• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAHAMAN, MISKONSEPSI DAN CARA MENGATASI MISKONSEPSI SISWA KELAS XI TEKNIK KOMPUTER JARINGAN SMK NEGERI 2 KLATEN TENTANG HUKUM ARCHIMEDES DENGAN METODE DEMONSTRASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMAHAMAN, MISKONSEPSI DAN CARA MENGATASI MISKONSEPSI SISWA KELAS XI TEKNIK KOMPUTER JARINGAN SMK NEGERI 2 KLATEN TENTANG HUKUM ARCHIMEDES DENGAN METODE DEMONSTRASI"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAHAMAN, MISKONSEPSI DAN CARA MENGATASI MISKONSEPSI SISWA KELAS XI TEKNIK KOMPUTER JARINGAN SMK NEGERI 2 KLATEN TENTANG HUKUM ARCHIMEDES DENGAN

METODE DEMONSTRASI

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

DISUSUN OLEH: SRI PUJI ASTUTI

051424012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITA SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

PE}IAHAMAN. MISKONSEPSI DAN CARA MENGATASI \IISKO\SEPSI SISWA KELAS XI TEKNIK KOMPUTER JARINGAN i\fx \EGERI 2 KLATEN TENTANG HUKUM ARCHIMEDES DENGAN

METODE DEMONSTRASI

Oleh: Sri Puji Astuti N I M : 0 5 1 4 2 4 0 1 2

Telali diseiuiui oleh: 'l

$

tr

! 1lr i

,ir ;

fl

:::rbimbing

\,,ru*^t"\

(3)

PI }f {.H,{},LAN, MISKONSEPSI DAN CARA MENGATASI ihd -\NII\SEPSI SISWA KELAS XI TEKMK KOMPUTER JARINGAN .'IK(]l" \EGEzu 2 KLATEN TENTANG HUKT'M ARCHIMEDES DENGAN

METODB DEMONSTRASI

Dipersiapkan dan ditulis oleh Sri PujiAstuti

051424012

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal : 19 Februari2010 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguj i

Nama Lengkap : Drs. Domi Severinus, M.Si.

: Dia. MasiichahAsy'at"i, tv!.Pd. : Dr. Paul Suparno S.J., IVI.S.T'. : Drs. llomi Severinus, i\4.Si. : Dra. Maslichah Asy'ari, M.Pd.

Yogyakarta, 19 Februari 20 10

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

lll

' q - ' \ . ; : :

; . ^ . ^ : ; .

gj,,,ffiM

(4)

iv 

 

MOTTO

Doa,

Syukur atas segala yang ada,

Usaha yang terbaik dan

Jalani Hidup dengan Hati yang Tenang dan Ikhlas

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

9 Ayah yang telah bahagia di surga. Doaku selalu buat ayah.

9 Ibu yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian serta doanya.

9 Mas Janto dan Mas Heri terimakasih telah membimbingku dan

(5)

PER}IYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustak4 sebagaimana layaknya karya ilmiah.

(6)

LEMBAR PERIIYATAAN{ PERSETUJUAN PI}BLIKASI KARYA ILMIAH

UNTT]K KEPENTINGAI\T

AKAI}E}IIS

Yang bertandatangan dibawah inu saya mahasiswa universitas sanata Dharma:

Nama

: Sri Puji Astuti

NomorMahasiswa :051424812

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang hrjudul:

*PEMAIIAMAN,

MISKONSEPSI DAN CARA MENGATASI I}trSKONSEPSI SISWA KELAS Iil TEKMK KOMPUTER JARING.AN SMK NEGERI 2 KLATEN TENTANG HUKTIM ARCHIMEDES DENGAN METODE DEMONSTRASI'

b€serta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian sayamemberikankepada Perpustakaan universias Sanata Dharma hak untuk menyimpar; mengalihlan dalan bentuk penangkalan data merdistibusikan seera tertatas, dan mempublikasikmnya di intemet atau media lain rmtuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta din dari saya malpun memberilcan royalti kepada saya selama tebp mencantumkan rxlma saya sebgai penulis.

Demikian pernyataan ini yang sayabuatdengan sebenamya. Dibuat di Yoryakarta

Pada tanggal 2 Februari 2010

vl

Yangqqryatakan

(7)

vii

 

 

Sri Puji Astuti, Pemahaman, Miskonsepsi dan Cara mengatasi Miskonsepsi Siswa

Kelas XI Teknik Komputer Jaringan SMK N 2 Klaten tentang Hukum Archimedes dengan

Metode Demonstrasi.

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep-konsep

mengenai Hukum Archimedes, miskonsepsi yang terjadi pada siswa dan cara mengatasi

miskonsepsi setelah mengikuti pembelajaran dengan metode demonstrasi.

Subjek penelitian yaitu siswa kelas XI Teknik Komputer Jaringan SMK N 2 Klaten yang

berjumlah 33 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam lima tahap, yaitu

pretes, wawancara I, pembelajaran dengan metode demonstrasi, postes dan wawancara II. Soal

pretes dan postes berupa soal yang sama dan berupa soal esai. Pemilihan siswa yang

diwawancara adalah siswa yang skor pretes tertinggi dan yang jawabannya banyak salah. Jumlah

siswa yang diwawancarai adalah 5 siswa.

(8)

viii

 

 

Sri Puji Astuti, The Understanding, the Misconception and It’s Strategy to

Overcome the Misconception about Archimedes Law Learning of the Second-year

Students of the Networking Computer Technique at Vocational High School 2 Klaten

Using Demonstration Method.

The Physics Education Study Program, The Department of Mathematics and

Science Education, The Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma

University, Yogyakarta 2010.

The purposes of this research were to find out; 1) the students’ understanding about the

concepts of Archimedes Law, 2) the misconception which occurred to students and 3) the

strategy to overcome the misconception after attending the learning using the demonstration

method.

Subjects were 33 second-year students of the Networking Computer Technique at

Vocational High School 2 Klaten. The data gathering of this research was conducted in five

steps, they were, the pre-test, the interview I, the demonstration method learning, the pos-test, the

interview II. The pre-test and the post-test questions were the same questions in a form of essay.

The students interviewed were the students having the highest score of pre-test and the most

incorrect answers. Subjects interviewed were five students.

(9)

ix

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih, atas berkat dan

karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul “Pemahaman, Miskonsepsi dan Cara Mengatasi Miskonsepsi Siswa Kelas XI Teknik Komputer Jaringan SMK Negeri 2 Klaten tentang Hukum Arcihmedes dengan Metode Demonstrasi” dapat terselesaikan.

Dengan tersusunnya skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya, bahwa

bukan hanya sekedar kemampuan serta usaha penulis sendiri, tetapi juga berkat

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sangatlah tepat kiranya jika dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada yang

terhormat :

1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma atas pemberian

ijin penelitian.

2. Bapak Drs. Domi Severius, M.Si. selaku Kaprodi Pendidikan Fisika yang

telah memberikan ijin dan bantuannya.

3. Dr. Paul Suparno S.J., M.S.T selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan serta dorongan kepada penulis selama

penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Wahono, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMK N 2 Klaten yang

telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di

(10)

x

 

5. Siswa-siswi Kelas XI Teknik Komputer Jaringan atas kerelaan sebagai

subjek penelitian.

6. Ibu Ekowati S.Pd, selaku guru fisika kelas XI Teknik Komputer Jaringan

yang telah memberikan waktunya untuk peneliti dalam melaksanakan

penelitian.

7. Seluruh dosen dan staf karyawan Pendidikan Fisika yang telah memberikan

bantuan dan kemudahan selama ini.

8. Pramuditya Asmara Yunanta yang selalu memberikan perhatian, kasih

sayang dan dukungannya dari jauh disana.

9. Rekan-rekan P. Fisika Angkatan ’05, rekan-rekan Kos Ijo, Brigita Leny,

Laurensia Trimeta P. dan Fransiska Novi yang telah mendoakan dan

memberikan dukungannya, terima kasih atas kebersamaan, persahabatan,

canda tawa dan kerja sama kita selama ini.

10.Berbagai pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah

banyak membantu sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis menerima dan berterimakasih apabila ada saran dan kritik yang

membangun dari pembaca. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi pembaca.

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I . PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

(12)

xii

BAB II. DASAR TEORI ... 6

A. Konsep ... 6

B. Konsepsi ... 7

C. Pemahaman Konsep ... 7

D. Miskonsepsi ... 9

E. Cara Mengatasi Miskonsepsi ... 9

1. Bridging Analogy ... 11

2. Simulasi Komputer ... 12

3. Diskusi ... 12

4. Demonstrasi ... 13

5. Problem Solving ... 13

F. Metode Demonstrasi ... 14

G. Hukum Archimedes ... 17

1. Gaya ke Atas ... 17

2. Mengapung, Tenggelam dan Melayang ... 19

a. Benda Mengapung ... 19

b. Benda Tenggelam ... 20

c. Benda Melayang ... 20

H. Hasil Penelitian Tentang Hukum Archimedes ... 21

I. Kaitan Teori dengan Penelitian ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

(13)

xiii

B. Subjek Penelitian ... 27

1. Populasi ... 27

2. Sampel ... 27

C. Waktu dan Tempat ... 27

D. Desain Penelitian ... 28

E. Treatment ... 29

F. Instrument Penelitian ... 34

1. Pretes dan Postes ... 34

2. Wawancara ... 36

G. Validitas Instrument ... 37

H. Metode Analisis Data ... 38

1. Data Pretes dan Postes ... 38

2. Data Wawancara ... 39

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Pelaksanaan Penelitian ... 42

B. Data ... 40

1. Data Pretes ... 42

2. Data Postes ... 42

3. Data Wawancara ... 47

a. Data wawancara Pretes ... 47

(14)

xiv

ii. Konsep mengenai syarat dan gaya yang bekerja pada

benda mengapung ... 50

iii. Konsep mengenai syarat dan gaya yang bekerja pada benda melayang ... 53

iv. Konsep mengenai syarat dan gaya yang bekerja pada benda tenggelam ... 54

b. Data Wawancara Postes ... 57

i. Konsep mengenai Gaya ke Atas ... 57

ii. Konsep mengenai syarat dan gaya yang bekerja pada benda mengapung ... 60

iii. Konsep mengenai syarat dan gaya yang bekerja pada benda melayang ... 61

iv. Konsep mengenai syarat dan gaya yang bekerja pada benda tenggelam ... 63

C. Analisis ... 65

1. Pemahaman Pretes Siswa ... 65

2. Pemahaman Postes Siswa ... 71

D. Miskonsepsi yang dialami siswa ... 73

E. Perubahan Miskonsepsi ... 74

BAB V PENUTUP ... 77

A. Kesimpulan ... 77

(15)

xv

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal ... 34

2. Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal dan Contoh Soal ... 35

3. Tabel 3.3 Distribusi Soal Wawancara ... 37

4. Tabel 3.4 Ketentuan Penskoran Soal ... 38

5. Tabel 3.5 Klasifikasi Pemahaman Siswa Berdasarkan Skor ... 39

6. Tabel 4.1 Nilai Pretes Siswa ... 43

7. Tabel 4.2 Nilai Postes Siswa ... 45

8. Tabel 4.3 Pemahaman Pretes Siswa ... 65

9. Tabel 4.4 Pemahaman Postes Siswa ... 71

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 2.1 Tekanan Hidrostatik ... 17

2. Gambar 2.2 Benda Mengapung ... 19

3. Gambar 2.3 Benda Tenggelam ... 20

4. Gambar 2.4 Benda Melayang ... 21

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lampiran 1: Surat ijin penelitian dari Fakultas ... 81

2. Lampiran 2: Surat ijin dari Sekolah ... 82

3. Lampiran 3: Rancangan Pembelajaran ... 83

4. Lampiran 4: Soal Pretes dan soal Postes ... 88

5. Lampiran 5: Kunci Jawaban ... 95

6. Lampiran 6: Jawaban Pretes Siswa ... 100

7. Lampiran 7: Jawaban Postes Siswa ... 107

8. Lampiran 8: Foto Pelaksanaan Penelitian ... 114

9. Lampiran 9: Hasil Wawancara ... 117

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsepsi merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang menyangkut

suatu konsep tertentu. Pemahaman yang dimiliki siswa tentang suatu konsep

dapat diperoleh melalui banyak cara antara lain, informasi yang diperoleh dari

guru, buku, internet, buku, maupun teman. Proses berfikir menjadi aspek yang

penting untuk mendapatkan pemahaman suatu konsep dan mengetahui tingkat

pemahaman tentang suatu konsep yang dicapai oleh siswa.

Menurut teori konstruktivisme pengetahuan manusia merupakan hasil

dari bentukan pengalaman manusia itu sendiri (Suparno, 1997:26). Di sekolah

guru fisika mengajarkan konsep-konsep fisika kepada siswa dalam suatu

kelas. Setiap siswa dalam satu kelas mendapatkan pelajaran yang sama, waktu

yang sama dan guru yang sama. Dengan belajar, siswa akan membentuk

pengetahuannya sendiri, namun ada siswa yang kurang sempurna dalam

menangkap maupun membangun konsep-konsep mereka. Ada siswa yang

mengalami miskonsepsi tentang konsep yang dia terima dari pelajaran yang

diajarkan oleh gurunya maupun dari informasi dan pengetahuan yang dia

bangun sendiri. Guru dalam proses belajar mengajar harus lebih mengenal

kemampuan siswanya dan mengenal miskonsepsi siswa agar miskonsepsi

yang terjadi pada siswa dapat diminimalisir.

(20)

ada dalam kurikulum fisika di SMA dan SMK. Pada umumnya penelitian

biasanya banyak dilakukan di SMA. Maka dalam penelitian ini ingin dilihat

bagaimana pemahaman dan miskonsepsi siswa jika dilakukan di Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK). Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan

baik di dalam negeri maupun luar negeri, ternyata masih banyak siswa yang

mengalami miskonsepsi tentang Hukum Archimedes. Misalnya salah satu

penelitian yang dilakukan oleh Michael Loverude, Christian Kautz, dan Paula

Heron (2003). Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan

demostrasi-demostrasi dan pertanyaan-pertanyaan untuk membantu partisipan dalam

memahami konsep Hukum Archimedes. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa sebelum mengikuti pelajaran partisipan memiliki

pemahaman tentang Hukum Archimedes, namun partisipan kurang mampu

untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

Menurut Euwe Van den Berg (1991) “Inti pengetahuan fisika adalah

mencakup konsep-konsep”. Teori konstruktivisme mendorong

berkembangnya teori perubahan konsep. Dalam teori tersebut, siswa akan

merubah konsepnya (pengetahuannya) apabila terjadi ketidakseimbangan

dalam pikiran mereka setelah mempelajari konsep tersebut (Suparno,

1997:53). Proses pembelajaran fisika yang benar haruslah mengembangkan

perubahan konsep pada diri siswa yang sedang belajar (Suparno, 2000:15).

Secara umum perubahan itu dapat terjadi dalam dua bentuk. Perubahan

pertama adalah perubahan dalam arti memperluas konsep, dari konsep yang

(21)

sempurna. Perubahan yang kedua adalah membetulkan konsep yang salah

menjadi benar atau sesuai dengan konsep fisika. Dalam proses membantu

siswa belajar fisika perubahan konsep merupakan hal yang sangat penting

maka hal itu perlu mendapatkan penekanan pada pihak guru. Dengan dua

perubahan itu diharapkan siswa yang belajar akan mempunyai pengetahuan

fisika yang lebih lengkap dan benar. Metode demostrasi merupakan salah satu

metode yang dapat digunakan guru untuk mengajar Hukum Archimedes.

Model pembelajaran demostrasi sebagai model mengajar dengan pendekatan

visual agar siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa, alat dalam

pelajaran fisika (Suparno, 2007:142). Metode demostrasi ini dipakai untuk

mengaktifkan siswa dan membantu siswa dalam memahami konsep tentang

Hukum Archimedes

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis ingin

mengadakan penelitian untuk mengetahui pemahaman siswa, miskonsepsi dan

cara mengatasi miskonsepsi yang dialami oleh siswa kelas XI TKJ (Teknik

komputer Jaringan) SMK N 2 Klaten khususnya dalam pokok bahasan Hukum

Archimedes dengan metode demostrasi.

A. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah di atas maka rumusan masalah

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pemahaman siswa tentang Hukum Archimedes pada siswa

(22)

2. Dalam hal apa saja miskonsepsi tentang Hukum Archimedes terjadi

pada siswa kelas XI TKJ (Teknik Komputer Jaringan) SMK?

3. Apakah terjadi perubahan konsep siswa kelas XI TKJ (Teknik

Komputer Jaringan) SMK mengenai Hukum Archimedes selama

pembelajaran dengan metode demonstrasi?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui:

1. bagaimana pemahaman siswa tentang Hukum Archimedes.

2. apa saja miskonsepsi yang dialami siswa dalam memahami Hukum

Archimedes.

3. perubahan miskonsepsi siswa tentang Hukum Archimedes dengan

metode demonstrasi.

C. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan fisika di SMK tentang

pemahaman dan miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Selain itu, penelitian ini

diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi akan kemampuan siswa

(23)

demostrasi. Guru diharapkan lebih memperhatikan tingkat pemahaman

siswa agar konsep-konsep fisika yang diajarkan tidak menimbulkan

miskonsepsi atau meminimalisir miskonsepsi yang terjadi pada siswa.

2. Mahasiswa khususnya calon guru fisika

Sebagai calon guru khusus fisika diharapkan dapat meningkatkan

pemahamannya tentang konsep-konsep fisika dengan benar. Pemahaman

itu nantinya dapat dijadikan bekal untuk mengajar agar siswa mudah

memahami dan meminimalisir terjadinya miskonsepsi.

3. Penelitian

Sebagai sumbangan penelitian di dalam negeri tentang pemahaman,

miskonsepsi, dan cara mengatasi miskonsepsi siswa SMK tentang Hukum

(24)

6

BAB II DASAR TEORI

A. Konsep

Menurut pandangan konstruktivisme pengetahuan merupakan hasil dari

akomodasi dan asimilasi konsep dalam skemata. Konsep dalam pembelajaran

fisika dapat berupa benda, peristiwa-peristiwa, situasi-situasi atau ciri-ciri yang

memiliki ciri khusus yang terwakili oleh suatu tanda atau symbol

(Ausubel,dkk,1978 dalam Breg, ed. 1991:8). Sedangkan Neil Bolton sebagaimana

dikutip oleh Suparno mengklasifikasikan konsep menjadi 3 kelompok yaitu

konsep fisis, konsep logika matematik dan konsep filosofis (Bolton. 1977:37).

Konsep fisis adalah konsep yang berkaitan langsung atau mengacu pada obyeknya

(benda, besaran, proses dari benda atau besaran, atau relasi antara

besaran-besaran). Konsep logika matematis adalah konsep yang tidak berkaitan langsung

dengan obyeknya, namun mengacu pada perilaku dan operasi dalam menangani

obyek, misalnya konsep penjumlahan komutatif dan konsep perkalian. Konsep

filosofis merupakan konsep yang berhubungan dengan kualitas atau sifat manusia,

misalnya baik, jujur dan bijaksana. Dalam proses pembelajaran fisika konsep

dapat berupa obyek (benda), gejala, situasi (kondisi), sifat-sifat dan artribut dari

suatu obyek (Euwe Van Breg,1991:8). Konsep sebagai gambaran mental

terbentuk sebagai hasil aktivitas manusia baik mental maupun fisik, konsep

sendiri merupakan hasil akhir dari presepsi. Untuk membedakan konsep yang satu

(25)

yang mengungkapkan anggota-anggotanya.

A. Konsepsi

Konsepsi dapat didefinisikan sebagai tafsiran perorangan atau individu

terhadap suatu konsep. Penafsiran dari konsep disebut konsepsi. Setiap orang

mempunyai penafsiran konsep yang berbeda-beda sesuai dengan pemahaman

orang tersebut mengenai konsep itu. Penafsiran konsep yang berbeda dengan

penafsiran konsep yang telah di sepakati para ahli fisika dinyatakan sebagai salah

konsep atau miskonsepsi (Berg, 1991: 10).

Konsepsi dari suatu dibentuk dengan menangkap esensi atau hakikat dari

konsep bersangkutan melalui proses generalisasi dari obyek-obyek,

peristiwa-peristiwa, gejala-gejala atau pengalaman khusus (Carin dan Sund, dalam Kartika

Budi, 1998: 253). Tidak semua orang memiliki konsep yang sama, bisa karena

perbedaaan tingkat pendidikan, perbedaan pergaulan dan proses pembentukannya

(Kartika Budi, 1998: 254).

C. Pemahaman Konsep

Dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator dan

membimbing anak untuk memahami suatu konsep yang diajarkan. Langkah awal

untuk menanamkan suatu konsep kepada siswa adalah memahami definisi konsep

secara benar sesuai dengan hakikat dan peruntukannya (Kartika Budi, 1991: 38).

Seorang siswa dikatakan paham apabila dapat menangkap dan menggunakan

(26)

siswa. Siswa yang telah memahami suatu konsep akan dapat menjelaskan konsep

tersebut dengan menggunakan kalimatnya sendiri sesuai dengan apa yang mereka

pelajari (Sudjana, 1990:24).

Untuk memutuskan seorang siswa memahami konsep maka diperlukan

kriteria atau indikator-indikator. Menurut Kartika Budi (1992:114) kriteria atau

indikator-indikator yang menunjukkan pemahaman seorang siswa akan suatu

konsep antara lain (1) dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi

menggunakan kalimat sendiri; (2) dapat menjelaskan makna dari konsep

bersangkutan kepada orang lain; (3) dapat menganalisis hubungan antara konsep

dalam suatu hukum; (4) dapat menerapkan konsep untuk (a) menganalisis dan

menjelaskan gejala-gejala alam khusus, (b) untuk memecahkan masalah fisika

baik secara teritis maupun secara praktis, (c) memprediksi

kemungkinan-kumungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi;

(5) dapat mempelajari konsep fisika lain yang berkaitan dengan lebih cepat; (6)

dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling

berkaitan; (7) dapat membedakan konsepsi yang benar dan konsepsi yang salah

dan dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu pokok

bahasan.

Seseorang dapat dikatakan memahami suatu konsep apabila: 1) dapat

mendefinisikan konsep yang bersangkutan dengan kata-kata sendiri, 2) dapat

menjelaskan perbedaan antara konsep yang bersangkutan dengan konsep-konsep

yang lain, 3) dapat menjelaskan hubungan dengan konsep-konsep yang lain, 4)

(27)

dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Berg, 1991:10).

D. Miskonsepsi

Dalam proses pembelajaran seringkali ditemukan ada miskonsepsi atau

salah konsep. Menurut Suparno (2005:95) miskonsepsi atau salah konsep adalah

suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang

diterima para pakar pada bidang itu. Bentuknya dapat berupa konsep awal,

kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau

pandangan yang naïf. Miskonsepsi dapat disebabkan oleh siswa sendiri, guru yang

mengajar, konteks pembelajaran, cara mengajar, dan buku teks. Filsafat

konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk (dikonstuksi) oleh

siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan, tantangan, dan bahan yang

dipelajari. Siswa membentuk sendiri pengetahuannya sehingga bisa saja terjadi

miskonsepsi atau siswa mengkonstruksi pengetahuan yang kurang benar. Guru

yang kurang menguasai materi atau mengerti bahan fisika secara tidak benar dapat

menyebabkan miskonsepsi pada siswa didiknya. Buku teks yang bahasanya sulit

dipahami dan penjelasan keliru, dapat membinggungkan, menyulitkan dan

menimbulkan miskonsepsi pada siswa (Suparno, 2005:71).

E. Cara Mengatasi Miskonsepsi

Ada beberapa langkah untuk mengatasi miskonsepsi yaitu dengan mencari

atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa, mencoba menemukan

(28)

mengatasi. Dalam pembelajaran guru sangat penting untuk menanyakan kepada

siswa tentang gagasan dan konsep yang dimiliki siswa. Hal itu dapat membantu

guru untuk dapat mengetahui apakah siswa memiliki suatu miskonsepsi, sehingga

guru dapat mencari kiat untuk mengatasinya (Suparno, 2005:56).

Menurut Kartika Budi (1992: 127) miskonsepsi dapat dideteksi dengan cara:

(1) hakikat atau makna suatu konsep difahami dengan baik dan dinyatakan dengan

jelas, (2) berdasarkan pemahaman yang benar tersebut dicari

kemungkinan-kemungkinan miskonsepsi yang dapat terjadi, (3) berdasarkan kemungkinan-kemungkinan

miskonsepsi yang terjadi, disusun soal (dapat berbentuk uraian bebas, isian

singkat maupun pilihan ganda) yang memungkinkan salah konsepsi dapat

terdeteksi, (4) setelah tes dilaksanakan (dapat secara lisan maupun tertulis), hasil

dianalisis untuk mengetahui secara tepat kesalahan-kesalahan yang sungguh

terjadi.

Menurut Kartika Budi (1992:128) Usaha mengurangi salah konsepsi dapat

dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu meremidiasi salah konsepsi yang telah

terjadi dan memilih strategi belajar mengajar yang memberi peluang lebih besar

terbentuknya konsepsi yang benar. Bila telah dideteksi adanya salah konsepsi,

maka melalui pendekatan teoritis konseptual (menggunakan konsep-konsep,

hukum, dan teori yang telah dipelajari yang berkaitan langsung dengan konnsep

yang salah tersebut); melalui pendekatan praktis (demonstrasi dan eksperimen),

melalui berbagai macam persoalan; siswa (mahasiswa) diajak menemukan dan

memahami sendiri bahwa konsepnya keliru.

(29)

maka strategi belajar mengajar dipilih dan disesuaikan dengan jenis dan hakikat

konsep yang diajarkan sehingga pemahaman konsep lebih baik. Cara-cara yang

dapat dipakai antara lain menggunakan sebanyak mungkin demonstrasi atau

eksperimen, pada konsep-konsep pada umumnya difahami secara salah diberi

perhatian dan penekanan lebih seksama dengan menunjukkan sekaligus kesalahan

yang sering terjadi, soal-soal latihan dipilih yang memberi peluang peningkatan

pemahaman konsep secara benar (tidak dititik beratkan hanya pada soal-soal yang

memerlukan penyelesaian secara matematis).

Menurut Suparno (2000:19) proses pembelajaran fisika yang benar haruslah

mengembangkan perubahan konsep. Perubahan konsep yang pertama adalah

perubahan dalam arti siswa memperluas konsep, dari konsep yang belum lengkap

menjadi lebih lengkap, dari belum sempurna menjadi lebih sempurna. Proses ini

yang kedua yaitu proses membetulkan konsep yang salah, perlu menggunakan

strategi pembelajaran yang menyediakan pengalaman anomali bagi siswa.

Pertama siswa disadarkan bahwa konsep awal mereka itu tidak tepat, atau salah

atau tidak cocok dengan situasi yang ada. Beberapa metode pembelajaran fisika

yang telah diteliti dapat membantu perubahan konsep adalah sebagai berikut.

1. Bridging analogy

Model penjelasan analogis banyak digunakan untuk menjelaskan konsep

fisika yang sulit dan abstrak kepada siswa. Misalnya, karena sulit

menjelaskan mengenai konsep tegangan listrik, guru menggunakan analogi

bak air. Air yang ada di dalam tangki air yang terletak di atas rumah

(30)

ke bawah. Dalam listrik dikaitkan: tegangan listriklah yang membuat adanya

arus listrik pada suatu rangkaian listrik. Meski analogi dapat membantu

siswa menangkap konsep yang benar, bila ada efek samping yang kurang

tepat dari analogi itu, perlu ditunjukkan juga kepada siswa untuk lebih kritis

terhadap analogi tersebut. Menurut Brown dan Clement (dalam Suparno,

2000:20) analogi yang digunakan harus mempunyai tiga ciri, yaitu (1)

analogi itu masuk akal bagi siswa, (2) secara eksplisit punya hubungan

analogis dengan persoalan yang dihadapi siswa, (3) analogi itu membantu

siswa membentuk suatu model mental secara kualitatif.

2. Simulasi komputer

Banyak penelitian yang menemukan bahwa simulasi komputer dapat

membantu siswa untuk menghilangkan salah pengertian yang mereka

dapatkan. Dalam simulasi ini siswa dapat memanipulasi data, mencari data,

mengumpulkan data, menganalisa data dan mengambil kesimpulan. Bila

dalam simulasi siswa menemukan data yang sungguh berbeda dengan yang

mereka pikirkan sebelumnya, maka siswa akan mengalami konflik dalam

pikirannya. Konflik inilah yang memacu mereka bertanya, mengapa

demikian. Hasil simulasi yang berlawanan dengan gagasan awal siswa, bila

diulang berkali-kali akhirnya akan menghasilkan perubahan konsep dalam

diri siswa (Suparno, 2000:21).

3. Diskusi

Menurut Farmer (dalam Suparno, 2000:22) diskusi dengan siswa-siswa

(31)

Mereka saling mengungkapkan konsep dan gagasan mereka masing-masing,

mendengarkan gagasan teman lain, mendebatkannya secara argumentatif

rational gagasan mereka yang berbeda. Dari perdebatan itu, mereka yang

mempunyai gagasan tidak benar, dapat memperbaiki gagasannya dengan

mengambil gagasan teman lain yang benar. sedangkan kalau gagasan

mereka sudah benar, mereka menjadi lebih yakin akan kebenaran gagasan

itu. Diskusi merupakan salah satu strategi yang efektif untuk terjadinya

perubahan konsep siswa (Hynd dkk, 1994: 943).

4. Demonstrasi

Strategi mengajar lain yang dapat membantu siswa merubah konsepnya

adalah strategi mengajar yang memberikan peristiwa anomaly (Posner dkk,

1982, dalam Suparno, 1997:51). Peristiwa anomali merupakan peristiwa

yang bertentangan dengan konsep awal siswa. Demonstrasi merupakan

strategi pengajaran yang kegiatannya memberikan gambaran secara nyata

tentang proses yang terjadi (peristiwa anomali).

5. Problem solving

Problem solving dapat juga membantu mengatasi salah pengertian.

Siswa mengerjakan beberapa soal untuk mencek apakah gagasan mereka

benar atau tidak. Dengan membuat soal, mereka dilatih untuk

mengorganisasikan pengertian mereka dan kemampuan mereka. Dengan

melihat bagaimana cara siswa memecahkan persoalan, dapat dengan mudah

dilihat siswa mempunyai salah pengertian dalam langkah yang mana. Bila

(32)

mengapa mereka mempunyai pengertian dan langkah seperti itu. Sekaligus

dalam wawancara itu, guru dapat melihat sumber salah pengertian yang

dibuat (Suparno, 2000:23).

F. Metode Demonstrasi

Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

demonstrasi. Model pembelajaran demonstrasi sebagai model mengajar dengan

pendekatan visual agar siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa, alat

dalam pelajaran fisika. Tujuannya agar siswa lebih memahami bahan yang

diajarkan lewat suatu kenyataan yang dapat diamati sehingga mudah mengerti.

Siswa lewat demonstrasi dapat mengamati sesuatu yang nyata dan bagaimana cara

bekerjanya proses tersebut (Suparno, 2007:142). Demonstrasi merupakan proses

menunjukkan sesuatu (Sund, 1973 dalam Kartika Budi 1991:167). Metode

demonstrasi merupakan metode yang dipakai oleh peneliti untuk mempelajari

sejauh mana ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman siswa

dan merubah konsepnya.

Menurut yang melaksanakan, demonstrasi dapat dibedakan menjadi

demonstrasi guru, demonstrasi guru-siswa dan demonstrasi siswa (Sund, 1973

dalam Kartika Budi 1991:168). Demonstrasi guru adalah demonstrasi yang

sepenuhnya dilakukan oleh guru. Demonstrasi lebih baik dilakukan oleh guru, bila

percobaannya sukar, perlu ketelitian dan kehati-hatian yang tinggi, resiko

kerusakan alat dan bahaya yang cukup tinggi dan kemungkinan kegagalan

(33)

dilakukan oleh guru, dan dibantu oleh satu atau dua siswa untuk bagian kegiatan

percobaan yang dapat dilakukan siswa. Demonstrasi siswa adalah demonstrasi

yang sepenuhnya dilakukan oleh siswa dibawah pengawasan dan bimbingan guru.

Berdasarkan tujuannya demonstrasi dapat dibedakan menjadi demonstrasi

untuk menunjukkan kebenaran suatu konsep atau hukum dan demonstrasi untuk

membangun suatu konsep atau hukum. Untuk menunjukkan kebenaran konsep

atau hukum, demonstrasi merupakan bagian dari ceramah. Demonstrasi dilakukan

untuk menunjukkan kebenaran konsep atau hukum yang telah dipelajari atau

dijelaskan. Sedangkan untuk membangun konsep, demonstrasi dilakukan untuk

memperoleh data yang dapat dianalisa sehingga menghasilkan kesimpulan.

Konsep yang diperoleh merupakan hasil analisa yang berupa kesimpulan tersebut.

Berdasarkan sifat pelaksanaannya, demonstrasi dapat dibedakan menjadi

Silent Demonstration (SD) dan Teacher Talking Demonstration (TTD) (Sund,

1973 dalam Kartika Budi 1991:171). Pada Silent Demonstration (SD), kegiatan

percobaan sebanyak mungkin dilakukan oleh siswa. Siswalah yang harus

menemukan tujuannya selama demonstrasi berlangsung, siswa yang harus

mengidentifikasi alat yang dipakai dan cara pemakaiannya, siswa yang harus

mengamati apa yang terjadi, mencatat data, menarik kesimpulan, menunjukkan

hubungannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Teacher Talking

Demonstration (TTD) gurulah yang menginformasikan tujuan, nama alat,

menjelaskan cara pemakaiannya, memberitahukan apa yang dilakukan,

menginformasikan yang diharapkan akan terjadi, memberitahukan data apa yang

(34)

sudah dilakukan, menginformasikan hasilnya, menarik kesimpulan, memberikan

contoh pemakaian dalam kehidupan sehari-hari.

Demonstrasi dalam proses pembelajaran dapat berfungsi untuk

membangkitkan masalah, membangun konsep, dan menguji kebenaran konsep.

Demonstrasi untuk membangkitkan masalah sebaiknya dipilih peluang yang

memunculkan pertanyaan. Untuk membangun konsep, fungsi pokok demonstrasi

ini adalah memperoleh data dan mengolah data sehingga sampai pada kesimpulan

yang berupa konsep dan hukum. Konsep yang dapat diuji kebenarannya melalui

demonstrasi adalah konsep-konsep yang bersifat kualitatif.

Pelaksanaan demonstrasi agar dapat berhasil dengan baik, perlu

dipersiapkan dan direncanakan sebaik-baiknya. Langkah-langkah yang dilakukan

agar demonstrasi dapat berhasil sebagai berikut ini:

1. Mengidentifikasikan konsep-konsep yang akan dibangun.

2. Menentukan atau memiliki alat-alat yang akan digunakan.

3. Menentukan langkah-langkah percobaan.

4. Menetapkan langkah-langkah analisis agar dapat menentukan dan

mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan panduan bila diperlukan.

5. Menentukan kapan dan dimana demonstrasi dilaksanakan dan siapa

yang melaksanakan.

6. Mencoba sendiri sebelumnya.

Dalam melaksanakan demonstrasi harus juga diperhatikan waktu

pembelajaran yang terbatas, sehingga waktu pembelajaran harus digunakan secara

(35)

G. Hukum Archimedes

Uraian yang dibawah ini diambil dari Kanginan, Marthen. 2006. Fisika untuk

SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

1. Gaya ke Atas

Gaya ke atas disebut sebagai gaya apung (buoyancy), yaitu suatu gaya

ke atas yang dikerjakan oleh zat cair pada benda. Munculnya gaya apung

adalah konsekuensi dari tekanan zat cair yang meningkat dengan

kedalaman. Dengan demikian berlaku, gaya apung = berat benda di udara

– berat benda dalam zat cair.

Gaya apung terjadi karena makin dalam zat cair, makin besar tekanan

hidrostatisnya. Ini menyebabkan tekanan pada bagian bawah benda lebih

besar daripada tekanan pada bagian atasnya. Perhatikan sebuah silinder

dengan tinggi h dan luas A, yang tercelup seluruhnya di dalam zat cair

dengan massa jenis ρf (lihat gambar 2.1).

h1 F1

h2 h=h1-h2

F2

Gambar 2.1 Tekanan Hidrostatik

Fluida melakukan tekanan hidrostatis P1f.g.h pada bagian atas

(36)

A gh A

P

F1 = 1f 1 berarah ke bawah. Dengan cara yang sama, fluida

melakukan tekanan hidrostatis F2 =P2Afgh2A dengan arah ke atas.

Resultan kedua gaya ini adalah gaya apung Fa

Jadi, Fa =F2F1 karena F2 > F1

(

)

1 2 1 2 h h gA A gh A gh f f f − = − = ρ ρ ρ

fgAh sebab h2 – h1 = h

= ρfgVbf sebab A.h = Vbf adalah volume

silinder yang tercelup dalam fluida.

Perhatikan ρfVbf =Mf adalah massa fluida yang dipindahkan oleh

benda;

ρ

fVbfg=Mfg adalah berat fluida yang dipindahkan oleh benda.

Jadi, gaya apung Fa yang dikerjakan fluida pada benda (silinder) sama

dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda (silinder). Pernyataan ini

berlaku untuk sembarang bentuk benda, dan telah dinyatakan sebelumnya

sebagai hukum Archimedes. Jadi, gaya apung dapat dirumuskan sebagai

g M

Fa= f

g V

Faf bf

dengan

ρ

f adalah massa jenis fluida dan Vbf adalah volume benda yang

tercelup dalam fluida. Hukum Archimedes berlaku untuk semua fluida (zat

cair dan gas). Vbf adalah volume benda yang tercelup dalam fluida. Jika

(37)

hanya tercelup sebagian, Vbf = volume benda yang tercelup dalam fluida

saja. Tentu saja untuk kasus ini, Vbf < volume benda.

2. Mengapung, Tenggelam, dan Melayang

Suatu benda ketika dicelupkan ke dalam zat cair kemungkinan benda

mengalami peristiwa mengapung, tenggelam atau melayang. Berikut

syarat-syarat benda dikatakan mengapung, tenggelam dan melayang.

a. Benda Mengapung

Benda mengalami peristiwa mengapung di permukaan zat cair apabila

massa jenis rata-rata benda (ρb,ratarata) lebih kecil daripada massa jenis zat cair (ρf).

f rata rata

b ρ

ρ , − <

Pada peristiwa mengapung hanya sebagian benda yang tercelup dalam

zat cair (Vbf) sehingga Vbf <Vb.

Pada keadaan benda yang tercelup sebagian dalam zat cair akan terjadi

kesetimbangan antara berat benda (w) dan gaya apung (Fa) (lihat gambar

2.2). Volume yang dipindahkan sama dengan volume yang benda

tercelup dalam zat cair, sehingga berlaku:

a

F

F =0

w Vbf< Vb Faw=0

w= Fa

(38)

b. Benda Tenggelam

Pada peristiwa tenggelam seluruh benda yang tercelup dalam zat cair

(lihat gambar 2.3). Volume benda yang tercelup dalam zat cair (Vbf)

sama dengan volume benda (Vb) Vbf =Vb. Benda mengalami peristiwa

tenggelam didalam zat cair apabila massa jenis rata-rata benda

b,ratarata) lebihbesar daripada massa jenis zat cair (ρf ).

f rata rata

b ρ

ρ , − >

Pada benda yang tenggelam, berat benda w lebih besar daripada gaya

apung Fa.

w> Fa

N Fa

b

bf V

V =

w

Gambar 2.3 Benda Tenggelam

c. Benda melayang

Pada benda mengalami peristiwa melayang, massa jenis rata-rata benda

b,ratarata) sama dengan massa jenis zat cair (ρf ).

f rata rata

b ρ

ρ , − =

(39)

tidak sampai menyentuh dasar zat cair, sehingga Vbf =Vb volume benda

yang tercelup dalam air samadengan volume zat cair yang dipindahkan

(lihat gambar 2.4). Pada benda mengalami kesetimbangan antara berat

benda w dengan gaya apung Fa sehingga w= Fa.

Fa

Vbf =Vb

w

Gambar 2.4 Benda Melayang

H. Hasil Penelitian Tentang Hukum Archimedes

Havu (2005) melakukan penelitian tentang perubahan konsep pada anak

berusia enam tahun, dengan pokok bahasan mengapung dan tenggelam. Pada

penelitian ini anak dihadapkan suatu peristiwa nyata yang berkaitan dengan benda

mengapung dan benda tenggelam. Kemudian siswa diminta untuk menjelaskan

alasan benda tersebut dapat mengapung ataupun tenggelam dengan pertanyaan

lisan (wawancara). Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang pada awalnya

mempunyai konsep sederhana tentang mengapung dan tenggelam pemahamannya

menjadi lebih kompleks.

Loverudu, dkk (2002) meneliti tentang hukum Archimedes. Tujuan dari

penelitian tersebut adalah untuk membantu partisipan dalam memahami Hukum

Archimedes. Subjek penelitian ini adalah 2000 mahasiswa di Universitas

(40)

beberapa pertanyaan dan demonstrasi tentang permasalahan-permasalahan yang

berkaitan dengan Hukum Archimedes, diantaranya:

a. Partisipan diminta untuk memprediksikan posisi terakhir dari tiga balok

lain beserta alasannya, dimana lima balok memiliki ukuran dan bentuk

yang sama tetapi massanya berbeda yaitu m1>m2>m3>m4>m5 yang

dicelupkan dalam suatu wadah yang berisi zat cair. Posisi dari balok 2 dan

5 ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.

Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah masih banyak

partisipan yang tidak bisa memahami konsep gaya apung dengan benar.

Partisipan tidak dapat memprediksikan posisi balok 1, 3, dan 4 dengan

benar.

b. Partisipan diminta untuk mengurutkan besar gaya apung dan tegangan

senar dari yang paling besar. Tiga balok memiliki volume yang sama yang

diikat di atas air dengan senar, dua balok (A dan B) massanya sama

terletak pada kedalaman berbeda dan dua balok (A dan C) massanya

berbeda terletak pada kedalaman yang sama (A dan C) dengan massa

terkecilnya balok C. 2

(41)

Pemecahan masalah ini dengan menguraikan gaya-gaya yang bekerja pada

balok tersebut. Pada keadaan setimbang berlaku:

T

Fy =0

T + Fa – w = 0

a

F T + Fa = w

w

Hasil penelitian ini menunjukkan masih banyak partisipan yang tidak bisa

menjawab dengan benar, misalnya masih banyak yang menjawab bahwa gaya

apung yang paling kecil pada balok A.

c. Partisipan diminta untuk membandingkan besar gaya apung dari ketiga

balok. Dimana ketiga balok A, B dan C memiliki bentuk yang sama, balok

A mengapung di puncak dari air, balok B dan C diikat senar. Massa balok

A dan B sama dan massa yang paling besar adalah balok C.

A C

B

A

(42)

Pemecahan masalah ini dengan menguraikan gaya-gaya yang bekerja pada

balok tersebut.

Keadaan setimbang pada balok A

a

F

Fy =0

Fa = 0

w

Keadaan setimbang pada balok B dan C.

a

F

Fy =0

Fa – T – w = 0

a

F = T + w

w

T

Hasil penelitian ini adalah masih banyak partisipan yang tidak bisa

menjawab dengan benar.

d. Partisipan diminta untuk membandingkan besar gaya apung dari kedua

balok. Dimana dua balok yang identik (D dan E) yang ditempatkan pada

cairan yang mempunyai kepadatan yang berbeda.

(43)

Hasil penelitian ini adalah sebagian besar partisipan bisa memahami

pengaruh massa jenis zat cair dalam menentukan gaya apung.

e. Partisipan diminta untuk memprediksikan gerakan balok A dan B setelah

dilepaskan. Dimana dua balok yang identik (A dan B) yang dihubungkan

dengan senar dan suatu roda yang ideal. Balok B awalnya dipegang diatas

balok A kemudian balok dapat bergerak.

Partisipan diwajibkan agar dapat menguraikan masing-masing

pemasalahan yang ada. Setelah balok B dilepaskan, maka dua benda

tersebut akan mencapai keadaan setimbang. Massa yang sama yaitu massa

A akan bergerak ke atas dan benda B akan ke bawah. Hasil penelitian ini

adalah masih banyak partisipan yang tidak dapat menjawab dengan benar.

Partisipan mengalami kesulitan-kesulitan sebagian besar partisipan tidak

memahami prinsip-prinsip dari kesetimbangan.

I. Kaitan Teori dengan Penelitian

Berikut ini merupakan kaitan teori dengan penelitian; 1) Teori Hukum

Archimedes digunakan dalam penelitian untuk membuat soal pretes, postes dan

wawancara kepada siswa. 2) Metode demonstrasi digunakan sebagai bentuk

treatment pada siswa. 3) Data penelitian akan dianalisa untuk mendapatkan O

(44)

kesimpulan tentang pemahaman konsep, miskonsepsi dan perubahan yang dialami

oleh siswa tentang hukum Archimedes berdasarkan teori miskonsepsi.

(45)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam penelitian ini ada hasil tes

berupa skor yang akan dianalisis secara kuantitatif. Penelitian ini juga

merupakan penelitian deskriptif kualitatif karena membutuhkan penjelasan

berupa kata-kata, untuk mengetahui pemahaman, aktivitas, situasi atau hal

yang utama. Penelitian ini ingin mengetahui tingkat pemahaman, miskonsepsi,

perubahan konsep siswa tentang Hukum Archimedes dengan metode

demonstrasi. Data yang diperoleh berupa kata-kata, keadaan, dan hasil tes.

B. Subyek Penelitian 1. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas XI

SMK Negeri 2 Klaten.

2. Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas XI TKJ (Teknik

Komputer Jaringan) sejumlah 33 siswa.

C. Waktu dan Tempat

(46)

Klaten.

D. Desain Penelitian

Desain dalam penelitian yang dilakukan sesuai dengan skema pada

gambar 3.1

Gambar 3.1 Skema penelitian

Sebelum proses belajar dimulai, siswa diberi pretes tentang Hukum

Archimedes. Data pretes dianalisa dan peneliti melakukan wawancara kepada Pretes

Pembelajaran demonstrasi

Wawancara

Postes

Wawancara

Analisa

(47)

siswa. Tujuan pretes adalah untuk mengetahui pemahaman awal siswa dan

untuk mengetahui apakah ada atau tidak miskonsepsi tentang hukum

Archimedes. Kemudian siswa mendapat pembelajaran formal dari peneliti

dengan metode demonstrasi mengenai hukum Archimedes. Setelah

memperoleh pembelajaran yang dirancang oleh peneliti maka siswa diberi

postes dengan menggunakan soal esai. Data postes dianalisa dan peneliti

melakukan wawancara kepada siswa untuk mengetahui pemahaman dan

terjadinya perubahan konsep yang dialami oleh siswa. Siswa yang

diwawancarai adalah siswa yang sama seperti yang telah diwawancarai setelah

pretes.

Siswa yang diwawancarai ditentukan dari hasil analisis pretes. Subyek

yang diwawancarai berjumlah 5 orang. Siswa yang diwawancarai adalah siswa

yang jawabannya banyak salah dan skor tertinggi. Wawancara dilakukan

secara langsung dan satu per satu. Waktu yang digunakan untuk wawancara

sekitar 15 menit per siswa. Wawancara yang berlangsung akan direkam dalam

bentuk suara. Wawancara dilakukan untuk mengetahui lebih dalam tentang

pemahaman, miskonsepsi dan perubahan konsep yang dialami oleh siswa.

E. Treatment

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan treatment kepada siswa.

Treatment yang diberikan dalam penelitian ini adalah pembelajaran hukum

Archimedes dengan metode demonstrasi. Berikut ini merupakan rancangan

(48)

Rancangan Pembelajaran

Demonstrasi 1

Topik: Hukum Archimedes

Tujuan:

• Memahami hukum archimedes dengan metode demonstrasi

Alat dan kegunaan:

1. Gelas ukur

2. Neraca pegas untuk mengukur berat beban

3. Batu I dan II

4. Air

5. Tali untuk mengikat beban ke neraca pegas.

Jalannya kegiatan:

1. Guru bertanya pada siswa tentang bunyi hukum Archimedes, dan siswa

diminta untuk menjelaskan besaran apa saja yang terkait di dalamnya?

2. Guru bertanya apakah berat benda yang diukur di dalam air dengan berat

benda yang diukur di udara akan sama?

3. Jawaban yang diharapkan: berat benda yang diukur di dalam air akan

berbeda dengan berat benda yang diukur di udara.

4. Untuk menunjukkan hukum Archimedes, guru melakukan demonstrasi

dengan dibantu oleh beberapa siswa.

5. Guru bersama siswa mengukur berat batu di udara dengan menggunakan

(49)

memudahkan dalam pengukuran. Kemudian mencatatnya pada tabel

berikut:

Benda

Berat benda Gaya

apung

(N)

Volume air

yang tumpah

(liter)

Berat air yang

dipindahkan

(N) Di udara Dalam air

Batu I

Batu II

6. Siswa mengukur berat batu I dan II di dalam air dengan neraca pegas

dan mengukur berat air yang dipindahkan. Kemudian mencatat hasil

pengukuran pada tabel.

7. Siswa dan guru melakukan pengukuran yang sama pada benda yang

berbeda dan mencatat hasil pengukuran pada tabel.

8. Guru bertanya: samakah berat benda yang diukur di dalam air dengan

berat benda yang diukur di udara? Mengapa?

9. Jawaban yang diharapkan adalah tidak sama, berat benda yang diukur di

udara lebih besar daripada berat benda yang diukur dalam air. Benda

yang diukur didalam air mengalami gaya ke atas sehingga berat benda

yang diukur dalam air lebih kecil daripada benda yang diukur di udara.

10.Guru dan siswa mengukur gaya ke atas atau gaya apung yang dialami

pada kedua benda yang diukur.

11.Guru bertanya dari demonstrasi yang telah dilakukan, simpulkan dan

rumuskan apa yang dimaksud dengan hukum Archimedes?

(50)

bekerja pada suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam

suatu fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut.

Rumusan hukum Archimedes: Fa=Mfg atau FafVbfg

Dimana Fa adalah gaya apung yang dikerjakan fluida pada benda,

ρ

f adalah

massa jenis fluida, Vbf adalah volume benda yang tercelup dalam fluida dan g

adalah percepatan grafitasi (9,8 m/s2)

Pemahaman yang diharapkan:

Memahami gaya apung yang dialami benda samadengan berat fluida yang

dipindahkan untuk menunjukkan hukum Archimedes.

Demonstrasi 2

Topik: Hukum Archimedes

Tujuan:

• Memahami syarat benda mengapung, melayang dan tenggelam

Alat dan kegunaan:

1. Gelas ukur

2. Air

3. Garam

4. Telur mentah

Jalannya kegiatan:

1. Guru bertanya apa yang terjadi bila telur mentah dimasukkan ke dalam

air dan air laut?

(51)

dalam air, syarat benda tenggelam adalah ρb,ratarata > ρf, karena kerapatan air atau massa jenis rata-rata telur (ρtelurratarata) lebih besar daripada massa jenis zat cair (ρair) dengan begitu telur menjadi

tenggelam di air.

Telur akan mengapung bila dimasukkan ke dalam air laut, syarat benda

mengapung adalah ρb,ratarataf, karena massa jenis rata-rata telur (ρtelurratarata) lebih kecil daripada massa jenis zat cair (ρairlaut). Dengan begitu telur menjadi mengapung di air laut.

2. Untuk menunjukkan syarat benda mengapung dan tenggelam, guru

melakukan demonstrasi dengan dibantu oleh beberapa siswa (2 siswa).

3. Siswa memasukkan telur ke dalam air yang telah di sediakan, dan siswa

yang lain diminta untuk mengamati apa yang terjadi.

4. Siswa melarutkan garam ke dalam air, lalu memasukkan telur ke

dalamnya. Siswa lain diminta untuk mengamati apa yang terjadi.

5. Setelah itu siswa diminta untuk mengemukakan pendapatnya mengenai

demonstrasi yang telah dilakukan.

6. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan mengenai demonstrasi

yang telah dilakukan mengenai syarat benda mengapung, melayang dan

tenggelam.

Kesimpulan: seperti yang ada di Bab II G.b halaman

(52)

Syarat benda tenggelam: ρb,ratarata > ρf, Vbf =Vb,w> Fa

Pemahaman yang diharapkan:

Memahami syarat benda mengapung, melayang dan tenggelam.

F. Instrumen Penelitian 1. Pretes dan Postes

Soal Pretes dan postes masing-masing terdiri dari 14 soal yang

berbentuk esai. Tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman

siswa tentang Hukum Archimedes. Kisi-kisi soal dan konsep yang

digunakan dalam pretes maupun postes dapat dilihat dalam tabel 3.1 Kisi

soal dan contoh soal terdapat pada tabel 3.2 Sedangkan soal pretes dan

postes terdapat pada lampiran.

Tabel 3.1 Kisi-kisi soal

No. Konsep Indikator

No

soal

Jumlah

soal

1. Gaya ke atas Dapat memahami gaya ke atas.

Dapat menjelaskan bunyi hukum

Archimedes.

Dapat mengetahui rumus gaya ke atas.

Dapat menganalisis mengenai gaya ke

atas.

1

2

3

4, 5

5

2. Benda

mengapung

Dapat menjelaskan gaya-gaya yang

bekerja pada benda mengapung.

6

(53)

Dapat memahami dan menjelaskan

syarat benda mengapung.

Dapat menganalisis soal mengenai

benda mengapung.

7

8

3. Benda

melayang

Dapat menjelaskan gaya-gaya yang

bekerja pada benda melayang

Dapat memahami dan menjelaskan

syarat benda melayang.

Dapat menganalisis soal mengenai

benda melayang. 9 10 11 3 4. Benda tenggelam

Dapat menjelaskan gaya-gaya yang

bekerja pada benda tenggelam

Dapat memahami dan menjelaskan

syarat benda tenggelam.

Dapat menganalisis dan aplikasi dari

benda tenggelam

12

13

14

3

Tabel 3.2 Kisi-kisi soal dan contoh soal

No

soal

Indikator Contoh soal Skor

1

7

Dapat mengetahui

rumus gaya ke atas.

Dapat memahami dan

Bagaimana rumus hukum Archimedes

Jelaskan bagaimana syarat agar benda 2

(54)

11

12

menjelaskan syarat

benda mengapung.

Dapat menganalisis dan

aplikasi dari benda

melayang

Dapat memahami dan

menjelaskan syarat

benda tenggelam.

dapat mengapung di dalam suatu zat

cair?

Telur dimasukkan dalam air.

a. Apa yang akan terjadi pada telur bila

dimasukkan ke dalam air?

Telur akan Tenggelam/Mengapung

(coret yang salah)

b.Apa yang akan terjadi pada telur bila

dimasukkan ke dalam air laut?

Telur akan Tenggelam/ Mengapung

(coret yang salah)

c. Berikan alasanmu?

Jelaskan bagaimana syarat agar benda

dapat tenggelam di dalam suatu zat cair?

5

3

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada siswa yang memiliki skor tertinggi

dan yang rendah atau jawabannya banyak salah. Wawancara dilakukan

secara langsung kepada siswa, data wawancara ini digunakan untuk

mendukung data dari pretes dan postes dan menggali lebih dalam tentang

pemahaman dan miskonsepsi siswa. Wawancara direkam agar

(55)

soal yang digunakan dalam wawancara dapat dilihat dalam tabel 3.3.

Tabel 3.3 Distribusi soal wawancara

No soal. Indikator

1 Untuk mengetahui pemahaman tentang Hukum Archimedes.

2 Untuk mengetahui pemahaman tentang benda mengapung.

3 Untuk mengetahui pemahaman tentang benda melayang .

4 Untuk mengetahui pemahaman tentang benda tenggelam.

G. Validitas Instrumen

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Untuk menyatakan valid

atau tidak suatu instrumen maka dapat diuji dengan uji coba instrumen

penelitian dan konsultasi kepada ahlinya. Validitas pretes dan postes ini

dicapai melalui analisis materi. Analisis materi dilakukan oleh peneliti dan

dikonsultasikan pada dosen pembimbing.

Secara teknis pengujian validitas konstruksi dapat dibantu dengan

menggunakan kisi-kisi instrumen (seperti yang telah dicontohkan dalam

penyusunan instrumen). Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang akan

diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan dan

pernyataan yang telah dijabarkan dalam indikator. Dengan kisi-kisi soal (tabel

3.1 hal. 34) itu pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan

(56)

H. Metode Analisis Data 1. Data Pretes dan Postes

Data yang telah terkumpul dianalisis dengan penentuan skor antara

soal esai yang satu dengan lain. Untuk jawaban soal nomor 1, 2, 3, 6, 9

dan 12 bila jawaban benar maka skor maksimal adalah 2. Soal nomor 7, 10

dan 13 bila jawaban benar maka skor maksimalnya 3. Soal nomor 4, 5, 8,

11, 14 bila jawaban benar maka skor maksimal adalah 5 sedangkan siswa

yang tidak menjawab atau salah maka skornya 0. Persentase skor yang

diperoleh siswa akan menunjukkan tingkat pemahaman siswa. Tabel 3.4

dibawah ini merupakan ketentuan penskoran pada setiap soal pretes dan

postes.

Tabel 3.4 Ketentuan Penskoran Soal

No soal Indikator Skor

1, 2, 3, 6, 9

dan 12

7, 10 dan 13

4, 5, 8, 11, 14

Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami soal

Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami dan menjelaskan soal

Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami, menganalisis dan aplikasi soal

2

3

5

Maka skor maksimal setiap siswa adalah 46 dan skor minimal adalah

0. Untuk menentukan baik dan kurang baiknya jawaban siswa maka skor

(57)

pemahaman siswa berdasarkan skor yang diperoleh siswa (dapat dilihat

pada tabel 3.5).

Tabel 3.5 Klasifikasi Pemahaman Siswa Berdasarkan Skor

Persentase skor (0/0) Tingkat Pemahaman

87 – 100 Sangat baik

74 – 86 Baik

56 – 73 Cukup

31 – 55 Kurang

≤ 30 Sangat kurang

persentase x10000

um skormaksim

peroleh skoryangdi

skor =

2. Data Wawancara

Hasil wawancara dianalisis untuk mengungkap pemahaman,

miskonsepsi dan perubahan konsep yang terjadi pada siswa. Hasil

wawancara, jawaban soal pretes dan postes siswa dapat memberikan

gambaran pemahaman siswa, letak-letak miskonsepsi serta perubahan

miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas XI TKJ (Teknik Komputer

(58)

40

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2009. Penelitian dimulai

dengan observasi kelas. Kelas yang diobservasi adalah kelas XI TKJ (Teknik

Komunikasi Jaringan) yang merupakan kelas yang belum mendapat materi

tentang Hukum Archimedes. Observasi ini bertujuan agar antara peneliti dan

siswa dapat saling mengenal sehingga komunikasi dapat berjalan dengan

lancar. Selain itu observasi juga bertujuan agar peneliti dapat menyesuaikan

diri dengan lingkungan sekolah dan siswa. Observasi dilakukan satu kali pada

saat jam pelajaran fisika. Setelah observasi, dilakukan pretes kepada siswa.

Data pretes yang diperoleh digunakan untuk mengetahui pengetahuan

awal siswa. Selanjutnya peneliti mengajarkan materi hukum Archimedes

dengan metode demonstrasi di kelas. Pembelajaran metode demonstrasi

dilaksanakan oleh peneliti selama satu kali pertemuan, dimana satu pertemuan

terdiri dari 2 jam pelajaran yaitu selama 90 menit. Pembelajaran dilaksanakan

pada hari Jumat tanggal 9 Oktober 2009 pada jam pelajaran keempat dan

kelima.Kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian:

Observasi : 11 September 2009

Pretes : 2 Oktober 2009

Postes : 9 Oktober 2009

(59)

Pada awal pembelajaran, peneliti memberikan pertanyaan untuk

mengajak siswa berpikir mengenai Hukum Archimedes. Siswa

memperhatikan dan ikut berpartisipasi dengan memberikan jawaban yang

beranekaragam. Kemudian peneliti meminta beberapa siswa maju ke depan

untuk melakukan demonstrasi dengan alat yang telah disiapkan. Demonstrasi

dilakukan oleh siswa dengan petunjuk yang diberikan oleh peneliti. Ada 5

siswa yang bersedia melakukan demonstrasi di depan kelas, dimana ada dua

siswa yang mengikat batu dan mengukur batu saat di udara dengan neraca

pegas. Lalu mereka menunjukkan kepada teman-teman yang lain dan beberapa

ada yang mencoba mengukurnya kembali. Setelah itu siswa mulai mengukur

batu di dalam air dengan memasukkan batu ke dalam wadah air dengan neraca

pegas dan menampung air yang tumpah ke dalam gelas ukur. Salah satu siswa

menuliskan data hasil pengukuran di papan tulis, dimana sebelumnya peneliti

telah membuatkan tabel di papan tulis. Bersama peneliti, siswa-siswa diminta

untuk mengkonversikan satuan volume, menghitung besarnya berat air yang

dipindahkan dan gaya apungnya. Dan membandingkan besarnya gaya apung

dengan berat air yang tumpah untuk menyimpulkan mengenai Hukum

Archimedes. Selanjutnya peneliti memberi pertanyaan mengenai apakah telur

yang masih akan mengapung atau tenggelam bila dimasukkan ke dalam air

asin dan air tawar. Siswa memberikan jawaban yang beranekaragam, ada yang

menjawab tenggelam, mengapung dan tidak tau. Kemudian peneliti meminta

beberapa siswa untuk menemukan jawaban yang benar dengan melakukan

(60)

demonstrasi kedua, lalu siswa yang lain juga ikut mencoba. Setelah

demonstrasi dilakukan siswa berdiskusi bersama peneliti untuk menyimpulkan

mengenai syarat benda mengapung, melayang dan tenggelam. Selanjutnya

peneliti menyampaikan materi mengenai benda mengapung, melayang dan

tenggelam dan siswa memperhatikannya.

A. Data

1. Data Pretes

Pretes diikuti oleh 33 siswa kelas X TKJ (Teknik Komunikasi Jaringan)

SMK N 2 Klaten, semua siswa mengerjakan soal yang berkaitan dengan

Hukum Archimedes (dapat dilihat pada lampiran 2 hal 98-104). Siswa diminta

untuk mengerjakan soal pretes. Waktu untuk mengerjakan pretes adalah 50

menit yang terdiri dari 14 soal. Dengan waktu tersebut hampir setiap siswa

mengerjakan semua soal, namun ada beberapa siswa yang hanya mengerjakan

sebagian soal. data pretes terdapat pada tabel 4.1 di halaman 43.

2. Data Postes

Postes dikuti oleh 33 siswa kelas X TKJ (Teknik Komunikasi Jaringan)

SMK N 2 Klaten, semua siswa mengerjakan soal yang berkaitan dengan

Hukum Archimedes (dapat dilihat pada lampiran 2 hal 98-104). Siswa diminta

untuk mengerjakan soal postes. Waktu untuk mengerjakan postes adalah 50

menit yang terdiri dari 14 soal. Dengan waktu tersebut hampir setiap siswa

(61)

Table 4.1 Nilai Pretes Siswa

No. Kode Siswa

No

Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Skor Pretes

Prosentase Skor Skor

Maks 2 2 2 5 5 2 3 5 2 3 5 2 3 5 46 100

1. 1 1 0 1 0 0 0,5 0 3,5 0,5 0,5 4 0 0,5 3 14,5 31,5

2. 2 1 1,5 2 1 0 0 1 0 0 1 2 0 1 4 14,5 31,5

3. 3 1 2 2 2 0 0.5 1 3 0 1 3 0 1 5 21,5 46,7

4. 4 1 2 2 1 0 1 2 2,5 0,5 1 2,5 0,5 2 5 23 50

5. 5 1,5 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7,5 16,3

6. 6 1 2 2 2 2 1 1 3,5 0,5 1 4 0,5 1 0 21,5 46,7

7. 7 2 1 2 2,5 0 0 1 3 0 1 3 0 1 3,5 20 43,5

8. 8 1 2 2 1 0 1 1 5 0,5 1 5 0,5 1 5 26 56,5

9. 9 1 0 0 0 0 1 0 2 1 0 1,5 1 0 0 7,5 16,3

10. 10 1 2 2 1 0 1 0 3,5 1 2 5 1 1 2 22,5 48,9 11. 11 0 0 2 2 0 0,5 1 3,5 0,5 0 2 0 0 2,5 14 30,4 12. 12 2 2 2 1 0 0,5 0 5 0,5 1 5 0 0 3 22 47,8 13. 13 1 2 2 1 0 0 1 3 0 0 2,5 0 0 4 16,5 35,9 14. 14 0 0 0 0 0 1 1 3,5 1 1 5 0 1 2 15,5 33,7 15. 15 1 0,5 2 2 5 0,5 1 0 1 1 0 0,5 1 5 20,5 44,6 16. 16 1 0 2 2 0 1 0 3,5 1 1 5 0,5 1 2 20 43,5

17. 17 1 2 2 2 0 0 1 3 0 1 4 0 1 5 22 47,8

(62)

23. 23 2 2 2 2 0 1 1 2 1 1 0 0,5 1 5 20,5 44,6 24. 24 2 2 2 2,5 0 1,5 1 3,5 1,5 1 3,5 1,5 1 2,5 25,5 55,4 25. 25 2 0,5 2 1 0 0,5 0 3,5 0,5 0 5 0 0 5 20 43,5 26. 26 1 2 2 2 0 0,5 1 3,5 0,5 0 5 0,5 1 2 21 45,7

27. 27 2 0 2 2 2 0 1 3 0 1 4 0 1 5 23 50

28. 28 1 1 2 2 0 1 0 3 0,5 0,5 1 0 0 5 17 37

29. 29 1 2 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 13

30. 30 1 1,5 2 2 0 1 0 3 0 0 1,5 0 0 0 12 26,1 31. 31 1 2 2 1 0 0 0 3 1 0,5 2 0,5 0 2 15 32,6 32. 32 2 1 2 1 0 0,5 0 3,5 0.5 0 5 0 0 2 17,5 38 33. 33 0 2 2 2 3 0,5 0 3 0,5 0,5 3,5 0 0 1 18 39,1

Jumlah 37,5 41 57,5 49 17 22 18 95 18,5 23 99,5 10,5 20,5 101,5 610,5 Presentase 56,8 62,1 87,1 29,7 10,3 33,3 18,2 57,6 28 23,2 60,3 16 20,7 61,5

Rerata skor

N skor

=

5 , 18

33 5 , 610

(63)

Tabel 4.3 Nilai Postes Siswa

No Kode Siswa

No

Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Skor Postes

Presentase Skor Skor

(64)

23 23 2 2 2 2 2 1,5 1 3 2 1 3 2 1 5 29,5 64,1 24 24 2 2 2 3 5 1,5 1 3,5 2 2 5 1,5 2 5 37,5 81,5 25 25 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3,5 2 3 5 35,5 77,2 26 26 2 2 2 3 2 1,5 2 2 2 1 3 2 2 4 30,5 66,3 27 27 2 2 2 5 5 1 1 4 1 2 4 1,5 1 5 36,5 79,3 28 28 2 2 1,5 2 0 2 1 4 2 1 5 2 1 4 29,5 64,1 29 29 2 2 2 2 2,5 2 2 3 2 1 2 1,5 2 5 31 67,4 30 30 2 2 2 2 2 1 1 3 1,5 1 2,5 1,5 2 2 25,5 55,4 31 31 2 2 2 2 0 2 2 3 2 1 2 1,5 1 3 25,5 55,4 32 32 2 2 2 5 5 1 1 4 2 2 5 1 2 5 39 84,8 33 33 2 1,5 1,5 3 5 1 1 4 1 1 4 1 2 2 30 65,2

Jumlah 60,5 64,5 61 94,5 103 51 49 115,5 54,5 47 117 51 55 139 1063,5 Presentase 91,6 97,7 92,4 57,3 62,4 77,3 49,5 70 82,6 47,5 70,9 77,3 55,5 84,2

Rerata skor

N skor

=

2 , 32

33 5 , 1063

(65)

3. Data Wawancara

Wawancara dilakukan pada 5 siswa yang memiliki skor yang tertinggi

dan yang jawabannya banyak salah. Beberapa soal diajukan kepada 5 siswa

mengenai konsep-konsep yang ada dalam Hukum Archimedes. Ada 2 data

wawancara yaitu data wawancara setelah pretes dan wawancara setelah postes.

Hasil wawancara sebagai berikut:

a. Data Wawancara Pretes

i. Konsep mengenai Gaya ke Atas

Ada beberapa pertanyaan yang diberikan kepada siswa mengenai

konsep gaya ke atas. Berbagai jawaban diberikan oleh siswa, ada yang

dapat menjawab dengan benar dan ada yang masih salah. Konsep

siswa mengenai gaya ke atas masih kurang karena jawaban siswa

masih belum sesuai dengan kon

Gambar

Gambar 2.3 Benda Tenggelam
Gambar 2.4 Benda Melayang
gambar 3.1
Tabel 3.1 Kisi-kisi soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

tolak ukur dari pada efektifitas penegakan hukum 17. Menurut Sugeng Riono, Ketua Pengadilan Negeri Denpasar, bahwa pelaksanaan tugas hakim wasmat selama ini masih

Penyelidikan tanah diperlukan sebagai pendukung dalam menentukan kesesuaian atau kecocokan terhadap suatu kontruksi jembatan, hasil penyelidikan tanah dapat mewakili

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (UULPS), LPS

Kepala Subbagian Tata Usaha UPT Pendataan dan Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan Wilayah I (Cibitung, Tambun Selatan, Tambun Utara, Babelan, Tarumajaya, Sukawangi,

Kerangka pemikiran penelitian mengenai “Hubungan antara Kesepian dan Self Disclosure dengan Perilaku Kecanduan Situs Jejaring Sosial Facebook pada Siswi SMK PGRI

- 6 perkembangan bahasa,dan begitupula terhadap pengaruh kesuburan tanaman Namun, musik modern tertentu yang memekakkan telinga ternyata tidak membawa efek apapun,

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kompos tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap panjang daun dan berat basah tanaman kangkung darat dari saat

Hasil pengamatan umur 8 minggu setelah tanam menunjukkan bahwa perlakuan P6 dosis 300 kg/ha, menghasilkan jumlah daun nyata lebih tinggi dan berbeda nyata terhadap perlakuan P0