JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |78
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V
SDK REGINA PACIS
TAHUN 2012/2013
Putu Agus Wawan Kurniawan Dimas Qondias
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
STKIP Citra Bakti
Ngada-NTT
rabitoberkelana@yahoo.com
dimasqondias@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan pemahaman konsep IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan the posttest-only control group design, dengan melibatkan satu kelas eksperimen. Sampel diambil dengan cara random sampling. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah skor Pemahaman Konsep IPA. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan ANAVA satu jalur. Sebagai tindak lanjut Anava, digunakan least significant difference (LSD) untuk menguji komparasi pasangan nilai rata-rata tiap kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (F = 23,90 ; p < 0,05).
Kata kunci: model pembelajaran, berbasis masalah, pemahaman konsep.
Abstract
The aims of this research are to analyze the different understanding of natural science concepts between the group of the students using problem based learning model and group of students using conventional learning model
This research is a quasi-experimental using post-test only control group design involving one class as experimental group and another class as a control group. The sample was chosen using random sampling technique. The total number of the sample analyzed in this research was 60 students. The data collected for this research was the score for critical thinking and the score for students’ concepts understanding. The data was analyzed using descriptive statistics and anava. As the following up of ANAVA, the least significant different (LSD) was used in order to test the comparison of clusters of the average marks for every treatment.
The result of the research showed that (1) there was a difference of the students’ critical thinking between the group of the students using problem based learning model and group of students using conventional model (F=0.05 dengan p>0.05), (2) there was a significant difference between of the understanding of natural science concepts between the group of the students using problem based learning model and group of students using conventional model (F = 23.90 dengan p < 0.05), and (3) there was a difference between the achievement of the students’ understanding of Natural Science and the students’ skill in critical thinking between the group of the students using problem-based teaching-learning model and group of students using conventional model (F = 12.46 dengan p<0.05).
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |79 PENDAHULUAN
Perkembangan globalisasi membawa pengaruh bagi perkembangan suatu Negara
termasuk Indonesia. Pengaruh yang diberikan oleh perkembangan globalisasi dapat
memberikan dampak positif maupun memberikan dampak negatif. Untuk menyaring
pengaruh perkembangan globalisasi dibutuhkan sumber daya manusia. Dengan sumber
daya manusia yang baik, suatu Negara akan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni (IPTEKS). Perkembangan IPTEK suatu Negara akan memberikan daya
saing dalam persaingan global. Untuk mengembangkan sumber daya manusia agar mampu
mengembangkan IPTEK dibutuhkan dukungan dari dunia pendidikan (Lasmawan, 2010).
Salah satu dukungan dunia pendidikan dalam meningkatkan sumber daya manusia
untuk meningkatkan IPTEKS direalisasikan dengan pendidikan IPA disekolah. Suastra
(2009) menyatakan IPA merupakan bagian kehidupan manusia dari sejak manusia
mengenal diri dan alam sekitarnya. Pembelajaran IPA merupakan cara ideal untuk
memperoleh kompetensi (keterampilan-keterampilan, memelihara sikap-sikap, dan
mengambangkan pemahaman yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari). Pemahaman
konsep siswa merupakan kompetensi-kompetensi yang dikembangkan dalam pendidikan
IPA disekolah. Dengan memahami konsep yang dipelajari siswa akan dapat menggunakan
pemahamannya dalam kehidupan sehari-hari serta terbentuk literasi sains.
Diperlukan inovasi pembelajaran. Inovasi pembelajaran beranjak dari pandangan
konstruktifistik. Konstruktivistik adalah filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan hasil konstruksi orang tersebut.
Pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan salah satu bentuk inovasi dalam
pembelajaran dengan mengacu pada paham konstruktifisme. Pembelajaran berbasis
masalah menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk
belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dari konsep yang esensial dari pembelajaran dan meningkatkan
pemahaman konsep siswa (Sudarman, 2005). Model pembelajaran berbasis masalah
beranjak dari perspektif konstruktifistik dimana masalah kontekstual yang disajikan dalam
pembelajaran akan memunculkan konflik kognitif yang memicu siswa untuk mengkontruksi
pemahamannya sendiri. Teori yang dikembangkan dalam model pembelajaran berbasis
masalah mengandung dua prinsip penting dari makna belajar, yaitu: (1) belajar adalah
proses konstruktif bukan proses menerima (receptive process) dan (2) belajar dipengaruhi
oleh faktor interaksi sosial dan sifat kontekstual dari materi pelajaran (Gijselaers dalam
Sutawa, 2007). Dalam pembelajaran berbasis masalah guru berperan penting dalam
menyajikan permasalahan, penanya, mengadakan dialog, pemberi fasilitas penelitian,
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |80 Savoi & Andrew (dalam Yasa, 2007) menyatakan bahwa struktur pembelajaran PBM
dirancang dengan; (1) mulai dengan masalah semua siswa maupun kelompok dihadapkan
pada suatu masalah yang kontekstual sesuai dengan bidang yang akan dibelajarkan, (2)
masalah berhubungan dengan dunia siswa, masalah yang dikonfrontasikan pada awal
pembelajaran kepada siswa diambil sedekat mungkin dengan dunia siswa sehari-hari,
sehingga masalah tersebut tidak asing bagi siswa, karena hal ini akan dapat memotifasi
siswa untuk mencari pemecahannya, (3) organisasi materi pembelajaran sesuai dengan
masalah, guru hendaknya sebagai fasilitator dapat menyiapkan materi pembelajaran yang
dapat menuntun siswa untuk bisa menuju pada pemecahan masalah, (4) memberikan siswa
tanggung jawab utama untuk membentuk dan mengarahkan pembelajaran sendiri, (5)
menggunakan kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran, dan (6) menuntut siswa untuk
menampilkan apa yang telah mereka pelajari melalui hasil ataupun penampilan.
Berdasarkan uraian tersebut pembelajaran berbasis masalah memberikan pengaruh
terhadap Pemahaman konsep IPA siswa. Namun, seberapa jauh pengaruh model
pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan berpikir kritis maupun pemahaman
konsep IPA khususnya siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Denpasar tahun pelajaran 2011/2012
belum dapat diungkapkan. Untuk itu, peneliti ingin mengangkat masalah ini melalui suatu penelitian yang berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Pemahaman konsep IPA Siswa V SDK Regina Pacis Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis dan
mendeskripsikan perbedaan pemahaman konsep IPA antara siswa yang mengikuti model
pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran
konvensional,
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian semu atau kuasi eksperimen. Rancangan dalam
penelitian ini adalah rancangan The posttest-only Control Group Design. Populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2005). Populasi target pada penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas V SD Regina Pacis yang terdiri dari 2 kelas dan tersebar dari kelas VA
hingga V B. Dalam pemilihan sampel sebelumnya dilakukan uji-t untuk menentukan
kesetaraan kelas. Uji-t dilakukan terhadap seluruh kelas V SDK Regina Pacis yang
berjumlah 8 kelas yang terdiri dari kelas VA dan VBmenggunakan nilai akhir smestrer ganjil.
Kemudian diperoleh anggota populsi yakni kelas VB yang berjumlah 30 orang sebagai
kelompok Eksperimen dan kelas VA yang berjumlah 30 sebagai kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen memperoleh perlakuan model pembelajaran berbasis masalah sedangkan
kelompok kontrol memperoleh perlakuan model pembelajaran konvensional. Data dianalisis
menggunakan statistik deskriptif dan ANAVA satu jalur. Sebagai tindak lanjut ANAVA,
digunakan least significant difference (LSD) untuk menguji komparasi pasangan nilai
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |81 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil hipotesis, ditemukan bahwa: terdapat perbedaan pemahaman
konsep antara siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional dengan siswa yang
mengikuti model pembelajaran konvensional
Adanya perbedaan pemahaman konsep kelompok siswa yang mengikuti model
pembelajaran berbasis masalah dengan pemahaman konsep siswa yang belajar dengan
model belajar konvensional mengidentifikasikan adanya pengaruh yang lebih baik dari model
pembelajaran berbasis masalah. Pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap
pemahaman konsep juga diperkuat dengan rata-rata pemahaman konsep kelompok siswa
yang belajar dengan model belajar berbasis masalah yakni 72,67 lebih tinggi dari pada rata
-rata kelompok belajar konvensional yakni 64,37. Dengan demikian dapat dikatakan model
pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.
Keunggulan model pembelajaran berbasis masalah terlihat pada masalah yang
disajikan mampu menciptakan konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis
dan ill-structured atau open ended melalui stimulus dalam belajar. Permasalahan yang
disajikan pada pembelajaran berbasis masalah akan menciptakan motifasi bagi siswa untuk
menemukan permasalahan serta memecahkan permasalahan karena masalah yang diambil
bersifat kontekstual dan sedekat mungkin dengan kehidupan siswa. Kelompok-kelompok
kecil dalam model pembelajaran berbasis masalah akan membantu mereka untuk
mendapatkan informasi lebih banyak sehingga membantu mereka dalam proses pemecahan
masalah.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan paparan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan simpulan
bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA siswa antara kelompok siswa yang
belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dan kelompok siswa yang belajar
dengan model pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata hasil belajar yang dicapai oleh
kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran bebasis masalah lebih baik
dibandingkan dengan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran
konvensional (F = 23,901, dengan signifikansi 0,000 yang berarti p < 0,05). Berdasarkan
analisis dan pembahasan terhadap penelitian, maka implikasi yang ditimbulkan adalah
sebagai berikut (1) guru sebagai fasilitator harus memahami model pembelajaran yang tepat
untuk diterapkan dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang dipilih harus memberikan
pengalaman belajar bagi siswa untuk mengkontruksi pemikirannya sendiri. Model
pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang tepat digunakan
untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA pada pembahasan getaran dan gelombang
serta bunyi, namun penggunaan model pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |82 hendaknya kontektual dan dipilih berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik sehingga
siswa lebih mudah menginternalisasi permasalahan. (3) Untuk melatih keterampilan berpikir
kritis maupun pemahaman konsep siswa diperlukan pengalaman belajar yang memberikan
kesempatan bagi siswa mengkonstruksi pemikirannya sendiri. Agar siswa mampu
mengkontruksi pemikirannya sendiri diperlukan stimulus dalam pembelajaran berupa
masalah kontekstual yang ill- struktured. Perlu dilakukan pemilihan masalah yang paling
menarik agar siswa merasa tertantang untuk menggali informasi dalam pemecahan
masalah. Informasi yang diperoleh baik dari buku sumber, internet, maupun informasi yang
diperoleh melalui diskusi kelompok kecil. Semakin banyak informasi yang mereka peroleh
maka akan semakin banyak juga pengalaman yang diperoleh siswa dalam menilai informasi
dan mengkaitkan hubungan antar informasi. Dengan demikian sangat penting diperhatikan
karakteristik masalah yang digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis maupun pemahaman konsep siswa, (4) sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan perlu dilakukan persiapan yang matang. Tujuan pembelajaran
akan tercapai apabila guru memahami karakteristik maupun sintaks dalam pembelajaran
berbasis masalah. Guru juga harus mempersiapkan diri dengan informasi-informasi yang
berhubungan dengan masalah, sehingga guru dapat membimbing proses pembelajaran
siswa dengan baik. Dengan persiapan yang baik berimplikasi pada terbentuknya
keterampilan berpikir dan pemahaman konsep siswa, (5) dalam penelitian ini terdapat
kekurangan, hal tersebut akan mengimplikasi bagi peneliti lain untuk mengembangkan
penelitiannya dengan menganalisis, memperbaiki, dan menyempurnakan keterbatasan yang
terdapat dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran guna
peningkatan kualitas pembelajaran IPA, Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan pemahaman konsep IPA siswa antara siswa yang belajar dengan model belajar
berbasis masalah dengan siswa yang belajar dengan model belajar konvensional. Siswa
yang belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah secara signifikan memperoleh
pemahaman konsep IPA yang lebih baik daripada siswa yang menggunakan model
pembelajaran konvensional. Oleh karena itu disarankan para guru IPA hendaknya
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran di sekolah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Lasmawan, W. 2010. Menelitik Pendidikan IPS dalam Perspektif Kontekstual Empiris. Singaraja: Mediakom Indonesia Press Bali.
Sudarman. 2005. Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal Pendidikan dan Ilmu Pengajaran. hal. 68-73.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |83 Suastra, I.W. 2009. Pembelajaran Sains Terkini Mendekatkan Siswa Dengan Lingkungan
Alamiah dan Sosial Budaya. Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha.
Sutawa, I. W. 2007. Efektifitas Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Kuliah Kimia Dasar II. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Vol. 2. No.2. Hal. 212-394