dengan syok sepsis.

Infeksi peritonitis terbagi atas penyebab primer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organ visceral), atau penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat). Infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis infeksi (umum) dan abses abdomen (local infeksi peritonitis relative sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang mendasarinya.

Penyebab peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati kronik. Penyebab lain peritonitis sekunder adalah perforasi apendisitis, perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat diverdikulitis, volvulus dan kanker, dan strangulasi kolon ascendens.

Penyebab iatrogenic umumnya berasal dari trauma saluran cerna bagian atas termasuk pancreas, saluran empedu dan kolon kadang juga dapat terjadi dari trauma endoskopi. Jahitan operasi yang bocor (dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya peritonitis.

1.2 Rumusan Masalah

(4)

2. Bagaimanakah patofisiologi peritonitis itu ?

3. Apakah manifestasi klinik peritonitis, dan komplikasi peritonitis itu ?

4. Bagaimanakah penatalaksanaan/pengobatan peritonitis, dan pengkajian keperawatan peritonitis itu ?

5. Apakah diagnosa kebidanan dari peritonitis itu ? dan Bagaimanakah rencana intervensi peritonitis itu ?

1.3 Tujuan Makalah

Tujuan Makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dan etiologi peritonitis.

2. Untuk mengetahui patofisiologi peritonitis.

3. Untuk mengetahui manifestasi klinik, dan komplikasi peritonitis.

4. Untuk mengetahui penatalaksanaan/pengobatan, dan pengkajian peritonitis.

(5)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pengertian

Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum yang biasanya di akibatkan oleh infeksi bakteri, organisme yang berasal dari penyakit saluran pencernaan atau pada organ-organ reproduktif internal wanita (Baugman dan Hackley, 2000). Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi rongga abdomen (Corwin, 2000).

Peritonitis adalah inflamasi rongga peritoneal dapat berupa primer atau sekunder, akut atau kronis dan diakibatkan oleh kontaminasi kapasita peritoneal oleh bakteri atau kimia (marylinn E,doenges, 1999 hal:513)

1.2 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai anus (Syaifudin, 1997).

Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ aksesori. Secara anatomi saluran pencernaan terbagi atas dua bagian yaitu saluran pencernaan atas yang dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal dan saluran pencernaan bawah terdiri dari usus halus bagian proksimal sampai anus, sedangkan organ aksesori terdiri dari hati, kandung empedu, dan pankreas. (Pearce, c, Evelyn.1999)

a. Susunan saluran pencernaan

Menurut Pearce, c, Evelyn (1999), susunan saluran pencernaan adalah sebagai berikut :

(6)

Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan yang terdiri dari dua bagian luar yang bersifat (vestibula) yaitu ruang diantara gusi dan gigi dengan bibir dan pipi. Serta bagian dalam yang terdiri atas rongga mulut dimana terdapat palatum anterior dan posterior yang terdiri atas membran mukosa (palatum mole).

Proses pencernaan dimulai dengan aktivitas mengunyah, dengan cara menghancurkan makanan sehingga tidak melukai dinding saluran pencernaan dan memungkinkan membran saluran pencernaan merata dengan bahan yang terdapat dalam saliva (liur) yang mengandung enzim pencernaan pati amilase, enzim amilase akan memecah amilum menjadi maltose.

Proses mengunyah ini merupakan kegiatan yang terkoordinasi antara lidah, gigi, dan otot-otot pengunyah. Di dalam mulut terdapat kelenjar saliva yang menghasilkan saliva yang berguna untuk proses pencernaan dengan cara mencerna hidrat arang khususnya amilase, melicinkan bolus sehingga mudah ditelan, menetralkan dan mengencerkan bolus, selain itu proses menghisap, menggigit, dan menelan juga merupakan aktivitas mulut.

Dalam proses pengeluaran (sekresi) saliva dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor mekanis-adanya benda (bolus) dalam mulut, faktor psikis bila mencium atau mengingat makanan yang enak dan faktor kimiawi bila makanan terasa asam atau asin.

2) Faring dan Esofagus

Merupakan saluran pencernaan yang terletak di belakang hidung, mulut dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar di bagian atas, yang berjalan hingga vetebra servikal ke-6, kemudian faring langsung berhubungan dengan esofagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang ±20-25 cm, yang terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung kemudian masuk melalui thorak menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen dan menyambung dengan lambung.

(7)

dimaksud untuk mencegah gerakan balik ke sisi organ bagian atas yaitu esofagus. Proses penghantaran makanan dilakukan dengan kerja peristaltik, lingkaran serabut otot di depan makanan mengendor dan yang di belakang makanan berkontraksi.

3) Rongga Abdomen

Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas dari atas diafragma sampai pelvis dibawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi 2 bagian – abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil.

Batas-batas abdomen : - Atas : diafragma

- Bawah : pintu masuk panggul dari panggul besar

- Depan dan kedua sisi : otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah

- Belakang : tulang punggung dan otot polos dan quadratus lumborum Isi abdomen :

Sebagian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus dan usus besar. 1. Lambung

Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang. Lambung terletak di oblik kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat di bawah diafragma. Kapasitas normal lambung 1 – 2 liter. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum pylorus

2. Usus halus

Usus halus merupakan tabung kompleks berlipat-lipat yang membentang dari pylorus sampai katup ilosekal, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan

a) Duodenum

(8)

bermuara saluran empedu (duktus kaledokus) dan saluran pancreas (duktus pankreatitis).

Empedu dibuat dari hati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui duktus kaledokus yang fungsinya mengemulsikan lemak dengan bantuan lipase.

Pankreas juga menghasilkan amylase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida dan tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau albumin dan polipeptida.

b) Yeyenum dan Ileum

Yeyenum dan ileum mempunyai panjang ± 6 meter. Sambungan yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Lekukan-lekukan yeyenum menduduki bagian kiri atas rongga abdomen, sedangkan ileum cenderung menduduki bagian bawah kanan rongga abdomen dan rongga pelvis. Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang orifisium ileosekal.

3. Usus Besar

Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 1,5 meter yang terbentang dari sekum sampai canalis ani.

a) Sekum

Pada sekum terdapat katup ileosekal dan appendiks yang melekat pada ujung sekum. Katup ileosekal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Appendiks sebagai organ pertahanan terhadap infeksi, kadang appendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan perforasi dindingnya kedalam rongga abdomen.

b) Kolon

(1) Kolon ascendens

Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur keatas dari ileum kebawah hati.

(2) Kolon Transversum

Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon ascendens sampai ke kolon descendens berada dibawah abdomen

(9)

Panjangnya 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah

(4) Kolon Sigmoid

Merupakan lanjutan dari kolon descendens terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.

c) Rektum

Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus.

4) Anus

Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dari udara luar. Dinding anus diperkuat oleh 3 sfingter :

a) Sfingter ani internus berada diatas, bekerja tidak menurut kehendak b) Sfingter levator ani, bekerja tidak menurut kehendak

c) Sfingter ani eksternus berada dibawah, bekerja menurut kehendak

Menurut Syaifudin (1997), Susunan saluran pencernaan adalah sebagai berikut : 1) Mulut

Di dalam rongga mulut terdapat : a) Geligi

(1) gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan, lengkap pada umur 2 ½ tahun jumlahnya 20 buah, disebut juga gigi susu.

(2) gigi tetap (gigi permanent) tumbuh pada umur 6-18 bulan tahun jumlahnya 32 buah.

Fungsi gigi terdiri dari gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring untuk memutuskan makanan yang keras dan liat, dan gigi geraham gunanya untuk mengunyah makanan yang sudah dipotong-potong.

b) Lidah

Lidah dibagi atas tiga bagian, yaitu radiks (pangkal) lidah, dorsum (punggung) lidah, dan apeks (ujung) lidah. Fungsinya yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengecap dan menelan, serta merasakan makanan.

(10)

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan esofagus, didalam lengkung faring terdapat tonsil yang merupakan kumpulan dari kelenjar limfe dan banyak mengandung limfosit serta merupakan pertahanan terhadap infeksi.

3) Esofagus

Merupakan saluran yang menghubungkan faring dengan lambung, panjangnya ±25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah lambung.

4) Lambung

Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.

Fungsi lambung terdiri dari :

a) Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung.

b) Getah cerna lambung yang dihasilkan :

(1) Pepsin fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan peptone).

(2) Asam garam (HCl) fungsinya mengasamkan makanan, sebagai anti septic dan desinfektan,serta membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.

(3) Renin fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari karsinogen (karsinogen dan protein susu).

(4) Lapisan lambung jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang merangsang sekresi getah lambung .

5) Intestinum minor

Intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum panjangnya ±6 meter, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan yang terdiri dari :

(11)

c) Ileum

Fungsi usus halus, terdiri dari :

a) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.

b) Menyerap protein dalam bentuk asam amino. c) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.

6) Intestinum mayor

Panjangnya ±1 ½ meter, lebarnya 5-6 cm. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam keluar yaitu, selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri koli dan tempat feses. Usus besar terdiri dari seikum, kolon asendens, kolon transversum, dan kolon desendens.

7) Rektum 8) Anus

b. Peritoneum (selaput perut)

Peritoneum terdiri dari dua bagian yaitu peritoneum parietal yang melapisi dinding rongga abdomen dan peritoneum viseral yang melapisi semua organ yang berada dalam rongga abdomen.

Ruang yang terdapat diantara dua lapisan ini disebut ruang peritoneal atau kantung peritoneum. Pada laki-laki merupakan kantong tertutup dan pada perempuan merupakan saluran telur yang terbuka masuk kedalam rongga peritoneum. Didalam peritoneum terdapat banyak lipatan atau kantung.

Lipatan besar (omentum mayor) banyak terdapat lemak yang terletak disebelah depan lambung. Lipatan kecil (omentum minor) meliputi hati, kurvantura minor dan lambung berjalan keatas dinding abdomen dan membentuk mesentrium usus halus.

Fungsi peritoneum :

1) Menutupi sebagian dari organ abdomen dan pelvis.

(12)

3) Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding posterior abdomen.

4) Tempat kelenjar limpe dan pembuluh darah yang membantu melindungi terhadap infeksi (Syaifudin, 1997).

1.3 Etiologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2001), penyebab dari peritonitis antara lain :

a. Infeksi bakteri : organisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal atau pada wanita dari organ reproduktif internal. Bakteri paling umum yang terkait adalah E. coli, klebsiella, proteus, dan pseudomonas.

b. Sumber eksternal seperti cedera atau trauma (misal luka tembak atau luka tusuk) atau inflamasi yang luas yang berasal dari organ diluar peritoneum seperti ginjal.

c. Penyakit gastrointestinal : appendicitis, ulkus perforasi, divertikulitis dan perforasi usus.

d. Proses bedah abdominal dan dialisis peritoneal.

Patofisiologi

Adanya inflamasi, infeksi, iskemia, trauma, atau perforasi tumor

Kebocoran isi dari organ abdomen kedalam rongga abdomen

(13)

Cairan dalam rongga abdomen menjadi keruh dengan peningkatan jumlah protein, sel darah putih, debris seluler dan darah

Hipermotilitas, ileus paralitik, akumulasi cairan dan udara dalam usus

Gambar 2. Bagan Patofisiologi Peritonitis (Smeltzer dan Bare, 2001, hal. 1103)

Manifestasi Klinis

Menurut Corwin (2000), gambaran klinis pada penderita peritonitis adalah sebagai berikut :

a. Nyeri terutama diatas daerah yang meradang.

b. Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia karena perpindahan cairan kedalam peritoneum.

c. Mual dan muntah. d. Abdomen yang kaku.

e. Ileus paralitik (paralisis saluran cerna akibat respon neurogenik atau otot terhadap trauma atau peradangan) muncul pada awal peritonitis.

f. Tanda-tanda umum peradangan misalnya demam, peningkatan sel darah putih dan takikardia.

g. Rasa sakit pada daerah abdomen h. Dehidrasi

i. Lemas

(14)

m. Nafas dangkal

n. Tekanan darah menurun o. Nadi kecil dan cepat p. Renjatan

q. Berkeringat dingin r. Pekak hati menghilang

Dampak terhadap perubahan system tubuh lain 1) Sistem pernafasan

Adanya perasaan nyeri di daerah perut menyebabkan klien takut bernafas sehingga udara yang masuk tidak maksimal, dan pernafasan klien menjadi cepat. Dengan adanya peritonitis cairan dalam abdomen meningkat sehingga menyebabkan tekanan yang membatasi ekspansi paru tidak optimal.

2) Sistem pencernaan

Peritonitis menyebabkan cairan dari organ abdomen keluar rongga abdomen akibat dari terjadinya infeksi pada salah satu organ abdomen yang menyebabkan peritonitis, sehingga organ-organ abdomen terinfeksi oleh cairan tadi yang menyebabkan perforasi atau infeksi organ-organ abdomen. Sehingga peristaltic usus menurun karena usus terinnfeksi, sehingga pengeluaran feses terhambat. 3) Sistem kardiovaskuler

Akibat peritonitis terjadi perpindahan cairan secara besar dari lumen usus ke dalam romgga peritoneal dan menurunkan cairan dalam rongga vascular sehingga dapat menyebabka hipovolemia.

4) system Perkemihan

Peningkatan cairan dalam rongga intertisial dan penurunan cairan dalam ruang vascular mengakibatkan penurunan cairan dan serum dalam tubuh sehingga merangsang hipotalamus untuk megsekresi aldostteron yang akan meningkatkan reabsorbsi air dan antrium dalam tubulus ginjal dan menyebabkan penurunan produksi urine.

(15)

menghasilkan eritropoeitin karena adanya hipoksia jaringan akibat penurunan jumlah darah, hal ini dapat menyebabkan peningkatan kerja ginjal, sedangkan suplai nutrisi dan O2 sedikit dan jika berlangsung lama dapat mempercepat kerusakan ginjal.

5) Sistem Syaraf

Peritonitis merupakan inflamasi peritoneum karena infeksi bakteri ynag berasal dari salah satu organ dalam rongga peritoneum, Karen ainfeksi tersebut sehingga dapat merangsang pem=ngeluaran zat-zat proteolitik untuk mensekresi serotonin, histamine dan bradikinin sehingga menimbulkan nyeri.

6) Sistem muskuloskeletal

Dampak dari tindakan operasi bagi klien yang tidak adequat akan menimbulkan ketidakstabilan dalam mobilisasi dini dan melakukan aktivitas. Adanya rasa nyeri akibat luka, ketahanan dan kekuatan menurun dapat mempengaruhi terhadap aktivitas atau mobilitas fisik klien. Ketidaktahuan klien tentang regimen pasca operasi juga mempengaruhi pemenuhan perawatan diri klien.

Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Doengoes, Moorhouse, dan Geissler (1999), pemeriksaan diagnostic pada peritonitis adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan darah lengkap : sel darah putih meningkat kadang-kadang lebih dari 20.000 /mm3. Sel darah merah mungkin meningkat menunjukan hemokonsentrasi .

b. Albumin serum, mungkin menurun karena perpindaahan cairan. c. Amylase serum biasanya meningkat.

d. Elektrolit serum, hipokalemia mungkin ada.

e. Kultur, organisme penyebab mungkin teridentifikasi dari darah, eksudat/sekret atau cairan asites.

f. Pemeriksaan foto abdominal, dapat menyatakan distensi usus ileum. Bila perforasi visera sebagai etiologi, udara bebas akan ditemukan pada abdomen. g. Foto dada, dapat menyatakan peninggian diafragma.

(16)

Penatalaksanaan Medis

Menurut Netina (2001), penatalaksanaan pada peritonitis adalah sebagai berikut : a. Penggantian cairan, koloid dan elektrolit merupakan focus utama dari penatalaksanaan medik.

b. Analgesik untuk nyeri, antiemetik untuk mual dan muntah.

c. Intubasi dan penghisap usus untuk menghilangkan distensi abdomen.

d. Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk memperbaiki fungsi ventilasi.

e. Kadang dilakukan intubasi jalan napas dan bantuan ventilator juga diperlukan.

f. Therapi antibiotik masif (sepsis merupakan penyebab kematian utama). g. Tujuan utama tindakan bedah adalah untuk membuang materi penginfeksi dan diarahkan pada eksisi, reseksi, perbaikan, dan drainase.

h. Pada sepsis yang luas perlu dibuat diversi fekal.

B. Asuhan Keperawatan Peritonitis

Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nurusalam, 2001, hal. 17).

Menurut Doengoes, Moorhouse, dan Geissler (1999), pengkajian pada penderita dengan peritonitis adalah sebagai berikut :

a. Aktivitas/Istirahat Gejala : Kelemahan.

Tanda : Kesulitan ambulasi. b. Sirkulasi

Gejala : Takikardia, berkeringat, pucat, hipotensi (tanda syok). Edema jaringan.

(17)

Gejala : Ketidakmampuan defekasi dan flatus, diare (kadang-kadang). Tanda : Cegukan ; distensi abdomen, abdomen diam.

Penurunan haluaran urin, warna gelap.

Penurunan/tak ada bising usus (ileus), bunyi keras hilang timbul, bising usus kasar (obstruksi), kekakuan abdomen, nyeri tekan.Hiperesonan/timpani (ileus), hilang suara pekak diatas hati (udara bebas dalam abdomen).

d. Makanan/Cairan

Gejala : Anoreksia, mual/muntah, haus. Tanda : Muntah proyektil.

Membran mukosa kering, lidah bengkak, turgor kulit buruk. e. Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Nyeri abdomen tiba-tiba berat, umum atau lokal, menyebar ke bahu, terus menerus oleh gerakan.

Tanda : Distensi, kaku, nyeri tekan.

Otot tegang (abdomen), lutut fleksi, perilaku distraksi, gelisah, fokus pada diri sendiri.

f. Pernapasan

Gejala : Pernapasan dangkal, takipnea. g. Keamanan

Gejala : Riwayat inflamasi organ pelvik (salpingitis), infeksi pasca melahirkan, abses peritoneal.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan seperti yang di kutip oleh Carpenito (2000) oleh Nursalam (2001, hal. 35) adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntanbilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah.

(18)

a. Risiko tinggi terhadap infeksi (septikemia) berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer (kulit rusak, trauma jaringan, gangguan peristaltik). b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan ekstraseluler, intravaskuler dan area interstisial kedalam usus dan/atau area peritoneal.

c. Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi kimia peritoneum perifer (toksin), trauma jaringan, akumulasi cairan dalam rongga abdomen/peritoneal (distensi abdomen).

d. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah, disfungsi usus, abnormalitas metabolik, peningkatan kebutuhan metabolik.

e. Ansietas berhubungan dengan kritis situasi, ancaman kematian, status hipermetabolik.

f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

Rencana dan Rasional

Secara sederhana rencana keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi (Nursalam, 2001, hal. 51)

Rencana intervensi untuk diagnosa keperawatan pada klien dengan peritonitis menurut Doenges, dkk. (1999) adalah sebagai berikut :

a. Risiko tinggi terhadap infeksi (septikemia) berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer (kulit rusak, trauma jaringan, gangguan peristaltik). Tujuan : Meningkatnya penyembuhan pada waktunya, bebas drainase purulen atau eritema, tidak demam.

Intervensi :

1) Kaji tanda vital dengan sering, catat tidak membaiknya atau berlanjutnya hipotensi, penurunan tekanan nadi, takikardia, demam, takipnea.

(19)

2) Catat warna kulit, suhu, kelembaban.

Rasional : Hangat, kemerahan, kulit kering adalah tanda dini septicemia, selanjutnya manifestasi termasuk dingin, kulit pucat lembab dan sianosis sebagai tanda syok.

3) Pertahankan teknik aseptic ketat pada perawatan drain abdomen atau luka insisi/terbuka.

Rasional : Mencegah meluas dan membatasi penyebaran organisme infeksi/kontaminasi silang.

4) Observasi drainase pada luka/drain.

Rasional : Memberikan informasi tentang status infeksi.

5) Pertahankan teknik steril bila pasien terpasang kateter, dan berikan perawatan kateter/kebersihan perineal rutin.

Rasional : Mencegah penyebaran, membatasi pertumbuhan bakteri pada traktus urinarius.

6) Kolaborasi : Ambil contoh/awasi hasil pemeriksaan seri darah, urine, kultur luka.

Rasional : Mengidentifikasi mikroorganisme dan membantu dalam mengkaji keefektifan program antimicrobial.

7) Kolaborasi : Bantu dalam aspirasi peritoneal, bila diindikasikan.

Rasional : Dilakukan untuk membuang cairan dan untuk mengidentifikasi organisme infeksi sehingga terapi antibiotic yang tepat dapat diberikan.

8) Kolaborasi : Berikan antimikrobial, contoh gentamicin (garamycin). Rasional : Terapi ditujukan pada bakteri anaerob dan basil aerob gram negatif. b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan ekstraseluler, intravaskuler dan area interstisial kedalam usus dan/atau area peritoneal.

(20)

Intervensi :

1) Pantau tanda vital, catat adanya hipotensi, takikardia, takipnea, demam. Rasional : Membantu dalam evaluasi derajat deficit cairan/keefektifan penggantian terapi cairan dan respon terhadap pengobatan.

2) Pertahankan masukan dan haluaran yang akurat dan hubungkan dengan berat badan harian.

Rasional : Menunjukan status hidrasi keseluruhan.

3) Observasi kulit/membran mukosa untuk kekeringan, turgor. Catat edema perifer/sakral.

Rasional : Hipovolemia, perpindahan cairan, dan kekurangan nutrisi memperburuk turgor kulit, menambah edema jaringan.

4) Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit dengan sering dan pertahankan tempat tidur kering dan bebas lipatan.

Rasional : Jaringan edema dan adanya gangguan sirkulasi cenderung merusak kulit.

5) Kolaborasi : Awasi pemerikasaan laboratorium, contoh Hb/Ht, elektrolit, protein, albumin, BUN, kreatinin.

Rasional : Memberikan informasi tentang hidrasi, fungsi organ. 6) Berikan plasma/darah, cairan, elektrolit, diuretik sesuai indikasi.

Rasional : Mengisi/mempertahankan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit.

7) Pertahankan puasa dengan aspirasi nasogastrik/intestinal. Rasional : Menurunkan hiperaktivitas usus dan kehilangan dari usus.

c. Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi kimia peritoneum perifer (toksin), trauma jaringan, akumulasi cairan dalam rongga abdomen/peritoneal (distensi abdomen).

(21)

1) Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lama, intensitas (skala 0-10) dan karakteristiknya.

Rasional : Perubahan dalam lokasi/intensitas tidak umum tetapi dapat menunjukan terjadinya komplikasi.

2) Pertahankan posisi semifowler sesuai indikasi.

Rasional : Memudahkan drainase cairan/luka karena gravitasi dan membantu meminimalkan nyeri karena gerakan.

3) Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, napas dalam, latihan relaksasi.

Rasional : Meningkatkan relaksasi dan memfokuskan kembali perhatian.

4) Berikan perawatan mulut dengan sering. Hilangkan rangsangan lingkungan yang tidak menyenangkan.

Rasional : Menurunkan mual/muntah, yang dapat meningkatkan tekanan/nyeri abdomen.

5) Kolaborasi : Berikan obat analgesik, narkotik.

Rasional : Membantu menghilangkan nyeri dan meningkatkan penyembuhan. 6) Kolaborasi : Berikan obat antiemetik, contoh hidrokzin.

Rasional : Menurunkan mual/muntah yang dapat meningakatkan nyeri abdomen. 7) Kolaborasi : Berikan obat antipiretik, contoh asetaminofen.

Rasional : Menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan demam/menggigil. d. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah, disfungsi usus, abnormalitas metabolik, peningkatan kebutuhan metabolik.

Tujuan : Mempertahankan berat badan dalam rentang normal. Intervensi :

1) Catat adanya muntah/diare.

Rasional : Jumlah besar aspirasi dari gaster dan muntah/diare diduga terjadi obstruksi usus, memerlukan evaluasi lanjut.

2) Auskultasi bising usus, catat bunyi tak ada/hiperaktif.

(22)

3) Ukur lingkar abdomen.

Rasional : Memberikan bukti kuantitas perubahan distensi gaster/usus dan/atau akumulasi asites.

4) Timbang berat badan dengan teratur.

Rasional : Kehilangan/peningkatan dini menunjukan perubahan hidrasi tetapi kehilangan lanjut diduga ada defisit nutrisi.

5) Kolaborasi ; Awasi BUN, protein, albumin, glukosa, keseimbangan nitrogen sesuai indikasi.

Rasional : Menunjukan fungsi organ dan status kebutuhan nutrisi.

6) Kolaborasi : Tambahkan diet sesuai toleransi, contoh cairan jernih sampai lembut.

Rasional : Kemajuan diet yang hati-hati saat masukan nutrisi dimulai lagi menurunkan risiko iritasi gaster.

e. Ansietas berhubungan dengan kritis situasi, ancaman kematian, status hipermetabolik.

Tujuan : Ansietas menurun sampai tingkat dapat ditoleransi dan klien tampak rileks.

Intervensi :

1) Evaluasi tingkat ansietas, catat respon verbal dan non-verbal pasien.

Rasional : Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat, meningkatkan perasaan sakit.

2) Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan. Rasional : Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas. 3) Jadwalkan istirahat adekuat dan periode menghentikan tidur.

(23)

f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan. Intervensi :

1) Kaji ulang proses penyakit dasar dan harapan untuk sembuh.

Rasional : Memberikan dasar pengetahuan pada pasien yang memungkinkan membuat pilihan berdasarkan informasi.

2) Diskusikan program pengobatan, jadwal, dan kemungkinan efek samping. Rasional : Antibiotic dapat dilanjutkan setelah pulang, tergantung pada lamanya dirawat.

3) Anjurkan melakukan aktivitas biasanya sesuai toleransi, dan sediakan waktu untuk istirahat adekuat.

Rasional : Mencegah kelemahan, meningkatkan perasaan sehat.

4) Kaji ulang pembatasan aktivitas contoh hindari mengangkat berat, konstipasi.

Rasional : Menghindari peningkatan tekanan intraabdomen yang tidak perlu dan tegangan otot.

5) Lakukan penggantian balutan secara aseptik, perawatan luka. Rasional : Menurunkan resiko kontaminasi.

Implementasi

(24)

tindakan medis dilakukan, interdependen : suatu tindakan yang memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya : ahli gizi, fisioterapi, dan dokter (Nursalam, 2001, hal. 63).

Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kekurangan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.

(25)

Price, Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.Jakarta:EGC

Referensi

Dokumen terkait

15 yang berstatus Desa Berkembang terealisasi sebesar 38.57 persen atau 27 Desa yang berstatus Desa Berkembang dari 70 Desa di Kabupaten Natuna berdasarkan Pasal 5

Dalam pendekatan fisik, LLLT adalah metode yang sangat berguna untuk mempercepat pergerakan gigi karena meningkatkan pembentukan kembali tulang tanpa efek samping pada

Agar dapat menghasilkan produk yang memiliki harga yang mampu bersaing dengan memiliki kualitas produk yang baik untuk memperoleh laba maka perusahaan harus

Hal ini berarti tekanan darah sistol setelah minum ekstrak etanol seledri lebih rendah daripada tekanan darah sistol sebelum minum ekstrak etanol seledri dengan perbedaan yang

Inovasi pendidikan melalui problem based learning: bagaimana pendidikan memberdayakan pemelajar di era pengetahuan.. Jakarta: Pradana

Momen inersia / kelembaman untuk beberapa penampang : a.. Untuk hal ini momen inersia yang digunakan dalam perhitungan adalah momen inersia/kelembaman polar.. Hitunglah

GOFIT rasa Mix Fruits, GOFIT Grape rasa Grape, Blackcurrant, GOFIT FRUITY rasa Tutty Fruity, GOFIT BERRY rasa Strawberry, GOFIT COLA rasa Cola, GOFIT plus Red, GOFIT plus Markisa,

Rumah sakit harus memberikan informasi kepada pasien dan masyarakat sekitar mengenai informasi pelayanan yang tersedia di RSUD Kota Bekasi sehingga