6 2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan kebutuhan setiap manusia, hampir semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan dan sikap manusia terbentuk dan berkembang karena belajar. Belajar itu sendiri pada dasarnya tidak memandang siapa yang belajar dan dimana tempatnya, sehingga siapa saja dapat melakukannya. Menurut Morgan (dalam Agus Suprijono, 2009: 3) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Sementara menurut Slameto (2010: 2) mengatakan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya Nana Sudjana (2010: 28) berpendapat bahwa belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses melihat, mengamati, memahami sesuatu dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.
Berdasarkan uraian diatas tentang pengertian belajar, maka dapat ambil disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan dari hasil belajar yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya.
2.1.2 Hasil Belajar
Dari pendapat tersebut bisa diambil kesimpulannya bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dari suatu proses pembelajaran yang diperoleh dari penguasaan materi mata pelajaran tertentu yang ditunjukkan melalui nilai tes ataupun skor oleh guru
2.1.2.1Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Slameto (2003) mengemukakan bahwa:
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu faktor internal yang bersumber pada diri siswa dan faktor eksternal yang bersumber dari luar diri siswa itu sendiri.Faktor internal terdiri dari kecerdasan, intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Menurut Wasliman (dalam susanto 2013: 12) berpendapat bahwa: Hasil belajar yang akan dicapai peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal.
1. Faktor internal: faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, kondisi fisik dan kesehatan.
2. Faktor Eksternal: faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang memengaruhi hasil beajar adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat
mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri sendiri (internal) dan faktor dari luar dirinya sendiri (eksternal).
2.1.2.2Pengukuran Hasil Belajar
Pengukuran hasil belajar merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka – angka pada sesuatu gejala, peristiwa, dan benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka, Endang Purwanti (2008). Teknik yang dapat digunakan dalam asesmen pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik tes merupakan cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Pengukuran hasil belajar yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda merupakan tes yang menuntut siswa untuk memilih jawaban yang tepat dengan cara memberikan tanda atau menyilangnya, Endang Purwanti (2008).
Sedangkan teknik non tes yang peneliti gunakan dalam pelelitian ini adalah observasi dan presentasi. Menurut Sudjana (2009: 109) observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun buatan. Presentasi merupakan penyajian karya dari siswa dalam kelompok Endang Purwanti (2008).
2.1.2.3Tujuan Penilaian Hasil Belajar
Tujuan tentang penilaian hasil belajar dikemukakan oleh Kellough dan Kellough (dalam Arifin, 2012: 14) adalah untuk membantu belajar peserta didik, untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, menilai efektivitas penggunaan strategi pembelajaran, menilai serta meningkatkan efektivitas program kurikulum dan efektivitas pembelajaran, menyediakan data yang membantu dalam pembuatan keputusan, komunikasi serta melibatkan orang tua peserta didik.
Keeping track yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan. Checking-up yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Finding-out yaitu dalam mencari, menemukan, dan mendeteksi kekurangan, kesalahan, dan kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga guru dapat dengan cepat mencari alternatif solusinya. Summing-up yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik
terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil kesimpulan ini dapat digunakan oleh guru untuk menyusun laporan kemajuan belajar ke berbagai pihak yang berkepentingan.
2.1.3 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.3.1Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris yaitu ‘science’.Kata ‘science’ sendiri dari kata dalam Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu.‘Science’ terdiri dari social sciences (Ilmu Pengetahuan Sosial) dan natural science (Ilmu Pengetahuan Alam). Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam Bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses dan sikap. Dari ketiga komponen IPA ini, Sutrisno (dalam Susanto, 2013:167) “IPA juga sebagai prosedur dan IPA sebagai teknologi”. Penambahan kata ini bersifat pengembangan dari ketiga komponen di atas, yaitu pengembangan prosedur dari proses, sedangkan teknologi dari aplikasi konsep dan prinsip-prinsip IPA sebagai produk.
pengamatan yang tepat pada tujuan, dan menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan”.
Menurut Laksmi Prihantoro dkk, (dalam Trianto, 2012: 137) “Ilmuu pengetahuan Alam pada hakikatnya merupakan produk, proses dan aplikasi”. Sebagai produk, IPA adalah sekumpulan pengetahuan, konsep. Sebagai proses, IPA merupakan proses yang digunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan, mengembangkan produk-produk sains, sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.
Dari pengertian tersebut dapat diperolehkesimpulan bahwa IPA merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep IPA.
2.1.3.2Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD
Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan IPA merupakan ilmu yang membahas tentang gejala alam. Sejalan dengan pentingnya IPA sebagai ilmu yang mempelajari gejala alam, ilmu pengetahuan alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara runtut, sehingga tidak hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang hanya berupa fakta, konsep, prinsip tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (KTSP Standar Isi 2006).
Powler (dalam Samatowa 2010: 3) mengemukakan bahwa :
dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Menurut Usman (2010: 3) “ilmu pengetahuan alam membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia".
Menurut Sutrisno dkk, (2007: 1.29) IPA merupakan salah satu dari banyak jenis ilmu pengetahuan, terdiri tiga aspek yaitu:
a) IPA sebagai proses
Memahami IPA berarti memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta untuk menginterpretasikannya. Para ilmuan menggunakan prosedur empirik dan analitik dalam usaha mereka untuk memahami alam semesta. Prosedur-prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau. b) IPA sebagai prosedur
IPA sebagai prosedur adalah metodologi ataupun cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu atau penelitian.
c) IPA sebagai produk
IPA sebagai produk adalah hasil proses yang berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah maupun luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan.
2.1.3.3Tujuan Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar
Tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP, 2006), dimaksudkan untuk:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam sekitarnya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, kesadaran tentang
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta untuk memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan mendapat bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
2.1.3.4Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar
SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang ditujukan bagi siswa kelas V SD dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA Kelas V Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 5. Memahami hubungan
antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya.
5. 1 Siswa dapat mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)
2.1.3.5Karakteristik IPA
IPA juga memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya.Karakteristik menurut Jacobson & Bergman (dalam Susanto 2013: 170), meliputi:
1. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori
2. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena serta kejadian alam, termasuk juga dalam penerapannya
4. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja
5. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif
2.1.3.6Ruang Lingkup IPA
Menurut Permendiknas (2007: 149), ruang lingkup bahan kajian IPA SD meliputi aspek-aspek berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan hubungannya dengan lingkungan, dan kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya diantaranya: cair, padat, dan gas.
3. Energi dan perubahannya diantaranya: gaya, bunyi, panas magnet, listrik, cahaya, pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta diantaranya: tanah, bumi, tata surya, benda-benda langit lainnya.
2.1.4 Model Problem Based Learing 2.1.4.1Pengertian Problem Based Learning
Problem Based Learning dikembangkan untuk membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan ketrampilan intelektual. Duch, Allen dan White (dalam Hamruni 2012: 148) “pembelajaran berbasis masalah menyediakan kondisi untuk meningkatkan ketrampilan berpikir kritis dan analitis serta memecahkan masalah kompleksdalam kehidupan nyata sehingga akan memunculkan budaya berpikir pada diri siswa”.
2.1.4.2Langkah-langkah Problem Based Learning
John Dewey dan David Johnson (dalam Hamruni 2012: 153) menjelaskan terdapat 6 langkah Problem Based Learning yang dinamakan metode pemecahan masalah, yaitu:
1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa menemukan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki
4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah
5. Menguji hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan atau penolakan hipotesis yang diajukan
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
2.1.4.3Kelebihan dan kekurangan Model Problem Based Learning
Model Problem Based Learning mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu:
Hamruni (2012: 157) Sebagai suatu strategi pembelajaran, Problem Based Learning memiliki beberapa keunggulan:
1. Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran
2. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Meningkatakan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa. 4. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa
untuk memahami masalah dunia nyata.
6. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
7. Memberikan kesemnpatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
8. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
9. Lebih menyenangkan dan disukai oleh siswa
10. Mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri, baik terhadap hasil maupun prosesnya
Kelemahan :
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya.
2. Keberhasilan pembelajaran melalui problem based learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak belajar apa yang mereka ingin pelajari.
2.2 Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Novi Andristutik tahun 2013 tentang “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran Matematika Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 Semester II Sekolah Dasar Negeri 6 Sindurejo Tahun Ajaran 2012/ 2013” menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan ketuntasan kelas pada prasiklus mencapai 44% dan meningkat pada siklus I yaitu sebesar 72% kemudian mengalami peningkatan kembali pada siklus II yaitu sebesar 94%.
ketuntasan belajar matematika dari pra siklus 22,2%, siklus I naik menjadi 72,2%, dan siklus II naik menjadi 88,9%.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Novi Andriastutik dan Rifki Khamdani bahwa penggunaan model pembelajaran problem based learning meningkatkan hasil belajar siswa.Hal itu dapat dilihat dari perolehan nilai pada siklus 2 lebih tinggi dari siklus 1.
2.3 Kerangka Berfikir
Matapelajaran ilmu pengetahuan alam adalah matapelajaran yang mempelajari gejala-gejala alam yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga membutuhkan sebuah model pembelajaran yang dapat membuat pembelajaran IPA lebih nyata sehingga mudah dipahami oleh siswa. Sebuah model pembelajran model problem based learning mampu mengajak siswa berpikir kritis dan terlatih untuk bekerjasama dalam kelompok serta siswa dapat memperoleh pengalaman secara langsung.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dijabarkan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
“Penggunaan Model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar Siswa Kelas V SD Negeri Karanggondang 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.
Pembelajaran masih konvensional. Tidak menggunakan model problem based learning
Dalam mengerjakan soal siswa belum bisa mandiri. Siswa sering terlihat mengantuk saat pembelajaran
Dilakukan tindakan
Nilai siswa dibawah KKM dan ketuntasan kelas masih rendah
Dalam pembelajaran diterapkan model problem based learning
1. Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa 2. Mengorganisasikan siswa untuk mandiri dalam bereksperimen 3. Membantu infestigasi mandiri dan kelompok
4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah Siswa dapat menyelesaikan sendiri
masalah yang diberikan guru, siswa terlihat aktif dalam melakukan pemecahan masalah didalam kelompok