6 2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran IPA
Berdasarkan Permendiknas no. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
ilmiah. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam semesta beserta isi secara langsung atau pengalaman yang ada di lingkungan sekitar melalui pengamatan, percobaan dan memerlukan pembuktian.
Berdasarkan Permendiknas no. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, ruang lingkup bahan kajian pembelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Mata pelajaran IPA di tingkat SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. (Permendiknas No. 22 Tahun 2006)
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas 4 Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
7. Memahami gaya dapat
mengubah gerak dan/atau
bentuk suatu benda
7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan
tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda
7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan
tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda
8. Memahami berbagai bentuk
energi dan cara penggunaannya
dalam kehidupan sehari-hari
8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di
lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya
8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara
penggunaannya
8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan
energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari
kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut
8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan
alat musik
9. Memahami perubahan
kenampakan permukaan bumi
dan benda langit
9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi
9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari ke
hari
10. Memahami perubahan
lingkungan fisik dan
pengaruhnya terhadap daratan
10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan
fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air
laut)
10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap
daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)
10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan
(erosi, abrasi, banjir, dan longsor)
11. Memahami hubungan antara
sumber daya alam dengan
lingkungan, teknologi, dan
masyarakat
11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan
lingkungan
11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan
teknologi yang digunakan
11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap
peLestarian lingkungan
Di dalam pelaksanaan pembelajaran seorang guru perlu membuat desain pembelajaran. Desain pembelajaran itu sering disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP diatur dalam Permendiknas no. 41 Tahun 2007 tentang standar proses. Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.1.2 Pendekatan Saintifik
Menurut Daryanto (2014: 15) mengemukakan bahwa pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Imas Kurniasih (2014: 29) pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Senada dengan Daryanto dan Imas, Iskandar (2008: 16) pendekatan saintifik adalah suatu proses penyelidikan secara sistematik yang terdiri dari bagian-bagian yang saling bergantung (interdependent), ini adalah metode yang berkembang dan berhasil dalam memahami pendidikan yang semakin rumit.
melibatkan siswa secara aktif dan sistematik mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengumpulkan data, menyimpulkan, mengklasifikasi, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Penggunaan pendekatan saintifik dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah yang diajukan menurut Permendikbud no.81A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum, menyebutkan bahwa langkah-langkah pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:
1. Mengamati (observing)
Mengamati merupakan metode yang mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.
2. Menanya (questioning)
Menanya merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan yang faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
3. Mengumpulkan informasi/eksperimen (experimenting)
lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
4. Mengasosiasikan/Mengolah informasi/Menalar (associating)
Mengasosiasikan/Mengolah informasi/Menalar merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa pengolahan informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengasosiasi/mengolah informasi adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
5. Mengomunikasikan (communicating)
Mengkomunikasikan merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan dalam tahapan mengkomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Menurut Permendikbud no.81A langkah-langkah pendekatan saintifik meliputi Mengamati, Menanya, Mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasikan/ Mengolah informasi/ Menalar, Mengomunikasikan. Selain itu, pendapat yang sama dikemukakan oleh Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2014:53) langkah-langkah pendekatan Saintifik meliputi:
1. Mengamati
kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
2. Menanya
Menanya merupakan kegiatan belajar yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
3. Mengumpulkan Informasi/eksperimen
Mengumpulkan informasi merupakan kegiatan belajar yang dilakukan berupa melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, aktivitas, dan wawancara dengan narasumber. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
4. Mengasosiasikan/mengolah informasi
disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
5. Mengomunikasikan
Mengomunikasikan merupakan kegiatan belajar yang dilakukan berupa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Berdasarkan teori yang dikemukakan para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengomunikasikan.
2.1.3 Kreativitas Belajar
Menurut Barron (1982) dalam Ngalimun dkk (2013: 45) mendefinisikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sedangkan Semiawan (1997) dalam Yeni dkk (2011: 14) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Pendapat yang mendukung tentang kreativitas belajar juga dikemukakan oleh Hawadi (Antonius Atosokhi dkk, 2005) dalam Wardani Naniek Sulistya (2011: 49) menyatakan bahwa kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
pemecahan masalah, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.
Definisi Kreativitas seseorang akan nampak pada ciri-ciri kreativitas. Kreativitas tersebut dapat dicirikan secara aptitude menurut Utami Munandar (1992) dalam adalah:
1. Ketrampilan berfikir lancar yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. 2. Ketrampilan berfikir luwes yaitu menghasilkan gagasan, jawaban atau
pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif; mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.
3. Keterampilan berfikir orisinil yaitu mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
4. Ketrampilan mengelaborasi yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, memerinci detil-detil suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik.
5. Ketrampilan menilai yaitu menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, tidak hanya mencetuskan ide tetapi juga melaksanakannya.
Pendapat yang sama dengan pendapat Munandar tentang ciri-ciri kreativitas, menurut Wardani Naniek Sulistya (2011: 4) mengemukakan ciri-ciri kreativitas aptitude adalah:
2. Keterampilan berfikir luwes diukur dengan konsep yang ditemukan dalam tema IMA.
3. Keterampilan berfikir rasional diukur dengan penyelesaian masalah tema IMA.
4. Keterampilan mengelaborasi diukur dengan mengembangkan gagasan orang lain dalam mengumpulkan data melalui diskusi kelompok terkait tema IMA. 5. Keterampilan menilai diukur dengan alasan penyelesaian masalah IMA.
Torrance (1988) dalam Wardani Naniek Sulistya (2011: 5) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan pengukuran kreativitas pengembangan tujuh kegiatan yang dilakukan oleh peserta tes yakni membuat pertanyaan, menebak sebab akibat, menebak akibat dari peristiwa, mengembangkan manfaat suatu benda, menggunakan sesuatu dengan cara luar biasa, mengajukan pertanyaan luar biasa, membuat tebakan. Besarnya tingkat kreativitas seseorang dapat diketahui melalui pengukuran. Secara sederhana, pengukuran menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012: 2.1) diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda. Selanjutnya Allen dan Yen (1979) menyatakan bahwa pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu. Jadi pengukuran itu adalah kegiatan untuk memberikan angka pada suatu aspek dengan mengikuti cara-cara yang urut.
Tabel 2.2
Kisi-kisi Pengukuran Kreativitas Belajar IPA
Variabel Aspek Indikator
Kreativitas
Keterampilan berfikir lancar
1. Mencetuskan gagasan
2. Memberikan banyak cara untuk melakukan berbagai hal
3. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban 3. Melihat suatu masalah yang
berbeda-beda 4. Menemukan konsep Keterampilan berfikir
orisinil
1. Melahirkan ungkapan yang baru 2. Membuat kombinasi-kombinasi
Keterampilan Menilai 1. Mampu mengambil keputusan 2. Menentukan patokan penilaian 3. Penyelesaian masalah
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam membuat penelitian, perlu memperhatikan penelitian orang lain sebagai bahan kajian hasil penelitian yang relevan. Kajian hasil penelitian yang relevan dalam pendekatan saintifik terhadap kreativitas belajar IPA IV di SD Negeri Tegalrejo 04 semester II Tahun 2014/2015
75%, siklus 2 90%, dan pada aspek keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan dari 85% di siklus 1 naik menjadi 95% di siklus 2. Berdasarkan indikator keberhasilan tindakan sebesar 80%, maka pemberian tindakan yang berupa penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA kelas IV SD berhasil. Ini merupakan kelebihan dalam penelitian tentang penggunaan pendekatan inkuiri yang meningkatkan kreativitas belajar 80% pengukuran dengan 3 aspek yaitu aspek rasa ingin tahu, aspek toleransi terhadap resiko, dan aspek keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan. Kelemahan dari penelitian ini adalah hasil penelitian tidak menunjukkan diagram kreativitas siswa, hanya menunjukkan porsentase peningkatan.
Arfani Isnaningrum (2013) yang berjudul “Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar IPS melalui Model Group Investigation Siswa Kelas IV SD Negeri Kluwan 01
Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil penelitian ini
siswa tuntas. Kelemahan hasil penelitian ini adalah tidak terfokusnya variabel terpengaruhnya.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Miftah, Yuliana (2012) yang berjudul “Pengaruh Kreativitas Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar Negeri Gugus Handayani
Kecamatan Kertek Wonosobo Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012.” Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dari kreativitas siswa terhadap hasil belajar IPA di SD N 1 Sumberdalem yang ditunjukkan dengan koefisien regresi kreativitas siswa sebesar 0,333 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 % kreativitas siswa akan meningkatkan hasil belajar sebesar 0,333. Koefisien regresi ini bernilai positif, yang artinya ada hubungan antara kreativitas siswa dengan hasil belajar. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas siswa berpengaruh terhadap hasil belajarn IPA dengan tingkat signifikan 0,001 dan di SD N 1 Reco menunjukkan koefesien regresi kreativitas siswa sebesar 0,162 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% kreativitas siswa akan meningkatkan hasil belajar sebesar 0,162. Koefisien regresi ini bernilai positif, yang artinya ada hubungan antara kreativitas siswa dengan hasil belajar. hal ini menunjukkan bahwa kreativitas siswa berpengaruh terhadap hasil belajar IPA dengan tingkat signifikan 0,009. Apabila SD sampel digabungkan maka hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dari kreativitas siswa sebesar 0,158 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% kreativitas siswa akan meningkatkan hasil belajar sebesar 0,158. Dalam penelitian ini mempunyai kelebihan yaitu ada pengaruh kreativitas siswa terhadap hasil belajar yang meningkat secara signifikan yang ditunjukkan dengan koefisien regresi.
2.3 Kerangka Berpikir
alam dengan lingkungan. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran guru belum tepat dalam menggunakan metode yang mengaktifkan peran siswa, sehingga siswa menjadi cepat bosan dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka merumuskan rencana pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga siswa lebih antusias dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran IPA khususnya pada materi menjelaskan hubungan sumber daya alam dengan lingkungan sehingga kreativitas belajar meningkat melalui pendekatan saintifik.
Adapun langkah-langkah pendekatan saintifik adalah sebagai berikut: 1. Mengamati sumber daya alam yang ada disekolah.
2. Menanya tentang potensi sumber daya alam yang ada disekolah.
3. Mengumpulkan informasi tentang hasil pengamatan sumber daya alam disekolah. 4. Mengolah informasi hasil pengamatan sumber daya alam disekolah.
5. Mengomunikasikan hasil pengamatan sumber daya alam disekolah.
Pendekatan saintifik mendorong siswa secara aktif sehingga menghasilkan siswa yang kreatif. Kreativitas siswa nampak dalam indikator kreativitas yang meliputi:
1. Menghasilkan konsep esensial SDA dengan lingkungan
2. Menemukan permasalahan kebenaran SDA dengan lingkungan 3. Merumuskan masalahan SDA dengan lingkungan
4. Mencari jawaban dari masalah SDA dengan lingkungan 5. Melakukan wawancara tentang SDA dengan lingkungan 6. Menemukan data SDA dengan lingkungan
7. Mengolah data SDA dengan lingkungan
8. Memecahkan masalah SDA dengan lingkungan
9. Menemukan jawaban persmasalahan SDA dengan lingkungan
Menghasilkan konsep esensial SDA dengan lingkungan
Menemukan permasalahan kebenaran SDA dengan lingkungan
Merumuskan masalah SDA dengan lingkungan
Mencari jawaban dari masalah SDA dengan lingkungan
Melakukan wawancara tentang SDA dengan lingkungan
Menemukan data SDA dengan lingkungan
Mengolah data SDA dengan lingkungan
Memecahkan masalah SDA dengan
2.4 Hipotesis
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: