BAB I
Listrik memiliki peran vital dan strategis, ketersediannya harus memnuhi aspek andal, aman dan akrab lingkungan.
Keandalan sistem tenaga listrik ditentukan oleh sistem dan konstruksi instalasi listrik yang memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku.
Keamanan sistem tenaga listrik ditentukan oleh sistem pengaman (protection system) yang baik, benar, andal atau tepat sesuai dengan kebutuhan sistem yang ada.
Pengertian/ definisi :
Proteksi : perlindungan/ pengaman.
Sistem tenaga listrik : suatu sistem yang terdiri dari dari beberapa sub sistem, yaitu : pembangkitan (pembangkit tenaga listrik), penyaluran
(transmisi), pendistribusian (distribusi) dan instalasi pemanfaatan.
Proteksi sistem tenaga listrik : perlindungan/ pengaman pembangkitan (pembangkit tenaga listrik), penyaluran (transmisi), pendistribusian (distribusi) dan instalasi pemanfaatan.
1
Dua fungsi utama proteksi, adalah :
Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya pada bagian sistem yang diamankannya.
Melepaskan bagian sistem yang terganggu, sehingga bagian sistem lainnya yang tidak mengalami gangguan dapat terus beroperasi.
Contoh komponen (alat) proteksi yang paling sederhana, adalah Pengaman Lebur (Fuse). Jika dalam memilih Fuse, tepat sesuai kebutuhan, maka kedua fungsi tersebut di atas dapat dipenuhi.
Untuk pengaman sistem yang lebih kompleks, diperlukan komponen (alat) pengaman yang lebih lengkap (terdiri dari berbagai jenis alat pengaman),
misalnya :
Relay pengaman, berfungsi sebagai elemen perasa yang mendeteksi adanya gangguan.
Pemutus Tenaga (PMT), berfungsi untuk pemutus arus dalam rangkaian listrik, untuk melepas bagian sistem yang terganggu.
Trafo arus dan/ atau trafo tegangan, berfungsi untuk meneruskan arus dan/ atau tegangan pada sirkit tenaga (sirkit primer) ke sirkit rele (sirkit
sekunder).
Battery (Accu), berfungsi sebagai sumber tenaga untuk men-trip PMT atau catu daya untuk rele (static relay) dan rele bantu.
2
Sistem tenaga listrik terdiri dari seksi-seksi (sub sistem), yang satu dengan yang lainnya dapat dihubungkan dan diputuskan dengan menggunakan alat pemutus tenaga (PMT).
Masing-masing seksi (sub sistem) diamankan ole rele pengaman dan setiap rele mempunyai kasawan pengamanan, yang berupa bagian dari sistem. Jika terjadi gangguan di dalamnnya, rele akan mendeteksi dan dengan bantuan PMT melepaskan seksi yang terganggu dari bagian sistem lainnya. Gambar kawasan pengamanan (zone of protection) :
Lanjutan 1.3.
Differential Relay, berfungsi sebagai pengaman utama Generator pada pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain.
Distance Relay, berfungsi sebagai pengaman utama pada penyaluran (transmisi), dan lain-lain.
Differential Relay, berfungsi sebagai pengaman utama Trafo, dan lain-lain.
Over Current Relay Trafo sisi 150 KV, sebagai pengaman cadangan lokal Trafo pengaman cadangan jauh Bus B.
Over Current Relay dan Ground Fault Relay Trafo sisi 20 KV pengaman utama Bus B1 pengaman cadangan jauh saluran BC.
Over Current Relay dan Ground Fault Relay pengaman utama saluran BC pengaman cadangan jauh saluran CD.
Over Current Relay dan Ground Fault Relay di C pengaman utama saluran CD pengaman jauh seksi berikutnya.
1.4. PENGAMAN UTAMA DAN PENGAMAN CADANGAN
Pada saat sistem tenaga listrik beroperasi dan mengalami gangguan, ada kemungkinan komponen (alat) proteksi gagal bekerja.
Untuk mengantisipasi timbulnya kemungkinan tersebut, disamping sistem tenaga listrik harus dipasang pengaman utama, maka juga dilengkapi pengaman cadangan.
Pengaman cadangan diharapkan akan bekerja, apabila pengaman utama gagal bekerja. Oleh karenanya pengaman cadangan selalu disertai dengan waktu tunda (time delay), untuk memberi kesempatan pada pengaman utama bekerja lebih dahulu.
Jenis pengaman cadangan :
Pengaman cadangan lokal (local back up). Pengaman cadangan jauh (remote back up).
Letak (penempatan) :
Pengaman cadangan lokal terletak di tempat yang sama dengan
pengaman utamanya.
Pengaman cadangan jauh terletak di seksi sebelah hulunya.
1.5. KRITERIA SISTEM PROTEKSI
Kepekaan (sensitivity) :
Peralatan proteksi (rele) harus cukup peka dan mampu mendeteksi gangguan di kawasan pengamannya.
Meskipun gangguan yang terjadi hanya memberikan rangsangan yang sangat minim, peralatan pengaman (rele) harus mampu mendeteksi secara baik.
Keandalan (reliability) :
Dependability :
• Peralatan proteksi (rele) harus memiliki tingkat kepastian bekerja (dependability) yang tinggi.
• Peralatan proteksi (pengaman) harus memiliki keandalan tinggi (dapat mendeteksi dan melepaskan bagian yang terganggu), tidak boleh gagal bekerja.
Security :
• Peralatan proteksi (pengaman) harus memiliki tingkat kepastian untuk
tidak salah kerja atau tingkat security (keamanannya) harus tinggi.
• Yang dimasksud salah kerja adalah kerja yang semestinya tidak kerja, misal : karena lokasi gangguan di luar kawasan pengamannya atau sama sekali tidak ada gangguan.
• Salah kerja bisa mengakibatkan terjadinya pemadaman, yang semestinya
Lanjutan 1.5.
Selektifitas (selectivity) :
Peralatan proteksi (pengaman) harus cukup selektif dalam mengamankan sistem.
Dapat memisahkan bagian sistem yang terganggu sekecil mungkin, yaitu hanya sub sistem yang terganggu saja yang memang menjadi kawasan pengaman utamanya.
Rele harus mampu membedakan, apakah gangguan terletak di kawasan pengaman utamanya, dimana rele harus bekerja cepat, atau terletak di sub sistem berikutnya, dimana rele harus bekerja dengan waktu tunda atau tidak bekerja sama sekali.
Kecepatan (speed) :
Peralatan proteksi (pengaman) harus mampu memisahkan sub sistem yang mengalami gangguan secepat mungkin.
Untuk menciptakan selektifitas yang baik, ada kemungkinan suatu pengaman terpaksa diberi waktu tunda (time delay), tetapi waktu tunda tersebut harus secepat mungkin.
Dengan tingkat kecepatan yang baik, maka terjadinya kerusakan/ kerugian, dapat diperkecil.
BAB II
1- 51V, backup overcurrent relay, pengendalian
tegangan atau kontrol tegangan
1-51G, backup ground time overcurrent relay
3 - 51V, backup overcurrent relay, pengendalian
tegangan atau kontrol tegangan
1 -51G, backup ground time overcurrent relay 1 - 87, differential relay
1 - 32, reserve power relay untuk pengendalian
protection
1 – 40, impedance relay, untuk pengaman
kehilangan medan
GENERATOR KECIL (sistem isolated)
GENERATOR SEDANG (sistem isolated/ paralel)
Daya: 500 s/d 1000 kVA tegangan 600 volt (maksimum)
Daya: 500 s/d 12 500 kVA tegangan 600 volt (maksimum)
2.1. SKEMA GENERATOR
3 - 51V, backup overcurrent relay,
pengendalian tegangan atau kontrol tegangan
1 - 51G, backup ground time overcurrent
relay
1 - 87, differential relay
1 - 32, reserve power relay untuk peng
endalian protection
1 – 40, impedance relay, untuk pengaman
kehilangan medan
1 – 46, Negative phase sequence over
current relay untuk protection kondisi unbalanced
Lanjutan 2.1.
3 - 51V, backup overcurrent relay,
pengendalian tegangan atau kontrol tegangan
1 -51G, backup ground time overcurrent
relay
1 - 87, differential relay
1 – 87G, ground differential relay
BUS GEN.
OCR CT CB
GEN.
MCCB
Relai ini mengamankan generator dari beban lebih atau
gangguan hubung singkat.
Beban
PENGAMAN : OCR (51) -- untuk generator sedang dan besar
MCCB - - untuk generator kecil
2.2. PENGAMAN HUBUNG SINGKAT
PENYEBAB:
Generator mengalami beban lebih
AVR generator mengalami kerusakan BUS GEN.
UVR
PT CB
GEN.
Beban
AKIBAT: Dapat merusak belitan rotor
Gangguan hubung singkat di sistem
PENGAMAN : UNDER VOLTAGE RELAY (27)
2.3. PENGAMAN TEGANGAN KURANG
Generator mengalami kapasitif.
AVR generator mengalami kerusakan bila berlanjut, merusak instalasi alat bantu di generator bisa rusak.
DEVICE NUMBER OVER VOLTAGE RELAY : 59
Beban
PENYEBAB:
Lepas nya beban (Ppemb > P beban)
AKIBAT:
Frekwensi naik > 50 Hz.
2.4. PENGAMAN TEGANGAN LEBIH (OVER LOAD)
BUS GEN.
Terjadi kebocoran isolasi di stator, sehingga terjadi gangguan hubung Singkat fasa ketanah antara stator dan tanah
AKIBAT:
Kerusakan pada belitan stator
PENGAMAN: PENGAMAN ARUS LEBIH (51N) 51N
2.5. PENGAMAN STATOR KE TANAH
BUS GEN. MENGAKIBATKAN GENERATOR TIDAK BERPUTAR.
AKIBAT:
ADA PASOKAN LISTRIK DARI GENERATOR LAIN ATAU SISTEM SEHINGGA GENERATOR MENJADI MOTOR.
PENGAMAN -- REVERSE POWER (32)
32
40
2.6. PENGAMAN DAYA (BALIK) PENGGERAK MULA
PENYEBAB: Hilangnya eksitasi AKIBAT:
Daya reaktif balik dari sistem masuk ke generator,
atau generator menyerap var sistem
Memanaskan ujung belitan generator BUS GEN.
GEN. CT
PT
SISTEM
32
40
PENGAMAN -- LOSS OF EXCITATION (40)
2.7. PENGAMAN HILANG MEDAN (LOSS OF EXCITATION)
pembebanan melebihi kapasitas generator kerusakan sistem pendingin
belitan generator bisa panas
bisa merusak konduktor stator dan isolasi
antara belitan ke inti AKIBAT:
GEN.
RTD
CB
PENGAMAN -- PENGAMAN TEMPERATUR (26)
PENYEBAB:
26
2.8. PENGAMAN TEMPERATUR GENERATOR
CB
BUS GEN.
SPEED SENSOR GEN.
gangguan pada sistem sehingga lepas beban governor tidak mampu kembalikan put. normal
bisa terjadi vibrasi balancing pada put. tertentu
bisa rusakkan bearing dan shaft frekwensi naik
2.9. PENGAMAN OVER SPEED
GANGGUAN PADA BELITAN GENERATOR
KERUSAKAN ISOLASI BELITAN GENERATOR PENGAMAN: DIFFRENTIAL RELAY (87 G).
GEN.
CB
DIFERENSIAL GENERATOR
SET
PENYEBAB: AKIBAT:
2.10. PENGAMAN DIFFERENSIAL GENERATOR
Arus beban melebihi nominal dan bertahan lama
BUS GEN.
OLR CT CB
GEN.
DEVICE NUMBER OVER LOAD RELAY : 49 PENYEBAB:
BEBAN
AKIBAT:
Memanaskan belitan generator. merusak konduktor dan isolasi belitan
PENGAMAN :
2.11. PENGAMAN BEBEAN LEBIH (OVER LOAD RELAY)
KETIDAK SEIMBANGAN ARUS FASA BEBAN
GEN.
CB
NEG.SEQ FILTER OCR
NEGATIVE SEQUENCE RELAY ( 46)
PENYEBAB:
AKIBAT:
MEMANAS KAN ROTOR GENERATOR BILA BERTAHAN LAMA
PENGAMAN :
2.8. PENGAMAN TEMPERATUR GENERATOR
BAB III
PENGAMAN
Trafo tenaga diamankan dari berbagai macam gangguan,
diantaranya dengan peralatan proteksi (sesuai SPLN 52-1:1983)
Bagian Satu, C) :
Relai Buchollz
Relai Jansen
Relai tangki tanah
Relai suhu
Relai diffrential
Relai beban lebih
Relai gangguan tanah terbatas
Rele arus hubung tanah
3.1. JENIS PENGAMAN
1
2
Mengerjakan alarm (Bucholz 1st) pada kontak bagian atas 1. Mengerjakan perintah trip ke PMT pada kontak bagian bawah 2.
Relai buchholz dipasang pada pipa dari maintank ke konservator ataupun dari OLTC ke konservator tergantung design trafonya apakah di kedua pipa tersebut dipasang relai bucholz.
Gunanya: untuk mengamankan trafo dari gangguan internal trafo yang menimbulkan gas dimana gas tersebut timbul akibat adanya hubung singkat di dalam trafo
atau akibat busur di dalam trafo.
Cara kerja: yaitu gas yang timbul di dalam trafo akan mengalir melalui pipa dan
besarnya tekanan gas ini akan mengerjakan relai dalam 2 tahap yaitu:
Analisa gas yang terkumpul di dalam relai Bucholz
H2 dan C2H2
menunjukkan adanya busur api pada minyak antara bagian-bagian konstruksi.
H2, C2H2 dan CH4
menunjukkan adanya busur api sehingga isolasi phenol terurai, misalnya terjadi gangguan pada sadapan.
H2, C2H4 dan C2H2
menunjukkan adanya pemanasan pada sambungan inti.
H2, C2H, CO2 dan C3H4
menunjukkan adanya pemanasan setempat pada lilitan inti.
Lanjutan 3.2.
Relai Jansen
adalah relai untuk mengamankan transformator dari
gangguan di dalam tap changer yang menimbulkan gas. Dipasang
pada pipa yang menuju conservator.
Cara Kerja
Sama seperti relai bucholz tetapi hanya mempunyai
satu kontak untuk tripping.
3.3. RELAY JANSEN
Relai Sudden Pressure. Relai Pressure untuk tangki utama Trafo bekerja apabila di dalam tangki Trafo terjadi kenaikan tekanan udara akibat
terjadinya gangguan di dalam Trafo. Tipe Membran
Plat tipis yang didisain sedemikian rupa yang akan pecah bila menerima tekanan melebihi disainnya. Membran ini hanya sekali pakai sehingga bila pecah harus diganti baru.
Pressure Relief Valve
Suatu katup yang ditekan oleh sebuah pegas yang didisain sedemikian rupa sehingga apabila terjadi tekanan di dalam transformator melebihi tekanan
pegas maka akan membuka dan membuang tekanan keluar bersama-sama sebagian minyak.
Katup akan menutup kembali apabila tekanan di dalam transformator turun atau lebih kecil dari tekanan pegas.
Indikator trip
Reset Mekanis
3.4. RELAY SUDDEN PRESSURE
Urutan kerja relai suhu kumparan / winding ini dibagi 2 tahap:
Mengerjakan alarm (Winding Temperature Alarm)
Mengerjakan perintah trip ke PMT (Winding Temperature Trip)
Relai HV/LV Winding Temperature bekerja
apabila Suhu kumparan Trafo melebihi seting dari pada relai HV/LV Winding, besarnya kenaikan suhu adalah sebanding dengan faktor pembebanan dan suhu udara luar Trafo.
Relai HV/LV Oil Temperature bekerja apabila suhu minyak Trafo melebihi
seting dari pada relai HV/LV oil. Besarnya kenaikan suhu adalah sebanding dengan faktor pembebanan dan suhu udara luar Trafo.
Urutan kerja relai suhu minyak / oil ini dibagi 2 tahap:
Mengerjakan alarm (Oil Temperature Alarm).
Mengerjakan perintah trip ke PMT (Oil Temperature Trip).
3.5. RELAY HV/ LV WINDING TEMPERATURE
3.6. PENGAMAN PANJAT TRAFO
indikator
Relai ini berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap gangguan hubung singkat antar fasa didalam maupun diluar daerah pengaman transformator.
Diharapkan Relai ini mempunyai sifat komplementer dengan Relai beban lebih. Relai ini berfungsi pula sebagai pengaman cadangan bagi bagian instalasi lainnya.
3.7. RELAY ARUS LEBIH (OVER CURRENT RELAY)
Berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap hubung singkat antara fasa
dengan tangki trafo dan titik netral trafo yang ditanahkan.
F51G
Relai 51 G yang terpasang, mendeteksi arus gangguan dari tangki trafo
ketanah, kalau terjadi kebocoran isolasi dari belitan tarafo ke tangki, arus
yang mengalir ke tanah akan dideteksi relai arus lebih melalui CT. Relai
akan mentripkan PMT di kedua sisi (TT dan TM). Jadi arus gangguan
kembali kesistem melalui pembumian trafo.
3.8. RELAY TANGKI TANAH
Y
87N 87N
Relai gangguan tanah terbatas atau Restricted Earth Fault (REF) untuk
mengamankan transformator bila ada gangguan satu satu fasa ke tanah
di dekat titik netral transformator yang tidak dirasakan oleh rele
differensial.
3.9. RESTRICTED EARTH FAULT (REF)
PRINSIPNYA :
membandingkan arus yang masuk ke peralatan dengan arus yang keluar dari peralatan tersebut
PERALATAN
I
INI
OUT Fungsi:
untuk mengamankan transformator terhadap gangguan hubung singkat yang terjadi didalam daerah pengaman transformator.
Cara Kerja:
Membandingkan antara arus yang masuk dengan arus yang keluar
3.10. PENGAMAN DIFFERENSIAL
DIFFERENSIAL SEBAGAI PENGAMAN TRAFO (lanjutan)
DISISI SEKUNDER MASING-MASING CT, ARUS KELUAR DARI TERMINAL DOT, SEHINGGA ARAH ARUSNYA :
KARENA IP SAMA BESAR IS TAPI ARAH BERLAWANAN MAKA
DIFFERENSIAL RELAI TIDAK DILALIRI ARUS
Lanjutan 3.10.
DIFFERENSIAL SEBAGAI PENGAMAN TRAFO (lanjutan)
DOT POLARITY IP
iP
DALAM KEADAAN GANGGUAN TRAFO TENAGA TERMINAL DOT, DAN MENGERJAKAN DIFF RY
PERHATIKAN : TERMINAL SEKUNDER CTP DAN CTS TERHUBUNG KE DIFF. RY DI FASA YANG BERLAWANANATAU BEDA SUDUT 180o
Lanjutan 3.10.
OCR & EF
OCR & EF : Over Current Relay & Earth Fault DIFF : Diffrencial Relay
3.11. BAGAN SATU GARIS PENGAMAN TRANSFORMATOR
BAB IV
CURRENT
TRANSFORMER &
POTENTIAL
PERALATAN PENGUKURAN LISTRIK
Differential Relay Distance Relay Adalah trafo yang mana dipergunakan bersama dengan peralatan lain seperti: relai proteksi, alat ukur atau rangkaian kontrol, yang dihubungkan ke arus bolak balik
Trafo instrumen: current transformers dan voltage transformers.
4.1. TRAFO INSTRUMEN (INTRUMENT TRANSFORMER)
DEMI KEAMANAN & KETELITIAN, TRAFO ARUS UNTUK :
•
HARUS PUNYA KETELITIAN TINGGI PADA
DAERAH ARUS PENGUKURAN BEBAN NOMINAL
•
HARUS JENUH PADA ARUS GANGGUAN YANG
BESAR, UNTUK KEAMANAN ALAT UKUR
PENGUKURAN
•
HARUS PUNYA KETELITIAN / ERROR KECIL PADA
DAERAH ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT BESAR
•
TIDAK JENUH PADA ARUS GANGGUAN YANG BESAR,
UNTUK KEANDALAN ALAT PROTEKSI
PROTEKSI
4.2. TRAFO ARUS
P1/K P2/L IP
A
S2/l S1/k
IS
RANGKAIAN EKIVALEN CT
P1/K masuknya arus primer & P2/L keluaran arus primer
S1/k masuknya arus sekunder dari primer dan S2/l keluaran arus
sekunder
Pembumian : pada S2/l -- sudut IP dan IS = 00
pada S1/k -- sudut IP dan IS = 1800
Lanjutan 4.2.
Kesalahan arus
Perbedaan arus yang masuk disisi primer dengan arus disisi
sekunder
% = [(Kn Is - Ip)/Ip] x 100%
Kesalahan fasa
Akibat pergeseran fasa antara arus sisi primer dengan arus
sisi sekunder
Composite Error
c= 100/ I
p
100/T
(K
ni
s– i
p)
2dt
i
sdan i
pmerupakan nilai arus sesaat sisi sekunder dan sisi primer.
4.3. KESALAHAN CURRENT TRANSFORMER
Sesuai IEC 60044-1 spesifikasi class untuk CT:
Kelasketelitian pada % dari arus pengenal+/- % kesalahan ratio arus arus pengenal , menit (centiradians)+/- % pergeseran fase pada % dari
5 20 100 120 5 20 100 120
ketelitian +/- % kesalahan ratio arus pada % dari arus pengenal arus pengenal , menit (centiradians)+/- % pergeseran fase pada % dari
1 5 20 100 120 1 5 20 100 120
0,2S 0,75 0,35 0,2 0,2 0,2 30 15 10 10 10
0,5S 1,5 0,75 0,5 0,5 0,5 90 45 30 30 30
Kelas
ketelitian +/- % kesalahan ratio arus pada % dari arus pengenal
50 100
3 3 3
5 5 5
4.4. SPESIFIKASI CLASS CT
TRAFO ARUS
MASING –MASING CLASS TRAFO ARUS
UNTUK PENGUKURAN
Untuk kebutuhan industri : CL2 or CL1
Untuk kWh meter di pelanggan : CL0.5
Untuk memperkecil kesalahan : CL0.2S
Untuk kebutuhan laboratorium : CL0.1
Akurasi burden pengenal:
Untuk kebutuhan instrument : CL3 or CL5
2,5 VA; 10 VA; 30 VA 5 VA ; 15 VA
7,5 VA ; 20 VA
4.5. CLASS TRAFO UNTUK PENGUKURAN
CT Proteksi CT Metering
IeXct ES
Kurva CT untuk pengukuran Kurva CT untuk proteksi
Knee point
Kurva maknetisasi CT
4.6. KURVA MAGNETISASI
A
Sisi primer batang
Sisi primer lilitan
4.7. BEBERAPA KONSTRUKSI CT
Trafo arus dengan inti besi
Inti besi
Trafo arus tanpa inti besi
Rogowski coil
Lanjutan 4.7.
Type lingkaran/Wound primary
Conventional Dead Tank CT
Lanjutan 4.7.
Type batang /Bar primary
Inverted CT
Lanjutan 4.7.
Gambar 8: dua belitan sekunder
BILA PRIMER 2 BELITAN -- DIPILIH PADA LOWER RATIO
Lanjutan 4.7.
Trafo tegangan:
Instrumen trafo yang dipergunakan untuk memperkecil tegangan
tinggi ke tegangan rendah , dipergunakan untuk pengukuran atau
proteksi
Accuracy classes sesuai IEC 60044-2
4.8. TRAFO TEGANGAN
Class Burden Voltage Ratio Phase Application (%) (%) (%) displacement
(min)
0,1 25 - 100 80 - 120 0,1 5 laboratory
0,2 25 - 100 80 - 120 0,2 10 Precision and revenue metering 0,5 25 - 100 80 - 120 0,5 20 standard revenue metering industrial 1,0 25 - 100 80 - 120 1,0 40 grade meters intruments
3,0 25 - 100 80 - 120 3
-3P 25 - 100 5-Vf 3,0 120 Protection 6P 25 - 100 5-Vf 6,0 240 Protection
Range Limit of Errors
Untuk pengukuran tegangan jatuh disisi sekunder 0,05 % s/d 0,1 % x tegangan pengenal sekunder PT
Tegangan pengenal primer : kV (150 kV, 20 kV atau 150 kV/3 , 20 kV/3)
Tipe trafo tegangan:
Inductive voltage transformers
Capacitive voltage transformers
Lanjutan 4.8.
Jenis INDUKTIF (PT)
Terdiri dari belitan Primer dan belitan sekunder, Belitan
primer akan menginduksikannya ke belitan sekunder
melalui core.
Jenis KAPASITIF (CVT)
Terdiri dari rangkaian kondensor yang berfungsi sebagai
pembagi tegangan tinggi dari trafo pada tegangan
menengah yang menginduksikan tegangan ke belitan
sekunder melalui media capasitor.
4.9. KLASIFIKASI TRAFO TEGANGAN
7
1. Kertas/Isolasi Minyak Mineral/Quartz filling.
2. Belitan Primer: vernis ganda-isolasi kawat tembaga, tahan pada suhu tinggi.
3. Inti: bukan orientasi listrik baja memperkecil resiko resonansi besi
4. Belitan Sekunder
5. Isolator Keramik
6. Dehydrating Breather
7. Terminal Primer
8. Terminal Sekunder
4.10. JENIS INDUKTIF TRAFO TEGANGAN
1). HV.T adalah terminal tegangan tinggi
2) kapasitor C1 & C2 pembagi tegangan (capacitive voltage divider) yang berfungsi sebagai pembagi tegangan tinggi untuk diubah oleh trafo
tegangan menjadi tegangan pengukuran yang lebih rendah
3). L0 adalah induktor penyesuai tegangan (medium voltage choke) yang berfungsi untuk
mengatur/menyesuaikan supaya tidak terjadi pergeseran fasa antara
tegangan masukan (vi) dengan tegangan keluaran (vo) pada frekuensi dasar.
4.11. JENIS KAPASITIF TRAFO TEGANGAN
Kesalahan rasio trafo tegangan
Kesalahan besaran tegangan karena perbedaan rasio name plate dengan rasio sebenarnya dinyatakan dalam
% = 100 (Kn Vs - Vp)/Vp
Composite Error
c = 100/ Vp 100/T (Knvs – vp)2 dt
vs dan vp merupakan nilai tegangan sesaat sisi sekunder dan sisi primer.
4.12. KESALAHAN TRAFO TEGANGAN
BAB V
Pembumian sistem adalah hubungan secara Elektris antara sistem
dengan tanah melalui transformator yang mempunyai belitan Y.
Pembumian Peralatan adalah hubungan antara peralatan listrik
dengan tanah/bumi
Pengaman Sistem dari gangguan tanah
Pengaman Isolasi Peralatan Instalasi akibat tegangan lebih
sewaktu gangguan fasa-tanah
Kegunaan: (pada sistem 3 fasa)
Kegunaan:
Sebagai pengaman bagi manusia dan peralatan instalasi jika terjadi
kebocoran listrik pada peralatan.
5.1. PENGERTIAN UMUM
Pentanahan melalui tahanan (resistance grounding).
Pentanahan melalui reaktor (reactor grounding).
Pentanahan langsung (effective grounding).
Pentanahan melalui reaktor yang impedansinya dapat
berubah-ubah (resonant grounding) atau pentanahan
dengan kumparan Petersen (Petersen Coil).
5.2. MACAM / JENIS PEMBUMIAN SISTEM
Netral Sistem dari transformator 3 fasa dengan hubungan Y
yang dihubungkan langsung dengan tanah melalui elektroda
cu.
Tahanan pembumian
harus rendah 0,5 – 3 ohm.
Transformator tenaga
Netral ditanahkan
langsung
5.3. PEMBUMIAN NETRAL LANGSUNG (SOLID GROUNDED)
Pemasangannya:
Pada transformator tenaga yang dipasok dari sistem tegangan
menengah (GI) atau PLTD kecil.
Keuntungan :
Tegangan lebih pada phasa-phasa yang tidak terganggu relatif
kecil.
Kerja pemutus daya untuk melokalisir lokasi gangguan dapat
dipermudah, sehingga letak gangguan cepat diketahui.
Sederhana dan murah dari segi pemasangan
Kerugian :
Setiap gangguan phasa ke tanah selalu mengakibatkan
terputusnya daya.
Arus gangguan ke tanah besar, sehingga akan dapat
menimbulkan kerusakan pada peralatan listrik yang
dilaluinya.
Lanjutan 5.3.
Z
LX
TI
GF
Arus gangguan tanah dihitung dengan memasukkan
Reaktansi X
Tdan Impedansi Z
L
Arus gangguan tanah dipakai untuk penyetelan Relai Arus
Lebih gangguan tanah.
Lanjutan 5.3.
Pembebanan pada transformator tenaga di GI atau
PLTD yang memasok kebeban:
Bisa single phase (Transformator 1 fasa)
Bisa three phase (Transformator 3 fasa)
Beban tidak seimbang, kawat netral dialiri
arus beban
Lanjutan 5.3.
Guna :
Membatasi besar arus gangguan tanah
tetapi relai gangguan tanah masih kerja baik
Transformator tenaga
Netral ditanahkan
Melalui Tahanan
Tahanan
Netral Sistem dari transformator 3 fasa dengan
hubungan Y yang dihubungkan dengan tanah
melalui
tahanan
5.4. PEMBUMIAN NETRAL MELALUI TAHANAN
Pemasangannya :
Pada transformator tenaga yang dipasok pada
sistem tegangan 70 atau 150 kV (GI) atau pada
sistem PLTD kecil
Tahanan pembumian (netral grounding resistance)
yang terpasang di GI atau sistem PLTD :
NGR dengan tahanan 12 ohm.
NGR dengan tahanan 40 ohm.
NGR dengan tahanan 500 ohm.
Catatan: Nilai tahanan perlu dihitung yang
didasarkan pada besarnya arus gangguan
1 fasa ketanah
Lanjutan 5.4.
NGR (Neutral Grounding Resistance)Adalah tahanan yang dipasang antara titik neutral trafo dengan tanah dimana berfungsi untuk memperkecil arus gangguan tanah yang terjadi sehinggadiperlukan proteksi yang praktis dan tidak terlalu mahal karena karakteristik rele dipengaruhi oleh sistem pentanahan titik neutral.
Contoh NGR yang terpasang di Gardu Induk
40 ohm
Lanjutan 5.4.
R
nZ
LX
TI
GF
Arus gangguan tanah dihitung dengan
memasuk-kan Tahanan 3R
N, Reaktansi X
Tdan Impedansi Z
L
Arus gangguan tanah dipakai untuk penyetelan
Relai Arus Lebih gangguan tanah.
Lanjutan 5.4.
Keuntungan :
Besar arus gangguan tanah dapat diperkecil
Bahaya gradient voltage lebih kecil karena arus
gangguan tanah kecil.
Mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat arus
gangguan yang melaluinya.
Kerugian :
Timbulnya rugi-rugi daya pada tahanan pentanahan
selama terjadinya gangguan fasa ke tanah.
Karena arus gangguan ke tanah relatif kecil, kepekaan
relai pengaman menjadi berkurang.
Lanjutan 5.4.
Titik Netral Transformator hubungan Y tidak
dihubungkan ke tanah
Guna :
Untuk sistem kecil, arus
tanah tidak membuat kejutan power
pada pembangkit
Untuk sistem kecil, arus
tanah temporer bisa self clearing
Transformator tenaga
Netral tidak
ditanahkan
5.5. PEMBUMIAN NETRAL MENGAMBANG (FLOATING)
Z
LX
TI
GF
Saat terjadi Arus gangguan tanah timbul:
I
Ce
Arus kapasitif jaringan
Tidak tergantung lokasi gangguan, besarnya tetap
Karenanya Relai gangguan tanah tidak selektif
Arus Kapasitif gangguan tanah besar ?
Arcing
Lanjutan 5.5.
Sistem kecil, gangguan tanah tidak dirasakan
konsumen TR.
Gangguan Fasa - tanah
Tegangan Fasa sehat naik 3 kali.
Gang. Permanen, Tegangan sentuh tdk bahaya.
Kawat putus yang tidak menyentuh tanah bahaya
bila disentuh manusia.
Uraian vektor V dan I saat gangguan tanah
Segitiga tegangan sistem tidak berubah.
Magnitude & sudut tegangan fasa sehat berubah.
Magnitude I
Cebesar
gejala Arcing Ground.
Lanjutan 5.5.
Akibatnya :
Udara yang belum kembali menjadi
isolator kembali breakdown karena
teg. fasa R yang naik s/d 3xEph
Kejadian ini berulang pada setiap cycle dari
gelombang sinusoidal, dan
disebut Arcing
Ground
Kenaikan tegangan pada peristiwa Arcing
Ground
berbahaya bagi isolator
diseluruh instalasi.
I
CEyang terlalu besar penyebab Arcing Ground
harus dihindari
agar tidak merusak peralatan
Lanjutan 5.5.
Pengukuran Beban
bisa gunakan meter
3 fasa 3 kawat.
Pembebanan :
Tidak bisa single phase
Harus three phase (Trafo 3 fasa)
Beban tidak seimbang di TR
di TM dialiri
arus urutan negatif.
Lanjutan 5.5.
Dapat mengkompensir arus kapasitif
Nilai reaktansi Induktansi disesuaikan dengan
nilai reaktansi kapasitansi jaringan
Guna :
Arus kapasitif gangguan tanah yang
besar dikecilkan agar tidak terjadi
Arcing Ground yang berbahaya
Arus gangguan tanah temporer
jadi bisa self clearing kembali
Netral Sistem dari transformator 3 fasa dengan
hubungan Y yang dihubungkan dengan tanah
melalui reaktor induktif -
Peterson coil
5.6. PEMBUMIAN NETRAL MELALUI PETERSON COIL
Transformator tenaga
Netral ditanahkan
Melalui Reaktor
Tegangan Fasa- tanah
Masih dapat terjaga seimbang, bila Ce seimbang.
Teg. Netral-tanah naik, teg. Fasa-tanah naik
3.
Kondisi Normal
Kondisi gangguan tanah
Lanjutan 5.6.
Z
LX
TI
Ce
Bila terjadi arus gangguan tanah
I
Ce
Arus kapasitif jaringan dikompensir oleh arus I
L
Tidak tergantung lokasi gangguan, besarnya tetap
Relai gangguan tanah tidak selektif
Arus gangguan tanah
tidak membuat Arcing
I
LI
LLanjutan 5.6.
Keuntungan :
Arus gangguan dapat dibuat kecil sehingga tidak berbahaya bagi
mahluk hidup.
Kerusakan peralatan sistem dimana arus gangguan mengalir dapat
dihindari.
Sistem dapat terus beroperasi meskipun terjadi gangguan fasa ke
tanah.
Gejala busur api dapat dihilangkan.
Kerugian : Rele gangguan tanah (
ground fault relay
) sukar dilaksanakan karenaarus gangguan tanah relatif kecil.
Tidak dapat menghilangkan gangguan fasa ke tanah yang menetap
(permanen) pada sistem.
Operasi kumparan Petersen harus selalu diawasi karena bila ada
perubahan pada sistem, kumparan Petersen harus disetel (
tuning
) kembali.Lanjutan 5.6.
5.7. GROUNDING EQUIPMENT (PEMBUMIAN PERALATAN)
Pengertian Pembumian Peralatan
Pembumian
peralatan
adalah
pentanahan
yang
menghubungkan kerangka/ bagian dari peralatan listrik
terhadap ground (tanah).
Pembumian ini pada kerja normal tidak dilalui arus.
Tujuan pembumian peralatan adalah sebagai berikut :
Untuk mencegah terjadinya tegangan kejut listrik
yang berbahaya bagi manusia bila pada
peralatan listrik terjadi
kebocoran listrik.
Untuk memungkinkan timbulnya arus tertentu baik
besarnya
maupun lamanya dalam keadaan
gangguan tanah tanpa
menimbulkan kebakaran
atau ledakan pada bangunan atau isinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pentanahan :
Tahanan jenis tanah.
Panjang elektroda pentanahan.
Luas penampang elektroda pentanahan.
5.8. PEMBUMIAN PERALATAN
JENIS TANAH TAHANAN JENIS TANAH (OHM M)
TANAH RAWA 30
TANAH LIAT DAN TANAH LADANG 100
PASIR BASAH 200
KERIKIL BASAH 500
PASIR DAN KERIKIL KERING 1,000
TANAH BERBATU 3,000
r = jari-jari elektroda pentanahan ( cm ) L = panjang elektroda pentanahan ( cm )
R = Tahanan elektroda pentanahan (ohm)
= Tahanan jenis tanah ,ohm-cm besarnya sesuai tabel
(karena tabel diatas dalam ohm-meter dirubah dahulu dalam ohm-cm)
Lanjutan 5.8.
Tahanan Jenis Tanah
R S T Netral
Sekunder trafo gardu distribusi
Peralatan Listrik
Re2
Re1
RL
RN
Sirkulasi arus akibat adanya kebocoran pada peralatan listrik
Lanjutan 5.8.
Tegangan langkah Tegangan sentuh
Titik terjadi gangguan phasa - tanah
20 m 20 m
Bumi
Bentuk tegangan antara tegangan elektroda dan
referensi bumi, tegangan elektroda-bumi,
tegangan-langkah, tegangan sentuh.
Lanjutan 5.8.
Sistem pembumian peralatan di gardu induk dengan
menghubungkan elektroda membujur dan melintang dibawah
tanah yang disebut sistem mesh dengan tujuan untuk
memperoleh tahanan tanah kecil (< 1 ohm).
Lanjutan 5.8.
BAB VI
Relai penghantar yang prinsip kerjanya berdasarkan pengukuran
impedansi penghantar.
Relai ini mempunyai ketergantungan terhadap besarnya SIR dan
keterbatasan sensitivitas untuk gangguan satu fasa ke tanah.
Relai ini mempunyai beberapa karaktristik seperti mho,
quadralateral, reaktans, adaptive mho dll.
Sebagai unit proteksi relai ini dilengkapi dengan pola teleproteksi
seperti putt, pott dan blocking.
Jika tidak terdapat teleproteksi maka relai ini berupa step distance
saja.
6.1. DISTANCE RELAY
Dapat menentukan arah letak gangguan
Gangguan didepan relai harus bekerja
Gangguan dibelakang relai tidak boleh bekerja
Dapat menentukan letak gangguan
Gangguan di dalam daerahnya relai harus bekerja
Gangguan diluar derahnya relai tidak boleh bekerja
Beban maksimum tidak boleh masuk jangkauan relai
Dapat membedakan gangguan dan ayunan daya
6.2. SETTING DISTANCE RELAY
Zone 1
Karena adanya kesalahan pengukuran jarak akibat
kesalahan CT, PT dan relainya sendiri, tidak mungkin
menset relai sampai ujung saluran yang diamankan, yang
lazim disebut Zone 1.
A
F 21
B
F 21
Zone 1= 80% ZAB
Zone - 1 = 80% x ZAB
6.3. SETTING RELAY JARAK
Zone 2
Untuk mengamankan sisa yang tidak diamankan Zone 1,
diaman- kan oleh Zone 2 dengan perlambatan waktu.
Zone 2 juga sebagai pengaman rel ujung seksi yang
diamankan bila tidak mempunyai proteksi rel.
A
F 21
B
F 21
Zone 1= 80% ZAB
Zone - 2 = 80% x (ZAB + 80% x ZBC)
C
Lanjutan 6.3.
Zone 3
Sebagai pengamanan cadangan ditambah relai yang
lazim disebut Zene 3, dalam hal ini harus dapat
menjangkau ujung seksi berikutnya, waktunya
diperlambat terhadap Zone 2 seksi berikutnya
A
F 21
B
F 21
Zone 1= 80% ZAB
C
Zone - 3 = 80% x (ZAB + 80% ( ZBC + 80% ZCD )
D
Lanjutan 6.3.
Karakteristik mho
6.4. KARAKTERISTIK DISTANCE RELAY
Prinsip kerja pengaman
differential arus untuk
saluran distribus
i dan
transmisi
mengadapsi
diffrential arus, yang membedakan ialah daerah yg
diamankan cukup panjang.
I
1Daerah pengamanan
I
2CT
1CT
2Saluran distribusi/transmisi
6.5. RELAY DIFFERENTIAL SEBAGAI PENGAMAN SALURAN
DISTRIBUSI ATAU TRANSMISI (KAWT PILOT)
Relai diferensial arus berdasarkan H. Khirchof,
dimana arus yang masuk pada suatu titik, sama
dengan arus yang keluar dari titik tersebut.
I
1I
2
PRINSIP DASAR PROTEKSI RELAI DIFFERENTIAL
Yang dimaksud titik pada proteksi differential ialah
daerah pengamannan, dalam hal ini dibatasi oleh 2
buah trafo arus.
I
1= I
2I
1I
2Daerah pengamanan
CT
1CT
2Lanjutan 6.5.
Relai Diffrential arus membandingkan arus yang
melalui daerah pengamanan.
Relai ini harus bekerja kalau terjadi gangguan
didaerah pengamanan, dan tidak boleh bekerja
dalam keadaan normal atau gangguan diluar daerah
pengamanan.
Relai ini merupakan unit pengamanan dan
mempunyai selektifitas mutlak.
6.6. RELAI DIFFERENTIAL ARUS
PMT
PMT
A
B
I
1CT
1I
2Saluran yg diproteksi
CT
2F 87
F 87
Gelombang arus yang saling dikirim
Lanjutan 6.6.
Relai sejenis disetiap ujung saluran.
Supervisi untuk mengontrol bahwa saluran
komunikasi (pilot) baik/tidak terganggu.
Untuk ketiga fase hanya sebuah relai, supaya
saluran komunikasi yg cukup sepasang cukup 1
pasang.
Sarana komunikasi antara ujung saluran yg lazim
disebut kawat pilot, dapat berupa :
- Kawat tembaga.
- Serat optik
Diffrential untuk
saluran
diperlukan :
- Mikro wave
Lanjutan 6.6.
Trafo isolasi, karena kemungkinan terjadi induksi
tegangan dari saluran yang diamankan (khususnya pilot
dengan kawat tembaga)
Yg membatasi panjang saluran yang diamankan :
- Saluran komunikasi dengan kawat dibatasi oleh
adanya arus kapasitansi dan resistans kawat.
- Saluran komunikasi dengan serat optik, sampai batas
tidak perlu adanya penguat (repeater).
Lanjutan 6.6.
Prinsip operasi yang digunakan.
Circulating current
Prinsipnya dalam keadaan normal/tidak ada gangguan
arus mengalir melalui CT di kedua ujung, kumparan
penahan dan kawat pilot, kumparan kerja tidak dilalui
arus.
Opose Voltage
Prinsipnya dalam keadaan normal/tidak ada gangguan
arus mengalirhanya disetiap CT dan kumparan penahan
disetiap sisinya, pada kawat pilot dan kumparan kerja
tidak dilalui arus.
Lanjutan 6.6.
CIRCULATING CURRENT.
arus dan kumparan kerja tidak dilalui arus.
6.7. CIRCULATING CURRENT
Relai penghantar yang prinsip kerjanya
membandingkan arah gangguan, jika kedua relai pada
penghantar merasakan gangguan di depannya maka
relai akan bekerja.
Cara kerjanya ada yang menggunakan directional
impedans, directional current dan superimposed.
A B
Directional comparison relay
6.8. DIRECTIONAL COMPARISON RELAY
C
F 51 F 51
Jangkauan relai sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya
pembangkitan.
A B
C
A B
t
6.9. PENGAMAN CADANGAN TRANSMISI DENGAN RELAI ARUS LEBIH
BAB VII
Pada SUTM
PETIR
I (DARI SUMBER)
RANTING POHON
AWAN AWANAWAN
7.1. PENYEBAB GANGGUAN HUBUNG SINGKAT
51
TEGANGAN DI BUS 20 KV TURUN
PENGARUH TEGANGAN TURUN DIRASAKAN OLEH SEMUA FEEDER YANG TERSAMBUNG
PADA BUS BERSAMA.
SAAT TERJADI GANGGUAN HS BERPENGARUH PADA TRAFO TENAGA DAN GEN
SAAT PMT TERBUKA TEGANGAN NAIK.
GANGGUAN HS 1 FASA KETANAH DAPAT MENAIKAN TEG PADA FASA YANG SEHAT.
7.2. PENGARUH ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT
TERHADAP SISTEM TENAGA LISTRIK
SAAT TERJADI GANGGUAN DI SALAH SATU FEEDER,
ADA SUMBANGAN ARUS DARI PLTD A DAN PLTD B KETITIK GANGGUAN.
RELAI DI 3 DAN 5 AKAN TRIP
RELAI DI 1 & 6 AKAN PICK UP
JIKA SETELAN RELAI ANTARA KEDUA PUSAT LISTRIK TIDAK SESUAI, AKAN
TERJADI BLACK OUT (SELURUH PUSAT LISTRIK PADAM)
PLTD A PLTD B
7.3. HUBUNGAN PARALEL ANTAR PUSAT LISTRIK
20 kV
Saat terjadi gangguan hubung singkat dijaringan 20 kV di salah satu feeder,
Yang mempunyai FCO--- FCO trip.
Saat FCO trip dalam tabung terjadi arcing yang waktunya melebihi waktu setting Yang dapat tripkan Rele di outgoing.
PLTD A IF
FCO
IF>>
7.4. GANGGUAN HUBUNG SINGKAT
GANGGUAN YANG TERJADI:GANGGUAN YANG TERJADI:
GANGGUAN 3 : bisa terjadi
pada fasa R , S dan T terhubung singkat
GANGGUAN 2 FASA : bisa terjadi antara
• fasa R & S, • fasa T & S atau
• R & T terhubung singkat
Lanjutan 7.4.
GANGGUAN 2 FASA KE TANAH: bisa terjadi antara
• fasa R & S,
• fasa T & S ke tanah atau • fasa R & T ke tanah
GANGGUAN 1 FASA KE TANAH: bisa terjadi antara
• fasa R – ke tanah • fasa S - ke tanah atau • fasa T - ke tanah
2 3 4 5 6
A B C D
2 1
1
1. Differential Relay Pengaman Utama Gen dll. 2. Differential Relay Pengaman Utama Trafo dll.
3. Over Current Relay Trafo sisi 150 KV Pengaman Cadangan Lokal Trafo Pengaman Cadangan Jauh Bus B.
4. OCR dan GFR Trafo sisi 20 kV Pengaman Utama Bus B1 Pengaman Cadangan JAuh saluran BC.
5. OCR dan GFR di B2 Pengaman Utama saluran BC Pengaman Cadangan Jauh saluran CD.
6. OCR dan GFR di C Pengaman Utama saluran CD Pengaman Cadangan Jauh seksi berikut.
7.5. SISTEM PENGAMAN PADA SISTEM DISTRIBUSI
PMT
7.6. WIRING DIAGRAM OVER CURRENT RELAY & GROUND
FAULT RELAY
PMT
Arus gangguan hubung singkat mengalir di jaringan.
Karena arus tersebut > dari ratio CT pada sekunder CT mengalir arus.
Masuk ke OCR -- OCR memasok arus ke PMT-- PMT trip.
7.7. CARA KERJA OCR
PMT
Gangguan HS terjadi pada fasa T, arus mengalir masuk ke GFR - PMT trip
3Io
Lanjutan 7.7.
Penyulang
Gangguan
+
-CT
CT mentransfer besaran primer
ke besaran sekunder
Rele detektor hanya bekerja-
dengan arus kecil akurat
Perlu sumber Volt DC untuk -
tripping PMT
Karakteristik bisa dipilih
Definite, Inverse, Very-Inverse atau Extreemely Inverse.
Pengaman Gangguan Antar Fasa (OCR)
Pengaman Gangguan Satu Fasa Ketanah (GFR)
Cara kerja:7.8. PERALATAN PENGAMAN PADA JARINGAN 20 kV
Elektromekanis
Sederhana
Definite, (instant)
Setelan waktu
• Rele definite hanya menyetel waktu
• Saat terjadi gangguan hubung singkat arus
dari CT masuk ke kumparan Rele.
• Selenoid yang dililit kumparan akan menjadi
magnit dan kontak akan ditarik kebawah.
• lamanya kontak menyentuh switch tergantung
setting waktunya
7.9. RELE ARUS LEBIH SEKUNDER
Karakteristik Inverse
• Rele inverse menyetel waktu & arus
• Saat terjadi gangguan hubung singkat arus
dari CT masuk ke kumparan Rele
• Selenoid yang dililit kumparan akan mem
bentuk , fluks terpotong oleh piringan,
piringan berputar.
• Lamanya kontak menyentuh switch tergantung
setting waktunya
Lanjutan7.9.
Elektrostatik
Comp
Set I (arus)
Set timer
Kontak Output Rect
CT
Arus gangguan hubung singkat masuk ke CT.
Arus ini di searah kan di Rectifier dan arus searah di teruskan
ke comp.
Kapasitor digunakan menambah arus yang masuk coil tripping.
I
C
Lanjutan7.9.
t (detik)
I (ampere)
SET
t
KARAKTERISTIK TUNDA WAKTU TERTENTU ( DEFINITE TIME )
SET
I
Karakteristik definite time: bisa di setting arus besar setting waktu kecil
7.10. KARAKTERISTIK RELAY
Karakteristik Relay : - Definite - Invers - Instant
t (detik)
I (ampere)
SET
I
ISETMOMENT Digunakan untuk setting inverse dan moment
7.11. KARAKTERISTIK KOMBINASI INSTANT DENGAN
TUNDA WAKTU INVERSE
T (detik)
I (ampere)
MOMENT ISET
SET
t
PADA KARAKTERISTIK INSTANT MEMPUNYAI WAKTU
MINIMUM: 40 s/d 80 milisecond DENGAN ARUS YANG BESAR
Digunakan: untuk back up pada pengaman distribusi
7.12. KARAKTERISTIK INSTANT = MOMENT
JARINGAN RADIAL SINGLE
KOORDINASI DENGAN O.C INVERSE
PERHITUNGAN KOORDINASI SELALU DIMULAI DARI RELAI PALING HILIR, DAN BERGERAK KE HULU
7.13. PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT
UNTUK : GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 3 FASA
GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 2 FASA
GANGGUAN HUBUNG SINGKAT SATU FASA KETANAH
RUMUS DASAR YANG DIGUNAKAN ADALAH HUKUM OHM
I = V Z
I = ARUS GANGGUAN H.S
V = TEGANGAN SUMBER
Z = IMPEDANSI DARI SUMBER KETITIK GANGGUAN,
IMPEDANSI EKIVALENT
BIASANYA NILAI IMPEDANSI EKIVALENT INI YANG MEMBINGUNGKAN PARA PEMULA.
GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 2 FASA KETANAH
Lanjutan7.13.
UNTUK GANGGUAN 3 FASA IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN ADALAH IMPEDANSI URUTAN POSITIF
NILAI EKIVALEN Z1
TEGANGANNYA ADALAH E FASA
UNTUK GANGGUAN 2 FASA IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN ADALAH JUMLAH IMPEDANSI URUTAN POS. + URUTAN NEG.
NILAI EKIVALEN Z1 + Z2
TEGANGANNYA ADALAH E FASA-FASA
DARI KETIGA JENIS GANGGUAN, PERBEDAANNYA ADA PADA
UNTUK GANGGUAN 1 FASA KETANAH IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN ADALAH JUMLAH IMPEDANSI URUTAN POS. + URUTAN NEG. + URUTAN NOL
NILAI EKIVALEN Z1 + Z2 + Z0
TEGANGANNYA ADALAH E FASA
UNTUK GANGGUAN 2 FASA KETANAH
PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN :
GANGGUAN TIGA FASA : RUMUSNYA : V
Z I =
V = TEGANGAN FASA - NETRAL
Z = IMPEDANSI Z1 ekivalen
GANGGUAN DUA FASA : V
Z I =
V = TEGANGAN FASA - FASA
Z = IMPEDANSI ( Z1 + Z2 ) ekivalen
RUMUSNYA :
Lanjutan7.13.
GANGGUAN SATU FASA KETANAH :
RUMUSNYA : V
Z
I = V = 3 x TEGANGAN FASA
Z = IMPEDANSI ( Z1 + Z2 + Z0 ) eki
GANGGUAN DUA FASA - KETANAH : V
Z I =
V = TEGANGAN FASA - FASA
Z = IMPEDANSI Z1 + Z2 * Z0
Z2 + Z0 ekivalen
2.8. PENGAMAN TEMPERATUR GENERATOR
RUMUSNYA :
0,14
Faktor k tergantung pada kurva arus waktu, sebagai berikut:
Nama kurva k