• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Mikrobiologi tentang Penyakit Le

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Mikrobiologi tentang Penyakit Le"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolongannya

penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Leptospirosis”, dengan lancar dan baik. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi. Dalam makalah ini kami juga

mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, serta masih banyak kekeliruan dan kesalahan.

Oleh karena itu dengan tulus hati serta penuh pengharapan penulis senantiasa mengaharapkan saran dan kritik dari pihak manapun juga demi kesempurnaan penulis lebih lanjut. Semoga makalah

yang sederhana ini, bermakna bagi pembaca demi tugas pelayanan terhadap sesama di dalam segala bentuk kehidupan, karena kita makhluk yang saling melengkapi dan membutuhkan.

Madiun, 9 Oktober 2015

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan... 2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Leptospirosis ... 3

2.2 Penyebab Penyakit Leptospirosis ... 4

2.3 Proses Penularan Penyakit Leptospirosis ... 5

2.4 Tanda dan Gejala pada Penyakit Leptospirosis... 6

2.5 Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Leptospirosis ... 9

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ... 11

3.2 Saran ... 11

(3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah. Bahwasanya lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit sudah

sejak lama diperkirakan orang.

Dewasa ini berbagai masalah kesehatan yang timbul dalam masyarakat terutama disebabkan karena keadaan kesehatan lingkungan yang kurang atau tidak memenuhi syarat disamping factor

perilaku hidup sehat yang belum memasyarakat.

Menurut Blum, faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap kesehatan

manusia dibandingkan dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Lingkungan yang sehat diartikan sebagai lingkungan yang konduktif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan bebas polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman

sehat, perencanaan kawasan berwawasan lingkungan dan kehidupan mayarakat yang saling tolong menolong.

Berbagai penyakit yang timbul di masyarakat sebenarnya merupakan suatu indicator dari baik buruknya kondisi lingkungan, sebagai contoh yaitu Leptospirosis. WHO percaya angka kematian Leptospirosis mungkin antara 5% sampai 25% dari pasien yang terinfeksi. Ini

tidak berarti bahwa orang yang terinfeksi dengan akses ke pelayanan kesehatan yang tepat memiliki risiko kematian yang sama.

Leptospirosis merupakan penyakit global, tetapi lebih sering terjadi pada daerah tropis dan subtropis. Leptospirosis dapat juga terjadi di pemukiman miskin di kota-kota besar negara berkembang yang tidak berada di daerah tropis.

(4)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Leptospirosis?

1.2.2 Apakah yang menjadi penyebab terjadinya penyakit Leptospirosis?

1.2.3 Bagaimana cara penularan penyakit Leptospirosis?

1.2.4 Bagaimanakah tanda dan gejala pada penyakit Leptospirosis? 1.2.5 Bagaimanakah pengobatan dan pencegahan penyakit Leptospirosis?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Leptospirosis.

1.3.2 Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit Leptospirosis. 1.3.3 Untuk mengetahui cara penularan penyakit Leptospirosis.

1.3.4 Untuk mengetahui tanda dan gejala pada penyakit Leptospirosis.

(5)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Leptospirosis

Penyakit Leptospirosis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh bakteri

Leptospira Sp. Penyakit ini paling sering ditularkan dari hewan ke manusia ketika orang dengan luka terbuka di kulit melakukan kontak dengan air atau tanah yang telah terkontaminasi air kencing hewan. Bakteri juga dapat memasuki tubuh melalui mata atau selaput lendir.

Hewan yang umum menularkan infeksi kepada manusia adalah tikus, musang, opossum, rubah, musang kerbau, sapi atau binatang lainnya. Karena sebagian besar di Indonesia Penyakit ini

ditularkan melalui kencing Tikus, Leptospirosis popular disebut penyakit kencing tikus.

Menurut WHO (World Health Organization), sekitar 10 juta orang diperkirakan terserang Leptospirosis setiap tahun. Tingkat kematian penyakit ini sulit untuk dihitung, karena

Leptospirosis cenderung terjadi di beberapa bagian dunia dengan pelayanan kesehatan

Gambar 2.2 Bakteri Leptospira secara mikroskopis pada jaringan ginjal menggunakan metode pewarnaan perak. Untuk mendiagnosa

(6)

2.1.2 Ciri-ciri bakteri Leptospira sp.

2.1.2.1 Bakteri Leptospira berukuran panjang 6-20 mikron dan diameter 0,1-0,2 mikron.

2.1.2.2 Bentuknya dapat berkerut-kerut dan terpilin dengan ketat sebagai pembanding.

2.1.2.3 Ukuran sel darah merah hanya 7 mikron.

2.1.2.4 Ukuran bakteri relative kecil dan panjang sehingga sulit terlihat bila menggunakan mikroskop cahaya dan untuk melihat bakteri ini

diperlukan mikroskop dengan teknik kontras. 2.1.2.5 Dapat bergerak maju dan mundur.

2.1.2.6 Leptospira mempunyai kurang lebih 175 serovar. Bahkan lebih dari 200 serovar.

2.1.2.7 Dapat hidup dalam waktu yang lama di air, tanah yang lembab, tanaman,

dan lumpur. 2.2 Penyebab Penyakit Leptospirosis

Penyakit Leptospirasis ini umumnya disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. Bakteri Leptospira sp merupakan golongan bakteri yang biasanya hidup dalam tubuh tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai. Bakteri ini mendiami

ginjal dan dikeluarkan ketika hewan tersebut buang air kecil, dan menginfeksi tanah atau air. Kontaminasi tersebut dapat bertahan dalam tanah atau air selama berbulan-bulan.

Manusia dapat terinfeksi melalui: 2.2.1 Minum air yang terkontaminasi.

2.2.2 Melakukan kontak dengan air atau tanah yang tercemar dan memiliki luka terbuka di

kulit.

2.2.3 Mata, hidung atau mulut melakukan kontak dengan air atau tanah yang tercemar.

(7)

Manusia tidak umum terinfeksi Leptospira, akan tetapi umumnya wabah dapat muncul ketika ada banjir. Manusia jarang menginfeksi manusia lain, tetapi mungkin melakukannya selama hubungan seksual atau menyusui.

2.3 Proses Penularan Penyakit Leptospirosis

Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai. Di Indonesia, penularan paling sering melalui tikus. Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui permukaan

kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung. Bisa juga melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi setitik urin tikus yang terinfeksi Leptospira, kemudian dimakan dan

diminum manusia.

Saat masuk ke ginjal, kuman akan melakukan migrasi ke interstitium, tubulus renal, dan tubular lumen menyebabkan nefritis interstitial dan nekrosis tubular. Ketika berlanjut menjadi

gagal ginjal biasanya disebabkan karena kerusakan tubulus, hipovolemia karena dehidrasi dan peningkatan permeabilitas kapiler. Pada gangguan hati, akan tampak nekrosis sentrilobular

dengan proliferasi sel Kupffer, yang terjadi karena disfungsi sel-sel hati. Leptospira juga dapat menginvasi otot skletal dan menyebabkan edema (bengkak), vacuolisasi miofibril, dan nekrosis lokal.

Gangguan sirkulasi mikro muskular dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat menyebabkan kebocoran cairan dan hipovolemi sirkulasi. Dalam kasus berat akan

menyebabkan kerusakan endotelium kapiler. Gangguan paru adalah mekanisme sekunder dari kerusakan pada alveolar and vaskular interstisial yang mengakibatkan hemoptu. Leptospirajuga dapat menginvasi cairan humor (humor aqueus) mata yang dapat menetap dalam beberapa

bulan, seringkali mengakibatkan uveitus kronis dan berulang.

Meskipun kemungkinan dapat terjadi komplikasi yang berat tetapi lebih sering terjadi

(8)

Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasien. Masa inkubasi leptospirosis adalah dua hingga 26 hari. Sekali berada di aliran darah, bakteri ini bisa menyebar ke seluruh tubuh dan mengakibatkan gangguan khususnya hati dan ginjal.

Penularan tidak langsung terjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air dan lumpur yang tercemar urin hewan seperti tikus, umumnya terjadi saat banjir. Wabah

leptospirosis dapat juga terjadi pada musim kemarau karena sumber air yang sama dipakai oleh manusia dan hewan. Sedangkan untuk penularan secara langsung dapat terjadi pada seorang yang senantiasa kontak dengan hewan (peternak, dokter hewan). Penularan juga dapat terjadi

melalui air susu, plasenta, hubungan seksual, pecikan darah manusia penderita leptospira meski kejadian ini jarang ditemukan.

Gambar 2.3 Proses Penularan Penyakit Leptospirosis

2.4 Tanda dan Gejala Penyakit Leptospirosis

Tanda-tanda dan gejala Leptospirosis biasanya muncul secara tiba-tiba, sekitar 7 sampai

14 hari setelah seseorang terinfeksi. Dalam beberapa kasus, tanda dan gejala tersebut mungkin muncul sebelum atau sesudahnya. Leptospirosis ini memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:

2.4.1 Tanda dan Gejala Leptospirosis Ringan

(9)

 Menggigil

 Batuk  Diare

 Sakit kepala, bisa datang tiba-tiba  Demam tinggi

 Nyeri otot, khususnya punggung bawah dan betis

 Mual

 Hilang nafsu makan

 Mata merah dan iritasi  Nyeri Kulit

Orang yang terkena gejala Leptospirosis biasanya membaik dalam waktu satu minggu tanpa pengobatan. Sebagian kecil dari mereka tidak membaik, dan akan menderita Leptospirosis berat.

2.4.2 Tanda dan Gejala Leptospirosis Berat atau Klinis

Tanda dan gejala ini akan muncul beberapa hari setelah gejala Leptospirosis

ringan telah menghilang. Tanda dan gejala tergantung pada organ vital yang telah terpengaruh oleh bakteri Leptospira Sp.

2.4.2.1 Tanda dan gejala ketika jantung, hati dan ginjal yang terkena:

 Kelelahan

 Detak jantung tidak teratur, seringkali cepat  Nyeri otot

 Tangan, kaki atau mata kaki membengkak

(10)

 Putih mata, lidah dan kulit menguning (jaundice)

Orang yang terkena gejala Leptospirosis berat yang tidak diobati bisa mengalami gagal ginjal yang mengancam jiwa.

2.4.2.2 Tanda dan gejala ketika otak yang terkena

Meningitis mengacu pada infeksi pada lapisan luar otak, sedangkan

ensefalitis mengacu pada infeksi jaringan otak. Tanda-tanda dan gejala bagi meningitis dan ensefalitis adalah serupa, dan dapat mencakup:

 Ruam merah muncul pada kulit. Ketika ditekan, tidak berubah warna

atau memudar

 Agresivitas, atau berperilaku tidak biasa

Meningitis atau ensefalitis yang tidak diobati dapat mengakibatkan kerusakan otak serius, dan dapat mengancam nyawa.

2.4.2.3 Tanda dan gejala ketika paru-paru yang terkena

Tanda dan gejala ini adalah yang paling serius dan mengancam nyawa. Hilangnya fungsi paru-paru, ketika pasien tidak bisa bernapas adalah

kondisi fatal. Tanda dan gejalanya dapat meliputi:  Demam tinggi

(11)

 Batuk darah

Dalam kasus yang parah, akan ada begitu banyak darah sehingga menyebabkan pasien tersedak.

2.5 Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Leptospirosis 2.5.1 Pengobatan

Cara mengobati penderita Leptospirosis yang dianjurkan adalah sebagai berikut :  Pemberian suntikan Benzyl (crystal) Penisilin akan efektif jika secara dini pada

hari ke 4-5 sejak mulai sakit atau sebelum terjadi jaundice dengan dosis 6-8

megaunit secara 1.v, yang dapat secra bertahap selama 5-7 hari.

 Selain cara diatas, kombinasi crystalline dan procaine penicillin dengan jumlah

yang sama dapat diberikan setiap hari dengan dosis 4-5 megaunit secara i.m, separuh dosis dapat Diberikan selama 5-6 hari. Procaine penicillin 1,5 megaunit i.m, dapat diberikan secara kontinue selama 2 hari setelah terjadi albuminuria.

 Penderita yang alergi terhadap penicilline dapat diberikan antibiotik lain yaitu etracycline atau Erythromycine, tetapi kedua antibiotik tersebut kurang efektif

dibanding Penicilline. Tetracycline tidak dapat diberikan jika penderita mengalami gagal ginjal. Tetracycline dapat diberikan secepatnya dengan dosis 250 mg setiap 8 jam i.m atau i.v selama 24 jam, kemudian 250-500 mg setiap 6 jam secara oral

selama 6 hari. Erythromycine diberikan dengan dosis 250 mg setiap 6 jam selama 5 hari.

Terapi dengan antibiotika (streptomisin,khlortetrasiklin, atau oksitetrasiklin), apabila dilakukan pada awal perjalanan penyakit biasanya berhasil. Pemberian (oksitetrasiklin, atau oksitetrasiklin) apabila dilakukan pada awal perjalanan

penyakit, banyak berhasil. Pemberian oksitetrasiklin dengan dosis 10 mg/kg bb selam lima hari pada ternak babi penderita Leptospirosis, dapat memberikan kesembuhan

(12)

2.5.2 Pencegahan

Menurut Widarso pencegahan Leptospirosis dapat dilakukan dengan cara :

 Pendidikan kesehatan mengenai bahaya serta cara menular penyakit, berperan

dalam upaya pencegahan penyakit Leptospirosis.

 Usaha-usaha lain yang dapat dianjurkan antara lain mencuci kaki, tangan serta

bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah.

 Pembersihan tempat-tempat air dan kolam-kolam renang sangat membantu dalam

usaha mencegah penyakit Leptospirosis.

 Melindungi pekerja-pekerja yang dalam pekerjaannya mempunyai resiko yang tinggi terhadap Leptospirosis dengan penggunaan sepatu bot dan sarung tangan.  Vaksinasi terhadap hewan-hewan peliharaan dan hewan ternak dengan vaskin strain

local.

 Mengisolasi hewan-hewan sakit guna melindungi masyarakat, rumah-rumah

penduduk serta daerah-daerah wisata dari urine hewan-hewan tersebut. 2.5.2.7 Pengamatan terhadap hewan pengerikit yang ada disekitar penduduk, terutama di

desa dengan melakukan penangkapan tikus untuk diperiksa terhadap kuman Leptospirosis.

 Kewaspadaan terhadap Leptospirosis pada keadaan banjir.

(13)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

3.1.1 Penyakit Leptospirosis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira Sp.

3.1.2 Bakteri Leptospira Sp merupakan golongan bakteri yang biasanya hidup dalam tubuh tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai.

3.1.3 Penyakit ini paling sering ditularkan dari hewan ke manusia ketika orang dengan luka terbuka di kulit melakukan kontak dengan air atau tanah yang telah

terkontaminasi air kencing hewan.

3.1.4 Penyakit ini ditularkan melalui kencing Tikus, Leptospirosis popular disebut penyakit kencing tikus.

3.1.5 Ada dua jenis utama penyakit Lepitospirosis, yaitu : 3.1.5.1 Leptospirosi ringan

3.1.5.2 Leptospirosis berat

3.2 Saran

Pencegahan atau pengendalian Leptospirosis dapat dilakukan dengan cara memutus siklus penularan melalui pengobatan dan vaksinasi bagi ternak atau hewan kesayangan ;

mengurangi populasi tikus dan meningkatkan sanitasi lingkungan. Dalam upaya pencegahan leptospirosis pada manusia memerlukan aktivitas terintegrasi antara dokter hewan dan dokter, dan peningkatan pengetahuan serta pemahaman masyarakat tentang bahaya

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. ”Apa itu Penyakit Leptospirosis” dalam http://ciricara.com/2012/06/20/apa-itu-penyakit-leptospirosis/ yang diakses tanggal 4 Oktober 2015, pukul 10.00 WIB

Dr Widodo Judarwanto SpA. 2006. “Penyakit Leptospirosis Pada Manusia” dalam http://indonesiaindonesia.com/f/13740-penyakit-leptospirosis-manusia/ yang di akses tanggal 4 Oktober 2015, pukul 10.00 WIB.

Nurhadi, Muhammad. 2012. Kesehatan Masyarakat Veteriner. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

“Penyebab & Gejala Penyakit Leptospirosis pada Manusia” dalam http://www.amazine.co/22886/penyebab-gejala-penyakit-leptospirosis-pada-manusia/ yang diakses tanggal 4 Oktober, pukul 10.00 WIB.

Priyanto, A. 2006. “Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Leptospirosis” dalam http://eprints.undip.ac.id/6320/1/Agus_Priyanto.pdf yang di akses tanggal 4 Oktober 2015, pukul 10.00 WIB.

Gambar

Gambar 2.1 Bakteri Leptospira
Gambar 2.3Proses Penularan Penyakit Leptospirosis

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Bupati Batang Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Taman Pesisir Ujungnegoro Kabupaten Batang sebagaimana telah diubah

PT RATNA JAYA MEBEL merupakan perusahaan penjual mebel, perusahaan ini merupakan perusahaan keluarga milik pribadi. Pertama yang mendirikan perusahaan ini adalah bapak/ibu

Jumlah spektrum lebih sedikit Resolusi spasial Tinggi (0,5 - 4m) untuk pemetaan skala lokal Hanya kawasan kecil yang terliput Resolusi temporal Pemetaan regular memungkin

3. Efficiency : tidak ada estimator lain yang memiliki varians lebih kecil Dalam prakteknya seringkali model regresi yang kita gunakan tidak bisa memenuhi semua asumsi di

Upaya kesehatan berguna untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental terhadap lingkungan yang berubah baik di lingkungan darat, laut dan udara. Ruang lingkup

dibina oleh Puri Mengwi untuk kepentingan pariwisata di puri tersebut juga berfungsi sebagai pengikat hubungan patron-client antara puri dengan masyarakat di

Sehubungan dengan rampungnya kegiatan renovasi Pos Ibadah, maka akan dilaksanakan Ibadah Perdana sekaligus Pengucapan Syukur pada Hari Minggu, tanggal 06 Oktober

Perusahaan “Pulau Teladan” adalah perusahaan yang bergerak di bidang konfeksi. Penelitian di perusahaan “Pulau Teladan” ini menitik beratkan pada produk pakaian