PEMAHAMAN, MISKONSEPSI DAN CARA MENGATASI MISKONSEPSI SISWA KELAS XI TEKNIK KOMPUTER JARINGAN SMK NEGERI 2 KLATEN TENTANG HUKUM ARCHIMEDES DENGAN
METODE DEMONSTRASI
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
DISUSUN OLEH: SRI PUJI ASTUTI
051424012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITA SANATA DHARMA YOGYAKARTA
PE}IAHAMAN. MISKONSEPSI DAN CARA MENGATASI \IISKO\SEPSI SISWA KELAS XI TEKNIK KOMPUTER JARINGAN i\fx \EGERI 2 KLATEN TENTANG HUKUM ARCHIMEDES DENGAN
METODE DEMONSTRASI
Oleh: Sri Puji Astuti N I M : 0 5 1 4 2 4 0 1 2
Telali diseiuiui oleh: 'l
$
tr
! 1lr i,ir ;
fl
:::rbimbing
\,,ru*^t"\
PI }f {.H,{},LAN, MISKONSEPSI DAN CARA MENGATASI ihd -\NII\SEPSI SISWA KELAS XI TEKMK KOMPUTER JARINGAN .'IK(]l" \EGEzu 2 KLATEN TENTANG HUKT'M ARCHIMEDES DENGAN
METODB DEMONSTRASI
Dipersiapkan dan ditulis oleh Sri PujiAstuti
051424012
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal : 19 Februari2010 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguj i
Nama Lengkap : Drs. Domi Severinus, M.Si.
: Dia. MasiichahAsy'at"i, tv!.Pd. : Dr. Paul Suparno S.J., IVI.S.T'. : Drs. llomi Severinus, i\4.Si. : Dra. Maslichah Asy'ari, M.Pd.
Yogyakarta, 19 Februari 20 10
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
lll
' q - ' \ . ; : :
; . ^ . ^ : ; .
gj,,,ffiM
iv
MOTTO
Doa,
Syukur atas segala yang ada,
Usaha yang terbaik dan
Jalani Hidup dengan Hati yang Tenang dan Ikhlas
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
9 Ayah yang telah bahagia di surga. Doaku selalu buat ayah.
9 Ibu yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian serta doanya.
9 Mas Janto dan Mas Heri terimakasih telah membimbingku dan
PER}IYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustak4 sebagaimana layaknya karya ilmiah.
LEMBAR PERIIYATAAN{ PERSETUJUAN PI}BLIKASI KARYA ILMIAH
UNTT]K KEPENTINGAI\T
AKAI}E}IIS
Yang bertandatangan dibawah inu saya mahasiswa universitas sanata Dharma:
Nama
: Sri Puji Astuti
NomorMahasiswa :051424812
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang hrjudul:
*PEMAIIAMAN,
MISKONSEPSI DAN CARA MENGATASI I}trSKONSEPSI SISWA KELAS Iil TEKMK KOMPUTER JARING.AN SMK NEGERI 2 KLATEN TENTANG HUKTIM ARCHIMEDES DENGAN METODE DEMONSTRASI'
b€serta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian sayamemberikankepada Perpustakaan universias Sanata Dharma hak untuk menyimpar; mengalihlan dalan bentuk penangkalan data merdistibusikan seera tertatas, dan mempublikasikmnya di intemet atau media lain rmtuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta din dari saya malpun memberilcan royalti kepada saya selama tebp mencantumkan rxlma saya sebgai penulis.
Demikian pernyataan ini yang sayabuatdengan sebenamya. Dibuat di Yoryakarta
Pada tanggal 2 Februari 2010
vl
Yangqqryatakan
vii
Sri Puji Astuti, Pemahaman, Miskonsepsi dan Cara mengatasi Miskonsepsi Siswa
Kelas XI Teknik Komputer Jaringan SMK N 2 Klaten tentang Hukum Archimedes dengan
Metode Demonstrasi.
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep-konsep
mengenai Hukum Archimedes, miskonsepsi yang terjadi pada siswa dan cara mengatasi
miskonsepsi setelah mengikuti pembelajaran dengan metode demonstrasi.
Subjek penelitian yaitu siswa kelas XI Teknik Komputer Jaringan SMK N 2 Klaten yang
berjumlah 33 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam lima tahap, yaitu
pretes, wawancara I, pembelajaran dengan metode demonstrasi, postes dan wawancara II. Soal
pretes dan postes berupa soal yang sama dan berupa soal esai. Pemilihan siswa yang
diwawancara adalah siswa yang skor pretes tertinggi dan yang jawabannya banyak salah. Jumlah
siswa yang diwawancarai adalah 5 siswa.
viii
Sri Puji Astuti, The Understanding, the Misconception and It’s Strategy to
Overcome the Misconception about Archimedes Law Learning of the Second-year
Students of the Networking Computer Technique at Vocational High School 2 Klaten
Using Demonstration Method.
The Physics Education Study Program, The Department of Mathematics and
Science Education, The Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma
University, Yogyakarta 2010.
The purposes of this research were to find out; 1) the students’ understanding about the
concepts of Archimedes Law, 2) the misconception which occurred to students and 3) the
strategy to overcome the misconception after attending the learning using the demonstration
method.
Subjects were 33 second-year students of the Networking Computer Technique at
Vocational High School 2 Klaten. The data gathering of this research was conducted in five
steps, they were, the pre-test, the interview I, the demonstration method learning, the pos-test, the
interview II. The pre-test and the post-test questions were the same questions in a form of essay.
The students interviewed were the students having the highest score of pre-test and the most
incorrect answers. Subjects interviewed were five students.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih, atas berkat dan
karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul “Pemahaman, Miskonsepsi dan Cara Mengatasi Miskonsepsi Siswa Kelas XI Teknik Komputer Jaringan SMK Negeri 2 Klaten tentang Hukum Arcihmedes dengan Metode Demonstrasi” dapat terselesaikan.
Dengan tersusunnya skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya, bahwa
bukan hanya sekedar kemampuan serta usaha penulis sendiri, tetapi juga berkat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sangatlah tepat kiranya jika dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada yang
terhormat :
1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma atas pemberian
ijin penelitian.
2. Bapak Drs. Domi Severius, M.Si. selaku Kaprodi Pendidikan Fisika yang
telah memberikan ijin dan bantuannya.
3. Dr. Paul Suparno S.J., M.S.T selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan serta dorongan kepada penulis selama
penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Wahono, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMK N 2 Klaten yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di
x
5. Siswa-siswi Kelas XI Teknik Komputer Jaringan atas kerelaan sebagai
subjek penelitian.
6. Ibu Ekowati S.Pd, selaku guru fisika kelas XI Teknik Komputer Jaringan
yang telah memberikan waktunya untuk peneliti dalam melaksanakan
penelitian.
7. Seluruh dosen dan staf karyawan Pendidikan Fisika yang telah memberikan
bantuan dan kemudahan selama ini.
8. Pramuditya Asmara Yunanta yang selalu memberikan perhatian, kasih
sayang dan dukungannya dari jauh disana.
9. Rekan-rekan P. Fisika Angkatan ’05, rekan-rekan Kos Ijo, Brigita Leny,
Laurensia Trimeta P. dan Fransiska Novi yang telah mendoakan dan
memberikan dukungannya, terima kasih atas kebersamaan, persahabatan,
canda tawa dan kerja sama kita selama ini.
10.Berbagai pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah
banyak membantu sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis menerima dan berterimakasih apabila ada saran dan kritik yang
membangun dari pembaca. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I . PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
xii
BAB II. DASAR TEORI ... 6
A. Konsep ... 6
B. Konsepsi ... 7
C. Pemahaman Konsep ... 7
D. Miskonsepsi ... 9
E. Cara Mengatasi Miskonsepsi ... 9
1. Bridging Analogy ... 11
2. Simulasi Komputer ... 12
3. Diskusi ... 12
4. Demonstrasi ... 13
5. Problem Solving ... 13
F. Metode Demonstrasi ... 14
G. Hukum Archimedes ... 17
1. Gaya ke Atas ... 17
2. Mengapung, Tenggelam dan Melayang ... 19
a. Benda Mengapung ... 19
b. Benda Tenggelam ... 20
c. Benda Melayang ... 20
H. Hasil Penelitian Tentang Hukum Archimedes ... 21
I. Kaitan Teori dengan Penelitian ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27
xiii
B. Subjek Penelitian ... 27
1. Populasi ... 27
2. Sampel ... 27
C. Waktu dan Tempat ... 27
D. Desain Penelitian ... 28
E. Treatment ... 29
F. Instrument Penelitian ... 34
1. Pretes dan Postes ... 34
2. Wawancara ... 36
G. Validitas Instrument ... 37
H. Metode Analisis Data ... 38
1. Data Pretes dan Postes ... 38
2. Data Wawancara ... 39
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Pelaksanaan Penelitian ... 42
B. Data ... 40
1. Data Pretes ... 42
2. Data Postes ... 42
3. Data Wawancara ... 47
a. Data wawancara Pretes ... 47
xiv
ii. Konsep mengenai syarat dan gaya yang bekerja pada
benda mengapung ... 50
iii. Konsep mengenai syarat dan gaya yang bekerja pada benda melayang ... 53
iv. Konsep mengenai syarat dan gaya yang bekerja pada benda tenggelam ... 54
b. Data Wawancara Postes ... 57
i. Konsep mengenai Gaya ke Atas ... 57
ii. Konsep mengenai syarat dan gaya yang bekerja pada benda mengapung ... 60
iii. Konsep mengenai syarat dan gaya yang bekerja pada benda melayang ... 61
iv. Konsep mengenai syarat dan gaya yang bekerja pada benda tenggelam ... 63
C. Analisis ... 65
1. Pemahaman Pretes Siswa ... 65
2. Pemahaman Postes Siswa ... 71
D. Miskonsepsi yang dialami siswa ... 73
E. Perubahan Miskonsepsi ... 74
BAB V PENUTUP ... 77
A. Kesimpulan ... 77
xv
DAFTAR PUSTAKA ... 79
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal ... 34
2. Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal dan Contoh Soal ... 35
3. Tabel 3.3 Distribusi Soal Wawancara ... 37
4. Tabel 3.4 Ketentuan Penskoran Soal ... 38
5. Tabel 3.5 Klasifikasi Pemahaman Siswa Berdasarkan Skor ... 39
6. Tabel 4.1 Nilai Pretes Siswa ... 43
7. Tabel 4.2 Nilai Postes Siswa ... 45
8. Tabel 4.3 Pemahaman Pretes Siswa ... 65
9. Tabel 4.4 Pemahaman Postes Siswa ... 71
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar 2.1 Tekanan Hidrostatik ... 17
2. Gambar 2.2 Benda Mengapung ... 19
3. Gambar 2.3 Benda Tenggelam ... 20
4. Gambar 2.4 Benda Melayang ... 21
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lampiran 1: Surat ijin penelitian dari Fakultas ... 81
2. Lampiran 2: Surat ijin dari Sekolah ... 82
3. Lampiran 3: Rancangan Pembelajaran ... 83
4. Lampiran 4: Soal Pretes dan soal Postes ... 88
5. Lampiran 5: Kunci Jawaban ... 95
6. Lampiran 6: Jawaban Pretes Siswa ... 100
7. Lampiran 7: Jawaban Postes Siswa ... 107
8. Lampiran 8: Foto Pelaksanaan Penelitian ... 114
9. Lampiran 9: Hasil Wawancara ... 117
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsepsi merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang menyangkut
suatu konsep tertentu. Pemahaman yang dimiliki siswa tentang suatu konsep
dapat diperoleh melalui banyak cara antara lain, informasi yang diperoleh dari
guru, buku, internet, buku, maupun teman. Proses berfikir menjadi aspek yang
penting untuk mendapatkan pemahaman suatu konsep dan mengetahui tingkat
pemahaman tentang suatu konsep yang dicapai oleh siswa.
Menurut teori konstruktivisme pengetahuan manusia merupakan hasil
dari bentukan pengalaman manusia itu sendiri (Suparno, 1997:26). Di sekolah
guru fisika mengajarkan konsep-konsep fisika kepada siswa dalam suatu
kelas. Setiap siswa dalam satu kelas mendapatkan pelajaran yang sama, waktu
yang sama dan guru yang sama. Dengan belajar, siswa akan membentuk
pengetahuannya sendiri, namun ada siswa yang kurang sempurna dalam
menangkap maupun membangun konsep-konsep mereka. Ada siswa yang
mengalami miskonsepsi tentang konsep yang dia terima dari pelajaran yang
diajarkan oleh gurunya maupun dari informasi dan pengetahuan yang dia
bangun sendiri. Guru dalam proses belajar mengajar harus lebih mengenal
kemampuan siswanya dan mengenal miskonsepsi siswa agar miskonsepsi
yang terjadi pada siswa dapat diminimalisir.
ada dalam kurikulum fisika di SMA dan SMK. Pada umumnya penelitian
biasanya banyak dilakukan di SMA. Maka dalam penelitian ini ingin dilihat
bagaimana pemahaman dan miskonsepsi siswa jika dilakukan di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan
baik di dalam negeri maupun luar negeri, ternyata masih banyak siswa yang
mengalami miskonsepsi tentang Hukum Archimedes. Misalnya salah satu
penelitian yang dilakukan oleh Michael Loverude, Christian Kautz, dan Paula
Heron (2003). Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan
demostrasi-demostrasi dan pertanyaan-pertanyaan untuk membantu partisipan dalam
memahami konsep Hukum Archimedes. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa sebelum mengikuti pelajaran partisipan memiliki
pemahaman tentang Hukum Archimedes, namun partisipan kurang mampu
untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
Menurut Euwe Van den Berg (1991) “Inti pengetahuan fisika adalah
mencakup konsep-konsep”. Teori konstruktivisme mendorong
berkembangnya teori perubahan konsep. Dalam teori tersebut, siswa akan
merubah konsepnya (pengetahuannya) apabila terjadi ketidakseimbangan
dalam pikiran mereka setelah mempelajari konsep tersebut (Suparno,
1997:53). Proses pembelajaran fisika yang benar haruslah mengembangkan
perubahan konsep pada diri siswa yang sedang belajar (Suparno, 2000:15).
Secara umum perubahan itu dapat terjadi dalam dua bentuk. Perubahan
pertama adalah perubahan dalam arti memperluas konsep, dari konsep yang
sempurna. Perubahan yang kedua adalah membetulkan konsep yang salah
menjadi benar atau sesuai dengan konsep fisika. Dalam proses membantu
siswa belajar fisika perubahan konsep merupakan hal yang sangat penting
maka hal itu perlu mendapatkan penekanan pada pihak guru. Dengan dua
perubahan itu diharapkan siswa yang belajar akan mempunyai pengetahuan
fisika yang lebih lengkap dan benar. Metode demostrasi merupakan salah satu
metode yang dapat digunakan guru untuk mengajar Hukum Archimedes.
Model pembelajaran demostrasi sebagai model mengajar dengan pendekatan
visual agar siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa, alat dalam
pelajaran fisika (Suparno, 2007:142). Metode demostrasi ini dipakai untuk
mengaktifkan siswa dan membantu siswa dalam memahami konsep tentang
Hukum Archimedes
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis ingin
mengadakan penelitian untuk mengetahui pemahaman siswa, miskonsepsi dan
cara mengatasi miskonsepsi yang dialami oleh siswa kelas XI TKJ (Teknik
komputer Jaringan) SMK N 2 Klaten khususnya dalam pokok bahasan Hukum
Archimedes dengan metode demostrasi.
A. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah di atas maka rumusan masalah
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pemahaman siswa tentang Hukum Archimedes pada siswa
2. Dalam hal apa saja miskonsepsi tentang Hukum Archimedes terjadi
pada siswa kelas XI TKJ (Teknik Komputer Jaringan) SMK?
3. Apakah terjadi perubahan konsep siswa kelas XI TKJ (Teknik
Komputer Jaringan) SMK mengenai Hukum Archimedes selama
pembelajaran dengan metode demonstrasi?
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui:
1. bagaimana pemahaman siswa tentang Hukum Archimedes.
2. apa saja miskonsepsi yang dialami siswa dalam memahami Hukum
Archimedes.
3. perubahan miskonsepsi siswa tentang Hukum Archimedes dengan
metode demonstrasi.
C. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan fisika di SMK tentang
pemahaman dan miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Selain itu, penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi akan kemampuan siswa
demostrasi. Guru diharapkan lebih memperhatikan tingkat pemahaman
siswa agar konsep-konsep fisika yang diajarkan tidak menimbulkan
miskonsepsi atau meminimalisir miskonsepsi yang terjadi pada siswa.
2. Mahasiswa khususnya calon guru fisika
Sebagai calon guru khusus fisika diharapkan dapat meningkatkan
pemahamannya tentang konsep-konsep fisika dengan benar. Pemahaman
itu nantinya dapat dijadikan bekal untuk mengajar agar siswa mudah
memahami dan meminimalisir terjadinya miskonsepsi.
3. Penelitian
Sebagai sumbangan penelitian di dalam negeri tentang pemahaman,
miskonsepsi, dan cara mengatasi miskonsepsi siswa SMK tentang Hukum
6
BAB II DASAR TEORI
A. Konsep
Menurut pandangan konstruktivisme pengetahuan merupakan hasil dari
akomodasi dan asimilasi konsep dalam skemata. Konsep dalam pembelajaran
fisika dapat berupa benda, peristiwa-peristiwa, situasi-situasi atau ciri-ciri yang
memiliki ciri khusus yang terwakili oleh suatu tanda atau symbol
(Ausubel,dkk,1978 dalam Breg, ed. 1991:8). Sedangkan Neil Bolton sebagaimana
dikutip oleh Suparno mengklasifikasikan konsep menjadi 3 kelompok yaitu
konsep fisis, konsep logika matematik dan konsep filosofis (Bolton. 1977:37).
Konsep fisis adalah konsep yang berkaitan langsung atau mengacu pada obyeknya
(benda, besaran, proses dari benda atau besaran, atau relasi antara
besaran-besaran). Konsep logika matematis adalah konsep yang tidak berkaitan langsung
dengan obyeknya, namun mengacu pada perilaku dan operasi dalam menangani
obyek, misalnya konsep penjumlahan komutatif dan konsep perkalian. Konsep
filosofis merupakan konsep yang berhubungan dengan kualitas atau sifat manusia,
misalnya baik, jujur dan bijaksana. Dalam proses pembelajaran fisika konsep
dapat berupa obyek (benda), gejala, situasi (kondisi), sifat-sifat dan artribut dari
suatu obyek (Euwe Van Breg,1991:8). Konsep sebagai gambaran mental
terbentuk sebagai hasil aktivitas manusia baik mental maupun fisik, konsep
sendiri merupakan hasil akhir dari presepsi. Untuk membedakan konsep yang satu
yang mengungkapkan anggota-anggotanya.
A. Konsepsi
Konsepsi dapat didefinisikan sebagai tafsiran perorangan atau individu
terhadap suatu konsep. Penafsiran dari konsep disebut konsepsi. Setiap orang
mempunyai penafsiran konsep yang berbeda-beda sesuai dengan pemahaman
orang tersebut mengenai konsep itu. Penafsiran konsep yang berbeda dengan
penafsiran konsep yang telah di sepakati para ahli fisika dinyatakan sebagai salah
konsep atau miskonsepsi (Berg, 1991: 10).
Konsepsi dari suatu dibentuk dengan menangkap esensi atau hakikat dari
konsep bersangkutan melalui proses generalisasi dari obyek-obyek,
peristiwa-peristiwa, gejala-gejala atau pengalaman khusus (Carin dan Sund, dalam Kartika
Budi, 1998: 253). Tidak semua orang memiliki konsep yang sama, bisa karena
perbedaaan tingkat pendidikan, perbedaan pergaulan dan proses pembentukannya
(Kartika Budi, 1998: 254).
C. Pemahaman Konsep
Dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator dan
membimbing anak untuk memahami suatu konsep yang diajarkan. Langkah awal
untuk menanamkan suatu konsep kepada siswa adalah memahami definisi konsep
secara benar sesuai dengan hakikat dan peruntukannya (Kartika Budi, 1991: 38).
Seorang siswa dikatakan paham apabila dapat menangkap dan menggunakan
siswa. Siswa yang telah memahami suatu konsep akan dapat menjelaskan konsep
tersebut dengan menggunakan kalimatnya sendiri sesuai dengan apa yang mereka
pelajari (Sudjana, 1990:24).
Untuk memutuskan seorang siswa memahami konsep maka diperlukan
kriteria atau indikator-indikator. Menurut Kartika Budi (1992:114) kriteria atau
indikator-indikator yang menunjukkan pemahaman seorang siswa akan suatu
konsep antara lain (1) dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi
menggunakan kalimat sendiri; (2) dapat menjelaskan makna dari konsep
bersangkutan kepada orang lain; (3) dapat menganalisis hubungan antara konsep
dalam suatu hukum; (4) dapat menerapkan konsep untuk (a) menganalisis dan
menjelaskan gejala-gejala alam khusus, (b) untuk memecahkan masalah fisika
baik secara teritis maupun secara praktis, (c) memprediksi
kemungkinan-kumungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi;
(5) dapat mempelajari konsep fisika lain yang berkaitan dengan lebih cepat; (6)
dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling
berkaitan; (7) dapat membedakan konsepsi yang benar dan konsepsi yang salah
dan dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu pokok
bahasan.
Seseorang dapat dikatakan memahami suatu konsep apabila: 1) dapat
mendefinisikan konsep yang bersangkutan dengan kata-kata sendiri, 2) dapat
menjelaskan perbedaan antara konsep yang bersangkutan dengan konsep-konsep
yang lain, 3) dapat menjelaskan hubungan dengan konsep-konsep yang lain, 4)
dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Berg, 1991:10).
D. Miskonsepsi
Dalam proses pembelajaran seringkali ditemukan ada miskonsepsi atau
salah konsep. Menurut Suparno (2005:95) miskonsepsi atau salah konsep adalah
suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang
diterima para pakar pada bidang itu. Bentuknya dapat berupa konsep awal,
kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau
pandangan yang naïf. Miskonsepsi dapat disebabkan oleh siswa sendiri, guru yang
mengajar, konteks pembelajaran, cara mengajar, dan buku teks. Filsafat
konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk (dikonstuksi) oleh
siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan, tantangan, dan bahan yang
dipelajari. Siswa membentuk sendiri pengetahuannya sehingga bisa saja terjadi
miskonsepsi atau siswa mengkonstruksi pengetahuan yang kurang benar. Guru
yang kurang menguasai materi atau mengerti bahan fisika secara tidak benar dapat
menyebabkan miskonsepsi pada siswa didiknya. Buku teks yang bahasanya sulit
dipahami dan penjelasan keliru, dapat membinggungkan, menyulitkan dan
menimbulkan miskonsepsi pada siswa (Suparno, 2005:71).
E. Cara Mengatasi Miskonsepsi
Ada beberapa langkah untuk mengatasi miskonsepsi yaitu dengan mencari
atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa, mencoba menemukan
mengatasi. Dalam pembelajaran guru sangat penting untuk menanyakan kepada
siswa tentang gagasan dan konsep yang dimiliki siswa. Hal itu dapat membantu
guru untuk dapat mengetahui apakah siswa memiliki suatu miskonsepsi, sehingga
guru dapat mencari kiat untuk mengatasinya (Suparno, 2005:56).
Menurut Kartika Budi (1992: 127) miskonsepsi dapat dideteksi dengan cara:
(1) hakikat atau makna suatu konsep difahami dengan baik dan dinyatakan dengan
jelas, (2) berdasarkan pemahaman yang benar tersebut dicari
kemungkinan-kemungkinan miskonsepsi yang dapat terjadi, (3) berdasarkan kemungkinan-kemungkinan
miskonsepsi yang terjadi, disusun soal (dapat berbentuk uraian bebas, isian
singkat maupun pilihan ganda) yang memungkinkan salah konsepsi dapat
terdeteksi, (4) setelah tes dilaksanakan (dapat secara lisan maupun tertulis), hasil
dianalisis untuk mengetahui secara tepat kesalahan-kesalahan yang sungguh
terjadi.
Menurut Kartika Budi (1992:128) Usaha mengurangi salah konsepsi dapat
dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu meremidiasi salah konsepsi yang telah
terjadi dan memilih strategi belajar mengajar yang memberi peluang lebih besar
terbentuknya konsepsi yang benar. Bila telah dideteksi adanya salah konsepsi,
maka melalui pendekatan teoritis konseptual (menggunakan konsep-konsep,
hukum, dan teori yang telah dipelajari yang berkaitan langsung dengan konnsep
yang salah tersebut); melalui pendekatan praktis (demonstrasi dan eksperimen),
melalui berbagai macam persoalan; siswa (mahasiswa) diajak menemukan dan
memahami sendiri bahwa konsepnya keliru.
maka strategi belajar mengajar dipilih dan disesuaikan dengan jenis dan hakikat
konsep yang diajarkan sehingga pemahaman konsep lebih baik. Cara-cara yang
dapat dipakai antara lain menggunakan sebanyak mungkin demonstrasi atau
eksperimen, pada konsep-konsep pada umumnya difahami secara salah diberi
perhatian dan penekanan lebih seksama dengan menunjukkan sekaligus kesalahan
yang sering terjadi, soal-soal latihan dipilih yang memberi peluang peningkatan
pemahaman konsep secara benar (tidak dititik beratkan hanya pada soal-soal yang
memerlukan penyelesaian secara matematis).
Menurut Suparno (2000:19) proses pembelajaran fisika yang benar haruslah
mengembangkan perubahan konsep. Perubahan konsep yang pertama adalah
perubahan dalam arti siswa memperluas konsep, dari konsep yang belum lengkap
menjadi lebih lengkap, dari belum sempurna menjadi lebih sempurna. Proses ini
yang kedua yaitu proses membetulkan konsep yang salah, perlu menggunakan
strategi pembelajaran yang menyediakan pengalaman anomali bagi siswa.
Pertama siswa disadarkan bahwa konsep awal mereka itu tidak tepat, atau salah
atau tidak cocok dengan situasi yang ada. Beberapa metode pembelajaran fisika
yang telah diteliti dapat membantu perubahan konsep adalah sebagai berikut.
1. Bridging analogy
Model penjelasan analogis banyak digunakan untuk menjelaskan konsep
fisika yang sulit dan abstrak kepada siswa. Misalnya, karena sulit
menjelaskan mengenai konsep tegangan listrik, guru menggunakan analogi
bak air. Air yang ada di dalam tangki air yang terletak di atas rumah
ke bawah. Dalam listrik dikaitkan: tegangan listriklah yang membuat adanya
arus listrik pada suatu rangkaian listrik. Meski analogi dapat membantu
siswa menangkap konsep yang benar, bila ada efek samping yang kurang
tepat dari analogi itu, perlu ditunjukkan juga kepada siswa untuk lebih kritis
terhadap analogi tersebut. Menurut Brown dan Clement (dalam Suparno,
2000:20) analogi yang digunakan harus mempunyai tiga ciri, yaitu (1)
analogi itu masuk akal bagi siswa, (2) secara eksplisit punya hubungan
analogis dengan persoalan yang dihadapi siswa, (3) analogi itu membantu
siswa membentuk suatu model mental secara kualitatif.
2. Simulasi komputer
Banyak penelitian yang menemukan bahwa simulasi komputer dapat
membantu siswa untuk menghilangkan salah pengertian yang mereka
dapatkan. Dalam simulasi ini siswa dapat memanipulasi data, mencari data,
mengumpulkan data, menganalisa data dan mengambil kesimpulan. Bila
dalam simulasi siswa menemukan data yang sungguh berbeda dengan yang
mereka pikirkan sebelumnya, maka siswa akan mengalami konflik dalam
pikirannya. Konflik inilah yang memacu mereka bertanya, mengapa
demikian. Hasil simulasi yang berlawanan dengan gagasan awal siswa, bila
diulang berkali-kali akhirnya akan menghasilkan perubahan konsep dalam
diri siswa (Suparno, 2000:21).
3. Diskusi
Menurut Farmer (dalam Suparno, 2000:22) diskusi dengan siswa-siswa
Mereka saling mengungkapkan konsep dan gagasan mereka masing-masing,
mendengarkan gagasan teman lain, mendebatkannya secara argumentatif
rational gagasan mereka yang berbeda. Dari perdebatan itu, mereka yang
mempunyai gagasan tidak benar, dapat memperbaiki gagasannya dengan
mengambil gagasan teman lain yang benar. sedangkan kalau gagasan
mereka sudah benar, mereka menjadi lebih yakin akan kebenaran gagasan
itu. Diskusi merupakan salah satu strategi yang efektif untuk terjadinya
perubahan konsep siswa (Hynd dkk, 1994: 943).
4. Demonstrasi
Strategi mengajar lain yang dapat membantu siswa merubah konsepnya
adalah strategi mengajar yang memberikan peristiwa anomaly (Posner dkk,
1982, dalam Suparno, 1997:51). Peristiwa anomali merupakan peristiwa
yang bertentangan dengan konsep awal siswa. Demonstrasi merupakan
strategi pengajaran yang kegiatannya memberikan gambaran secara nyata
tentang proses yang terjadi (peristiwa anomali).
5. Problem solving
Problem solving dapat juga membantu mengatasi salah pengertian.
Siswa mengerjakan beberapa soal untuk mencek apakah gagasan mereka
benar atau tidak. Dengan membuat soal, mereka dilatih untuk
mengorganisasikan pengertian mereka dan kemampuan mereka. Dengan
melihat bagaimana cara siswa memecahkan persoalan, dapat dengan mudah
dilihat siswa mempunyai salah pengertian dalam langkah yang mana. Bila
mengapa mereka mempunyai pengertian dan langkah seperti itu. Sekaligus
dalam wawancara itu, guru dapat melihat sumber salah pengertian yang
dibuat (Suparno, 2000:23).
F. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
demonstrasi. Model pembelajaran demonstrasi sebagai model mengajar dengan
pendekatan visual agar siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa, alat
dalam pelajaran fisika. Tujuannya agar siswa lebih memahami bahan yang
diajarkan lewat suatu kenyataan yang dapat diamati sehingga mudah mengerti.
Siswa lewat demonstrasi dapat mengamati sesuatu yang nyata dan bagaimana cara
bekerjanya proses tersebut (Suparno, 2007:142). Demonstrasi merupakan proses
menunjukkan sesuatu (Sund, 1973 dalam Kartika Budi 1991:167). Metode
demonstrasi merupakan metode yang dipakai oleh peneliti untuk mempelajari
sejauh mana ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman siswa
dan merubah konsepnya.
Menurut yang melaksanakan, demonstrasi dapat dibedakan menjadi
demonstrasi guru, demonstrasi guru-siswa dan demonstrasi siswa (Sund, 1973
dalam Kartika Budi 1991:168). Demonstrasi guru adalah demonstrasi yang
sepenuhnya dilakukan oleh guru. Demonstrasi lebih baik dilakukan oleh guru, bila
percobaannya sukar, perlu ketelitian dan kehati-hatian yang tinggi, resiko
kerusakan alat dan bahaya yang cukup tinggi dan kemungkinan kegagalan
dilakukan oleh guru, dan dibantu oleh satu atau dua siswa untuk bagian kegiatan
percobaan yang dapat dilakukan siswa. Demonstrasi siswa adalah demonstrasi
yang sepenuhnya dilakukan oleh siswa dibawah pengawasan dan bimbingan guru.
Berdasarkan tujuannya demonstrasi dapat dibedakan menjadi demonstrasi
untuk menunjukkan kebenaran suatu konsep atau hukum dan demonstrasi untuk
membangun suatu konsep atau hukum. Untuk menunjukkan kebenaran konsep
atau hukum, demonstrasi merupakan bagian dari ceramah. Demonstrasi dilakukan
untuk menunjukkan kebenaran konsep atau hukum yang telah dipelajari atau
dijelaskan. Sedangkan untuk membangun konsep, demonstrasi dilakukan untuk
memperoleh data yang dapat dianalisa sehingga menghasilkan kesimpulan.
Konsep yang diperoleh merupakan hasil analisa yang berupa kesimpulan tersebut.
Berdasarkan sifat pelaksanaannya, demonstrasi dapat dibedakan menjadi
Silent Demonstration (SD) dan Teacher Talking Demonstration (TTD) (Sund,
1973 dalam Kartika Budi 1991:171). Pada Silent Demonstration (SD), kegiatan
percobaan sebanyak mungkin dilakukan oleh siswa. Siswalah yang harus
menemukan tujuannya selama demonstrasi berlangsung, siswa yang harus
mengidentifikasi alat yang dipakai dan cara pemakaiannya, siswa yang harus
mengamati apa yang terjadi, mencatat data, menarik kesimpulan, menunjukkan
hubungannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Teacher Talking
Demonstration (TTD) gurulah yang menginformasikan tujuan, nama alat,
menjelaskan cara pemakaiannya, memberitahukan apa yang dilakukan,
menginformasikan yang diharapkan akan terjadi, memberitahukan data apa yang
sudah dilakukan, menginformasikan hasilnya, menarik kesimpulan, memberikan
contoh pemakaian dalam kehidupan sehari-hari.
Demonstrasi dalam proses pembelajaran dapat berfungsi untuk
membangkitkan masalah, membangun konsep, dan menguji kebenaran konsep.
Demonstrasi untuk membangkitkan masalah sebaiknya dipilih peluang yang
memunculkan pertanyaan. Untuk membangun konsep, fungsi pokok demonstrasi
ini adalah memperoleh data dan mengolah data sehingga sampai pada kesimpulan
yang berupa konsep dan hukum. Konsep yang dapat diuji kebenarannya melalui
demonstrasi adalah konsep-konsep yang bersifat kualitatif.
Pelaksanaan demonstrasi agar dapat berhasil dengan baik, perlu
dipersiapkan dan direncanakan sebaik-baiknya. Langkah-langkah yang dilakukan
agar demonstrasi dapat berhasil sebagai berikut ini:
1. Mengidentifikasikan konsep-konsep yang akan dibangun.
2. Menentukan atau memiliki alat-alat yang akan digunakan.
3. Menentukan langkah-langkah percobaan.
4. Menetapkan langkah-langkah analisis agar dapat menentukan dan
mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan panduan bila diperlukan.
5. Menentukan kapan dan dimana demonstrasi dilaksanakan dan siapa
yang melaksanakan.
6. Mencoba sendiri sebelumnya.
Dalam melaksanakan demonstrasi harus juga diperhatikan waktu
pembelajaran yang terbatas, sehingga waktu pembelajaran harus digunakan secara
G. Hukum Archimedes
Uraian yang dibawah ini diambil dari Kanginan, Marthen. 2006. Fisika untuk
SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
1. Gaya ke Atas
Gaya ke atas disebut sebagai gaya apung (buoyancy), yaitu suatu gaya
ke atas yang dikerjakan oleh zat cair pada benda. Munculnya gaya apung
adalah konsekuensi dari tekanan zat cair yang meningkat dengan
kedalaman. Dengan demikian berlaku, gaya apung = berat benda di udara
– berat benda dalam zat cair.
Gaya apung terjadi karena makin dalam zat cair, makin besar tekanan
hidrostatisnya. Ini menyebabkan tekanan pada bagian bawah benda lebih
besar daripada tekanan pada bagian atasnya. Perhatikan sebuah silinder
dengan tinggi h dan luas A, yang tercelup seluruhnya di dalam zat cair
dengan massa jenis ρf (lihat gambar 2.1).
h1 F1
h2 h=h1-h2
F2
Gambar 2.1 Tekanan Hidrostatik
Fluida melakukan tekanan hidrostatis P1 =ρf.g.h pada bagian atas
A gh A
P
F1 = 1 =ρf 1 berarah ke bawah. Dengan cara yang sama, fluida
melakukan tekanan hidrostatis F2 =P2A=ρfgh2A dengan arah ke atas.
Resultan kedua gaya ini adalah gaya apung Fa
Jadi, Fa =F2 −F1 karena F2 > F1
(
)
1 2 1 2 h h gA A gh A gh f f f − = − = ρ ρ ρ=ρfgAh sebab h2 – h1 = h
= ρfgVbf sebab A.h = Vbf adalah volume
silinder yang tercelup dalam fluida.
Perhatikan ρfVbf =Mf adalah massa fluida yang dipindahkan oleh
benda;
ρ
fVbfg=Mfg adalah berat fluida yang dipindahkan oleh benda.Jadi, gaya apung Fa yang dikerjakan fluida pada benda (silinder) sama
dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda (silinder). Pernyataan ini
berlaku untuk sembarang bentuk benda, dan telah dinyatakan sebelumnya
sebagai hukum Archimedes. Jadi, gaya apung dapat dirumuskan sebagai
g M
Fa= f
g V
Fa =ρf bf
dengan
ρ
f adalah massa jenis fluida dan Vbf adalah volume benda yangtercelup dalam fluida. Hukum Archimedes berlaku untuk semua fluida (zat
cair dan gas). Vbf adalah volume benda yang tercelup dalam fluida. Jika
hanya tercelup sebagian, Vbf = volume benda yang tercelup dalam fluida
saja. Tentu saja untuk kasus ini, Vbf < volume benda.
2. Mengapung, Tenggelam, dan Melayang
Suatu benda ketika dicelupkan ke dalam zat cair kemungkinan benda
mengalami peristiwa mengapung, tenggelam atau melayang. Berikut
syarat-syarat benda dikatakan mengapung, tenggelam dan melayang.
a. Benda Mengapung
Benda mengalami peristiwa mengapung di permukaan zat cair apabila
massa jenis rata-rata benda (ρb,rata−rata) lebih kecil daripada massa jenis zat cair (ρf).
f rata rata
b ρ
ρ , − <
Pada peristiwa mengapung hanya sebagian benda yang tercelup dalam
zat cair (Vbf) sehingga Vbf <Vb.
Pada keadaan benda yang tercelup sebagian dalam zat cair akan terjadi
kesetimbangan antara berat benda (w) dan gaya apung (Fa) (lihat gambar
2.2). Volume yang dipindahkan sama dengan volume yang benda
tercelup dalam zat cair, sehingga berlaku:
a
F
∑
F =0w Vbf< Vb Fa −w=0
w= Fa
b. Benda Tenggelam
Pada peristiwa tenggelam seluruh benda yang tercelup dalam zat cair
(lihat gambar 2.3). Volume benda yang tercelup dalam zat cair (Vbf)
sama dengan volume benda (Vb) Vbf =Vb. Benda mengalami peristiwa
tenggelam didalam zat cair apabila massa jenis rata-rata benda
(ρb,rata−rata) lebihbesar daripada massa jenis zat cair (ρf ).
f rata rata
b ρ
ρ , − >
Pada benda yang tenggelam, berat benda w lebih besar daripada gaya
apung Fa.
w> Fa
N Fa
b
bf V
V =
w
Gambar 2.3 Benda Tenggelam
c. Benda melayang
Pada benda mengalami peristiwa melayang, massa jenis rata-rata benda
(ρb,rata−rata) sama dengan massa jenis zat cair (ρf ).
f rata rata
b ρ
ρ , − =
tidak sampai menyentuh dasar zat cair, sehingga Vbf =Vb volume benda
yang tercelup dalam air samadengan volume zat cair yang dipindahkan
(lihat gambar 2.4). Pada benda mengalami kesetimbangan antara berat
benda w dengan gaya apung Fa sehingga w= Fa.
Fa
Vbf =Vb
w
Gambar 2.4 Benda Melayang
H. Hasil Penelitian Tentang Hukum Archimedes
Havu (2005) melakukan penelitian tentang perubahan konsep pada anak
berusia enam tahun, dengan pokok bahasan mengapung dan tenggelam. Pada
penelitian ini anak dihadapkan suatu peristiwa nyata yang berkaitan dengan benda
mengapung dan benda tenggelam. Kemudian siswa diminta untuk menjelaskan
alasan benda tersebut dapat mengapung ataupun tenggelam dengan pertanyaan
lisan (wawancara). Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang pada awalnya
mempunyai konsep sederhana tentang mengapung dan tenggelam pemahamannya
menjadi lebih kompleks.
Loverudu, dkk (2002) meneliti tentang hukum Archimedes. Tujuan dari
penelitian tersebut adalah untuk membantu partisipan dalam memahami Hukum
Archimedes. Subjek penelitian ini adalah 2000 mahasiswa di Universitas
beberapa pertanyaan dan demonstrasi tentang permasalahan-permasalahan yang
berkaitan dengan Hukum Archimedes, diantaranya:
a. Partisipan diminta untuk memprediksikan posisi terakhir dari tiga balok
lain beserta alasannya, dimana lima balok memiliki ukuran dan bentuk
yang sama tetapi massanya berbeda yaitu m1>m2>m3>m4>m5 yang
dicelupkan dalam suatu wadah yang berisi zat cair. Posisi dari balok 2 dan
5 ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.
Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah masih banyak
partisipan yang tidak bisa memahami konsep gaya apung dengan benar.
Partisipan tidak dapat memprediksikan posisi balok 1, 3, dan 4 dengan
benar.
b. Partisipan diminta untuk mengurutkan besar gaya apung dan tegangan
senar dari yang paling besar. Tiga balok memiliki volume yang sama yang
diikat di atas air dengan senar, dua balok (A dan B) massanya sama
terletak pada kedalaman berbeda dan dua balok (A dan C) massanya
berbeda terletak pada kedalaman yang sama (A dan C) dengan massa
terkecilnya balok C. 2
Pemecahan masalah ini dengan menguraikan gaya-gaya yang bekerja pada
balok tersebut. Pada keadaan setimbang berlaku:
T
∑
Fy =0T + Fa – w = 0
a
F T + Fa = w
w
Hasil penelitian ini menunjukkan masih banyak partisipan yang tidak bisa
menjawab dengan benar, misalnya masih banyak yang menjawab bahwa gaya
apung yang paling kecil pada balok A.
c. Partisipan diminta untuk membandingkan besar gaya apung dari ketiga
balok. Dimana ketiga balok A, B dan C memiliki bentuk yang sama, balok
A mengapung di puncak dari air, balok B dan C diikat senar. Massa balok
A dan B sama dan massa yang paling besar adalah balok C.
A C
B
A
Pemecahan masalah ini dengan menguraikan gaya-gaya yang bekerja pada
balok tersebut.
Keadaan setimbang pada balok A
a
F
∑
Fy =0Fa = 0
w
Keadaan setimbang pada balok B dan C.
a
F
∑
Fy =0Fa – T – w = 0
a
F = T + w
w
T
Hasil penelitian ini adalah masih banyak partisipan yang tidak bisa
menjawab dengan benar.
d. Partisipan diminta untuk membandingkan besar gaya apung dari kedua
balok. Dimana dua balok yang identik (D dan E) yang ditempatkan pada
cairan yang mempunyai kepadatan yang berbeda.
Hasil penelitian ini adalah sebagian besar partisipan bisa memahami
pengaruh massa jenis zat cair dalam menentukan gaya apung.
e. Partisipan diminta untuk memprediksikan gerakan balok A dan B setelah
dilepaskan. Dimana dua balok yang identik (A dan B) yang dihubungkan
dengan senar dan suatu roda yang ideal. Balok B awalnya dipegang diatas
balok A kemudian balok dapat bergerak.
Partisipan diwajibkan agar dapat menguraikan masing-masing
pemasalahan yang ada. Setelah balok B dilepaskan, maka dua benda
tersebut akan mencapai keadaan setimbang. Massa yang sama yaitu massa
A akan bergerak ke atas dan benda B akan ke bawah. Hasil penelitian ini
adalah masih banyak partisipan yang tidak dapat menjawab dengan benar.
Partisipan mengalami kesulitan-kesulitan sebagian besar partisipan tidak
memahami prinsip-prinsip dari kesetimbangan.
I. Kaitan Teori dengan Penelitian
Berikut ini merupakan kaitan teori dengan penelitian; 1) Teori Hukum
Archimedes digunakan dalam penelitian untuk membuat soal pretes, postes dan
wawancara kepada siswa. 2) Metode demonstrasi digunakan sebagai bentuk
treatment pada siswa. 3) Data penelitian akan dianalisa untuk mendapatkan O
kesimpulan tentang pemahaman konsep, miskonsepsi dan perubahan yang dialami
oleh siswa tentang hukum Archimedes berdasarkan teori miskonsepsi.
27 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
Penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam penelitian ini ada hasil tes
berupa skor yang akan dianalisis secara kuantitatif. Penelitian ini juga
merupakan penelitian deskriptif kualitatif karena membutuhkan penjelasan
berupa kata-kata, untuk mengetahui pemahaman, aktivitas, situasi atau hal
yang utama. Penelitian ini ingin mengetahui tingkat pemahaman, miskonsepsi,
perubahan konsep siswa tentang Hukum Archimedes dengan metode
demonstrasi. Data yang diperoleh berupa kata-kata, keadaan, dan hasil tes.
B. Subyek Penelitian 1. Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas XI
SMK Negeri 2 Klaten.
2. Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas XI TKJ (Teknik
Komputer Jaringan) sejumlah 33 siswa.
C. Waktu dan Tempat
Klaten.
D. Desain Penelitian
Desain dalam penelitian yang dilakukan sesuai dengan skema pada
gambar 3.1
Gambar 3.1 Skema penelitian
Sebelum proses belajar dimulai, siswa diberi pretes tentang Hukum
Archimedes. Data pretes dianalisa dan peneliti melakukan wawancara kepada Pretes
Pembelajaran demonstrasi
Wawancara
Postes
Wawancara
Analisa
siswa. Tujuan pretes adalah untuk mengetahui pemahaman awal siswa dan
untuk mengetahui apakah ada atau tidak miskonsepsi tentang hukum
Archimedes. Kemudian siswa mendapat pembelajaran formal dari peneliti
dengan metode demonstrasi mengenai hukum Archimedes. Setelah
memperoleh pembelajaran yang dirancang oleh peneliti maka siswa diberi
postes dengan menggunakan soal esai. Data postes dianalisa dan peneliti
melakukan wawancara kepada siswa untuk mengetahui pemahaman dan
terjadinya perubahan konsep yang dialami oleh siswa. Siswa yang
diwawancarai adalah siswa yang sama seperti yang telah diwawancarai setelah
pretes.
Siswa yang diwawancarai ditentukan dari hasil analisis pretes. Subyek
yang diwawancarai berjumlah 5 orang. Siswa yang diwawancarai adalah siswa
yang jawabannya banyak salah dan skor tertinggi. Wawancara dilakukan
secara langsung dan satu per satu. Waktu yang digunakan untuk wawancara
sekitar 15 menit per siswa. Wawancara yang berlangsung akan direkam dalam
bentuk suara. Wawancara dilakukan untuk mengetahui lebih dalam tentang
pemahaman, miskonsepsi dan perubahan konsep yang dialami oleh siswa.
E. Treatment
Dalam penelitian ini, peneliti memberikan treatment kepada siswa.
Treatment yang diberikan dalam penelitian ini adalah pembelajaran hukum
Archimedes dengan metode demonstrasi. Berikut ini merupakan rancangan
Rancangan Pembelajaran
Demonstrasi 1
Topik: Hukum Archimedes
Tujuan:
• Memahami hukum archimedes dengan metode demonstrasi
Alat dan kegunaan:
1. Gelas ukur
2. Neraca pegas untuk mengukur berat beban
3. Batu I dan II
4. Air
5. Tali untuk mengikat beban ke neraca pegas.
Jalannya kegiatan:
1. Guru bertanya pada siswa tentang bunyi hukum Archimedes, dan siswa
diminta untuk menjelaskan besaran apa saja yang terkait di dalamnya?
2. Guru bertanya apakah berat benda yang diukur di dalam air dengan berat
benda yang diukur di udara akan sama?
3. Jawaban yang diharapkan: berat benda yang diukur di dalam air akan
berbeda dengan berat benda yang diukur di udara.
4. Untuk menunjukkan hukum Archimedes, guru melakukan demonstrasi
dengan dibantu oleh beberapa siswa.
5. Guru bersama siswa mengukur berat batu di udara dengan menggunakan
memudahkan dalam pengukuran. Kemudian mencatatnya pada tabel
berikut:
Benda
Berat benda Gaya
apung
(N)
Volume air
yang tumpah
(liter)
Berat air yang
dipindahkan
(N) Di udara Dalam air
Batu I
Batu II
6. Siswa mengukur berat batu I dan II di dalam air dengan neraca pegas
dan mengukur berat air yang dipindahkan. Kemudian mencatat hasil
pengukuran pada tabel.
7. Siswa dan guru melakukan pengukuran yang sama pada benda yang
berbeda dan mencatat hasil pengukuran pada tabel.
8. Guru bertanya: samakah berat benda yang diukur di dalam air dengan
berat benda yang diukur di udara? Mengapa?
9. Jawaban yang diharapkan adalah tidak sama, berat benda yang diukur di
udara lebih besar daripada berat benda yang diukur dalam air. Benda
yang diukur didalam air mengalami gaya ke atas sehingga berat benda
yang diukur dalam air lebih kecil daripada benda yang diukur di udara.
10.Guru dan siswa mengukur gaya ke atas atau gaya apung yang dialami
pada kedua benda yang diukur.
11.Guru bertanya dari demonstrasi yang telah dilakukan, simpulkan dan
rumuskan apa yang dimaksud dengan hukum Archimedes?
bekerja pada suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam
suatu fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut.
Rumusan hukum Archimedes: Fa=Mfg atau Fa =ρfVbfg
Dimana Fa adalah gaya apung yang dikerjakan fluida pada benda,
ρ
f adalahmassa jenis fluida, Vbf adalah volume benda yang tercelup dalam fluida dan g
adalah percepatan grafitasi (9,8 m/s2)
Pemahaman yang diharapkan:
Memahami gaya apung yang dialami benda samadengan berat fluida yang
dipindahkan untuk menunjukkan hukum Archimedes.
Demonstrasi 2
Topik: Hukum Archimedes
Tujuan:
• Memahami syarat benda mengapung, melayang dan tenggelam
Alat dan kegunaan:
1. Gelas ukur
2. Air
3. Garam
4. Telur mentah
Jalannya kegiatan:
1. Guru bertanya apa yang terjadi bila telur mentah dimasukkan ke dalam
air dan air laut?
dalam air, syarat benda tenggelam adalah ρb,rata−rata > ρf, karena kerapatan air atau massa jenis rata-rata telur (ρtelurrata−rata) lebih besar daripada massa jenis zat cair (ρair) dengan begitu telur menjadi
tenggelam di air.
Telur akan mengapung bila dimasukkan ke dalam air laut, syarat benda
mengapung adalah ρb,rata−rata <ρf, karena massa jenis rata-rata telur (ρtelurrata−rata) lebih kecil daripada massa jenis zat cair (ρairlaut). Dengan begitu telur menjadi mengapung di air laut.
2. Untuk menunjukkan syarat benda mengapung dan tenggelam, guru
melakukan demonstrasi dengan dibantu oleh beberapa siswa (2 siswa).
3. Siswa memasukkan telur ke dalam air yang telah di sediakan, dan siswa
yang lain diminta untuk mengamati apa yang terjadi.
4. Siswa melarutkan garam ke dalam air, lalu memasukkan telur ke
dalamnya. Siswa lain diminta untuk mengamati apa yang terjadi.
5. Setelah itu siswa diminta untuk mengemukakan pendapatnya mengenai
demonstrasi yang telah dilakukan.
6. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan mengenai demonstrasi
yang telah dilakukan mengenai syarat benda mengapung, melayang dan
tenggelam.
Kesimpulan: seperti yang ada di Bab II G.b halaman
Syarat benda tenggelam: ρb,rata−rata > ρf, Vbf =Vb,w> Fa
Pemahaman yang diharapkan:
Memahami syarat benda mengapung, melayang dan tenggelam.
F. Instrumen Penelitian 1. Pretes dan Postes
Soal Pretes dan postes masing-masing terdiri dari 14 soal yang
berbentuk esai. Tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa tentang Hukum Archimedes. Kisi-kisi soal dan konsep yang
digunakan dalam pretes maupun postes dapat dilihat dalam tabel 3.1 Kisi
soal dan contoh soal terdapat pada tabel 3.2 Sedangkan soal pretes dan
postes terdapat pada lampiran.
Tabel 3.1 Kisi-kisi soal
No. Konsep Indikator
No
soal
Jumlah
soal
1. Gaya ke atas Dapat memahami gaya ke atas.
Dapat menjelaskan bunyi hukum
Archimedes.
Dapat mengetahui rumus gaya ke atas.
Dapat menganalisis mengenai gaya ke
atas.
1
2
3
4, 5
5
2. Benda
mengapung
Dapat menjelaskan gaya-gaya yang
bekerja pada benda mengapung.
6
Dapat memahami dan menjelaskan
syarat benda mengapung.
Dapat menganalisis soal mengenai
benda mengapung.
7
8
3. Benda
melayang
Dapat menjelaskan gaya-gaya yang
bekerja pada benda melayang
Dapat memahami dan menjelaskan
syarat benda melayang.
Dapat menganalisis soal mengenai
benda melayang. 9 10 11 3 4. Benda tenggelam
Dapat menjelaskan gaya-gaya yang
bekerja pada benda tenggelam
Dapat memahami dan menjelaskan
syarat benda tenggelam.
Dapat menganalisis dan aplikasi dari
benda tenggelam
12
13
14
3
Tabel 3.2 Kisi-kisi soal dan contoh soal
No
soal
Indikator Contoh soal Skor
1
7
Dapat mengetahui
rumus gaya ke atas.
Dapat memahami dan
Bagaimana rumus hukum Archimedes
Jelaskan bagaimana syarat agar benda 2
11
12
menjelaskan syarat
benda mengapung.
Dapat menganalisis dan
aplikasi dari benda
melayang
Dapat memahami dan
menjelaskan syarat
benda tenggelam.
dapat mengapung di dalam suatu zat
cair?
Telur dimasukkan dalam air.
a. Apa yang akan terjadi pada telur bila
dimasukkan ke dalam air?
Telur akan Tenggelam/Mengapung
(coret yang salah)
b.Apa yang akan terjadi pada telur bila
dimasukkan ke dalam air laut?
Telur akan Tenggelam/ Mengapung
(coret yang salah)
c. Berikan alasanmu?
Jelaskan bagaimana syarat agar benda
dapat tenggelam di dalam suatu zat cair?
5
3
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada siswa yang memiliki skor tertinggi
dan yang rendah atau jawabannya banyak salah. Wawancara dilakukan
secara langsung kepada siswa, data wawancara ini digunakan untuk
mendukung data dari pretes dan postes dan menggali lebih dalam tentang
pemahaman dan miskonsepsi siswa. Wawancara direkam agar
soal yang digunakan dalam wawancara dapat dilihat dalam tabel 3.3.
Tabel 3.3 Distribusi soal wawancara
No soal. Indikator
1 Untuk mengetahui pemahaman tentang Hukum Archimedes.
2 Untuk mengetahui pemahaman tentang benda mengapung.
3 Untuk mengetahui pemahaman tentang benda melayang .
4 Untuk mengetahui pemahaman tentang benda tenggelam.
G. Validitas Instrumen
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Untuk menyatakan valid
atau tidak suatu instrumen maka dapat diuji dengan uji coba instrumen
penelitian dan konsultasi kepada ahlinya. Validitas pretes dan postes ini
dicapai melalui analisis materi. Analisis materi dilakukan oleh peneliti dan
dikonsultasikan pada dosen pembimbing.
Secara teknis pengujian validitas konstruksi dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen (seperti yang telah dicontohkan dalam
penyusunan instrumen). Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang akan
diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan dan
pernyataan yang telah dijabarkan dalam indikator. Dengan kisi-kisi soal (tabel
3.1 hal. 34) itu pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan
H. Metode Analisis Data 1. Data Pretes dan Postes
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan penentuan skor antara
soal esai yang satu dengan lain. Untuk jawaban soal nomor 1, 2, 3, 6, 9
dan 12 bila jawaban benar maka skor maksimal adalah 2. Soal nomor 7, 10
dan 13 bila jawaban benar maka skor maksimalnya 3. Soal nomor 4, 5, 8,
11, 14 bila jawaban benar maka skor maksimal adalah 5 sedangkan siswa
yang tidak menjawab atau salah maka skornya 0. Persentase skor yang
diperoleh siswa akan menunjukkan tingkat pemahaman siswa. Tabel 3.4
dibawah ini merupakan ketentuan penskoran pada setiap soal pretes dan
postes.
Tabel 3.4 Ketentuan Penskoran Soal
No soal Indikator Skor
1, 2, 3, 6, 9
dan 12
7, 10 dan 13
4, 5, 8, 11, 14
Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
memahami soal
Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
memahami dan menjelaskan soal
Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
memahami, menganalisis dan aplikasi soal
2
3
5
Maka skor maksimal setiap siswa adalah 46 dan skor minimal adalah
0. Untuk menentukan baik dan kurang baiknya jawaban siswa maka skor
pemahaman siswa berdasarkan skor yang diperoleh siswa (dapat dilihat
pada tabel 3.5).
Tabel 3.5 Klasifikasi Pemahaman Siswa Berdasarkan Skor
Persentase skor (0/0) Tingkat Pemahaman
87 – 100 Sangat baik
74 – 86 Baik
56 – 73 Cukup
31 – 55 Kurang
≤ 30 Sangat kurang
persentase x10000
um skormaksim
peroleh skoryangdi
skor =
2. Data Wawancara
Hasil wawancara dianalisis untuk mengungkap pemahaman,
miskonsepsi dan perubahan konsep yang terjadi pada siswa. Hasil
wawancara, jawaban soal pretes dan postes siswa dapat memberikan
gambaran pemahaman siswa, letak-letak miskonsepsi serta perubahan
miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas XI TKJ (Teknik Komputer
40
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2009. Penelitian dimulai
dengan observasi kelas. Kelas yang diobservasi adalah kelas XI TKJ (Teknik
Komunikasi Jaringan) yang merupakan kelas yang belum mendapat materi
tentang Hukum Archimedes. Observasi ini bertujuan agar antara peneliti dan
siswa dapat saling mengenal sehingga komunikasi dapat berjalan dengan
lancar. Selain itu observasi juga bertujuan agar peneliti dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekolah dan siswa. Observasi dilakukan satu kali pada
saat jam pelajaran fisika. Setelah observasi, dilakukan pretes kepada siswa.
Data pretes yang diperoleh digunakan untuk mengetahui pengetahuan
awal siswa. Selanjutnya peneliti mengajarkan materi hukum Archimedes
dengan metode demonstrasi di kelas. Pembelajaran metode demonstrasi
dilaksanakan oleh peneliti selama satu kali pertemuan, dimana satu pertemuan
terdiri dari 2 jam pelajaran yaitu selama 90 menit. Pembelajaran dilaksanakan
pada hari Jumat tanggal 9 Oktober 2009 pada jam pelajaran keempat dan
kelima.Kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian:
Observasi : 11 September 2009
Pretes : 2 Oktober 2009
Postes : 9 Oktober 2009
Pada awal pembelajaran, peneliti memberikan pertanyaan untuk
mengajak siswa berpikir mengenai Hukum Archimedes. Siswa
memperhatikan dan ikut berpartisipasi dengan memberikan jawaban yang
beranekaragam. Kemudian peneliti meminta beberapa siswa maju ke depan
untuk melakukan demonstrasi dengan alat yang telah disiapkan. Demonstrasi
dilakukan oleh siswa dengan petunjuk yang diberikan oleh peneliti. Ada 5
siswa yang bersedia melakukan demonstrasi di depan kelas, dimana ada dua
siswa yang mengikat batu dan mengukur batu saat di udara dengan neraca
pegas. Lalu mereka menunjukkan kepada teman-teman yang lain dan beberapa
ada yang mencoba mengukurnya kembali. Setelah itu siswa mulai mengukur
batu di dalam air dengan memasukkan batu ke dalam wadah air dengan neraca
pegas dan menampung air yang tumpah ke dalam gelas ukur. Salah satu siswa
menuliskan data hasil pengukuran di papan tulis, dimana sebelumnya peneliti
telah membuatkan tabel di papan tulis. Bersama peneliti, siswa-siswa diminta
untuk mengkonversikan satuan volume, menghitung besarnya berat air yang
dipindahkan dan gaya apungnya. Dan membandingkan besarnya gaya apung
dengan berat air yang tumpah untuk menyimpulkan mengenai Hukum
Archimedes. Selanjutnya peneliti memberi pertanyaan mengenai apakah telur
yang masih akan mengapung atau tenggelam bila dimasukkan ke dalam air
asin dan air tawar. Siswa memberikan jawaban yang beranekaragam, ada yang
menjawab tenggelam, mengapung dan tidak tau. Kemudian peneliti meminta
beberapa siswa untuk menemukan jawaban yang benar dengan melakukan
demonstrasi kedua, lalu siswa yang lain juga ikut mencoba. Setelah
demonstrasi dilakukan siswa berdiskusi bersama peneliti untuk menyimpulkan
mengenai syarat benda mengapung, melayang dan tenggelam. Selanjutnya
peneliti menyampaikan materi mengenai benda mengapung, melayang dan
tenggelam dan siswa memperhatikannya.
A. Data
1. Data Pretes
Pretes diikuti oleh 33 siswa kelas X TKJ (Teknik Komunikasi Jaringan)
SMK N 2 Klaten, semua siswa mengerjakan soal yang berkaitan dengan
Hukum Archimedes (dapat dilihat pada lampiran 2 hal 98-104). Siswa diminta
untuk mengerjakan soal pretes. Waktu untuk mengerjakan pretes adalah 50
menit yang terdiri dari 14 soal. Dengan waktu tersebut hampir setiap siswa
mengerjakan semua soal, namun ada beberapa siswa yang hanya mengerjakan
sebagian soal. data pretes terdapat pada tabel 4.1 di halaman 43.
2. Data Postes
Postes dikuti oleh 33 siswa kelas X TKJ (Teknik Komunikasi Jaringan)
SMK N 2 Klaten, semua siswa mengerjakan soal yang berkaitan dengan
Hukum Archimedes (dapat dilihat pada lampiran 2 hal 98-104). Siswa diminta
untuk mengerjakan soal postes. Waktu untuk mengerjakan postes adalah 50
menit yang terdiri dari 14 soal. Dengan waktu tersebut hampir setiap siswa
Table 4.1 Nilai Pretes Siswa
No. Kode Siswa
No
Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Skor Pretes
Prosentase Skor Skor
Maks 2 2 2 5 5 2 3 5 2 3 5 2 3 5 46 100
1. 1 1 0 1 0 0 0,5 0 3,5 0,5 0,5 4 0 0,5 3 14,5 31,5
2. 2 1 1,5 2 1 0 0 1 0 0 1 2 0 1 4 14,5 31,5
3. 3 1 2 2 2 0 0.5 1 3 0 1 3 0 1 5 21,5 46,7
4. 4 1 2 2 1 0 1 2 2,5 0,5 1 2,5 0,5 2 5 23 50
5. 5 1,5 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7,5 16,3
6. 6 1 2 2 2 2 1 1 3,5 0,5 1 4 0,5 1 0 21,5 46,7
7. 7 2 1 2 2,5 0 0 1 3 0 1 3 0 1 3,5 20 43,5
8. 8 1 2 2 1 0 1 1 5 0,5 1 5 0,5 1 5 26 56,5
9. 9 1 0 0 0 0 1 0 2 1 0 1,5 1 0 0 7,5 16,3
10. 10 1 2 2 1 0 1 0 3,5 1 2 5 1 1 2 22,5 48,9 11. 11 0 0 2 2 0 0,5 1 3,5 0,5 0 2 0 0 2,5 14 30,4 12. 12 2 2 2 1 0 0,5 0 5 0,5 1 5 0 0 3 22 47,8 13. 13 1 2 2 1 0 0 1 3 0 0 2,5 0 0 4 16,5 35,9 14. 14 0 0 0 0 0 1 1 3,5 1 1 5 0 1 2 15,5 33,7 15. 15 1 0,5 2 2 5 0,5 1 0 1 1 0 0,5 1 5 20,5 44,6 16. 16 1 0 2 2 0 1 0 3,5 1 1 5 0,5 1 2 20 43,5
17. 17 1 2 2 2 0 0 1 3 0 1 4 0 1 5 22 47,8
23. 23 2 2 2 2 0 1 1 2 1 1 0 0,5 1 5 20,5 44,6 24. 24 2 2 2 2,5 0 1,5 1 3,5 1,5 1 3,5 1,5 1 2,5 25,5 55,4 25. 25 2 0,5 2 1 0 0,5 0 3,5 0,5 0 5 0 0 5 20 43,5 26. 26 1 2 2 2 0 0,5 1 3,5 0,5 0 5 0,5 1 2 21 45,7
27. 27 2 0 2 2 2 0 1 3 0 1 4 0 1 5 23 50
28. 28 1 1 2 2 0 1 0 3 0,5 0,5 1 0 0 5 17 37
29. 29 1 2 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 13
30. 30 1 1,5 2 2 0 1 0 3 0 0 1,5 0 0 0 12 26,1 31. 31 1 2 2 1 0 0 0 3 1 0,5 2 0,5 0 2 15 32,6 32. 32 2 1 2 1 0 0,5 0 3,5 0.5 0 5 0 0 2 17,5 38 33. 33 0 2 2 2 3 0,5 0 3 0,5 0,5 3,5 0 0 1 18 39,1
Jumlah 37,5 41 57,5 49 17 22 18 95 18,5 23 99,5 10,5 20,5 101,5 610,5 Presentase 56,8 62,1 87,1 29,7 10,3 33,3 18,2 57,6 28 23,2 60,3 16 20,7 61,5
Rerata skor
N skor
∑
=
5 , 18
33 5 , 610
Tabel 4.3 Nilai Postes Siswa
No Kode Siswa
No
Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Skor Postes
Presentase Skor Skor
23 23 2 2 2 2 2 1,5 1 3 2 1 3 2 1 5 29,5 64,1 24 24 2 2 2 3 5 1,5 1 3,5 2 2 5 1,5 2 5 37,5 81,5 25 25 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3,5 2 3 5 35,5 77,2 26 26 2 2 2 3 2 1,5 2 2 2 1 3 2 2 4 30,5 66,3 27 27 2 2 2 5 5 1 1 4 1 2 4 1,5 1 5 36,5 79,3 28 28 2 2 1,5 2 0 2 1 4 2 1 5 2 1 4 29,5 64,1 29 29 2 2 2 2 2,5 2 2 3 2 1 2 1,5 2 5 31 67,4 30 30 2 2 2 2 2 1 1 3 1,5 1 2,5 1,5 2 2 25,5 55,4 31 31 2 2 2 2 0 2 2 3 2 1 2 1,5 1 3 25,5 55,4 32 32 2 2 2 5 5 1 1 4 2 2 5 1 2 5 39 84,8 33 33 2 1,5 1,5 3 5 1 1 4 1 1 4 1 2 2 30 65,2
Jumlah 60,5 64,5 61 94,5 103 51 49 115,5 54,5 47 117 51 55 139 1063,5 Presentase 91,6 97,7 92,4 57,3 62,4 77,3 49,5 70 82,6 47,5 70,9 77,3 55,5 84,2
Rerata skor
N skor
∑
=
2 , 32
33 5 , 1063
3. Data Wawancara
Wawancara dilakukan pada 5 siswa yang memiliki skor yang tertinggi
dan yang jawabannya banyak salah. Beberapa soal diajukan kepada 5 siswa
mengenai konsep-konsep yang ada dalam Hukum Archimedes. Ada 2 data
wawancara yaitu data wawancara setelah pretes dan wawancara setelah postes.
Hasil wawancara sebagai berikut:
a. Data Wawancara Pretes
i. Konsep mengenai Gaya ke Atas
Ada beberapa pertanyaan yang diberikan kepada siswa mengenai
konsep gaya ke atas. Berbagai jawaban diberikan oleh siswa, ada yang
dapat menjawab dengan benar dan ada yang masih salah. Konsep
siswa mengenai gaya ke atas masih kurang karena jawaban siswa
masih belum sesuai dengan kon