• Tidak ada hasil yang ditemukan

konsep dan makna tahun pembelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "konsep dan makna tahun pembelajaran"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DAN MAKNA PEMBELAJARAN

Makalah Kelompok

Disusun untuk Memenuhi salah Satu Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran

Disusun oleh :

1. Dewi Ayu Ismanto Putri 1201100003 1. Nareswari Kartika P. 1201100012 2. Alvi Aji W. 1201100023 3. Dwi Ristiyani P. 1201100041

Kelompok : 7 Kelas 2 A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTA KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan ... 1

D. Manfaat ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

A. Tinjauan Pustaka ... 3

B. Pembahasan ... 42

BAB III PENUTUP ... 46

A. Simpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(3)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perencanaan adalah pemikiran sebelum pelaksanaan suatu tugas. Jadi perencanaan pengajaran berarti pemikiran tentang penerapan prinsip-prinsip umum mengajar tersebut di dalam pelaksanaan tugas mengajar dalam suatu situasi interaksi guru dan murid, baik di dalam kelas maupun diluar kelas.

Karena dengan perencanaan itu, maka seorang guru akan bisa memberikan pelajaran dengan baik dan dapat menghadapi situasi di dalam kelas secara tegas, mantap dan fleksibel. Pembuatan perencanaan pembelajaran yang baik akan menumbuhkan sesorang menjadi guru yang baik. Seorang bisa menjadi guru yang baik adalah berkat pertumbuhan, pengalaman dan akibat dari hasil belajar yang terus menerus, walaupun faktor bakat ikut pula berpengaruh. Dalam dunia pendidikan, banyak kita temukan kasus mengenai prestasi belajar siswa yang menurun akibat kurangnya persiapan guru dalam pembuatan perencanaan pembelajaran. Hal ini harus kita antisipasi sebagai calon pendidik agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang baik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja prinsip dan komponen dalam perencanaan pembelajaran ? 2. Apa saja tujuan pembelajaran dalam proses pendidikan ?

3. Apakah yang dimaksud dengan konsep dan makna pembelajaran ? 4. Kemampuan apa saja yang harus dimiliki seorang guru dalam

proses pembelajaran ? C. Tujuan

1. Memahami prinsip dan komponen perencanaan pembelajaran. 2. Mengetahui tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

3. Mengetahui konsep dan makna pembelajaran.

4. Mengetahui dan memahami kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran.

D. Manfaat

(4)

3. Agar guru memiliki kompetensi yang diharapkan sehingga pembelajaran dapat berjalan lebih baik.

4. Agar membantu guru dalam memilih metode yang tepat.

(5)

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep dan Makna Pembelajaran” ini dengan lancar tanpa halangan suatu apapun. Penyusunan makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran, Bapak Badarudin S.Pd dan Ibu Cicih Wiarsih M.Pd. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Purwokerto, 20 Mei 2013

Penyusun

BAB II

(6)

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep dan Makna Pembelajaran

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar, dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Dalam konteks pendidikan , guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik.

a) Pengertian pembelajaran menurut beberapa ahli :

1.) Duffy dan Roehler (1989) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.

(7)

3.) Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 mengartikan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. b) Ciri-ciri pembelajaran

1.) Merupakan upaya sadar dan disengaja. 2.) Pembelajaran harus membuat siswa belajar.

3.)Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.

4.) Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasilnya.

c) Perbedaan Pembelajaran, Pengajaran, Pemelajar, dan Pembelajar

Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa (Winkel,1991).

(8)

pengajaran. Pembelajar adalah orang yang melakukan pembelajaran.

Perbedaan antara pengajaran dan pembelajaran

NO Pengajaran Pembelajaran

1 Dilaksanakan oleh mereka yang berprofesi sebagai pengajar

Dilaksanakan oleh mereka yang dapat membuat orang belajar

2 Tujuannya menyampaikan informasi kepada si belajar.

Tujuannya agar terjadi belajar pada diri siswa

3 Merupakan salah satu penerapan strategi pembelajaran.

Merupakan cara untuk

mengembangkan rencana yang terorganisasi untuk keperluan belajar. 4 Kegiatan belajar berlangsung bila

ada guru atau pengajar.

Kegiatan belajar dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru.

d) Konsep Pembelajaran

Ada banyak sekali konsep pembelajaran yang diterapkan khususnya di Indonesia. Salah satunya konsep pembelajaran konstekstual yang dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran. Konsep pembelajaran yang konstekstual ini merupakan pembelajaran aktif antara guru dan siswa. Dan di dalam konsep pembelajaran konstekstual ada unsur-unsurnya. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut penjelasannya.

(9)

Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimiliki. Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya.

Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengonstruksi pengetahuan, bukan menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui peserta didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan (konsep, prinsip) baru, menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik mencari strategi belajar yang efektif agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan atas penemuannya itu.

Inquiry

Siklus inkuiri: observasi dimulai dengan bertanya, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, dan menarik simpulan. Langkah-langkah inkuiri dengan merumuskan masalah, melakukan observasi, analisis data, kemudian mengomunikasikan hasilnya. Inquiri merupakan pembelajaran untuk dapat berpikir nyata dan kritis dalam menyikapinya. Biasanya untuk inkuiri ini berbentuk kasus untuk dianalisis berdasarkan teori yang ada.

Questioning

(10)

Dilakukan melalui pembelajaran kolaboratif. Belajar dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga kemampuan sosial dan komunikasi berkembang.

Modelling

Berguna sebagai contoh yang baik yang dapat ditiru oleh peserta didik seperti cara menggali informasi, demonstrasi, dan lain-lain. Pemodelan ini dapat dilakukan oleh guru (sebagai teladan), peserta didik, dan tokoh lain.

Reflection

Yaitu tentang cara berpikir apa yang baru dipelajari. Sehingga ada respon terhadap kejadian, aktivitas/pengetahuan yang baru. Hasilnya nanti merupakan konstruksi pengetahuan yang baru. Bentuknya dapat berupa kesan, catatan atau hasil karya yang dapat memberikan timbal balik.

Autentic Assesment

Yaitu menilai sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini berlangsung selama proses pembelajaran secara terintegrasi. Pada unsur ini dapat dilakukan melalui berbagai cara yaitu test dan non-test. Alternatif bentuk yang dapat dilakukan kinerja, observasi, portofolio, dan atau jurnal.

Seorang ahli yang bernama Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran lain daripada konsep pembelajaran konstektual yaitu “Student Centered Learning” yang intinya yaitu :

(11)

2. Seseorang akan belajar secara signifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya.

3. Manusia tidak bisa belajar jika berada di bawah tekanan.

4. Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodasikan.

(12)

2. Komponen dan Prinsip Perencanaan Pembelajaran

Dalam pengertian luas, perencanaan pembelajaran adalah proses mengatur bagaimana pembelajaran dikembangkan, dilaksanakan, dikelola serta dievaluasi. Sedangkan dalam arti sempit, perencanaan pembelajaran lebih difokuskan pada pengaturan, pengelolaan dan pengembangan tujuan, isi atau materi, metode dan sumber pembelajaran, serta pengembangan evaluasi. Dalam buku yang berjudul Perencanaan Pembelajaran karya Abdul Majid bahwa perencanaan pembelajaran dibangun dari dua kata, yaitu perencanaan dan pembelajaran. Perencanaan berarti menentukan apa yang akan dilakukan. Pembelajaran, berarti proses yang diatur dengan langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan.

Jadi, perencanaan pembelajaran adalah rencana guru mengajar mata pelajaran tertentu, pada jenjang dan kelas tertentu, untuk topik tertentu, dan untuk satu pertemuan atau lebih.

Dengan demikian ketika akan merancang pembelajaran,maka pertanyaan yang harus dijawab terlebih dahulu adalah perencanaan pembelajaran utuk level lama. Apakah program pembelajaran yang bersifat umum seperti silabus misalnya, atau perencanaan pembelajaran yang lebih bersifat operasional seperti rencana pelaksanaan pembelajaran. Identifikasi terhadap level perencanaan ini penting, karena proses pengembangan perencanaannya berbeda disesuaikan dengan keumuman dan kekhususan jenis perencanaan yang dikembangkan.

(13)

makna perencanaan pembelajaran dalam arti yang khusus atau spesifik salah satu contohnya adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berfungsi sebagai pedoman operasional dalam melaksanakan pembelajaran.

Pengembangan setiap unsur pembelajaran baik dalam pengertian perencanaan pembelajaran secara luas maupun perencanaan pembelajaran dalam arti yang sempit, semuanya harus dikembangkan dengan mengacu pada ketentuan, kaidah, hukum atau disebut dengan prinsip-prinsip. Hal ini amat penting karena dengan mengacu pada prinsip yang ditentukan, maka perencanaan pembelajaran yang akan dihasilkan akan memenuhi kriteria sebagai sebuah perencanaan pembelajaran yang baik, sehingga akan memberi petunjuk operasional yang jelas terhadap pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan. Akhirnya proses pembelajaran yang didasarkan pada tahap-tahap atau prosedur rencana yang matang, maka pembelajaran tersebut akan berjalan secara logis, sistematis dan efektif.

Adapun prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan dasar dalam merancang pembelajaran, baik untuk perencanaan pembelajaran yang masih bersifat umum maupun perencanaan pembelajaran yang lebih spesifik adalah bahwa perencanaan tersebut harus memenuhi unsur :

(14)

akan tetapi pembelajaran lebih bersifat fungsional dan secara langsung dirasakan manfaatnya dalam memecahkan masalah yang muncul.

2. Relevan yaitu bahwa setiap materi memiliki ruang lingkup atau cakupan dan sistematikanya atau urutan penyajiannya. Dengan demikian materi dikembangkan harus memerhatikan segi cakupan dan urutannya harus relevan dan seimbang. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan berapa banyak materi-materi yang harus dikuasai oleh siswa. Demikian pula dari cakupan tersebut secara logis dan sistematis harus darimana siswa memulai mempelajari materinya. Unsur relevan dalam mengembangkan materi juga harus memerhatikan tingkat kedalaman, kesukaran, manfaat dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.

3. Sistematis yaitu setiap unsur perencanaan baik untuk perencanaan jenis silabus maupun perencanaan untuk rencana pelaksanaan pembelajaran, antar unsur yang satu dengan unsur yang lainnya harus saling berkait, memengaruhi, menentukan dan satu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan atau kompetensi. Unsur-unsur pokok perencanaan yang harus terintegrasi tersebut seperti antar tujuan dengan materi, metode, dan media serta sumber pembelajaran yang digunakan dan unsur evaluasi.

4. Konsisten yaitu adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antarkompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. Keajegan atau konsistensi ini sangat diperlukan, agar proses pembelajaran dapat berjalan secara logis dan memungkinkan saling menunjang sehingga akan memudahkan terjadinya proses pembelajaran secara efektif dan efisien.

(15)

6. Aktual dan Konstekstual yaitu cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

7. Fleksibel yaitu komponen silabus maupun rencana pelaksanaan pembelajaran harus dapat mengakomodasikan keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

8. Menyeluruh yaitu komponen silabus maupun rencana pelaksanaan pembelajaran harus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor). Keseluruhan ini juga dimaksudkan untuk memfasilitasi pengembangan siswa dari sisi kemampuan akademik, sosial, emosional, maupun vokasional atau keterampilan bekerja. Oleh karena itu dalam merencanakan pembelajaran, proses pembelajaran harus didorong untuk terealisasinya keempat pilar pendidikan pendidikan atau pembelajaran yaitu bagaimana belajar untuk mengetahui, belajar untuk berbuat atau melakukan, belajar untuk menjadi diri sendiri, dan belajar untuk hidup kebersamaan. a) Hubungan antara komponen (sub sistem) pembelajaran

Adanya sekumpulan unsur-unsur atau komponen dalam suatu sistem belum tentu bisa dikatagorikan sebagai suatu sistem, jika tidak terpenuhi persyaratan yang lainnya. Persyaratan tersebut yaitu adanya keterhubungan, ketergantungan, saling memengaruhi, dan saling menentukan. Kompenen pembelajaran terdiri dari empat unsur pokok yaitu :

(16)

Agar keempat komponen pembelajaran di atas membentuk suatu sistem, maka setiap komponen tersebut harus saling berhubungan, saling memengaruhi dan terintegrasi bekerja sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing.

b) Sistem Pembelajaran 1. Komponen Tujuan

Dalam sistem pembelajaran unsur tujuan diletakkan pada tahap pertama sebelum unsur yang lainnya. Penetapan tujuan pada tahap awal dimaksudkan untuk memberi gambaran bagi penetapan komponen pembelajaran yang lain agar menyesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain penetapan materi, metode atau proses dan evaluasi selalu harus memerhatikan dan berhubungan dengan rumusan tujuan.

Tujuan merupakan rumusan atau pernyataan yang memberikan gambaran keinginan atau harapan yang terukur dan operasional yang harus dicapai setelah pembelajaran selesai. Dengan demikian untuk memberikan gambaran adanya keterhubungan antara tujuan dengan komponen yang lainnya, maka rumusan tujuan akan memberi inspirasi bagi penetapan komponen-komponen pembelajaran lainnya. Akan tetapi jika tujuan tidak tercapai, belum tentu yang salah adalah unsur materi, metode atau komponen evaluasi. Boleh jadi yang kurang tepat adalah rumusan tujuannya itu sendiri. Disini letak setiap unsur dalam sistem pembelajaran masing-masing memiliki hubungan, ketergantungan dan umpan balik.

2. Komponen Materi

(17)

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Materi atau bahan pelajaran itu sangat luas, bervariasi, memiliki tingkat kesulitan yang beragam dan sangat kompleks. Luas dan rumitnya bahan pelajaran tersebut tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat.

Mengingat ilmu pengetahuan sebagai materi yang harus dipelajari oleh siswa sangat luas dan rumit, maka diperlukan upaya perumusan, pemilihan dan penetapan atau pengelolaan yang tepat. Ketepatan memilih materi tersebut ukurannya terutama adalah kesesuaian dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian pemilihan dan penetapan komponen materi tidak bisa lepas dari kaitannya dengan komponen lain seperti tujuan pembelajaran. Itulah gambaran sederhana yang menandakan hubungan antar komponen pembelajaran sehingga membentuk suatu sistem. Apabila materi yang ditetapkan tidak berhasil dikuasai oleh siswa, berarti tujuan tidak tercapai. Penyebabnya mungkin terjadi pada kesalahan menggunakan strategi, penetapan alat evaluasi, atau mungkin terletak pada materinya itu sendiri. Disinilah makna dari ciri sistem memiliki efek sinergistik dan keterpaduan. 3. Komponen Metode, Media,Sumber pembelajaran (Proses)

Tujuan pembelajaran telah dirumuskan,materi sebagai bahan pembelajaran bagi siswa sudah ditetapkan. Apakah dengan sudah ditetapkannya dua komponen pembelajaran tersebut sudah menjamin pembelajaran akan terjadi. Tentu saja belum, mengingat untuk terjadinya proses pembelajaran secara efektif dan efisien masih memerlukan sub sistem yang lan, yaitu metode, media, atau sumber pembelajaran lainnya.

(18)

jika akan membuat kue bolu sebagai tujuannya, tentu memerlukan bahan-bahan seperti terigu, telor, air, dan bahan-bahan lainnya. Tersedianya bahan yang diperlukan tidak akan langsung menjadi kue bolu yang diharapkan (sesuai dengan tujuan), karena untuk menjadikan kue tersebut perlu alat (metode dan media) untuk membuatnya seperti blander untuk mencampur/mengaduk adonan kue.

Demikianlah kira-kira gambaran fungsi media dan metode sebagai sub sistem pembelajaran yaitu merupakan cara dan alat untuk mengolah dan memroses bahan sehingga memudahkan siswa untuk mempelajarinya. Dengan demikian hubungan antara tujuan materi dan metode serta media pembelajaran menjadi suatu kebutuhan mutlak dalam sistem pembelajaran.

Metode, media dan sumber pembelajaran sangat beragam dan banyak jenisnya, setiap metode, media dan sumber pembelajaran masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda anata satu jenis dengan jenis yang lainnya. Oleh karena itu pemilihan dan penetapan metode, media maupun sumber pembelajaran yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis bentuk dan bentuk serta karakteristik tujuan dan sifat bahan pelajaran yang akan dipelajari siswa. Jika tidak, maka tidak akan terjadi hubungan yang harmonis antara tujuan, bahan, dan metode/media. Akhirnya tentu saja pembelajaran tidak akan berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik.

4. Komponen Evaluasi

(19)

dievaluasi. Patokan utama yang menjadi indikator terjadinya pembelajaran secara efektif dan efisien adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Tujuan tersebut yaitu perubahan perilaku pada diri siswa baik mengenai pengetahuannya, sikap, ketrampilan, kebiasaan dan lain sebagainya.

Oleh karena itu hasil dari evaluasi biasanya adalah informasi mengenai sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran siswa baik dalam bentuk informasi kualitatif maupun kuantitatif. Evaluasi tidak hanya berhubungan atau berfungsi untuk mengukur tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran saja, melainkan memiliki keterkaitan dan saling menentukan terhadap komponen pembelajaran lainnya seperti dengan usur materi dan sumber pembelajaran, metode dan media, bahkan dengan evaluasinya itu sendiri.

Jika dari hasil evaluasi ternyata tujuan pembelajaran belum atau tidak tercapai,maka mungkin saja belum tercapainya tujuan pembelajaran tersebut disebabkan oleh faktor sub sistem yang lain seperti kurang tepatnya materi dan sumber pembelajaran yang digunakan, metode dan media pembelajaran tidak mendukung,bahkan mungkin kurang tepatnya alat evaluasinya itu sendiri. Dapat kita ketahui gambaran adanya suatu keterkaitan dan saling mempengaruhi antar sub sistem dalam suatu sistem pembelajaran. Oleh karena itu sistem pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efisien, maka para guru harus terlebih dahulu harus merencanakan pembelajaran secara matang.

(20)

Dictionary tertulis bahwa perencanaan adalah the act or process of making plans for something (kegiatan atau proses merencanakan sesuatu), dan pembelajaran adalah the act of teaching something to somebody (kegiatan mengajarkan sesuatu kepada seseorang).

Komponen Perencanaan Pembelajaran

Menurut buku yang berjudul Strategi Belajar Mengajar karya Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain komponen perencanaan pembelajaran terdiri dari:

1. Tujuan (Objective)

Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan dalam pembelajaran merupakan komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan elat evaluasi.

2. Bahan Pelajaran (Material)

Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada anak didik. 3. Metode (Method)

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode-metode mengajar mencakup:

(21)

2) Metode Eksperimen; yaitu cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.

3) Metode Tugas dan Resitasi; yaitu metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. 4) Metode Diskusi; yaitu cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.

5) Metode Sosiodrama; yaitu mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.

6) Metode Demonstrasi; cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.

7) Metode Problem Solving; yaitu menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

8) Metode Karya Wisata; yaitu mengajak siswa belajar keluar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain.

9) Metode Tanya Jawab; yaitu cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.

(22)

11)Metode Ceramah; yaitu cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.

4. Alat (Media)

Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Misalnya: bagan, grafik, komputer, OHP, dan lain-lain. 5. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. Misalnya: tes tulis, lisan, praktek, dan lain-lain.

Pentingnya Perencanaan Pembelajaran

Meminjam kata-kata singkat tapi sangat esensial dari buku Perencanaan Pembelajaran karya Abdul Majid bahwa inti proses pendidikan adalah pembelajaran. Inilah aktivitas rutin yang dilakukan guru sehari-hari. Agar program yang mereka lakukan lebih terarah, guru harus mengetahui kurikulum yang dirilis pemerintah. Informasi dari kurikulum itulah sebagai bahan bagi guru untuk menyusun silabus dan rencana pembelajaran. Guru selayaknya dapat memahami tentang semua aktivitas teknik menyangkut pembelajaran secara baik. Tidak hanya itu, penting juga informasi tentang standar kompetensi yang seharusnya dimiliki guru sendiri.

(23)

mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Salah satu lembaran kertas mutiara buku Perencanaan Pembelajaran karya Abdul Majid mengemukakan beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar, yaitu:

1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.

2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.

3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid.

4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.

5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja. 6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.

3. Tujuan Pembelajaran

Salah satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme terhadap pembelajaran bahwa pembelajaran seyogyanya memiliki tujuan. Gagasan perlunya tujuan dalam pembelajaran pertama kali dikemukakan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950. Kemudian diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962 yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul Preparing Instruction Objective. Sejak tahun 1970 hingga sekarang penerapannya semakin meluas hampir di seluruh lembaga pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia.

(24)

tingkat kompetensi tertentu. Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran.

Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa: (1) tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk digaris bawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan).

Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri; (2) memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar; (3) membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran; (4) memudahkan guru mengadakan penilaian.

(25)

petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran, saat ini telah terjadi pergeseran dalam perumusan tujuan pembelajaran. W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) mengemukakan pada masa lampau guru diharuskan menuliskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk bahan yang akan dibahas dalam pelajaran, dengan menguraikan topik-topik atau konsep-konsep yang akan dibahas selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran pada masa lalu ini tampak lebih mengutamakan pada pentingnya penguasaan bahan bagi siswa dan pada umumnya yang dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered). Namun seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran, tujuan pembelajaran yang semula lebih memusatkan pada penguasaan bahan, selanjutnya bergeser menjadi penguasaan kemampuan siswa atau biasa dikenal dengan sebutan penguasaan kompetensi atau performansi. Dalam praktik pendidikan di Indonesia, pergeseran tujuan pembelajaran ini terasa lebih mengemuka sejalan dengan munculnya gagasan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Selanjutnya, W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) menegaskan bahwa seorang guru profesional harus merumuskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk perilaku siswa yang dapat diukur yaitu menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa tersebut sesudah mengikuti pelajaran.

(26)

kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar, di dakamnya mencakup: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), penguraian (analysis), memadukan (synthesis), dan penilaian (evaluation); (2) kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup: penerimaan (receiving/attending), sambutan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (characterization); dan (3) kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari: kesiapan (set), peniruan (imitation, membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation) dan menciptakan (origination). Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya.

Dalam sebuah perencanaan pembelajaran tertulis (written plan/RPP), untuk merumuskan tujuan pembelajaran tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa kaidah atau kriteria tertentu. W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) menyarankan dua kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih tujuan pembelajaran, yaitu: (1) preferensi nilai guru yaitu cara pandang dan keyakinan guru mengenai apa yang penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa serta bagaimana cara membelajarkannya; dan (2) analisis taksonomi perilaku sebagaimana dikemukakan oleh Bloom di atas. Dengan menganalisis taksonomi perilaku ini, guru akan dapat menentukan dan menitikberatkan bentuk dan jenis pembelajaran yang akan dikembangkan, apakah seorang guru hendak menitikberatkan pada pembelajaran kognitif, afektif ataukah psikomotor.

(27)

(Hamzah B. Uno, 2008) bahwa tujuan pembelajaran sebaiknya mencakup tiga komponen utama, yaitu: (1) menyatakan apa yang seharusnya dapat dikerjakan siswa selama belajar dan kemampuan apa yang harus dikuasainya pada akhir pelajaran; (2) perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan perilaku tersebut; dan (3) perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan minimum yang dapat diterima.

Berkenaan dengan perumusan tujuan performansi, Dick dan Carey (Hamzah Uno, 2008) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran terdiri atas: (1) tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan atau diperbuat oleh anak didik; (2) menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat yang hadir pada waktu anak didik berbuat; dan (3) menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan.

Telah dikemukakan di atas bahwa tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara jelas. Dalam hal ini Hamzah B. Uno (2008) menekankan pentingnya penguasaan guru tentang tata bahasa, karena dari rumusan tujuan pembelajaran itulah dapat tergambarkan konsep dan proses berfikir guru yang bersangkutan dalam menuangkan idenya tentang pembelajaran.

Pada bagian lain, Hamzah B. Uno (2008) mengemukakan tentang teknis penyusunan tujuan pembelajaran dalam format ABCD. A=Audience (petatar, siswa, mahasiswa, murid dan sasaran didik lainnya), B=Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar), C=Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai, dan D=Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima).

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

(28)

b) Perumusan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu bagi guru maupun siswa.

c) Saat ini telah terjadi pergeseran dalam merumuskan tujuan pembelajaran dari penguasaan bahan ke penguasan performansi.

d) Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. e) Tujuan pembelajaran seyogyanya dirumuskan secara jelas, yang

didalamnya mencakup komponen: Audience, Behavior, Condition dan Degree.

4. Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran

Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Pada UUGD Pasal 10 ayat (1) yang menyebutkan kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

a. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 tahun 2008 , tentang guru , pasal 3 ayat (4) dijelaskan Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi :

(29)

2) Pemahaman terhadap peserta didik.

3) Pengembangan kurikulum/ silabus.

4) Perancangan pembelajaran.

5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

6) Evaluasi hasil belajar.

7) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya.

Dalam mengukur kualitas kompetensi pedagogik guru kita dapat melihat apabila terdapat guru yang tidak memahami karakter peserta didik, tidak dapat menjelaskan materi pelajaran dengan baik, tidak mampu memberi evaluasi terhadap apa yang sudah diajarkan, juga tidak dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik maka guru yang bersangkutan belum memiliki kompetensi pedagogik secara memadai.

b. Kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang mantap,

stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Lebih lanjut dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Bab II pasal 3 ayat (5) bahwa kompetensi kepribadian guru sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

c. Kompetensi sosial, yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan

(30)

kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk :

1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.

2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.

3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik. 4) Bergaul secara santun dengan masyarakat.

d. Kompetensi profesional, yaitu kemampuan guru dalam penguasaan

materi pelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. PP Nomor 74 tahun 2008 menjabarkan bahwa kompetensi profesional guru merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan : 1) Menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan

isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu

2) Menguasai konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni

yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.

Peranan Guru Dalam pembelajaran Tatap Muka

Terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran tatap muka yang dikemukakan oleh Moon (1998), yaitu sebagai berikut.

(31)

Pihak Departemen Pendidikan Nasional telah memrogram bahan pembelajaran yang harus diberikan guru kepada peserta didik pada suatu waktu tertentu. Disini guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan Proses Belajar Mengajar tersebut dengan memerhatikan berbagai komponen dalam sistem pembelajaran yang meliputi :

a.) Membuat dan merumuskan bahan ajar.

b.) Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas, perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa, komprehensif, sistematis, dan fungsional efektif.

c.) Merancang metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.

d.) Menyediakan sumbeer belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dalam pengajaran.

e.) Media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan memerhatikan relevansi (seperti juga materi), efektif, efisien, kesesuaian dengan metode, serta pertimbangan praktis.

Jadi dengan waktu yang sedikit atau terbatas tersebut , guru dapat merancang dan mempersiapkan semua komponen agar berjalan dengan efektif dan efisien. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang prinsip-prinsip belajar, sebagai landasan dari perencanaan.

2. Guru sebagai Pengelola Pembelajaran (Manager Instruction)

(32)

Selain itu guru juga berperan dalam membimbing pengalaman sehari-hari ke arah pengenalan tingkah laku dan kepribadiannya sendiri. Salah satu ciri manajemen kelas yang baik adalah tersedianya kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit untuk mengurangi ketergantungannya pada guru hingga mereka mampu membimbing kegiatannya sendiri.

Sebagai manajer, guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar mengajar dari teori perkembangan hingga memungkinkan untuk menciptakan situasi belajar yang baik mengendalikan pelaksanaan pengajaran dan pencapaian tujuan.

3. Guru sebagai Pengaruh Pembelajaran.

Hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam hubungan ini guru mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar mengajar. Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi adalah sebagai berikut (Dr Hamzah B.Uno :23), (1)membangkitkan dorongan siswa untuk belajar (2) menjelaskan secara konkret, apa yang dapat dilakukan pada akhir pengjaran (3) memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merangsang pencapaian prestasi yang lebih baik dikemudian hari (4) membentuk kebiasaan belajar yang baik.

4. Guru sebagai Evaluator (Evaluator of Student Learning)

(33)

selanjutnya. Dengan demikian proses pembelajaran akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.

5. Guru sebagai Konselor

Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan dapat merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dipersiapkan agar (1)dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang timbul antara peserta didik dengan orang tuanya, (2) bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yang manusiawi dan dapat mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan bermacam-macam manusia. Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian tentang dirinya sendiri, baik itu motivasi, harapan, prasangka ataupun keinginannya. Semua hal itu akan memberikan pengaruh pada kemampuan guru dalam berhubungan dengan orang lain terutama siswa.

6. Guru sebagai Pelaksana Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan didapat oleh peserta didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan. Secara resmi kurikulum sebenarnya merupakan sesuatu yang diidealisasikan atau dicita-citakan (Ali,1985:30). Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Artinya guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam mewujudkan segala sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi. Bahkan pandangan mutakhir menyatakan bahwa meskipun suatu kurikulum itu bagus, namun berhasil atau gagalnya kurikulum tersebut pada akhirnya terletak di tangan pribadi guru.

(34)

(1) Perencanaan kurukulum. (2) Pelaksanaan di lapangan. (3) Proses penilaian.

(4) Pengadministrasian. (5) Perubahan kurikulum.

7. Guru dalam Pembelajaran yang Menerapkan Kurikulum Berbasis Lingkungan

Peranan guru dalam kurikulum berbasis lingkungan tidak kalah aktifnya dengan peserta didik. Sehubungan dengan tugas guru untuk mengaktifkan peserta didik dalam belajar, maka seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang memadai. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dituntut dari guru dalam proses pembelajaran yang memiliki kadar pembelajaran tinggi dadasarkan atas posisi dan peranan guru, tugas dan tanggung jawab sebagai pengajar yang profesional.

Posisi dan peran guru yang dikaitkan dengan konsep pendidikan berbasis lingkungan dalam proses pembelajaran (Dr. H. Hamzah.B.Uno 2007:27) , yang menuntut guru harus menempatkan diri sebagai :

a. Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi pelaksana, dan pengontrol kegiatan belajar peserta didik.

b. Fasilitator belajar, guru sebagai pemberi kemudahan kepada peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya dalam berbagai bentuk.

(35)

jawaban masalah sebagai hasil belajar peserta didik, atas dasar semua pendapat yang telah dibahas dan diajukan peserta didik.

d. Motivator belajar, guru sebagai pendorong peserta didik agar mau melakukan kegiatan belajar. Sebagai motivator guru harus dapat menciptakan kondisi kelas yang merangsang peserta untuk mau melakukan kegiatan belajar, baik individual maupun kelompok.

e. Evaluator belajar, guru sebagai penilai yang objektif dan komprehensif. Sebagai evaluator guru berkewajiban mengawasi, memantau proses pembelajaran peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya. Guru juga berkewajiban melakukan upaya perbaikan proses belajar peserta didik, menunjukkan kelemahan dan cara memperbaikinya, baik secara individual, kelompok, maupun secara klasikal.

Macam-macam Keterampilan Mengajar Guru

Turney (Uzer Usman, 2010:74) mengemukakan ada 8 (delapan) keterampilan mengajar/membelajarkan yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, diantaranya:

1. KETERAMPILAN BERTANYA

Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”. Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir.

Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa, yaitu:

(36)

b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah

yang sedang dihadai atau dibicarakan.

c. Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berfikir itu

sendiri sesungguhnya adalah bertanya.

d. Menuntun proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan

membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.

e. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.

Keterampilan dan kelancaran bertanya dari calon guru maupun dari guru itu perlu dilatih dan ditingkatkan, baik isi pertanyaannya maupun teknik bertanya.

a. Dasar-dasar pertanyaan yang baik

1) Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa.

2) Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan. 3) Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu.

4) Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk berfikir sebelum menjawab pertanyaan.

5) Bagikanlah semua pertanyaan kepada seluruh murid secara merata.

6) Berikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya.

7) Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.

b. Hal-hal yang perlu diperhatikan

(37)

pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Sikap dan cara guru termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan menampakkan ada-tidaknya kehangatan dan keantusiasannya. Kebiasaan yang perlu dihindari. Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Guru harus menghindari kebiasaan seperti :

1) Menjawab pertanyaan sendiri. 2) Mengulang jawaban siswa. 3) Mengulang pertanyaan sendiri.

4) Mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak.

5) Menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya. 6) Mengajukan pertanyaan ganda.

Keterampilan bertanya di bedakan atas :

1. Keterampilan bertanya dasar. Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen-komponen yang di maksud adalah: Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan, pemindah giliran, penyebaran, pemberian waktu berpikir dan pemberian tuntunan.

(38)

bertanya dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah : Pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, Pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi. 2. KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN

Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.

a. Tujuan Pemberian Penguatan

Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan sebagai berikut: (a). Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran. (b) Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar. (c). Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.

b. Jenis-jenis Penguatan

1. Penguatan verbal, Penguatan verbal biasanya diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. 2. Penguatan non-verbal, Penguatan non-verbal terdiri dari penguatan gerak

(39)

c. Prinsip Penggunaan Penguatan

Penggunaan penguatan secara efektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif.

3. KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI

Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.

a. Tujuan dan Manfaat

1. Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar mengajar yang relevan.

2. Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.

3. Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.

4. Guna member kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya.

b. Prinsip Penggunaan

1. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.

(40)

3. Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.

c. Komponen-komponen Keterampilan Mengadakan Variasi

Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu :

1. Variasi dalam cara mengajar guru, Variasi dalam cara mengajar guru meliputi : penggunaan variasi suara (teacher voice), Pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), gerakan badan mimik, dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru (teachers movement).

2. Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut : variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau bahan yang dapat didengar (auditif aids), variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik), dan variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids).

(41)

guru-murid-guru, yakni ada balikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antarsiswa (komunikasi sebagai interaksi). (c). Pola guru-murid-murid, yakni ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain. (d). Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid. Interaksi optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi, multiarah). (e). Pola melingkar, dimana setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat giliran.

4. KETERAMPILAN MENJELASKAN

Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.

a. Tujuan Memberikan Penjelasan

1. Membimbing murid untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.

2. Melibatkan murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.

3. Untuk mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.

4. Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.

b. Komponen-komponen keterampilan menjelaskan

(42)

secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. (2). Penyajian suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan. 5. KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN

Membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar.

Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Komponen keterampilan menutup pelajaran meliputi: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, dan mengevaluasi.

6. KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL

(43)

menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa.

Komponen-komponen keterampilan membimbing diskusi: 1. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi. 2. Memperluas masalah atau urutan pendapat.

3. Menganalisis pandangan siswa. 4. Meningkatkan urunan pikir siswa. 5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi. 6. Menutup diskusi.

7. KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar, misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.

(44)

keterampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen-komponen keterampilan, antara lain:

1. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif).. Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal seperti keterampilan menunjukkan sikap tanggap, member perhatian, memusatkan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur dan member penguatan.

2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respon yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah, atau orang tua siswa.

Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut: (1). Campur tangan yang berlebihan (teachers instruction). (2). kesenyapan (fade away). (3). ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stop and stars). (4). penyimpangan (digression). (5). bertele-tele (overdwelling).

8. KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN

(45)

guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa.

Komponen keterampilan yang digunakan adalah keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing dan memudahkan belajar dan keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Diharapkan setelah menguasai delapan keterampilan mengajar yang telah dijelaskan di atas dapat bermanfaat untuk mahasiswa calon guru sehingga dapat membina dan mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu mahasiswa calon guru dalam mengajar. Keterampilan mengajar yang esensial secara terkontrol dapat dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang cepat dan tepat, penguasaan komponen keterampilan mengajar secara lebih baik, dapat memusatkan perhatian secara khusus kepada komponen keterampilan yang objektif dan dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan objektif.

B. Pembahasan

(46)

diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.

Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimnal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

Proses pembelajaran aktivitasnya dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suatu interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tertentu setidaknya adalah pencapaian tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran. Kegiatan pembelajaran yang diprogramkan guru merupakan kegiatan integralistik antara pendidik dengan peserta didik.

(47)

5)Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pembelajaaran kepada pihak yang berkepentingan.

Jika prinsip-prinsip itu terpenuhi, maka secara teoritis perencanaan pembelajaran akan memberi penegasan dan kejelasan dalam mencapai tujuan dan sesuai dengan perencanaan yang sudah disusun. Walaupun kenyataan dalam lapangan sangat berbeda dengan apa yang telah dirumuskan, perencanaan akan tetap berperan memberikan inovasi dan motivasi guru saat kehabisan metode ketika mengajar. Paling tidak perencanaan yang jelas akan memberikan langkah-langkah yang jelas pula dalam membentuk kompetensi.

Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Penyusunan tujuan pembelajaran merupakan tahapan penting dalam rangkaian pengembangan desain pembelajaran. Dari tahap inilah ditentukan apa dan bagaimana harus melakukan tahap lainnya. Apa yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran menjadi acuan untuk menentukan jenis materi pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa arah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif.

(48)

kurikulum yang terkait dengan bidangnya, memanfaatkan teknologi informasi, komunikasi dan media untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik. Selain itu seorang guru harus mampu memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya dan mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik serta mampu memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

Dalam kompetensi kepribadian guru dituntut bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan mencerminkan budaya nasional Indonesia, selain itu harus mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, beraklak mulia serta teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Guru juga harus menunjukan etos kerja, tanggung jawab tinggi, rasa bangga menjadi guru serta rasa percaya diri yang tinggi, kode etik profesi.

(49)

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Dalam pembelajaran, guru mempunyai tugas-tugas pokok antara lain bahwa ia harus mampu dan cakap merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan membimbing dalam kegiatan pembelajaran. Setiap pembelajaran memiliki suatu tujuan yang merupakan sesuatu hal yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran , yaitu gambaran perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih positif, baik dari segi pengetahuan keterampilan dan sikap. Perencanaan pembelajaran memiliki peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai karena memungkinkan siswa diberi kesempatan terbaik untuk memperoleh kemajuan dalam perkembangan dan belajar terkait dengan berbagai program yang telah disusun dalam perencanaan pembelajaran tersebut. Guru dapat memahami peranannya dan tugas-tugas yang harus dicapai siswa untuk berkembang dan belajar dengan menguasai berbagai kompetensi yang harus dimiliki antara lain kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

B. Saran

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M.(1987).Guru dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Baru. Budiningsih, C. Asri.(2005).Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta. Durori, I.(2002).Model Belajar Mandiri.Banyumas: Mitra Mas.

Hamalik, O.(2004).Proses Belajar Mengajar.Jakarta: PT.Bumi Aksara. Hanafiah.(2010).Konsep Strategi Pembelajaran.Bandung: Refika Aditama. Hasibuan, JJ & Moedjiono.(1993).Proses Belajar Mengajar.Bandung:

PT.Remaja Rosdakarya.

Slameto.(2010).Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta.

Sukirman, D.(2006).Perencanaan Pembelajaran.Bandung: UPI PRESS. Syaefudin, S.(2009).Pengembangan Profesi Guru.Bandung: CV. Alfabeta.

Tim MKDK IKIP SEMARANG.(1996).Belajar dan

Pembelajaran.Semarang: IKIP FIP SEMARANG.

Uno, B. Hamzah.(2005).Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, M.Uzer.(2010).Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa agar Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Bandung yang juga sebagai judex factie dapat memberikan putusan yang benar dan adil sekaligus menanggapi memori

Berdasarkan pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa faktor yang berpengaruh besar dalam penentuan klasifikasi ketidaktepatan masa lulus mahasiswa yaitu, IPK < 3.00, Jenis

Nelson mengartikan “perdagangan seks sebagai suatu keadaan di mana perempuan dan anak-anak tidak bisa mengubahnya secara cepat, tidak bisa keluar dari keadaan itu, dan mereka

Saat menggunakan beban 9 Ons dengan tujuan meja 1, robot berhasil mengantar namun sangat lambat (kadang berhenti sesaat) dan untuk mengantar ke meja

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman siswa tentang Hukum Archimedes sebelum pembelajaran masih kurang. Sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi tentang; 1) gaya ke atas

Header yang pertama ini dibagi dalam tiga sub header , yaitu jumlah pasangan hexadesimal SMS center dalam format hexadesimal. Header yang kedua adalah header untuk

Kegiatan yang telah dilaksanakan terdiri dari satu program utama, yaitu: Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing, dengan sub program Pengkajian dan

playing pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas III di SLBN 1 Kubung Koto Baru Solok”. Peneliti berharap metode ini dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berlalu lintas agar