• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALASAN REMAJA PUTRI TIDAK MELAKSANAKAN VAKSINASI HPV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ALASAN REMAJA PUTRI TIDAK MELAKSANAKAN VAKSINASI HPV"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

VAKSINASI HPV

Ni Made Darmiyanti Ni Luh Mita Pratiwi Akademi Kebidanan Kartini Bali Email: darmiyanti.md@gmail.com

Abstract : Adolescent Reason do not Execute Vaccination HPV.Target of this research public is conducted to know adolescent reason do not execute HPV vaccination in SMA Negeri 8 Denpasar year 2016 pursuant to price and knowledge. This research represent Descriptive research with method approach of Cross sectional, used by Sampling technique is Simple Random sampling with amount of sampel 37 adolescent people. used by Data type is primary data, used by intrumen is kuesioner. Technique analyse used by data is descriptive analysis percentagely to each;every question. Result of research of Adolescent Reason do not Execute Vaccination HPV can be concluded as follows : Adolescent reason do not execute HPV vaccination [in] SMA Negeri 8 Denpasar almost entirely responder which do not execute HPV vaccination have good knowledge, and almost entirely responder have a notion that HPV vaccine price very costly

Abstrak :Alasan Remaja Putri Tidak Melaksanakan Vaksinasi HPV. Tujuan umum penelitian ini dilakukan untuk mengetahui alasan remaja putri tidak melaksanakan vaksinasi HPV di SMA Negeri 8 Denpasar tahun 2016 berdasarkan pengetahuan dan harga. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif dengan metode pendekatan Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri di SMA Negeri 8 Denpasar. Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random sampling dengan jumlah sampel 37 orang remaja putri. Jenis data yang digunakan adalah data primer, instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif secara persentase untuk setiap pertanyaan. Hasil dari penelitian yaitu alasan remaja putri tidak melaksanakan vaksinasi HPV adalah hampir seluruh responden berpendapat bahwa harga vaksin HPV sangat mahal.

Kata kunci :Remajaputri, Vaksinasi HPV

Kanker secara umum merupakan bentuk pertumbuhan sel-sel di dalam tubuh yang khususnya di mulai di bagian organ tertentu yang rentan dan yang tidak normal. Ketidaknormalan kanker tercermin dari adanya kemampuan tumbuh sel yang tidak terbatas. Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks atau leher rahim sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Hal tersebut biasanya disertai dengan adanya pendarahan yang berulang-ulang dan mengeluarkan cairan vagina yang abnormal (Bertiani,2009).

(2)

2

Jurnal Genta Kebidanan, Volume 7,No. 1, Juni 2017, hlm 5 - 8

perempuan meninggal dunia karena penyakit tersebut. Pada tahun 2009, kasus baru kanker serviks berjumlah 2.429 atau sekitar 25,91% dari seluruh kanker yang ditemukan di Indonesia (Depkes, 2012). Menurut data Yayasan Kanker Indonesia (YKI), penyakit ini telah merenggut lebih dari 250.000 perempuan didunia dan terdapat lebih dari 15.000 kanker serviks baru, yang kurang lebih merenggut 8000 kematian di Indonesia setiap tahunnya (Diananda, 2009).

Melihat perkembangan dan jumlah penderita dan kematian akibat kanker serviks, diperkirakan bahwa sekitar sepuluh persen wanita di dunia sudah terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV), dimana semua perempuan mempunyai resiko untuk terkena infeksi HPV. Secara global, HPV tipe 16 dan 18 dapat menyebabkan 70% dari seluruh kejadian kanker serviks (Emilia, 2010). HPV merupakan virus yang menyebabkan keganasan kanker serviks, kanker serviks ini dapat muncul kepada perempuan pada usia 35 sampai 55 tahun. Beberapa data yang lain menyebutkan kanker serviks ternyata dapat tumbuh pada wanita yang usianya lebih muda dari 35 tahun. Salah satu sumber penularan utama yaitu 75% adalah hubungan seksual (Bestiani, 2009).

Vaksinasi HPV merupakan salah satu upaya pencegahan primer untuk melindungi wanita dari kanker serviks dan Pap Smear merupakan bagian dari pencegahan sekunder. Pencegahan terbaik adalah dengan vaksinasi dan pap smear, karena jangkauan perlindungan vaksinasi baru mencapai 89%. Indikasi melakukan vaksinasi HPV adalah perempuan yang belum atau tidak terinfeksi HPV 16 dan 18 (Andrijono, 2009). Usia ideal melakukan vaksinasi adalah 9-26 tahun (Emilia, 2010), sedangkan sesuai dengan panduan perhimpunan dokter ahli onkologi Indonesia, vaksinasi HPV ditunjukan untuk perempuan usia 10-55 tahun (Bestiani, 2010).

Vaksin HPV bekerja dengan cara meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk menangkap dan menghancurkan HPV tipe

16 dan 18, selain membentengi dari penyakit kanker serviks, vaksin ini juga bekerja ganda melindungi wanita dari ancaman HPV tipe 6 dan 11 yang merupakan penyebab 90% kutil kelamin.

Penyakit kanker serviks ini muncul setelah 3-17 tahun kedepan setelah pasien positif terinfeksi HPV. Sehingga diharapkan kesadaran perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan seksual untuk menjaga bagaimana pentingnya melakukan pencegahan dini kanker serviks tersebut. Vaksinasi HPV beredar di Indonesia pada tahun 2007 dan 5000 orang telah menggunakan vaksin HPV (Wijaya, 2010).

Upaya yang dilakukan Pemerintah untuk penanggulangan kasus kanker serviks khususnya di Pemerintahan Provinsi Bali dapat diambil satu contoh pemerintahan kabupaten Badung yang menyelenggarakan vaksinasi HPV secara gratis. Di tahun 2012 sudah dilaksanakan vaksinasi kanker serviks 1500 orang remaja putri kelas X SMAN se Kabupaten Badung. Sementara di Tahun 2013 disamping vaksinasi anak SMA se-Kabupaten Badung, juga dilaksanakan vaksinasi kanker serviks untuk karyawati pemerintahan Kabupaten Badung sebanyak 1334 orang. Vaksinasi ini dilaksanakan serentak di Pusat PemerintahanKabupaten Badung dengan menyasar golongan I, II dan THL, sementara karyawati tingkat kecamatan dilakukan di Puskesmas induk masing-masing kecamatan. Untuk siswa akan dilaksanakan di sekolah masing-masing (Metrobali, 2013).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan oleh peneliti kepada remaja putri kelas XI IPA SMA Negeri 8 Denpasar pada bulan Desember 2015 terdapat 146 siswa kelas XI IPA, dari sejumlah siswa tersebut diambil 20 responden, 12 responden memiliki alasan tidak melakukan vaksinasi HPV karena mahal, 5 responden tidak mengetahui tentang vaksinasi HPV dan 3 responden sudah pernah melakukan vaksinasi HPV.

(3)

3 Vaksinasi HPV di SMAN 8 Denpasar tahun 2015?

METODE

Menurut Notoatmodjo (2010) penelitian

deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan fenomena yang terjadi didalam masyarakat. Pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian dimana setiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional, yaitu dimana peneliti hanya sekali saja melakukan pengukuran terhadap subjek penelitian.

Penelitian ini telah direncanakan di SMA N 8 Denpasar. Pertimbangan dalam memilih tempat penelitian adalah tempat penelitian dekat dengan rumah peneliti.Penelitian telahdilakukan pada bulan Januari 2016.

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian (Arikuto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XI SMA N 8 Denpasar sebanyak 146 orang. Besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus (Saryono, 2010) dimana sampel minimal di ambil sebanyak 25% dari populasi yaitu :

n = N x25% n = 146 x 25/100

n = 36,5 dibulatkan menjadi 37 orang. Keterangan:

N = Jumlah populasi

Jadi, jumlah sampel yang diteliti adalah 37 orang

Teknik sampling adalah teknik atau cara yang digunakan mengambil sampel dan populasi sedapat mungkin mewakili populasi. Pemilihan sampel penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling atau teknik acak sederhana (Notoatmodjo, 2005).

Cara dalam mengambil sampel adalah dilaksanakan di SMA pada saat waktu istirahat dengan memberikan undian pada seluruh remaja putri yang berisikan tulisan satu (1) untuk menjadi sampel dan nol (0)

untuk yang tidak menjadi sampel. Jumlah undian akan disesuaikan dengan jumlah populasi.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari kuesioner yang dibagikan terhadap siswi kelas XI SMA N 8 Denpasar.

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif secara persentase untuk setiap pertanyaan. Jawaban benar diberi nilai satu dan pertanyaan yang dijawab salah diberi nilai nol (Arikunto, 2005). Dilakukan analisa data dengan menghitung persentase (%). Jawaban yang benar dari setiap responden menurut variabel yang diteliti dengan menggunakan rumus:

Hasil pengolahan data dalam bentuk persentase kemudian diinterpretasikan menurut Arikunto (2007) dengan menggunakan skala sebagai berikut :

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dideskripsikan sesuai karakteristik subyek penelitian ini sebagai berikut : Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua (Ayah)

No Kategori Frekuensi

(f)

(4)

4

Jurnal Genta Kebidanan, Volume 7,No. 1, Juni 2017, hlm 5 - 8

Berdasarkan Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa dari 37 responden, seluruhnya (100%) memiliki orang tua (ayah) yang bekerja.

Mempunyai orang tua yang bekerja akan sangat menunjang tingkat ekonomi keluarga khususnya untuk pendidikan dan kesehatan. Khusus untuk kesehatan, masyarakat masih berorientasi pada pengobatan, untuk pencegahan masih dianggap tidak perlu apalagi dengan mengeluarkan biaya yang cukup mahal.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Yang Tidak Melaksanakan Vaksinasi HPV

No Kategori

Sumber : Data Primer pada Januari 2016

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa dari 37 responden, hampir seluruhnya yaitu 25 responden (80%) memiliki pengetahuan baik tentang vaksinasi HPV.Hal itu sesuai dengan teori dari Notoatmodjo (2010), seseorang yang telah memperoleh pengetahuan dari pengindraan dapat segera dipahami, diterapkan, dianalisis, sintesis dan dievaluasi secara tepat, namun ada pula penerimaan tersebut hanya sebatas menerima saja tanpa disertai pemahaman dan penerapannya.

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Harga Vaksin Menurut Remaja Putri Yang Tidak melaksanakan Vaksinasi HPV

No Kategori Frekuensi Persentase

(f) (%)

Sumber : Data Primer pada Januari 2016

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa dari 37 responden, hampir seluruhnya yaitu 29 responden (78%) memiliki pendapat bahwa harga vaksin HPV mahal.

Menurut asumsi peneliti bahwa remaja putri memiliki pengetahuan baik tentang vaksinasi HPV namun hampir seluruhnya memiliki pendapat bahwa harga vaksin HPV mahal. Jika dilihat dari pekerjaan orang tua (ayah) yang bekerja, oleh karena penghasilan orang tua yang tidak mencukupi maka menjadi alasan remaja putri untuk tidak melakukan vaksin,semestinya orang tua (ayah) mendukung dan mengupayakan anak remaja putrinya untuk melakukan vaksinasi HPV sedini mungkin agar terhindar dari kanker serviks.

SIMPULAN

Dari penelitian yang dilakukan terhadap 37 responden mengenai alasan remaja putri tidak melaksanakan vaksinasi HPV di SMA Negeri 8 Denpasar tahun 2016 hampir seluruhnya responden berpendapat bahwa harga vaksin HPV mahal.

DAFTAR RUJUKAN

Andrijono. (2009). Kanker Serviks. Edisi Kedua. Jakarta: Divisi Onkologi Departemen Obstetri- Ginekologi FK UI

Arikunto. S. (2007). Prosedur Penelitian.

Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (2008).

(5)

5 Nasional

Bertiani. Sukaca. E. (2009). Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks

Yogyakarta: Genius Printika

Manuaba. I.B.G. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana. Jakarta; ECG

Notoatmodjo. S. (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo. S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Rozi. M.F. (2013). Kiat Mudah Mengatasi Kanker Serviks.

Cetakan Pertama. Yogyakarta:

(6)

Gambar

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa dari

Referensi

Dokumen terkait

Kontroler Fuzzy pada Pengaturan Perbandingan Udara Bahan Bakar pada Spark Ignition Mesin dapat diterapkan. Saat mesin bekerja tanpa beban, kontroler bisa menyesuaikan

[r]

diupayakan oleh sekolah yang bersangkutan (b) program pendidikan jasmani harus memberikan pengalaman yang seimbang sehingga dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan

Mereka menggunakan sejumlah asumsi, khususnya tentang ketiadaan pajak dan biaya pialang, leverage keuangan tidak memiliki pengaruh terhadap biaya modal, para investor dan

Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar.Hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan

Kepercayaan diri yang dimiliki pendamping Simantri selama proses difusi inovasi teknologi trichoderma termasuk dalam kategori sangat baik dengan pencapaian skor

Aktivitas Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP adalah kegiatan yang diprogramkan untuk meningkatkan profesional guru-guru Pendidikan Agama Islam yang tergabung dalam organisasi

Titik akhir titrasi adalah suatu kondisi dimana warna pada indikator berubah.20 Analisis titrimetri yang sering disebut titrasi volumetrik adalah metode penentuan kadar suatu zat