• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ALASAN PENOLAKAN PRODUK PANGAN EKSPOR INDONESIA OLEH AMERIKA SERIKAT DAN EROPA SELAMA TAHUN SKRIPSI M. ANGGA SAPUTRA F

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS ALASAN PENOLAKAN PRODUK PANGAN EKSPOR INDONESIA OLEH AMERIKA SERIKAT DAN EROPA SELAMA TAHUN SKRIPSI M. ANGGA SAPUTRA F"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ALASAN PENOLAKAN PRODUK PANGAN EKSPOR

INDONESIA OLEH AMERIKA SERIKAT DAN EROPA

SELAMA TAHUN 2002-2010

SKRIPSI

M. ANGGA SAPUTRA

F24070076

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ANALISYS OF REASON OF INDONESIAN FOOD PRODUCT EXPORT

REFUSAL BY THE UNITED STATES AND EUROPE DURING THE YEARS

2002-2010

M. Angga Saputra and Purwiyatno Hariyadi

Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology,

Bogor Agricultural University, IPB Darmaga, PO BOX 220, Bogor, West Java,

Indonesia

Phone : +62 85695531418, E-mail : saput.angga@yahoo.co.id

ABSTRACT

Many detention and refusal case of food-product in foreign countries was occurring on each year. Indonesia as one of the country which exporting food-product to the overseas, often having detention and refusal case of food-product in United States and Europe. During the years of 2002-2010, Indonesia had experienced a case of rejection of food products in United States about 2608 cases and in Europe about 35 cases. Fishery products are a product with the highest number of rejection; it is about 1300 cases in United States and about 12 cases in Europe. The development in the case of rejection for food products that occurs every year during the years 2002-2010 showed a fluctuating growth. Based on the pareto chart, it is determined that the main problem of food products rejection cases that occurred in the US and Europe on fishery products is filthy and mercury. There are 2 factors that caused these problems based on the Ishikawa diagram. Those factors are the environments and humans

.

(3)

M. ANGGA SAPUTRA. F24070076. Analisis Alasan Penolakan Produk Pangan

Ekspor Indonesia Oleh Amerika Serikat Dan Eropa Selama Tahun 2002-2010. Di

bawah bimbingan Purwiyatno Hariyadi. 2011.

RINGKASAN

Perubahan global secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi perkembangan perdagangan internasional. Perubahan ini menuntut semua negara untuk berupaya optimal dalam menghasilkan produk ekspor yang berdaya saing. Salah satu syarat dalam menghasilkan produk ekspor yang berdaya saing adalah terjaminnya mutu dan keamanan produk khususnya produk pangan. Kasus penahanan dan penolakan produk pangan di luar negeri telah banyak terjadi setiap tahunnya. Indonesia sebagai salah satu negara yang mengekspor produk pangan ke luar negeri sering mengalami berbagai kasus penolakan dan penahanan ekspor pangan yang sebagian besar disebabkan oleh masalah mutu dan keamanan yang dianggap tidak memenuhi persyaratan internasional. Semua hal tersebutlah yang menjadi dasar untuk melakukan analisis terhadap kasus penolakan produk pangan Indonesia di Amerika Serikat dan Eropa selama tahun 2002 sampai 2010. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi lengkap mengenai kasus penolakan produk pangan ekspor Indonesia di Amerika Serikat dan Eropa selama 2002-2010.

Penelitian ini terbagi menjadi 3 tahap yaitu (1) pengumpulan data, (2) pengelompokan data, dan (3) analisis data. Pada penelitian tahap 1, data diperoleh dengan cara mengakses data ke website (www.fda.gov) melalui internet yang dipublikasikan oleh US-FDA (United State-Food and Drug

Administration) dan ke website (www.ec.europa.eu) melalui internet yang di publikasikan oleh

Europa-RASFF (Europa-Rapid Alert System for Food and Feed). Data yang diambil adalah data kasus penolakan produk pangan ekspor Indonesia dari tahun 2002 sampai 2010.

Hasil pengumpulan data menunjukan bahwa selama tahun 2002-2010 Indonesia mengalami 2608 kasus penolakan produk pangan di Amerika Serikat dan sebanyak 327 kasus produk pangan bermasalah di Eropa dengan 35 kasus produk pangan mengalami penolakan.

Hasil pengelompokan data menunjukan bahwa produk pangan ekspor Indonesia yang mengalami penolakan di Amerika Serikat terdiri dari 20 jenis produk pangan yaitu produk ikan dengan 1300 kasus, produk udang dengan 571 kasus, crabs produk kepiting sebanyak 217 kasus, produk minuman sebanyak 85 kasus, produk bumbu-bumbuan sebanyak 77 kasus, rempah-rempah sebanyak 43 kasus, cumi-cumi sebanyak 39 kasus, produk permen dan produk kue masing-masing sebanyak 29 kasus, produk saus dan kecap sebanyak 27 kasus, produk kerupuk sebanyak 22 kasus, gula sebanyak 18 kasus, produk kari sebanyak 13 kasus, salad dressing sebanyak 12 kasus, agar-agar dan jeli, produk mie serta semur masing-masing 11 kasus, produk biskuit sebanyak 10 kasus dan produk lainnya sebanyak 83 kasus. Produk pangan yang mengalami penolakn di Eropa terdiri dari produk ikan sebanyak 12 kasus, rempah-rempah sebanyak 7 kasus, produk kacang sebanyak 4 kasus, produk daging, produk cumi-cumi dan kepiting masing-masing sebanyak 3 kasus, dan buah dan sayuran, permen dan produk campuran lainnya masing-masing sebanyak 1 kasus.

Hasil analisis data penolakan produk pangan Indonesia selama tahun 2002-2010 menunjukan bahwa produk ikan merupakan produk pangan dengan jumlah kasus penolakan terbanyak. Produk ikan yang mengalami penolakan di Amerika Serikat sebanyak 1300 kasus dan di Eropa sebanyak 12 kasus. Penolakan produk ikan ini didasarkan atas alasan yang terjadi pada produk ikan tersebut sehingga mengalami penolakan. Alasan terjadinya kasus penolakan pada produk ikan di Amerika

(4)

Serikat adalah filthy, sedangkan pada kasus penolakan di Eropa adalah karena tercemar atau mengandung mercury.

Perkembangan kasus penolakan produk pangan yang terjadi setiap tahunnya selama tahun 2002-2010 yang dialami oleh Indonesia menunjukan perkembangan yang fluktuatif. Selama tahun 2002-2010 indonesia mengalami kasus penolakan terbanyak di Amerika Serikat yaitu pada tahun 2004 sebanyak 367 kasus dan terendah pada tahun 2002 sebanyak 203 kasus dengan rata-rata jumlah kasus pertahunnya sebesar 289 kasus, sedangkan kasus penolakan yang terjadi di Eropa selama tahun 2002-2010 hanya terjadi pada tahun 2008, 2009, dan 2002-2010. Perkembangan kasus yang terjadi bersifat fluktuatif atau naik turun sehingga sulit untuk mencari tahu penyebab kasus yang terjadi sepanjang tahunnya selama tahun 2002-2010.

Berdasarkan diagram pareto untuk kasus yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa, ditentukan masalah utama terjadinya kasus penolakanj produk pangan yaitu produk ikan asal Indonesia adalah

filthy dan mercury. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut berdasarkan diagram

ishikawa adalah faktor manusia dan lingkungan. Lingkungan tempat pengolahan produk pangan harus jauh dari sumber pencemaran, sarang hama, dan memiliki bangunan yang dirancang dengan baik agar alasan filthy dan tercemar merkuri dapat dihindari. Faktor manusia, dalam hal ini adalah nelayan dan karyawan, harus memiliki keahlian dalam penanganan dan pengolahan pangan yang baik serta memiliki tingkah laku yang baik pula agar kontaminasi terhadap produk akibat keahlian serta tingkah laku yang kurang baik dapat dihindari.

(5)

ANALISIS ALASAN PENOLAKAN PRODUK PANGAN EKSPOR

INDONESIA OLEH AMERIKA SERIKAT DAN EROPA SELAMA TAHUN

2002-2010

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

M. ANGGA SAPUTRA F24070076

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

(6)

Judul Skripsi : Analisis Alasan Penolakan Produk Pangan Ekspor Indonesia Oleh Amerika

Serikat Dan Eropa Selama Tahun 2002-2010

Nama : M. Angga Saputra NIM : F24070076

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Purwiyatno Hariyadi, M.Sc NIP 19620309 198703 1 003

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc NIP 19680526 199303 1 004

(7)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Analisis Alasan

Penolakan Produk Pangan Ekspor Indonesia Oleh Amerika Serikat Dan Eropa Selama Tahun 2002-2010 adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing akademik dan

belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 2011 Yang membuat pernyataan

M. Angga Saputra F24070076

(8)

© Hak cipta milik M. Angga Saputra, tahun 2011 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya.

(9)

BIODATA PENULIS

M. Angga Saputra dilahirkan di Banjarnegara tanggal 23 Januari 1989, dari pasangan Bapak Antosin dan Ibu Eti. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Penulis mengawali pendidikan formalnya di Taman Kanak-kanak Cokroaminoto kemudian melanjutkan ke SD Swasta Kartika X-2 hingga tahun 2001. Penulis melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 235 Jakarta pada tahun 2001-2004, kemudian pendidikan ke SMA Negeri 90 Jakarta pada tahun 2004-2007. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui Ujian Saringan Masuk IPB (USMI).

Selama menjalani perkuliahan di IPB, penulis terlibat dalam satu organisasi kemahasiswaan, yaitu Uni Konservasi Fauna (UKF) IPB. Penulis juga aktif pada berbagai kepanitiaan yaitu Ekspedisi Global UKF IPB Taman Nasional Ujung Kulon 2008, UKF EXPO 2009, Metamorfosa UKF IPB 2010. Sebagai tugas akhir, penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Alasan Penolakan Produk Pangan Ekspor Indonesia Oleh Amerika Serikat Dan Eropa Selama Tahun 2002-2010” dibawah bimbimngan Prof. Dr. Ir. Purwiyatno Hariyadi, M.Sc.

(10)

iii

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan syukur ke hadirat Allah SWT karena dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Alasan Penolakan Produk Pangan Ekspor Indonesia Oleh Amerika Serikat Dan

Eropa Selama Tahun 2002-2010” yang ditulis berdasarkan hasil penelitian pada bulan Juni sampai

Agustus 2011. Penelitian ini dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan memperoleh data dan informasi lengkap mengenai kasus penolakan produk pangan ekspor Indonesia oleh US-FDA dan Europa-RASFF selama tahun 2002-2010. Ucapan terima kasih dan penghargaan disampaikan kepada:

1. Keluarga tercinta : Mama, Papa, Mbak Febri, Mbak tri dan loreng atas doa, perhatian, dan dukungan yang diberikan selama penulisan skripsi.

2. Prof. Dr. Ir. Purwiyatno Hariyadi, M.Sc selaku dosen pembimbing atas waktu, masukan, dan arahan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Eko Hari Purnomo, Stp, M.Sc dan Dr. Ir. Yadi Haryadi, M.Sc atas kesediaan waktunya untuk menjadi penguji dan masukan yang telah diberikan.

4. Sahabat-sahabat UKF angkatan 5, Aidell, Angga, Izzu, Akrom, Luci, Yudia, Dini, Rizki, Asih, Mia, Nurol, Soni, Dendi, Juli, Ika, Mastika, Maul, Reza, Putu, Atik, “Mpok”, Adam, Indi, Agung, Aziz, Gilang, Nisa, Yeni, Risma, Uphyl, Hermin, Bagus S, Reni, Ulil, Bagus C semoga kita tetap kompak dan berteman selamanya.

5. Sahabat dan teman seperjuangan di UKF Breth, Ichi, Bibah, yeni, Rimbut, Jasmine, Innes, Heri, Echa, dan lainnya atas keceriaan, kekeluargaan dan kenangan yang telah diberikan. Semangat untuk melestarikan alam, Selamatkan Fauna Indonesia!

6. Sahabat ITP 44 Desir, Marvin, Hanna, Chandra, Ashari dan teman-teman ITP lainnya yang sudah memberikan dukungan dan kenangan semasa perkuliahan.

7. Penghuni “Wisma My House” Imam dan Agus atas keceriaannya selama di kosan. 8. Para staff SEAFAST dan Dept ITP Bu Novi, Mba Anie, Pak Nana, Pak dan lainnya yang

telah banyak membantu penulis.

9. Pihak-pihak lain yang terkait yang juga telah banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan informasi dalam teknologi pangan dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.

Bogor, Oktober 2011

(11)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR ISTILAH ……… x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 1

C. MANFAAT ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. KEAMANAN PANGAN ... 3

B. US-FDA (UNITED STATES-FOOD AND DRUG ADMINISTRATION ... 4

C. UNI EROPA-RASFF (RAPID ALERT SYSTEM FOR FOOD AND FEED... 5

III. METODE PENELITIAN ... 8

A. PENGUMPULAN DATA... 8

B. PENGELOMPOKAN DATA... 8

C. ANALISA DATA ... 8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10

A. KASUS PENOLAKAN PRODUK PANGAN EKSPOR INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT OLEH US-FDA... 10

B. KASUS PENOLAKAN PRODUK PANGAN EKSPOR INDONESIA DI EROPA OLEH EUROPA-RASFF... 20

C. ANALISIS PENYEBAB TERJADINYA KASUS PENOLAKAN PRODUK PANGAN DI AMERIKA SERIKAT DAN EROPA... 29

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 46

DAFTAR PUSATAKA ... 48

(12)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Perkembangan jumlah kasus penolakan produk pangan Indonesia di Amerika

Serikat selama tahun 2002-2010... 10

Gambar 2 Jumlah kasus dan jenis produk pangan yang mengalami kasus penolakan di USA

oleh US-FDA selama tahun 2002-2010………... 11

Gambar 3 Jumlah kasus dan jenis produk pangan untuk produk lainnya yang mengalami

penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010………. 11

Gambar 4 Perkembangan persentase kasus penolakan yang terjadi pada produk pangan

seafood (ikan, udang, kepiting) oleh US-FDA selama tahun

2002-2010………..………... 12

Gambar 5 Jumlah kasus dan jenis produk ikan yang mengalami penolakan di USA oleh

US-FDA selama tahun 2002-2010………...………... 13

Gambar 6 Jumlah kasus dan jenis produk ikan lainnya yang mengalami penolakan di USA

oleh US-FDA selama tahun 2002-2010……….………... 14

Gambar 7 Jumlah kasus dan jenis produk ikan tuna yang mengalami penolakan di USA oleh

US-FDA selama tahun 2002-2010……… 15

Gambar 8 Jenis alasan dan jumlah kasus yang terjadi pada produk pangan yang ditolak oleh

US-FDA selama 2002-2010... 15

Gambar 9 Jenis alasan dan jumlah kasus penolakan yang terjadi untuk alasan lainnya pada

produk pangan yang ditolak oleh US-FDA selama tahun 2002-2010………. 16

Gambar 10 Perkembangan kasus penolakan yang terjadi untuk alasan filthy, salmonella, dan

no process and needs fce oleh US-FDA selama tahun 2002-2010………….…….. 17

Gambar 11 Jumlah kasus dan jenis produk pangan yang mengalami penolakan karena alasan

filthy di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010………. 18

Gambar 12 Jumlah kasus dan jenis produk pangan yang mengalami penolakan karena alasan

salmonella di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010……… 19

Gambar 13 Jumlah kasus dan jenis produk pangan yang mengalami penolakan karena alasan

needs fce dan no process di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010……….. 19

Gambar 14 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk ikan yang mengalami

penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010………..…... 20

Gambar 15 Perkembangan kasus yang terjadi pada produk pangan bermasalah di Eropa oleh

Europa-RASFF selama tahun 2002-2010………. 21

Gambar 16 Jumlah dan jenis notification yang terjadi pada produk pangan Indonesia di Eropa

oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010………….………. 21

Gambar 17 Jumlah persentase notification yang terjadi setiap tahunnya pada produk pangan

Indonesia di Eropa oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010……….…. 22

Gambar 18 Jumlah kasus dan jenis produk pangan yang teridentifikasi berbahaya di Eropa

oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010……….… 23

Gambar 19 Jumlah kasus dan jenis produk pangan lainnya yang teridentifikasi berbahaya di

Eropa oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010……….……….… 23

Gambar 20 Jumlah kasus dan jenis produk ikan yang teridentifikasi berbahaya di Eropa oleh

Europa-RASFF selama tahun 2002-2010……….… 24

Gambar 21 Jumlah kasus dan jenis notification yang terjadi pada produk pangan Indonesia di

Eropa oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010……..………... 25

Gambar 22 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi berdasarkan notification yang diterima

produk pangan ekspor Indonesia di Eropa oleh Europa-RASFF selama tahun

2002-2010…………..………... 26

Gambar 23 Jumlah dan jenis produk pangan yang mengalami penolakan di Eropa oleh

Europa-RASFF selama tahun 2002-2010………. 27

Gambar 24 Jumlah kasus dan jenis alasan pada produk pangan yang mengalami penolakan di

(13)

vi

Gambar 25 Jumlah kasus dan jenis produk ikan yang mengalami penolakan di Eropa oleh

Europa-RASF selama tahun 2002-2010………...……… 29

Gambar 26 Jumlah kasus dan jenis alasan pada produk ikan yang mengalami penolakan di

Eropa oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010………...…………... 29

Gambar 27 Diagram pareto untuk masalah utama kasus penolakan produk ikan tuna di USA

oleh US-FDA selama tahun 2002-2010……….…... 38

Gambar 28 Diagram pareto untuk masalah utama kasus penolakan produk ikan yang terjadi di

Eropa oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010………...……... 39

Gambar 29 Diagram sebab akibat untuk kasus penolakan produk pangan asal Indonesia oleh

(14)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar anggota jaringan RASFF... 52

Lampiran 2 Perkembangan kasus penolakan pada produk minuman, bumbu-bumbuan,dan

rempah-rempah oleh US-FDA selama tahun 2002-2010……….…….….. 53

Lampiran 3 Perkembangan kasus penolakan pada produk cumi-cumi, kue, dan permen oleh

US-FDA selama tahun 2002-2010……….………. 53

Lampiran 4 Perkembangan kasus penolakan pada produk saos sambal dan kecap, campuran,

dan gula oleh USFDA selama tahun 2002-2010……….………...……. 53

Lampiran 5 Perkembangan kasus penolakan pada produk instant, agar- agar dan jelli, dan

kerupuk oleh US-FDA selama tahun 2002-2010…………..………. 54

Lampiran 6 Perkembangan kasus penolakan pada produk kari, mie, dan bumbu pecel oleh

US-FDA selama tahun 2002-2010………….………. 54

Lampiran 7 Perkembangan kasus penolakan pada produk bumbu semur, biskuit dan sup oleh

US-FDA selama tahun 2002-2010……….………. 54

Lampiran 8 Perkembangan kasus penolakan pada produk sarang burung, kacang, dan coklat

oleh US-FDA selama tahun 2002-2010………... 55

Lampiran 9 Perkembangan kasus penolakan pada produk dessert, asinan buah, dan selai

oleh US-FDA selama tahun 2002-2010…….………. 55

Lampiran 10 Perkembangan kasus penolakan yang terjadi untuk alasan vetdrugres, histamine,

unsafe col oleh US-FDA selama tahun 2002-2010...………..………... 55 Lampiran 11 Lampiran 10 Perkembangan kasus penolakan yang terjadi untuk alasan nutrit

lbl, chloramp, poisonous oleh US-FDA selama tahun 2002-2010..………... 56 Lampiran 12 Lampiran 11 Perkembangan kasus penolakan yang terjadi untuk alasan list

ingre, lacks n/c, Labeling oleh US-FDA selama tahun 2002-2010……..………... 56 53 Lampiran 13 Lampiran 12 Perkembangan kasus penolakan yang terjadi untuk alasan

labeling, no English, lacks firm oleh US-FDA selama tahun 2002-2010….…….. 56 Lampiran 14 Perkembangan kasus penolakan yang terjadi untuk alasan transfat, mfr insan,

nitrofuran oleh US-FDA selama tahun 2002-2010 ……..………. 57 Lampiran 15 Perkembangan kasus penolakan yang terjadi untuk alasan usual name, false,

color lblg oleh US-FDA selama tahun 2002-2010 ………..………..…..……. 57 Lampiran 16 Perkembangan kasus penolakan yang terjadi untuk alasan unapproved, juice%,

listeria, insanitary oleh US-FDA selama tahun 2002-2010 ……...………. 57 Lampiran 17 Perkembangan kasus penolakan yang terjadi untuk alasan off odor, aflatoxin,

not listed, yellow oleh US-FDA selama tahun 2002-2010 ……….. 58 Lampiran 18 Perkembangan kasus penolakan yang terjadi untuk alasan mfrhaccp, cyclamate,

diseased, health C oleh US-FDA selama tahun 2002-2010……..……….. 58 Lampiran 19 Perkembangan kasus penolakan yang terjadi untuk alasan saccharlbl,std ident

Unsafe, leak/well, imptrhaccp oleh US-FDA selama tahun 2002-201.……… 58 Lampiran 20 Perkembangan kasus penolakan yang terjadi untuk alasan inconspicu, falsecat,

nonrsp-prc, unsafe sub, under prc oleh US-FDA selama tahun 2002-2010….… 59 Lampiran 21 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk udang yang mengalami

penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010…..………. 59

Lampiran 22 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk kepiting yang

mengalami penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010…..……… 59

Lampiran 23 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk minuman

yangmengalami penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010..…… 60

Lampiran 24 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk bumbu-bumbuan yang

mengalami penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010.…………. 60

Lampiran 25 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk rempah-rempah yang

mengalami penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010………… 60

Lampiran 26 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk cumi-cumi yang

(15)

viii

Lampiran 27 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk permen yang

mengalami penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010…..……… 61

Lampiran 28 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk kue yang mengalami

penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010……..……… 61

Lampiran 29 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk saso sambal, kecap yang

mengalami penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010.……... 62

Lampiran 30 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk kerupuk yang

mengalami penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010…………. 62

Lampiran 31 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk gula yang mengalami

penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010...……… 62

Lampiran 32 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk agar-agar dan jelli yang

mengalami penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010…..……… 63

Lampiran 33 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk instant yang mengalami

penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010 ..……… 63

Lampiran 34 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk kari yang mengalami

penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010 ...………... 63

Lampiran 35 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk bumbu pecel atau gado-gado yang mengalami penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun

2002-2010……… 64 61

Lampiran 36 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk mie yang mengalami

penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010 ..……….... 64

Lampiran 37 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk semur yang mengalami

penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010...……… 64 6

Lampiran 38 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk biskuit yang mengalami

penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010………... 65

Lampiran 39 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk sarang burung yang

mengalami penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010…..……… 65

Lampiran 40 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk sup yang mengalami

penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010…………..…………. 65

Lampiran 41 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk kacang yang mengalami

penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010 …...……….. 66

Lampiran 42 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk coklat yang mengalami

penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010……….. 66

Lampiran 43 Jumlah kasus dan jenis alasan yang terjadi pada produk campuran yang

mengalami penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010 …..…….. 66

Lampiran 44 Perkembangan kasus produk ikan dan udang yang menerima notification oleh

Europa-RASFF selama tahun 2002-2010……… 67

Lampiran 45 Perkembangan kasus produk rempah-rempah, daging, yang menerima

notification oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010…..……… 67 Lampiran 46 Perkembangan kasus produk cumi-cumi, buah dan sayuran, kacang yang

menerima notification oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010…………. 67

Lampiran 47 Perkembangan kasus produk coklat kopi dan teh, produk campuran, permen

yang menerima notification oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010..…… 68

Lampiran 48 Perkembangan kasus produk bahan tambahan pangan dan perasa, produk roti, kerang yang menerima notification oleh Europa-RASFF selama tahun

2002-2010……… 68

Lampiran 49 Perkembangan kasus untuk alasan mercury, histamine, carbon monoxide

treatment pada produk pangan yang menerima notification oleh Europa-RASFF

selama tahun 2002-2010………. 68

Lampiran 50 Perkembangan kasus untuk alasan aflatoxin, cadmium, prohibited substance

nitrofuran pada produk pangan yang menerima notification oleh

Europa-RASFF selama tahun 2002-2010 ...……… 69

Lampiran 51 Perkembangan kasus untuk alasan prohibited substance chloramphenicol,

unauthorised subtances malachite green, vibrio spp. pada produk pangan yang

menerima notification oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010…………... 69 6

Lampiran 52 Perkembangan kasus untuk alasan too high count of aerobic mesophiles.,

parasitic infestation, salmonella spp. pada produk pangan yang menerima notification oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010……… 69

(16)

ix

Lampiran 53 Perkembangan kasus untuk alasan organoleptic characteristic, unauthorised

irradiation, unauthorised use of color pada produk pangan yang menerima notification oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010……… 70 Lampiran 54 Perkembangan kasus untuk alasan bad hygienic state, lead, other pada produk

pangan yang menerima notification oleh Europa-RASFF selama tahun

2002-2010………. 70

Lampiran 55 Jumlah kasus dan jenis alasan pada produk ikan yang menerima notification

oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010 ……….………. 70

Lampiran 56 Jumlah kasus dan jenis alasan pada produk udang yang menerima notification

oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010………..………. 71

Lampiran 57 Jumlah kasus dan jenis alasan pada produk rempah-rempah yang menerima

notification oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010 ……….…………. 71

Lampiran 58 Jumlah kasus dan jenis alasan pada produk daging yang menerima notification

oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010………..………. 71

Lampiran 59 Jumlah kasus dan jenis alasan pada produk kacang yang menerima notification

oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010 ………….………. 72

Lampiran 60 Jumlah kasus dan jenis alasan pada produk buah dan sayuran yang menerima

notification oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010……….………….. 72

Lampiran 61 Jumlah kasus dan jenis alasan pada produk permen yang menerima notification

oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010 ……..………. 72

Lampiran 62 Jumlah kasus dan jenis alasan pada produk coklat yang menerima notification

oleh Europa-RASFF selama tahun 2002-2010 ……….………. 73

Lampiran 63 Jumlah kasus dan jenis alasan pada produk lainnya yang menerima notification

(17)

x

DAFTAR ISTILAH

1. aflatoxin : Produk mengandung mikotoksin, zat beracun dan merusak yang dapat

berbahaya bagi kesehatan.

2. Chloramp : Produk mengandung bahan tambahan pangan yaitu chloramphenicol

yang tidak aman sesuai dengan 21 USC 348.

3. Color lblg : Pewarna tambahan yang digunakan tidak dilampirkan dalam kemasan

dan label sesuai dengan persyaratan pada bagian 721.

4. Cyclamate : Produk mengandung siklamat, bahan tambahan pangan yang tidak aman

yang disebutkan pada bagian 409.

5. Diseased : Produk pangan, secara keseluruhan atau sebagian, merupakan produk

dari hewan yang sakit atau hewan yang telah mati selain dengan pemotongan.

6. False : Label pada produk tampaknya palsu atau keliru.

7. Falsecat : Kesalahan pada produk yang menampilkan sebagai ikan patin tetapi

bukan termasuk dalam family lctaluridae.

8. Filthy : Seluruh atau sebagian produk kotor, berbau atau terurai atau tidak sesuai

untuk makanan.

9. Health C : Produk memiliki kesalahan pada label atau label menyajikan kandungan

nutrisi/klaim kesehatan yang tidak sah.

10. Histamine : Produk pangan mengandung histamin, zat beracun dan merusak dalam

jumlah yang dapat membahayakan kesehatan.

11. Imptrhaccp : Produk pangan tampaknya dipersiapkan, dikemas, atau dilakukan dalam

kondisi yang tidak bersih, atau mungkin dapat membahayakan kesehatan, yang disebabkan oleh kegagalan importir dalam memberikan verifikasi yang sesuai berdasarkan 21 CFR 123.12 (d).

12. Inconspicu : Informasi yang diperlukan oleh undang-undang pada label atau pelabelan

tidak cukup jelas untuk dibaca atau dipahami oleh individu biasa (konsumen) dibawah kondisi saat pembelian atau penggunaan.

13. Insanitary : Produk tampaknya telah dipersiapkan, dikemas atau dilakukan dibawah

kondisi tidak bersih yang mungkin telah terkontaminasi oleh kotoran, yang mana dapat membahayakan kesehatan.

14. Juice% : Produk minuman yang persentase kandungan jus buah atau sayuran

dalam produk minuman tersebut tidak sesuai dengan yang tertera pada label kemasan.

15. Labeling : Label pada produk tidak sesuai dengan FPLA dalam hal penempatan,

bentuk dan/atau keternagan isi.

16. Lacks firm : Produk pangan dalam kemasan dimana pada label tidak menampilkan

nama dan tempat usaha dari produsen, pengepak, atau distributor.

17. Lacks n/c : Produk pangan dalam kemasan dan terlihat tidak ada label yang

menyatakan keakuratan dalam hal kuantitas, seperti berat, ukuran dalam hal lain, dan tidak ada variasi atau pengecualian yang diberlakukan oleh peraturan.

18. Leak/well : Produk pangan yang berada dalam wadah yang bengkak atau

mengandung kebocoran kecil.

19. List ingre : Produk pangan terbuat dari dua atau lebih bahan pangan dan pada label

tidak dicantumkan nama umum masing-masing bahan.

20. Listeria : Produk pangan mengandung listeria, zat beracun dan merusak yang

dapat membahayakan kesehatan.

21. Mfr insan : Produk pangan tampaknya telah diproduksi, di proses atau dikemas

dalam kondisi tidak bersih.

22. Mfrhaccp : Produk pangan tampaknya telah dipersiapkan, dikemas, atau dilakukan

dalam kondisi kurang bersih, atau mungkin berbahaya bagi kesehatan, karena kegagalan pengolah di luar negeri untuk patuh pada 21 CFR 123.

(18)

xi

23. Nitrofuran : Produk pangan tampaknya mengandung bahan tambahan pangan yaitu

nitrofurans yang tidak aman.

24. No english : Label atau pelabelan tidak ditampilkan dalan bahasa Inggris.

25. Nonrsp-prc : Produk telah diolah atau dikemas dalam kondisi kurang sehat yang dapat

berbahaya bagi kesehatan karena pengolahan dalam scheduled process yang diajukan oleh produsen berdasarkan 21 CFR 108.35(c)(2) tidak cukup melindungi kesehatan masyarakat.

26. No process : Produsen tidak mengajukan informasi tentang scheduled process sesuai

dengan 21 CFR 108.25(c)(2) atau 108.35(c)(2).

27. Needs fce : Produsen tidak terdaftar sebagai produsen makanan kaleng rendah asam

atau diasamkan sesuai dengan 21 CFR 108.25(c)(1) atau 108.35(c)(1).

28. Not listed : Obat atau perangkat tidak termasuk dalam daftar yang diperlukan oleh

pasal 510(j), atau pemberitahuan atau informasi lain yang mendukung tidak tersedia yang diperlukan oleh pasal 510(j) atau 510(k).

29. Nutrit lbl : Kesalahan dalam label atau pelabelan salah dalam menyajikan informasi

nutrisi yang diperlukan.

30. Off odor : Seluruh atau sebagian pangan kotor, berbau atau terurai, atau tidak pas

untuk pangan. Mengandung bau.

31. Pois chlor : Produk pangan mengandung zat beracun atau merusak yaitu

Chloramphenicol yang berbahaya bagi kesehatan.

32. Poisonous : Produk pangan mengandung zat beracun atau merusak yang dapat

membahayakan kesehatan.

33. Saccharlbl : Produk pangan mengandung sakarin, pemanis non-nutritif, dan label atau

pelabelan salah dalam menyajikan sebagai bahan tambahan.

34. Salmonella : Produk pangan mengandung salmonella, zat beracun dan merusak yang

berbahaya bagi kesehatan.

35. Std ident : Produk pangan diwakili sebagai pangan yang definisi dan standar

identitas telah ditentukan oleh peraturan seperti pada bagian 401 dan pangan tampaknya tidak sesuai dengan definisi dan standar tersebut.

36. Transfat : Produk memiliki kesalahan pada bagian 403(q) karena label nutrisi

tidakmemberikan semua informasi yang diperlukan oleh 21 CFR 101.9(c), khususnya label tidak menyebutkan jumlah lemak trans [21 CFR 101.9(c)(2)(ii)].

37. Unapproved : Produk pangan menjadi obat baru tanpa aplikasi obat baru yang disetujui.

38. Under prc : Produk pangan memiliki proses yang tidak memadai dalam

melalukanpenyiapan, pengemasan atau dilakukan dalam kondisi tidak sehat yang mungkin berbahaya bagi kesehatan.

39. Unsafe add : Produk pangan mengandung bahan tambahan pangan yang tidak aman

seperti yang dimaksud pada bagian 409.

40. Unsafe col : Produk pangan mengandung pewarna tambahan yang tidak aman seperti

yang dimaksud pada bagian 721(a).

41. Unsafe sub : Produk pangan mengandung komponen yang tidak aman seperti yang

dimaksud pada bagian 406.

42. Usual name : Label pada produk pangan tidak menampilakan nama yang umum untuk

pangan tersebut.

43. Vetdrugres : Produk pangan mengandung obat untuk hewan (konversi dari produk

sejenisnya) yang tidak aman seperti dalam pasal 512 tentang kandungan pangan.

44. Yellow : Produk pangan mengandung pewarna tambahan FD&C Yellow no.5

yang tidak disajikan pada label sesuai dengan 21 CFR 74.705 pada bagian 721.

(19)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perubahan global secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi perkembangan perdagangan internasional. Perubahan ini menuntut semua negara untuk berupaya optimal dalam menghasilkan produk ekspor yang berdaya saing. Salah satu syarat dalam menghasilkan produk ekspor yang berdaya saing adalah terjaminnya mutu dan keamanan produk khususnya produk pangan. Menurut Suryana (2006), era globalisasi perdagangan menuntut diterapkannya jaminan mutu seperti, Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) untuk pangan dan persyaratan produksi yang berwawasan lingkungan (Ecolabelling), serta sistem pengelolaan keamanan pangan dalam ISO 22000 : 2005. Produk pangan ekspor yang tidak memenuhi jaminan mutu dan keamanan dapat ditahan dan ditolak masuk ke negara pengimpor.

Kasus penahanan dan penolakan produk pangan di luar negeri telah banyak terjadi setiap tahunnya. Indonesia sebagai salah satu negara yang mengekspor produk pangan ke luar negeri sering mengalami berbagai kasus penolakan dan penahanan ekspor pangan yang sebagian besar disebabkan oleh masalah mutu dan keamanan yang dianggap tidak memenuhi persyaratan internasional. Menurut data dari FDA (Food and Drug Administration), mulai dari Januari 2001 sampai dengan September 2005, setiap tahunnya tercatat setidaknya sebanyak lebih dari 300 kasus (bahkan sampai lebih dari 700 kasus pada tahun 2001) penolakan produk Indonesia untuk masuk ke Amerika Serikat. Sebanyak lebih dari 80 % kasus dari produk tersebut adalah produk pangan. Keamanan pangan digunakan oleh FDA sebagai alasan penolakan produk-produk pangan Indonesia (Hariyadi 2007). Masalah label juga menjadi alasan penolakan makanan kaleng asal Indonesia sepanjang 2000 sampai 2002. Pangan itu ditolak dengan alasan kotor (filthy) sebanyak 48,2 %, alasan tidak melampirkan informasi scheduled process (no process) 36,5 %, karena belum terdaftar sebagai produsen makanan kaleng (needs fce) 14,1 %, belum diberi label nutrisi 4,7 %, karena tulisan label berbahasa Indonesia dan sisanya tidak diketahui (Suryana 2006). Berdasarkan data dari FDA, pada tahun 2009 terjadi sekitar 239 kasus penolakan terhadap produk pangan ekspor Indonesia, sedangkan data dari Europa-RASFF (Europa-Rapid Alert System for

Food and Feed) menyebutkan bahwa terjadi 11 kasus penolakan produk ikan Indonesia pada

tahun 2010. Alasan penolakan tersebut bermacam-macam mulai dari filthy (kotor), mengandung bahan kimia berbahaya serta mengandung nikroorganisme seperti Salmonella sp yang banyak mencemari produk ikan.

Semua hal tersebutlah yang menjadi dasar untuk melakukan analisa terhadap kasus penolakan produk pangan Indonesia di Amerika Serikat dan Eropa selama tahun 2002 sampai 2010.

B. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui data jumlah kasus penolakan produk pangan Indonesia di Amerika Serikat dan Eropa selama tahun 2002-2010.

2. Mengetahui jenis produk pangan dan alasan penolakannya di Amerika Serikat dan Eropa selama tahun 2002-2010.

3. Mengetahui perkembangan kasus penolakan yang terjadi setiap tahunnya selama tahun 2002-2010.

(20)

2

4. Membandingkan kasus penolakan yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa selama tahun2002-2010.

5. Menganalisis penyebab terjadinya kasus penolakan produk pangan ekspor Indonesia selama tahun 2002-2010.

6. Memberikan saran agar kasus penolakan produk pangan dapat berkurang atau tidak terjadi kembali.

C. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini bermanfaat dalam mendorong pengembangan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan di Indonesia agar kasus penolakan produk pangan di Amerika Serikat dan Eropa dapat berkurang atau tidak ada sama sekali serta masukan bagi pemerintah untuk dapat memberikan penyuluhan yang baik tentang keamanan pangan kepada industriawan pangan serta mempermudah dalam pemantauan kegiatan ekspor produk pangan Indonesia. Selain itu bagi industriawan pangan agar mampu menghasilkan produk pangan yang berdaya saing diluar negeri dengan jaminan mutu dan keamanan pangan dengan menerapkan sistem yang diakui oleh dunia internasional.

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KEAMANAN PANGAN

Menurut UU RI No. 7 tahun 1996, pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. Sedang Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (PP No. 28 Tahun 2004). Mutu Pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman (PP No. 28 Tahun 2004).

Keamanan pangan sudah menjadi masalah global, sehingga mendapat perhatian utama dalam perdagangan internasional. Memasuki era perdagangan bebas, masalah mutu dan keamanan pangan memegang peranan yang sangat strategis. Perhatian masyarakat internasional terhadap keamanan pangan yang dikonsumsinya sudah sangat tinggi, sehingga mereka mensyaratkan standar yang tinggi pada bahan pangan yang akan diterima dan dikonsumsinya (Hariyadi 2007). Menurut Suryana (2006), era globalisasi perdagangan menuntut diterapkannya jaminan mutu seperti, Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) untuk pangan dan persyaratan produksi yang berwawasan lingkungan (Ecolabelling), serta sistem pengelolaan keamanan pangan dalam ISO 22000: 2005. Produk pangan ekspor yang tidak memenuhi jaminan mutu dan keamanan dapat ditahan dan ditolak masuk ke negara pengimpor.

Banyak produk pangan ekspor yang ditolak oleh negara-negara pengimpor karena tidak terjamin keamanannya. Indonesia sebagai salah satu negara yang mengekspor produk pangan ke luar negeri telah banyak mendapat kasus penolakan oleh FDA dan RASFF. Menurut data dari FDA, mulai dari Januari 2001 sampai dengan September 2005, setiap tahunnya tercatat setidaknya sebanyak lebih dari 300 kasus (bahkan sampai lebih dari 700 kasus pada tahun 2001) penolakan produk Indonesia untuk masuk ke AS. Sebanyak lebih dari 80 % kasus dari produk tersebut adalah produk pangan. Keamanan pangan digunakan oleh FDA sebagai alasan penolakan produk-produk pangan Indonesia (Hariyadi 2007). Pada tahun 2009 terjadi sekitar 239 kasus penolakan terhadap produk pangan ekspor Indonesia. Jadi, kinerja produk Indonesia untuk menembus pasar AS, dilihat dari aspek mutu masih sangat memprihatinkan. Sebagian besar penolakan karena alasan keamanan pangan tersebut, yaitu sekitar 33-80 % (rata-rata 62 %), ditolak karena alasan “filthy”. Secara umum, filthy dapat diartikan bahwa pada produk tersebut mengandung “sesuatu yang tidak selayaknya ada dalam bahan pangan tersebut”. Penyebab adanya filthy adalah karena masih kurang atau tidak diterapkannya prinsip-prinsip penanganan dan pengolahan yang baik. Dengan kata lain, kepada produsen produk pangan dan hasil pertanian Indonesia masih perlu diperkenalkan, disosialisasikan, dan diawasi untuk menerapkan good

practices (Hariyadi dan Andarwulan 2007). Selain itu jenis produk pangan yang ditolak oleh

pasar AS sebagian besar berupa produk segar seafood dan sejenisnya. Hal ini dikarenakan praktek GHP, GMP, dan GT/DP belum sempurna dilakukan di industri pangan di Indonesia (Hariyadi 2007).

(22)

4

Tidak hanya di AS saja terjadi kasus penolakan produk pangan Indonesia. Di Eropa oleh RASFF, produk pangan Indonesia juga banyak ditolak masuk karena alasan yang sama yaitu keamanan pangan. Berdasarkan data dari RASFF menyebutkan bahwa terjadi 11 kasus penolakan produk perikanan Indonesia pada tahun 2010. Produk perikanan ini mengandung Salmonella sp. yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia jika mengkonsumsinya.

B. US-FDA (UNITED STATES - FOOD AND DRUG ADMINISTRATION)

FDA adalah lembaga di bawah Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat yang terdiri atas kantor dan pusat layanan. FDA bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin keamanan, khasiat dan keamanan obat-obatan manusia dan hewan, produk biologi, peralatan medis, suplai makanan untuk negara, kosmetik dan produk radiasi, dan mengatur pembuatan, pemasaran dan distribusi produk tembakau. FDA juga bertanggung jawab untuk memajukan kesehatan masyarakat dengan membantu mempercepat inovasi untuk membuat obat-obatan dan makanan lebih efektif, aman dan terjangkau, dan membantu masyarakat mendapatkan informasi yang akurat berbasis ilmiah untuk obat-obatan dan makanan, dan untuk mengurangi penggunaan tembakau untuk meningkatkan kesehatan.

Dalam menjamin kesehatan masyarakat, FDA memiliki undang-undang yang disahkan oleh Presiden George W. Bush yang disebut “Public Health Security and Terorism Prepardnes

and Response Act of 2002” (Undang-Undang Mengenai Perlindungan Kesehatan Masyarakat dan

Penangkalan Terorisme). Undang-undang ini selanjutnya disebut “Bioterorism Act” (Undang-Undang Bio-terorisme). (Undang-Undang-undang Bio-terorisme terdiri atas judul lima judul:

1. National Preparedness for Bioterrorism and Other Public Health Emergencies 2. Enhancing Controls on Dangerous Biological Agents and Toxins

3. Protecting Safety and Security of Food and Drug Supply 4. Drinking Water Security and Safety

5. Additional Provisions

Pada undang-undang tersebut yang erat kaitannya dengan aktivitas ekspor dari negara luar AS adalah ketentuan yang tertuang pada judul III (Protecting Safety and Security of Food and

Drug Supply). Peraturan ini berlaku untuk pengusaha atau importir bahan makanan di AS.

Sebagian besar pasokan bahan pangan berasal dari luar AS sehingga importir AS akan meminta eksportir terkait mengirim data atau informasi untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh Pemerintah AS. Judul III memuat empat pasal yang menjelaskan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Keharusan mendaftar fasilitas yang digunakan (Pasal 305). Ketentuan ini mengharuskan pemilik atau pengelola atau agen yang mengelola suatu fasilitas pangan baik di dalam negeri (AS) maupun diluar negeri untuk mendaftar (alamat, pemilik, dan lain-lain) kepada US-FDA. Pengertian fasilitas adalah pabrik, gudang, pabrik pengemas yang membuat, memproses, mengemas, dan menyimpan bahan pangan. Pendaftaran ini dapat dilakukan oleh importir yang berasal di AS dengan meminta eksportir Indonesia mengisi formulir yang telah disediakan.

2. Penyusunan dan pemeliharaan catatan atau data (Pasal 306). Ketentuan ini memberi wewenang kepada Menteri Pertanian untuk menentukan sumber terdekat dari asal dan penerimaan bahan pangan yang dikirim atau diterima. Ketentuan ini ditujukan untuk memudahkan US-FDA menilai atau melacak bila ditemui ancaman yang serius membahayakan kesehatan manusia dan hewan. Mereka yang terkena ketentuan ini

(23)

5

adalah yang membuat, memproses, mengemas, membawa, mendistribusikan, menerima, menyimpan, dan mengimpor bahan pangan.

3. Pemberitahuan awal bagi bahan pangan impor yang dikapalkan (Pasal 307). Ketentuan ini mengatur importir agar menyampaikan pemberitahuan awal kepada US-FDA mengenai bahan pangan yang akan dikapalkan. Pemberitahuan ini harus mencakup deskripsi lengkap produk, nama pembuat (pabrik), nama kapal, nama petani bila diketahui, negara asal, negara di mana produk dikapalkan, dan pelabuhan tujuan.

4.

Penahanan administratif (Pasal 303). Ketentuan ini memberi wewenang kepada

Menteri Pertanian AS melalui US-FDA untuk memerintahkan penahanan bahan pangan bila seorang pejabat atau petugas yang berwenang menemukan bukti yang meyakinkan atau informasi yang menunjukan bahan yang dapat memberikan dampak negartif atau buruk atau kematian bagi manusia atau hewan.

Selain UU Bio-terorisme, FDA juga memiliki peraturan dalam hal impor produk pangan yaitu Food, Drug, and Cosmetic Act. (UU FD&C). Dalam peraturan tersebut FDA dapat melakukan penahanan terhadap produk pangan yang masuk tanpa ada pemerikasaan fisik terlebih dahulu jika produk pangan tersebut berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat. Penahanan ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari lembaga negara atau lokal yang telah melakukan analisis terhadap produk pangan yang masuk dan FDA telah menetapkan bahwa pengambilan sampel dan pengujian yang dilakukan adalah akurat, diterima dan mewakili dari produk tersebut. Pada Pasal 801 (a) UU FD&C menyatakan, “jika dalam pemeriksaan sampel tersebut atau dinyatakan pada Pasal (1) produk tersebut telah diproduksi, diproses, atau dikemas dalam kondisi tidak bersih atau fasilitas atau pengendalian dalam pembuatan, pengepakan, penyimpanan, atau instalasi tidak memenuhi pesyaratan Pasal 520 (f), atau Pasal (2) produk tersebut dilarang atau dibatasi dalam penjualan di negara dimana produk diproduksi atau dari mana produk diekspor, atau Pasal (3) produk tersebut tercemar, misbranded, atau melanggar Pasal 505, maka produk tersebut akan ditolak masuk.”

FDA akan melakukan penahanan terhadap beberapa produk seperti berikut: 1. Produk tersebut dapat menyebabkan resiko kesehatan yang tidak diinginkan.

2. Produk (segar, beku, atau olahan) yang memiliki tingkat residu pestisida, alfatoksin, dan kontaminan kimia diatas batas.

3. Produk makanan kaleng asam rendah atau makanan yang diasamkan (kegagalan dalam proses pada suatu produk atau tidak terregristrasi).

4. Produk dengan informasi tentang bahan produk atau formulasi yang tidak jelas. 5. Produk yang tidak memberitahukan perubahan perangkat dan tidak sesuai dengan

Pasal 510 (k) atau tentang permohonan persetujuan untuk pemasaran.

6. Produk yang memiliki pelanggaran pada pelabelan atau tidak sesuai dengan NLEA (Nutritional Labeling and Education Act).

C. UNI EROPA-RASFF (RAPID ALERT SYSTEM FOR FOOD AND FEED)

Diluncurkan pada tahun 1979, RASFF pada dasarnya merupakan alat untuk pertukaran informasi antara badan yang berwenang pada pengiriman pangan dan pakan dalam kasus di mana resiko terhadap kesehatan manusia telah diidentifikasi dan langkah-langkah telah diambil, seperti penanganan, penarikan, penyitaan atau penolakan terhadap produk tersebut. Pertukaran cepat informasi ini memungkinkan semua negara anggota untuk memverifikasi segera apakah mereka

(24)

6

juga dipengaruhi oleh masalah. Setiap kali produk sudah ada di pasar dan tidak boleh dikonsumsi, pemerintah negara-negara anggota akan dalam posisi untuk mengambil langkah-langkah mendesak, termasuk memberikan informasi langsung kepada masyarakat.

Jaringan RASFF melibatkan negara anggota Uni Eropa, negara-negara European

Economic Area (EEA) seperti Norwegia, Liechtenstein dan Islandia, Sekretariat Economic Free Trade Association (EFTA) mengkoordinasikan masukan dari negara-negara EEA, European Food Safety Authority (EFSA) dan Komisi sebagai pengelola sistem.

Sistem pertukaran cepat merupakan hasil konkret dan nyata tentang integrasi Eropa. Petukaran cepat informasi tentang resiko pangan dan pakan terkait, memastikan tindakan yang koheren dan simultan oleh semua negara anggota. Negara-negara anggota menggunakan template (lembaran) untuk menyediakan semua informasi yang relevan dan berguna seperti identifikasi produk, bahaya yang ditemukan, kebijakan yang diambil dan informasi penelusuran produk. Jika produk berbahaya terdapat di pasar, maka negara-negara anggota akan melapor kepada Komisi Eropa melalui RASFF tentang apa yang telah ditemukan dan langkah-langkah yang telah dilakukan.

Anggota RASFF masing-masing memiliki penghubung yang ditunjuk untuk bertanggung jawab mengirimkan pemberitahuan RASFF kepada Komisi dimana sebelumnya telah dilakukan suatu tindakan yaitu inspektur pangan atau pakan telah memerikasa produk di pasar atau di perbatasan. Mereka mungkin telah mengambil sampel dan telah menerima hasil dari laboratorium. Jika ditemukan bahwa tidak ada keluhan pada produk maka perlu dilaporkan di dalam sistem nasional. Kewenangan memutuskan masalah berada di bawah lingkup RASFF dan melaporkan ke penghubung nasional RASFF. Penghubung nasional memverifikasi dan melengkapi pemberitahuan RASFF yang diperlukan dan meneruskannya kepada Komisi Eropa dengan menggunakan template. Template merupakan formulir pemberitahuan RASFF untuk memberikan rincian dari temuan dan tindakan yang diambil serta menambahkan dokumen yang relevan seperti tagihan, daftar perusahaan, laporan analitis, dll.

Beberapa tipe pemberitahuan yang diinformasikan melalui RASFF adalah sebagai berikut: 1. Alert notifications

Sebuah „pemberitahuan peringatan‟ atau „peringatan‟ akan dikirim melalui RASFF ke negara anggota apabila pangan atau pakan memiliki resiko serius di pasar atau ketika tindakan cepat diperlukan. Peringatan yang dilakukan oleh anggota jaringan yang mendeteksi masalah dan telah melakukan tindakan yang relevan seperti penarikan. Pemberitahuan ini bertujuan untuk memberikan informasi ke semua anggota jaringan untuk memverifikasi apakah produk yang bersangkutan telah beredar di pasar, sehingga anggota jaringan dapat mengambil tindakan yang diperlukan. Produk yang bersangkutan telah ditarik atau sedang dalam proses penarikan dari pasar. Negara-negara anggota memiliki mekanisme sendiri untuk melakukan tindakan, seperti menyediakan informasi secara detail melalui media jika perlu.

2. Information notifications

Sebuah „pemberitahuan informasi‟ menyangkut suatu pangan atau pakan di pasar negara yang memberitahukan dimana resiko telah diidentifikasi dan tidak memerlukan tindakan cepat, karena pangan atau pakan belum mencapai pasar atau tidak ada di pasar (pada negara-negara anggota selain negara yang memberitahukan).

(25)

7

Suatu „pemberitahuan batas penolakan‟ menyangkut suatu pangan dan pakan yang ditolak masuk masyarakat karena alasan resiko terhadap kesehatan manusia dan hewan.

4. News notifications

Suatu „pemberitahuan berita‟ menyangkut setiap jenis informasi yang berhubungan dengan keamanan pangan atau pakan yang belum disampaikan sebagai peringatan, informasi atau batas penolakan, oleh pihak yang berwenang dalam hal pangan dan pakan di negara-negara anggota. Pemberitahuan berita seringkali dibuat berdasarkan informasi yang diambil di media atau yang disampaikan oleh bagian yang berwenang dalam pangan dan pakan di negara-negara ketiga, perwakilan EC atau organisasi internasional, setelah diverifikasi oleh negara-negara anggota yang bersangkutan. Ketika suatu produk teridentifikasi, RASFF memberitahu negara ketiga yang bersangkutan, untuk mencegah terulangnya masalah, dalam banyak kasus melalui platform jendela online RASFF. Ketika masalah serius terdeteksi, Komisi mengirim surat kepada otoritas nasional dari negara ketiga yang bersangkutan, meminta mereka untuk menerapkan langkah-langkah korektif seperti perusahaan delisting, memblokir ekspor atau mengintensifkan kontrol. Semua laporan hasil investigasi terhadap makan dan pakan yang berbahaya dipublikasikan dalam

Database RASFF Portal. Database RASFF Portal membuat konsumen dapat melihat informasi

(26)

III

.

METODE PENELITIAN

A. PENGUMPULAN DATA

Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder mengenai jenis produk pangan dan penyebab penolakan produk pangan Indonesia di Amerika Serikat dan Eropa. Data penolakan produk pangan Indonesia oleh Amerika Serikat diperoleh dengan cara mengakses data ke website (www.accessdata.fda.gov/scripts/importrefusals) melalui internet yang dipublikasikan oleh US-FDA (United State-Food and Drug Administration), sedangkan data penolakan produk

pangan indonesia oleh Eropa diperoleh dengan cara mengakses ke website

(www.webgate.ec.europa.eu/rasff-window/portal) melalui internet yang di publikasikan oleh Europa-RASFF (Europa-Rapid Alert System for Food and Feed). Data yang diambil adalah data dari tahun 2002 sampai 2010. Untuk data yang diperoleh melalui website FDA hanya berupa data produk pangan yang mengalami penolakan selain produk pangan, produk obat-obatan dan produk jamu herbal yang juga mengalami penolakan tidak diambil datanya. Selain itu dengan melihat RASFF Annual Report 2002-2009 untuk membandingkan dengan negara lain.

B. PENGELOMPOKAN DATA

Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokan berdasarkan jenis produk pangan, tahun ekspor, dan alasan penolakan. Kelompok berdasarkan jenis produk pangan terbagi menjadi beberapa kelompok lagi yaitu kelompok produk hasil perikanan, kelompok produk hasil pertanian dan perkebunan, dan kelompok produk hasil peternakan. Kelompok berdasarkan jenis produk pangan dibuat untuk mengetahui jenis produk pangan yang terbanyak mengalami penolakan. Kelompok berdasarkan tahun dikelompokan sesuai dengan tahun ekspor produk tersebut yaitu pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2010. Kelompok berdasarkan tahun dibuat untuk mengetahui perbedaan terjadinya kasus penolakan mengalami penaikan, penurunan, atau fluktuatif setiap tahunnya. Kelompok berdasarkan alasan penolakan produk dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan informasi yang ada pada data di website FDA dan RASFF.

C. ANALISIS DATA

Data yang telah dikelompokan berdasarkan jenis produk pangan, tahun ekspor, dan alasan penolakan kemudian dibuat dalam bentuk grafik atau diagram. Data yang telah dibuat dalam bentuk grafik atau diagram selanjutnya dianalisis untuk mengidentifikasi jumlah kasus penolakan produk pangan, jenis produk pangan apa yang mengalami penolakan terbanyak, dan alasan produk pangan tersebut ditolak serta perkembangan yang terjadi pada jumlah kasus setiap tahunnya (mengalami penaikan, penurunan, atau fluktuatif) sehingga diketahui penyebab produk pangan tersebut mengalami penolakan selama tahun 2002 sampai 2010 serta memberikan saran yang baik agar penolakan produk pangan dapat berkurang atau tidak terjadi lagi. Analisis penyebab masalah penolakan produk pangan menggunakan Diagram Pareto dan Diagram sebab akibat atau diagram Ishikawa. Diagram pareto merupakan diagram yang terdiri atas grafik balok dan grafik garis yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data terhadap keseluruhan. Dengan memakai Diagram Pareto, dapat terlihat masalah mana yang sedikit tapi dominan (vital view) dan masalah yang banyak tetapi kurang dominan (trivial many). Diagram

(27)

9

sebab-akibat sering juga disebut sebagai Diagram Tulang Ikan (Fish Bone Diagram). Diagram sebab akibat berguna untuk mengetahui faktor-faktor yang mungkin (memiliki peluang) menjadi penyebab munculnya masalah (berpengaruh terhadap hasil). Secara umum terdapat lima faktor yang berpengaruh yaitu :

1. Lingkungan

2. Manusia

3. Metode

4. Bahan

5. Mesin peralatan

Diagram sebab akibat hanya merupakan alat untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpeluang menjadi penyebab masalah, bukan mangidentifikasi masalah (Muhandri dan Kadarisman 2008).

(28)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KASUS PENOLAKAN PRODUK PANGAN EKSPOR INDONESIA DI

AMERIKA SERIKAT OLEH US-FDA

Selama tahun 2002-2010, Indonesia mengalami kasus penolakan di Amerika Serikat sebanyak 2608 kasus penolakan produk pangan selain produk obat-obatan dan jamu herbal. Setiap tahunnya terjadi lebih dari 200 kasus penolakan produk pangan Indonesia di Amerika Serikat oleh US-FDA dengan rata-rata tiap tahun terjadi 289 kasus penolakan. Jumlah kasus penolakan produk pangan tiap tahunnya selama tahun 2002-2010 tersaji pada Gambar 1.

Gambar 1. Perkembangan jumlah kasus penolakan produk pangan Indonesia di Amerika Serikat selama tahun 2002-2010 (FDA 2011).

Perkembangan kasus penolakan produk pangan yang terjadi selama tahun 2002-2010 menunjukan perkembangan yang fluktuatif atau naik-turun. Berdasarkan Gambar 1. menunjukan bahwa jumlah kasus terbanyak terjadi pada tahun 2007 dengan 367 kasus dan terkecil pada tahun 2002 dengan jumlah 204 kasus. Pada tahun 2006-2010 menunjukan peningkatan jumlah kasus yang cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu tahun 2002-2005 meskipun pada tahun 2004 jumlah kasus penolakan yang terjadi cukup tinggi.

Kasus penolakan produk pangan yang terjadi di Amerika Serikat melibatkan banyak jenis produk pangan. Produk pangan yang mengalami penolakan di Amerika Serikat digolongkan menjadi beberapa jenis produk pangan. Jumlah penolakan yang terjadi untuk setiap jenis produk pangan dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini :

0 50 100 150 200 250 300 350 400 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Ju

m

lah

K

as

u

s

Tahun

(29)

11

Gambar 2. Jumlah kasus dan jenis produk pangan yang mengalami kasus penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010 (FDA 2011).

Berdasarkan Gambar 2 tersebut, jenis produk pangan yang paling banyak mengalami penolakanan adalah jenis produk seafood seperti ikan, udang dan kepiting. Jumlah kasus penolakan dari ketiga jenis produk pangan ini mencapai 80% dari total kasus yang terjadi atau sebanyak 2088 kasus selama tahun 2002-2010. Ikan merupakan jenis produk pangan yang paling banyak mengalami penolakan yaitu sebesar 1300 kasus atau hampir 50% dari total kasus yang terjadi. Selain produk seafood juga terdapat produk minuman, bumbu-bumbuan, rempah-rempah, cumi-cumi dan produk lainnya. Produk lainnya merupakan kumpulan jenis produk yang mengalami penolakan dibawah 50 kasus. Jumlah kasus penolakan dan jenis produk pangan untuk produk lainnya tersaji pada Gambar 3.

Gambar 3. Jumlah kasus dan jenis produk pangan untuk produk lainnya yang mengalami penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010 (FDA 2011).

ikan 50% udang 22% kepiting 8% produk minuman 3% bumbu-bumbuan 3% rempah-rempah 2% cumi-cumi 1% produk lainnya 11% n = 2608 kasus 0 10 20 30 pr o duk pe rm en pr o duk kue sa o s s am ba l da n ke ca p ke rupuk gul a a g a r-a g a r d a n je lli pr o duk ins ta nt ka ri (gul ai) bum bu pe ce l ata u ga do -ga do mie bum bu se m ur pr o duk bis kui t sa ra ng bur ung pr o du k s up ka ca ng pr o duk c o kl at pr o duk de ss er t as in an bua h bua h da n s ay ur an pr o duk s ela i te pung ge la ti n pr o duk ta m ar in d (pa ste … pr o duk s na ck pr o duk c am pur an

Ju

m

lah

K

as

u

s

(30)

12

Berdasarkan Gambar 3 menunjukan bahwa jumlah kasus penolakan yang terjadi pada produk pangan lainnya tidak menunjukan perbedaan jumlah kasus yang terlalu besar atau signifikan antara satu produk dengan produk lainnya hanya produk permen dan kue yang menunjukan jumlah kasus sedikit lebih tinggi. Selain itu terdapat produk campuran yang merupakan gabungan beberapa produk dengan jumlah kasus satu kasus saja.

Produk pangan Indonesia yang mengalami penolakan di Amerika Serikat selama tahun 2002-2010 tidak setiap tahunnya mengalami penolakan. Produk pangan dengan jumlah kasus penolakan tertinggi seperti produk seafood mengalami penolakan setiap tahunnya, sedangkan produk pangan lainnya tidak setiap tahunnya mengalami penolakan bahkan ada beberapa produk yang hanya mengalami penolakan pada tahun-tahun tertentu saja. Produk seafood yang mengalami penolakan setiap tahunnya menunjukan kasus penolakan yang fluktuatif. Produk ikan pada tahun 2002-2004 mengalami penurunan persentase jumlah kasus dan meningkat pada tahun 2005-2010. Produk udang menunjukan penurunan persentase jumlah kasus pada tahun 2005-2010 meskipun masih mengalami perkembangan yang fluktuatif. Produk kepiting pada tahun 2004 menunjukan persentase jumlah kasus yang sangat signifikan dibandingkan tahun-tahun lainnya. Perkembangan kasus penolakan untuk produk seafood selama tahun 2002-2010 dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Perkembangan persentase kasus penolakan yang terjadi pada produk pangan seafood (ikan, udang, kepiting) di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010 (FDA 2011). Selain produk seafood, produk pangan lainnya juga mengalami perkembangan kasus penolakan yang cukup beragam. Produk minuman pada tahun 2002-2008 secara umum menunjukan perkembangan persentase jumlah kasus penolakan yang meningkat. Produk bumbu mengalami penolakan pada tahun 2004-2007 serta tahun 2009 dan pada tahun 2006 dan 2007 menunjukan persentase jumlah kasus penolakan yang sangat signifikan. Produk cumi-cumi mengalami peningkatan persentase jumlah kasus sejak tahun 2002 dan tertinggi pada tahun 2009 tetapi pada tahun 2010 tidak terjadi penolakan. Produk saos, sambal, dan kecap pada tahun 2007 menunjukan persentase jumlah kasus yang sangat tinggi dengan perkembangan yang sangat fluktuatif setiap tahunnya. Produk mie hanya mengalami penolakan pada tahun 2004-2006 dan pada tahun 2004 menunjukan persentase jumlah kasus yang sangat tinggi. Produk coklat hanya terjadi pada tahun 2002 dan tahun 2009-2010 dimana tahun 2010 menunjukan persentase jumlah

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

P

e

r

se

n

ta

se

(%

)

Tahun

ikan udang kepiting

(31)

13

kasus penolakan yang tertinggi. Gambar yang menunjukan perkembangan kasus penolakan produk lainnya yang mengalami penolakan di Amerika Serikat selama tahun 2002-2010 terlampir pada lampiran.

Berdasarkan data kasus penolakan produk pangan Indonesia, terlihat jelas bahwa produk ikan merupakan produk pangan yang paling banyak mengalami penolakan di Amerika Serikat selama tahun 2002-2010. Indonesia merupakan negara kepulauan yang menghasilkan produk ikan atau olahannya yang sangat besar. Jenis ikan yang diekspor ke Amerika Serikat bermacam-macam seperti tuna, snapper, grouper, mahi-mahi, swordfish, kingfish, opakapaka, tilapia, dan produk ikan lainnya. Setiap tahunnya terjadi kasus penolakan produk ikan mencapai lebih dari 50 kasus bahkan lima tahun terakhir mencapai lebih dari 100 kasus penolakan. Jumlah kasus penolakan dan jenis produk ikan yang diekspor dan mengalami penolakan Amerika Serikatdapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Jumlah kasus dan jenis produk ikan yang mengalami penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010 (US-FDA 2011).

Jumlah kasus terbanyak terjadi pada produk ikan tuna yaitu dengan 811 kasus atau mencapai 62% dan ikan kakap dengan 17% dari jumlah produk ikan yang mengalami penolakan. Produk ikan seperti ikan mahi-mahi, todak, kerapu, tenggiri, dan kakap putih hanya mengalami penolakan dengan jumlah kasus dibawah 5%. Produk ikan lainnya merupakan produk ikan yang terdiri dari beberapa jenis ikan dan produk olahannya dengan jumlah kasus yang sedikit. Jumlah dan jenis produk ikan lainnya yang mengalami penolakan tersaji pada Gambar 6.

ikan tuna 62% ikan kakap 17% produk ikan lainnya 7% mahi-mahi 4% ikan todak 3% kerapu 3% tenggiri 2% kakap putih 2% n = 1300 kasus

(32)

14

Gambar 6. Jumlah kasus dan jenis produk ikan lainnya yang mengalami penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010 (FDA 2011).

Berdasarkan Gambar 6 terlihat bahwa jumlah kasus penolakan yang terjadi pada produk ikan tersebut kurang dari 20 kasus atau dibawah 1% dari total kasus penolakan produk ikan yang terjadi selama tahun 2002-2010. Ikan olahan merupakan produk ikan yang telah mengalami pengolahan dan tidak diketahui jenis ikannya. Ikan lainnya merupakan produk ikan dengan jumlah kasus penolakan sebanyak 1 kasus.

Produk ikan tuna yang mengalami penolakan di Amerika Serikat sebagian besar dapat digolongkan menjadi beberapa jenis produk yaitu produk tuna beku, produk tuna segar, produk tuna kalengan, produk tuna mentah, dan produk tuna lainnya. Produk tuna beku merupakan produk ikan tuna dengan kasus penolakan terbesar yaitu sebesar 88% atau 713 kasus. Produk ikan tuna lainnya yang mengalami penolakan yaitu produk tuna mentah, produk tuna segar, produk tuna kalengan dan produk ikan tuna lainnya. Jumlah persentase produk ikan tuna yang mengalami penolakan dapat dilihat pada Gambar 7.

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Ju

m

lah

K

as

u

s

Jenis Ikan

Gambar

Gambar 1.   Perkembangan jumlah kasus penolakan produk pangan Indonesia di Amerika Serikat  selama tahun 2002-2010 (FDA 2011)
Gambar  3.  Jumlah  kasus  dan  jenis  produk  pangan  untuk  produk  lainnya  yang  mengalami  penolakan di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010 (FDA 2011)
Gambar 4.   Perkembangan persentase kasus penolakan yang terjadi pada produk pangan  seafood  (ikan, udang, kepiting) di USA oleh US-FDA selama tahun 2002-2010 (FDA 2011)
Gambar 5.   Jumlah  kasus  dan  jenis  produk  ikan  yang  mengalami  penolakan  di  USA  oleh  US- US-FDA selama tahun 2002-2010 (US-FDA 2011)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Swastha, Manajemen Pemasaran Modern (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2002) Syaparuddin “Prinsip-prinsip Dasar al-Qur’ ā n Tentang Perilaku Konsumsi,”.

Sedangkan situs penelitian yang akan dipilih oleh peneliti adalah institusi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Banyuwangi yang menjadi leading actor

BORANG PENGESAHAN STATUS TESIS JUDUL: M ENGKAJI TEKNIK KUBISM E PABLO PICASSO DAN. PENGAPLIKASIANNY A Dr DA LAM ANIMAS

Hubungan antara pertumbuhan biomassa, aktivitas enzim selulase dan kadar gula reduksi yang dihasilkan pada proses hidrolisis batang pohon singkong dengan

Secara umum modernisasi merupakan suatu proses yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat dan dapat mempengaruhi dinamika kehidupannya, serta merupakan suatu

inlet generator akan membuat nilai laju alir massa refrijeran semakin naik karena semakin banyak uap R22 yang dapat menguap dari generator yang mengakibatkan

memetakan dan mengkuantifikasi pengetahuan korporat dan performance dari solusi manajemen pengetahuan. Fungsi ini mendukung empat fungsi lainnya, untuk mengelola pengetahuan

1. Bahwa pada tanggal 11 Nopember 1998, Pemohon I dengan Pemohon II melangsungkan pernikahan yang dilaksanakan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kasui Kabupaten