i
KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR 2 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2008/2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh:
MARIA DWI NARIS WARI
021114012
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
“Dalam segala hal, aku selalu mengucap syukur pada-Mu
Tuhan, diwaktu aku senang maupun susah, diwaktu aku sehat
maupun sakit, diwaktu aku sukses maupun gagal, karena
melalui semuanya itu aku semakin dekat dengan-Mu,
Engkaulah Sumber Kehidupanku”
“ Ia membuat segala sesuatu indah tepat pada waktunya,
bahkan ia memberikan kekuatan dalam hati mereka”
(Pengkotbah 3:11)
Skripsi ini Kupersembahkan untuk :
Kedua orang tuakuKakakku Endang Lestari
v
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Februari 2009
Penulis
vi
TINGKAT KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR 2 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2008/2009
Maria Dwi Naris Wari
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2009
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif bidang bimbingan belajar dengan
menggunakan metode survey. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
mengenai kesulitan belajar matematika siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2
Yogyakarta 2 tahun ajaran 2008/2009. Masalah penelitian ini adalah bagaimana
tingkat kesulitan belajar matematika siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2
Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.
Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta
dengan populasi penelitian berjumlah 118 siswa. Instrument yang digunakan adalah
kuesioner tingkat kesulitan belajar matematika yang disusun oleh peneliti. Kuesioner
terdiri dari 72 item sebagai penjabaran dari 2 aspek kesulitan belajar. Aspek tersebut
adalah aspek intern atau di dalam pribadi siswa dan aspek ekstern atau di luar pribadi
siswa.
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
statistik dengan dasar kategorisasi dan tabulasi skor-skor dalam kuesioner tingkat
kesulitan belajar belajar matematika.
vii
THE DIFFICULTIES LEVEL IN LEARNING MATHEMATICS
EIGHTH GRADE STUDENTS OF
SMP PANGUDI LUHUR 2 YOGYAKARTA
IN THE ACADEMIC YEAR 2008/2009
Maria Dwi Naris Wari
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2009
This research was a descriptive research on guidance using survey method.
This research was aimed to obtain the description about the difficulties in learning
mathematics among the eighth grade students of SMP Pangudi Luhur 2
Yogyakarta
in the academic year 2008/2009. The problem in this research was what is the
difficulties level among the eighth grade students of SMP Pangudi Luhur 2
Yogyakarta in the academic year 2008/2009.
The subjects of this research were the eighth grade students of SMP Pangudi
Luhur 2 Yogyakarta in the academic year 2008/2009 with the research population in
the amount of 118 students. The questionnaire about the difficulties level in learning
mathematics which was composed by the researcher was the instrument used. The
questionnaire was consisting of 72 items as the clarification from 2 aspects of study
difficulty. The aspects were the intern aspect or in the student’s personality and
extern aspects or out from the student’s personality.
The data processing used in this research was statistic technique with the
category and scores tabulation as the basic in the difficulties level in learning
mathematics questionnaire.
viii
Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Maria Dwi Naris Wari
NIM : 021114012
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Tingkat
Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2
Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari
saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 28 Februari 2009
Yang menyatakan
ix
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Mahabaik, yang selalu menyertai dan
menuntun penulis sehingga penulis skripsi ini dapat selesai dengan baik. Begitu besar
kasih-Nya kepada setiap orang yang berharap kepada_nya sehingga Ia selalu
menopang dan meneguhkan setiap usaha dan karya penulis. Ia mencurahkan segala
rahmat dan berkat-Nya untuk menolong penulis dalam menyelesaikan skripsi melalui
dosen dan teman-teman yang berada di sekitar penulis.
Oleh karena itu pantas dan layaklah penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada mereka yang secara langsung telah memotivasi dan
mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
1.
Dra. Ign Esti Sumarah, M.Hum dosen pembimbing yang dengan penuh
kesabaran dan ketulusan hati membimbing, menuntun, dan mendampingi
peneliti selama penulisan skripsi hingga akhirnya skripsi ini selesai dengan
baik.
2.
Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si Kaprodi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma yang telah membimbing dan mendukung peneliti dalam
menyelesaikan penulisan skripsi.
x
penelitian.
5.
Ibu Sherly yohnatan, S.Pd. dan Ibu Sisca selaku Staff Bimbingan Konseling
SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta yang berkenan menerima, mendampingi
dan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengisi jam mata
pelajaran BK selama peneliti melaksanakan penelitian.
6.
Siswa-siswi Kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran
2008/2009, yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian.
7.
Orang tua yang tak pernah berhenti untuk selalu berdoa dan mendukung
peneliti sampai saat ini.
8.
M. Endang Lestari dan Y. Subagyo yang selalu mendukung dan menanyakan
perkembangan skripsi ini, sehingga peneliti terdorong untuk menyelesaikan
skripsi ini
9.
B.Didi Permadi yang selalu memotivasi dan mendukung dari jauh. Terima
kasih untuk semua perhatian dan kasih sayangnya selama ini.
10.
Romo YB. Sujanto.Pr dan Romo Joe Gordon.Pr yang selalu membantu dan
memberikan dukungan serta doa bagi peneliti untuk tetap bersemangat dalam
menyesaikan skripsi.
xi
Esti, Ina, Uning, Nadia, Yala, Sherly, Sr. Noren, Sr. Vero, Br. Edy, Fr. Paul,
Yunar, Andre, Nana, Nena, Petrus, Arya, Bertus, Yasinta dan Ayu yang telah
memberikan kenangan tak terlupakan, terimakasih atas dukungan dan
bantuannya selama ini.
Semoga segala sesuatu yang telah mereka berikan kepada peneliti mendapat
berkat dari Tuhan. Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan skripsi ini akan peneliti terima dengan senang hati.
xii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ...iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...v
ABSTRAK ...vi
ABSTRACT
...vii
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ...viii
KATA PENGANTAR ...ix
DAFTAR ISI ...xii
DAFTAR TABEL ...xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ...1
B.
Rumusan Masalah ...6
C.
Tujuan Penelitian ...6
D.
Manfaat Penelitian ...6
xiii
A.
Mata Pelajaran Matematika ...8
1.
Pengertian Matematika ………...8
2.
Matematika Dalam Kurikulum SMP ……….……...9
3.
Daya Serap Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur Terhadap
Mata pelajaran Matematika ………. .12
B.
Pentingnya Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas VIII di SMP
Pangudi Luhur 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 ...13
1.
Arti Belajar Matematika ………13
2.
Pengertian Kesulitan Belajar dan Gejala-gejalanya ………..……14
3.
Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Matematika ………...17
C.
Bimbingan Belajar Matematika ...25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian...28
B.
Alat Pengumpulan Data ...29
1.
Kuesioner ………...29
2.
Penentuan Kategori ………...…………31
3.
Validitas dan Reliabilitas ………. 32
a.
Validitas Kuesioner ………..32
b.
Reliabilitas ………33
xiv
1. Perhitungan Reliabilitas Kesulitan Belajar Matematika ………….36
2. Perhitungan Validitas Kesulitan Belajar Matematika ………..37
3. Perhitungan Mean ………....37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian ...38
B.
Pembahasan ………....39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan ...44
B.
Saran ...45
DAFTAR PUSTAKA ...46
xv
Tabel 1
Indikator Kuesioner Tingkat Kesulitan Belajar Matematika
Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2008/2009 ……….. 30
Tabel 2
Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas dan Validitas
Kuesioner Tingkat Kesulitan Belajar Matematika ...33
Tabel 3
Kualifikasi Koefisien Reliabilitas dan Validitas
Suatu Alat Ukur ...34
Tabel 4
Data Populasi dan Sampel ...35
Tabel 5 Jadwal Pengumpulan Data Penelitian ... . 36
Tabel 6
Tingkat Kesulitan Belajar Matematika ...39
Tabel 7
Persentase Keseluruhan Aspek-aspek Dalam
Aspek Intern dan Aspek Ekstern Tingkat
Kesulitan Belajar Matematika ………...……41
Tabel 8
Kuesioner Tingkat
Kesulitan Belajar Matematika ………...……48
xvi
Tahun Ajaran 2008/2009………...……64
Tabel 11
Data Hasil Kuesioner Tingkat
Kesulitan Belajar Matematika ………...……69
Tabel 12
Perhitungan Validitas dan Reliabilitas ………72
Tabel 13 Kategori Skor-Skor Hasil PKesulitan Belajar Matematika ...74
Tabel 14
Surat Ijin Penelitian...77
Tabel 15
Surat Keterangan Penelitian...78
xvii
Lampiran 1 Kuesioner Kesulitan Belajar Matematika ………... 48
Lampiran 2 Hasil Tabulasi Data Penelitian Kuesioner
Tingkat Kesulitan Belajar Matematika Siswa
Kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2008/2009 ...58
Lampiran 3 Perhitungan Aspek-Aspek Tingkat Kesulitan Belajar
Matematika Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2
Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009………...….64
Lampiran 4 Data Hasil Kuesioner Tingkat
Kesulitan Belajar Matematika Siswa
Kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2008/2009 ...70
Lampiran 5 Perhitungan Validitas dan Reliabilitas ...73
Lampiran 6 Kategori Skor-skor Hasil Kuesioner
Tingkat Kesulitan Belajar ………..75
Lampiran 7 Surat Ijin Ujicoba/ Penelitian ……….….……...78
Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian ………...….79
1
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan keadaan sosial budaya
yang berlangsung pesat telah membawa banyak perubahan pada setiap
individu. Penyesuaian diri terhadap perubahan menuntut individu untuk terus
belajar. Menurut Slameto (2003:2) belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja,
baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dengan belajar siswa dapat
mengalami perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan. Belajar
di sekolah supaya efektif membutuhkan bimbingan.
Winkel (1997:79) bimbingan adalah sebagai proses membantu
seseorang dalam memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya. Salah
satu bimbingan adalah bimbingan belajar yang artinya bimbingan dalam hal
menggunakan cara belajar yang tepat dalam mengatasi kesulitan-kesulitan
yang berhubungan dengan masalah belajar, baik di sekolah maupun di luar
Dengan bimbingan belajar diharapkan setiap siswa dapat belajar dengan
sebaik mungkin, sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Ada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan ada siswa yang
tidak mengalami kesulitan belajar. Siswa yang mengalami kesulitan maupun
siswa yang tidak mengalami kesulitan belajar berharap akan memperoleh
pengetahuan baru, keterampilan baru, dan sikap baru. Banyak siswa
berkesulitan belajar matematika karena kurang kesiapan siswa itu sendiri
untuk mempelajari mata pelajaran matematika. Diperlukan banyak waktu dan
tenaga untuk membangun kesiapan belajar agar anak tidak mengalami
kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran metematika, misalnya
membangun kesadaran mereka untuk giat berlatih soal-soal matematika tanpa
kenal putus asa.
Banyak hal di sekitar kita yang selalu berhubungan dengan matematika
misalnya saja mencari nomor rumah seseorang, telepon, jual beli barang,
menukar uang, mengukur jarak dan waktu. Hitungan dasar yang melibatkan
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian harus dikuasai dengan
sempurna. Setiap orang pasti bersentuhan dengan salah satu konsep dasar
matematika dalam kesehariannya. Jadi matematika bukan cuma berhitung
atau hanya memasukkan rumus-rumus. Belajar matematika juga
membutuhkan kemampuan bahasa, untuk bisa mengerti soal atau mengerti
logika, juga imajinasi dan kreativitas (Ariesandi Setyono, 2005: 1).
Banyak siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta mengeluh
karena kurangnya minat dan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran
matematika karena matematika terasa sulit sebab rumus-rumusnya demikian
kompleks. Oleh karena itu metode mengajar guru harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan karakteristik siswa yang sulit memahami rumus. Selain itu
dari pihak siswa perlu adanya minat dan motivasi untuk mempelajari
matematika. Hudoyo (1980:12) mengatakan matematika berkenaan dengan
ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut
urutan yang logis dan konsep-konsep abstrak.
Menurut Hallahan Kauffman, dan Lloyd (1985:14) kesulitan belajar
adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar
yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa atau tulisan. Gangguan
tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan,
berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung.
Menurut Ahmadi dan Widodo ada dua aspek yang menjadi penyebab
siswa mengalami kesulitan belajar, yaitu meliputi aspek intern dan aspek
ekstern. Aspek intern yaitu yang terdapat dalam diri siswa, antara lain :
kesulitan belajar faktor psikologis seperti inteligensi, bakat, minat, dan
motivasi, faktor kesehatan. Aspek ekstern yaitu yang terletak di luar diri
siswa, yaitu orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya,
mungkin acuh tak acuh, suasana rumah/keluarga yang sangat ramai tidak
mungkin anak dapat belajar dengan baik, keadaan ekonomi keluarga
merupakan faktor yang sangat penting karena belajar dan kelangsungannya
dan biaya-biaya yang lain. Faktor sekolah juga mempengaruhi kesulitan
dalam belajar khusunya guru yang menuntut standar pelajaran di atas
kemampuan siswa. Faktor alat yang kurang lengkap, kondisi gedung yang
tidak nyaman akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai tingkat kesulitan belajar matematika siswa kelas VIII
SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta. Ada dua alasan mengapa peneliti tertarik
untuk mempelajari kesulitan belajar matematika siswa. Pertama, peneliti
pernah melaksanakan PPL (Program Pengalaman Lapangan) di SMP tersebut.
Selama ber-PPL peneliti memperoleh pengalaman bahwa siswa sering
mengeluh mengenai kesulitan belajar matematika. Kedua, dari pembicaraan
dengan guru pembimbing, peneliti memperoleh informasi bahwa kurang
minat siswa terhadap matematika sehingga pihak sekolah ingin mengetahui
penyebab kesulitan belajar matematika siswa dengan lebih jelas.
Peneliti ingin mengetahui bagaimana tingkat kesulitan belajar siswa
dalam mata pelajaran matematika. Dengan demikian peneliti dapat
memberikan masukan ke guru Bimbingan dan Konseling bahwa pembimbing
di sekolah juga perlu mengadakan layanan bimbingan bagi siswa yang
benar-benar membutuhkan layanan bimbingan individu dan layanan bimbingan
kelompok untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Menurut Singgih D.
Gunarsa (1981:25) bimbingan belajar sangat dibutuhkan bagi siswa agar
siswa dapat cepat tanggap dalam penguasaan materi di sekolah, selain itu
yang diberikan oleh guru. Selain memberikan layanan bimbingan belajar,
guru pembimbing juga dapat memberikan layanan bimbingan individu untuk
memberikan bantuan secara pribadi berdasarkan ungkapan informasi dari
siswa. Guru pembimbing membantu siswa berupa pemberian informasi dan
pemberian alternatif penyelesaian masalah yang sesuai dengan diri siswa.
Melalui bimbingan belajar, baik yang bersifat pencegahan,
pengembangan, ataupun penyembuhan, diharapkan siswa akan semakin
memiliki kegiatan belajar yang baik. Dengan memiliki kegiatan belajar yang
baik, yang dilakukan terus-menerus selama belajar di sekolah tersebut,
diharapkan siswa akan memperoleh hasil belajar yang memuaskan sesuai
dengan kemampuannya. Siswa yang sudah mengetahui penyebab kesulitan
belajar yang dialaminya diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan
B. Perumusan Masalah
Bagaimana tingkat kesulitan belajar siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2
Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 dalam mata pelajaran matematika ?
C. Tujuan Penelitian :
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai tingkat
kesulitan belajar siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun
ajaran 2008/2009 dalam mata pelajaran matematika.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Guru Pembimbing
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru
pembimbing dalam menyusun program bimbingan belajar untuk
siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran
2008/2009 dalam mata pelajaran matematika.
2. Guru mata pelajaran matematika
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai dasar pertimbangan dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas dan menemukan
cara yang tepat dalam memajukan prestasi belajar siswa.
3. Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti
E. Definisi Operasional
1. Tingkat kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran matematika adalah
taraf kesukaran yang dialami siswa dalam mata pelajaran matematika,
yang mencakup aspek intern dan aspek ekstern.
2. Siswa kelas VIII SMP adalah siswa yang terdaftar sebagai siswa di SMP
8
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini memuat tinjauan pustaka mengenai topik-topik yang
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
A. Mata pelajaran Matematika
1. Pengertian Matematika
Matematika adalah salah satu ilmu yang sangat penting untuk
setiap orang. Mata pelajaran matematika merupakan ilmu terstruktur
yang penuh dengan simbol-simbol. Dalam mempelajari mata pelajaran
matematika, siswa berlatih membaca uraian-uraian atau kalimat-kalimat
yang dinyatakan dalam simbol-simbol bilangan, gambar, dan grafik
sehingga dapat memahami makna yang terkandung di dalamnya.
Pemahaman akan simbol matematika nampak pada penyusunan kembali
dalam bahasa siswa sendiri. Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo
(1997:1) matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak,
sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode
yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa. Untuk itu
diperlukan model dan media pembelajaran yang dapat membantu siswa
untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
Menurut Palling (1982:2), ide manusia tentang matematika
berbeda-beda, tergantung pada pengalaman dan pengetahuan
yang mencakup tambah, kurang, kali, dan bagi; tetapi ada pula yang
melibatkan topik-topik seperti aljabar, geometri, dan trigonometri.
Banyak pula yang beranggapan bahwa matematika mencakup segala
sesuatu yang berkaitan dengan berpikir logis. Selanjutnya, Palling
mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan
jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara
menggunakan informasi; menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan
ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling
penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat
dan menggunakan hubungan-hubungan.
Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika.
Cornelius (1982:38) mengemukakan lima alasan perlunya belajar
matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas
dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari,
(3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman,
(4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk
meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
2. Matematika dalam Kurikulum SMP
Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum 2004 untuk Sekolah
Menengah Pertama (Depdiknas,2003:8) menyatakan bahwa potensi siswa
harus dapat dikembangkan secara optimal. Di dalam proses belajar
matematika siswa dituntut untuk mampu mengembangkan kreatifitas
pemecahan masalah dalam soal-soal matematika, mampu
mengkomunikasikan pemikiran matematisnya kepada orang lain. Untuk
mencapai kemampuan tersebut perlu dikembangkannya proses belajar
matematika yang menyenangkan, memperhatikan keinginan siswa,
membangun pengetahuan dari apa yang diketahui siswa, menciptakan
suasana kelas yang mendukung kegiatan belajar, memberikan kegiatan
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, memberikan kegiatan yang
menantang, memberikan kegiatan yang memberi harapan keberhasilan,
menghargai setiap pencapaian siswa (Depdiknas, 2003:6).
Dalam kurikulum 2004 pada jenjang pendidikan menengah
mengatakan bahwa guru dalam melakukan pembelajaran matematika
harus bisa membuat situasi yang menyenangkan, memberikan alternatif
penggunaan alat peraga atau media pembelajaran yang bisa digunakan
pada berbagai tempat dan keadaan, baik di sekolah maupun di rumah.
Dalam kurikulum 2004 pembelajaran matematika mempunyai beberapa
tujuan khusus antara lain :
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan,
misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen,
menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan
inkonsistensi
2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi,
orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta
mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan
lisan, catatan, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Materi pokok matematika adalah materi yang dipelajari oleh
siswa, sebagai sarana untuk memperoleh kompentensi dasar. Berikut
materi pokok pembelajaran matematika Siswa Kelas VIII di SMP
Pangudi Luhur 2 yang sudah disesuaikan dengan kompetensi dasar dan
standar kompetensi.
Materi pokok mata pelajaran Matematika SMP Kelas VIII
semester I meliputi :
1. Aljabar
a) Faktorisasi suku aljabar
b)Fungsi
c) Persamaan garis lurus
d)Sistem persamaan linear
2. Geometri dan pengukuran
a) Sistem persamaan linear dua variabel
b)Dalil Pythagoras
c) Garis-garis pada segitiga lingkaran
d)Garis singgung lingkaran
3. Daya Serap Siswa Kelas VIII di SMP Pangudi Luhur 2 Terhadap Mata
Pelajaran Matematika
Kesulitan belajar siswa menunjuk pada suatu keadaan yang
menandakan siswa tidak lancar dalam kegiatan belajar. Belajar
matematika dikatakan sulit oleh siswa karena siswa kurang sering
mengerjakan latihan-latihan yang diberikan guru dan tidak mempelajari
ulang bahan yang telah diterima di sekolah. Seorang siswa gagal dalam
mempelajari matematika karena tidak dirasakan masalah dalam
hidupnya di mana matematika sungguh-sungguh diperlukan dan
dibutuhkan untuk memecahkan masalahnya, matematika disajikan
sedemikian rupa sehingga siswa tidak melihat hubungan di dalam
keseluruhan pelajaran itu.
Proses belajar akan menjadi lancar jika belajar itu sendiri
dilakukan secara kontinyu dan banyak latihan soal. Latihan soal
metematika baik jumlah soal, maupun variasi bentuk soal sehingga akan
memperluas pandangan terhadap berbagai masalah matematika. Semakin
banyak bentuk soal dan jenis soal matematika yang pernah diselesaikan
semakin mudah jika sewaktu-waktu menghadapi soal-soal yang serupa.
Matematika dianggap sebagai suatu pelajaran yang sukar, dibandingkan
dengan mata pelajaran yang lain. Kesulitan bahan pelajaran matematika
mempengaruhi siswa dalam belajar. Makin sulit pelajaran matematika
makin lambat siswa mempelajarinya. Bahan yang sulit memerlukan
Menurut (L. Sugeng Tri H, guru mata pelajaran matematika kelas
VII), salah satu yang dapat menunjukkan kesulitan belajar siswa kelas
VIII SMP Pangudi luhur 2 Yogyakarta ialah nilai rapor pada kelas VII
akhir semester I untuk mata pelajaran matematika: nilai rata-rata hanya 6
atau bahkan kurang yaitu 5. Keadaan ini sangat memprihatinkan jika
siswa tidak merubah cara belajarnya, karena secara tidak langsung akan
berpengaruh pada hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika
pada akhir semester II yang akan mengakibatkan siswa tidak naik ke
kelas VIII.
B. Pentingnya Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas VIII di SMP Pangudi
Luhur 2
1. Arti Belajar Matematika
Ada beberapa definisi tentang belajar. Berikut ini dikemukakan
beberapa definisi belajar. Menurut Winkel (1996:53) mendefinisikan
belajar sebagai “suatu aktivitas mental psikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap”. Menurut Slameto
(2003:2) mendefinisikan belajar adalah “suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
Dalam konteks belajar matematika, siswa SMP Pangudi Luhur 2
Yogyakarta, maka pemahaman siswa sewaktu mempelajari rumus-rumus
matematika dan memahami bentuk aljabar dalam pemecahan masalah
diharapkan siswa mempunyai ketrampilan supaya dapat menyelesaikan
masalah-masalah matematika dengan mengerjakan latihan-latihan soal
dan pekerjaan rumah. Hal ini merupakan tingkat lebih tinggi dari pada
hanya sekedar ingat prosesnya melibatkan berpikir kritis dan pemecahan
masalah. Motivasi terbaik sehingga belajar bisa efektif seperti apabila
siswa aktif, tidak pasif sebagai penerima saja.
2. Pengertian Kesulitan Belajar dan Gejala-gejalanya
Menurut Ahmadi dan Widodo (2003:77) menyebutkan pengertian
kesulitan belajar adalah “keadaan yang dialami anak didik atau siswa
yang tidak dapat belajar sebagaimana mestinya”. Banyak siswa
berkesulitan belajar matematika disebabkan kurangnya kesiapan siswa
untuk mempelajari mata pelajaran matematika. Maka diperlukan banyak
keterampilan dalam belajar matematika. Keterampilan dalam membaca
soal, menulis rumus dan menghitung. Apabila siswa tidak mempunyai
keterampilan untuk memahami setiap materi yang diberikan guru maka
siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar sehingga siswa gagal dan
prestasinya menjadi rendah. Siswa yang mengalami kesulitan belajar
memiliki hambatan-hambatan sehingga menampakkan gejala-gejala
Menurut Ahmadi dan Widodo (2003:94) ada lima gejala sebagai
pertanda adanya kesulitan belajar, misalnya :
a. Menunjukkan prestasi di bawah rata-rata yang dicapai oleh
kelompok kelas.
Menurut keterangan dari guru mata pelajaran matematika di
SMP Pangudi Luhur 2 untuk kelas VII banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam mata pelajaran matematika karena
kurangnya kesiapan belajar siswa terhadap mata pelajaran
tersebut sehingga nilai rata-rata yang mereka dapat hanya 6 dan
bahkan kurang yaitu 5.
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang
dilakukan. Ia sudah berusaha keras tetapi nilainya selalu kurang.
Siswa dalam belajar matematika hanya menghafal dan tidak
dipahami penuh oleh siswa. Sedangkan siswa sudah belajar
keras untuk dapat menghafal. Belajar dengan menghafal berarti
bahwa belajar dikerjakan dengan cara mekanis, sekedar suatu
latihan mengingat tanpa siswa akan menjumpai kesulitan. Jika
matematika dipelajari dengan hafalan, maka siswa akan
menjumpai kesulitan, sebab bahan pelajaran yang diperoleh
dengan hafalan belum siap pakai. Untuk menyelesaikan masalah
bahkan juga dalam situasi-situasi yang mirip dengan bahan yang
dipelajari. Maka siswa tidak mendapat hasil belajar yang baik,
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu
tertinggal dengan kawan-kawannya dalam semua hal, misalnya
dalam mengerjakan soal-soal dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Siswa lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar
disebabkan kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar. Siswa
yang mengalami kesulitan konsentrasi ini disebabkan karena
kurang berminat terhadap mata pelajaran tersebut, bosan
terhadap pelajaran tersebut dan kurangnya kesiapan untuk
mempelajari bidang studi tertentu sehingga siswa tidak pernah
memperhatikan atau bertanya bila ia mengalami kesulitan untuk
memahami materi tersebut. Sehingga ia akan tertinggal dengan
teman-temannya yang ikut bepartisipasi aktif dalam pelajaran.
d. Menunjukkan sikap yang kurang wajar.
Siswa yang kurang senang dengan mata pelajaran
matematika akan bersikap kurang baik ketika berada di kelas.
Ketika guru sedang menerangkan di kelas siswa akan
mengalihkan perhatiannya pada kegiatan lain. Misalnya
berbicara dengan teman atau asik bermain pena.
e. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan.
Sejak awal siswa yang kurang menyukai mata pelajaran
matematika akan merasa tidak nyaman bila mengikuti pelajaran
tersebut sehingga siswa akan menunjukkan perilaku yang
matematika, tidak mengerjakan PR, dan juga sering datang
terlambat. Ini menunjukkan bahwa siswa tidak tertarik dalam
mata pelajaran tersebut sehingga siswa selalu menghindar.
Dari gejala-gejala yang tampak dari siswa maka siswa kelas
VIII SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta mengalami kesulitan
belajar dalam mata pelajaran matematika. Ini terjadi karena cara
belajar siswa yang salah dan ada pula faktor penyebab
kegagalan siswa dalam kegiatan belajar. Itu terjadi di dalam diri
siswa sendiri atau di luar diri siswa.
3. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Matematika
Kesulitan belajar siswa menunjuk pada suatu keadaan yang
menandakan siswa tidak lancar dalam kegiatan belajar. Ketidak lancaran
kegiatan belajar siswa dalam mata pelajaran dapat dipengaruhi oleh
beberapa Aspek, yaitu aspek intern dan ekstern, yaitu :
1). Aspek Intern adalah faktor dari dalam diri manusia itu sendiri, yang
meliputi:
a. Kesehatan
Siswa yang sakit dan kurang sehat akan mengalami kelemahan
fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah.
Akibatnya rangsangan yang diterima melalui indranya tidak
dapat diteruskan ke otak sehingga siswa menjadi tidak dapat
mengikuti pelajaran dengan baik. Dalam konteks mata pelajaran
siswa sangat membutuhkan konsentrasi yang tinggi karena
menyangkut rumus-rumus dan hitungan.Bila kondisinya lemah
maka siswa tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik maka
siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar.
b. Psikologis
1) Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara
terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi
lingkungannya secara efektif. Siswa yang IQ-nya tinggi
(110-140) dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi
dan digolongkan cerdas. Siswa yang memiliki IQ 140 ke atas
digolongkan genius. Siswa yang IQ-nya normal (90-110)
dapat menamatkan SD tepat pada waktunya. Siswa yang
mempunyai IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental
(Ahmadi dan Widodo, 2003:81). Menurut Howard Gardner
(2003:24:47) ada 9 intelegensi yang dimiliki oleh manusia
yaitu intelegensi: linguistik, matematis-logis, ruang,
kinestetik-badani, musical, interpersonal, intrapersonal,
lingkungan/naturalis, eksistensial. Dalam konteks matematika
berkaitan dengan intelegensi matematis-logis. Intelegensi
matematis-logis adalah kemampuan dalam penggunaan
bilangan dan logika secara efektif. Siswa dengan IQ yang
menyelesaikan soal-soal matematika, mampu menjelaskan
masalah secara logis, menghitung dengan cepat di luar
kepala, menggunakan angka-angka dan rumus. Siswa dengan
IQ normal kemungkinan juga dapat mengerjakan soal-soal
matematika dengan baik. Sedangkan siswa dengan IQ rendah
kemungkinan besar mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal-soal matematika. Selain itu
kemampuann-nya dalam belajar matematika terutama
mengenal simbol angka, memahami rumus-rumus dan
berhitung dapat menyebabkan prestasi siswa menjadi rendah
dalam mata pelajaran matematika.
2) Bakat
Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan
potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk
mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan ketrampilan
khusus (Semiawan, 1984). Siswa yang memiliki kemampuan
bawaan matematis maka dengan mudah belajar berhitung,
bermain angka, menggunakan rumus-rumus dan menghitung
luas bangun ruang menggunakan rumus itu. Dengan banyak
berlatih akan mengembangkan kemampuannya dalam
bidang/bakat matematika itu. Kelak kemudian hari akan
3) Minat
Minat adalah aktivitas yang membangkitkan perasaan
ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan dan
kenikmatan. Minat menjadi daya pendorong bagi siswa untuk
melakukan apa yang siswa inginkan. Dalam konteks
pelajaran matematika, siswa yang memiliki intelegensi dan
bakat dalam bidang matematika akan terbangkitkan perasan
ingin tahu dan perhatian pada hal-hal yang berkaitan dengan
matematika. Siswa pun tidak mudah putus-asa dalam
mengerjakan soal-soal matematika yang cenderung sulit.
Bahkan saat dapat menyelesaikan soal yang rumit, siswa
merasa senang dan bangga. Minat akan timbul apabila siswa
menaruh perhatian terhadap mata pelajaran matematika.
Minat dapat dipengaruhi dari faktor luar yaitu orang tua dan
guru. Salah satu contoh : guru saat menerangkan mata
pelajaran matematika dibuat dengan menarik sehingga
menyebabkan siswa berminat untuk berperan aktif menjawab
dan menanggapinya (Julaeha, 1999:183).
4) Motivasi
Motivasi adalah dorongan dari dalam untuk berbuat
atau mengerjakan sesuatu (Permadi, 2000: 72). Menurut
Ahmadi dan Widodo (2003:83) motivasi sebagai faktor inner
perbuatan belajar. Sedangkan motivasi terbagi menjadi dua,
yaitu: a) motivasi intrinsik merupakan motivasi yang timbul
dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti harapan, minat,
cita-cita; dan b) motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang
muncul dari luar diri siswa, seperti kondisi lingkungan
sekolah dan keadaan guru. Dalam konteks matematika, siswa
yang memiliki intelegensi, bakat dan minat dalam bidang
matematika maka akan memiliki hasrat/dorongan untuk
belajar dan mengerjakan soal-soal matematika. Misalnya
dengan menjawab soal latihan matematika, giat membaca
buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk
memecahkan masalah matematika. Sebaliknya mereka yang
motivasinya lemah untuk mempelajari matematika, tampak
acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju
pada pelajaran matematika, akibatnya siswa banyak
mengalami kesulitan belajar.
2). Aspek Ekstern adalah faktor yang terletak di luar diri siswa, antara
lain:
a. Orang tua
1) Cara mendidik anak
Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan
kemajuan belajar anak-anaknya, akan menjadi penyebab
kesulitan belajarnya. Orang tua yang bersifat kejam, otoriter,
akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal ini
akan berakibat anak tidak dapat nyaman di rumah. Sedangkan
orang tua yang lemah, suka memanjakan anak, ia tidak rela
anaknya bersusah payah belajar, menderita, berusaha keras,
akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan dan kemauan,
bahkan sangat tergantung pada orang tua, hingga malas
berusaha, malas menyelesaikan tugas-tugas sekolah hingga
prestasinya menurun. Orang tua seperti itu tidak memberikan
dorongan kepada anaknya, sampai anak menyukai belajar,
bahkan karena sikap orang tuanya yang salah anak bisa benci
belajar. Orang tua yang perhatian akan kegiatan belajar
anaknya, ketika belajar orang tua akan mendampingi anaknya
dalam belajar sehingga ketika anak mengalami kesulitan
dalam mengerjakan tugas rumah yang diberikan di sekolah
maka anak akan berusaha untuk bertanya kepada orang tuanya
apa yang tidak ia mengerti sehingga anak akan merasa
tertolong dan merasa nyaman bila dalam belajar didampingi
orang tuanya.
2) Hubungan orang tua dan anak
Kasih sayang dari orang tua, perhatian atau penghargaan
kurangnya kasih sayang akan menimbulkan gangguan
emosional. Demikian juga sikap keras, kejam, acuh tak acuh.
Seorang anak akan mengalami kesulitan belajar karena faktor
tersebut. Kasih sayang di sini dimaksudkan orang tua selalu
meluangkan waktu untuk anaknya, ketika anak butuh
pendampingan saat belajar karena anak perlu dorongan dan
pengertian orang tua. Kadang anak mengalami lemah
semangat maka orang tua wajib memberi pengertian dan
mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang
dialami anak di sekolah.
3) Keadaan ekonomi keluarga
Faktor biaya merupakan faktor yang sangat penting
karena belajar dan kelangsungannya sangat memerlukan
biaya, misalnya membeli alat-alat sekolah, uang sekolah dan
biaya-biaya yang lain. Apabila anak kesulitan dalam belajar
matematika biasanya anak memerlukan bimbingan belajar,
anak tidak hanya belajar di sekolah melainkan dapat belajar di
luar sekolah dengan mengikuti kursus. Tetapi karena keadaan
ekonomi yang tidak memungkinkan maka ini akan
b. Sekolah
Lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan yang
membantu siswa agar melaksanakan kegiatan belajar yang baik.
Selama di sekolah siswa melakukan kegiatan belajar dengan
tuntutan guru. Dalam kegiatan belajar matematika siswa
diharapkan lebih aktif dan dapat bekerjasama dengan pihak guru.
Siswa dapat mengerjakan latihan-latihan matematika yang
diberikan guru dan menanyakan materi-materi yang serasa sangat
sulit. Siswa yang tidak aktif, malas mengerjakan latihan-latihan,
malu bertanya akan mengalami kesulitan dalam belajar
matematika.
c.Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pemilihan dan
pengorganisasian bahan-bahan harus relevan dengan tujuan dan
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Di dalam pemilihan
bahan-bahan, perlu diperhatikan pula arah perkembangan
matematika. Materi pelajaran matematika harus sesuai dengan
kebutuhan siswa. Kurikulum matematika harus disusun menurut
kesatuan yang utuh. Apabila materi terlalu tinggi akan membawa
dengan kebutuhan anak, akan membawa kesuksesan dalam
belajar.
C. Bimbingan Belajar Matematika
Bimbingan belajar sering disebut bimbingan akademik, yaitu
“Bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dapat memilih
program studi yang sesuai dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul
berkaitan dengan tuntutan belajar disuatu institusi pendidikan” (Winkel dan
Sri Hastuti, 2004:116). Belajar merupakan inti dari kegiatan pengajaran di
sekolah, maka wajiblah siswa dibimbing agar tercapai tujuan belajarnya.
Dalam proses belajar mengajar tidak jarang timbul persoalan antara
materi pelajaran dan tujuannya dengan ciri-ciri pribadi siswa. Dalam hal ini
kerjasama atau bantuan guru pembimbing sangat diperlukan guru (Andi
Mappiare, 1984:160).
Guru pembimbing juga memiliki pengetahuan yang luas tentang
belajar. Meskipun guru pembimbing tidak secara langsung mengajar di
depan kelas seperti guru bidang studi, namun perannya dalam membantu
siswa dalam memperoleh hasil belajar yang maksimal sangat besar.
Kegiatan-kegiatan bimbingan bersifat menemukan, menyadarkan, dan
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa yang berkaitan dengan
belajarnya. Proses selanjutnya guru pembimbing dapat melihat
perkembangan belajar para siswa untuk kemudian menentukan materi
bimbingan belajar yang dibutuhkan siswa secara tepat. Semakin tinggi kelas
Dalam proses belajar di SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta, terdapat
siswa yang mengalami masalah dalam belajarnya khususnya dalam mata
pelajaran matematika yang dianggapnya sangat sulit, hal ini mungkin
disebabkan kurangnya minat dan motivasi siswa terhadap mata pelajaran
matematika. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan
bakatnya, dan tidak sesuai dengan kebutuhan. Motivasi belajar dapat
meningkat apabila guru membangkitkan minat siswa, memelihara rasa ingin
tahu mereka, menggunakan berbagai macam strategi pengajaran, dan
kemudian memberikan umpan balik.
Pembelajaran matematika pada siswa, terutama pada saat SD
sangat berpengaruh terhadap keseluruhan proses mempelajari matematika di
tahun-tahun berikutnya. Jika konsep dasar yang diletakkan kurang kuat atau
siswa mendapatkan kesan buruk pada perkenalan pertamanya dengan
matematika, maka tahap berikutnya akan menjadi masa-masa sulit dan
penuh perjuangan. Karena itu pelajaran matematika pun tidak pernah terjadi
proses dalam otak, akibatnya daya serap siswa terhadap mata pelajaran
matematika sangat kurang. Siswa yang menghadapi masalah dalam kegiatan
belajarnya secara individu dapat diberikan layanan bimbingan belajar yang
bersifat pribadi sesuai dengan masalah yang saat itu sedang dihadapinya,
atau bila ada beberapa siswa mengalami masalah belajar hampir senada,
guru pembimbing dapat memberikan layanan bimbingan belajar secara
Bimbingan individu dilaksanakan apabila jumlah siswa yang
dibimbing sedikit atau bersifat pribadi. Guru pembimbing langsung
memberikan bantuan berdasarkan ungkapan informasi dari siswa, berupa
pemberian informasi dan pemberian alternatif penyelesaian yang sesuai
dengan diri siswa. Sedangkan bimbingan kelompok dilaksanakan apabila
siswa yang dibimbing jumlahnya banyak. Dengan memberikan layanan
bimbingan belajar secara individu atau kelompok kepada siswa yang
bermasalah dalam belajar, diharapkan siswa akan segera dapat mengatasi
28
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan metode survei.
Menurut Furchan (1982:415) penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh
informasi tentang status gejala pada suatu penelitian dilakukan. Sukardi
(2003:157) mengartikan penelitian deskriptif sebagai “metode penelitian yang
berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa
adanya”.
Menurut Rahmat (1989) penelitian deskriptif bertujuan:(1) mengumpulkan
informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, (2)
mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek yang dilakukan
orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman
mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan dating.
Penelitian deskriptif dirancang untuk mengetahui sikap, pendapat, informasi,
keadaan dan prosedur.
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran mengenai bagaimana
tingkat kesulitan belajar matematika siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2
Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 dan menentukan aspek kesulitan belajar
matematika manakah yang paling tinggi menurut siswa kelas VIII SMP Pangudi
B. Alat Pengumpul Data
1. Kuesioner
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
kuesioner tingkat kesulitan belajar matematika yang disusun sendiri oleh
peneliti. Kuesioner adalah sekumpulan daftar pertanyaan tertulis yang
diberikan kepada subjek penelitian (Furchan, 1982:249). Jenis kuesioner
yang digunakan adalah kuesioner langsung tertutup, artinya responden
menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan dirinya dan sudah
disediakan jawabannya, sehingga responden tinggal memilih jawaban
yang tersedia dan sesuai dengan dirinya dangan memberikan tanda check
( ) (Arikunto, 2002:129). Instrument tingkat kesulitan belajar berisi 72
item pertanyaan terbagi menjadi dua faktor penyebab kesulitan belajar,
yaitu item nomor 1 sampai 42 berisi faktor intern atau faktor di dalam
pribadi siswa dan nomor item 43 sampai 72 berisi faktor ekstern atau
faktor di luar pribadi siswa.
Kuesioner terdiri dari beberapa bagian yaitu : pertama berisi
identitas dan petunjuk pengisian, bagian kedua berisi tentang pernyataan.
Kuesioner kegiatan belajar matematika siswa merupakan penjabaran dari
Tabel 1. Indikator Kuesioner Tingkat Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008
No Aspek Indikator Nomor Item Jumlah
1 Intern: Di dalam diri siswa
a. Faktor Kesehatan b. Faktor Psikologis
1) Intelegensi 2) Bakat 3) Minat 4) Motivasi 1,2,,3,4,5,6,7 8,9,10,11,12, 13,14,15,16 17,18,19,20,21, 22,23,24 25,26,272,28,29,30 31,32,33,34 35,36,37,38,39,40, 4142,43 7 9 8 10 9
2 Ekstern: Di luar diri siswa
a. Faktor Orang Tua 1) Cara mendidik anak 2) Hubungan Orang
Tua dan Anak 3) Keadaan ekonomi
keluarga b. Faktor Sekolah c. Kurikulum 44,45,46,47,48,49, 50 51,52,53,54,55,56, 57 58,59,60,61,62 63,64,65,66,67 68,69,70,71,72 7 7 5 5 5
Total Item 72
Kuesioner ini memakai skala Likert. Skala Likert adalah suatu
instrument pengukuran sikap yang terdiri daftar pernyataan (Hamalik,
2003:150). Skala ini memiliki alternatif jawaban masing-masing yaitu,
Selalu, sering kali, kadang-kadang, tidak pernah. Untuk memberi skor
pada skala Likert, jawaban diberi bobot disamakan dengan nilai
kuantitatif 4,3,2,1 untuk empat jawaban positif dan 1,2,3,4 untuk
pernyataan negatif (Sukardi, 2003:147). Skor untuk alternatif jawaban
selalu memperoleh skor 4 ; untuk jawaban sering kali memperoleh skor
tidak pernah mendapat skor 1. Skoring untuk peryataan negatif alternatif
jawaban selalu memperoleh skor 1; untuk jawaban sering kali
memperoleh skor 2; untuk jawaban kadang-kadang memperoleh skor 3;
untuk jawaban tidak pernah memperoleh skor 4. Ada 10 pernyataan
negatif yaitu nomor 1,5,8,9,13, 18,28,36,69,71,72.
2. Penentuan Kategori
Penentuan kategori rendah dan kategori tinggi berdasarkan Mean,
dikarenakan Mean mempunyai stabilitas yang terbesar (Hadi, 2004: 59).
Skor Mean termasuk kategori tinggi. Skor < Mean termasuk kategori
rendah. Mean adalah jumlah semua nilai dalam suatu sebaran dibagi
dengan jumlah kasus (Furchan, 2005 : 158).
Menghitung Mean menggunakan rumus:
N X
M = Σ
Keterangan:
M = Mean
ΣX = jumlah semua skor
3. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
a. Validitas Kuesioner
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai
validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya,
atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu
mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan
gambaran yang cermat mengenai data tersebut (Azwar, 1997:5).
Validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas yang dipakai
dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity), sebab
item-item dari kuesioner tingkat kesulitan belajar matematika merupakan
penjabaran dari teori yang tersaji dalam bab II yang mencakup faktor
intern dan faktor ekstern. Hal ini dilakukan untuk menyusun validitas
kuesioner.
Validitas isi (content validity) menunjuk pada sejauh mana
instrumen tersebut mencerminkan isi yang dikehendaki (Furchan,
2005:295). Dalam pelaksanaannya peneliti meminta pendapat dan
mengkonsultasikan kuesioner kesulitan belajar matematika siswa kelas
VIII kepada dosen pembimbing untuk memeriksa setiap butir item
pernyataan kuesioner, supaya setiap item pernyataan yang dibuat tepat
aspek ekstern, dan sesuai dengan tujuan penelitian tingkat kesulitan
belajar matematika siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta
tahun ajaran 2008/2009.
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah taraf sampai di mana suatu alat ukur
menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya. Untuk mencari taraf
reliabilitas digunakan metode belah dua (Split-half method). Metode
ini mempergunakan satu kali pelaksanaan (satu kali pengukuran).
Oleh karena itulah metode ini lebih efisien. Pendekatan yang
digunakan untuk memeriksa reliabilitas kuesioner adalah teknik belah
dua gasal-genap (Split Half Method). Bagian pertama berupa
item yang bernomor gasal (36 item), dan bagian kedua berupa
item-item yang bernomor genap (36 item-item).
Hasil penghitungan koefisien reliabilitas dan validitas kuesioner
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2. Hasil Penghitungan Koefisien Reliabilitas dan Validitas Tingkat Kesulitan Belajar matematika
Koefisien Siswa
Reliabilitas 0,87
Garrett (1967: 176) mengemukakan suatu deskripsi tentang
penafsiran koefisien korelasi sebagai berikut.
Tabel 3. Kualifikasi Koefisien Reliabilitas dan Validitas
Suatu Alat Ukur
Koefisien Korelasi Kualifikasi
± 0,70 − ± 1,00 Tinggi atau sangat tinggi
± 0,40 − ± 0,70 Cukup
± 0,20 − ± 0,40 Rendah
0,00 − ± 0,20 Tidak ada atau sangat rendah
Berdasarkan tabel kualifikasi di atas disimpulkan bahwa
koefisien reliabilitas dan koefisien validitas kuesioner termasuk
sangat tinggi jadi dapat dikatakan bahwa alat ukur yang digunakan
dalam penelitian adalah reliabel.
C. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2
Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 122 siswa. Peneliti
memilih kelas VIII sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan bahwa
siswa kelas VIII sudah mempunyai pengalamaan belajar yang cukup lama di
SMP Pangudi Luhur 2, sehingga siswa dianggap mampu menyadari dan
Populasi penelitian adalah populasi terbatas, menurut rencana ada 122
siswa yang terlibat dalam penelitian namun karena ada siswa yang tidak
masuk pada saat penelitian, maka siswa yang terlibat dalam penelitian
menjadi 118 siswa. Jadi sampel penelitian dengan jumlah 118 siswa disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 4. Data populasi dan sampel SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta
tahun ajaran 2008/2009
D. Prosedur Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
a. Meminta ijin kepala sekolah SMP Psngudi Luhur 2 Yogyakarta
untuk melakukan penelitian.
b. Menemui koordinator bimbingan untuk meminta jadwal bimbingan
klasikal untuk dijadikan jadwal penelitian.
2. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada hari jumat 19 September
dan sabtu 20 September 2008 dngan perincian sebagai berikut.
Kelas Jumlah Populasi Jumlah Sampel
VIII A 31 30
VIII B 31 30
VIII C 30 29
VIII D 30 29
Tabel 5. Jadwal pengumpulan data penelitian
E. Teknik Analisis Data
1. Perhitungan Reliabilitas Kuesioner Tingkat Kesulitan Belajar
Matematika
Langkah a: Menghitung koefisien korelasi skor item gasal dan skor item
genap menggunakan Product Moment dari Pearson dengan rumus:
(
)(
)
(
)
{
2 2}
{
2(
)
2}
_ − − = Y Y N X X N Y X XY N rXY Keterangan: XYr = korelasi skor-skor belahan gasal dan genap
N = jumlah subyek
X = skor item belahan gasal
Y = skor item belahan genap
XY= hasil perkalian antara skor X dan skor Y
Langkah b: Menghitung koefisien reliabilitas kuesioner Tingkat Kesulitan
Belajar Matematika dengan menggunakan rumus Spearman-Brown:
Kelas Tanggal Pengisian Data
Waktu Pengumpulan Data
Jumlah Siswa Yang Hadir
gg gg tt
r
r
r
+
×
=
1
2
Keterangan: = ttr koefisien reliabilitas
= gg
r koefisien gasal-genap
2. Perhitungan Validitas Kuesioner Tingkat Kesulitan Belajar
Matematika
Menghitung koefisien validitas kuesioner Tingkat Kesulitan Belajar
Matematika dengan menggunakan rumus (Guilford, 1965: 443):
tt
t
r
r
∞=
Keterangan:
∞
t
r
= koefisien validitastt
r = koefisien reliabilitas
3. Perhitungan Mean
Menghitung Mean menggunakan rumus:
N X
M = Σ
Keterangan:
M = Mean
ΣX = jumlah semua skor
38
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian. Pembahasan dimulai dari rumus masalah, yaitu bagaimana tingkat
kesulitan belajar matematika siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta
Tahun ajaran 2008/2009?
A. Hasil Penelitian
Tingkat kesulitan belajar matematika digolongkan dalam dua kategori
yaitu kategori tinggi (T) dan kategori rendah (R). Siswa yang memperoleh
skor kuesioner tingkat kesulitan belajar matematika sama atau diatas mean
(skor M). Sedangkan siswa yang termasuk tingkat kesulitan kategori rendah
(R) adalah para siswa yang memperoleh skor kuesioner tingkat kesulitan
belajar di bawah mean (skor < M).
Nilai rata-rata hitung tingkat kesulitan belajar matematika sebesar 188.
Skor 188 ke atas termasuk kategori kesulitan belajar lebih tinggi dalam mata
pelajaran matematika dan skor di bawah 188 termasuk kategori kesulitan
belajar rendah dalam mata pelajaran matematika. jumlah siswa yang
mengalami tingkat kesulitan belajar matematika disajikan dalam tabel
Tabel 6. Tingkat kesulitan belajar matematika siswa kelas VIII SMP
Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.
Tingkat Kesulitan Belajar Matematika
Rendah Tinggi Total
61 (52%) 57 (48%) N =118 (100%)
Berdasarkan data ini disimpulkan bahwa jumlah siswa yang mengalami
kesulitan rendah dalam mata pelajaran matematika lebih banyak dari pada
jumlah siswa yang mengalami kesulitan belajar tinggi dalam mata pelajaran
matematika.
B. Pembahasan
Hasil penelitian ini adalah jumlah siswa yang mengalami tingkat
kesulitan belajar rendah dalam mata pelajaran matematika lebih banyak yaitu
61 (52%) dari pada jumlah siswa yang mengalami kesulitan belajar tinggi
dalam mata pelajaran matematika. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
siswa mengalami kesulitan belajar matematika dari aspek intern maupun
ekstern. Dari aspek intern, (a) siswa kurang mempunyai minat dalam belajar
matematika sebab siswa menganggap matematika sulit untuk dipelajari; (b)
siswa juga kurang mempunyai motivasi untuk dapat berperan aktif di dalam
kelas maupun di luar kelas dengan bertanya ketika siswa sulit memahami
materi dan tugas. (c) siswa tidak mengikuti mata pelajaran matematika
dengan penuh perhatian sehingga sulit untuk menerima dan mengingat materi
teman ketika belum mengerti materi yang sudah diajarkan guru; (e) siswa
juga kesulitan belajar jika menghadapi bahan pelajaran matematika yang
terlalu banyak. Sedangkan dari aspek ekstern, (a) metode mengajar guru
kurang jelas dan menarik bagi siswa; (b) kurangnya perlengkapan belajar
siswa seperti buku wajib, buku penunjang, alat-alat tulis, dan kalkulator; (c)
keadaan orang tua yang kurang memperhatikan anak saat belajar matematika
di rumah; (d) siswa merasa kesulitan dengan bahan pelajaran yang terlalu
banyak.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar lebih tinggi sedikit jumlahnya
yaitu 57 (48%). Hal ini kemungkinan disebabkan dari aspek intern dan
ekstern: dari aspek intern (a) siswa dengan cepat mempunyai keberanian
mengerjakan soal-soal matematika yang diberikan oleh guru di papan tulis;
(b) siswa juga teliti dan cermat dalam mengerjakan soal-soal matematika; (c)
siswa berperan aktif di dalam kelas dan mau bertanya kepada guru ketika sulit
memahami tugas matematika yang diberikan; (d) siswa mendengarkan penuh
perhatian petunjuk untuk mengerjakan tugas metematika yang diberikan guru
di kelas. Sedangkan dari aspek ekstern, siswa dapat menerima materi yang
diberikan guru matematika dengan jelas sehingga siswa dapat mengikuti
Kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dapat dilihat
dari aspek-aspek kesulitan belajar yang lebih banyak dialami siswa, yaitu:
Tabel 7. Persentase Keseluruhan Aspek-aspek dalam Aspek Intern dan Aspek Ekstern Tingkat Kesulitan Belajar dalam Mata Pelajaran Matematika
No Aspek-aspek Skor yang
diperoleh
Skor yang
seharusnya
diperoleh
Persentase
1 Psikologis 10995 16520 66,55%
2 Kurikulum 1827 2832 64,51%
3 Sekolah 1515 2360 64,19%
4 Orang Tua 5632 8968 62,80%
5 Kesehatan 2068 3304 62,59%
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa aspek kesulitan belajar dalam
mata pelajaran matematika yang banyak dialami siswa kelas VIII SMP
Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 adalah aspek
psikologis.
Aspek kesulitan belajar matematika yang banyak dialami siswa adalah
aspek intern yaitu faktor psikologis dengan persentase 66,55% yang termasuk
di dalamnya intelegensi (22%), bakat (22%), minat (28%) dan motivasi (25%)
ini membuktikan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar matematika.
Kesulitan belajar matematika di segi minat dipengaruhi oleh aspek intern dan
aspek ekstern. Dari aspek intern, seperti: hilangnya dorongan belajar siswa
untuk mengikuti pelajaran matematika. Dari aspek ekstern, seperti: kurangnya
materi oleh guru matematika yang dirasakan oleh siswa kurang menarik dan
kurang bervariasi sehingga siswa kurang terdorong untuk berpartisipasi aktif
dalam kegiatan pembelajaran.
Kesulitan belajar matematika di segi motivasi dapat dipengaruhi dari
aspek intern dan aspek ekstern. Dari aspek intern, seperti: kurangnya semangat
untuk belajar di kelas sehingga siswa selalu timbul rasa bosan terhadap
pelajaran matematika. Kurangnya kesiapan dan kemauan siswa untuk
mempelajari mata pelajaran matematika. Sedangkan dari aspek ekstern, siswa
kurang memperhatikan guru dan siswa takut bertanya bila mengalami
kesulitan dalam memahami materi tersebut sehingga siswa akan tertinggal
dengan teman-temannya yang ikut bepartisipasi aktif dalam pelajaran.
Keadaan ini akan membuat siswa merasa tidak mempunyai motivasi untuk
mencapai tujuan dalam hidupnya di kemudian hari.
Kesulitan belajar matematika di segi intelegensi. Dalam bidang
matematika siswa mempunyai kemampuan yang cukup. Hal ini membuktikan
bahwa ada siswa yang bisa menguasai materi dan ada yang kurang menguasai
pelajaran matematika. Siswa yang mengalami kesulitan untuk mengingat
materi pelajaran matematika ini membutuhkan waktu lama dalam
mengerjakan soal-soal matematika. Siswa juga tidak dengan mudah dapat
mengerjakan soal-soal matematika yang terdapat dalam buku mata pelajaran
Kesulitan belajar matematika di segi bakat disebabkan kurangnya
siswa untuk berlatih dalam memecahkan soal-soal matematika. Mata pelajaran
matematika perlu usaha yang tinggi dari siswa untuk berlatih menggunakan
rumus-rumus dalam menghitung, berlatih menggambar bangun ruang, dan
berlatih menghitung luas bangun ruang dengan menggunakan rumus. Siswa
yang mempunyai bakat dalam mata pelajaran matematika akan menggunakan
teknik-teknik tertentu untuk memecahkan soal matematika. Untuk bisa
terealisasi bakatnya maka harus ditunjang dengan minat, pengetahuan,
pengalaman dan perlengkapan belajar yang memadai agar bakat tersebut dapat
44
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Hasil penelitian mengenai tingkat kesulitan belajar matematika
siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran
2008/2009 adalah sebagai berikut:
1. Jumlah siswa yang mengalami tingkat kesulitan belajar rendah
dalam mata pelajaran matematika lebih banyak daripada siswa
yang mengalami kesulitan belajar tinggi dalam mata pelajaran
matematika.
2. Aspek kesulitan belajar matematika siswa kelas VIII SMP
Pangudi Luhur 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 yang
banyak dialami siswa adalah aspek psikologis (66,55%), yang
meliputi; minat, motivasi, intelegensi dan bakat.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan
saran sebagai berikut:
1. Siswa diharapkan untuk terus meningkatkan minat dan motivasi
belajar matematika sec