• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN FOLLOW UP DALAM PENGUATAN PROS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MANAJEMEN FOLLOW UP DALAM PENGUATAN PROS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN FOLLOW-UP DALAM PENGUATAN PROSES PEMBELAJARAN BERBASIS DATA DI ERA GLOBALISASI PADA

RANAH PENDIDIKAN FORMAL

Jarkawi

Email - jarkawi010462@gmail,com

Abstrak

Anak memiliki berbagai ketrampilan dan kepandaian didapat dari pembelajaran di dalam kelas,tetapi perlu disadari anak sebelum masuk sekolah membawa berbagai ketrampilan dan kepandaian didapat di luar kelas dengan berbagai pengalaman kehidupan serta pembawaan aktivitas alamiah, diungkapkan Hughes (2012) 1) kreatif dan Rutin; 2) tertawa dan marah; 3) takut; 4) rasa ingin tahu; 5) rasa jijik; 6) berkawan dan menyendiri 7) penegasan diri; 8) patuh; 9) membangun; 10) mengmpulkan; 11) menangis dan tertawa; 12) meniru; 13) bermain dan naluri anak juga merupakan suatu potensi untuk berkembang melalui pengalaman dan pembelajaran. Guru merupakan ujung tombak berada digaris depan dalam dunia pendidikan formal berpengaruh dalam mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan di era golabaliasi, dikatakan Indrajat (2006) ada empat aspek globalisasi yakni perdagangan, pergerakan modal, pergerakan orang, penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi.

Data hasil visitasi dan klarapikasi di sekolah melalui akriditasi sekolah tahun 2016 pada beberapa sekolah di Barabai (HST) terlihat bahwa kepala sekolah dan pengawas sudah melakukan supervisi akademik akan tetapi menjadi permalahasan adalah tindaklanjut (follow up) data hasil supervisi kurang diperhatikan sebagaimana hasil visitasi dan klaripikasi yang dilakukan asesor tergambar dari lima buah sekolah tidak melakukan tindaklanjut (follow up) terhadap data.Proses pembelajaran di dalam kelas pada suatu sekolah merupakan anak tangga dari semua proses pendidikan seumur hidup untuk mengembangkan semua aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang memungkinkan siswa dapat menggunakan dan memberdayakan hasil belajarnya di dalam kelas untuk belajar sendiri (self-learning) dan membina dirinya (self-direction)serta dapat menggunakan apa saja yang telah dipelajarinya, kapan saja dan dimana saja untuk mencapai kualitas kehidupan pribadi, social, dan profesi seoptimal mungkin di era globaliasi dimana kehidupan manusia penuh tantangan dan persaingan.

Kesimpulan 1) Pembelajaran di dalam kelas merupakan ujung tombak peningkatan dan pengembangan pendidikan formal di era globalisasi yang penuh dengan tantangan dan persaingan penting mendapatkana perhatian (formal educationinthe era of globalization), 2) Data hasil supervisi akademik oleh kepala sekolah dan pengawas serta pengambil kebijakan baik ditingkat mikro, meso mapun makro perlu ditindak lanjuti(follow-up) untuk peningkatan dan pengembangan pendidikan formal modern di era globaliasi (factual be follow up), 3) Follow-up merupan suatu yang orgen untuk pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran formal diera globalisasi di maneg dengan baik dan bijaksana dengan berbasiskan data (management ofreal-based follow-up), 4) Data memiliki nilai dan makna yang sangat dalam guna pendidikan seumur hidup bagi siswa dalam pendidikan dan pembelajaran formal di era globaliasi (haverealvalue and meaning)

(2)

Kata kunci :Follow Up, Penguatan Proses Pembelajaran, Data di Era Globaliasi A. Pendahuluan

Pagi hari yang cerah matahari bersinar di upuk Timur dengan suatu rotasi yang selalu berputar sehingga terjadilah pergantian siang dan malam dimana fenomena ini merupakan proses alamiah yang telah ditentukan.di dalam suatu sunantullah. Manusia yang hidup di permukaan bumi persada inipun mulai melakukan aktivitas kehidupannya masing-masing termasuk anak-anak calon penerus bangsa di era globaliasi dengan pakaian seragamnya pergi kesekolah dengan suatu cita-cita yang terkadung dalam diri anak masing masing serta diiringi dengan doa’ dari keluarga yakni kedua orangtua dengan harapan menjadi anak yang menguasai ilmu pengetahuan, cerdas, berkepribadian serta berakhlak yang mulia, ta’at dengan orang tua bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara kelak dikemudian hari setelah dia dewasa.

Anak-anak dengan waktu yang telah ditentukan tepat sesuai aturan sekolah memasuki ruang kelas untuk menerima pelajaran dari seorang guru yang akan mengajarkan ilmu pengetahuan dan memberikan pendidikan akan kepribadian serta akhlak mulia tentunya dengan corak dan warna anak masing-masing baik secara fisik, psikologis, sosiologisnya yang pada kasad mata sepertinya sama akan tetapi kalau kita cermati dan selami lebih dalam maka setiap anak memiliki kemampuan dan kepribadian serta etnik yang berbeda beda sebagaimana diungkapkan oleh Hughes (2012) anak-anak bukan patung yang hanya memiliki bentuk dan warna yang berbeda, mereka adalah pribadi yang hidup, dan masing-masing memiliki sipat sendiri yang ditampakkan kepada kita melalui prilaku yang khas seperti gerakkan dan ekspresi wajah muka. Anak-anak memiliki berbagai ketrampilan dan kepandaian setelah mendapatkan proses pembelajaran di dalam kelas namun perlu disadari bahwa anak-anak sebelum masuk sekolah juga telah membawa berbagai ketrampilan dan kepandaian yang didapatnya diluar kelas dan anak-anak juga memeiliki pembawaan aktivitas alamiah sebagaimana diungkapkan Hughes (2012) seperti 1) kreatif dan Rutin; 2) marah; 3) takut; 4) rasa ingin tahu; 5) rasa jijik; 6) berkawan dan menyendiri 7) penegasan diri; 8) patuh; 9) membangun; 10) mengmpulkan; 11) menangis dan tertawa; 12) meniru; 13) bermasin dan Naluri anak juga yang merupakan suatu potensi dimana untuk berkembang melalui pengalaman dan pembelajaran.

Perbedaan ini tentunya bukan halangan bagi seorang guru untuk menyikapinya akan tetapi merupakan uji profesi seorangguru sebagaimana yang diamanatkan dalam undang undang no 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan nasional pasal 28 kemampuan sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi : 1. Kmpetensi pedagogic, 2. Kompetensi kepribadian, 3. Kompetensi professional, 4. Kompetensi social.

(3)

sekolah dan pengawas sekolah. Melalui supervisi akademik yang dilakukan secara kontinu, terevaluasi dan selalu ditindaklanjuti (folluw up) dari hasil supervisi akademik tersebut akan mendorong perkembangaan profesi guru kearah terciptanya proses pembelajaran yang bermutu dan berdaya saing di era globalisasi yang penuh dengan tantangan dan persaingan sebagaimana dikatakan Indrajat (2006) ada empat aspek globalisasi yakni perdagangan, pergerakan modal, pergerakan orang, penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak menutup kemungkinan pergerakan lembaga pendidikan dari luar masuk ke Indonesia dan begitu pula tenaga guru sebagai konsekwensi internasional dan global.World Trade Organization (WTO) mengidentifikasi empat model penyedian jasa pendidikan oleh Sofian Effendi, Sindo 13 Maret 2007 dikutif oleh Suharsaputra Umar yakni : cross border suplay (lembaga pembelajaran menawarkan pembelajaran melalui internet), consumption abroad (jika siswa/mahasiwa belajar keluar negeri ), commercial presence ( lembaga pendidikan luar negeri bekerja sama dengan lembaga pendidikan di dalam neger)i, presence of natural persons (kehadiran pengajar-pengajar asing mengajar pada lembaga pendidikan lokal) ( Suharsaputra Uhar, 2015)

Untuk menjawab tantangan era globalisasi bagi kepala sekolah dan pengawas sekolah sebagai supervisor sangat penting meningkatkan dan mengembangkan praktik supervisi akademik disamping supervisi manajerial. Superivi akademik akan berhubungan langsung dengan proses pembelajaran di dalam kelas yang dilakukankan oleh guru sebagai ujung tombak proses peningkatan dan pengembangan pendidikan formal di era globalisasi. Hasil supervisi akademik dengan melakukan observasi langsung kedalam kelas dimana guru mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak-anak merupakan suatu rekaman dan potret data yang menggambarkan wajah pembelajaran sebenarnya. Maka salayaknya dan sepantasnya kalau mau mengembangkan dan meningkatkan pendidikan formal yang kompetetif, produktif, kriatif dan outcomes di era globaliasi harus beranjak dari data hasil supervisi yang yelah dikaukan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah agar kebijakan dan tindakan serta praktek pendidikan formal dilakukan secara modern dan ilmiah sebagaimana diungkapkan oleh Maramis (2009) ilmu modern yaitu pengamatan(melakukan supervisi), interprestasi, analisis, sintesis, kesimpulan, penyusunan hipotesis dan pengujian hipotesis.

(4)

formal kurang dimanfaatkan untuk supervisi berikutnya sepertinya terputus antara supervisi pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.

Dari fenomena pendidikan formal diera globalisasi baik ditingkat mikro, meso dan makro tentunya terindentifikasi beberapa permalasahan yang mendasar tentang pemberdayaan data hasil supervisi akademik untuk tindak lajut (folluw up).

B. Pembahasan

1. Akar Pendidikan Formal di Era Globalisasi

Pohon “kasturi” akan menghasilkan buah yang manis dan berkualitas tinggi apabila nutrisi yang dibutuhkan oleh pohon kasturi terpenuhi dengan baik. Nutrisi yang dibutuhkan oleh pohon kasturi prosesnya melalui penyerapan bahan nutrisi pada akar pohon kasturi kemudian dibawa kebatang, keranting sampai ke daun kemudian terjadi proses potosintesis dengan bantuan sinar matahari dipagi hari dan sampai waktu untuk berbunga, serta selanjutnya akan menajdi buah. Apabila nutrisi yang diserap oleh akar mengalami masalah oleh gangguan hama penyakit maka sebaik apapun pupuk yang diberikan dari atas akan tetap mengahsilkan buah yang “bapira” (ulat) di dalam buah tersebut dan lambat atau cepat lama kelamaan pohon kasturi pasti akan mati dan tidak akanada buah yang dihasilnyanya lagi. Kalaupun pohon kasturi bisa bertahan beberapa waktu dan menghasilkan buah meskipun akar pohon kasturi bermasalah maka buah yang dihasilkan pun tidak mampu untuk bersaing kepasaran untuk diperjual belikan kalaupun laku pastilah harganya murah.

Untuk mengahsilkan suatu proses pendidikan yang handal dan mampu berkomptetif dan bersaing di era globalisasi serta untuk berperan aktif di forum Internasional mau tidak mau harus dimulai pada bagian akar proses pendidikan tersebut. Pada pendidikan formal mulai pendidikan dasar dan menengah sampai keperguruan tinggi proses pendidikan akarnya adalah pada proses pembelajaran di dalam kelas atau diruang kuliah dengan peranan guru atau dosen sebagai ujung tombaknya dalam melakukan proses pembelajaran perlu mendapat perhatian khususnya guru sebagaimanadiungkapkan oleh Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Hafid Abbaf dalam suatu diskusi studi latar belakang penyususnan RPJMN bidang pendidikan 2015-2019 yakni "Isu terpenting pendidikan di Tanah Airadalah guru, guru, guru," dan “ditambahkannya juga bahwa sertifikasi guru Indonesia tidak berorientasi kelas dan kegiatan belajar mengajar”.http://news. okezone. com/read/2015/09/25/65/1220921/isu-terpenting-pendidikan-indonesia, 5 Nopember 2015)

Pendidikan modern di era globaliasi adalah pendidikan yang beranjak dari suatu keadaan yang dapat di obersvasi, diukur, dan nyatasertaalamiah yang dimiliki oleh siswa hal ini penting bagi seorang guru dalam melakukan proses pembelajaran di dalam kelas dengan prinsip pendidikan sebagaimana diungkapkan Hughes (2012) yaitu : 1) analisis kebutuhan; 2) minat dalam; 3) kecendrungan minat mendalam; 4) minat baru; 5) penekanan atas minat; 6) ketertarikan.

(5)

pada siswa sebagaimana diungkapkan oleh Mudyahardjo (2014) pendidik sebagai salah satu unsur lingkungan belajar yang turut serta membantu terselenggaranya kegiatan belajar. Pembelajaran di dalam kelas merupakan suatu proses perubahan prilaku dalam kurun waktu tertentu dan bertahan lama melalui suatu pengalaman. Perubahan prilaku dari seoarng siswa sebagai hasil dari belajar dapat diamati dari perubahan prilakunya dalam kemampuan melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda dalam bentuk pembicaaan, penulisan serta kelakukan siswa. Perubahan yang sipatnya sementara sebagai akibat dari factor lain (sakit, pengaruh alcohol, obat, kelelahan) bukanlah hasil belajar akan tetapi dalam pembelajaran adalah perubahan prilaku yang bertahan lama dan diperolehnya melalui suatu proses pengalaman yang diperoleh melalui pembelajaran. Lebih tegasnya sebagaimana diungkapkan oleh Schunk (2012) bahwa pembelajaran merupakan perubahan yang bertahan lama dalam prilaku, atau dalam kapasitas berprilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengalaman lainnya dan Schunk mengemukakan dengan kritria pembelajaran yaitu : 1)Pembelajaran melibatkan perubahan; 2) Pembelajaran bertahan lama seiring waktu; 3) Pembelajaran terjadi melalui pengalaman. (Schunk, 2012).

Kelas dimana siswa memperoleh proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan dilakukan guru yang profesional agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien, produktif kriatif serta outcomens untuk membuat siwa dapat belajar dengan hasil terjadinya perubahan prilaku yang bermutu dan mampu berkompetitif serta bersaing dalam kehidupan di era globaliasi. Guru harus berani keluar dari praktik-praktik pendidikan lama dan menjadi kebiasaan memanjakandengan melakukan perubahan dalam pembelajaran di dalam kelas dimana selama ini terasa dan memanjakan sebagaimana diungkapkan Alma Buchari (2008) kesiapan pola pikir (mindset) untuk berubah, dan keluar dari confort zoneselama ini dirasakan memberikan kenyaanan individual dan pelaku profesi harus memiliki komitmen untuk menjaga, memelihara, dan mengembangkanmutu pembelajaran kalau tidak maka lambat laun akan menurunkan kualitas keprofesionalan guru dan bila hal ini dibiarkan saja tidak berubah maka pada akhirnya profesi guru akan menuju kepada kondisi “born-out profession” (mati profesi). Ini suatu masalah yang tidak boleh dibiarkan dan dijawab dengan kebiasaan-kebiasaan di mana-mana sudah mentradisi (Sanusi, 2009 :86)

(6)

diungkapkan Mudyhardjo (2014) Tujuan pendidikan akhir pendidikan seumur hidup adalah mempertahankan dan meningkatkan mutu hidup.

Proses pembelajaran di dalam kelas pada suatu sekolah merupakan anak tangga dari semua proses pendidikan seumur hidup dengan mengembangkan semua aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang memungkinkan siswa dapat menggunakan dan memberdayakan hasil belajarnya di dalam kelas untuk belajar sendiri (self-learning) dan membina dirinya (self-direction)serta dapat menggunakan apa saja yang telah dipelajarinya, kapan saja dan dimana saja untuk mencapai kualitas kehidupan pribadi, social, dan profesi seoptimal mungkin dalam era globaliasi dimana era globaliasi kehidupan manusia penuh persaingan sebagaimana diungkapkan Suharsaputra (2015) bahwa globalisasi akan menjadikan kondisi kehidupan penuh dengan persaingan.termasuk dalam dunia pendidikan dan pada ujungnya pada pembelajaran di dalam kelas yang harus mampu meningkatkan mutu proses pembelajarannya agar hasil pembelajaran mampu bersaing dan berkompetitif di era globaliasi.

2. Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Pengawas

Sebatang pohon mangga berbuah dengan perbedaan besar kecilnya tapi unggul dan bermutu tentunya memerlukaan pembinaan dan pengawasan yang kontinu dari pemilik pohon tersebut agar pohon tidak mudah terserang hama penyakit dan dapat tumbuh dengan baik serta mengahsilkan buah yang berkualitas beda tapi unggul dan bermutu dengan cara memberikan pupuk, menyiramkan air, membersihkan sekeliling pohon dari tumbuhan dan makluk yang dapat menghambat pertubuhan pohon manga serta dilakukan secara rutin dan terukur dengan baik. Kalau saja pohon mangga tidak dibina dan tidak dipelihara dengan baik maka hasil buah dari pohon mangga mungkin tidak kita dapatkan atau mungkin kita dapatkan buahnya, namun tidak mampu bersaing dijual kepasar atau kurang layak untuk dimakan manusia karena mutu buahnya rendah dan kurang berkualitas.

Pendidikan di suatu sekolah pada pembelajaran di dalam kelas oleh guru akan mengahasilkan siswa yang berkualitas dan mampu bersaing tentunya perlu suatu pembinaan dan pengawasan oleh kepala sekolah, pengawasas sekolah dan isntansi terkait agar proses pembelajarannya berjalan dengan efektif, efisien, inovatif, produktif dan outcomes. Tanpa pembinaan dan pengawasan dengan baik tentunya akan menghasilkan suatu produk pembelajaran yang lemah dalam berkompetisi dan bersaing.

(7)

pengembangan (model, peran peserta didik, keterlibatan peserta didik, tanggung jawab terhadap mutu perencanaan pembelajaran), melalui instrument supervisi pembelajaran di dalam kelas yang berisikan : Persiapan : 1) analisis materi/ kurikulum, 2) rencana pelaksanaan pengajaran 3) satuan pengajaran/ silabus (tujuan pembelajaran, penjabaran materi, alokasi waktu, langkah kegiatan belajar mengajar dan evaluasi). Untuk kegaiatan belajar mengajar meliputi : 1) Pendahuluan (apersepsi /motivasi) 2)Pelaksanaan (penampilan, penguasaan materi,rumusan materi, metode, media, interaksi/penguasaan kelas, bahasa, 3) penutup.( pedoman pelaksanaan supervisi akademik, dikdasmen 2007)

3. Manajemen Folluw Up Berbasis Data

Kehidupan manusia dimuka bumi dalam kurun waktu ribuan tahun dan bahkan jutaan tahun sudah menempati bumi ini dengan dimulainya Nabi Adam as kemudian Siti Hawa manusia yang pertama menempati bumi ini, semua kehidupan ini sepertinya teratur dan tertata dengan baik perubahannya dari masa kesama yang tentunya karena manusia diberikan akal untuk berpikir mengelola alam semesta ini untuk suatu kesejahtraan manusia semua. Begitu pemurah dan penyayang-NYA sang pencipta menciptakan manusia dimuka bumi sebagai khalipah dengan amanah yang sangat dalam makna dan nilainya bagi kehidupan manusia yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya setelah berakhirnya suatu kehidupan manusia (kemana umur digunakan, dari mana harta didapatkan dan kemana menggunakannya). Perubahan yang teratur dan tertata ini tidak bisa pungkiri bahwa semuanya tidak lepas dari kudrat danidarat sang pencipta yang maha kasih lagi penyayang.

Dalam pendidikan pada proses pembelajaran di dalam kelas tentunya berbagai macam aktivitas baik berkaitan dengan manusia/siswa, materi, metode, dan media serta evaluasi dan tindak lanjut diperlukan suatu manajemen. Manajemen merupakan suatu teori dan praktik yang akan membuat suatu perubahan menjadi efektif, efisien dan produktif serta inovatif dan outcomens yang pada mulanya manajemen banyak di terafkan dalam dunia usaha dan industri. Namun terakhir banyak teori dan praktik manajemen pada dunia usaha dan industriyang digunakan dalam dunia pendidikan dan pembelajaran dengan melakukan sedikit perubahan karena lapangan kegiatannya bergerak dalam pendidikan dan pembelajaran untuk disesuaikan sebagaimana diungkapkan Alma (2008) tidak perlu alergi atau takut manakala konsep bisnis marketing dibawa kedalam dunia pendidikan sebab konsep bisnis ini tidak semata-mata bertujuan mengejar laba dan bersifat komersial dimana konsep bisnis yang penekanannya pada efesiensi dan kreativitas meningkatkan produksi dan menjaga kualitas dengan memuaskan kunsumen tentunya dalam pendidikan adalah siswa sebagai superior customer service

(8)

2007)manajemen penting dalam mengatasi masalah-masalah yang ada, baik pada tingkat mikro, messo maupun makro.

Manajemen folluw uf atau tindak lanjut unntuk memberikan dampak nyata dalam meningkatkan professional guru sehingga dampak ini akan dirasakan langsung oleh siswa dan masyarakat sebagai stakeholders khususnya siswa sebagai superior coustomer servicemenjadi efektif dan efisien dengan dimulai suatu perencanaan, pengorganiasasian, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjut sebagai mana fungsi manajemen yang ditegas George R. Terry yakni tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber daya lainnya (Kurniadin, 2014). Tindak lanjut juga merupakan suatu reward untuk guru yang telah melakukan suatu proses perubahan pembelajaran sesuai dengan standard dan funeshment bagi guru yang lamban dalam perubahan pembelajaran yang belum mencapai standar untuk dibina dan di bimbing agar termotivasi dan berminat melakukan perubahan proses pembalajaran di dalam kelas untuk memenuhi standar proses pembalajaran secara efektif dan efisien. Folluw uf merupakan hasil setelah dilakukannya observasi dan evaluasi proses berdasarkan data atau rekaman pembelajaran guru di dalam kelas oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah sebagaimana diungkapkan dalam materi pelatihan penguatan kemampuan kepala sekolah (2010) tindak lanjut atau folluw up merupakan analisis dari hasil supervisi. Sedangkan tindak lanjut atau folluw up dalam hal ini adalah berupa pembinaan baik langsung maupun tidak langsung dan pemantapan instrument berdasarkan data dengan tujuan untuk perbaikan proses pembelajaran guru di dalam kelas dan pengembangan ketrampilan pembelajaran gurudalam meningkatkan profesionalnya serta sebagai data masukan atau data input bagi supervisor dalam melakukan tindak lajut supervisi akademik berikutnya secara efektif dan efisien.

4. Filosofis dan Nilai Data Supervisi Akademik

Fenomena alam semesta yang nampak kasat mata dan terasakan oleh manusia merupakan suatu keberadaan baik yang bersipat konkrit maupun abstrak dan ada wilayah yang tidak terjangkau oleh akal manusia sebagaimana diungkapkan oleh Purwanto (2007) pertama meragukan kemampuan manusia untuk mengetahui, kedua manusia mengetahui dan ada sebagian rahasia yang tidak diketahui ketiga manusia sepenuhnya mengetahui.

(9)

Dari suatu perubahan yang terjadi sangat sarat dengan makna dan nilai-nilai kehidupan manusia di muka bumi ini dalam kaitannya dengan data yang dihasilkan dari hasil supervisi kepala sekolah atau pengawas sekolah yang terkandung nilai di dalamnya. Nilai data dapat dimaknai dengan angka atau deskripsi suatu fenomena manusia atau aktivitas manusia namun saat data tersebut dihubungkan dengan suatu perubahan pembelajaran guru di dalam kelas maka nilai data memiliki tafsiran yang sangat dalam untuk suatu nilai kehidupan dari perubahan paradigma pembelajaran yang lebih menggembirakan dan menghidupkan suasana pembelajaran menjadi bermakna dan penuh dengan nilai-nilai kesadaran akan tanggung jawab guru terhadap siswa yang diajar dan dididik untuk menjadi manusia yang cerdas, kompetitif dan penuh dengan rasa tanggung jawab dengan berbeda tapi bermakna dan muliadi era globaliasi sebagaimana dikemukakan Gordon Allport (1964) nilai adalah suatu keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya(Mulyana, 20004)

Data dari hasil supervisi kepala sekolah atau pengawas sekolah serta pengambil kebijakan berupa data akandapat merubah suasana pembelajaran akan bermakna kalau ditindaklajuti untuk suatu perubahan pembelajaran yang efektif, efisien, inovatif, kriatif dan produktif serta outcomens. Data merupakan suatu hasil dari pengamatan dan observasi terhadap suatu fenomena keberadaan baik berupa benda, orang maupun aktivitas manusia, gejala alam semesta dapat berupa angka (kuantitatif) maupun diskriptif (kualitatif) yang keduanya mempunyai makna dan nilai strategis dalam melakukan tindak lanjut sebagaimana tentang mutu pendidikandibandingkan dengan negara-negara ASEAN, mutu pendidikan di Indonesia masih rendah, seperti dilaporkan Human Development Index (HDI). tahun 2003 Indonesia pada urutan ke-112 (0,682) dari 175 negara. Posisi ini jauh di bawah Singapura yang ada di posisi ke-28 (0,888), Brunei Darussalam ke-31 (0,872), Malaysia ke-58 (0,790), Thailand ke-74 (0,768), dan Filipina ke-85 (0,751). (http://news. okezone.com/read /2015/09/25/65/1220921/isu-terpenting-pendidikan -indonesia, 7 Nopember 2015), Data indeks Pembangunan Pendidikan Untuk Semua atau education for all (EFA) di Indonesia menurun. Tahun 2011 Indonesia berada diperingkat 69 dari 127 negara dan merosot dibandingkan tahun 2010 yang berada pada posisi 65. Indeks yang dikeluarkan pada tahun 2011 oleh UNESCO ini lebih rendah dibandingkan Brunei Darussalam (34), serta terpaut empat peringkat dari Malaysia (65). Data pendidikan tahun 2010 juga menyebutkan 1,3 juta anak usia 7-15 tahun terancam putus sekolah. Dari sisi kualifikasi pendidikan, hingga saat ini dari 2,92 juta guru baru sekitar 51% yang berpendidikan S-1 atau lebih sedangkan sisanya belum berpendidikan S-1. Begitu juga dari persyaratan sertifikasi, hanya 2,06 juta guru atau sekitar 70,5% guru yang memenuhi syarat sertifikasi sedangkan 861.670 guru lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi. Dari segi penyebarannya, distribusi guru tidak merata. Kekurangan guru untuk sekolah di perkotaan, desa, dan daerah terpencil masing-masing adalah 21%, 37%, dan 66%. Sedangkan secara keseluruhan Indonesia kekurangan guru sebanyak 34%, sementara di banyak daerah terjadi kelebihan guru. Belum lagi pada tahun 2010-2015 ada sekitar 300.000 guru di semua jenjang pendidikan yang akan pensiun sehingga harus segera dicari

(10)

(https://www.facebook.com/permalink. php?story_fbid=853063974738289&id= 189529711091722, 7 Nopember 2015)

Program pembangunan berkelanjutan untuk mencapai 17 target sasaran telah ditetapkan dari hasil pertemuan The United Nations Conference on Suistanable Development (UNSCD) yang diselenggarakan di Rio de Jeneiro pada Juni 2012.", pada 25 September lalu, sebanyak 193 pemimpin dunia termasuk Indonesia yang dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla membuat komitmen terhadap 17 sasaran global untuk mencapai 3 isu paling penting agar dapat diakhiri pada 2030.Sebanyak 3 isu paling krusial ini, antara lain, pertama, mengakhiri kemiskinan yang ekstrem. Kedua, melawan ketidaksetaraan dan ketidakadilan, serta terakhir, menanggulangi perubahan iklim.(http://bisnis.liputan6.com/ read/ 2361841/ semangat-generasi-muda-ri-untuk-sekolah-mulai-pudar, 7 Nopember 2015)

Anies Baswedan (2015). Dalam amanatnya, Anies menyampaikan apresiasinya kepada para semua pihak, pada semua pelaku pendidikan yang telah berperan aktif mencerdaskan saudara sebangsa. "Untuk para pendidik di semua jenjang, yang telah bekerja keras membangkitkan potensi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter mulia, terimalah salam hormat dan apresiasi dari kita semua,". Anies menjelaskan pentingnya pendidikan bagi Indonesia sebagai bangsa yang menjunjung tinggi norma dan adat kebudayaan. Dia menambahkan, kemerdekaan yang diraih tidak bisa lepas dari peran para pendidik memberi pencerahan pentingnya sebuah kemerdekaan bagi sebuah bangsa. "Pendidikan telah membukakan mata dan kesadaran mereka untuk membangun sebuah negeri Bhineka yang modern. Pendidikanlah yang telah memungkinkan para perintis kemerdekaan memiliki gagasan besar yang melampaui zamannya,". Karena konsep dan gagasan itu, Indonesia mampu menjadi inspirasi bagi bangsa-bangsa yang belum merdeka saat itu untuk bebas dari belenggu penjajahan. Gagasan dan perjuangan telah membuat Indonesia menjadi rujukan bangsa-bangsa di Asia dan di Afrika. "Dunia terpesona pada Indonesia bukan saja karena keindahan alamnya, tapi juga karena deretan orang-orang terdidiknya yang berani mengusung ide-ide terobosan dengan ditopang pilar moral dan intelektual," (http://news.liputan6. com/read/2224378/peringati-hardiknas-mendikbud-beri-apresiasi-untuk-pendidik, 7 Nopember 2015)

Dari semua yang diungkapkan mulai masalah pembicaraan data hasil superivi kepala sekolah dan pengawas sekolah serta pengambil kebijakan dalam pendidikan dalam pembelajaran di dalam kelas sampai dengan data masalah pendidikan tingkat nasional dan internasional semua itu akan bermakna dan bernilai perubahan kearah yang lebih manusiawi dan bermakna bagi kehidupan siswa dalam suasana pembelajaran di dalam kelas kalau ditindak lanjuti dengan suatu pengelolaan atau manajemen folluw up di era globalisasi.

C. Kesimpulan

(11)

2. Data hasil supervisi akademik oleh kepala sekolah dan pengawas serta pengambil kebijakan baik ditingkat mikro, meso mapun makro perlu ditindak lanjuti(follow-up) untuk peningkatan dan pengembangan pendidikan formal modern di era globaliasi (factual befollow up)

3. Folluw-up merupan suatu yang orgen untuk pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran formal diera globalisasi di maneg dengan baik dan bIjaksanadengan berbasiskan data (management ofreal-based follow-up) 4. Data memiliki nilai dan makna yang sangat dalam guna pendidikan seumur hidup bagi siswa dalam pendidikan dan pembelajaran formal di era globaliasi (haverealvalue and meaning)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. Ratih Nurriyati. 2008. Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan, Bandung, ALFABETA cv

Ali, Muhammad, R Ibrahim, Nana Syaodih Sukmadinata. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung, PadagogianaPress

Direktorat Tenaga Kependidikan. 2010. Supervisi Akademik (Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah), Jakarta, Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Pendidikan. Kementerian Pendidikan Nasional

Hughes, A.G & E.H. Hughes. 2012. Learning & Teaching, Bandung, Nuansa

Kurniadin, Didin & Imam Machali. 2014. Manajemen Pendidikan Konsep & Prinsip Pengelolaan Pendidikan, Jojakarta, AR-RUZZ MEDIA

Mulyana, Rohmat. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung, Alfabeta

Maramis, Willy F & Albert A. Maramis. 2009. Ilmu Jiwa Kedokteran Jiwa, Surabaya, pusat penerbitan dan percetakan UNAIR

Mudyahardjo, Redja. 2014. Pengantar Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada

Purwanto, Yadi. 2007. Epistemologi Psikologi Islam, Bandung, Refika Aditama

Schunk, Dale H. 2012, Learning Theories, Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Suhertin, Piet A. 2008. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta, Rineka Cipta

Sanusi Achmad, (2009), Refleksi Diri 80 Tahun, Bandung, Nusantara eduvation Program Pascasarjana Universitas Islam Bandung

Suharsaputra, Uhar. 2015. Manajemen Pendidikan Perguruan Tinggi, Bandung, PT Refika Aditama

(12)

http://news. okezone. com/read/2015/09/25/65/1220921/isu-terpenting-pendidikan-indonesia, 5 Nopember 2015

https://www.facebook.com/permalink.php?storyfbid=853063974738289&id=189529711091722, 7 Nopember 2015

http://bisnis.liputan6.com/ read/ 2361841/ semangat-generasi-muda-ri-untuk-sekolah-mulai-pudar, 7 Nopember 2015

Referensi

Dokumen terkait

Resiko injuri berhungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk mencegah terjadinya

Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh kompleksitas audit, due professional care ,

Sebagai simpulan dari hasil kegiatan pelatihan Penelitian Tindakan Kelas kali ini adalah Para peserta mengetahui konsep dasar PTK secara mendalam, sehingga memiliki kemampuan

berkontribusi pada daya saing bangsa, (4) menyelenggarakan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan non-kependidikan yang diperlukan dalam

Dalam penelitian ini, memahami isi bacaan dilihat dari bagaimana kemampuan peserta didik dalam menjawab pertanyaan yang telah diberikan oleh guru sesuai dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan kinerja keuangan perusahaan induk sebelum dan sesudah melakukan akuisisi ditinjau dari rasio likuiditas, rasio leverage

Berdasarkan fungsi pengawasan yang dilakukan melalui pemeriksaan audit, evaluasi, monitoring dan reviu maka capaian fungsi pengawasan Inspektorat Kota Manado dapat

Ternyata masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja perawat tenaga PNS pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Rokan Hulu, sebab kepuasan kerja