4. Klasifikasi dan Tanda Gejala
Menurut Soegijanto (2006), tanda gejala umum yang biasanya terjadi pada anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu :
demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari, hepatomegali, penurunan nafsu makan, anak gelisah, perdarahan
spontan berbentuk ptekia dan perdarahan gusi.
Menurut WHO (2009) demam pada DBD seperti pelana kuda dimana WHO membagi fase demam dengue itu menjadi 3 fase, yaitu:
a. Fase Demam
Penderita mengalami demam akut 1-3 hari disertai muka memerah,
kulit memerah, nyeri seluruh badan, anoreksia, mual dan muntah umum terjadi. Sulit untuk membedakan dengue dengan non dengue pada fase demam, uji torniquet positip mempertinggi kemungkinan
penderita mengalami infeksi virus dengue. Diperlukan monitor untuk menilai timbulnya tanda bahaya (warning sign) yang akan
membuat pasien masuk ke fase ke 2 fase kritis. Manifestasi perdarahan ringan seperti ptekie dan perdarahan membran mukosa (seperti perdarahan hidung dan gusi) dapat terjadi. Hati dapat
membesar dan tegang/nyeri setelah demam beberapa hari. Tanda paling awal dari pemeriksaan darah rutin adalah menurunnya total
leukosit (leukopenia) yang dapat menjadi dasar klinisi untuk menilai pasien sudah terjangkit virus dengue.
Selama fase rawatan, pada saat temperatur tubuh turun menjadi ≤ 37,5-38˚C dan bertahan pada suhu tersebut, terjadi pada hari ke 4-6, meningkatnya permeabilitas kapiler bersamaan dengan
meningkatnya kadar hematokrit dapat terjadi. Ini merupakan tanda awal fase kritis. Leukopenia yang progresif diikuti dengan
menurunnya jumlah trombosit mengiindikasikan kebocoran plasma, efusi pleura dan ascites dapat terdeteksi tergantung dari derajat kebocoran plasma dan volume dari terapi cairan. Hasil tes
laboratorium IgM dan IgG pun akan positif pada fase ini. Foto thorax dan ultrasonografi abdomen dapat digunakan untuk
mendiagnosa efusi pleura dan ascites. Syok dapat terjadi didahului oleh timbulnya tanda bahaya (warning sign). Temperatur tubuh dapat subnormal saat syok terjadi.
c. Fase Recovery
Bila pasien telah melewati 24-48 jam fase kritis, reabsorpsi cairan
dari kompartemen extravascular terjadi dalam 48-72 jam. Keadaan umum membaik, kembalinya nafsu makan, berkurangnya gejala gastrointestinal, hemodinamik stabil dan cukup diuresis.
Bradikardia dan perubahan EKG dapat terjadi pada fase ini. Hematokrit kembali normal atau lebih rendah karena efek dilusi
Selain itu WHO (2012) membagi Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi 4 derajat yaitu sebagai berikut:
d. Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas hanya terdapat manifestasi perdarahan (Uji torniquet positif).
e. Derajat II
Seperti dengan derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain.
f. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan
lemah,tekanan darah menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin.
g. Derajat IV
Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.
5. Komplikasi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat berkembang
menjadi berat jika terjadi komplikasi-komplikasi berupa ensefalopati, kerusakan hati, kerusakan otak, kejang-kejang, syok dan kematian.
Untuk menentukan diagnosis Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan cepat, terutama jika berada di daerah rural, digunakan Rapid Diagnostic Test Kits yang dapat menentukan juga apakah penderita
dilakukan untuk memastikan diagnosis Demam Berdarah Dengue (DBD) jika terdapat indikasi klinis (Soedarto, 2012).
6. Pemeriksaan Penunjang
Langkah-langkah pemeriksaan medis menurut (Suriadi & Yuliani,
2006) :
a. Pemeriksaan Hemoglobin
Ada kenaikan bisa sampai 20%, normal anak-anak : 11,5-13,5
g/dL. Hemoglobin meningkat karna pada pasien DBD mengalami peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga terjadilah kebocoran
plasma ke ekstraselular yang menyebabkan darah menjadi kental sehingga pada saat ini lah nilai hemaglobin menjadi meningkat. b. Pemeriksaan trombosit
Jumlah trombosit anak normal 150.000-440.000 sel/mm3 mengalami penurunan <100.000/mm3. Pada awal fase demam
jumlah trombosit menurun dalam batas normal. Jumlah trombosit terus menurun hingga mengalami Trombositopenia mulai hari ke-4 demam dan mencapai titik terendah pada hari ke-6 demam. Jumlah
trombosit kemudian akan mulai naik pada hari ke-7 dan mencapai normal kembali mulai hari ke-9 atau 10. Trombositopenia terjadi
c. Pemeriksaan hematokrit
Ada kenaikan bisa sampai 20%, normal anak-anak : 34-40 %. Hematokrit meningkat karna pada pasien DBD mengalami
peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga terjadilah kebocoran plasma ke ekstraselular yang menyebabkan darah menjadi kental
sehingga pada saat ini lah nilai hematokrit menjadi meningkat. d. Rontgen thoraks
Pada pemeriksaan ini foto dada didapatkan efusi pleura, terutama
pada hemitoraks kanan tetapi apabilah terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks.
e. Uji torniquet
Caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara tekanan systole dan diastole selama 3-5 menit untuk anak-anak, di katakan
positif jika terdapat bintik-bintik merah (ptekie) lebih dari 20 bintik merah, dengan diameter 2,5 inchi.
f. Tes IgG dan IgM
Berguna dalam diagnosis infeksi virus dengue, kedua antibodi ini muncul 5-7 hari setelah infeksi. Hasil negatif bisa saja muncul
mungkin karena pemeriksaan dilakukan pada awal terjadinya infeksi. IgM akan tidak terdeteksi seumur hidup. IgM yang positif
memiliki nilai diagnostik bila disertai dengan gejala yang mendukung terjadinya demam berdarah.
Pemeriksaan Non Struktural 1 (NS1) ditujukan untuk mendeteksi virus dengue lebih awal. Virus dengue memiliki 3 protein structural dan 7 protein non structural. NS1 adalah glikoprotein
non structural yang diperlukan untuk kelangsungan hidup virus. Pemeriksaan Dengue NS1 Antigen sebaiknya dilakukan pada
penderita yang mengalami demam disertai gejala klinis infeksi virus dengue (pada hari 1-3 mulai demam) untuk mendeteksi infeksi akut disebabkan virus dengue.
7. Manajemen medis secara umum
Menurut Soedarto (2012) Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)
dapat berobat jalan, tidak perlu rawat inap. Pada fase demam penderita dianjurkan :
a. Tirah baring selama demam.
b. Obat antipiretik untuk menurunkan panas dibawah 39ºC. c. Kompres hangat.
d. Cairan dan elektrolit diberikan per oral, jus buah, susu, disamping air putih.
e. Memonitor suhu badan, trombosit dan hematokrit sampai fase
konvalesen.
8. Dampak Hospitalisasi pada Anak Usia Sekolah
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi setiap orang. Khususnya hospitalisasi pada anak merupakan stressor, baik terhadap anak itu sendiri maupun terhadap keluarga. Stres pada anak
disebabkan karena mereka tidak mengerti mengapa mereka dirawat atau mengapa mereka terluka. Lingkungan yang asing,
kebiasaan-kebiasaan yang berbeda, perpisahan dengan keluarga merupakan pengalaman yang dapat mempengaruhi perkembangan anak.
Stres akibat Hospitalisasi akan menimbulkan perasaan tidak
nyaman baik pada anak maupun pada keluarga, hal ini akan memacu anak untuk menggunakan mekanisme koping dalam menangani
stress.
Beberapa faktor yang menyebabkan stres akibat hospitalisasi pada anak adalah :
a. Lingkungan
Saat dirawat di Rumah Sakit anak akan mengalami lingkungan
yang baru bagi dirinya dan hal ini akan mengakibatkan stress pada anak.
b. Berpisah dengan Keluarga
Anak yang dirawat di Rumah Sakit akan merasa sendiri dan kesepian, jauh dari keluarga dan suasana rumah yang akrab dan
harmonis.
Anak akan merasa takut karena dia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh perawat atau dokter. Anak tidak tahu tentang penyakitnya dan kuatir akan akibat yang mungkin timbul karena
penyakitnya.
d. Masalah Pengobatan
Anak takut akan prosedur pengobatan yang akan dilakukan, karena anak merasa bahwa pengobatan yang akan diberikan itu akan menyakitkan.
Adapun reaksi-reaksi yang di perlihatkan anak usia sekolah saat hospitalisasi, yaitu: Anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit
akan merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya, takut kehilangan keterampilan, merasa kesepian dan sendiri. Anak membutuhkan rasa aman dan perlindungan dari orang
tua namun tidak memerlukan selalu ditemani oleh orang tuanya. Pada usia ini anak berusaha independen dan produktif. Akibat
dirawat di rumah sakit menyebabkan perasaan kehilangan kontrol dan kekuatan. Hal ini terjadi karena adanya perubahan dalam peran, kelemahan fisik, takut mati dan kehilangan kegiatan dalam kelompok
serta akibat kegiatan rutin rumah sakit seperti bedrest, penggunaan pispot, kurangnya privacy, pemakaian kursi roda dan lain-lain.
tingkah laku pada waktu merasa nyeri atau sakit denga cara menggigit bibir atau menggengam sesuatu dengan erat.
Anak ingin tahu alasan tindakan yang dilakukan pada diri nya,
sehingga ia selalu mengamati apa yang dikatakan perawat. Anak akan merasa takut terhadap mati pada waktu tidur.
9. Dampak Terhadap Sistem Tubuh
a. Sistem Pernafasan
Pada pernapasan biasanya di temukan keluhan yaitu batuk, pilek, pharingitis, dan terdapat suara nafas tambahan (ronchi, wheezing)
b. Sistem kardiovaskuler
Pada sistem ini biasanya ditemukan sakit kepala, nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun (hipotensi), kulit dingin, gusi
berdarah, epitaksis, perdarahan konjungtiva, uji torniquet positif, trombositopenia, diatesis hemoragik dan penurunan hematokrit
kurang 20%.
c. Sistem perkemihan
Pada sistem ini biasanya ditemukan adanya penurunan produksi urine (oliguria, hematuri, albuminuria dan anuria).
d. Sistem pencernaan
tekan pada hepar, pembesaran limfe, nyeri epigastrik, diare, konstipasi, hematemesis dan melena.
e. Sistem Endokrin
Pada sistem ini biasanya ditemukan pembesaran kelenjar getah bening.
f. Sistem Integumen
Pada sistem ini biasanya ditemukan adanya ptekie, ekimosis, hematom, kemerahan pada kulit, kemerahan pada muka dan suhu
tubuh meningkat (demam). g. Sistem muskuloskeletal
Pada sistem ini biasanya ditemukan adanya nyeri tulang, nyeri otot dan sendi (breakbone fever , nyeri otot abdomen, pegal-pegal seluruh tubuh dan pareses.
h. Sistem pesyarafaran
Pada sistem ini biasanya di temukan nyeri atau sakit kepala
(pusing).
10. Pendekatan Asuhan Keperawatan Anak dengan Demam Berdarah
Dengue (DBD)
Asuhan keperawatan adalah bantuan, bimbingan, penyuluhan, pengawasan atau perlindungan yang diberikan oleh seorang perawat
untuk memenuhi kebutuhan pasien (Potter, 2009).
pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respons unik individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialam, baik aktual maupun potensial”
(Deswani, 2009). a. Pengkajian :
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan, pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1) Identitas
a) Identitas Pasien : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, anak ke-, agama, suku, no Rekam Medis (RM), diagnosa medis,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, alamat.
b) Identitas Penanggung Jawab : Meliputi nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien dan alamat. 2) Riwayat Kesehatan
a) Alasan Masuk Rumah Sakit
Alasan atau keluhan yang menonjol pada anak dengan DBD datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah.
b) Keluhan utama
serta gejala spesifik nonspesifik lain. DBD biasanya demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah 2 hari pertama.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai
menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri
menelan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis. Riwayat kesehatan keluarga.
d) Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu pernah
mengalami trauma pada kehamilan Trimester I. bagaimana pemenuhan nutrisi ibu saat hamil, obat-obat yang pernah dikonsumsi oleh ibu dan apakah ibu pernah stress saat hamil.
Kemudian apakah anak sebelumnya pernah mengalami DBD juga atau tidak atau penyakit apa saja yang pernah diderita.
(1) Riwayat Prenatal, perlu dikaji tentang kehamilan direncanakan, kondisi ibu saat hamil, kelainan kehamilan, obat-obat yang digunakan ibu sebelum
hamil, penyakit yang diderita ibu saat hamil. (2) Riwayat Intranatal
Perlu dikaji tentang lamanya kehamilan, yang membantu persalinan, di mana bersalin, lahir prematur / aterm / posterm, jenis kelahiran spontan / dengan alat /
oprasi, komplikasi saat persalinan. (3) Riwayat Postnatal
Perlu dikaji tentang keadaan bayi, berat badan dan tinggi badan saat lahir, tentang pemberian nutrisi / ASI, kapan berhenti minum ASI, rutin tidaknya pemberian
imunisasi. e) Riwayat imunisasi
Pada anak usia 6 tahun seharusnya sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis, BCG, DPT 1-5, Polio 1-5, campak dan MMR 1sebelum usia 6 tahun. Dan pada saat usia 6 tahun
anak harus sudah mendapatkan imunisasi MMR yang ke-2. Jika anak sudah diberikan imunisasi sejak awal lahir, anak
akan mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
Tabel 2.1
tahun 120-130cm 21-27kg
Mampu meloncati tali 25 cm, belajar naik sepeda.
Menggambar dengan bentuk proporsional,
memakai dan diatas 50 cm, terampil dalam menggunakan peralatan.
6-12 tahun Gigi susu mulai tanggal dan gigi permanen mulai tumbuh. Pertumbuhan jiwanya relatif stabil. Daya ingat kuat, mematuhi segala perintah gurunya. Mudah menghafal tetapi juga mudah melupakan. Sifat keras kepala mulai berkurang dan lebih dapat menerima, pengertian karena kemampuan logikanya mulai berkembang.
(Hidayat, 2006) g) Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang
menggenang dan gantungan baju yang ada di kamar). h) Pola aktivitas sehari-hari
Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan,
nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun. Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare
atau konstipasi. Sementara DBD grade III-IV bisa terjadi melena.
Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering buang air
kecil, sedikit atau banyak, sakit atau tidak. Pada DBD grade IV sering terjadi hematuria.
Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun
Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.
Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
b. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki.
1) Berdasarkan tingkatan grade DBD, keadaan fisik anak adalah :
a) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.
b) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum
lemah, dan perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak
teratur.
c) Grade III: kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta
tensi menurun.
d) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital :
teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.
2) Sistem Pernapasan
Pada derajat 1 dan 2 jarang terdapat gangguan pada sistem pernapasan kadang terdapat batuk, pilek dan pharingitis
karena demam yang tinggi, suara napas tambahan (ronchi, wheezing), pada derajat 3 dan 4 sering disertai keluhan sesak napas sehingga memerlukan pemasangan O2, napas
dangkal dan cepat disertai penurunan kesadaran. 3) Sistem Kardiovaskuler
Derajat 1 mendadak demam tinggi 2-7 hari badan lemah, pusing, mual-muntah. Penurunan hematokrit kurang dari 20%,
Derajat 2 mendadak demam tinggi 2-7 hari badan lemah, pusing, mual-muntah, ptekie, gusi berdarah, epitaksis,
perdarahan konjungtiva dan uji torniquet positif, merupakan satu-satunya manifestasi perdarahan.
Derajat 3 orang tua/keluarga melaporkan anak mengalami
penurunan kesadaran gelisah dan kejang, kulit dingin pada daerah akral, nadi cepat, hipotensi, sakit kepala ,
hemoragik.
Derajat 4 nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
4) Sistem Perkemihan
Produksi urin menurun (oliguria, hematuria, albuminuria
dan anuria), warna berubah pekat dan berwana coklat tua pada derajat 3 dan 4.
5) Sistem Pencernaan
Pada derajat 1 dan 2 mukosa mulut kering, hiperemia tenggorokan, mual, muntah, tidak ada nafsu makan, haus,
sakit menelan, diare atau konstipasi derajat 3 terdapat pembesaran hati dan nyeri tekan, sakit menelan, pembesaran limfe, nyeri tekan epigastrik, hematemisis dan
melena.
6) Sistem Endokrin
Ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening, pada derajat 1 dan 2 akan kembali normal pada masa penyembuhan.
7) Sistem Integumen
Ditemukan adanya ptekie, hematom, kemerahan pada kulit,
wajah tampak merah dapat disertai tanda kesakitan. 8) Sistem muskuloskeletal
kepanas-an, pegal seluruh tubuh pada derajat 1 dan 2, derajat 3 dan 4 terdapat kekakuan otot/kelemahan otot dan tulang akibat kejang atau tirah baring lama, mengalami parises atau
kekakuan bahkan kelumpuhan. 9) Sistem Persarafan
Pada derajat 1 dan 2 anak gelisah, cengeng dan rewel karena demam tinggi, pada derajat 2 konjungtiva mengalami perdarahan, sedang penurunan tingkat kesadaran
(composmentis, apatis, somnolent, sopor, koma ) atau gelisah. GCS (Glasgow Coma Scale) menurun, pupil miosis
atau midriasis, reflek fisiologis atau patologis, penurunan tingkat kesadaran sering terjadi pada derajat 3 dan 4.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Uji rumple leed / tourniquet positif
Darah, akan ditemukan adanya trombositopenia,
hemokonsentrasi, masa perdarahan memanjang, hiponatremia, hipoproteinemia. Air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan
2) Serologi
Dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk
3) Isolasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body technique test secara langsung / tidak langsung
menggunakan conjugate (pengaturan atau penggabungan) 4) Identifikasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body tehnique test secara langsung atau tidak langsung dengan menggunakan conjugate
5) Radiologi
Pada fhoto thorax selalu didapatkan efusi pleura terutama
disebelah hemi thorax kanan.
d. Analisa Data
Analisa Data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip
yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan pasien (Soedarmo, 2008) Kemungkinan masalah keperawatan yang mungkin timbul pada
anak dengan Demam Berdarah Dengue adalah : Tabel 2.3
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
(1) (2) (3) (4)
DO :
Kejang atau konvulsi Kulit teraba hangat Takikardia pemasukan atau absorpsi cairan ( misalnya; imobilitas fisik)
Faktor yang memengaruhi
kebutuhan cairan
(misalnya; status
hipermetabolik)
Mual,muntah Tampak lemah Berat badan menurun Bising usus hiperaktif
Kurangnya minat
terhadap makanan Membran mukosa pucat Menolak untuk makan Kurang pengetahuan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Uji tornikuet positif Memar
Depresi sumsum tulang ↓
Trombosit kehilangan fungsi agregsinya dan mengalami metabolisme
↓
Di musnahkan oleh sistem RE
↓
Terpasang infus mengambil perlengkapan mandi
Ketidak mampuan untuk mendapatkan sumber air Ketidak mampuan untuk
membersihkan tubuh (anggota tubuh)
Suplei O2 ke jaringan tidak adekuat
Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual atau potensial pasien terhadap masalah kesehatan,
yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya (Perry & potter, 2009).
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) :
2) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
3) Risiko gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan penurunan napsu makan
4) Risiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan penurunan trombositopenia
5) Defisiensi pengetahuan (DBD) berhubugan dengan kurang
pengalaman sebelumnya
6) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
(Doengoes, 2007)
f. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah pedoman tertulis untuk melaksanakan tindakan keperawatan dalam membantu pasien memecahkan masalah serta
memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mengkoordinir staf perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Kegiatan yang
dilakukan : membuat prioritas, menentukan tujuan, membuat intervensi keperawatan, menentukan kriteria evaluasi.