• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMERINTAH PENYELENGGARA PEMILU PA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN PEMERINTAH PENYELENGGARA PEMILU PA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PEMERINTAH, PENYELENGGARA PEMILU,

PARTAI POLITIK DAN MASYARAKAT DALAM PEMILU 2014

I. Pendahuluan

Pemilihan Umum (Pemilu) baik Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Penyelenggaraan Pemilihan Umum secara berkala merupakan suatu kebutuhan mutlak sebagai sarana demokrasi yang menjadikan kedaulatan rakyat sebagai sumber kehidupan bernegara proses kedaulatan rakyat yang diawali dengan pemilihan umum akan memberikan legitimasi, legalitas dan kredibilitas pemerintahan yang didukung oleh rakyat. Pemilu 2014 adalah pemilu dimana kita sedang menuju konsolidasi demokrasi yang lebih matang dan stabil. Karena itu, kalau pemilu 1999 dan pemilu 2004 saja sukses, tidak ada pilihan kecuali pemilu 2014 juga harus sukses. Semua pihak dan kalangan pemangku kepentingan dituntut mengambil tanggungjawab untuk menyukseskan pemilihan umum 2014, tidak hanya lembaga formal penyelenggaranya, yaitu KPU dan Bawaslu serta para peserta pemilihan umum saja. Semua komponen bangsa diharapkan merasa terpanggil untuk menjamin pemilu yang sukses, termasuk para warga pemilih akan sungguh-sungguh berpartisipasi dalam menggunakan hak pilihnya masing-masing untuk kesuksesan dalam memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga legislatif, dan calon presiden dan wakil presiden yang akan memimpin bangsa ini 5 tahun yang akan datang.

II. Peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah

(2)

(e).monitoring kelancaran penyelenggara pemilu; dan (f) kegiatan lain sesuai kebutuhan pelaksanaan Pemilu. Sehubungan dengan peran wajib dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah tersebut diharapkan agar Pemerintah Daerah segera mengambil langkah-langkah dengan menyusun kegiatan, program dan anggaran Tahun 2013 untuk persiapan penyelenggaraan Pemilu 2014.

Selanjutnya guna mendukung terlaksananya Pemilu yang sukses, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat memberikan fasilitasi dengan mengambil langkah-langkah, sebagai berikut :

 Untuk kelancaran penyelenggaraan Pemilu, Pemerintah Provinsi membentuk Tim Dukungan Kelancaran Pemilu sesuai Permendagri Nomor 61 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemantauan, Pelaporan dan Evaluasi Perkembangan Politik di Daerah (tujuannya adalah agar terbangunnya kesamaan persepsi, sikap dan gerak langkah seluruh unsur penyelenggara dan fasilitasi penyelenggaraan Pemilu serta adanya sinergitas dalam rangka suksesnya Pemilu, sesuai dengan tupoksi masing-masing lembaga.

 Fasilitasi Sosialisasi Pemilu Tahun 2014 dan informasi kepada masyarakat mengenai penggunaan hak pilihnya.

 Sosialisasi Pendidikan Pemilih Bagi Pemilih Pemula, dan Kaum

Perempuan;

 Sosialisasi melalui media massa baik cetak maupun elektronik (pemasangan himbauan/ajakan mensukseskan Pemilu maupun Dialog Interaktif melalui TVRI Kalbar;

(3)

 Membantu KPU Kalbar apabila ditemukan permasalahan dalam mengatasi hal-hal teknis penyelenggaraan;

 Memberikan dukungan sarana dan prasarana jika diperlukan dan

memfasilitasi proses distribusi logistik tepat waktu dan sasaran dengan bekerjasama dengan intansi terkait. (dalam hal ini dilakukan jika memang diperlukan oleh KPU Kalbar).

 Menjaga dan memelihara kondisi masyarakat yang kondusif, tertib dan

aman dalam Pemilu.

 Memantapkan koordinasi dalam mewujudkan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat serta penegakan hukum secara tegas, tuntas dan transparan pada setiap rangkaian proses Pemilu.

 Melakukan identifikasi kondisi sosial politik wilayah dan mewaspadai perilaku-perilaku yang deskruktif yang dapat merusak tatanan politik yang sudah dibangun dan mengelola konflik atau berbagai potensi konflik di daerah.

 Melakukan koordinasi dengan pihak Polri dan TNI dengan berpedoman kepada penyelenggaraan ketertiban, ketentraman dan keamanan yang dikeluarkan oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia dan Menteri Dalam Negeri.

 Memantapkan koordinasi horizontal dan vertical pada aspek-aspek yang dapat mengganggu pelaksanaan Pemilu 2014.

 Merekam semua hal-hal yang berlangsung selama pelaksanaan Pemilu dan hasil-hasilnya dengan melakukan pelaporan dan evaluasi sebagai dasar bagi pimpinan dalam mengambil kebijakan selanjutnya.

(4)

Pemilu secara langsung adalah wujud kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan demokratis. Penyelenggaraan Pemilu secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dapat terwujud jika dilaksanakan oleh penyelenggara Pemilu yang mempunyai integritas, profesionalitas dan akuntabilitas.

Sesuai Undang_undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu, Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk memilih Gubernur, Bupati dan Walikota secara demokratis. DKPP merupakan lembaga baru dalam praktek demokrasi modern di Indonesia. Sesuai ketentuan Pasal 109 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu secara eksplisit menyebutkan salah satu kewenangan DKPP yakni memeriksa, memutus perkara pengaduan dan/atau laporan dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan anggota KPU, anggota KPU Provinsi, anggota KPU Kabupaten/Kota, anggota PPK, anggota PPS, anggota PPLN, anggota KPPS, anggota KPPLSN, dan anggota Panwaslu Kecamatan, anggota Pengawas Pemilu Lapangan dan anggota Pengawas Pemilu Luar Negeri.

Tujuan utama penyelenggara Pemilu adalah mengantar pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil kepada para pemilih. Untuk itu semua penyelenggara Pemilu harus melakukan semua fungsinya dengan tidak berpihak dan secara efektif harus meyakinkan bahwa setiap proses atau tahapan Pemilu terlindungi dari oknum-oknum yang tidak berkompeten dan ingin bertindak tidak jujur/curan. Harapan akan terwujudnya Pemilu yang luber dan jurdil dapat terlaksana jika para penyelenggara Pemilu memperhatikan hal-hal berikut :

Pertama, adanya kemandirian dan independensi. Penyelenggaara Pemilu tidak boleh menjadi alat yang dikendalikan oleh seseorang, penguasa atau kelompok partai politik tertentu. Adanya dugaan keberpihakan menyebabkan persepsi public akan bias atau dugaan adanya intervensi akan berdampak langsung tidak hanya pada kredibilitas lembaga penyelenggara Pemilu, tetapi juga pada keseluruhan proses Pemilu itu sendiri.

(5)

ketidakmampuan, sulit bagi penyelenggara Pemilu untuk mempertahankan kredibilitasnya. Efisiensi menjadi sangat penting dalam proses Pemilu ketika terjadi masalah misalnya ditingkat teknis dan masalah lain yang dapat menstimulasi kericuhan dan pelanggaran aturan.

Ketiga, Profesionalisme. Pemilu juga memiliki arti penting dalam fungsi demokrasi dimana setiap penyelenggara Pemilu harus memahami secara komprehensif teknis pelaksanaan dan administrasi kepemiluan.

Keempat, Kompeten dan responsive. Ketetapan Undang-Undang harus dijabarkan pada tataran operasional sehingga dapat menjadi dasar bagi setiap lproses/tahapan yang dilakukan sehingga tidak menimbulkan multitafsir oleh berbagai pihak terkait. Partai Politik dan masyarakat pada umumnya ingin agar keluhan mereka di dengar dan ditindaklanjuti dengan cepat oleh penyelenggara Pemilu.

Kelima, transparansi. Keseluruhan kredibilitas dari proses pemilu secara subtansial tergantung kepada semua pihak yang berkepentingan, baik KPU, Bawaslu, Partai Politik, Pemerintah maupun masyarakat untuk ikut terlibat dalam formasi dan fungsi struktur dan proses pemilu. Dalam hal ini komunikasi dan kerjasama semua stakeholder harus dibangun atas dasar untuk kepentingan bersama. Dalam kaitan dengan hal tersebut, komunikasi dan kerjasama yang harus dibangun atas kepentingan bersama salah satu nya adalah terkait tugas penyelenggara Pemilu (KPU) tentang penetapan jumlah daftar pemilih tetap yang menjadi sorotan berbagai pihak hingga saat ini, dengan berbagai potensi permasalahan yang bisa memicu adanya konflik oleh berbagai pihak baik penyelenggara, pengawas maupun peserta Pemilu. Di Provinsi Kalimantan Barat sendiri telah dilakukan beberapa kali penetapan dan perbaikan penetapan rekapitulasi jumlah pemilih tetap, terakhir melalui Keputusan KPU Kalbar Nomor : 108/Kpts/KPU-Prov-019/2013 tentang Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Dalam Pemilu Anggota DPR,DPD,DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2014 di Provinsi Kalimantan Barat, jumlah pemilih tetap sebanyak 3.484.429 jiwa dengan rincian laki-laki 1.782.034 jiwa dan perempuan 1.702.395 jiwa.

IV. Peran Partai Politik

(6)

terhadap peningkatan kualitas demokrasi dan kinerja sistem politik. Oleh karena itu, peran partai politik perlu ditingkatkan kapasitas, kualitas, dan kinerjanya agar dapat mewujudkan aspirasi dan kehendak rakyat dan meningkatkan kualitas demokrasi.

Sistem politik Indonesia telah menempatkan Partai Politik sebagai pilar utama penyangga demokrasi. Artinya, tak ada demokrasi tanpa Partai Politik. Undang-Undang Partai Politik yang menjadi dasar untuk mengatur partai politik diharapkan mampu menjamin pertumbuhan Partai Politik yang baik, sehat, efektif dan fungsional. Dengan kondisi Partai Politik yang sehat, selektif dan fungsional, maka memungkinkan untuk melaksanakan rekrutmen pemimpin atau proses pengkaderan, pendidikan politik dan kontrol sosial yang sehat. Dengan Partai Politik pula, konflik dan konsensus dapat tercapai guna mendewasakan masyarakat. Konflik yang tercipta tidak lantas dijadikan alasan untuk memecah belah partai, tapi konflik yang timbul dicarikan konsensus guna menciptakan partai yang sehat dan fungsional.

Di satu sisi, banyaknya jumlah partai politik peserta pemilu dalam proses demokrasi di Indonesia merupakan suatu bentuk konsenkuensi logis dari penerapan sistem demokrasi secara konsisten, namun di sisi lain banyaknya jumlah partai politik tidak otomatis membuat kualitas pelaksanaan sistem demokrasi menjadi lebih baik, bahkan cenderung menjadi semakin buruk. Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, semua partai politik akan berusaha untuk memperoleh dukungan sebesar-besarnya dalam suatu pemilihan umum untuk mempengaruhi arah kebijakan negara.

Tinggal dengan cara apa partai politik akan menarik simpati rakyat untuk memperoleh dukungan rakyat pada periode pemilihan umum berikutnya di tahun 2014, apakah akan tetap menggunakan pola-pola pendekatan lama atau akan menggunakan pola-pola pendekatan yang baru dengan konsekuensi akan menghadapi perjuangan yang sangat berat. Pandangan masyarakat terhadap partai politik yang dibuktikan dengan semakin berkurangnya partisipasi pemilih dalam pemilu 2009 bukan tanpa alasan, karena memang sampai hari ini belum nampak hasil kerja nyata partai poltik yang benar-benar berdampak positif bagi kehidupan masyarakat, khususnya setelah pelaksanaan Pemilihan Umum.

(7)

Dalam hal ini partai politik sangat berpengaruh sekali terhadap pelaksanaan pemilu, partai memiliki fungsi-fungsi dimana sangat berpengaruh dalam pelaksanaan pemilu. Diantaranya sebaga sarana pengusung calon peserta pemilu yang notabene akan menjadi pemimpin apabila terpilih nantinya. Seperti halnya produk barang dan jasa, partai politik pun juga perlu menjual, memasarkan, mensosialisasikan dirinya sehingga dinikmati konsumen potensial yang akan menjadi pendukung latennya. Partai politik dengan segala sumber daya yang dimiliki harus memiliki brand image yang baik, perlu memiliki sumber daya manusia yang handal, posisi yang kuat, memiliki kekhasan dari yang lain serta garis ideologis sebagai perekat kemajemukan.

Seiring dengan semakin rasionalnya masyarakat, hanya partai politik yang dapat membangun system untuk menangkap aspirasimasyarakat kemudian menerjemahkan kedalam isu-isu politik, kebijakan partai dan produk politik yang akan dipilih masyarakat. Masyarakat akan memilih partai politik atau kader-kadernya yang benar-benar mampu secara riil membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat. Persaingan untuk merebut hati dan menyelesaikan persoalan dalam masyarakat merupakan sumber positioning politik. Hal ini penting mengingat dengan besarnya jumlah partai politik menyulitkan masyarakat (pemilih) untuk menentukan siapa yang dipilih.

V. Peran Masyarakat

Kesiapan sekaligus kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam Pemilu memerlukan sosialisasi dan internalisasi di tingkat masyarakat. Kesadaran politik masyarakat perlu ditingkatkan agar menggunakan hak memilih sebagai wujud partisipasinya dalam proses berdemokrasi serta ikut serta dalam menentukan masa depan bangsa. Pemilu bukan sekedar merupakan arena memperebutkan kekuasaan antar kekuatan politik melainkan juga merupakan sarana pendidikan politik. Hal ini penting agar masyarakat benar-benar sadar dalam menghadapi proses penyelenggaraan Pemilu, pada akhirnya masyarakatlah yang menjadi objek pelaksanaan Pemilu.

(8)

mendasarkan pada logika persamaan dan gagasan bahwa pemerintah memerlukan persetujuan dari yang diperintah. Keterlibatan masyarakat menjadi unsur dasar dalam demokrasi. Untuk itu, penyelenggaraan pemilu sebagai sarana dalam melaksanakan demokrasi, tentu saja tidak boleh dilepaskan dari adanya keterlibatan masyarakat.

Partisipasi politik akan berjalan selaras manakala proses politik berjalan secara stabill. Seringkali ada hambatan partisipasi politik ketika stabilitas politik belum bisa diwujudkan, karena itu penting untuk dilakukan oleh para pemegang kekuasaan untuk melakukan proses stabilisasi politik. Disamping itu pula proses berikutnya melakukan upaya pelembagaan politik sebagai bentuk dari upaya untuk memberikan kasempatan kepada masyarakat untuk mengaktualisasikan cita-citanya. Partisipasi politik tidak lebih dari keterlibatan individu sampai pada bermacam-macam tingkatan, atau juga dijelaskan secara subtantif bisa berarti upaya atau usaha terorganisir oleh konstituen atau warga Negara yang baik untuk memilih para pemimpin yang mereka nilai baik juga. Partispasi ini mereka melakukannya dengan penuh tanggung jawab terhadap kehidupan bersama dalam lingkup suatu bangsa dan negara. Partisipasi politik ditekankan pada aspek untuk mendukung kepentingan-kepentingan atau visi dan misi elit politik tertentu.

Sebagai masyarakat yang bijak kita harus turut serta dalam proses pemilihan umum dalam rangka menentukan pemimpin yang akan memimpin kita. Dengan demikian, secara tidak langsung kita akan menentukan pembuat kebijakan yang akan berusaha mensejahterakan masyarakat secara umum. Dalam turut berpartisipasi dalam proses pemilihan umum sebagai masyarakat yang cerdas kita harus mampu menilai calon yang terbaik yang sekiranya mampu dan mau mendengarkan aspirasi masyarakat agar pembangunan yang akan dilakukan sesuai dengan keinginan masyarakat dan tidak memilih calon yang hanya mementingkan diri sendiri atau kelompoknya saja sehingga melupakan janji-janji yang sudah diucapkan dalam masa kampanye. Sebagai pemilik hak pemilih dalam pemilu kita jangan sampai menyia-nyiakan hak suara hanya untuk iming-iming sementara yang dalam artian kita harus memberikan suara kita kepada calon yang tepat.

(9)

partisipan Pemilu. Untuk mengatasi berbagai masalah pada masing-masing tahapan bukanlah pekerjaan yang mudah, dalam arti tidak akan dapat diselesaikan, namun upaya tersebut membutuhkan sinergitas dan koordinasi antar lini yang mantap dari seluruh stakeholders yang ada, baik itu dari unsur penyelenggara Negara (baik aparat sipil maupun non sipil), sektor privat, masyarakat maupun organisasi/lembaga non pemerintah.

Misalnya saja tugas pengamanan, terkadang kita hanya beranggapan bahwa itu merupakan tugas aparat kepolisian, meskipun sebenarnya institusi tersebut kapabel dan kredibel untuk melaksanakan tugasnya, tetapi dalam penanganannya kemudian, pendekatan normative (hukum dan peraturan) dapat berubah menjadi factor pemicu beralihnya permasalahan sehingga menjadi permasalahan antara kelompak masyarakat pada satu sisi dengan aparat Negara pada sisi lainnya.

Terkait dengan hal tersebut, kondisi yang perlu diwaspadai akan menjadi kerawanan social di masyarakat adalah terjadinya disintegrasi dan fragmentasi di dalam masyarakat yang disebabkan oleh sempitnya pemahaman tentang ikatan primordial kesukubangsaan ataupun fanatisme keagamaan yang berlebihan.

Dengan beragamnya suku bangsa, budaya, agama dan bahasa maka keberagaman tersebut seringkali dimanipulasi dan dimobilisasi oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggungjawab sebagai factor pemecah belah sehingga perbedaan yang seharusnya menjadi elemen pemersatu dan salah satu sumber daya bangsa untuk bergerak maju dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika berubah menjadi factor penghambat pembangunan. Sudah saatnya anggota masyarakat yang tergabung dalam suatu suku bangsa, agama dan mempunyai budaya dan bahasanya masing-masing mengembangkan nilai-nilai yang merupakan konvensi yang dibangun dari kesepakatan di dalam komunitas itu sendiri dan dipatuhi oleh seluruh anggotanya sampai dengan para anggota terbawah (grass root). Upaya ini merupakan bentuk partisipasi yang diharapkan dari komunitas adat/budaya dan keagamaan untuk mencegah upaya-upaya memperuncing perbedaan asasi yang ada.

VI. PENUTUP

(10)

menjamin pelaksanaan pemilu secara demokratis, langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pemilu merupakan kegiatan bersama yang menuntut peran masyarakat secara keseluruhan, Pemilu 2014 sebagai pesta demokrasi dan perhelatan bangsa merupakan kerjasama kolektif nasional dan menjadi tanggung jawab bersama untuk menyukseskannya. Keberhasilan penyelenggaraan Pemilu adalah apabila dilaksanakan tepat pada waktunya, berlangsung dalam keadaan aman dan tertib, serta ikut berperannya seluruh elemen masyarakat dalam pelaksanaanya secara langsung, umum, bebas dan rahasia serta jujur dan adil.

Melalui Pemilu diharapkan adanya penguatan dan peningkatan kualitas seleksi kepemimpinan nasional yang berbasis dukungan riil rakyat, menguatkan akuntabilitas dan legitimasi elit lokal, optimalisasi partisipasi masyarakat serta kualitas keterwakilan rakyat, yang pada akhirnya terjadi pemberdayaan politik masyarakat secara keseluruhan.

Pemilu yang merupakan agenda politik bangsa yang dilaksanakan dari, untuk dan oleh rakyat merupakan kesinambungan proses demokratisasi politik. Dengan itu diharapkan akan melahirkan kebijakan politik dan pembangunan dengan memberikan bobot partisipasi masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 1 ditampilkan peta ketinggian Hilal untuk pengamat di antara 60 o LU sampai dengan 60 o LS saat Matahari terbenam di masing-masing lokasi pengamat

Bentuk perlindungan hukum dalam pelaksanaan perjanjian pinjaman di SWA-MAS; Pengikatan perjanjian pinjaman secara di bawah tangan dengan sempurna dilaksanakan; Perjanjian

Dari ulasan antara teori dan hasil yang didapatkan oleh peneliti bahwa tidak sesuai dengan teori, banyak teori dan hasil penelitian yang lain mengatakan bahwa depresi

 Tantangan Profesi TIK dalam Masyarakat Ekonomi Asean  Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).. dan Skema Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

Hasil pembahasan pada penelitian ini pertama struktur aktiva berpengaruh secara parsial terhadap struktur modal pada perusahaan Kabel di BEI, kedua ukuran

Antara kaedah yang terdapat dalam pengajaran sains adalah penyediaan meja atau sudut sains di dalam kelas, sediakan kotak sains mudah alih, merancang pembelajaran dalam

Jadi nanti kalau pasien dipanggil untuk pengambilan sampel petugas pengambilan sampel dan petugas laboratorium sudah tahu pemeriksaan apa yang harus di lakukan

Dengan sikap berontaknya para pendeta tersebut maka para pihak yang berperan sebagai negarawan pada tahun ini membebaskan hak- hak istimewa yang eksklisif kembali dapat