• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN LANGKAH – LANGKAH PENYELESAIAN SOAL MATEMATIKA MATERI HITUNG CAMPUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERITA DI KELAS III SD TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA Penelitian Pra Eksperimen SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN LANGKAH – LANGKAH PENYELESAIAN SOAL MATEMATIKA MATERI HITUNG CAMPUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERITA DI KELAS III SD TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA Penelitian Pra Eksperimen SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN

MENENTUKAN LANGKAH – LANGKAH PENYELESAIAN SOAL MATEMATIKA MATERI HITUNG CAMPUR

DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERITA DI KELAS III SD TARAKANITA BUMIJO

YOGYAKARTA

Penelitian Pra Eksperimen

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh :

F. Rustiati ( 071134060 )

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Hasil penelitian ini saya persembahkan kepada :

1. Tuhan Yang Maha Kasih

2. Pimpinan beserta Staff Yayasan Tarakanita Cabang Yogyakarta 3. Semua rekan guru SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta

4. Suami dan anak – anakku tercinta

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, 14 Januari 2010

Penulis

(6)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Francisca Rustiati

Nomor Mahasiswa : 071134060

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN LANGKAH – LANGKAH

PENYELESAIAN SOAL MATEMATIKA MATERI HITUNG CAMPUR DENGAN

MENGGUNAKAN METODE CERITA DI KELAS III SD TARAKANITA BUMIJO

YOGYAKARTA ” Penelitian Pra Eksperimen beserta perangkat yang diperlukan ( bila ada ). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan data, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannyadi internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 14 Januari 2010 Yang menyatakan

(7)

ABSTRAK

Peningkatan Kemampuan Menentukan Langkah – Langkah Penyelesaian Soal Matematika Materi Hitung Dengan Menggunakan Metode Cerita di Kelas III SD Tarakanita Bumijo

Yogyakarta

Francisca Rustiati 071134060

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Selama tiga tahun berturut – turut peneliti mengajar di SD Tarakanita, siswa kelas III mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika materi hitung campur. Kesulitan tersebut terletak pada bagaimana menentukan urutan langkah penyelesaian soal dengan benar.

Untuk mengatasi hal tersebut peneliti mengambil metode cerita di mana dalam metode tersebut dihadirkan cerita yang diharapkan mampu membangkitkan imaginasi siswa. Kemudian tokoh – tokoh cerita tersebut dipadankan dengan operasi hitung dalam soal hitung campur sesuai dengan kuat lemahnya operasi hitung. Diharapkan dengan pemadanan tersebut siswa akan tertuntun oleh imaginasinya dalam menentukan langkah – langkah penyelesaian soal hitung campur secara benar. Metode ini hanya membantu siswa dalam menentukan langkah penyelesaian soal saja, sedangkan bagaimana siswa melakukan operasi hitung tidak terbantu lewat metode ini.

Data yang diperlukan adalah hasil pekerjaan siswa yang diperoleh dengan memberikan tes uraian di mana siswa diminta menjawab dengan mencantumkan langkah – langkah pengerjaannya. Dari jawaban siswa itulah akan diketahui tingkat kemampuan siswa dalam menentukan langkah – langkah penyelesaian soal.

Setelah dilakukan penelitian, diketahui kemudian bahwa ada kecenderungan peningkatan kemampuan siswa dalam menentukan langkah – langkah penyelesaian soal hitung campur secara benar. Dari 36 siswa terdapat 32 siswa yang mengalami peningkatan nilai langkah dan 24 anak mencapai ketuntasan. Namun begitu terdapat beberapa siswa yang belum dapat memperoleh nilai yang memuaskan karena faktor ketidaktelitian, kekurangmampuan siswa dalam melakukan operasi hitung, dan ketidakcocokan metode ini pada siswa.

(8)

ABSTRACT

The Improvement of The Ability To Decide Steps In Solving The Problem of Mixing Counting Material Test of Mathematic By Using Story Method In The Third Grade of Yogyakarta

Tarakanita Bumijo Elementary School

Francisca Rustiati

071134060

Teacher Training and Education Faculty

Elementary School Teacher’ Training Study Program

For 3 yearsteaching in grade 3 at Tarakanita Elementary School, the writer found

that the students had problem in solving themixing counting material of mathematic. The problem is on how deciding the steps to solve the problem properly.

To solve the problem, the writer used a story method ti rise counting operation in

counting mixing test which was placed on the strenght of the counting operation. By usingthe

method,the writer hoped the students had imagination to decide the steps to solve the mixing

counting test properly. This method helps students in deciding the steps, but not in how to do counting operation.

The writer got the data from the students work sheet, in the form of explain test with the steps. From the work sheet, the writer know the students ability in solving the problem.

Based on the research, there is an improvement in the students’ability to solve the mixing counting operation properly. The mark of 32 students of 36 increased 24 students reached the standard. But there are some students couldn’t reach the standard because of their not accuracy disability, and not settlement.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kasih, sebab berkat bimbingan dan limpahan kasih-Nya, karya tulis yang berjudul : PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN LANGKAH – LANGKAH PENYELESAIAN SOAL

MATEMATIKA MATERI HITUNG CAMPUR DENGAN MENGGUNAKAN

METODE CERITA DI KELAS III SD TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA ini dapat terselesaikan.

Saya menyadari bahwa karya ini tidak mungkin dapat selesai apabila tanpa bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu saya sampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Dra. Sr. Surani, CB beserta staff Yayasan Tarakanita cabang Yogyakarta atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan kuliah hingga jenjang S1 PGSD di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Prof. St. Suwarsono Ph.D dan Bapak Drs. Th. Sugiarto P, M. T. , sebagai dosen pembimbing yang banyak memberi arahan hingga berakhirnya karya tulis ini. 3. Suami dan anak – anak tercinta atas semua dukungan dan pengertian, serta semua

budhe dan keponakan yang bersedia menjaga anak – anak selama proses pembuatan naskah ini.

4. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas semua dorongan, pertimbangan serta perhatian, hingga karya ini dapat terselesaikan.

(10)

bagi pengembangan dunia pendidikan terutama pendidikan Sekolah Dasar dan pembelajaran Matematika pada khususnya.

Yogyakarta, July 2009

Penulis

F. Rustiati

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 2

C. Perumusan Masalah ... 3

D. Batasan Istilah ... 3

E. Pembatasan Masalah ... 3

F. Tujuan Penelitian ... 4

G. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis ... 5

(12)

2. Hitung Campur Pada Pelajaran Matematika ... 6

3. Peranan Cerita Bagi Pendidikan Anak ... 7

4. Peranan Cerita Bagi Pembelajaran Matematika ... 9

5. Penggunaan Cerita Putri Tidur Dalam Operasi Hitung Campur .... 9

B. Kerangka Berpikir ... 13

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 15

B. Setting ... 15

1. Subyek Penelitian... 15

2. Obyek Penelitian ... 15

3. Lama Penelitian ... 15

4. Lokasi Penelitian ... 16

5. Jadwal Penelitian ... 16

6. Keadaan Kelas III B1 ... 16

7. Data dan Pengumpilan Data ... 18

8. Analisis Data ... 18

C. Prosedur Penelitian ... 20

1. Persiapan ... 20

a. Menyusun Silabus ... 21

b. Menyusun RPP ... 21

c. Menyusun LKS ... 21

d. Lembar Penilaian ... 21

e. Mata Pelajaran Terkait ... 22

(13)

a. Pertemuan Pertama ... 23

b. Pertemuan Kedua ... 24

c. Pertemuan Ketiga ... 24

d. Pertemuan Keempat ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 26

B. Analisis Data ... 28

C. Pembahasan ... 29

1. Pretes ... 29

2. Postes ... 31

a. Siswa yang Mengalami Kenaikan Nilai Baik Langkah Maupun Hasil, dan Mengalami Ketuntasan ... 32

b. Siswa yang Mengalami Kenaikan Nilai Baik Langkah Maupun Hasil Namun Tidak Tuntas ... 32

c. Siswa yang Nilai Langkah dan Hasil Meningkat, Nilai Langkah Tuntas Namun Nilai Hasil Tidak Tuntas ... 33

d. Siswa yang Tidak Mengalami Peningkatan Apapun ... 34

e. Siswa yang Nilai Langkah Meningkat, Nilai Hasil Turun, Namun Tetap Mencapai Ketuntasan ... 35

f.Siswa yang Nilai Langkah Meningkat dan Mencapai Ketuntasan, Nilai Hasil Menurun dan Tidak Mengalami Ketuntasan ... 35

(14)

Namun Mengalami Ketuntasan Baik Nilai Langkah Maupun

Hasil. ... 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 37

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 16

Tabel 3.2 Daftar Nomer Induk Siswa ... 17

Tabel 3.3 Contoh Lembar Penilaian ... 20

Tabel 3.4 Tabel Keterkaitan Antar Mata Pelajaran ... 23

Tabel 4.1 Data Penelitian ... 27

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

I. LKS I ... 40

LKS II ... 41

II. Soal Pretes ... 42

Soal Postes ... 43

III. Kisi – kisi soal pretes ... 44

Kisi – kisi soal postes ... 45

IV. SILABUS ... 46

V. RPP I ... 48

RPP II ... 50

VI. Kertas kerja pretes siswa ...

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika adalah mata pelajaran yang memuat konsep – konsep yang abstrak di

mana hal ini kurang sesuai dengan kondisi psikologi anak usia sekolah dasar yang sedang

memasuki tahap operasional kongkrit. Maka dari itu pelajaran ini bagi kebanyakan anak

termasuk mata pelajaran yang sulit, terlebih pada materi hitung campur.

Hitung campur adalah materi pembelajaran matematika yang sudah menggunakan

campuran dari beberapa operasi bilangan seperti perkalian, pembagian, penjumlahan, dan

pengurangan dalam satu kalimat matematika. Di kelas III materi ini termasuk

materi yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi karena dalam menyelesaikan satu soal

siswa harus melalui beberapa langkah penyelesaian. Banyak siswa salah dalam

menentukan urutan langkah – langkah pengerjaannya. Hal itu yang menyebabkan banyak

siswa kelas III memiliki nilai rendah. Di samping itu hal lain yang memungkinkan siswa

kurang mendapat nilai maksimal untuk materi ini adalah faktor ketidaktelitian siswa dalam

menghitung. Untuk menyelesaikan soal hitung campur, siswa dituntut lebih teliti lagi

karena langkah penyelesaian soal yang melalui beberapa tahap.

Selama ini, materi ini diajarkan secara konvensional, yaitu dengan memberi tahu

operasi mana yang harus dikerjakan lebih dulu. Namun cara ini rupanya kurang efektif

terbukti dengan banyaknya siswa yang belum dapat mencapai nilai yang diharapkan. Hal

ini dapat dipahami karena dengan sekedar memberi tahu belum membuat materi tersebut

(18)

harus diselesaikan, siswa cenderung bingung dan lupa mana dulu yang akan dihitung meskipun guru baru saja menjelaskan hal tersebut.

Untuk mengatasi hal ini peneliti memilih metode cerita. Pemilihan metode ini didasarkan pada kondisi psikologi anak yang sedang dalam masa operasional kongkrit. Di samping itu cerita sangat akrab dan disukai oleh anak – anak. Dalam metode ini disampaikan cerita yang diharapkan mampu membangkitkan daya imaginasi siswa. Dengan imaginasi siswa yang terbentuk lewat cerita itu, peneliti memanfaatkan perlakuan pada para tokoh cerita untuk menuntun siswa dalam menentukan langkah penyelesaian soal – soal materi hitung campur. Dengan demikian pelajaran matematika yang abstrak ini dapat menjadi kongkrit dengan menggunakan imaginasi siswa.

Pada penelitian ini, peneliti lebih menitik beratkan pada langkah – langkah penyelesaian soal karena peneliti mengetahui bahwa untuk kemampuan mengerjakan (melakukan operasi hitung) sebagian siswa telah menguasainya karena telah diajarkan sejak kelas satu.

B. Identifikasi Masalah

(19)

dikerjakan, sehingga hasil akhirnya juga menjadi salah. Hal ini karena mereka terbiasa menyelesaikan operasi hitung dari kiri ke kanan.

C. Perumusan Masalah

Apakah pemanfaatan metode cerita, dapat membantu siswa dalam menentukan langkah – langkah penyelesaian soal hitung campur dengan benar?

D. Batasan Istilah

1. Operasi hitung campur adalah operasi hitung yang melibatkan lebih dari satu operasi hitung dalam satu kalimat matematika.

2. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika materi hitung campur adalah dapat atau tidaknya siswa menggunakan langkah – langkah pengerjaan yang tepat dalam menyelesaikan soal hitung campur.

3. Metode cerita adalah metode dimana guru menyajikan cerita terlebih dahulu untuk membangun imaginasi siswa. Imaginasi yang telah terbangun itulah yang digunakan siswa dalam membantu menyelesaikan soal hitung campur.

E. Pembatasan Masalah

(20)

Hal ini dikarenakan di kelas III, materi ini termasuk baru dan menjadi dasar bagi kelas selanjutnya. Selain itu operasi hitung yang dipakai masih terbatas pada perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan dan penggunaan tanda kurung untuk operasi matematika di atas.

F. Tujuan Penelitian

Mengetahui apakah metode cerita dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menentukan langkah – langkah penyelesaian soal – soal hitung campur.

G. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti.

Sebagai sarana untuk mendapatkan pengalaman melakukan penelitian pra eksperimen yang akan dapat dikembangkan lebih lanjut.

2. Bagi guru dan kepala sekolah.

Memberi masukan bagi guru dan kepala sekolah dalam penggunaan metode cerita dalam pelajaran matematika materi hitung campur sebagai salah satu metode pengajaran matematika.

3. Bagi siswa

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Perkembangan Kognitif Anak Menurut Piaget

Menurut Piaget, yang dipetik peneliti dari buku Pengantar Psikologi karangan Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson, dan Ernest R. Hilgard, ( 1983 : 97 ) perkembangan kemampuan kognitif anak adalah sebagai berikut :

a. 0 – 2 tahun, tahap sensorimotor

Tahap ketika pemahaman anak berdasarkan pada indra ( sens ) dan gerak ( motor )

b. 2 – 7 tahun, tahap praoperasional

Pemikiran anak telah berkembang. Bisa berpikir tentang hal yang tidak hanya berdasarkan indra tetapi masih bersifat egosentris

c. 7 – 12 tahun, tahap operasional kongkrit

Anak dapat berpikir secara obyektif tetapi tetap harus dibantu dengan benda – benda kongkrit untuk mengoperasikan hal – hal yang ada dalam pikirannya.

d. 12 tahun ke atas, tahap formal operasional

(22)

Berdasarkan uraian di atas tentang tahap perkembangan kemampuan kognitif, anak yang berada di usia 7 – 12 tahun sedang berada pada tahap operasional kongkrit. Agar pemahaman anak terhadap berbagai hal dapat lebih jelas, maka segala sesuatu harus disampaikan secara kongkrit. Hal ini tentu saja menjadi sulit untuk diterapkan pada pembelajaran matematika, karena pada dasarnya matematika adalah pelajaran yang memuat konsep – konsep yang abstrak.

2. Hitung Campur pada Pelajaran Matematika

Dalam matematika mengenal suatu kesepakatan adanya tingkatan kuat lemah suatu operasi hitung. Operasi hitung pemangkatan dan penarikan akar lebih kuat dari perkalian dan pembagian. Operasi hitung perkalian dan pembagian lebih kuat dari penjumlahan dan pengurangan. Operasi hitung apapun yang terdapat di dalam kurung, lebih kuat dari pada operasi hitung apapun yang tidak berada dalam kurung.

Hitung campur adalah salah satu materi pembelajaran pada mata pelajaran matematika. Pada materi ini, dalam tiap kalimat matematika terdapat beberapa operasi hitung sekaligus. Untuk dapat menyelesaikan soal hitung campur ini siswa harus memperhatikan kuat lemahnya suatu operasi hitung. Operasi hitung yang lebih kuat harus dikerjakan lebih dahulu. Maka dalam menyelesaikan soal hitung campur tidak selalu dimulai dari kiri ke kanan.

(23)

pembagian lebih kuat dari pada penjumlahan atau pengurangan. Namun apabila terdapat penjumlahan maupun pengurangan yang berada dalam kurung maka penjumlahan atau pengurangan itu harus didahulukan, karena operasi hitung apapun yang berada dalam kurung kedudukannya lebih kuat dari operasi hitung yang tidak berada dalam kurung. Contoh : 87-32:(53-48)= yang di dalam kurung ( 53-48 ) dikerjakan lebih dahulu sehingga menjadi 87-32:5= , pembagian lebih kuat dari pada pengurangan, maka pembagian dikerjakan lebih dahulu sehingga menjadi 87-7=80.

3.Peranan Cerita Bagi Pendidikan Anak

Meskipun anak sedang berada pada tahap operasional kongkrit, namun pada usia ini, anak juga memiliki daya imaginasi yang tinggi. Menurut Marjorie Taylor, pakar psikologi merangkap peneliti dari University of Oregon di Eugene, ”Kanak – kanak menggunakan imaginasinya sebagai alat pemikiran mereka.” (Pembacaan, Imaginasi Sains pada Kanak – kanak, Hasan Rajiah. )

”Bagi anak – anak, bayangan, khayalan, dan imaginasi mereka begitu nyata, seolah – olah itu ada di alam nyata....” ”Kemampuan berimaginasi yang demikian tersebut disebut sebagai kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan ini sangat menonjol pada anak – anak dan kemudian digunakan untuk memecahkan berbagai masalah

yang berhubungan dengan kemampuan tersebut.” ( Wijanarko Jarot. 2005 : 57 )

Pada masa kanak – kanak, seorang anak senang berkhayal atau melamun. ”Khayalan dan lamunan ini digunakan sebagai hiburan ... “ ...Dengan bertambahnya informasi tentang bermacam – macam hal, anak yang lebih besar memiliki dasar yang lebih banyak untuk membuat lamunan. Seperti diterangkan oleh Pulaski : “....Kebanyakan bahan – bahan ini diperoleh dari cerita – cerita yang

(24)

Dengan memanfaatkan daya imaginasi yang tinggi itulah, maka disampaikan sebuah cerita. Sebab anak – anak biasanya sangat suka dengan cerita atau dongeng. Selain karena jalan cerita yang menarik juga karena dongeng memiliki banyak manfaat yang tanpa sadar dapat mereka peroleh. Manfaat dongeng untuk anak adalah :

(1) Mengasah daya pikir dan imaginasi serta menumbuhkan kreatifitas.

(2) Menanamkan berbagai nilai dan etika.

(3) Menumbuhkan minat baca. ( Rudy Maryati, dan Kak Agam di http://www.dongengkakrico.com )

Ketika mendengarkan sebuah cerita, secara otomatis akan muncul dalam pikiran anak tersebut gambaran – gambaran yang seolah nyata ( imaginasi ) tentang cerita tersebut. Imaginasi ini akan mengasah daya pikir anak dan kemudian menumbuhkan kreatifitas anak.

Selain itu dalam cerita tersebut biasanya termuat berbagai macam nilai dan etika hidup yang disampaikan lewat karakter tokoh serta peristiwa yang dialami para tokohnya. Nilai dan etika inilah yang berusaha untuk ditanamkan pada siswa lewat cerita.

(25)

4. Peranan Cerita Bagi Pembelajaran Matematika

Sebelum masuk pada pokok pembelajaran matematika, peneliti terlebih dahulu menyampaikan sebuah cerita. Agar cerita yang disampaikan sesuai dengan materi pembelajaran maka harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Isi cerita sesuai dengan materi yang akan disampaikan

b. Mengandung esensi dari materi pembelajaran yang akan disampaikan c. Dapat membangkitkan daya imaginasi siswa.

d. Menarik dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

Cerita yang disampaikan nanti diharapkan dapat membangkitkan imaginasi siswa. Dengan dituntun oleh imaginasinya tersebut diharapkan siswa dapat menentukan langkah – langkah penyelesaian soal hitung campur dengan benar.

5.Penggunaan Cerita Putri Tidur Dalam Operasi Hitung Campur

Dalam penelitian ini cerita yang diambil adalah dongeng putri tidur. Dongeng ini diambil dari buku kumpulan dongeng dunia berjudul Disney’s Dunia Pengetahuan yang Mengagumkan.

SINOPSIS DONGENG PUTRI TIDUR

Bagian satu

(26)

biasa tidak boleh masuk istana ), para menteri menghadap raja serta para raja dari kerajaan tetangga datang dengan diiringi pengawal masing – masing. Tak lupa diundang juga para peri kerajaan yang baik hati. Semua bergembira menyambut kelahiran sang bayi.

Namun ditengah kegembiraan itu datanglah peri jahat dan mengutuk si bayi bahwa nanti pada usia 16 tahun putri itu akan tertusuk jarum pintal dan mati. Peri yang baik hati tidak dapat membatalkan kutukan itu namun masih dapat mengubahnya. Yaitu putri nanti akan tertusuk jarum pintal namun tidak mati melainkan tidur dan akan bangun kembali jika mendapat ciuman dari pangeran tampan.

Kutukan itu akhirnya terjadi juga. Setelah tertusuk jarum pintal putri kemudian tertidur bahkan diikuti oleh seluruh penghuni kerajaan mulai dari prajurit hingga keluarga raja.

Bagian kedua

Beberapa tahun kemudian datanglah pangeran tampan yang berhasil mengalahkan penyihir jahat dan membebaskan putri dari kutukannya dengan ciuman.

(27)

Dongeng yang disampaikan tersebut baik pada bagian satu maupun pada bagian dua nantinya peneliti akan lebih menekankan pada bagian pestanya dengan mendeskripsikan secara detail tentang hiasan ruangan, suasana, bagaimana para undangan disambut kehadirannya sampai dengan kehadiran putri Aurora. Dari situ kemudian siswa akan memahami bahwa tiap tokoh mendapatkan perbedaan perlakuan karena adanya perbedaan tugas dan kewajiban.

Suatu kalimat soal matematika biasanya diselesaikan mulai dari kiri ke kanan. Namun pada penyelesaian soal hitung campur tidak selalu begitu. Untuk operasi hitung yang kuat maka pengerjaannya didahulukan. Sebagai contoh untuk operasi perkalian dan pembagian lebih kuat dari penjumlahan dan pengurangan. Maka perkalian dan pembagian harus dikerjakan lebih dulu dari pada penjumlahan dan pengurangan. Namun apabila penjumlahan dan pengurangan tersebut ada dalam kurung, maka harus dihitung lebih dahulu dari pada perkalian atau pembagian, karena operasi yang berada dalam kurung dipandang lebih kuat dari pada yang tidak berada dalam kurung.

(28)

pengurangan ( - ), dengan demikian bila dalam satu kalimat matematika terdapat operasi perkalian atau pembagian bersama dengan penjumlahan dan pengurangan, maka operasi perkalian dan pembagian harus dihitung lebih dahulu.

Tokoh raja dalam cerita dipadankan dengan operasi hitung yang lebih tinggi dari pada perkalian dan pembagian yaitu operasi pemangkatan dan penarikan akar. Namun karena di kelas tiga materi pembelajarannya belum sampai pada operasi pemangkatan dan penarikan akar, maka pemadanan raja dengan operasi pemangkatan dan penarikan akar ini tidak disampaikan.

Sedangkan operasi matematika yang berada di dalam kurung dipadankan dengan orang yang mendapat pengawalan. Tanda kurung dalam kalimat matematika dipadankan dengan pengawal. Kebetulan dalam cerita tersebut yang mendapat pengawalan adalah raja. Namun guru perlu menegaskan bahwa dalam kehidupan nyata yang mendapat pengawalan tidak selalu raja. Siapa saja bahkan masyarakat umumpun dapat juga mendapat pengawalan. Siapapun yang mendapat pengawalan adalah orang spesial. Maka untuk yang mendapat pengawalan haruslah didahulukan. Hal ini juga berlaku dalam kalimat matematika. Operasi hitung apapun yang berada dalam kurung harus didahulukan dari pada operasi hitung yang tidak berada dalam kurung.

(29)

B. Kerangka Berpikir

Masalah yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal hitung campur adalah menentukan urutan langkah – langkah penyelesaian soal. Untuk itu peneliti mengambil metode cerita sebagai sarana untuk menuntun siswa dalam menyelesaikan soal hitung campur.

Dalam metode tersebut akan disajikan dongeng putri tidur yang didalamnya terdapat suasana pesta pada awal dan akhir cerita. Penekanan cerita pada suasana pesta, sehingga akan tergambar bagaimana tiap tokoh cerita mendapat perlakuan yang berbeda sesuai dengan tugas dan kewajiban mereka masing – masing.

Dari dongeng yang fiktif ini kemudian anak dibawa guru ke kehidupan nyata, bahwa dalam kenyataan sering dijumpai juga adanya perbedaan perlakuan yang terkait dengan adanya perbedaan tugas dan kewajiban maupun situasi dan kondisi.

Perbedaan perlakuan ini kemudian dipadankan dengan kuat lemahnya operasi hitung dalam kalimat matematika pada materi hitung campur. Dengan dituntun pemadanan inilah siswa diharapkan dapat mengerjakan soal hitung campur dengan langkah yang benar.

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pra eksperimental. Penelitian pra eksperimental adalah penelitian yang bukan eksperimen murni. Dalam penelitian pra eksperimen tidak menggunakan kelas pembanding. Maka hasil penelitianpun sangat dimungkinkan dipengaruhi faktor lain diluar treatment peneliti. Namun begitu hasil dari penelitian pra eksperimental ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah selanjutnya dalam pembelajaran.

B. Setting

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas III SD Tarakanita, Bumijo, Yogyakarta

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah kemampuan dalam menentukan langkah – langkah penyelesaian soal hitung campur.

3. Lama Penelitian

(31)

pertemuan, dengan 8 jam pelajaran. Waktu tersebut terbagi dalam 2 kali perlakuan, 1 kali pretes dan 1 kali postes.

4. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SD Tarakanita, Bumijo, Yogyakarta.

5. Jadwal Penelitian

Berhubung kelas III B1 tersebut bukanlah kelas yang diampu peneliti, maka peneliti perlu membuat kesepakatan dengan guru kelas yang mengampu kelas tersebut dengan mempertimbangkan jam kosong dari peneliti dan jam kosong dari guru kelas III B1 tersebut. Dari kesepakatan itu tersusunlah jadwal sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

NO KEGIATAN HARI, TANGGAL JAM

PELAJARAN

1 Pretes Rabu, 11 Maret 2009 4 - 5

2 Pertemuan 1 Jumat, 13 Maret 2009 1 - 2

3 Pertemuan 2 Rabu, 18 Maret 2009 4 - 5

(32)

6. Keadaan Kelas III B1

Kelas III B 1 terdiri atas 36 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki – laki dan 19 siswa perempuan. Berikut ini adalah daftar nomer induk siswa kelas III B1 yang menjadi subyek penelitian:

Tabel 3.2 Daftar Nomer Induk Siswa

No Nomer Induk

1 4105

2 4124

3 4263

4 4264

5 4265

6 4266

7 4267

8 4268

9 4269

10 4270

11 4272

12 4273

13 4274

14 4275

(33)

16 4277

17 4278

18 4279

19 4280

20 4281

21 4282

22 4283

23 4284

24 4285

25 4286

26 4287

27 4288

28 4290

29 4291

30 4294

31 4295

32 4296

33 4297

34 4298

35 4299

(34)

7. Data dan Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soal – soal hitung campur. Cara pengumpulan data dengan memberikan tes. Tes dilaksanakan dalam dua tahap yaitu pretes dan postes. Bentuk soal pretes maupun postes sama, yaitu soal uraian. Dengan begitu akan terlihat urutan langkah – langkah penyelesaian soal yang dilakukan siswa. Siswa yang mampu menentukan langkah penyelesaian dengan benar akan memperoleh hasil akhir yang benar pula. Untuk siswa yang demikian tentu akan mendapat nilai yang tinggi. Demikian juga sebaliknya.

Soal pretes dan postes yang digunakan berbeda, namun memiliki bobot yang kurang lebih sepadan. Kesepadanan ini diusahakan dengan digunakannya operasi hitung yang sama untuk tiap nomer soal. Peneliti hanya mengganti angka dengan selisih yang tidak jauh berbeda antara soal pretes dan postes.

Tes ini terdiri dari 10 soal, dengan bobot setiap soal yang sama yaitu 1. Soal disusun berdasarkan indikator hasil belajar, dan dikelompokkan atas soal mudah, sedang, sukar dengan perbandingan 1 : 3 : 1 yaitu 2 soal mudah, 6 soal sedang, dan 2 soal sukar. Soal pretes dapat dilihat di halaman 42 sedangkan soal postes dapat dilihat di halaman 43. Adapun kisi – kisi soal pretes dapat dilihat di halaman 44 sedangkan kisi – kisi soal postes dapat dilihat di halaman 45.

8. Analisis Data

(35)

penyelesaian dan nilai hasil akhir. Dengan demikian akan menjadi lebih jelas apakah siswa memang benar – benar telah mampu menyelesaikan soal hitung campur dengan langkah yang benar serta memperoleh hasil hitung dengan benar atau tidak.

Langkah yaitu urutan cara yang diambil siswa dalam menyelesaikan soal. Bila siswa dalam mengambil langkah penyelesaian soal itu benar, maka diberi skor 1; bila langkah penyelesaian soal salah, maka mendapat skor 0. Semua skor dari tiap nomer itu kemudian dijumlahkan. Hasil penjumlahan inilah yang menjadi nilai langkah pengerjaan.

Hasil yaitu angka terakhir yang diperoleh lewat langkah penyelesaian soal secara benar. Bila angka terakhir tersebut benar, maka mendapat skor 1; bila angka terakhir tersebut salah, maka mendapat skor 0. Skor dari tiap nomer ini dijumlahkan. Hasil penjumlahan inilah yang menjadi nilai hasil pengerjaan.

Bagi siswa yang berhasil mendapatkan nilai minimal 6 untuk nilai langkah maupun nilai hasil maka dinyatakan siswa tersebut telah memahami penyelesaian soal hitung campur. Nilai 6 ini diambil berdasarkan standar ketuntasan yang harus dicapai siswa di SD Tarakanita untuk mata pelajaran matematika kelas III. Sebaliknya bila nilai siswa belum mencapai 6 maka dinyatakan bahwa siswa tersebut belum tuntas dan belum menguasai materi pembelajaran tersebut.

(36)

Tabel 3.3 Contoh Lembar Penilaian

No Nomer Induk

Siswa

Nilai yang Diperoleh

Pretes Postes

Langkah hasil langkah hasil

1 4105

2 4125

3 4263

4 4264

5 4265

Analisis Data :

Hasil = ( jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 : jumlah siswa ) X 100%

Langkah = ( jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 : jumlah siswa ) X 100%

C. Prosedur Penelitian

1.Persiapan

(37)

silabus tematik, RPP tematik, LKS, Lembar penilaian, Kisi – kisi soal, soal pretes dan soal postes.

a. Menyusun Silabus

Format silabus yang digunakan adalah silabus yang sudah ada dan disusun oleh Drs. Puji PurnomoM.Si. Langkah ini diambil oleh peneliti karena peneliti memandang format silabus tersebut lebih ringkas dan jelas. Silabus tersebut dapat dilihat di halaman 46 - 47.

b. Menyusun RPP

Format RPP yang digunakan adalah RPP yang sudah ada dan disusun oleh Drs. Puji PurnomoM.Si. Langkah ini diambil oleh peneliti karena peneliti memandang format silabus tersebut lebih ringkas dan jelas. RPP tersebut dapat dilihat di halaman 48 – 51.

c. Menyusun LKS

Untuk LKS, peneliti mencoba mengkombinasi model LKS dari USD dan hasil pikiran peneliti sendiri agar lebih sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dipaparkan pada halaman 4. LKS tersebut dapat dilihat di halaman 40 – 41.

d. Lembar Penilaian

(38)

e. Mata Pelajaran Terkait

Berhubung pembelajaran di kelas III masih menggunakan pembelajaran tematik, maka cerita putri tidur tidak hanya digunakan untuk kepentingan pembelajaran matematika saja. Namun cerita ini juga digunakan dalam pembelajaran untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, PKN, dan SBK terutama untuk seni rupa yaitu menggambar.

Pada pelajaran Bahasa Indonesia siswa diajak untuk menceritakan kembali dongeng putri tidur ini dengan bahasa mereka sendiri secara runtut. Di sini siswa dilatih aspek berbicaranya dan diajak unnntuk dapat menyampaikan isi pikirannya dengan bahasa yang benar secara runtut.

Pada pelajaran PKn, dongeng putri tidur ini dikaitkan dengan materi pelajaran tentang norma yang berlaku di masyarakat. Di sini siswa diajak untuk melihat perbuatan yang baik dan jahat, yang boleh dan tidak untuk dilakukan.

(39)

Tabel 3.4 Tabel Keterkaitan Antar Mata Pelajaran

 

2. Rencana Pelaksanaan Penelitian

a. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama akan dilakuan selama 2 jam pelajaran. Dalam pertemuan itu akan dilakukan pretes bagi siswa. Soal pretes berbentuk uraian dengan jumlah soal 10. Siswa diminta untuk menjawab soal tersebut dengan menyertakan juga urutan langkah – langkah penyelesaian soal pada lembar jawab mereka. Target dari pertemuan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami langkah – langkah penyelesaian soal hitung campur.

HIBURAN

B. Indonesia : Siswa dapat 

menceritakan kembali dongeng  Putri Tidur yang didengarnya  dengan bahasanya sendiri  PKN: Siswa dapat menyebut 

aturan yang berlaku  dalam masyarakat 

Matematika : Siswa dapat  melakukan operasi hitung  campur 

(40)

b. Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilakukan selama 2 jam pelajaran. Target pada pertemuan ini adalah untuk mengenalkan langkah – langkah penyelesaian soal hitung campur lewat pemadanan kuat lemahnya operasi hitung dalam kalimat soal dengan perlakuan yang diterima para tokoh cerita.

Rencana Perlakuan ( Treatment ):

• Guru menyampaikan cerita Putri Tidur bagian I untuk membangun imaginasi

siswa. ( Penekanan cerita pada pesta kerajaan, lihat hlm. 11 )

• Guru menyampaikan penerapan cerita dengan memadankan cerita pada operasi

hitung campur untuk menyelesaikan soal. ( lihat hlm 11 – 12 )

• Siswa menyelesaikan soal hitung campur dari guru berdasarkan penerapan cerita

pada materi hitung campur secara kelompok.

c. Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga dilakukan selama 2 jam pelajaran. Target pertemuan ini adalah untuk menanamkan lebih dalam lagi pemahaman tentang langkah – langkah penyelesaian soal hitung campur lewat pemadanan kuat lemahnya operasi hitung dengan perbedaan perlakuan para tokoh cerita.

Rencana Perlakuan ( Treatment ):

• Guru menyampaikan cerita Putri Tidur bagian I untuk membangun imaginasi

(41)

• Guru mengingatkan kembali penerapan cerita dengan padanannya dalam operasi

hitung campur untuk menyelesaikan soal. ( lihat hlm 11 – 12 )

• Siswa menyelesaikan soal hitung campur dari guru berdasarkan penerapan cerita

pada materi hitung campur secara individu

d.Pertemuan keempat

(42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11 Maret 2009 dengan beragendakan pemberian pretes. Pertemuan tersebut berlangsung selama 2 jam pelajaran. Soal – soal pretes berjumlah 10 butir. Semua soal tersebut telah disiapkan peneliti kemudian ditulis oleh peneliti di papan tulis, sedang siswa mengerjakan soal pada kertas yang diberi nama, nomer absen, dan kelas masing – masing.

Pertemuan kedua berlangsung pada hari Jumat tanggal 13 Maret 2009 dan berlangsung selama 2 jam pelajaran. Pada pertemuan tersebut, peneliti menyampaikan treatment seperti telah direncanakan pada halaman 18 – 19.

Pertemuan ketiga berlangsung pada hari Rabu tanggal 18 Maret 2009. Kegiatan ini berlangsung selama 2 jam pelajaran. Pada pertemuan tersebut peneliti melakukan treatment seperti telah direncanakan pada halaman 19.

(43)

Sama dengan saat pretes, pada saat postes peneliti menuliskan semua soal postes di papan tulis kemudian siswa mengerjakan pada selembar kertas yang telah ditulisi nama, nomer absen, dan kelas masing – masing.

Tabel 4.1 Data Penelitian

No Nomer induk siswa

Nilai yang diperoleh

Pretes Postes Langkah hasil langkah hasil

1 4105 0 0 3 2

2 4124 6 6 9 8

3 4263 4 4 9 6

4 4264 3 3 10 5

5 4265 9 6 10 6

6 4266 5 5 10 10

7 4267 5 5 10 9

8 4268 7 4 8 8

9 4269 9 9 10 8

10 4270 10 8 10 9

11 4272 9 9 10 8

12 4273 8 4 8 4

13 4274 4 4 10 8

14 4275 4 4 9 6

15 4276 6 6 10 9

(44)

17 4278 6 6 9 7

18 4279 5 4 9 10

19 4280 3 3 10 7

20 4281 5 5 5 5

21 4282 4 4 10 8

22 4283 8 8 9 7

23 4284 3 3 7 4

24 4285 4 2 10 10

25 4286 10 8 10 10

26 4287 6 6 10 9

27 4288 2 2 10 6

28 4290 5 5 10 10

29 4291 5 5 10 9

30 4294 7 7 10 7

31 4295 7 7 10 10

32 4296 1 1 4 2

33 4297 6 6 10 8

34 4298 9 6 10 5

35 4299 5 5 10 8

(45)

B. Analisis Data

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Penelitian

No Nomer induk siswa

Nilai yang diperoleh

Pretes Postes Langkah hasil langkah hasil

1 jumlah nilai 197 178 327 253

2 Tuntas 16 15 33 26

3 tidak tuntas 20 21 3 10

4 nilai rerata 5.472222 4.944444 9.083333 7.027778

5 prosentase tuntas 44% 42% 92% 72%

6 prosentas tidak tuntas 56% 58% 8% 28%

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa pada pretes sebanyak 16 anak telah memahami langkah – langkah penyelesaian soal hitung campur, sedangkan 20 anak belum memahami langkah – langkah penyelesaian soal hitung campur. Ini berarti 44% siswa telah memahami langkah – langkah penyelesaian soal hitung campur. Hal ini diketahui berdasarkan hasil pekerjaansiswa yang terdapat pada lembar jawaban.

(46)

pretes ini adalah : nilai dalam menentukan langkah – langkah pengerjaan mencapai 5,47 sedangkan nilai prestasi siswa adalah 4,94.

Setelah siswa mendapatkan treatment, maka pada pertemuan terakhir siswa diberi postes. Hasil dari postes tersebut adalah 33 siswa dinilai telah memahami langkah – langkah penyelesaian soal hitung campur, dan 27 diantaranya mengalami ketuntasan dalam nilai prestasi materi hitung campur. Ini berarti 92% siswa telah memahami langkah – langkah pengerjaan hitung campur dan 75 % siswa mengalami ketuntasan dalam nilai prestasi materi hitung campur. Nilai rata – rata kelas yang diperoleh pada postes ini, untuk menentukan langkah- langkah pengerjaan soal mencapaui 9,05 sedangkan nilai rata – rata prestasi belajar mencapai 7,08.

C. Pembahasan 1. Pretes

(47)

Contoh 1a : 87 – 32 : ( 53 – 45 ) =

( 87 – 32 ) : 8 =

55 : 8 = 47

Contoh 1b : ( 36 + 45 ) : 9 + 2 X 5 =

= ( 81 : 9 ) + 2 X 5

= 9 + ( 2 X 5 )

= 9 + 10

= 19

Contoh 2 : ( 36 + 45 ) : 9 + 2 X 5 =

= 81 : 9

= 9 + 2

= 11 x 5

= 55

Contoh 3 : ( 36 + 45 ) : 9 + 2 X 5 = 81 : 9 = 9 X 2 = 16 + 2 = 18

(48)

maka langkah pengerjaan soalpun akan salah dan hasil yang diperoleh juga akan mengalami kesalahan.

Langkah yang dilakukan pada contoh nomer 2 juga masih rawan. Pada langkah nomer 2 siswa diminta untuk memilah – milah soal. Langkah ini selain membingungkan siswa juga memiliki tingkat ketidaktelitian yang tinggi. Membingungkan karena siswa diharapkan dapat memilah dengan tepat bagian mana yang harus dipilah. Apabila siswa salah dalam memilah maka langkah selanjutnya juga akan salah. Pada saat memilah tersebut, sangat dimungkinkan ada angka atau operasi matematika yang tanpa sengaja terlupakan siswa sehingga hasil pengerjaan siswa juga akan menjadi salah. Selain itu bagi siswa yang tidak paham bagaimana harus memilah – milah juga mengakibatkan siswa hanya asal memilah sehingga hasilnya jauh dari yang diharapkan.

Dari 36 anak di kelas tersebut, ada 16 siswa yang menggunakan cara ini, dan dari 16 anak tersebut 3 anak mengerjakan dengan cara ditulis bersusun seperti contoh nomer 2 sedangkan 13 anak menuliskannya dengan cara memanjang seperti contoh nomer 3.

Dari 16 siswa yang menggunakan cara memilah ini hanya 3 anak yang berhasil mencapai ketuntasan belajar yaitu 2 anak mendapat nilai 6 baik langkah maupun hasil, dan 1 anak mendapat nilai 7 baik langkah maupun hasil, sedangkan sisanya belum berhasil memperoleh nilai 6 sebagai syarat ketuntasan belajar.

(49)

memiliki tingkat ketelitian dan kecerdasan yang tinggi, meskipun tidak menggunakan langkah yang diajarkan guru kelasnya, namun dapat juga mendapat hasil yang benar seperti terlihat pada contoh 1b. Namun begitu kenyataan hasil pretes menunjukkan sedikitnya siswa yang berhasil memahami langkah penyelesaian soal dan masih minimnya nilai rata – rata kelas dari hasil pengerjaan soal hitung campur.

Tingkat ketelitian siswa yang rendah dalam menyelesaikan soal juga dapat kita lihat dari hasil pretes ini. Dari 16 siswa yang telah memahami langkah pengerjaan soal hitung campur, hanya ada 8 siswa yang mengalami ketuntasan nilai prestasi untuk materi hitung campur ini. Hal ini dikarenakan siswa kurang teliti dalam menghitung ataupun dalam melakukan operasi matematika seperti terlihat pada contoh nomer 1a diatas. Contoh ketidak telitian yang lain adalah sebagai berikut :

Contoh 1 : 88 – ( 3 X 4 ) + 23 =

88 – 12 + 23 =

76 + 23 = 98 seharusnya 99

Contoh 2 : 6 X 7 + ( 15 – 5 ) – 37 = 6 X 7 + 10 – 37 = 42 + 10 – 37 = 52 + 37 = 89

Seharusnya = 52 – 37 = 15

2. Postes

(50)

menyampaikan pada siswa bahwa siswa boleh menggunakan cara mereka sendiri. Dari data penelitian yang terdapat pada tabel 4.1 diketahui :

a. Siswa yang Mengalami Kenaikan Nilai Baik Langkah Maupun Hasil, dan Mengalami Ketuntasan

Hampir semua siswa mengalami kenaikan nilai, baik dalam nilai langkah maupun dalam nilai hasil. Dari siswa yang mengalami kenaikan nilai tersebut terdapat 8 siswa yang mengalami kenaikan cukup drastis yaitu siswa dengan nomer urut 6, 7, 13, 21, 24, 28, 29, dan 35. Dari 8 siswa tersebut terdapat 3 siswa yang semula nilainya ( langkah dan hasil ) tidak tuntas, setelah dilakukan pene3litian ini mampu mencapai nilai maksimal yaitu 10 baik pada nilai langkah maupun pada nilai hasil.

b. Siswa yang Mengalami Kenaikan Nilai Langkah dan Hasil, Namun Tidak Tuntas.

Dari semua siswa yang mengalami kenaikan nilai tersebut terdapat 2 siswa yang meskipun telah mengalami kenaikan nilai namun tetap belum mampu mencapai ketuntasan belajar. Siswa tersebut adalah siswa dengan nomer urut 1 dan 32.

(51)

lalu. Di samping itu pada lembar jawabnya, siswa tersebut tidak mengerjakan 5 soal, yaitu soal nomer 6 – 10. Nomer tersebut belum dikerjakan karena sepengamatan peneliti, selama mengerjakan siswa tersebut lebih banyak berbicara dengan teman daripada mengerjakan soal, sehingga hingga waktu pengerjaan selesai siswa tersebut belum selesai mengerjakan semua soal.

Sedangkan pada siswa dengan nomer urut 32 dimungkinkan siswa tersebut kurang paham karena memang pada saat diadakan treatment kedua siswa tersebut sakit dan tidak masuk sekolah. Selain itu pada lembar jawabnya siswa tersebut tidak mengerjakan 4 soal yaitu soal nomer 5, 8, 9, dan 10. Namun begitu siswa tersebut menuliskan semua soal mulai dari nomer 1 sampai 10, hanya nomer tertentu itulah yang tidak dikerjakan. Keempat nomer tersebut, kebetulan termasuk dalam tingkat sedang dan sukar.

c. Siswa yang Nilai Langkah dan Hasil Meningkat, Nilai Langkah Tuntas Namun Nilai Hasil Tidak Tuntas

(52)

Contoh 1 : 8 X 4 + ( 25 – 10 ) – 28 =

= 8 X 4 + 15 – 28

= 32 + 15 – 28

= 74 – 28 = 26

Contoh 2 : 76 – ( 2 X 9 ) + 17 =

= 78 – 18 + 17

= 60 + 17 = 77

Pada contoh nomer 1, langkah kedua dituliskan 32 + 15, seharusnya hasilnya adalah 47. Namun pada langkah ketiga siswa menuliskan posisi angka terbalik menjadi 74. Ketidaktelitian ini membuat hasil akhir menjadi salah.

Contoh nomer 2, pada soal tertulis angka 76, namun pada langkah pertama siswa menuliskan angka menjadi 78. Selisih angka akibat ketidaktelitian ini menjadikan hasil akhir juga salah.

d. Siswa yang Tidak Mengalami Peningkatan Apapun

(53)

Contoh 1 : ( 39 + 33 ) : 8 + 3 X 4 =

= 6 : 8 + 3 X 4

= 6 : 11 X 4

= 6 X 44 = 83

Contoh 2 : 82 – 25 : ( 41 – 36 ) =

= 82 – 25 : 11

= 82 – 25 = 57

Dari contoh 1 di atas terlihat jelas bagaimana siswa tidak mampu melakukan langkah pengerjaan dengan tepat sekaligus memiliki kemampuan hitung yang terbatas. Pada soal tertulis 39 + 33, seharusnya hasilnya adalah 72, tetapi siswa menuliskannya 6. Padahal 6 adalah hasil pengurangan 39 dan 33. Kemudian pada langkah selanjutnya yang dihitung terlebih dahulu adalah operasi hitung pembagian, namun siswa tersebut menjumlahkan terlebih dahulu. Langkah ini jelas sudah salah. Pada langkah terakhir siswa menuliskan 6 X 44 = 83. Hasil akhir ini juga jauh dari benar mengingat 6 X 44 = 264.

(54)

e. Siswa yang Nilai Langkah Meningkat, Nilai Hasil Turun, Namun Tetap Mencapai Ketuntasan

Terdapat 2 anak yang mengalami peningkatan nilai langkah, namun nilai hasil menurun. Meskipun nilai hasil menurun anak tersebut tetap dapat mencapai ketuntasan nilai karena nilai mereka di atas 6. Kasus ini terjadi karena faktor ketidak telitian siswa dalam melakukan operasi hitung ataupun dalam menuliskan angka. Sehingga kesalahan seperti contoh di halaman 33 terjadi juga dalam kasus ini.

f. Siswa yang Nilai Langkah Meningkat dan Mencapai Ketuntasan, Nilai Hasil Menurun dan Tidak Mengalami Ketuntasan.

Ada 1 anak yang mengalami peningkatan nilai langkah namun nilai hasil menurun dan tidak mencapai ketuntasan nilai. Hal ini menunjukkan sebenarnya anak sudah lebih memahami langkah – langkah pengerjaan soal namun karena faktor ketidak telitian mengakibatkan hasil pengerjaan menurun dan tidak tuntas.

g. Siswa yang Nilai Langkah Meningkat, Nilai Hasil Tetap, Namun Mengalami Ketuntasan Baik Nilai Langkah Maupun Hasil.

(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan semua uraian di atas, maka dapat disampaikan bahwa setelah dilakukan penelitian oleh peneliti dengan menggunakan metode cerita, ternyata terlihat adanya indikasi terjadi peningkatan nilai langkah. Indikasi tersebut terlihat dengan semakin tepatnya langkah - langkah yang diambil siswa dalam menyelesaikan soal hitung campur. Selain itu dari 36 siswa, 32 siswa mengalami peningkatan nilai langkah dan 24 diantaranya mengalami ketuntasan nilai hasil.

Karena metode ini hanya menuntun siswa dalam menentukan langkah – langkah penyelesaian soal, maka adanya kenaikan nilai prestasi belajar yang terjadi hanyalah merupakan efek samping dari ketepatan siswa dalam menentukan langkah penyelesaian soal. Sebab metode ini tidak menuntun siswa dalam melakukan operasi hitung hingga memperoleh hasil akhir.

B. Saran

(56)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode ini ternyata tidak bisa diterapkan pada semua siswa. Untuk itu bagi siswa yang belum dapat mencapai ketuntasan tersebut guru memang harus memberi perhatian lebih sehingga siswa tersebut akan lebih terbimbing untuk dapat memahami dalam menentukan langkah penyelesaian soal.

Dengan segala keterbatasan kemampuan yang dimiliki peneliti, tentu masih terdapat kekurangan di sana – sini. Untuk itu tidak menutup kemungkinan adanya pembenahan dan penyempurnaan metode ini pada penelitian yang akan datang yang mungkin akan dilakukan oleh siapa saja yang memiliki minat serupa dengan penelitian ini.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

1. Disney’s Dunia Pengetahuan yang Mengagumkan. Grolier International, INC.

Diedarkan khusus oleh PT Widyadara.

2. Hasan Rajiah. Pembacaan, Imaginasi Sains pada Kanak – kanak. http://cikgumat,ummisakinah.com. ( diakses tanggal 7 Oktober 2008 )

3. Hurlock Elizabeth B. 1996. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. 4. Jarot Wijanarko. 2005. Mendidik Anak. Jakarta: PT Gramedia Utama.

5. Mönks F.J. – Knoers A.M.P.- Siti Rahayu Haditono. 1996. Psikologi

Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

6. Rita L Atkinson, Richard C. Atkinson, Ernest R. Hilgard. 1983. Pengantar

PsikologiEdisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

7. Rudy Maryati, S.Pd dan Kak Agam. Manfaat dan Kekuatan Dongeng Pada

Psikologi Anak. http://dongengkakrico.com. ( diakses tanggal 9 September

2009 )

8. Sindhunata. 2000. Membuka Masa Depan Anak – anak kita. Yogyakarta: Kanisius.

9. Siti M Amin, dan Zaini M.Sani. 2002. Matematika SD di sekitar kita, untuk

Sekolah Dasar kelas III sem I. Jakarta: Esis.

(58)

LKS I

Satuan Pendidikan : SD Tarakanita Bumijo

Hari / Tanggal :

Kelas / Semester : III / I

Alokasi Waktu : 2 JP

Nama / abs : 1.

2.

3.

I. Indikator Hasil Belajar :

Siswa mampu menentukan langkah penyelesaian soal hitung campur berdasarkan cerita tentang perbedaan perlakuan yang berhubungan dengan perbedaan status sosial secara kelompok.

II. Petunjuk :

1. Kerjakan soal sesuai petunjuk guru !

2. Tanyakanlah pada guru bila kamu mengalami kesulitan ! III. Kegiatan Belajar

(59)

IV.Soal

21 X 2 : 7+ 4 + 10 =

42 : 6 X 7 + 1 – 25 =

20 X 3 + 48 : 8 – 6 =

( 72 – 2 ) : 7 X 2 + 5 =

( 60 + 3 – 13 ) : 5 X 5 =

V. Jawab :

LKS II

Satuan Pendidikan : SD Tarakanita Bumijo

Hari / Tanggal :

Kelas / Semester : III / I

Alokasi Waktu : 2 JP

Nama siswa :

(60)

I.Indikator Hasil Belajar :

Siswa mampu menentukan langkah penyelesaian soal hitung campur berdasarkan cerita tentang perbedaan perlakuan yang berhubungan dengan perbedaan status sosial secara kelompok.

II. Petunjuk :

1. Kerjakan soal sesuai petunjuk guru !

2. Tanyakanlah pada guru bila kamu mengalami kesulitan ! III. Kegiatan Belajar

Kerjakan soal berikut ini dalam perorangan, berdasarkan cerita yang telah kamu dengar dari guru. Sertakan juga langkah – langkah pengerjaannya !

IV.Soal

1)63:9+8X2-3=

2)81:3-20-7X1=

1)5+3-2X(4-2)=

2)(46-6):5+6X2=

3)(29-9+25):5X2=

(61)

Soal Pretes

Kerjakan soal hitung campur berikut ini beserta langkah – langkahnya !

1 ) 181-9x9=

2 ) (8+16):3-4=

3 ) 4X3+(30:5)=

4 ) 40+(95-55):5=

5 ) 87-32:(53-48)=

6 ) 88-(3x4)+23=

7 ) 6x7+(15-5)-37=

8 ) (36+45):9+X5=

9 ) 480:(71-59)X(142-135)=

(62)

Soal Postes

Kerjakan soal berikut ini berdasarkan cerita yang telah disampaikan guru !

1 ) 156-8x7=

2 ) (9+19):4-5=

3 ) 3X5+(40:5)=

4 ) 30+(85-40):9=

5 ) 82-27:(41-36)=

6 ) 76-(2x9)+17=

7 ) 8x4+(25-10)-28=

8 ) (39+33):8+3x4=

9 ) 390:(82-69)X(151-143)=

(63)

Kisi – kisi Penyusunan Soal Pretes

Indikator hasil belajar No soal

Mudah Sedang Sukar

1.Nilai/hasil siswa dalam menyelesai-kan soal hitung campur

2.Ketelitian siswa dalam menyelesai-kan soal hitung

3.Ketepatan dalam mengambil langkah penyelesaian soal

1 ) 181-9x9=

2 ) (8+16):3-4=

3 ) 4X3+(30:5)= 4 ) 40+(95-55):5= 5 ) 87-32:(53-48)= 6 ) 88-(3x4)+23= 7 ) 6x7+(15-5)-37= 8 ) (36+45):9+X5=

9 ) 480:(71-59)X(142-135)=

10 ) 9x(45+45)-(280:40)=

Total 2 6 2

Yogyakarta, 5 Februari 2009

Guru kelas

F. Rustiati

(64)

Kisi – kisi Penyusunan Soal Postes

Indikator hasil belajar No soal

Mudah Sedang Sukar 1.Nilai/hasil siswa dalam

menyelesai-kan soal hitung campur

2.Ketelitian siswa dalam menyelesai-kan soal hitung

3.Ketepatan dalam mengambil langkah penyelesaian soal

1 ) 156-8x7=

2 ) (9+19):4-5=

3 ) 3X5+(40:5)= 4 ) 30+(85-40):9= 5 ) 82-27:(41-36)= 6 ) 76-(2x9)+17= 7 ) 8x4+(25-10)-28= 8 ) (39+33):8+3x4=

9 ) 390:(82-69)X(151-143)=

10 ) 8x(35+35)-(320:40)=

Total 2 6 2

Yogyakarta, 5 Februari 2009

Guru kelas

F. Rustiati

(65)

SILABUS TEMATIK

Satuan Pendidikan : SD Tarakanita Bumijo

Mata Pelajaran Terkait : Bahasa Indonesia, matematika, PKN, SBK Kelas / Semester : III / I

Aspek Terkait : Bahasa Indonesia, PKN, SBK

Unit / Tema : VI / Hiburan

Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Sumber Belajar Peni- laian

PKN 2.1 Mengenal aturan

– aturan yang berlaku di lingkungan

masyarakat sekitar

- Siswa dapat menyebut aturan yang berlaku dalam

masyarakat

- Siswa dapat menyebut contoh penerapan aturan dalam

masyarakat

- Siswa dapat menceritakan kembali cerita putri tidur

Norma yang berlaju dalam masyarakat

Pertemuan I 4. Kegiatan awal f. Memberi

salam,apersepsi B. Kegiatan Inti 1. Bercerita Putri

Tidur bagian I 2. Siswa

menceritakan

(66)

Bahasa Indonesia Matematika 2.1 Menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan

kalimat yang runtut dan mudah dipahami

1.4 Melakukan operasi hitung campur

secara runtut.

Siswa dapat melakukan operasi hitung campur.

Siswa dapat mengekspresikan suasana kerajaan lewat sebuah

gambar. Dongeng

Putri Tidur

Hitung

kembali dengan bahasa yang runtut. 3. Siswa menyebutkan aturan yang berlaku dalam dunia kerajaan 4. Menjelaskan penerapan perlakuan pada para mentri dan masyarakat dalam kalimat matematika 5. Siswa mengerjakan tugas kelompok

6. Siswa berdiskusi dengan guru tentang cara menyelesaikan soal matematika 7. Siswa menggambar suasana pertemuan kerajaan.

C. Kegiatan akhir 1. Evaluasi, refleksi

a,

Erlangga

Tes Kinerja

(67)

SBK Berekspresi melalui gambar

campur Pertemuan II A. Kegiatan Awal 2. Memberi salam

apersepsi 5. Kegiatan Inti • Bercerita Putri

Tidur bagian I 3. Siswa

menyebutkan aturan yang berlaku dalam dunia kerajaan. 4. Menjelaskan

penerapan perlakuan pada para mentri dan masyarakat dalam kalimat

matematika 5. Siswa

menyelesaikan soal secara perorangan berdasar hasil diskusi pada pertemuan yang

tertulis

(68)

lalu 6. Siswa

menggambar suasana pertemuan kerajaan.

C. Kegiatan Akhir 2. Evaluasi, refleksi

Yogyakarta, 5 Februari 2009 Guru kelas

F. Rustiati

(69)

RPP I

Satuan Pendidikan : SD Tarakanita Hari, tanggal : 13 Maret 2009 Kelas / Semestar : III / I

Aspek Terkait : Bahasa Indonesia, PKN, SBK Unit / Tema : VI / hiburan

Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran

Tujuan :Setelah mengikuti pembelajaran siswa dapat mengungkapkan pikirannya dengan bahasa yang runtut, mengikuti aturan yang berlaku dalam masyarakat, menyelesaiakan soal matematika dengan langkah yang benar, serta mengekspresikan imaginasinya lewat gambar. Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Sub Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran

Indikator Penilaian Sumber

B. Indonesia Mengungkapk an pikiran, perasaan,peng alaman, dan petunjuk dengan bercerita dan memberikan tanggapan/sara Menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunaka n kalimat yang runtut dan mudah Cerita Putri Tidur

D. Kegiatan Awal • Guru memberi

salam, mengabsen,dan mengajak siswa berdoa. • Apersepsi,guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang bermacam

11.Siswa dapat menceritakan kembali cerita putri tidur secara runtut

12.Siswa dapat menyebut aturan yang berlaku di dunia kerajaan 13.Siswa mampu

menentukan langkah

Tes Tertulis : Kerjakan soal dibawah ini ! 1)21X2:7+4+10 =

(70)

PKN Matematika SBK n. Melaksanakan norma yang berlaku di masyarakat. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka dipahami Mengenal aturan yang berlaku di masyarakat sekitar Melakukan operasi hitung campur Norma Hitung campur dongeng yang pernah didengarnya.

E. Kegiatan Inti 4. Guru

menceritakan tentang Putri Tidur 5. Siswa menceritakan kembali dengan bahasa yang runtut. 6. Siswa menyebutkan aturan yang berlaku dalam dunia kerajaan. 7. Menjelaskan penerapan perbedaan perlakuan berdasarkan perbedaan status sosial dalam kalimat matematika. 8. Siswa mengerjakan tugas penyelesaian soal hitung campurdengan dimulai dari perkalian atau pembagian lebih dahulu secara kelompok. 14.Siswa dapat

menggambar suasana pertemuan kerajaan. 3)20X3+48:8-6= 4)(72-2):7X2+5= 5)(60+3-13):5X5= Tes Kinerja : 1. Ceritakan kembali cerita Putri Tidur yang baru kamu dengar! 2. Aturan apa

(71)

Mengga mbar

kelompok. 9. Siswa berdiskusi

dengan guru tentang cara menyelesaikan soal matematika. 10.Siswa

menggambar suasana pertemuan kerajaan

F. Kegiatan Akhir • Guru bersama

siswa melakukan refleksi

Yogyakarta, 5 Februari 2009

Guru kelas

F. Rustiati

(72)

RPP II

Satuan Pendidikan : SD Tarakanita Hari, tanggal : 18 Maret 2009 Kelas / Semestar : III / I

Aspek Terkait : Bahasa Indonesia, PKN, SBK Unit / Tema : VI / hiburan

Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran

Tujuan :Setelah mengikuti pembelajaran siswa dapat mengungkapkan pikirannya dengan bahasa yang runtut, mengikuti aturan yang berlaku dalam masyarakat, menyelesaiakan soal matematika dengan langkah yang benar, serta mengekspresikan imaginasinya lewat gambar. Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Sub Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran

Indikator Penilaian Sumber

B.Indone sia Mengungkapkan pikiran, perasaan,pengala man, dan petunjuk dengan bercerita dan memberikan tanggapan/saran. Melaksanakan Menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunaka n kalimat yang runtut dan mudah Cerita Putri Tidur

G. Kegiatan Awal • Guru memberi

salam, mengabsen,dan mengajak siswa berdoa. • Apersepsi,guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang

22.Siswa dapat menceritakan kembali cerita putri tidur secara runtut

23.Siswa dapat menyebut aturan yang berlaku di dunia kerajaan 24.Siswa mampu

menentukan langkah

(73)

2)(46-PKN Matemati ka norma yang berlaku di masyarakat. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka dipahami Mengenal aturan yang berlaku di masyarakat sekitar Melakukan operasi hitung campur Norma Hitung campur bermacam dongeng yang pernah didengarnya.

H. Kegiatan Inti 15.Guru menceritakan tentang Putri Tidur 16.Siswa menceritakan kembali dengan bahasa yang runtut. 17.Siswa menyebutkan aturan yang berlaku dalam dunia kerajaan. 18.Menjelaskan penerapan perlakuan pada para mentri dan masyarakat dalam kalimat matematika. 19.Siswa mengerjakan penyelesaian soal hitung campurdengan dimulai dari perkalian atau pembagian lebih dahulu secara perorangan. 25.Siswa dapat menggambar suasana pertemuan kerajaan. 6):5+6X2= 3)(29-9+25):5X2=

Tes Kinerja : 4. Ceritakan kembali cerita Putri Tidur yang baru kamu dengar! 5. Aturan apa

(74)

SBK Mengga mbar

tugas kelompok. 20.Siswa

berdiskusi dengan guru tentang cara menyelesaikan soal

matematika. 21.Siswa

menggambar suasana pertemuan kerajaan

I. Kegiatan Akhir • Guru bersama

siswa melakukan refleksi

Yogyakarta, 5 Februari 2009 Guru kelas

F. Rustiati

Gambar

Tabel 3.2 Daftar Nomer Induk Siswa  ......................................................................
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 Daftar Nomer Induk Siswa
Tabel 3.3 Contoh Lembar Penilaian
+5

Referensi

Dokumen terkait

ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan harga diri pada pasien kanker payudara di RSUD Panembahan Senopati Bantul, bahwa diantara responden

Tingkat pengembalian investasi pendidikan yang diterima individu dengan lama tahun bersekolah di atas 12 tahun untuk lapangan usaha industri dan jasa, terus mengalami

Sayuran adalah produk segar yang masih hidup, yang dicirikan dengan adanya aktivitas metabolisme seperti respirasi untuk mempertahankan hidupnya. Faktor lingkungan yang

Diduga pengangguran terbuka di Kabupaten Paser membuat variabel pendidikan pada data ini tidak nyata atau tidak signifikan karena mereka yang memiliki ijazah

Dari kedelapan variabel yang telah ditentukan yaitu kemiringan lereng, intensitas hujan harian, kapasitas drainase, bentuk lahan, penggunaan lahan, tekstur tanah,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan belajar matematika siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 adalah jumlah siswa yang mengalami tingkat

1). Bagaimana pengaruh penambahan terak tanur tinggi dari hasil pembakaran bata merah baik dengan menggunakan perekat semen atau semen dan kapur tohor terhadap kuat tekan,

Berdasarkan hasil perhitungan kualitas air menggunakan metode NSF-IKA yang ditunjukan pada Tabel 2, tingkat kualitas air segmen 1 Sungai Plumbon masuk dalam