• Tidak ada hasil yang ditemukan

ACARA IV ACARA IV ACARA IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ACARA IV ACARA IV ACARA IV"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ACARA IV

UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH (AIR LIUR & EMPEDU) A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Tujuan praktikum

a. Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia air liur.

b. Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia cairan empedu 2. Waktu praktikum

Selasa, 6 Oktober 2015 3. Tempat praktikum

Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram

B. LANDASAN TEORI

Terdapat besar- kecil tersebar pada tunica mucosa rongga mulut. Kelenjar lendir pada bibir bagian dalam sesungguhnya dapat disebut kelenjar ludah juga. Lidah juga memiliki kelenjar ludah. Ada tiga kelenjar ludah besaryang membina bangunan khusus yang letaknya sekitarmulut dan bermuara ke dalam rongga mulut. Ketiga kelenjar tersebut masing- masing berpasangan kiri-kanan dan diberi nama menurut tempatnya. Ketiga kelenjar tersebut antara lain: kelenjar bawah telinga, kelenjar bawah rahang, kelenjar bawah lidah. Muara saluran ketiga kelenjar terletak di: kelenjar bawah telinga bermuara dekat geraham belakang (molar) atas yang kedua; kelenjar bawah rahang dan kelenjar bawah lidah, sama bermuara dekat pangkal lidah (Yatim,1990:136).

Cairan empedu dibuat dalam hati dan disimpan dalam kantung empedu apabila tidak digunakan. Kantung empedu ini terdapat melekat pada hati. Pada waktu ada proses pencernaan makanan, kantung empedu berkontraksi dan mengeluarkan cairan empedu ke dalam duodenum, melalui saluran yang menyatu dengan saluran cairan pancreas pada bagian akhir. Cairan empedu merupakan merupakan cairan jernih, berwarna kuning, agak kental dan mempunyai rasa pahit. Selam 24 jam dihasilkan cairan empedu sebanyak 500 ml sampai 700 ml dan mempunyai pH antara 6,9 sampai 7,7. Kontraksi dan pengunduran kantung empedu diatur oleh hormone kolesistokinin yang dibentuk dalam sel usus, sebagai akibat adanya makanan yang masuk ke dalam usus, terutama protein dan lemak. Cairan empedu mengandung zat-zat anorganik yaitu: HCO3-, Cl-, Na+ dan K+ serta zat-zat anorganik, yaitu asam-asam empedu, bilirubin dan kolestrol (Poedjiadi dan Supriyanti,2009:224).

(2)

dan dilakukan pada manusia. Penelitian dan pengembangan pemanfaatan air liur sebagai mediator uji noninvasive pada ternak atau hewan piaraan perlu segera dilakukan terutama dalam mengantisipasi tuntutan kesejahteraan hewan/animal welfare bagi industri peternakan masa depan(Depamede,2014).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat terlihat adanya korelasi linieritas yang tinggi antara kosentrasi aseton pada air liur dan kadar gula dalam darah setelah puasa selama dua belas jam baik untuk non penderita DM (R2= 0,985) dan penderita DM (R2= 0,986) dengan persamaan linieritas untuk non penderita DM y = 3003,x + 13,83 serta y = 11898x - 597,8 untuk penderita DM. Sedangkan, pengukuran setelah 2 jam berpuasa belum menunjukkan hubungan yang linier antara kosentrasi aseton dalam air liur dan kadar gula dalam darah. Kadar aseton dalam air liur orang normal setelah berpuasa dua belas jam hanya mencapai nilai tertinggi pada angka 3.36×10-2mol/l, sementara kadar aseton minimum dalam air liur penderita DM juga setelah berpuasa selama dua belas jam mencapai nilai 6.00×10-2mol/l(Muttaqin dan Mursaini,2012).

Kuman ini dijadikan parameter penelitian karena kuman ini terdapat juga di dalam air liur. Untuk mengetahui jumlah minimal kuman Streptococcus mutans

didalam air liur telah dilakukan kumur sehari 5 kali a 100 ml Aquanar dengan hasil dapat mengurangi jumlah kuman tersebut dibandingkan dengan Aqua. Secara empiris jamu atau obat asli Indonesia sudah sejak zaman dahulu tidak berbahaya,namun pemakaianya harus dengan dosis yang sama. Kumur dengan jamu Aquanar dengan dosis 5 X 100 ml/hari mempunyai nilai yang cukup untuk menghambat pertumbuhan kuman Streptococcus mutans asal air liur. Memang penelitian ini masih sederhana dan tidak dilakukan percobaan terhadap obat Asli Indonesia lainya yang beredar dipasaran , serta uji bahan tidak dilakukan terhadap kuman lain flora dalam rongga mulut . Namun demikian tentunya diperlukan ketelitian terutama dalam pemilihan bahan dan kondisi steril harus dipenuhi dalam seluruh tahap penelitian. Jika syarat itu tidak dipenuhi kemungkinan yang tumbuh bukan kuman melainkan jamur(Muthalib,dkk,2009).

C. ALAT DAN BAHAN 1. Alat-alat praktikum

(3)

c. Pipet tetes

d. Pipet volume 2 ml e. Rak tabung reaksi f. Rubber bulb g. Spatula h. Tabung reaksi i. tissue

2. Bahan Praktikum a. Aquades

b. Asam sulfat pekat c. Cairan empedu d. Cairan saliva e. Kertas saring

(4)

m. larutan HCl

n. Larutan NaOH 10% o. minyak gorng p. pH stick D. SKEMA KERJA

1. Air Liur

a. Penetapan pH Air Liur

Air Liur tanpa penyaringan

Ukur pH dengan pH stick

Hasil

b. Uji Biuret

2 mL Air Liur tanpa penyaringan + 2 mL NaOH

Dikocok + CuSO4 0,1 M Dikocok Hasil

c. Uji Molisch

2 mL Air Liur tanpa penyaringan + 2 tetes alpha-naftol

Dikocok

+ 2 mL H2SO4 melalui dinding tabung Hasil

d. Uji Presipitasi

2 mL Air Liur yang telah disaring

Dimasukkan ke tabung reaksi + 1 tetes asam asetat encer Hasil

(5)

1 mL Air Liur yang telah disaring + 3-5 tetes HCL

Dimasukkan ke tabung reaksi + 5-10 tetes BaCl2 2% Dikocok

Hasil 2. Empedu

a. Sifat Empedu

 Dicatat sifat-sifat fisik empedu

b. Uji Gmelin

3 mL HNO3 pekat

o Dimasukan ke tabung reaksi

o + 3 mL larutan empedu encer dengan hati-hati

Hasil c. Uji pettenkofer

5 mL larutan empedu encer

o Dimasukkan ke tabung reaksi o + 5 tetes larutan sukrosa

o + 3 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung

Hasil d. Fungsi Empedu Sebagai Emulgator

Tabung 1 Tabung 2

+ 3mL air suling + 3 mL air suling

+ 3 tetes minyak + 3 tetes minyak

+ 3 mL larutan empedu encer

Hasil Hasil

(6)

NO PROSEDUR PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN 1. Air Liur

a. Penetapan pH air ludah

 Diukur pH air ludah dengan menggunakan pH stik

pH = 7

artinya air liur bersifat netral

b. Uji Biuret

 Dimasukkan 2 mL Air liur tanpa disaring ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan NaOH 10% kemudian dikocok

 Selanjutnya ditambahkan CuSO4 0,1 M lalu dikocok

- Warna NaOH = bening - Warna air liur =bening - Warna CuSO4 = biru

- Setelah dicampurkan warna larutan menjadi ungu terdapat sedikit endapan berwarna biru

c. Uji Molisch

 Dimasukkan 2 mL air liur tanpa disaring ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 2 tetes Alpha-Naftol kemudian dikocok

 Selanjutnya ditambahkan H2SO4 melalui dinding tabung

- Warna air liur= bening

- Warna Alpha-Naftol = cokelat - Warna H2SO4 = bening

- Setelah dicampur terdapat lapisan cokelat di bawah permukaan air

- Dan ketika ditambahkan H2SO4 warna campuran menjadi cokelat pekat

d. Uji Presipitasi

 Dimasukkan 2 mL air liur ke dalam tabung reaksi

 Kemudian ditambahkan 1 tetes asam asetat encer

- Warna CH3COOH = bening - Setelah dicampurkan terdapat

(7)

e. Uji sulfat

 Dimasukkan 1 mL air liur ke dalam tabung reaksi , lalu ditambahkan 3-5 tetes HCl

 Kemudian ditambahkan 5-10 tetes BaCl2 2% lalu dikocok

- Warna HCl = bening

- Warna air liur + HCl = jernih - Warna BaCl2 2% = bening - Setelah ditambahkan BaCl2

warnanya menjadi sedikit keruh dan terdapat partikel-- Warna cairan hijau pekat b. Uji Gmelin

- Atas cokelat dan bawah bening

c. Uji Pettenkofer

 Dimasukkan 5 mL larutan empedu encer ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 5 tetes sukrosa 5 %

 Lalu ditambahkan 3 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung sehingga terbentuk 2 lapisan .

- Warna empedu= hijau - Warna sukrosa = bening

- Setelah dicampurkan warnanya

d. Fungsi Empedu Sebagai Emulgator

 Disediakan 2 tabung reaksi.

Tabung 1

(8)

Pada masing-masing tabung dimasukkan 3 mL air suling

 Pada kedua tabung

ditambahkan 1 tetes minyak

 Pada tabung kedua

ditambahkan 3 mL larutan empedu encer

 Kemudian kedua tabung dikocok dan diamati

Tabung 2

- air yang ditambahkan minyak dan cairan empedu encer bisa menyatukan air dan minyak - Terbentuk 2 lapisan:

Atas putih berbusa dan bawahnya hijau

F. ANALISIS DATA 1. Reaksi Kimia

Amilum(s) + H2O(l) → Amilum(aq)

Amilum + Iodin → Amilodestrin (biru tua) Amilodestrin + Amilase → Eritrodestrin

Amilodekstrin (aq) + H2O → Eritodekstrin (aq) Eritodekstrin (aq) + H2O → Akrodekstrin (aq) Akrodekstrin (aq) + H2O → Maltosa (aq)

2. Proses Hidrolisis

3. Reaksi Hidrolisis

akrodestrin (tidak berwarna)

amilodestrin amilase ∆

amilum

(9)

O

Pada praktikum kali ini dilakukan beberapa percobaan yang bertujuan untuk menguji sifat fisik dan kimia air liur dan cairan empedu.

Lebih kurang 60% berat

badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit).

Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin,

dan kandungan lemak dalam tubuh.

Pada percobaan ini digunakan air liur dan cairan empedu sebagai cairan tubuh. Air liur atau saliva memiliki peran penting dalam system pencernaan makanan. Saliva berfungsi untuk memudahkan dalam menelan makanan, melindungi rongga mulut dari kekeringan, panas, asam dan basa, dan untuk membantu pencernaan kimiawi, sedangkan empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan, yang disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Empedu dihasilkan secara terus-menerus oleh hati, akan tetapi ditampung dalam sebuah alat penampungan yaitu kantung empedu diantara waktu makan

(10)

uji warna yang dilakukan untuk mengetahui adanya protein dalam air liur. Uji biuret ini khas untuk mengetahui adanya ikatan peptide yang ada pada protein. Dimana dalam suasana basa (akibat penambahan NaOH) Cu2+ akan bereaksi dengan gugus – CO dan –NH2 pada asam amino dalam protein sehingga membentuk suatu kompleks berwarna. Dari uji yang dilakukan didapatkan hasil positif yang artinya di dalam air liur terdapat protein. Hal ini karena air liur mengandung enzim amilase yang merupakan suatu protein dan musin yang merupakan suatu glikoprotein serta senyawa-senyawa protein lain yang juga terkandung dalam air liur.

Uji molish yang dilakukan pada air liur adalah uji warna untuk mengetahui adanya karbohidrat pada air liur. Hasil yang didapat adalah positif yaitu Warna Alpha-Naftol cokelat Warna bening Setelah dicampur dengan H2SO4 terdapat lapisan cokelat di bawah permukaan air, warna campuran menjadi cokelat ini hasil reaksi kondensasi antara hidroksimetilfurfural dengan α-naftol. Hidroksimetilfurfural terbentuk dari reaksi dehidrasi dengan H2SO4 dengan gula heksosa. Hal ini dikarenakan adanya karbohidrat yang dapat berupa maltose atau glukosa (yang merupakan gula heksosa) hasil pemecahan amilum oleh enzim maltase yang masih tersisa dari proses pencernaan makanan.

Air liur yang ditambahkan asam asetat encer pada uji presipitasi terdapat endapan berwarna putih yang mengapung pada permukaan larutan seperti gel. Hal ini terjadi karena adanya koagulasi dari melekul-molekul yang berupa protein (misalnya enzim amilase) yang terkandung pada air liur. Dimana protein pada penambahan asam akan menyebabkan terjadinya koagulasi.

Uji sulfat dilakukan untuk mengetahui adanya sulfat dalam air liur. Setelah ditambahkan BaSO4 warnanya menjadi sedikit keruh dan terdapat partikel-partikel kecil yang menyebar. Hasil yang didapat adalah positif yang ditandai dengan adanya endapan/butiran-butiran putih BaSO4. Hal ini dikarenakan dalam air liur juga terkandung ion sulfat.

(11)

bilirubin ini dapat dibuktikan dengan reaksi gmelin sehingga diperoleh hasil positif yang menghasilkan turunan yang berwarna yang ditandai dengan adanya banyak fase yang terbentuk yang terdiri dari berbagai warna). Hal ini terjadi akibat oksidasi bilirubin yang merupakan pigmen empedu oleh HNO3. Terbentuk 3 lapisan: Atas warna hijau, tengah cokelat, dan bawah bening. Kemudian ditambahkan 3 mL larutan empedu encer dengan hati-hati Setelah dikocok , terbentuk 2 lapisan :Atas cokelat dan bawah bening. Diamati warna-warna yang terbentuk Pada uji pettenkofer Dimasukkan 5 mL larutan empedu encer ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 5 tetes sukrosa 5 % Setelah dicampurkan warnanya hijau Kemudian setelah ditambahkan H2SO4 , terbentuk 2 lapiasan :

Atas cokelat dan bawahnya bening

larutan sukrosa dengan H2SO4 sehingga terbentuk gula heksosa yang kemudian membentuk suatu senyawa hidroksimetilfurfural yang dengan adanya cairan empedu akan terbentuk suatu cincin ungu.

Pada percobaan untuk membuktikan fungsi empedu sebagai emulgator ternyata didapatkan hasil yang positif yang ditandai dengan terbentuknya emulsi yang stabil dari minyak yang semula tidak bercampur dengan air. Percobaan minyak ditambahkan air tidak dapat bersatu antara minyak dan air, sedangkan setelah dicampurkan cairan empedu cairan empedu encer bisa menyatukan air dan minyak terbentuk 2 lapisan: Atas putih berbusa dan bawahnya hijau Empedu memegang peran penting dalam proses pencernaan lemak. Dimana garam-garam empedu ini mempunyai peranan sebagai pengemulsi, penghancuran dari molekul-molekul besar lemak (dalam hal ini yang digunakan adalah minyak) menjadi suspensi dari lemak. Garam-garam empedu ini bergabung dengan lemak dan membentuk micelles, yaitu kompleks yang larut dalam air. Hal inilah yang menyebabkan lemak lebih mudah terserap dalam system pencernaan (efek hidrotrofik)

H. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Sifat fisik air liur yaitu berwarna bening dan sedikit kental. Sifat kimia air liur mengandung komponen anorganik eperti karbohidrat( misalnya matosa atau glukosa, sulfat, enzim amylase ataupun protein. pH air liur berkisar 6-7.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Urutan sistem pencernaan pada manusia adalah .... Enzim amilase dihasilkan oleh .... Enzim yang berfungsi mengubah polipeptida menjadi asam amino adalah ...... a. Lambung

Tujuan penelitian ini adalah : mempelajari pengaruh penambahan volume enzim alfa-amilase dan gluko-amilase pada proses hidrolisa terhadap kadar glukosa yang dihasilkan,

Pada temperatur diatas 60°C kelarutan protein akan berkurang (koagulasi) karena pada temperatur yang tinggi energi kinetik molekul protein meningkat sehingga terjadi

“Perbandingan pH dan Aktivitas Enzim Amilase Air Liur pada Perokok Filter dan Nonfilter di Kalangan Penarik Becak Bermotor di Kota Medan Tahun 2011” ini saya

Dimulai dari mulut oleh enzim ptialin/ amilase, pada lambung ptialin relatif tidak bekerja karena pHnya sangat asam, (1,5-3), yang paling berperan adalah amilase dalam

Tujuan penelitian ini adalah : mempelajari pengaruh penambahan volume enzim alfa-amilase dan gluko-amilase pada proses hidrolisa terhadap kadar glukosa yang dihasilkan,

Asam amino yang terkandung dalam protein ini tidak selengkap pada protein hewani, namun penambahan bahan lain yaitu dengan mencampurkan dua atau lebih sumber protein yang berbeda jenis

Asam amino hasil pencernaan oleh enzim proteolitik enzim yang menguraikan protein menjadi molekul yang lebih kecil diserap ke darah dengan bantuan fidroksal fosfat bentuk aktif vitamin