• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Perjanjian Sewa beli Hukum Perik (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Perjanjian Sewa beli Hukum Perik (1)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perikatan merupakan suatu hubungan hukum antara satu pihak dengan pihak yang lain dalam hal lapangan harta kekayaan. Ruang lingkup perikatan adalah untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dan memberikan sesuatu. Adapun sumber perikatan yang tercantum dalam BW dalam pasal 1234 adalah :

1. Perjanjian

2. Undang-Undang, dibagi lagi menjadi 2 yaitu :

a. Kerana perbuatan manusia, dibagi menjadi 2 :

- Perbuatan menurut hukum - Perbuatan melawan hukum b. Undang-Undang saja

Perikatan yang bersumber dari perjanjian salah satu jenisnya adalah perjanjian innominat atau perjanjian tidak bernama dimana nama dan pengaturannya tidak terdapat dalam BW. Latar belakang lahirnya perjanjian innominat ini karena adanya asas yaitu kebebasan berkontrak dari para pihak, jadi para pihak bebas untuk :

a. Membuat suatu perjanjian atau tidak

b. Menentukan dengan siapa mereka akan membuat perjanjian (para pihak)

c. Menentukan isi perjanjian

d. Menentukan bentuk perjanjian, apakah tertulis ataupun lisan

(2)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan perjanjian sewa beli dan dimana letak pengaturannya?

2. Siapakah subjek dalam perjanjian sewa beli? 3. Apakah objek dalam perjanjian sewa beli?

4. Klausul apa saja yang terdapat dalam perjanjian sewa beli? 5. Kapan lahirnya suatu perjanjian sewa beli?

6. Kapan berakhirnya suatu perjanjian sewa beli?

7. Bagaimanakah perbedaan perjanjian sewa beli dengan jual beli angsuran, leasing, jual beli dan sewa menyewa?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud perjanjian sewa beli dan dasar hukumnya.

2. Untuk mengetahui siapakah subjek dan apakah objek dalam perjanjian sewa beli.

3. Untuk mengetahui perbedaan perjanjain sewa beli dengan jual beli angsuran, leasing, jual beli, dan sewa menyewa.

1.4 Manfaat

1. Memperdalam materi tentang perikatan khususnya perjanjian innominat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

(3)

BAB II PEMBAHASAN PERJANJIAN SEWA BELI 2.1 Defnnisni Perjanjnian Sewa Belni

Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata telah memberikan kebebasan pada setiap orang untuk membuat perjanjian. Hal ini erat kaitannya dengan asas kebebasan berkontrak dalam membuat suatu perjanjian.1 Dari pasal tersebut maka pada perkembangannya timbullah perjanjian-perjanjian dalam masyarakat yang tidak diatur dalam KUHPerdata. Seperti perjanjian Sewa Beli atau dikenal dengan istilah HUURKOOP.

Perjanjian sewa beli ini adalah jenis perjanjian tidak bernama (innominaat) yang dalam Pasal 1319 KUHPerdata telah diberikan landasan yuridis mengenai adanya perjanjian tidak bernama. Selain itu Perjanjian sewa beli yang merupakan perjanjian innominaat ini haruslah tunduk pada ketentuan umum KUHPerdata seperti dalam pasal 1337 KUHPerdata yang memberikan batasan bahwasanya segala bentuk perjanjian diperbolehkan apabila tidak dilarang oleh undang-undang atau berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum.

Pengaturan mengenai Perjanjian sewa beli ini terdapat dalam Pasal 1 Surat Keputusan Menteri Perdagangan Dan Koperasi Nomor 34/KP/II/1980 yang menyebutkan bahwa sewa beli (Hire Purchase) merupakan sewa beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli sebagai pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama dan diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut baru beralih

1 Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata,” Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku

(4)

dari penjual kepada pembeli setelah jumlahnya harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual.2

Menurut Subekti, sewa beli sebenarnya semacam jual beli, setidak-tidaknya sewa beli lebih mendekati jual beli daripada sewa menyewa, meskipun ia merupakan campuran dari keduanya dan diberikan jual sewa menyewa. sedangkan menurut Sri Soedewi Masychoen Sofwan, HIRE PUCHASE (HUUR KOOP), ialah lembaga jaminan yang banyak terjadi dalam praktek di indonesia namun sampai kini belum terdapat pengaturannya dalam undang-undang. Perjanjian sewa beli adalah perjanjian dimana hak tersebut akan berakhir pada pembeli sewa jika harga barang tersebut sudah dibayar lunas.3

Menurut Wirjono Prodjodikoro sewa beli adalah pokoknya persetujuan di namakan sewa menyewa barang dengan akibat bahwa si penerima tidak menjadi pemilik, melainkan pemakai belaka, baru kalau uang sewa telah dibayar, berjumlah sama dengan harga pembelian, si penyewa beralih menjadi pembeli yaitu barangnya menjadi miliknya.4

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Perjanjian sewa beli merupakan perjanjian campuran antara perjanjian jual beli dan sewa menyewa. Akan tetapi perjanjian sewa beli lebih cenderung mengarah pada bentuk perjanjian jual beli karena peralihan hak milik adalah hal yang menjadi pokok utamanya. Jadi tujuan sewa beli adalah untuk menjual barang, bukan untuk menyewakan atau menjadi penyewa barang.

2.2 Subjek Perjanjnian Sewa Belni

Terdapat beberapa ahli yang menyebutnya dengan penjual dan pembeli atau penyewa. Menurut Subekti, pihak pembeli menjadi penyewa terlebih dahulu dari barang yang ingin dibelinya. Adapun kewajiban dari para pihak, yaitu sebagai berikut :

2Pasal 1 Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No.34/KP/II/1980 tentang

Perizinan kegiatan usaha sewa beli (hire purchase), Jual beli dengan angsuran, dan sewa (renting)

3Fery Anggryawan, Analisa Yuridis Perjanjian Sewa Beli Sepeda Motor Menurut Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata di Dealer Mamak Motor Sampang, Surabaya: Fakultas

Hukum, Universitas Pembangunan Nasional, 2011, hal 13

http://eprints.upnjatim.ac.id/2840/1/fle1.pdf, diakses tanggal04/05/2014 pukul 10.15 4 Djuhaendah Hasan. 1996. Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan Benda Lain

(5)

a. Hak penjual :

1. Meminta dan menerima harga pembayaran atas angsuran objek yang disewabelikan.

2. Menuntut ganti rugi dan membatalkan perjanjian, bilamana pihak penyewa beli tidak membayar uang angsuran.

3. Menarik kembali objek dari pihak penyewa beli, bilamana ia memindahtangankan kepada pihak ketiga atau menunggak membayar angsuran.

b. Kewajiban penjual :

1. Menyerahkan objek perjanjian kepada penyewa beli.

2. Merawat barang yang akan disewabelikan itu sebaik-baiknya agar dapat dipakai sebagaimana mestinya.

3. Menyerahkan hak milik sepenuhnya kepada pihak penyewa beli apabila pembayaran harga objek yang disewabelikan telah lunas.

Selanjutnya hak dan kewajiban pihak penyewa beli atau pembeli sewa atau lazim disebut pihak kedua.

a. Hak pembeli :

1. Mendapatkan barang yang disewabelinya dari pihak penjual beli walaupun hak milik objek tersebut belum berpindah kepada pihak pembeli sewa sampai harga objek tersebut di bayar lunas.

2. Menuntut pada pihak yang mempersewabelikan atas cacat yang tersembunyi dari barang yang disewabelinya.

3. Memperoleh hak milik sepenuhnya atas objek yang disewabelinya apabila pembayaran harga objek tersebut telah lunas sesuai yang diperjanjikan.

b. Kewajiban pembeli :

1. Membayar uang panjar dan selanjutnya membayar uang angsuran lunas, sesuai yang ditentukan dalam perjanjian.

2. Memelihara objek yang disewabelinya dan bertindak selaku bapak rumah tangga yang baik dan tidak boleh memindahtangankan dalam bentuk apapun sebelum angsuran dilunasi.

2.3 Objek Perjanjnian Sewa Belni

(6)

(assembling) lainnya di dalam negeri, kecuali apabila produksi dalam negeri belum memungkinkan untuk itu. Contohnya : motor, mobil, dll.5

2.4 Klausul dalam Perjanjnian Sewa Belni a. Klausula Eksonerasi

Klausula eksonerasi adalah klausula yang berisi pembatasan pertanggungjawaban dari kreditur. Klausula ini bertujuan untuk membebaskan atau membatasi tanggung jawab salah satu pihak terhadap gugatan pihak lainnya dalam hal yang bersangkutan tidak atau tidak dengan semestinya melaksanakan kewajibannya yang ditentukan dalam perjanjian tersebut.

Klausula eksonerasi yang terdapat dalam perjanjian baku pada umumnya terlihat pada ciri-ciri yang ada yaitu adanya pembatalan tanggung jawab atau kewajiban salah satu pihak (kreditur) untuk membayar ganti rugi kepada debitur. Badrulzaman mengemukakan ciri-ciri klausula eksonerasi sebagai berikut :

1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang relatif lebih kuat dari debitur.

2. Debitur sama sekali tidak menentukan isi perjanjian. 3. Bentuknya tertulis.

4. Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual.6

Ciri khas dari pranata sewa beli yaitu perjanjian bentuk tertulis, meskipun bentuk tertulis bukanlah syarat untuk sahnya suatu perjanjian sewa beli. Dari bentuk tertulis ini timbul perjanjian-perjanjian yang bentuk maupun isinya telah dibuat oleh salah satu pihak. Biasanya pembuat perjanjian baku ini adalah pelaku usaha/kreditur/penjual yang umumnya mempunyai posisi tawar yang lebih kuat.

Kreditur menyodorkan bentuk perjanjian yang berwujud blanko atau formulir dengan klausul-klausul yang sudah ada, kecuali mengenai harga, cara pembayaran, jangka waktu, jenis barang, jumlah serta macamnya. Klausul-kalusul tersebut ada yang berisi pembebasan atau pembatasan tanggung jawab dari pihak yang membuat perjanjian, dalam hal ini pelaku usaha yang ditujukan untuk melindungi

5 Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/80 tentang Perizinan

kegiatan usaha sewa beli (hire purchase), Jual beli dengan angsuran, dan sewa (renting) 6 Maria Darus Badrulzaman. 1980. Perjanjian Baku (Standard) Perkembangan di

(7)

kepentingan pihaknya dari resiko yang mungkin dihadapinya, yang disebut klausula eksonerasi.

Klausula eksonerasi yang muncul dalam perjanjian sewa beli misalnya klausula yang menyatakan bahwa kreditur tidak bertanggung jawab atas segala kerusakan dan kehilangan. Klausula tersebut membatasi tanggung jawab pelaku usaha/kreditur untuk membayar ganti rugi kepada konsumen/debitur.7

b. Klausul Risiko

Berpedoman pada perkara yang pernah di tangani oleh Pengadilan Negeri Surabaya, menurut Subekti, risiko musnahnya barang dalam perjanjian sewa beli ada pada pemilik barang karena selama biaya angsuran belum dibayar secara lunas, hak milik belum berpindah kepada si penyewa beli.

Namun dalam praktek lazim diperjanjikan bahwa peralihan risiko ada pada si penyewa beli karena di penyewa beli dianggap wajib menjaga barang yang di sewa belinya sampai adanya suatu pelunasan pembayaran atas barang tersebut dan hak milik masih barada pada si pemilik barang walaupun penguasaannya ada pada si penyewa beli. Apabila risiko terdapat pada pembeli, maka hal ini akan memberikan jaminan kepada pihak penjual dimana pihak pembeli tidak akan sesuka hati memperlakukan barang yang berada dalam kekuasannya tersebut.8

c. Klausul Penundaan Peralihan Hak Milik

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa hak milik beralih kepada penyewa beli bila ia telah memenuhi semua kewajibannya berdasarkan persetujuan pembelian (uit hoofde van de koopovereenkomst).

Saat peralihan hak milik dapat di sepakati antara kedua belah pihak, dan dalam praktek hak milik berakhir setelah pembayaran angsuran telah lunas.

Penyerahan barang biasanya di lakukan dengan suatu pernyataan saja, karena barangnya sudah berada di dalam kekuasaan

7 Tesis tentang Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Sewa Beli

Kendaraan Bermotor

(8)

si pembeli dalam kedudukannya sebagai penyewa cara penyerahan ini di namakan traditio brevimanu (penyerahan dengan tangan pendek).

d. Klausul Larangan Memindahtangankan Objek Perjanjian

Dikarenakan sewa beli mensyaratkan bahwa pembayaran secara angsuran dan selama proses angsuran hak milik masih ada pada pemilik barang sampai angsuran tersebut lunas, barulah hak milik berpindah pada di pembeli. Maka, dapat disimpulkan bahwa selama proses angsuran barang tersebut, pembeli tidak dapat memindahtangankan barang atau objek perjanjian. Apabila penyewa beli memindahtangankan barang atau objek perjanjian selama masa angsuran, maka dapat dikatakan sebagai penggelapan yang ketentuannya terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 372.

e. Klausul Penarikan Objek Perjanjian oleh Pihak Penjual

Hire-purchase Act 1965 memberikan ketentuan untuk melindungi pihak yang lemah dalam hal ini si “penyewa beli” terhadap penyalah gunaan kekuasaan si pemilik barang,. Larangan bagi pemilik barang untuk mengambil kembali barangnya begitu saja kalau si penyewa menunggak pembayarannya, apabila sudah lebih dari sepertiga harga telah diangsur maka penuntutan pengembalian objek harus melalui perantara Hakim.9

2.5 Lahnirnya Perjanjnian Sewa Belni

Kapan terjadinya perjanjian sewa beli ini tidak ditentukan dengan tegas. Namun apabila melihat dari pasal 1320 KUH Perdata, saat terjadinya perjanjian sewa beli ini adalah pada saat terjadinya persamaan kehendak atau kata sepakat antara penjual dan pembeli atau penyewa. Dari sisi perjanjian formal terjadinya perjanjian sewa beli adalah pada saat ditandatanganinya perjanjian sewa beli oleh para pihak. Jadi, tetap mengacu pada ketentuan pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat sahnya perjanjian, yaitu :

1. Sepakat 2. Cakap

3. Objek Tertentu

(9)

4. Kausa Halal10

Sejak terjadinya perjanjian tersebut maka timbulah hak dan kewajiban dari para pihak, hak penjual adalah menerima uang pokok beserta angsuran setiap bulannya dari pembeli atau penyewa sedangkan kewajiban penjual adalah menyerahkan obyek sewa beli. Hak pembeli atau penyewa adalah menerima barang yang disewabelikan setelah pelunasan terakhir sedangkan kewajiban pembeli adalah membayar uang pokok, uang angsuran setiap bulannya dan merawat barang yang disewabelikan tersebut.

2.6 Berakhnirnya Perjanjnian Sewa Belni

1. Pembayaran objek yang disewabelikan telah lunas sesuai yang telah diperjanjikan.

2. Meninggalnya pembeli sewa namun tidak ada ahli waris yang melanjutkan.

3. Pembeli sewa jatuh pailit.

4. Dilakukan perampasan oleh pihak penjual sewa terhadap pihak lain, hal ini terjadi karena pembeli sewa telah mengalihkan obyek sewa beli kepada pihak lain.

5. Pihak kedua wanprestasi.

6. Adanya putusan pengadilan11

2.7 Perbedaan Perjanjnian Sewa Belni dengan Perjanjnian Jual Belni Angsuran; Leasning; Jual Belni; dan Sewa Menyewa

a. Perbedaan sewa beli dengan jual beli angsuran

Perjanjnian Sewa-Belni Perjanjnian Jual-Belni Angsuran Sewa beli (Hire Purchase) adalah jual

beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati

Jual beli dengan angsuran adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara menerima pelunasan pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dalam beberapa kali angsuran atas harga barang yang

10 Subekti. 2001. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta : Intermasa. Hal. 134

(10)

bersama dan yang diikat dalam suatu diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut beralih dari penjual kepada pembeli pada saat barangnya diserahkan oleh penjual kepada pembeli;

Penyerahan barang pada perjanjian beli sewa tidak menimbulkan peralihan hak milik. Hak milik baru berpindah pada waktu dibayarnya angsuran yang terakhir.

Penyerahan barang telah

menimbulkan perpindahan hak milik atas barang kepada pembeli walaupun uang pembayarannya belum lunas.

Selama pembayaran harga barang belum di lunasi maka pembeli di larang untuk menjual atau mengalihkan hak atas barangnya kepada orang lain. Hal ini merupakan jaminan bahwa barang tidak akan hilang atau rusak selama di kuasai pembeli. Seandainya pembeli tidak bertanggung jawab sebagaimana mestinya atas barang tersebut, maka dapat disimpulkan dari penggunaan kata “sewa” dan “beli”.

Merupakan bentuk khusus dari perjanjian jual beli biasa.

(11)

Perjanjian Sewa-Beli

Leasing

Diatur dalam Keputusan Menteri

Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/80 tentang Perizinan kegiatan usaha sewa beli (hire

Harga barang yang dijual sudah ada sejak awal perikatan.

Harga barang baru muncul setelah debitur memilih utk membeli.

Peralihan hak milik pasti terjadi setelah berakhir masa sewa

Peralihan hak milik terjadi jika lease mempergunakan hak opsi : hak untuk memilih apa ingin memiliki barang

c. Perbedaan sewa belni dengan jual belni dan sewa menyewa

Sewa-Belni Jual-Belni Sewa-Menyewa

Suatu perjanjian dimana pihak yang satu (penjual)

Suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu

(12)
(13)

keputusan

Pengadilan Negeri Surabaya tanggal 5 februari 1951).

Namun dalam

praktik lazim di perjanjikan bahwa risko itu dipikul oleh si penyewa-beli.19

(14)

Larangan bagi pembelian serta penyera-hannya, begitu pula

biaya-Putusan No 2941 K/Pdt/1999 mengenani PERJANJIAN SEWA BELI

(15)

PT. UNITED TRACTORS dan Ny. Marina Situmorang melakukan

perjanjian sewa beli Bulldozer, merk Komatzu sebanyak 2 (dua) unit pada

tanggal 26 September 1995 dengan harga keduanya ditambah dengan PPN

10% sejumlah Rp 1.004.602.454.

Pembayaran dilakukan dengan membayar uang muka terlebih dahulu

sebesar Rp 9.825.000 sedang sisanya sebesar Rp 994.777.454 akan

diangsur dalam 18 bulan. Kemudian dalam pasal 4 ayat 1 perjanjian sewa

beli disebut “Pemillik akan menyerahkan Bulldozer yang disewa kepada

penyewa dalam keadaan siap pakai dst...”

Akan tetapi pada kenyataan Bulldozer yang diserahkan kepada Ny.

Marina Situmorang tidak dilengkapi dengan alat penarik atau disebut

namanya WINS, atas ketidaklengkapan Bulldozer tersebut PT. UNITED

TRACTORS akan segera mengirimnya kelokasi proyek Ny. Marina

Situmorang.

Setelah Bulldozer tersebut dikirim di lokasi proyek ke 2 (dua) unit

Bulldozer tersebut tidak bisa dioperasikan langsung oleh Ny. Marina S

karena tidak ada alat penariknya, beberapa hari kemudian alat penarik

tersebut baru dikirim. Akan tetapi setelah beberapa hari dioperasikan salah

satu Bulldozer mengalami kerusakan. Dari rentetan menunggu Bulldozer

terlengkapi alat penarik sehingga dapat dioperasikan hingga kerusakan

setelah beberapa alat tersebut dioperasikan, Ny. Marina mengalami

kerugian yang membuat dirinya tak mampu mengangsur Bulldozer sesuai

perjanjian.

Sebelumnya hal ini telah diberitahukan oleh Ny marina kepadda PT.

UNITED TRACTORS akan tetapi tidak dihiraukan yang kemudian

mengakibatkan penarikan Bulldozer oleh PT. UNITED TRACTORS. Dari

(16)

TRACTORS mengenai perbuatan melanggar hukum sesuai pasal 1365

KUHPerdata dan Putusan MA RI No. 935 K/PDT/1985.

Dalam hal penyelesaian sengketa yang terjadi, maka menyelesaikan sengketa jika timbul wanprestasi yaitu :25

1. Musyawarah

Penciptaan hak dan kewajiban terhadap pembeli sewa dan penyewa beli tidak selamanya dapat diwujudkan dengan lancer tanpa kendala sampai selesai. Sering sekali timbul sengketa antara kreditur dan debitur sebagai akibat wanprestasi atau perbuatan yang melawan hukum.

Wanprestasi dapat terjadi apabila salah satu pihak, lazimnya debitur tidak melakukan prestasi-prestasi yang tercantum dpada lembaran-lembaran akta perjanjian. Kewajiban utama ialah membayar angsuran dengan jumlah tertentu dan tepat waktunya. Akibat hukumdilalaikannya kewajiban tersebut disertai dengan berbagai alasan yang dapat dijadikan dasar pembenar bagi debitur, maka kreditur dapat menerima / menolaknya. Akibat wanprestasi debitur (misalnya tidak membayar angsuran), maka kreditur dapat melakukan teguran yaitu dengan mengirimkan surat teguran / surat peringatan dapa debitur.

Dalam penyelesaian sengketa antara penjual sewa dan pembeli sewa, baik karena wanprestasi / perbuatan melanggar hukum, ternyata mendeskripsikan bahwa masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban, sehingga saling ingin memenuhi kepentingannya dengan menekan kerugian yang sekecil-kecilnya, cara musyawarah untuk mencapai mufakat merupakan pilihan utama untuk ditempuh terlebih dahulu oleh para pihak.

2. Jalur Hukum

Klausul-klausul perjanjian yang dibuat para pihak, yaitu kreditur dan debitur sewa beli merupakan undang-undang bagi mereka, sehingga harus mematuhinya. Dalam hal ini perjanjian yang berlaku sebagai hukum tersebut, memberikan ancaman sanksi yang dibuat

25 Heru Guntoro, Aspek Hukum Perjanjian sewa Beli Kendaraan Bermotor, hal 10-11

(17)

oleh mereka sendiri.Biasanya barubenar dilaksanakan, jika sudah terbentang jalan buntu untuk berdamai. Dalam perjanjiansewa beli kendaraan bermotor telah ditentukan bahwa tentang perjanjian sewa belidansegala akibat hukumnya,para pihak memilih domisili (tempat kediaman hukum) di kantor panitera Pengadilan Negeri yang ditunjuk. Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa para pihak telah menunjuk pengadilan sebagai pemutus sengketa,apabila terjadi perselisihan di antara mereka.

Kreditur dan debitur lebih cenderung menghindari jalur hukum ke pengadilan, jika tidak terpaksa. Alasan utamanya adalah masalah biaya, waktu dan tenaga. Apabila memang terpaksa ditempuh jalan mengajukan gugatan ke pengadilan, baik secara perdata atau pidana maka cara ini merupakan pilihan terakhir.

(18)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesnimpulan

Perjanjian sewa beli merupakan perjanjian campuran antara perjanjian jual beli dan sewa menyewa. Akan tetapi perjanjian sewa beli lebih cenderung mengarah pada bentuk perjanjian jual beli karena peralihan hak milik adalah hal yang menjadi pokok utamanya. Jadi tujuan sewa beli adalah untuk menjual barang, bukan untuk menyewakan atau menjadi penyewa barang. Hal yang menjadi penting dalam Perjanjian Sewa Beli adalah mengenai klausulnya seperti Klausula Eksonerasi, Klausul Risiko, Klausul Penundaan Peralihan Hak Milik, Klausul Larangan Memindahtangankan Objek Perjanjian, dan Klausul Penarikan Objek Perjanjian oleh Pihak Penjual.

Risiko musnahnya barang dalam perjanjian sewa beli ada pada pemilik barang karena selama biaya angsuran belum dibayar secara lunas, hak milik belum berpindah kepada si penyewa beli. Namun dalam praktek lazim diperjanjikan bahwa peralihan risiko ada pada si penyewa beli karena di penyewa beli dianggap wajib menjaga barang yang di sewa belinya sampai adanya suatu pelunasan pembayaran atas barang tersebut dan hak milik masih barada pada si pemilik barang walaupun penguasaannya ada pada si penyewa beli. Apabila risiko terdapat pada pembeli, maka hal ini akan memberikan jaminan kepada pihak penjual dimana pihak pembeli tidak akan sesuka hati memperlakukan barang yang berada dalam kekuasannya tersebut.

(19)

Hal ini menurut kelompok kami perlu adanya pengaturan tegas mengenai risiko tersebut. Karena apabila dilihat dari segi hak milik, objek pada perjanjian sewa beli baru berpindah setelah angsuran sesuai perjanjian telah dilunasi. Dari hak milik ini dapat disimpulkan bahwa risiko seharusnya ditanggung oleh penjual bukan oleh pihak penyewa beli.

Kelompok kami merasa bahwa perjanjian sewa beli dirasa menguntungkan bagi kedua belah pihak. Dimana bagi pihak penjual, ia dapat menjual barangnya dan mendapatkan pembeli yang jumlahnya lebih banyak juga penjual lebih merasa aman karena selama harga barang belum dilunasi, maka hak milik belum berpindah kepada pembeli. Bagi pihak pembeli, ia dapat menikmati manfaat dari barang tersebut dan dapat menjadi pemilik barang tersebut ketika ia telah membayar uang angsuran seharga barang tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Djuhaendah Hasan. 1996. Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan Benda Lain yang melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal. Bandung : Citra Aditya Bakti

Fery Anggryawan, Analisa Yuridis Perjanjian Sewa Beli Sepeda Motor Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata di Dealer Mamak Motor Sampang, Surabaya: Fakultas Hukum, Universitas Pembangunan Nasional, 2011, http://eprints.upnjatim.ac.id/2840/1/fle1.pdf, diakses tanggal 04/05/2014 pukul 10.15

Heru Guntoro, Aspek Hukum Perjanjian sewa Beli Kendaraan Bermotor, Banyuwangi: Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945, 2010, http://untag-banyuwangi.ac.id/attachments/artic le/366/ASPEK%20HUKUM %20PERJANJIAN%20SEWA%20BELI%20KENDARAAN%20BERMOTOR.pdf diakses pada tanggal 04/05/2014 pukul 19.39

Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/80 tentang Perizinan kegiatan usaha sewa beli (hire purchase), Jual beli dengan angsuran, dan sewa (renting)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek)

Referensi

Dokumen terkait

PELAXSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI MOBIL BEIGS.. PAI}A

Dan dari uraian yang penulis uraikan tersebut diatas, banyak hal yang menarik untuk di selesaikan dalam praktik perjanjian kredit sewa-beli armada taksi pada Koperasi

Dalam penelitian ini menggunakan metode normatif sosiologis, karena penelitian ini yang dicari adalah tanggungjawab hukum dalam perjanjian sewa beli kendaraan

Nurul Huda Br. Jasa Motor Jaya Belawan dalam melakukan sewa beli menggunakan bentuk perjanjian baku yang mengikat para pihak. Klausula-klausula dalam perjanjian tersebut telah

mengenai tata cara angsuran, hak dan kewajiban para pihak, antara lain larangan Perjanjian sewa beli merupakan perjanjian yang tidak diatur dalam Kitab. Undang Hukum

Skripsi yang berjudul “TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR OLEH PEGAWAI NEGERI SIPIL” ini diajukan untuk melengkapi syarat ujian

Kedudukan hukum karyawan PT PLN (Persero) terhadap perjanjian sewa beli rumah negara sangat lemah, oleh karena peralihan tanah dan bangunan digunakan dengan memakai perjanjian sewa

1) Penjual sewa berhak atas pembayaan harga kendaraan bermotor dari pembeli sewa, sesuai dengan kesepakatan mereka dalam perjanjian. 2) Penjual sewa berhak aas pembayaran uang