• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TIND

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TIND"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINDAKAN CUCI TANGAN PADA ANAK SD KEDOKANSAYANG 02

KABUPATEN TEGAL Eka Mardiyanti

Jurusan Keperawatan, STIKES Bhakti Mandala Slawi 52416, Tegal, Indonesia

Email : ekamardiyanti1703@yahoo.com

ABSTRAK

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu yang didapatkan melalui panca indera. Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pendidikan, umur, lingkungan dan informasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan cuci tangan pada anak SD Kedokansayang 02 Kabupaten Tegal. Desain penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 76 orang dengan teknik total sampling. Teknik analisa datanya menggunakan analisa univariat dengan distribusi frekuensi dari analisa bivariat yaitu menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan cuci tangan.

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Cuci Tangan.

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah kesejahteraan dari badan, jiwa, sosial yang memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Richo, 2009). Perilaku sehat mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), yang saat ini juga telah menjadi perhatian dunia. Hal ini karena kurangnya praktek perilaku mencuci tangan tidak hanya terjadi di negara–negara berkembang saja tetapi ternyata di negara maju pun kebanyakan masyarakat masih enggan untuk melakukan cuci tangan. Usia anak sekolah merupakan masa rawan untuk terserang penyakit. Beberapa penyakit yang diderita anak sekolah seperti diare, cacingan dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) (Fajriati, 2013).

Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh factor - faktor seperti pengetahuan, sikap, motivasi dan lingkungan (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut (Sunaryo, 2014).

(2)

dilakukan oleh Asfan pada tahun 2013 juga menunjukkan ada hubungan signifikan yang sangat kuat antara pengetahuan dan sikap terhadap cuci tangan.

Menurut Sunaryo (2012) pengetahuan merupakan domain terpenting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penerapan perilaku hidup sehat tidak hanya melibatkan peran sekolah saja yang berpengaruh, tetapi peran peran orang tua sangat dibutuhkan agar pengetahuan siswa tentang perilaku hidup sehat menjadi lebih tinggi. Hal ini disebabkan orang tua merupakan pendidik pertama sehingga orang tua diharapkan memberikan arahan dan bimbingan yang baik kepada anaknya (Alif, 2014).

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SD Kedokansayang 02 diperoleh data dari hasil observasi awal siswa tidak mencuci tangan sebelum dan setelah makan serta kuku tangan yang terlihat kotor dan panjang. Selain itu juga, saat jam istirahat anak sekolah membeli jajan tanpa memperhatikan kebersihannya. Kurangnya fasilitas untuk mencuci tangan juga menyebabkan siswa tidak mencuci tangan. Hasil wawancara dengan siswa mengatakan kadang perutnya merasa sakit setelah jajan di sekolah dan informasi dari guru hasil setiap bulannya ada siswa yang tidak masuk sekolah karena diare. Data didapatkan bahwa anak yang pernah mengalami diare kurang memahami dan tidak melakukan CTPS dengan baik dan benar, walaupun sering diajarkan oleh guru dan orang tua di rumah. Melihat kejadian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan

Tindakan Cuci Tangan pada Anak SD Kedokansayang 02 Kab. Tegal”.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian adalah jenis kuantitatif karena penelitian ini disajikan dengan angka– angka. Termasuk dalam penelitian yang bersifat deskriptif korelasi yaitu untuk mengetahui hubungan antara suatu variabel dengan variabel lain, kemudian diidentifikasi pula variabel lain yang ada pada objek yang sama dan dilihat apakah ada hubungan antara keduanya (Notoatmodjo, 2010).

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian cross sectional yaitu metode pengambilan data yang dilakukan pada waktu yang sama dengan subjek yang berbeda. Metode ini bertujuan agar diperoleh data lengkap dalam waktu yang relatif cepat (Arikunto, 2006). Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan cuci tangan pada anak SD Kedokansayang 02 Kabupaten Tegal. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampel, jadi besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 76 siswa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS UNIVARIAT

(3)

TINGKAT PENGETAHUAN

Kategori Frekuensi (%)

Baik 38 50

Cukup 36 47,4

Kurang 2 2,6

Total 76 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu 38 orang (50%), ditunjukan dengan banyak responden yang mengerti tentang pengertian cuci tangan serta menurut responden mencuci tangan yang baik adalah dengan air mengalir dan sabun.

TINDAKAN CUCI TANGAN

Cuci Tangan Frekuensi (%)

Baik 39 51,3

Cukup Kurang

37 0

48,7 0

Total 76 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden yang melakukan tindakan cuci tangan dengan baik yaitu sebanyak 39 orang (51,3%), dengan hasil banyak dari responden yang menjawab pernyataan selalu melakukan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah bermain serta buang air besar.

ANALISIS BIVARIAT

Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan cuci tangan pada anak SD Kedokansayang 02 Kabupaten Tegal. Hubungan kedua variabel tersebut dapat diketahui dari hasil uji chi square.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT

PENGETAHUAN DAN TINDAKAN CUCI TANGAN (N=76)

Pengeta

huan Cuci Tangan Total X² valueP

Baik Cukup N

Baik 25 13 38 7.520 0,023

Cukup 14 22 36

Buruk 0 2 2

Total 39 39 76

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden dengan pengetahuan baik adalah 50%, pengetahuan cukup 47,4 %

sedangkan pengetahuan yang buruk 2,6%. Responden dengan tindakan cuci tangan yang baik sebesar 51,3% sedangkan responden dengan tindakan cuci tangan yang cukup sebesar 48,7%. Hasil hitung dari nilai Chi-Square 7.520 dan p-value (0,023) < 0,05. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan tindakan cuci tangan.

PEMBAHASAN PENGETAHUAN

Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu atau diperoleh dari pengalaman. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membetuk tindakan seseorang.

(4)

mampu menjawab dengan benar pertanyaan 40-55% dari seluruh jawaban.

Hasil analisa berdasarkan distribusi tingkat pengetahuan menunjukan responden yang berpengetahuan baik yaitu sebanyak 38 responden (50%), berpengetahuan cukup 36 responden (47,4%) sisanya berpengetahuan kurang sebanyak 2 responden (2,6%).

Penelitian yang sama dilakukan oleh Alif (2014) deskripsi responden berdasarkan tingkat pengetahuan menunjukan 72 responden (81,3%) adalah berpengetahuan baik. Hasil penelitian yang sama kemungkinan dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan informasi yang mereka dapatkan baik dari guru, orang tua mau pun media elektronik sehingga membiasakan mereka untuk melakukan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Mereka mengerti dengan sering melakukan cuci tangan maka akan terhindar dari berbagai macam penyakit seperti diare, cacingan. Hasil penelitian yang sama juga dipengaruhi oleh teknik pengambilan sampel yaitu total sampling, dengan adanya teknik pengambilan sampel yang sama ada kemungkinan kriteria dari responden itu tidak jauh berbeda. Dengan terjadinya peningkatan pengetahuan cuci tangan maka dapat meningkatkan kepatuhan untuk melakukan tindakan cuci tangan, hal ini dibuktikan dari penelitian Zuraidah (2013) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan mencuci tangan. Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan cuci tangan adalah pendidikan. minat, pengalaman, umur, sosial budaya, serta individu itu sendiri menurut Wawan dan Dewi (2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan responden yang banyak menjawab

pernyataan dengan benar adalah kelas 6 hal ini di pengaruhi karena faktor pendidikan dan umur. Hasil wawancara dengan guru juga mengatakan menciptakan kebiasaan diri untuk mencuci tangan pada kelas 6 lebih mudah di bandingkan pada kelas 4 karena pada anak kelas 4 pengetahun mereka hanya sebatas mencuci tangan biasa saja mengunakan air, mereka belum memahami betul pentingnya menjaga kesehatan tangan.

TINDAKAN CUCI TANGAN

Tindakan merupakan perilaku yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak disadari. Perilaku atau tindakan adalah kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Faktor - faktor yang mempengaruhi tindakan cuci tangan antara lain pengetahuan, sikap, motivasi serta lingkungan (Nursalam, 2008).

Dari hasil penelitian diperoleh data responden yang melakukan tindakan cuci tangan dengan baik yaitu 51,3%, sedangkan responden yang melakukan tindakan cuci tangan dengan nilai cukup yaitu 48,7%. Penelitian yang sama dilakukan oleh Ratna (2015) deskripsi responden berdasarkatn tindakan cuci tangan dengan hasil menunjukan tindakan cuci tangan yang dilakukan dengan baik sebanyak 25 anak (83.3%).

(5)

Letak kran-kran air yang jauh membuat siswa jarang mencuci tangan. Mereka mencuci tangan hanya ketika tangan kotor setelah makan jajan atau bermain.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT

PENGETAHUAN DENGAN

TINDAKAN CUCI TANGAN

Data yang diperoleh bahwa responden dengan pengetahuan baik adalah 50%,

pengetahuan cukup 47,4 % sedangkan pengetahuan kurang 2,6%. Responden dengan tindakan cuci tangan yang baik sebesar 51,3% sedangkan responden dengan tindakan cuci tangan yang cukup sebesar 48,7%. Hasil hitung dari nilai Chi-Square 7.520 dan p-value (0,023) < 0,05. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan tindakan cuci tangan.

Dari jumlah seluruh tingkat pengetahuan yang baik yaitu 50% responden, yang melakukan tindakan cuci tangan cukup yaitu 34,2% sedangkan yang melakukan tindakan cuci tangan baik 65,8%. Total jumlah tingkat pengetahuan cukup yaitu 47,4% responden, yang melakukan tindakan cuci tangan cukup 61,1% sedangkan yang melakukan tindakan cuci tangan baik 38,9%, sedangkan jumlah seluruh tingkat pengetahuan buruk yaitu 2,6%, mereka yang mempunyai pengetahuan buruk melakukan tindakan cuci tangan dengan nilai cukup100%.

Pengetahuan cuci tangan akan berhasil ketika sudah tertanam kebiasaan dan juga tersedianya sarana dan prasarana untuk mencuci tangan, penyediaan air bersih dan juga sabun untuk mencuci tangan sangat diperlukan. Berdasarkan hasil penelitian sekolah belum menyediakan fasilitias air mengalir untuk mencuci tangan, ini

dibuktikan dengan masih adanya waskom di depan kelas untuk mencuci tangan dan terdapat beberapa kran tetapi kran ini biasanya digunakan untuk menyiram tanaman atau berwudhu. Hal ini menunjukan bahwa sekolah sudah mulai menyadari pentingnya cuci tangan bagi para siswa.

Hasil penelitian Zuraidah (2013) di daerah palembang menunjukan juga terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh pendidikan kesehatan dan pengetahuan dengan tindakan cuci tangan pakai sabun dimana dalam penelitian tersebut nilai p value nya (0.012) < 0.05.

Hasil penelitan ditempat lainnya juga menunjukan hasil yang sama Khoiruddin dkk (2015) dengan judul “Tingkat Pengetahuan Berhubungan dengan Sikap Cuci Tangan Bersih Pakai Sabun Sebelum dan Setelah Makan Pada Siswa SDN Ngebel Bantul Jogakarta” Hasil analisis diperoleh nilai r sebesar 0,236 dan p-value=0,001 yang artinya terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang cuci tangan dengan sikap cuci tangan sebelum dan setelah makan dengan tingkat keeratan yang lemah.

(6)

SIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan tindakan cuci tangan yang signifikan dengan nilai Chi-Square 5.284 dan p-value (0,023) < 0,05, dengan nilai

X²hitung = 7.520 > X²Tabel= 3,84.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini maka ada beberapa saran yang dapat peneliti berikan antara lain sebagai berikut:

Saran Keilmuan

Agar SD Kedokansayang dapat memberikan pendidikan tentang pentingnya cuci tangan secara rutin agar dapat menambah pengetahuan siswa dan meberikan kesadaran siswa untuk selalu mencuci tangan.

Saran Aplikatif

Diharapkan Dinas Kesehatan terkait selalu berkordinasi dengan pihak sekolah untuk selalu melakukan kegiatan rutin menggadakan program PHBS khusunya program cuci tangan secara berkala. Pihak sekolah diharapkan bisa menyedikan sarana dan prasaran cuci tangan di sekitar lingkungan sekolah, seperti membangun tempat cuci tangan di setiap kelas.

Saran Metodologi

Diharapkan pihak sekolah selau

mengupdate informasi khusunya

berhubungan dengan cuci tangan, serta bisa menjadikan cuci tangan kegiatan rutin dilakukan di sekolah agar kedepanya sekolah dapat membuat jurnal tentang cuci tangan dan bisa dijadikan referensi bagi ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggrainy R. (2010). Cuci tangan pakai sabun untuk menurunkan angka diare di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam program mendukung perilaku hidup bersih. Diunduh

http://www.perilakuhidupbersih(P HBS).com. April 2017.

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC.

Arikunto, S . (2006). Prosedur penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

_______. (2010). Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Batanoa, J. (2008). Kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare. Jakarta: EGC.

Depkes, RI. (2011). Pusat promosi kesehatan pedoman dan pelatihan

PHBS. Diunduh:

http://www.promkes.depkes.go.id. Januari 2017

__________. (2009). Buku panduan peringatan hari cuci tangan pakai sabun sedunia, Kedua. Jakarta: Depatemen Kesehatan RI.

(7)

Fajriati, W. (2013). Kebiasaan cuci tangan pakai sabun di rumah sakit. Diunduh: http://healt.kompas.com. Januari 2017.

Hendra . (2007). Permasalahan umum kesehatan anak usia sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Hidayat, A. (2007). Metode penelitian dan teknik analisa data. Jakarta: Salemba Medika.

Hardiyansyah. (2006). Perkembangan anak. Jakarta: Erlangga.

Jacob, A, dkk. (2014). Buku ajar clinical nursing procedures, edisi 2. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011

Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Diunduh : http://www.depkes.go.id. Desember 2016.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2012). Program dokter kecil wujudkan generasi sehat. Diunduh: http://www.kemendikbud.go.id. Desember 2016.

_________________. (2012). Pedoman pelaksanaan UKS di Sekolah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kementrian Kesehatan RI. (2010). Buku panduan hari cuci tangan pakai

sabun sedunia. Diunduh: http://www.panduan.hctps10.ok. Januari 2017.

Khoiruddin & dkk. (2015). Tingkat pengetahuan berhubungan dengan sikap cuci tangan bersih pakai sabun sebelum dan setelah makan pada siswaSDN Ngebel Tamantirta, Kasian, Bantul, Jogjakarta. Diunduh: http://jurnal.ipi362266.pdf April 2017.

Lestari. (2008). Cuci tangan cara mudah mencegah penyakit. Diunduh:

http://n-lestari.blogspot.com/2008/05/mencuc i-tangan-cara-mudah-menghindari-penyakit. Desember 2016

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

________________. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

________________. (2011). Promosi kesehatan dan ilmu kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

_______________. (2012). Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

(8)

konsep, proses, dan praktik edisi 4. Jakarta: EGC.

Ngalim, P. (2013). Panduan penelitian tindakan kelas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Retno, W. (2013). Hubungan antara perilaku mencuci tangan dengan insiden diare pada anak usia sekolah di Kabupaten Jember. Diunduh: http://jurnal.ipi362272.pdf Januari 2017.

Richo. (2009). Undang-undang praktek kesehatan kedokteran. Yogyakarta: Redaksi New Merah Putih.

Rikwidikdo. (2013). Statistik kesehatan. Yogyakarta: Rohima Press.

Rosyidah, N A. (2014). (Skripsi). Hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare di SDN Ciputat 02. Jakarta: Fak.Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah. Februari 2017.

Subea. (2010). Gastroenterologi anak. Jakarta: Sagung Seto.

Sunaryo. (2014). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC.

_______. (2012). Promosi kesehatan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sunarto, & Artono, A. (2008). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Setiadi. (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metodelogi penelitian kuantitatif kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Syahputri.(2011). (Skripsi). Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada balita usia 1-3 tahun. Diunduh: http://www.perilaku.hidup.bersih(PH BS).com Januari 2017.

Tamaji, A. (2014). (Skripsi). Tingkat pengetahuan siswa sekolah dasar kelas IV dan V tentang perilaku hidup sehat di SDN Gentan Kabupaten Sleman. Yogyakarta: Fak. Ilmu Keolahragaan, UNY. Januari 2017.

Wawan, A & Dewi, M. (2011). Pengetahuan, sikap dan perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wawan, A. (2011). Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, perilaku manusia. Yogyakart: Nuha Medika.

Wong, D. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. Volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Adapun proses kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk pembinaan dan pendampingan pada kedua Sekolah Menengah tersebut yaitu, (1) Memberikan wawasan pentingnya

Hasil dari postes tersebut adalah 33 siswa dinilai telah memahami langkah – langkah penyelesaian soal hitung campur, dan 27 diantaranya mengalami ketuntasan dalam nilai

dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran pair check terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV di SDN 37 Cakranegara tahun

Kualitas asupan makanan yang baik merupakan komponen penting dalam makanan anak karena mengandung sumber zat gizi makro (energi, lemak, protein, karbohidrat ) dan mikro yang

Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap objek penelitian yaitu implementasi

Mengacu berbagai riset yang telah dilakukan beberapa ilmuwan, selanjutnya akan diungkap pengaruh posisi rekombinasi terhadap kinerja pemisahan fasa gas-cair

Pada Variabel loyalitas pelanggan terdapat nilai yang rendah pada indikator pelanggan mengajak orang lain untuk mencoba produk (Y2.4) dengan persentase 76,0% maka

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaiamana pengaruh pemahaman zakat profesi terhadap kewajiban membayar zakat pada Aparatur Sipil Negara (ASN) di