ANALISIS CRAK PADA BLADE ROOT COMPRESSOR TAY 650-15
DENGAN PENGUJIAN ULTRASONIC
1
Rosyidin Sufyani
2
Edi Purwono
Program Studi Teknik Mesin,Sekolah Tinggi Teknologi Mandala Jl. Soekarno Hatta No. 597 Bandung , (022) 7301738 Fax. (022) 7304854
Abstract
Maintenance of aircraft engine components is very important because under no circumstances such machines should not fail. Components that receive a recurring load will experience fatique and crack. The purpose of this study was to detect early crack in LP Compressor Fan Blade Tay 650-15 (Blade Root) which can cause failure or damage to the machine. The number of machine components is quite large and complex, requires a lot of process and high reliability. The problem is how to detect the possibility of crack under the surface on the Root Blade. With ultrasonic testing is expected to be a solution to the possibility of early cracking on the Root Blade. Before the ultrasonic apparatus is used, calibration must be performed beforehand against the same specimen as the original. This testing process is part of quality control, because it can determine whether the component is still feasible to use or should be repaired, even replaced. The department responsible for quality inspection of components at PT NTP is the Quality Control Department. The criteria of ultrasonic examination results are based on the high examination signal, if it is below 40% accepted and if it is above 40%, then it is rejected. The smallest size that can be detected is 0.305 mm or 0.0122 inches. Ultrasonic test results based on NDT Inspection Report on 3 (three) engine owned by Customer with each 22 (twenty two) Blade Root, showing the results of two engines all meet the accepted criteria. While 1 (one) engine there is one root blade # 10 that does not meet the criteria or rejected. In accordance with the terms if any one of the blades is rejected, then all LPC Rotor Blade Tay 650-15 is rejected.
Keywords: Maintenance, cracking, quality, calibration, ultrasonic
Abstrak
terhadap kualitas hasil pemeriksaan komponen di PT NTP adalah DepartemenQuality Control. Kriteria hasil pemeriksaan ultrasonik didasarkan kepada tingginya sinyal pemeriksaan, jika berada di bawah 40 % diterima dan jika berada di atas 40 %, maka ditolak. Ukuran terkecil yang dapat dideteksi adalah 0,305 mm atau 0,0122 inchi. Hasil pengujian ultrasonik berdasarkanNDT Inspection Reportterhadap 3 (tiga)enginemilikCustomerdengan masing-masing 22 (dua puluh dua) buahBlade Root, menunjukan hasil duaengine semuanya memenuhi kriteria diterima. Sedangkan 1 (satu)engineada salah satublade root #10 yang tidak memenuhi kriteria atau ditolak. Sesuai dengan ketentuan apabila ada salah satu bladeyang ditolak, maka semua LPC Rotor Blade Tay 650-15ditolak.
I
Pendahuluan
.
Industri penerbangan dan manufaktur dewasa ini telah berkembang secara pesat dengan melibatkan mesin-mesin dan peralatan yang serba kompak, modern, dan canggih (shopisticated). Mesin-mesin dan peralatan dengan kondisi seperti itu diharapkan dapat menjaga dan meningkatkan kualitas (quality), biaya (cost), dan waktu (delivery) serta keandalan (reliability), baik berupa barang maupun jasa.
PT Nusantara Turbin dan Propulsi (PT NTP) adalah perusahaan yang telah memiliki kemampuan teknis maupun non teknis untuk melaksanakan pekerjaan berupa jasa pemeliharaan dan pemeriksaan (inspection) mesin-mesin pesawat terbang atau komponen-komponennya, seperti perbaikan ringan dan besar (repair dan overhaul).
Kemampuan tersebut tentunya harus didukung pula dengan peralatan yang dapat mendetekai kerusakan komponen secara akurat dan mempunyai ketelitian tinggi. Namun dalam kenyataannya masih dihadapkan dengan timbulnya biaya perbaikan kualitas produk yang diakibatkan oleh adanya kegagalan-kegagalan dalam proses pembuatan mutu produk (cost of quality), sepertiRTS (return to shop),claim dan lain-lain.
Tujuan dari penelitian inin adalah untuk mendeteksi dan mencegah adanya retak (crack) dini padaLP Compressor Fan Blade Tay 650-15 (Blade Root) yang dapat menyebabkan kegagalan atau kerusakan terhadap mesin pesawat terbang
Low Pressure Compressor Rotor Blade Tay 650-15 atau LPC Rotor Blade Tay 650-15 adalah salah satu komponen kritis pada engine pesawat terbang yang fungsinya menghisap udara luar ke dalam kompresor. Karena komponen tersebut menerima beban puntir yang tinggi (torsi),
maka rentan terjadinya retak (crack) pada Blade Root-nya.
Untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya retak secara dini di dalam permukaan dibuthkan alat yang sesuai. Dalam hal ini pemeriksaan yang tidak merusak benda uji, relatif mudah, cepat, dan efisien, yaitu dengan pemeriksaan (Non destrutive test/NDT). Salah satu pengujian NDT yang dapat digunakan untuk mendetekai cacat di dalam permukaan (subsurface) tersebut adalah pengujian ultrasonik (ultrasonic inspection).
Dengan pengujian ultrasonik diharapkan dapat menjadi solusi untuk mendetekai terjadinya kerusakan dini (crack) padablade root LPC Rotor Blade Tay 650-15. Salah satu departemen di PT NTP yang mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan pengendalian mutu produk yang dihasilkan adalah Departemen Quality Control.
Departemen inilah yang menentukan pemeriksaan, penggunaan metode pemeriksaan, menganalisa hasil pemeriksaan, dan memutuskan apakh komponen yang diperiksa masih layak atau sudah waktunya diganti berdasarkan spesifikasi yang dipersyaratkan.
II Tinjauan Pustaka
2.1. PengertianGas Turbine Engine
Pengertian Gas Turbine Engine (GTE) adalah motor bakar yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu kompresor, ruang bakar, dan turbin (Arismunandar, Wiranto, 2002). Sistem ini berfungsi sebagai pembangkit gas ataupun menghasilkan daya poros. Ciri utama turbin gas adalah kompak, ringan dan mampu menghasilkan daya tinggi serta bebas getaran. Mudah pemasangannya dan tidak memerlukan pondasi yang berat.
Berbeda dengan motor bakar torak, pada turbin gas tidak terdapat bagian yang bergerak translasi sehingga turbin gas dikatakan bebas getaran. Di samping itu proses kompresi, pembakaran, dan ekspansi terjadi secara terpisah, masing-masing di dalam kompresor, ruang bakar dan turbin.
akan dialirkan ke ruang bakar dan sebagai udara pendinginan ke berbagai bagian engine.
Komponen kedua adalah ruang bakar yang berfungsi untuk membakar campuran udara dan bahan bakar dalam perbandingan tertentu. Sedangkan komponen ketiga adalah turbin, yang berguna sebagai proses ekspansi hasil pembakaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1. Komponen Turbin Gas
2.2. Pengertian Pemeliharaan
Dasar atau asal kata pemeliharaan sebenarnya diambil dari bahasa Yunani, yaitu Terein yang berarti merawat, menjaga dan memelihara.
Kemudian jika berbicara tentang definisi pemeliharaan (maintenance), penulis akan merangkum beberapa arti definisi yang ditulis oleh beberapa pakar atau penulis seperti: Prawira Hadi, Ivan, dkk. dari Jurusan Teknik Mesin, Universitas Brawijaya, dalam makalahnya yang berjudul “Perencanaan Jadwal Perawatan Guna Peningkatan Kerja Belt Conveyor di PT PJB (Pembangkit Jawa Bali) UP Brantas (“Studi Kasus Pada Mesin Belt Conveyor)” yaitu: (i) Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga atau memperbaiki suatu barang (komponen) sampai mencapai kondisi yang bisa diterima, (ii) Pemeliharaan mencakup semua aktivitas yang berkaitan dalam memepertahankan peralatan sistem agar tetap dapat bekerja, (iii) Pemeliharaan adalah semua tindakan yang dibutuhkan
untuk menjaga atau mengembalikan suatu item (komponen) kepada kondisi semula.
Pemeliharaan dibagi ke dalam beberapa jenis seperti pemeliharaan terjadwal dan pemeliharaan tak terjadwal. Pemeliharaan terjadwal merupakan kegiatan dengan sistem prosedur yang harus mendapat persetujuan dari badan yang berwenang. Biasanya prosedur operasi dan perawatan tersebut sudah diberikan oleh pabrik pembuatnya (Original Engine Manufacture/OEM).
Untuk perawatan tak terjadwal boleh dikatakan semua kegiatan perawatan yang tidak rutin. Misalnya karena adanya adanya benda asing (Foreign object damage/FOD) atau kerusakan karena sambaran petir, pendaratan darurat, tabrakan, dan lainnya.
Dalam melaksanakan perawatan, baik terjadwal maupun tak terjadwal harus menggunakan instrumen, alat atau perkakas yang sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya. Tidak semua personel diperbolehkan malakukan pekerjaan perawatan keculai jika telah menjalani pelatihan dan mendapatkan sertifikat.
Karena personil yang melaksanakan perawatan mesin pesawat terbang harus orang-orang yang mengerti tentang fungsi dan cara kerja mesin, terampil dan terpercaya atau mahir dan kompeten.
2.3 Retak (Crack)
Crackmerupakan salah satu jenis kegagalan yang sering terjadi pada komponen mekanik seperti blade compressor, pipa, dan konstruksi lainnya. Sekuat-kuatnya komponen mesin pesawat terbang yang mengalami pembebanan berulang-ulang akan mengalami kegagalan pada suatu waktu yang ditandai dengan timbulnya retakan (crack).
Kelelahan (fatique) menurut Donald J Wuppy dalam Orosa, RN (2012) adalah salah satu jenis kerusakan diakibatkan oleh beban berulang-ulang.
tahap perambatan (crack propagation), dan ketiga tahap patah akhir (final fracture).
Prosesnya adalah dipicu oleh inti crack yang dapat berawal dari lokasi yang paling lemah kemudian terjadi pembebanan bolak-balik yang menyebabkan local plastisitas sehingga terjadi perambatan retak hingga mencapai ukuran retak kritis dan akhirnya gagal.
2.3 Keandalan (Reliability)
Pengertian keandalan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki dua arti, yaitu pertama andal berarti dapat dipercaya dan kedua juga dapat berarti memberikan hasil yang sama pada percobaan yang berulang-ulang.
Nilai sebuah produk atau komponen adalah merupakan sebuah kemungkinan yang besarnya antara nol dan satu. Definisi keandalan menurut Charles E. (1997) antara lain:
• Probabilitas bahwa sistem (komponen) akan berfungsi selama beberapa periode waktu (t).
• Probabilitas dari suatu item untuk dapat melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan, pada kondisi pengoperasian dan lingkungan tertentu untuk periode waktu yang telah ditentukan.
2.4 Laju Kegagalan
Laju Kegagalan (hazard rate function) adalah banyaknya kegagalan per satuan waktu. Waktu kegagalan komponen mengikuti pola dasar bentuk kurva bak mandi (bathub curve), di mana masa pakai produk atau komponen dibagi menjadi tiga fase, seperti gambar tersebut di bawah ini.
Gambar 2. Kurva Bak Mandi
Fase pertama (wear in period) atau periode kegagalan awal, di mana operasi menunjukan kegagalannya tinggi lalu menurun dengan bertambahnya waktu dan kerusakan ini umumnya disebabkan oleh kerusakan proses produksi.
Fase kedua adalah waktu normal (Normal operation period), di mana tingkat kerusakannya kecil dan cenderung tetap dan fase ini dinamakan fase dengan laju tingkat keggalan tetap. Fase ini juga dinamakan fase umur berfaedah (useful life).
Pada fase ketiga menunjukan tingkat kegagalan yang cenderung meningkat tajam dan fase ini juga disebut pemakaian yang yang melebihi umur produk (wear out).
2.4 Pengendalian Kualitas (Quality Control)
Pengendalian kualitas merupakan salah satu teknik yang perlu dilakukan mulai dari sebelum proses produksi berjalan, hingga proses produksi berakhir dengan menghasilkan produk akhir.
Pengendalian kualitas dilakukan agar dapat menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang sesuai dengan standar yang diinginkan dan direncanakan serta memperbaiki kualitas produk yang belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan sebisa mungkin mempertahankan kualitas yang sesuai.
2.5 Pengujian Ultrasonik
pemeriksaan atau pengujian tidak merusak (non destructive test/NDT). Dalam penelitian ini tidak melakukan pengujian merusak, tapi hanya melakukan pengujian tidak merusak dengan ultrasonik.
Pengujian ultrasonik adalah bentuk lain dari pengujian tanpa merusak yang memanfaatkan gelombang suara yang berfrekuensi di atas 20 KHz. Pengujian ultrasonik dapat mendeteksi letak dan ukuran cacat (crack). Gelombang yang dihasilkan oleh probe (transducer) ultrasonik tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya crack di bawah permukaan komponen.
Pada dasarnya dalam pengujian ultrasonik adalah memasukan getaran ultrasonik ke dalam spesimen. Perambatan gelombang ultrasonik dari sumber bunyi yang dihasilkan oleh piezoelektrik yang diberi aliran listrik dengan frekuensi f. Gelombang ultrasonik yang dipancarkan di dalam medium benda padat mengalami perambatan secara longitudinal.
Gelombang tersebut menjalar melalui material atau komponen oleh getaran partikel. Panjang gelombang (lambda) yang merambat di dalam komponen padat tergantung dari cepat rambat bunyi (velocity) pada benda atau komponen yang diuji. Jika ditulis dalam rumus menjadi: λ = v/f, di mana,λ= panjang gelombang dan v = kecepatan rambat , sedangka f = frekuensi.
Dalam prakteknya ukura terkecil yang dapat dideteksi dengan pengujian ultrasonik adalah ½λ(setengah panjang gelombang). Oleh karena itu untuk mendeteksi crack yang berukuran kecil diperlukan probe (transducer) yang menghasilkan frekuensi lebih besar.
Probe (transducer) adalah sebuah perangkat yang mengubah energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain, misalnya energi listrik ke energi mekanis dan sebaliknya. Oleh karena itu sebuah traansducer dapat mengirim dan menerima energi.
Untuk perambatan getaran gelombang ultrasonik dapat terbagi menjadi beberapa mode perambatan: pertama gelombang longitudinal, di mana getaran yang arahnya sejajar dengan arah gerakan atom yang digetarkan. Kedua gelombang transvesal (shear wave), gelombang ini merupakan getaran yang arahnya tegak lurus dengan arah gerakan atom yang digerakan. Ketiga adalah gelombang permukaan yang terjadi bila gelombang merambat pada permukaan (surface/rayleigh).
Untuk menentukan lokasi diskontinuitas di dalam komponen uji, layar horizontal dibagi menjadi divisi-divisi yang letaknya di bawah garis horizontal. Umumnya menjadi 10 divisi utama dan masing-masing dibagi lagi menjadi 5 divisi kecil.
III Metode Penelitian
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian atau studi ini adalah analisis crack pada salah satu komponen mesin pesawat terbangRoll Royce Tay 650-15yang harus melalui pemeriksaan (inspection) di bagianquality control dengan menggunakan pengujian ultrasonic pada komponenBlade Root Compressor Tay 650-15).
Pemilihan objek ini didasarkan kepada beberapa kriteria bahwa komponen tersebut adalah salah satu komponen utama atau kritis pada mesin pesawat terbang. Untuk membantu kelancaran proses penelitian maka diperlukan suatu metode yang akan memberikan petunjuk bagaimana prosedur penelitian ini seharusnya dan mulai dari mana penelitian dimulai.
Penelitian ini bersifat deskriptif sehingga penjelasan masalah akan lebih bersifat pemaparan dengan cara berpikir deduktif, antara lain praktis dan langsung, relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja dan lapangan. Selanjutnya mengolah, menganalisis dan mengevaluasi hasil pengumpulan data dan pengolahan data pengujian Ultrasonicyang dilaksanakan.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Langkah-langkah pengumpulan data dilakukan dengan cara antara lain:
bidang pengujian ultrasonik. Kedua melalui observasi langsung dengan ikut melaksanakan praktek atau mengamati tata cara dan prosedur pengujian ultrasonik, sejak melakukan kalibrasi sampai pelaksanaan pengujian. Ketiga melakukan tinjauan kepustakaan, hal ini dimaksudkan untuk mencari data teoritis dari buku-buku litreratur maupun hasil pembahasan orang lain yang mirip dengan penelitian yang sedang diteliti.
Menghitung kemampuan deteksi crack terkecil dengan ultrasonic flaw detector terhadap Blade Root Compressor Tay 650-15 yang diuji dengan kecepatan suara (v) sebesar sebesar 6.1 x 05 cm per detik (bahan blade root terbuat dari tatanium).
Berikutnya adalah contoh hasil pengujian ultrasonik terhadap Blade Root Compressor Tay 650-15 milikCustomerdi Departemen Quality Control berdasarkan NDT Inspection Report.
IV Pembahasan
Proses pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan beberapa cara yang sesuai dengan kondisi sumber data yang ada, seperti wawancara, pengamatan langsung dan mencatat dari data perjalanan (alur) selama komponen dilakukan proses perawatan (sebagaimana dijelaskan pada Bab III).
Hal yang penulis anggap penting dibutuhkan juga informasi di mana penelitian tersebut dilakukan, baik yang sifatnya teknis maupun non teknis. Ini dimaksudkan agar pembaca dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kronologis data perusahaan tempat penelitian dilakukan.
4.1 Proses Kalibrasi
Proses kalibrasi dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi yang telah ditentukan terhadap ultrasonic probe dan ultrasonic flaw detector. Kalibrasi bertujuan untuk menyesuaikan dengan
skala pada layar dengan jangkauan dari gelombang ultrasonik dalam benda uji.
Gambar 3. Proses Kalibrasi Ultrasonik
Jarak yang dikalibrasi adalah jarak tempuh yang dilalui oleh gelombang-gelombang dalam benda uji. Langkah proses kalibrasi ultrasonik sebagai acuan untuk pengujian terhadap komponen yang akan diuji adalah sebagai berikut:
1) Letakan alat ultrasonik (ultarsonic flaw detector) pada meja atau permukaan yang rata.
2) Yakinkan bahwa alatultrasonic flaw detector telah tersambung denganprobe twin crystal. 3). Letakan ultrasinic probe pada permukaan
benda kerja sebagai rferensi standard yang telah diberi couplant pada permukaan yang cembung.
4) Tempatkan ultrasonic probe dengan posisi berlawanan dengan slot yang ditandai dengan huruf A yang ukuran slotnya 6,35 mm (0,25 inch) dengan kedalaman 1,27 m (0,05 inch) 5) Atur besarnya sinyal pada layar ultrasonic
flaw detector, di mana sinyal itu harus pada posisi 5 divisi dengan ketinggian layar 50 %, kemudian naikan sinyal gelombang dengan menambah (gain)20 dB.
6) Geserultrasonic probeke slot B pada posisi 5 divisi sampai teridentifikasi besaran nilai 0,12 mm (0.005 inch) di kedalaman benda uji dan atur gainnya sampai ketinggian layar 60 %.
mengatur ALARM pada posisi ketinggian layar di atas 40 %.
8) Dengan demikian maka ultrasonic flaw detectortelah terkalibrasi dengan baik dan siap untuk dioperasikan.
4.3 Langkah Pengujian Ultrasonik
Langkah pengujian Blade Root Compressor Tay 650-15 dengan ultrasonik dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 5. Pemeriksaan Fan Blade Root Compressor Tay 650-15
1) Letakan LPC Fan Blade Root Tay 650-15di atas meja atau permukaan yang rata.
2) Lakukan pemeriksaan sesuai dengan prosedur proses kalibrasi tersebut di atas.
3) Pengujian ultrasonik adalah Go/ No Go, hal ini untuk menanggulangi kelemahan inpeksi sensory diantaranya penetapan limit Go/No Go (meminimumkan variasi dari evaluator).
Dalam pengujian ini, maka kriteria penerimaan (acceptance) dan penolakan
(
rejection
) hasil
pengujian ultrasonik adalah sebagai berikut:
• Jika posisi ketinggian sinyal pada layar hasil pengujian blade root tidak lebih dari 40 %, maka hasil pemeriksaan komponenLPC Blade Root Tay 650-15diterima (accepted).
• Jika posisi ketinggian sinyal pada layar hasil pengujian blade root melebihi 40 %, maka hasil pemeriksaan komponenLPC Blade Root Tay 650-15ditolak (rejected).
Di samping kriteria tersebut di atas, apabila hasil pemeriksaan pada komponenLPC Blade Root Tay 650-15 (LPC Rotor Blade Tay 650-15) ada salah satu yang ditolak (rejected), maka seluruh LPC rotor Blade Tay 650-15ditolak (rejected).
Di bawah ini adalah gambar yang menunjukan sinyal layar pengujian ultrasonik terhadap Blade Root diterima atau tinggi sinyal pada layar di bawah gate 40%.
Gambar 6. Layar PengujianUltrasonicDiterima (Accepted)
4.4 Kemampuan Deteksi Crack Terkecil
Ultrasonic Flaw Detector
Berdasarkan data yang ada pada spesifikasi ultrasonik yang digunakan untuk pengujian terhadap Blade Root Compressor Tay 650-15, diketahui kecepatan rambat gelombang titanium alloy (material dariblade) adalah 6.100 m/sec, frekuensi probe sebesar 10 MHz, maka sesuai dengan rumus adalah sebagai berikut:λ= v/f, maka:
λ= v/f atau (6.1 x 105cm/Sec) / ( 10 x 106Hz) = (6.1 ) / (10 x 10) cm
λ= 0.061 cm atau 0,61 mm atau 0,0244 inchi.
Dengan nilai lamda (λ ) sebesar 0,61 mm atau 0,0244 inchi, maka dapat dihitung ukuran cacat atau diskontinuitas terkecil dariBlade Root Compressor Tay 650-15 yang dapat dideteksi sebesar ½ λ atau sama dengan ½ x 0,61 mm atau sama dengan 0,305 mm atau 0,0122 inchi.
4.5 Hasil Pemeriksaan
(actual reading 38 % and 43% screen height), Sehingga ditolak (rejected)
Sesuai dengan ketentuan apabila ada salah satu Blade Rootyang keluar dari kriteria penerimaan, maka semuanya ditolak (rejected).
V Hasil Penelitian dan Pembahasan
Adapun hasil penelitian dan pembahasan pengujian ultrasonik tersebut adalah sebagai berikut:
5.1 Analisis Pemeliharaan Komponen Mesin Pesawat Terbang
Perlakuan proses pemeliharaan atau perawatan mesin pesawat terbang tidak bisa disamakan dengan mesin-mesin pada umumnya. Hal ini karena komponen pesawat terbang yang memiliki struktur keandalan (reliability) yang tinggi dan di desain sebagai komponen yang mempunyai batasan aman (safe life) guna menjamin keselamatan penerbangannya.
Seperti peraturan penerbangan Amerika Serikat atau Federal Aviation Adminstration (FAA) telah menetapkan indek kelelahan (scatter factor) sebagai batasan yang harus dipenuhi oleh industri pesawat terbang dalam mendesain pesawat terbang yang dibuatnya. Dengan demikian maka berdasarkan peraturan penerbangan yang berlaku di suatu negara, setiap operator pesawat terbang wajib melakukan perawatan rutin berdasarkan spesifikasi yang ditentukan serta buku manual.
Pemeriksaan secara periodik maupun rutin sangat dibutuhkan mengingat tanpa pemeriksaan yang benar dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, tidak akan diperoleh hasil yang optimal atau sesuai dengan yang dipersyaratkan. Metode pemeriksaan yang dapat menentukan adanya kerusakan atau retak (crack) di bawah permukaan (subsurface) adalah dengan pengujian tidak merusak yang dalam penelitian ini pengujian ultrasonik(Referensi EM 72-31-12-200-000).
5.2 Analisis Pengendalian Kualitas
Tujuan pengujian ultrasonik ini antara lain untuk mendeteksi adanya kerusakan dini ataucrack, terutama pada bagian bawah permukaan Blade Root pada LPC
Rotor Blade Tay 650-15, sehingga komponen yang digunakan masih aman. Karena apabila ada kerusakan atau crack bagaimanapun kecilnya harus dihindari dan tidak dibolehkan lagi untuk digunakan, karena dapat menyebabkan fatal.
Berdasarkan Engine Manual atau EM 72-31-12-200-000, Rev. date : June 15/15, terhadap pemeriksaan LPC Rotor Blades untuk Engine RR Tay 650-15 yang pada bagian LPC Blade Root harus diperiksa dengan metode pengujian ultrasonik. Kerusakan yang terjadi pada komponen mesin pesawat terbang harus segera diganti sesuai dengan kelayakan dan keamanan penerbangan.
Untuk menguji terhadap komponen dengan metode ultrasonic, maka proses dan langkahnya harus mengikuti prosedur yang telah dipersyaratkan.
5.3 Analisis Hasil Pemeriksaan Ultrasonik
Perhitungan kemampuan alat ultrasonik yang digunakan dapat mendeteksi ukuran cacat terkecil sebesar 0,305 mm atau 0,0122 inchi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Ultrasonic Flaw Detector yang digunakan sangat sensitif.
Selanjutnya hasil contoh proses pemeriksaan atau pengujian terhadap 3 (tiga) mesin pesawat terbang pada LPC Rotor Blade Tay 650-15 dengan masing-masing sebanyak 22 (dua puluh dua) dengan hasil pemeriksaan sebagai berikut:
a) Duaenginesemuanya memenuhi kriterian berada di bawah sinyal 40 % screen height, sehingga semuanya diterima (accepted) atau tidak ada kerusakan (crack) pada Blade Root atau LPC Rotor Blade Tay 650-15tersebut.
VI Simpulan dan Saran
6.1 Simpulan
Dari hasil pengujian ultrasonik terhadap Blade Root Compressor Tay 650-15, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut :
1. Proses pemeriksaan atau pengujian ultrasonik dapat mendeteksi cacat (crack) yang berada di dalam permukaan komponen (subsurface) dengan cepat dan efisien jika dibandingkan dengan pengujian yang lain.
2. Ultrasonic Flaw Detector yang digunakan dapat mendeteksi ukuran cacat terkecil hingga sebesar 0,305 mm atau 0,0122 inchi.
3. Hasil pemeriksaan berdasarkan NDT Inspection Report terhadap komponenLPC Rotor Blade Tay 650-15terhadap 3 (tiga)engine Tay 650-15milik customer dengan masing-masing engine terdiri dari 22 (dua puluh dua) buahBlade Root terdapat dua engine yang memenuhi kriteria berada di bawah ketinggian sinyal 40 %, sehingga seluruh LPC Rotor Blade Tay 650-15diterima (accepted), sedangkan satuenginedengan 22 (dua puluh dua ) Fan Blade Tay 650-15ada salah satu yang ke luar dari kriteria penerimaan (actual reading 38 % and 43% screen height), sehingga semuanya ditolak (rejected).
4. Sesuai dengan ketentuan apabila dari 22 (dua puluh dua) buah blade root yang diperiksa terdapat salah satu yang ditolak, maka semuanya ikut ditolak sebagaimana ketentuan Task 72-31-12-270-001 (Engine Manual).
6.2 Saran
Mengingat bahwa studi yang dilakukan masih terbatas, maka untuk menagatsinya disarankan beberapa hal sebagai berikut:
a) Perlunya persiapan dan perhatian sungguh-sungguh dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap komponen yang akan diperiksa,
mengingat komponen mesin pesawat terbang sangat dibutuhkan keamanan dan keterpercayaan yang tinggi.
b) Perlunya kehati-hatian dalam menentukan keputusan hasil pengujian, mengingat komponen Blade Root Compressor Tay 650-15 harganya mahal dan kesalahan keputusan akan membuat kerugian secara sistem.
Daftar Pustaka
Arismunandar, Wiranto. 2002. “Pengantar Turbin dan Propulsi”.Penerbit ITB. Bandung, ITB.
Anderson, T.L. 2005. “Fracture Mechanics”. Fundamental and Applications. Third Edition. Taylor and Francis Group. FL 33487-2742. ASNT, 2002. “Non Destrutive Testing Inspector’s
Handbook”, USA.
ASM Handbook. 2001. Metals Handbook. “Nondestrutive Evaluation and Quality Control”. Volume 17, United State of America
Chandra, Hendra. 2012. “Perancangan Mesin Fatique Pembebanan Tiga Titik dan Empat Titik Dalam Menciptakan Retak Awal dan Perambatan Retak”. Seminar Nasional Mesin dan Industri. Fakultas Teknik. Universitas Sriwijaya. Sumatera Selatan. Darmadi, Dikdik. 2008. “Analisa Rasio Laju Aliran
Bahan Bakar Terhadap Thrust (Gaya Dorong) pada Engine Tay 650-15 (Fokker 100)”. (Laporan Kerja Praktik). Bandung: Institut Teknologi Nasional.
Darmawan, Iwan. 2015. “Pemeliharaan Mesin dan Fasilitas
Produksi”http://irwanxlite.blogspot.co.id/2015/01/ pemeliharaan-mesin-dan-fasilitas.html. Diunduh 7 Mei 2016.
Ebeling, Charles E. 1997. “An Introduction to Reliability and Maintainability Engineering. International Edition. McGraw-Hill Book Co., Singapore.
Fitriyadi, R. 2011. Repository.usu.ac.id/biltsream/ 123456789/32833/4/Chapter%.
Febriyanto, Arif. (2010). “Perencanaan Rekayasa”. http://www.febriyanto.com/2010/02/bathtub-curve-kurva-bak-mandi.html. Diunduh 8 Mei 2016.
Hamzah, Basar dan Kurniawan Rio. 2009. “Inspeksi Crack pada First Stage Blade Kompresor Mesin Pesawat JT8D di PT Nusantara Turbin dan Propulsi”. (Laporan Kerja Praktik). Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Hendroprasetyo, Wing. 2013. “Ultarsonik Testing”. Training Hand Out. ASNT NDT Level III)ID No.144934). Sepuluh Nopember Institute of Technology (ITS). Surabaya.
Kaban, Rendy. 2014. “Pengendalian Kualitas Kemasan Palstik Pouch Menggunakan Satistical Proccess Control (SPC) di PT Incasi Raya Padang”. Jurnal optimasi Sistem Industri, Vol.13, No.1, halaman 3-4. Universitas Andalas, Padang. Munthe, FD. 2015.“Pengukuran Ketebalan serta Posisi Cacat pada Sampel Carbon Steeldan Stainless Steel dengan Metode Ultrasonic
Testing”. Fransisca Debora. Jurusan Fisika.
Univesitas Sriwijaya.
Manyang Parjerrino. 2010. “Pengolahan Data dan Visualisasi Korosi Pipa Menggunakan Data Hasil Pengujian Ultrasonik”. FMIPA UI, Universitas Indonesia.
M.R Vijaya Lakshmi, Cs. 2011. “Quantitative NDE of Aero Engine Turbine Rotor Blade-A Case Study”. Quality Assurance Group. Gas Turbine Research Establishment. Bangalore-93, India. NDT Inspection Report. 2011 “Low Pressure
Compressor Rotor Blade”PT Nusantara Turbin dan Propulsi.
Orosa, RN. 2012. “Analisis Kegagalan Rear Axle Shaft Truck Kapasitas 7.5 Ton”. FT UI.
Prananda, Andika I. 2014. “Teori Sistem Pemeliharaan Aset”.
http://www.andipranan87.blogspot.co.id/2014/0
9/teori-sistem-pemeliharaan-aset.html. Diunduh
7 Mei 2016.
Prawira, Ivan H., dkk. t.t. “Perencanaan Jadwal Perawatan Guna Peningkatan Kerja Belt Conveyor di PT PJB (Pembangkitan Jawa
Bali)”. Fakultas Teknik. Jurusan Mesin, Universitas Brawijaya.
Prasetyo Hendro, Wing. 2013. “ASNT NDT Level III Ultrasonic Testing”. Training Handout. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Rolls Royce. Engine Maintenance Manual. 2003. “LP Compressor Fan Blade Root Ultrasonic Inspection”. Service Bulletin. Appendix 1, page 1 of 4.
RR Tay 650-15. 2015. “Examine the Low Pressure (LP) Compressor Rotor Blade (72-31-12,02-
010)”.File://D:\Manual\RR-TAY\html\loadpage.htm? xid=IjxusHgy Clork+.../3/3/2016. Diunduh Maret 2016. Rolls Royce (RR Tay 650-15). 2007. “Airworthiness
Directive/AD”. Docket No.FAA-2006-24777, Directive Identifier 2006-NE-19-AD; Amendement 39-17809, AD2014-06-05. (http:/federalregister.gov/a/2014-06632, and on Fdsys.gov). Diunduh Maret 2016.
Risano, Eka Yudi A. 2010. “Review dan analisa Karakteristik dan Penyebab Kerusakan Sudu Turbin Gas”. Jurnal Mechanical. Volume 1. Nomor 1. Maret, Universitas Lampung.
Silalahi. 2015.
Repository.usu.ac.id/biltsream/123456789/4537 8/4/Chapter%.pdf.
“Kualitas Adalah Kesesuaian dengan Tujuan atau manfaatnya)”. Universitas Sumatera Utara. Diunduh 9 Mei 2016.
Zajac B. “Diagnostics of fatique cracks in aero-engine compressor rotor blades”Air Force Institute of Technology.Warszawa(PL). http://www.ndt.net
/?id=215.Diunduh 21 Mei 2016.
2008.“PerawatanPesawat”.
https://aeroblog.wordpress.com/category/perawa
tan-pesawat/. Diunduh 7 Mei 2016.
2016. “Fatique Life Prediction”
https://knuklebomb.files.wordpress.com/2010/12 /fatique-life-prediction.doc. Diunduh 22 Mei 2016.
2010. “Fatique Life Prediction”
https://knuklebomb.files.wordpress.com/2010/12 /fatique-life-prediction.doc. Diunduh 22 Mei 2016.
“...” . “Velocity Chart of Preset Materilas”