• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEGREGASI SOSIAL DALAM PENDIDKAN docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEGREGASI SOSIAL DALAM PENDIDKAN docx"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

SEGREGASI SOSIAL

SISTEM SOSIAL

OLEH :

Errick Worabay

3613100701

M. Akhid Yunanto

3614100052

Putu Audrina Utama

3614100062

Syifa Nashella Rahmah Astaman

3614100071

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, hidayat, dan karunia-Nya semata mendapatkan pelajaran dari segala fenomena yang menandakan kebesaran-Nya. Serta dengan anugerah-Nya pula kami dapat menyelesaikan kajian jurnal mengenai segregasi sosial yang berjudul “SOCIAL SEGREGATION IN SECONDARY SCHOOLS: HOW DOES ENGLAND COMPARE WITH OTHER COUNTRIES?

Kajian ini merupakan bagian dari penyelesaian tugas mata kuliah Sistem Sosial untuk menunjang nilai kurikulum pada tahap persiapan di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.

Dalam kajian ini, dari tahap awal sampai akhir penyelesaian tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarya pada pihak yang terkait. Semoga hasil kajian ini dapat bermanfaat bagi kami, perbendaharaan di tempat kuliah kami, serta masyarakat. Kami mengucapkan terima kasih serta juga memohon maaf jika ada kesalahan kata dan pengetikan dalam laporan kami.

Surabaya, 23 April 2015

(4)

DAFTAR ISI

COVER ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2

BAB II: PEMBAHASAN MATERI INTI ... 3

2.1 Latar Belakang ... 3

2.2 Data dan Metode ... 5

2.3 Hasil Riset ... 5

2.4 Kesimpulan ... 7

BAB III: ANALISA ... 8

BAB IV: KEMUNGKINAN PENERAPAN DI INDONESIA ... 12

BAB V: REKOMENDASI ... 14

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia telah merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 dan dari saat itulah bangsa Indonesia memulai pembangunan yang sebenarnya. Tujuan dari pembangunan yaitu tidak lain adalah menyejahterakan rakyat atau menjadi lebih baik dari sebelumnya. Indonesia terdiri dari pulau-pulau besar maupun kecil yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dan terdiri dari bermacam-macam suku dan kebudayaan. Tidaklah mudah bangsa Indonesia sebagian besar warga masyarakat. Jadi, bisa disimpulkan bahwa permasalahan sosial adalah sebuah gejala atau fenomena yang muncul dalam realitas kehidupan bermasyarakat.

(6)

Mentalitas masyarakat Indonesia dalam sejumlah kajian ahli dianggap memiliki beberapa kelemahan. Hal tersebut dapat dilihat dari pandangan H.J. Boeke, Mochtar Lubis, dan Koentjaraningrat. Kelemahan tersebut pada intinya memiliki sikap mental yang tidak mendukung bagi usaha-usaha pembangunan. Mentalitas yang lemah ini sedikit banyak dipengaruhi oleh permasalahan sosial. Karena itu, perlu dilakukan sebuah upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah ini.

Banyak sekali jurnal tentang studi kasus yang tersebar luas yang membahas tentang masalah-masalah sosial. Jurnal-jurnal tersebut dapat dijadikan acuan untuk mempelajari masalah sosial yang ada, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kemudian, dapat dibuat sebuah analisa yang akan bermanfaat untuk menyelesaikan masalah sosial, sekaligus mengembangkan pembangunan di Indonesia.

Karena itulah, kami di dalam makalah ini akan menjelaskan tentang sebuah permasalahan sosial, yaitu segregasi, berdasarkan jurnal dari negara Inggris dengan judul Social segregation in Secondary Schools: how does England compare with other countries?.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Dari latar belakang diatas, maka tujuan dan manfaat dibuatnya makalah ini adalah, yaitu:

1. Menjelaskan salah satu masalah sosial yang ada dalam masyarakat, yaitu segregasi sosial.

(7)

BAB II

PENJELASAN MATERI INTI

2.1 Latar Belakang

Segregasi sosial yang terjadi dalam lingkup pendidikan, dimana terjadi pengelompokkan sekolah-sekolah berdasarkan tingkat ekonomi seseorang, telah menjadi isu yang sering dibicarakan di Inggris. Segregasi sosial menjadi hangat untuk dibicarakan karena beberapa alasan. Jika prestasi seorang pelajar bergantung atau sesuai dengan prestasi teman-temannya, bisa saja segregasi sosial lebih banyak mempengaruhi ketimbang akademik yang dibutuhkan untuk masa depan. Bahkan, sering kali terjadi perataan nilai-nilai akademik terhadap para pelajar sesuai dengan tingkat ekonomi dari orang tua mereka, yang memperlihatkan bahwa segregasi terlihat lebih menonjol dibandingkan alasan-alasan lainnya. Lalu, apakah tingkat segregasi di Inggris lebih tinggi atau lebih rendah bila dibandingkan dengan negara industri lainnya di Eropa?

Untuk mengetahui hal tersebut, maka tim riset dari Institute for Social and Economic Research (ISER) melakukan penilitan dengan membandingkan tingkat segregasi di Inggris dengan 24 negara industri lainnya di Eropa dengan menggunakan data tahun 2000 dan 2003 secara berkesinambungan, yang dikeluarkan oleh PISA (Programme of International Student Assessment). Tim riset ini juga melakukan studi dengan membandingkan tingkat segregasi di Inggris dengan Skotlandia dan Irlandia Utara yang juga masih berada dalam satu kawasan Britania Raya.

(8)

dekomposisi kuantitatif berdasarkan jenis sekolah untuk dapat menjelaskan pola lintas negara di 25 negara di Eropa yang diamati. Dalam membuat penjelasan ini, tim riset menggunakan data dari PISA mengenai prevalensi pilihan sekolah oleh orang tua dan murid dengan sekolah.

Dengan melakukan banding seperti metode di atas, tim ini menemukan bukti bahwa Inggris berada dalam tingkat segregasi menengah, yang dimana Inggris memiliki tingkat segregasi yang lebih tinggi daripada Skotlandia dan negara bagian Nordic, tetapi tidak juga lebih tinggi dengan Jerman dan negara-negara lainnya, dikarenakan jalur sekolah menengah yang berbeda secara akademik dan teknik antara negara-negara tersebut dengan Inggris.

Lalu, bagaimana seseorang menjelaskan hasil penelitian tingkatan segregasi sosial di Inggris dan pengaruhnya terhadap posisi Inggris di negara-negara Eropa lainnya? Dan bagaimana pelajar dengan berbagai macam latar belakang sosial dan ekonomi tersebar dengan tidak merata di seluruh sekolah di Inggris? Tiga faktor penting yang perlu dipertimbangkan adalah:

1. Tempat tinggal orang tua pelajar dengan latar belakang sosial yang berbeda.

2. Bagaimana orang tua dengan latar belakang sosial yang

berbeda memilih sekolah untuk anak-anak mereka, dan jenis yang seperti apa, semisal sekolah negeri atau sekolah swasta.

3. Bagaimana sekolah memilih murid mereka, mengingat bahwa

faktor yang diperhitungkan dalam penerimaan, termasuk kemampuan, berhubungan dengan latar belakang sosial para orang tua.

(9)

PISA tentang prevalensi pilihan orang tua sekolah, dan prevalensi pilihan sosial dengan metode menyebar kuisioner kepada anak-anak usia 15 tahun di Inggris dan 27 negara-negara industri lainnya di Eropa.

2.3 Hasil Riset

1. Pengamatan Latar Belakang Sosial

Tim riset dari PISA mengatakan bahwa mereka menyebarkan kuisioner kepada anak-anak usia 15 tahun di Inggris dan 27 negara-negara industri lainnya. Dalam kuisioner tersebut, anak-anak ditanya mengenai pekerjaan saat ini atau pekerjaan terakhir dari orang tua mereka. Dari data pekerjaan orang tua para pelajar, tim riset dari PISA memperoleh dua indeks sosial-ekonomi internasional bagi para pelajar yang diusulkan oleh

Ganzeboom (1992). Kemudian, data setiap anak dirubah dari data indeks posisi sosial menjadi dua variabel inti saja, yaitu tinggi dan rendah. Jika tinggi maka nilai indeks mengacu pada nilai di atas rata-rata nasional negara-negara di Eropa, sedangkan rendah mengacu pada nilai yang sama atau di bawah rata-rata. Oleh karena itu, persentase anak-anak yang dibagi dalam dua posisi sosial (tinggi dan rendah) adalah sama di setiap negara di Eropa.

2. Peran dari Sekolah Swasta

(10)

memilih sekolah swasta. Hal ini merupakan salah satu faktor yang memicu terjadinya segregasi sosial dalam lingkup pendidikan. Untuk menyekolah anak-anak mereka, para orang tua harus mampu untuk membayar biaya pendidikan dan juga banyak juga sekolah swasta yang menentukan kriteria penerimaan berdasar kemampuan akademik mereka, yang dimana kemampuan akademik sering kali dihubungkan oleh latar belakang sosial orang tua). Walaupun terjadi hal tersebut, anak-anak usia 15 tahun yang mengemban dunia pendidikan di sekolah swasta di Inggris memiliki nilai lebih kecil jika dibandingkan dengan negara-negara di Eropa lainnya, tetapi nilainya lebih besar bila dibandingkan dengan Skotlandia dan Irlandia Utara. Perancis dan Irlandia adalah dua negara dimana banyak anak usia 15 tahun mengemban pendidikan di sekolah swasta. Dalam kasus Irlandia, nilai anak usia 15 tahun yang bersekolah di sekolah swasta termasuk tinggi karena kualitas manajemen dari sekolah tersebut. Sedangkan dalam kasus Perancis, nilai tinggi disebabkan oleh besarnya pendanaan.

3. Pilihan Sekolah oleh Orang Tua dan Pilihan Siswa oleh Sekolah Penerima PISA memperoleh data dari sekolah-sekolah swasta melalui administrasi sekolah. Mereka bertanya kepada kepala sekolah mengenai kriteria penerimaan bagi siswa baru. Berdasarkan riset, diketahui bahwa faktor utama penerimaan siswa di sekolah mereka ialah berdasarkan pada kemampuan akademik dan adanya rekomendasi dari pihak komite sekolah, yang dimana kemampuan akademik serta rekomendasi ini dilihat dari latar belakang sosial orang tua dari sang anak. Alasan ini disebut sebagai pilihan sekolah.

(11)

4. Segregasi Sosial, Pilihan Orang Tua, dan Pilihan Sekolah

Banyak orang yang menyarankan bahwa pilihan sekolah merupakan faktor penting, yang memicu para orang tua untuk lebih memilih sekolah swasta. Tingkat pemilihan sekolah swasta yang tinggi inilah yang menyebabkan terjadinya segregasi sosial. Selain itu, kewenangan setiap sekolah swasta dalam menentukan kriteria penerimaan siswa juga dapat menyebabkan segregasi sosial, yang dimana terjadi pengelompokkan dengan memilih siswa-siswi dengan nilai akademik yang baik, dan juga latar belakang sosial-ekonomi yang baik atau di atas rata-rata.

2.4 Kesimpulan

(12)

BAB III

ANALISA

Segregasi sosial adalah salah satu bentuk hubungan dalam kelompok sosial. Segregasi merupakan pemisahan kelompok sosial berdasarkan tradisi atau hukum. Kelompok yang mengalami perlakuan ini biasanya berbeda dalam hal asal-usul etnik, agama, kesejahteraan, atau kebudayaan. Segregasi dapat terjadi dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat. Misalnya, dalam hal memperoleh perumahan, pendidikan, pekerjaan, dan penggunaan berbagai fasilitas umum(sarana transportasi, rumah makan, dan lain-lain).

Segregasi adalah lawan kata dari integrasi, yang menunjukkan kecenderungan individu untuk berkelompok sesuai dengan preferensi mereka. Integrasi adalah pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan perhatian khusus pada perbedaan tersebut.

Segregasi sosial terjadi karena adanya heterogenitas sosial. Masyarakat yang begitu beragam menjadikan terbentuknya kelompok-kelompok sosial. Individu-individu dalam kelompok tersebut memiliki kecenderungan untuk mencari kepuasaan berdasarkan preferensi yang ia miliki. Sehingga, dinamika sosial seperti ini terjadi sepertinya bukan karena kelompok tertentu menyepakati secara eksplisit keinginan untuk memisahkan diri, namun karena perilaku individu mendorong terjadinya perilaku bersama (sosial).

(13)

berperan di dalam kelompok tersebut. Hal inilah yang memunculkan banyak kelompok sosial dengan kepentingan yang berbeda-beda.

Dari kelompok-kelompok yang terbentuk ini akan ada satu atau beberapa kelompok yang lebih dominan karena memiliki sesuatu yang lebih dibandingkan kelompok lainnya, misal tingkat kesejahteraan, tingkat pendidikan, pekerjaan, ‘mempagari’ diri mereka dari kehidupan di luar kehidupan mereka. Memang pada awalnya pembangunan perumahan mewah berpagar dibangun dengan tujuan untuk membatasi diri dari persoalan sosial maupun keamanan lingkungan. Akan tetapi konsep perumahan berpagar dewasa ini tidak lagi hanya persoalan keamanan lingkungan, tetapi sudah mengarah pada simbol masyarakat yang berduit. Perumahan berpagar dalam prosesnya membentuk masyarakat berpagar yang dihuni oleh mereka golongan kaya raya yang mempunyai kecenderungan konsumsi dan gaya hidup mewah.

Contoh diatas adalah akibat negatif dari segregasi sosial. Tidak dapat dipungkiri bahwa keadaan masyarakat dewasa ini yang individualistik juga menjadi salah satu faktor utama dalam terjadinya segregasi sosial. Masyarakat sekarang lebih mengutamakan kepentingan mereka sehingga secara sadar ataupun tidak mereka cenderung untuk lebih memprioritaskan hal-hal yang bisa memenuhi kepentingan mereka tersebut.

(14)

Di Indonesia, segregasi sosial dalam hal pendidikan adalah hal yang sudah lumrah terjadi, terutama di kota-kota besar. Disini kami akan menjelaskan segregasi sosial yang sudah terlihat secara fisik.

Saat ini banyak sekolah-sekolah yang sepertinya sengaja dibangun untuk golongan kelompok tertentu. Kebanyakan hal ini terjadi di sekolah-sekolah menciptakan kebijakan-kebijakan, seperti melakukan tes-tes tertentu dalam penerimaan siswa baru sehingga hanya menerima murid-murid yang memenuhi kriteria tertentu. Secara tidak langsung, sekolah-sekolah ini telah melakukan segregasi sosial. Padahal sekolah negeri seharusnya menjadi wadah utama bagi peserta didik dari semua kalangan masyarakat menimba ilmu tanpa diskriminasi dan kastanisasi.

Namun, tidak semua segregasi sosial dalam pendidikan adalah hal yang negatif. Ada beberapa sekolah tertentu yang sengaja dibuat untuk memisahkan calon muridnya dengan yang lain. Sekolah seperti ini disebut sekolah segregasi. Sekolah-sekolah seperti dibuat untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

(15)
(16)

BAB IV

KEMUNGKINAN PENERAPAN DI INDONESIA

Di Indonesia, segregasi sosial adalah suatu hal yang sering terjadi di dalam berbagai sektor masyarakat. Seperti dalam artikel yang kami angkat, segregasi sosial sudah terjadi tidak hanya di Inggris dan negara-negara di Eropa saja, segregasi sosial juga terjadi di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. Seperti di Inggris di mana segregasi sosial terjadi di sekolah-sekolah swasta, hal yang sama juga terjadi di sekolah-sekolah swasta di Indonesia.

Kami mengambil contoh sekolah-sekolah swasta di Indonesia yang ada di Kota Surabaya. Sebagai kota terbesar nomer dua setelah DKI Jakarta, Kota Surabaya memiliki cukup banyak sekolah-sekolah swasta, mulai dari yang terkenal akan kualitas yang baik, hingga biaya yang mahal. Dengan adanya sekolah-sekolah swasta ini, segregasi sosial tidak dapat dihindari lagi.

Salah satu contohnya adalah Sekolah Al-Hikmah.Sekolah berbasis keagamaan yang ada di Surabaya ini memiliki biaya pendidikan yang bisa dikatakan tidak wajar karena biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua murid cukup besar, apalagi jika orang tua memasukkan anaknya di sekolah tersebut dari jenjang TK hingga SMA. Sekolah berbasis keagamaan bisa saja memiliki sisi positif dalam pembenahan karakter serta jasmani dan rohani murid, namun biaya yang tinggi membuat sekolah ini hanya mampu dijangkau oleh kalangan kelas atas.

(17)

perumahan, yang jaraknya jauh dari perumahan. Sehingga, murid-murid yang ada di dalam sekolah tersebut sebagian besarnya adalah anak-anak yang tinggal di Perumahan Citraland. Hal yang sama juga terjadi di Sekolah Cita Hati di Perumahan Pakuwon City.

(18)

BAB V

REKOMENDASI

Segregasi sosial dalam lingkup pendidikan adalah masalah yang tidak dapat diabaikan keberadaannya. Dengan adanya segregasi, maka akan sulit tercapainya integrasi dalam bidang pendidikan sehingga pembangunan di suatu wilayah akan sulit berkembang, karena pembangunan yang berhasil berhubungan dengan kesatuan masyarakat. Karena itu, rekomendasi yang kami berikan, adalah:

1. Pemerintah sekenanya dapat menyediakan fasilitas pendidikan berbasis

sekolah negeri yang jumlahnya seimbang dengan sekolah swasta, lebih baik jika jumlah sekolah negeri dapat melebihi jumlah sekolah swasta. Dengan begitu, pemerataan pemilihan sekolah berdasarkan latar belakang sosial-ekonomi akan terjadi, yang dimana pengelompokkan sosial akan semakin berkurang.

2. Tidak hanya meningkatkan dari segi kuantitas namun harus juga meningkatkan kualitas sekolah negeri yang berguna agar masyarakat tidak perlu mencari alternatif untuk pendidikan yaitu sekolah swasta yang pada kenyataannya hanya bisa dimasuki oleh murid-murid tertentu.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Jenkins, Stephen P., Micklewright, John, and Schnepf, Sylke V. (January 2006) ‘Social Segregation in Secondary Schools: How Does England Compare With Other Countries?’, ISER Working Paper 2006-2. Colchester: University of Essex.

Allen, R. & Vignoles, A. (2006 forthcoming) A critique of research on measuring social segregation in schools 1989 to 2004, Working paper, February 2006 (London, Institute of Education).

Atkinson, A.B., Rainwater, L., & Smeeding, T.M. (1995) Income distribution in OECD countries: evidence from the Luxembourg Income Study (Paris, OECD).

Burgess, S., McConnell, B., Propper, C., & Wilson, D. (2004) Sorting and choice in English secondary schools, CMPO Working Paper 04/111, October 2004 Department for Education and Skills (DfES) (2005) Higher standards, better schools .

Geertz, Clifford. 1986. Mojokuto : Dinamika Sosial Sebuah Kota di Jawa. Cetakan Pertama, Pustaka Grafitipers. Jakarta.

http://maarifinstitute.org/id/opini/187/ancaman-ekstremisme-di-institusi-pendidikan dan

Referensi

Dokumen terkait

Setelah ditentukan dalam peringatan (Aan maning) sudah lewat dan ternyata pihak yang kalah tidak menjalankan putusan, dan tidak mau menghadiri panggilan sidang peringatan tanpa

Pengembangan itik di Kabupaten Brebes dan Kabupaten Pemalang sangat potensial dikarenakan karakteristik komoditas yang sesuai, LQ yang tinggi serta ROI yang tinggi

Hasil penelitian menunjukan bahwa kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, kebijakan utang, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap

Menurut adat masyarakat suku Talang Mamak, bagi anak laki-laki yang sudah menikah maka akan tinggal dipekarangan tempat tinggal orangtua perempuan dan hidup dalam

Hal ini dapat juga kita lihat pada selisih perbedaan rerata dari keempat merk tersebut dimana selisih rerata induksi elektromagnetik antara merk Samsung dengan

 Objek pembahasan merupakan Perancangan Kembali Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo yaitu perancangan yang berupa pondok pesantren yang lebih

Tokoh penganjur sejarah sebagai seni adalah George Macauly Travelyan. Ia menyatakan bahwa menulis sebuah kisah peristiwa sejarah tidaklah mudah, karena memerlukan imajinasi dan

a) Untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Dengan perolehan SHU yang diterima koperasi, maka dana tersebut memungkinkan untuk menanggulangi akan kebutuhan finansial yang terjadi