• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek tugas akhir 1 dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Aspek tugas akhir 1 dan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

NAMA:

ANDI FIKA WIDURI

darinya. Secara umum, harta merupakan sesuatu yang disukai manusia, seperti hasil pertanian, perak dan emas, ternak atau barang-barang lain yang termasuk perhiasan dunia. Manusia termotivasi untuk mencari harta demi menjaga eksistensinya dan demi menambah kenikmatan materi dan religi, dia tidak boleh berdiri sebagai penghalang antara dirinya dengan harta. Namun, semua motivasi ini dibatasi oleh 3 syarat, yakni, harta dikumpulkan dengan cara yang halal, dipergunakan untuk hal-hal yang halal, dan dari harta ini harus dikeluarkan hak Allah dan masyarakat tempat dia hidup.

Harta yang dimiliki setiap individu selain didapatkan dan digunakan juga harus dijaga. Menjaga harta berhubungan dengan menjaga jiwa, karena harta akan menjaga jiwa agar jauh dari bencana dan mengupayakan kesempurnaan kehormatan jiwa tersebut. Menjaga jiwa menuntut adanya perlindungan dari segala bentuk penganiayaan, baik pembunuhan, pemotongan anggota badan atau tindak melukai fisik.

Harta dalam pandangan islam pada hakikatnya adalah milik ALLAH SWT. Kemudian ALLAH telah menyerahkannya kepada manusia untuk menguasai harta tersebut melalui izin-Nya sehingga orang tersebut sah memiliki harta tersebut. Adanya pemilikan seseorang atas harta kepemilikan individu tertentu mencakup juga kegiatan memanfaatkan dan mengembangkan kepemilikan harta yang telah dimilikinya tersebut. Setiap muslim yang telah secara sah memiliki harta tertentu maka ia berhak memanfaatkan dan mengembangkan hartanya. Hanya saja dalam memanfaatkan dan mengembangkan harta yang telah dimilikinya tersebut ia tetap wajib terikat dengan ketentuan-ketentuan hukum islam yang berkaitan dengan pemanfaatan dan pengembangan harta. Namun sebaliknya, kondisi saat ini khususnya di Indonesia ada batas-batas kepemilikan harta yang sebenarnya dapat dimiliki untuk umum. Bahkan banyak intervensi Negara Asing yang ingin menguasai kepemilikan umum menjadi milik pribadi.

Alasan

(2)

di muka bumi ini, dimana manusia melupakan tugas-tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini, dimana manusia dengan gampangnya merusak muka bumi ini, dimana manusia tidak mendistribusikan hartanya sesuai dengan ajaran islam, dimana larangan-larangan islam sangat marak terutama dalam hal kepemilikan harta ini.

Harapan

Berangkat dari permasalahan diatas, maka tulisan singkat ini akan menguraikan makna harta dan kepemilikan harta dalam pandangan islam, bagaimana islam memandang harta, bagaimana islam mengatur kepemilikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Harapan dengan adanya tulisan singkat ini adalah, agar manusia dapat memelihara harta sesuai dengan ajaran islam seperti larangan mengambil harta orang lain secara tidak sah, larangan riba, larangan gharar,larangan maysir, penipuan, spekulasi, perjudian, dan lain-lain, memelihara harta tentang ketentuan jual beli yang sesuai dengan syariat islam, dan memelihara harta yang erat kaitannya dengan etika bisnis, etos kerja, dan profesionalisme yang tinggi.

(3)

PEMBAHASAN

Sejarah

Al-Qur’an telah memberikan gambaran tentang asal usul harta atau hak milik, yang pertama kali diberikan Allah kepada manusia pertama kemudian turun-temurun kepada generasi berikutnya. Dengan demikian, awal sejarah kepemilikan sama dengan awal manusia itu sendiri. Selama hidup, manusia tidak akan pernah lepas dari masalah kepemilikan. Jadi sejarah kepemilikan ini telah tercantum dalam Al-Quran. Prinsip dasar yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits sangat memperhatikan masalah perilaku ekonomi manusia dalam posisi manusia atas sumber material yang diciptakan Allah untuk manusia. Islam mengakui hak manusia untuk memiliki sendiri untuk konsumsi dan untuk produksi namun tidak memberikan hak itu secara absolute(mutlak). Penekanan pembatasan hak milik absolute, Al-Qur’an menunjukkan pola masalah penciptaan sumber-sumber ekonomi bagi Allah terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

Kepemilikan adalah suatu ikatan seseorang dengan hak miliknya yang disahkan Syari’ah. Kepemilikan berarti pula hak khusus yang didapatkan si pemilik sehingga ia mempunyai hak menggunakan sejauh tidak melakukan pelanggaran pada garis-garis Syari’ah. Kepemilikan adalah hubungan keterikatan antara seseorang dengan harta yang dikukuhkan dan dilegitimasi keabsahannya oleh syara’. Kata al-Milku digunakan untuk menunjukkan arti sesuatu yang dimiliki, seperti perkataan “hadza milkii”, yang artinya ini adalah sesuatu milikku baik berupa barang atau kemanfaatan. Menurut Jati dalam buku Asas-asas ekonomi islam, hakikat harta ada tiga, yaitu: Allah adalah pencipta dan pemilik harta yang hakiki, harta adalah fasilitas bagi kehidupan manusia dan Allah menganugerahkan pemilikan harta kepada manusia. Menurut Ibnu Taimmiyah seperti dikutip Euis Amalia dalam buku Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, tiap individu, masyarakat dan Negara memiliki hak atas pemilikan hak mmilik sesuai dengan peran yang dimiliki mereka masing-masing. Hak milik dari ketiga agen kehidupan ini tidak boleh menjadikannya sebagai sumber konflik antara ketiganya. Hak milik menurutnya adalah sebuah kekuatan yang didasari atas syariah untuk menggunakan sebuah objek, tetapi kekuatan itu sangat bervariasi dalam bentuk dan jenisnya.

Untuk Harta, Al-Quran telah menggambarkan 5 hal penting yang menggambarkan bagaimana islam memandang Harta yaitu, Harta sebagai cobaan dan ujian manusia hidup di bumi, Harta sebagai sarana manusia untuk mencapai surga di akherat nanti, Harta dapat menjadi malapetaka dan memasukkan manusia kedalam neraka di akherat nanti, Sebagai suatu hak atau kepemilikan terhadap sesama manusia benar-benar dihormati, Sebagai suatu hubungan antara manusia terhadap Tuhannya harta merupakan barang titipan kepada manusia.

(4)

yang nanti di hari kiamat harus dipertanggung-jawabkan. Harta dalam islam dianggap sebagai bagian dari aktivitas dan tiang kehidupan yang dijadikan Allah sebagai sarana untuk membantu proses tukar menukar (jual beli), dan juga digunakan sebagai ukuran terhadap nilai. Allah memerintahkan untuk saling menukarkannya dan melarang menimbunnya. Oleh karena itu syariat islam dengan kaidah dan konsepnya akan mengontrol cara untuk mendapatkan harta, menyalurkannya, proses pertukaran dengan barang lain serta pengaturan hak-hak orang lain dalam harta itu.

(5)

HARTA DAN KEPEMILIKAN DALAM PANDANGAN ISLAM

3.1 HARTA

3.1.1 PENGERTIAN HARTA

Secara harfiah, harta (al-mal) adalah malaktahu min kulli sya’i yaitu Harta adalah segala sesuatu yang engkau punyai. Adapun secara terminologis, harta diartikan sebagai sesuatu yang dimanfaatkan dalam perkara yang legal menurut hukum islam, seperti bisnis, pinjaman, konsumsi, dan hibah atau pemberian.

3.1.2 PEMBAGIAN HARTA

Pembagian harta (benda) dapat didasarkan kepada berbagai macam segi, yaitu:

1. Ditinjau dari segi dapat atau tidaknya dipindahkan, maka harta dibagi dua, yaitu:

a. Harta (benda) bergerak, adalah benda-benda yang mungkindipindahkan ke tempat lain, yaitu benda-benda yang ada di atas tanah, yaitu, binatang, bangunan, dan barang-barang.

b. Harta (benda) tidak bergerak, adalah benda yang tidak mungkin dapat dipindahkan, contohnya tanah dan pekarangan.

2. Ditinjau dari segi dapat atau tidaknya diganti dengan benda lain, yaitu:

a. Harta Mitsli, yaitu benda yang dapat diganti dengan benda yang lain yang sama. Contohnya, gandum, beras, kapas, besi.

b. Harta Qimi, yaitu benda yang hanya dapat diganti dengan harga, seperti logam mulia. 3. Ditinjau dari segi pemanfaatannya, harta terbagi atas:

a. istimali, yaitu harta harta yang apabila digunakan benda itu tetap utuh

b. istiqlaqi, yaitu harta yang apabila dimanfaatkan berakibat menghabiskan harta itu. 3.1.3 KEDUDUKAN HARTA

Kedudukan harta dalam Islam, yakni Harta sebagai jalan bukan sebagai tujuan, Harta yang baik adalah jika diperoleh dari yang halal dan digunakan menurut tempatnya, Harta adalah perhiasan hidup dunia, Harta untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai kesenangan, Harta mencegah sifat kufur, Harta sebagai ujian dan cobaan, Harta yang berfungsi sosial untuk kesejahteraan masyarakat dan stabilitas Negara.

3.1.4 FUNGSI HARTA

(6)

mengembangkan ilmu, keharmonisan hidup bernegara, dan untuk memutarkan peranan-peranan kehidupan.

4.1 KEPEMILIKAN

4.1.1 PENGERTIAN KEPEMILIKAN

Secara etimologis, kata milik berasal dari bahasa arab al-milk yang berarti penguasaan terhadap sesuatu. Secara terminologis, al-milk yaitu pengkhususan seseorang terhadap suatu benda yang memungkinkannya untuk bertindak hukum terhadap benda itu, selama tidak ada halangan syara’.

4.1.2 PANDANGAN ISLAM TENTANG KEPEMILIKAN

Allah adalah pemilik mutlak, sedangkan manusia memegang hak milik relative. Artinya, manusia hanyalah sebagai penerima titipan, pemegang amanah yang harus mempertanggungjawabkannya kepada Allah. Jadi, menurtu ekonomi Islam, penguasaan manusia terhadap sumber daya, faktor produksi hanyalah bersifat titipan dari Allah SWT. Pemilikan manusia atas harta secara absolute bertentangan dengan Tauhid, karena pemilikan sebenarnya hanya ada pada Allah semata.

4.1.3 SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN

Yang pertama adalah Bekerja, pemilikan Harta harus didapatkan dengan usaha atau mata pencaharian yang halal. Yang kedua, kepemilikan bisa didapat dari Warisan. Yang ketiga, kepemilikan bisa didapat dari Harta untuk menyambung hidup, Harta Pemberian Negara, Harta yang diperoleh oleh seseorang dengan tanpa mengeluarkan daya dan upaya apa pun. Yang keempat, kepemilikan dapat diperoleh dengan Transaksi atau Akad, baik itu transaksi pertukaran, maupun transaksi yang berbentuk percampuran.

4.1.4 ASAS-ASAS KEPEMILIKAN 1) Asas Amanah

Bahwa kepemilikan pada dasarnya merupakan titipan dari Allag SWT untuk didayagunakan bagi kepentingan hidup, apakah untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, maupun orang lain.

2) Asas Infiradiyah atau Individual

Kepemilikan merupakan hak ekslusif yang harus dihormati oleh pihak lain yang tidak mempunyai hak atasnya. Namun demikian, harta benda itu masih dapat disatukan dengan hak orang lain dalam bentuk badan usaha atau korporasi.

3) Asas Ijtima’iyah atau Sosial

(7)

4) Asas Manfaat

Pada dasarnya harta kekayaan itu perlu diarahkan unntuk memperbesar manfaat dalam kehidupan, dan mempersempit mudharat, baik kepada dirinya maupun kepada orang lain.

4.1.5 JENIS-JENIS KEPEMILIKAN - Kepemilikan Individu

Kepemilikan individu adalah izin dari syari yang memungkinkan siapa saja untuk memanfaatkan zat maupun kegunaan suatu barang serta memperoleh kompensasi, baik karena barangnya diambil kegunaannya oleh orang lain karena disewa ataupun karena dikonsumsi untuk dihabiskan zatnya seperti dari barang tersebut.

- Kepemilikan umum

Kepemilikan umum adalah izin dari syariat kepada masyarakat secara bersama-sama memanfaatkan sumber daya alam. Ini berupa barang barang yang mutlak diperlukan oleh manusia dalam kehidupan sehari hari seperti air, api, hasil hutan, padang rumput, udara, danau, sunngai, jalan. Syariat melarang sumber daya yang dikuasai oleh sekelompok kecil seseorang seperti emas, perak, minyak, tambang, dan sebagainnya.

- Kepemilikan Negara

Kepemilikan Negara adalah harta yang merupakan hak seluruh kaum muslimin yang pengelolaannya menjadi wewenang khalifah. Pengelolaan oleh khalifah disebabkan adanya kewenangan yang dimiliki khalifah untuk mengelola harta seperti itu.

- Kepemilikan Mutlak

Kepemilikan Hakiki semua kekayaan di alam semesta ini adalah Allah SWT - Kepemilikan Relatif

Kepemilikan manusia diakui secara de jure karena Allah sendiri yang mengaruniakan kepadanya kekayaan itu dan Dia yang mengakui kepemilikan tersebut.

4.1.6 PEMANFAATAN KEPEMILIKAN

Ada dua bentuk pemanfaatan harta yaitu pengembangan harta dan penggunaan harta.

1. Pengembangan Harta, yaitu pengembangan harta yang berkaitan dengan cara dan sarana yang menghasilkan pertambahan harta yakni produksi pertanian, perdagangan, iindustri, dan investasi uang pasa sector jasa. Pada sisi lain, islam melarang beberapa bentuk pengembangan harta seperti riba, menimbun harta, monopoli, kartel, judi, penipuan, transaksi barang haram, dan sebagainya.

(8)

kepentingan pribadi tetapi juga kepentingan sosial. Tidak hanya memenuhi kebutuhan materiil saja tetapi juga kepentingan non-materiil seperti nafkah keluarga dan orang tua, anak yatim, zakat, infaq, sekedah, hadiah, hibah, dan sebagainya. Pada sisi lain, islam mengharamkan beberapa praktik penggunaan harta seperti risywah atau suap, israf, tabdzir, daan taraf yaitu membeli barang dan jasa yang haram, islam juga mencela perilaku bakhil.

4.1.7 BERAKHIRNYA KEPEMILIKAN

1. Pemilik meninggal dunia, sehingga seluruh miliknya berpindah tangan kepada ahli warisnya.

2. Harta yang dimiliki itu rusak atau hilang.

Adapun sebab berakhirnya kepemilikan naqisah,yaitu:

1. Habisnya masa berlaku pemanfaatan itu, contohnya pemanfaatan sawah.

2. Barang yang dimanfaatkan itu rusak atau hilang, seperti runtuhnya rumah yang dimanfaatkan.

3. Orang yang memanfaatkan wafat, menurut Ulama Hanafiyah, karena manfaat tidak dapat diwariskan, sedangkan menurut jumhur ulama manfaat dapat diwariskan, karena manfaat termasuk harta

4. Wafatnya pemilik harta, apabila pemanfaatan harta itu dilakukan melalui al-I’arah atau pinjam meminjam dan al-ijarah atau sewa-menyewa menurut Ulama Hanafiyah, karena akad al-ijarah bagi mereka tidak boleh diwariskan, sedangkan menurut Jumhur Ulama, baik pinjam meminjam maupun sewa-menyewa tidak berhenti masa berlakunya apabila pemiliknya meninggal karena kedua akad ini, menurut mereka, boleh diwariskan.

4.1.8 DISTRIBUSI KEKAYAAN

Menurut Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, mekanisme ekonomi yang ditempuh sistem ekonomi islam dalam rangka mewujudkan distribusi kekayaan di antara manusia yang seadil-adilnya, melalui sejumlah cara sebagai berikut:

1. Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya sebab sebab kepemilikan dalam kepemilikan individu.

2. Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya pengembangan kepemilikan melalui kegiatan investasi

(9)

4. Mengatasi peredaran kekayaan di suatu daerah tertentu saja dengan menggalakkan berbagaii kegiatan syirkah dan mendorong pusat-pusat pertumbuhan.

5. Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai penipuan yang dapat mendistorsi pasar. 6. Larangan Judi, riba, Korupsi, pemberian suap, dan hadiah kepada penguasa.

7. Pemanfaatan secara optimal hasil dari barang-barang sumber daya alam milik umuum yang dikelola Negara, sepeti hasil hutan, barang tambang, minyak, listrik, air, dan sebagainya demi kesejahteraan rakyat.

4.1.9 DISTRIBUSI KEKAYAAN YANG DILARANG OLEH SYARIAT

Ada beberapa ketentuan pembelanjaan harta yang dilarang oleh syariat, di antaranya: 1. Israf (tabdzir) dan tidak pula bersifat kikir

Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-furqan ayat 67

(67)

اًماَوَق َكِلَذ َنْيَب َناَكَو اوُرُتْقَي ْمَلَو اوُفِرْسُي ْمَل اوُقَفْنَأ اَذِإ َنيِذّلاَو

“dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta, mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir, dan adalah pembelanjaan itu di tengah-tengah antara yang demikian”

2. Berfoya-foya atau bermewah-mewahan

Larangan berfoya-foya ini terdapat dalam al-qur’an surah at-takaatsur ayat 1-2:

ىّت َح

ُمُت ْرُز

َرِباَقَمْلا

ُمُكاَهْلَأ

رُثاَكّتلا

“ bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk dalam kubur” 3. Harta yang digunakan untuk membiayai tindakan kejahatan (kedzaliman)

4. Risywah (suap)

(10)

BAB IV

PENUTUP

4.1

Kesimpulan

1. Teori Harta

Harta merupakan komponen pokok dalam kehidupan manusia, unsur dlaruri yang tidak bisa

ditinggalkan begitu saja. Dengan harta, manusia bisa memenuhi kebutuhannya, baik yang

bersifat materi ataupun immateri.

2. Teori Kepemilikan

Hak milik (kepemilikan) adalah hubungan antara manusia dengan harta yang ditetapkan syara',

dimana manusia memiliki kewenangan khusus untuk melakukan transaksi terhadap harta

tersebut, sepanjang tidak ditemukan hal yang melarangnya. Kepemilikan adalah sesuatu yang

dimiliki oleh manusia, baik berupa harta benda (dzat) atau nilai manfaat.

3. Harta Dalam Sudut Pandang Islam

Harta dinamakan al-mal mengingat semua orang, siapa, kapan dan dimanapun pada dasarnya

adalah condong, senang, mau dan cinta pada harta khususnya uang. Menurut istilah syar’i harta

diartikan sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan pada sesuatu yang legal menurut hukum

syara’ (hukum Islam) seperti jual-beli, pinjaman, konsumsi dan hibah atau pemberian.

4. Kepemilikan Harta Dalam Islam

Kepemilikan harta dalam Islam dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : kepemilikan individu,

kepemilikan umum dan kepemilikan Negara.

5. Pembagian Harta Dalam Islam

1) Mutaqawwim dan Ghair Mutaqawwim

Al-maal al mutaqawwim adalah harta yang dicapai atau diperoleh manusia dengan sebuah upaya,

dan diperbolehkan oleh syara' untuk memanfaatkannya, sedangkan al-maal gairu al mutaqawwim

adalah harta yang belum diraih atau dicapai dengan suatu usaha, maksudnya harta tersebut belum

sepenuhnya berada dalam genggaman kepemilikan manusia

2) 'Iqar dan Manqul

Manqul adalah harta yang memungkinkan untuk dipindah, ditransfer dari suatu tempat ke tempat

lainnya, baik bentu fisiknya (dzat atau 'ain) berubah atau tidak, dengan adanya perpindahan

tersebut, sedangkan 'iqar adalah sebaliknya, harta yang tidak bisa dipindah dari satu tempat ke

tempat lainnya, seperti tanah dan bangunan.

3) Mitsli dan Qilmi

(11)

yang tidak terdapat padanannya di pasaran, atau terdapat padanannya, akan tetapi nilai tiap

satuannya berbeda, seperti domba, tanah, kayu, dan lainnya.

4) Istikhlaki dan Isti'mali

Al maal al istikhlaki adalah harta yang tidak mungkin bisa dimanfaatkan kecuali dengan merusak

bentuk fisik harta tersebut, seperti aneka warna makanan dan minuman, kayu bakar, BBM, uang,

dan lainnya. Sedangkan Al maal al isti'mali adalah harta yang mungkin untuk bisa dimanfaatkan

tanpa harus merusak bentuk fisiknya.

4.2 Saran

(12)

DAFTAR PUSTAKA

1.

Al-Qur’an dan Terjemahnya

2.

Behesti. 1992. Kepemilikan Dalam Islam. Jakarta : Pustaka Hidayah

3.

Rahman, Fazlur, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000)

4.

Suma, Muhammad Amin, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam,

(Jakarta : Kholam Publishing, 2008)

5.

Chapra, Umer. 2001. Masa Depan Ilmu E0konomi, Sebuah Tinjauan Islami. Jakarta :

Gema Insani Press

6.

Mas'adi, Ghufron. 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada

7.

Shiddiqiy, Muhammad Hasbiy. 1997. Pengantar Fikih Muamalah. Semarang : Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan hal tersebut penulis tertarik untuk melihat sisi lain dari kelompok yakuza yang merupakan organisasi kriminal di Jepang, dengan meneliti lebih dalam gambaran

menunjukkan bahwa perlakuan shortening berpengaruh terhadap total hasil tangkapan. Uji lanjutan dengan BNT terhadap hasil tangkapan jaring insang dengan shortening 45%, 50% dan

Abstrak: Workshop penilaian autentik bagi guru-guru SMK PGRI 2 Bandar lampung bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pembuatan instrumen penilaian autentik

Untuk mewujudkan laboratorium IPA yang sesuai dengan standar Nasional Pendidikan dan memiliki daya dukung yang lebih baik dalam menunjang pelaksanaan belajar mengajar,

Tanaman jati yang disisip rumput gajah nyata lebih pendek dibandingkan dengan jati yang tumbuh dengan sisipan rumput raja, tetapi tidak lebih pendek dibandingkan

Atas dasar di atas, dapat disimpulkan bahwa informasi hasil dari pengolahan data, sehingga menjadi bentuk penting bagi penerima dan berfungsi sebagai dasar untuk

Hasil penelitian menujukkan bahwa pembentukan perilaku ketergantungan pada judi togel merupakan suatu proses yang dimulai dengan adanya pemicu baik internal

Belajar terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Sultan Maulana