• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian sarapan terhadap memori jangka pendek siswa Kelas Viii Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh pemberian sarapan terhadap memori jangka pendek siswa Kelas Viii Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Surakarta"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

PENGARUH PEMBERIAN SARAPAN TERHADAP MEMORI JANGKA

PENDEK SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

NEGERI 4 SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

DIAN KARTIKA SARI

G 0008081

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Pengaruh Pemberian Sarapan Terhadap Memori

Jangka Pendek Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 4

Surakarta

Dian Kartika Sari , NIM : G0008081, Tahun : 2011

Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari Selasa , Tanggal 19 April 2011

Pembimbing Utama

Endang Sutisna Sulaeman, dr., M.Kes.

NIP. 19560302 198312 1 002 (...)

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM

(3)

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Juli 2011

(4)

commit to user

iv ABSTRAK

Dian Kartika Sari, G0008081, 2011. Pengaruh Pemberian Sarapan terhadap Memori Jangka Pendek Siswa Kelas VIII Sekolah Mengengah Pertama Negeri 4 Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan Penelitian: untuk mengetahui adakah pengaruh sarapan terhadap memori

jangka pendek pada pelajar SMP N 4 Surakarta.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu atau

quasi experiment dengan pretest-posttest with control group design yang

dilaksanakan pada 26 Juli 2011 di SMP N 4 Surakarta. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP N 4 Surakarta. Besar sampel sejumlah 30 siswa kelas VIII SMP N 4 Surakarta. Pengambilan sampel dilaksanakan secara random sampling

dengan kriteria inklusi adalah: (1) Pelajar yang terdaftar sebagai siswa SMP N 4 Surakarta kelas VIII, (2) Peringkat 5 besar di kelasnya. Sampel tidak dapat dipilih jika (1) Tidak diizinkan oleh pihak sekolah sebagai subjek penelitian, (2) Tidak bersedia sebagai subjek penelitian, (3) Telah sarapan sebelum penelitian. Sampel yang sesuai kriteria inklusi dipilih 30 orang secara random. Sampel mengisi check

list kebiasaan sarapan. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok yang diberi

sarapan dan yang tidak diberi sarapan. Kedua kelompok diberi tes memori jangka pendek sebelum dan sesudah perlakuan. Analisis menggunakan (1) Uji normalitas data Shapiro-Wilk, (2) Uji Independent t test pada nilai pretest, (3) Uji Mann-Whitney melalui program SPSS 17.0 for Windows.

Hasil Penelitian: menunjukkan: (1) rerata nilai pretest untuk kelompok perlakuan 5,27 ± 1,39 dan untuk kelompok kontrol 5,89 + 1,28, sedangkan nilai posttest

untuk kelompok perlakuan 6,61 + 0,80 dan untuk kelompok kontrol 6,39 + 1,02, (2) hasil uji Independent t test menunjukkan p = 0,221, (3) hasil uji Mann-Whitney menunjukkan p = 0,573.

Simpulan Penelitian: Dari 15 siswa yang tidak mendapat sarapan, 11 orang (73,33%) mengalami peningkatan memori jangka pendek, sedangkan 15 siswa yang mendapat sarapan, 13 orang (86,67 %) mengalami peningkatan memori jangka pendek. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan pemberian sarapan terhadap memori jangka pendek siswa SMP Negeri 4 Surakarta.

(5)

commit to user

v ABSTRACT

Dian Kartika Sari, G0008081, 2011. Effect of Breakfast on Short-Term Memory

in Grade VIII Students of Junior High School 4 Surakarta. Medical Faculty of Sebelas Maret University Surakarta.

Objectives: This study aim to find out there was any influence of breakfast on the short-term memory in grade VIII student of Junior High School 4 Surakarta.

Methods: This study was a pseudo-experiment or quasi-experimental research with pretest-posttest with control group design that was held on July 26, 2011 in Junior High School 4 Surakarta. Research subjects were junior high school students in grade VII. Data was collected by using random sampling with inclusion criteria were (1) Students who are enrolled as a student of class VII Junior High School 4 Surakarta, (2) Ranking the Top 5 in its class. Samples can not be selected if (1) was not permitted by the school as a research subject, (2) Not available as a research subject, (3) Had breakfast before the study. Appropriate sample inclusion criteria were randomly selected 30 people. Sample fill the breakfast habit check list. The samples were divided into 2 groups, groups that were given breakfast and were not given breakfast. Both groups were given short-term memory tests before and after treatment. Analysis using (1)

Shapiro-Wilk Test normality of data, (2) Test Independent t tests on the pretest, and (3)

Mann-Whitney test with SPSS 17.0 for Windows.

Result: This study demonstrates (1) average pretest values for the treated group 5.27 ± 1.39 and for control group 5.89 + 1.28, while the posttest for the treated group 6.61 + 0.80 and for group control 6.39 + 1.02, (2) test results Independent t

test showed p = 0.221, (3) the results of Mann-Whitney test showed p = 0.573.

Conclusions: 11 students (73.33%) of the 15 students experienced an increase in short-term memory, while 15 students received breakfast, 13 student (86.67%) experienced an increase in short-term memory. There was no significant effect of breakfast on the short-term memory grade VIII student of Junior High School 4 Surakarta.

(6)

commit to user

vi PRAKATA

Alhamdulillaah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah merahmati, memberi petunujuk, dan kesabaran sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Sarapan terhadap Memori Jangka Pendek Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Surakarta”.

Skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana S1 di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta ini, tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Atas pertolongan Allah SWT, bimbingan dan dukungan berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zaenal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. dr. Muthmainah, M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. dr. H. Endang Sutisna Sulaeman, M.Kes. selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat. 4. Sumardiyono, S.K.M., M.Kes., selaku Pembimbing Pendamping yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.

5. Drs. Hardjono, M.Si., selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.

6. Drs. Bagus Wicaksono, M.Si., selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.

7. Ayah, Ibu, kakak, bibi, seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral, material, serta doa untuk terselesaikannya skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kerja sama dan semangatnya.

9. Teman-teman mahasiswa Psikologi yang telah meminjamkan buku-buku referensi.

10.Teman-teman Liqo’ yang senantiasa mendoakan.

11.Adik-adik siswa kelas VIII SMP N 4 Surakarta yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.

12.Ibu Dwi Maryati (Guru SMP NEGERI 4 Surakarta) atas semua bantuannya.. 13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Meskipun laporan skripsi ini masih belum sempurna, penulis berharap dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, Juli 2011

(7)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. LANDASAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Asupan Makanan ... 5

2. Memori ... 13

2. Hubungan Sarapan dengan Memori... 21

B. Kerangka Pemikiran ... 24

C. Hipotesis ... 24

BAB III. METODE PENELITIAN ... 25

A. Jenis Penelitian... 25

B. Lokasi Penelitian... 25

C. Subjek Penelitian ... 25

(8)

commit to user

viii

E. Rancangan Penelitian ... 26

F. Identifikasi Variabel... 26

G. Definisi Operasional Variabel ... 27

H. Alat dan Bahan Penelitian ... 27

I. Prosedur Penelitian ... 28

J. Analisis Hasil ... 29

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 30

A. Deskripsi Sampel ... 30

B. Analisis Statistika... 32

BAB V. PEMBAHASAN ... 37

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 42

A. Simpulan ... 42

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indeks Glikemik Berbagai Makanan ... 7

Tabel 2. Distribusi Sampel Peringkat di Kelas ... 30

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Perlakuan dan Usia ... 31

Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 31

Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Kebiasaan Sarapan...32

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data dengan Shapiro-Wilk Test ... 33

Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest dengan Levene’s Test... 34

Tabel 8. Hasil uji Independent t Test... 35

(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari SMP N 4 Surakarta

Lampiran 2. Nilai Tes Memori Jangka Pendek SMP N 4 Surakarta

Lampiran 3. Soal Tes Memori Perintah (Alpha Test)

Lampiran 4. Uji Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Distribusi Sampel

Berdasarkan Peringkat pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol

Lampiran 5. Uji Chi-Square Persebaran Jenis Kelamin pada Kelompok

Perlakuan dan Kontrol

Lampiran 6. Uji Normalitas Data Shapiro Wilk pada Kelompok Perlakuan dan

Kontrol

Lampiran 7. Uji Independent t Test Perbandingan Nilai Pretest Kelompok

Perlakuan dan Kontrol

Lampiran 8. Uji Mann-Whitney Perbandingan Nilai Posttest Kelompok

(12)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sarapan mempunyai peran yang penting dalam diet sehari-hari. Tanpa

sarapan, seseorang akan mengalami hipoglikemia atau penurunan kadar

glukosa (Wiharyanti, 2006). Sarapan dapat menyediakan glukosa untuk

meningkatkan kadar glukosa darah (Muchtar, 2009). Penelitian terhadap anak

usia 11-14 tahun memberi kesimpulan bahwa kenaikan gula darah yang

dicapai setelah sarapan berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan

kognitif siswa (Micha et al., 2010).

Menurut Williams et al. (1966), Departemen Pertanian Amerika

Serikat membuat program sarapan di sekolah. Berdasarkan keterangan In the

House of Representatives, program tersebut dijalankan di 84000 sekolah dan

pada tahun 2008 hampir mencakup 8,5 juta anak sekolah (Hanley, 2010).

Selama 20 tahun terakhir, beberapa penelitian mengenai kesuksesan program

tersebut banyak dilakukan. Meskipun dari beberapa studi ditemukan hasil

yang berbeda, terdapat satu kesamaan bahwa sarapan untuk siswa cukup

signifikan meningkatkan kemampuan kognitif, kesiapan menerima informasi,

meningkatkan perhatian atau fokus, dan hasil yang baik dalam ujian membaca

dan matematika (Brown et al., 2008).

Penelitian oleh Murphy (2007) menunjukkan bahwa siswa yang sering

(13)

commit to user

sering tidak naik kelas, bermasalah dalam pengendalian emosi dan tingkah

laku. Siswa yang tidak mendapat nutrisi cukup mempunyai kemampuan

kognitif lebih rendah daripada siswa dengan tingkat ekonomi rendah, tetapi

tidak mengalami kelaparan.

Sebuah penelitian dilakukan oleh Scroll (2006) untuk menguji efek

pemberian sarapan terhadap memori jangka pendek pada mahasiswa

Universitas Saint Martin. Dalam penelitian tersebut, 20 mahasiswa dipilih

secara acak untuk mengikuti tes memori jangka pendek selama 2 hari. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang mendapat sarapan

sebelumnya mendapat hasil tes memori yang lebih tinggi daripada saat tidak

diberi sarapan.

Memori tidak hanya diperlukan oleh orang dewasa saja, tetapi

anak-anak usia sekolah atau siswa membutuhkan memori yang baik untuk

menunjang proses belajar. Salah satu cara untuk meningkatkan kinerja otak

dalam memproses memori adalah nutrisi yang diperoleh dari sarapan. Namun

demikian, pada kenyataannya, masih cukup banyak siswa yang meninggalkan

sarapan paginya. Alasan siswa tersebut meninggalkan sarapan karena tidak

sempat dan tidak terbiasa.

Berdasarkan survei yang dilakukan kepada 166 anak SMP N 4

Surakarta, ternyata 39 siswa (23,5 %) tidak mempunyai kebiasaan sarapan.

Meskipun SMP N N 4 Surakarta termasuk peringkat 2 teratas di Kecamatan

Banjarsari dan menjadi salah satu Rencana Sekolah Berstandar Internasional,

(14)

commit to user

3

adanya program sarapan di sekolah seperti yang dilakukan sekolah-sekolah di

Amerika dapat menanggulangi siswa yang tidak sarapan karena keterbatasan

waktu sebelum berangkat sekolah.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang diikuti 16 siswa di SMP N N

4 Surakarta ternyata 9 dari 16 siswa (56,25 %) mengalami peningkatan hasil

tes memori jangka pendek menggunakan tes Tintum. Oleh karena itu, penulis

tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai manfaat sarapan terhadap memori

jangka pendek siswa SMP N N 4 Surakarta.

B. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas, dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut :

Adakah pengaruh pemberian sarapan terhadap memori jangka pendek

siswa kelas VIII SMP N N 4 Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui adakah pengaruh sarapan terhadap memori jangka

pendek

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kandungn kalori dan glukosa dalam nasi, sayur,

lauk, dan buah yang dikonsumsi siswa SMP N 4 Surakarta.

b. Untuk mengetahui kemampuan memori jangka pendek siswa SMP N 4

(15)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Menambah informasi ilmiah bahwa sarapan yang baik dapat meningkatkan

kemampuan memori jangka pendek para siswa.

2. Manfaat Aplikatif

a. Menumbuhkan kebiasaan sarapan yang mengandung karbohidrat

kompleks, protein, mineral, vitamin, dan serat yang cukup bagi para

siswa.

b. Meningkatkan perhatian dan kepedulian pihak sekolah mengenai

pemenuhan karbohidrat kompleks, protein, mineral, vitamin, dan serat

dalam sarapan siswa dengan menciptakan kebijakan sarapan di

(16)

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Asupan Makanan

a. Menu makanan sehari-hari

Menu makanan sehari-hari sangat penting untuk mencukupi

kebutuhan tubuh akan energi. Menu makanan yang baik adalah makanan yang

sehat dan bergizi. Makanan sehat adalah makanan yang terjamin kebersihan

dan kelayakan gizinya untuk dikonsumsi. Makanan bergizi mengandung

nutrisi yang diperlukan oleh tubuh, antara lain karbohidrat, protein,

vitamin, mineral dan serat (Liana, 2009).

Komposisi menu makanan disesuaikan dengan kebutuhan energi

selama sehari, dengan perbandingan 55 %-65 % mengandung karbohidrat,

20 %-25 % lemak, 15 %-20 % protein, dan 5 % vitamin, mineral, serta

serat. Komposisi karbohidrat sendiri dianjurkan 50 %-60 % karbohidrat

kompleks dan 5 %-10 % karbohidrat sederhana (Sajodin, 2010).

Karbohidrat kompleks, yaitu karbohidrat yang dimetabolisme secara

perlahan oleh tubuh. Karbohidrat kompleks mempertahankan rasa kenyang

lebih lama. Makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, antara lain

nasi, kentang, roti, gandum, sereal. Protein, contohnya telur, tahu, tempe,

ikan, dan ayam. Sementara serat, vitamin, dan mineral yang terkandung

dalam buah dan sayur-sayuran dapat melancarkan pencernaan dan

(17)

commit to user b. Sarapan

1) Pengertian

Sarapan mempunyai peran yang penting dalam diet sehari-hari.

Sarapan merupakan makan pertama yang dikonsumsi setelah puasa

sekitar 10-12 jam di malam hari (Hanley, 2010). Biasanya, orang

makan malam pada pukul 19:00 dan baru makan di pagi harinya pada

pukul 06:00. Dengan adanya puasa antara rentang waktu tersebut,

cadangan glukosa (gula darah) hanya cukup untuk aktivitas selama 2-3

jam di pagi hari (Wiharyanti, 2006). Sarapan dapat menyediakan

karbohidrat yang siap untuk meningkatkan kadar glukosa darah

(Muchtar, 2009). Menurut para ahli gizi, sedikitnya 30 % total energi

tubuh harus dipenuhi saat sarapan (Triyanti, 2005).

2) Menu Sarapan

Menu sarapan yang sehat menurut Dr Daniel Amen dalam

Garrison (2010) adalah yang mengandung karbohidrat kompleks, kaya

protein, vitamin, mineral, dan serat. Karbohidrat kompleks lebih

dianjurkan daripada karbohidrat sederhana, sebab karbohidrat

sederhana sangat cepat menaikkan kadar gula darah dan insulin.

Namun, cepat pula menurun kadarnya, sehingga orang lebih cepat

merasa lapar kembali. Protein juga berhubungan dengan kerja otak,

sebab protein terdiri atas asam amino sebagai prekursor

(18)

commit to user

7

Jumlah makanan yang dikonsumsi ditentukan berdasarkan usia,

aktivitas, dan berat badan. Sebagai patokannya, kurang lebih sarapan

mengandung 25 % dari kebutuhan kalori selama sehari. Berlebihan

dalam mengonsumsi makanan saat sarapan dapat menyebabkan kantuk

sebab energi terkonsentrasi di sistem pencernaan (Liana, 2009).

3) Indeks Glikemik

Indeks glikemik merupakan ukuran yang digunakan untuk

menunjukkan kemampuan setiap makanan berkarbohidrat dalam

menaikkan kadar gula darah tubuh. Indeks glikemik digambarkan oleh

suatu angka dalam persen yang membandingkan naiknya kadar gula

darah dalam waktu yang sama setelah makan suatu makanan yang

mempunyai kandungan karbohidrat setara. Setiap makanan

mempunyai indeks glikemik berbeda. Nilai indeks glikemik beberapa

sumber karbohidrat terlihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Indeks Glikemik Berbagai Makanan (Sajodin, 2010)

Nama makanan Nilai IG Nama makanan Nilai IG

Roti 100 Kacang merah 45

Nasi 81 Kacang tanah 15

Kentang rebus 80 Kacang kedelai 20

Jagung 80 Pisang 84

Jus jeruk 71 Jeruk 51

Kemampuan makanan menaikkan kadar gula darah tergantung

pada jenis bahan makanan, cara mengolah makanan, kepekatan

makanan, dan banyaknya kandungan serat, protein, dan lemak.

Makanan yang sudah direbus atau digoreng mempunyai indeks

(19)

commit to user

suatu makanan, semakin menaikkan kadar gula darah, misalnya jus

jeruk lebih mudah menaikkan gula darah daripada jeruk. Sedangkan

adanya serat dalam menu makanan dapat memperkecil kenaikkan

kadar glukosa (Sajodin, 2010).

Hasrat makan dan rasa lapar terbukti berhubungan dengan

kadar glukosa darah setelah 1 jam mengonsumsi karbohidrat.

Karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi, seperti glukosa dan

sukrosa terbukti menekan nafsu makan dan hasrat makan dalam waktu

cukup singkat. Sementara itu, makanan dengan indeks glikemik rendah

tidak (Anderson, 2002).

4) Manfaaat sarapan

Manfaat sarapan bagi tubuh (PDGI, 2010), antara lain:

a) Memberi kekuatan metabolisme setelah sepanjang malam

kelaparan.

Sarapan merupakan waktu makan yang penting, karena dapat

mengganti waktu malam yang tidak terisi makanan serta

menambah kebutuhan glukosa. Pada pagi hari, setelah kurang lebih

tidak mengonsumsi makanan selama 12 jam, gula darah turun ke

level yang paling rendah. Tubuh akan melakukan kompensasi

dengan melepas cadangan gula/glikogen. Sarapan membantu tubuh

(20)

commit to user

9

b) Berguna untuk penurunan berat badan.

Pagi hari adalah waktu pertama kali tubuh merasa lapar.

Melewatkan sarapan membuat tubuh tetap dalam keadaan lapar,

sedangkan mengonsumsi makanan yang baik akan meningkatkan

metabolisme. Sarapan makanan yang sehat akan meningkatkan

kemampuan pembakaran lemak dalam tubuh.

c) Menambah nutrisi esensial dan tingkat energi.

Sarapan menyediakan proporsi signifikan asupan total nutrisi untuk

sepanjang hari dan menawarkan kesempatan untuk menikmati

makanan bernutrisi. Lebih jauh lagi, sarapan dapat meningkatkan

tingkat energi.

d) Memberi otak bahan bakar untuk meningkatkan konsentrasi.

Sarapan membantu pencapaian level gula darah secara signifikan.

Gula darah atau glukosa tersebut digunakan sebagai bahan bakar

otak untuk menjalankan fungsinya, seperti memecahkan masalah,

berpikir, dan mengingat.

e) Menghindari makan tidak terkontrol.

Sarapan yang baik dapat mengontrol rasa lapar, sehingga

mencegah rasa lapar yang berlebihan di siang hari. Sedangkan

orang yang meninggalkan sarapan, cenderung mudah merasa lapar.

Rasa lapar tersebut menyebabkan seseorang tidak mengontrol

(21)

commit to user 5) Efek meninggalkan sarapan

Faktor yang paling berpengaruh terhadap pemenuhan sarapan

bagi remaja adalah kebiasaan sarapan keluarga, khususnya orang tua.

Orang tua yang menerapkan kebiasaan sarapan di rumah, ternyata

anaknya juga mempunyai keteraturan dalam sarapan. Sebaliknya,

banyak anak yang meningggalkan sarapan karena orang tuanya juga

tidak melakukan atau tidak menyediakan sarapan (Keski-Rahkonen et

al., 2003). Kenyataan di masyarakat, banyak yang sering

meninggalkan sarapan. Alasannya melewatkan sarapan adalah tidak

ada waktu untuk sarapan atau tidak selera. Masyarakat yang sering

melewatkan sarapan karena terburu waktu adalah siswa dan pekerja.

Padahal, sarapan sangat penting untuk aktivitas sehari-hari, terutama

bagi siswa yang masih dalam usia pertumbuhan dengan tuntutan

konsentrasi dan aktivitas fisik yang tinggi.

Siswa yang tidak mendapat sarapan bernutrisi di rumah akan

mudah mengalami kelaparan di sekolah (Grantham-McGregor et al.,

1998). Penelitian oleh Murphy (2007) menunjukkan bahwa siswa yang

sering mengalami kelaparan mendapat nilai rendah dalam ujian

matematika, lebih sering tidak naik kelas, bermasalah dalam

pengendalian emosi dan tingkah laku. Siswa yang tidak mendapat

nutrisi cukup mempunyai kemampuan kognitif lebih rendah daripada

siswa dengan tingkat ekonomi rendah, tetapi tidak mengalami

(22)

commit to user

11

bahwa anak yang tidak terbiasa sarapan sulit berkonsentrasi, lambat

menanggapi, dan perhatian rendah terhadap siswaan (Triyanti, 2005).

Efek tidak sarapan (Umi, 2011):

a) Meninggalkan sarapan dapat meningkatkan risiko obesitas.

Meninggalkan sarapan dapat mengganggu siklus metabolisme

sehingga kontrol terhadap rasa lapar juga tidak terkendali. Rasa

lapar berlebihan menjelang siang membuat orang mengonsumsi

makanan berlemak lebih banyak. Menurut penelitian di University

of Tasmania, dari 2184 responden yang tidak terbiasa sarapan

selama 20 tahun, mayoritas mengaku lebih banyak mengonsumsi

makanan berlemak tinggi dan kadar gula tinggi sebelum makan

siang.

b) Faktor risiko penyakit jantung.

Konsumsi lemak yang berlebihan akibat terbiasa meninggalkan

sarapan dapat meningkatkan kadar kolesterol. Kolesterol tinggi

merupakan risiko penyakit jantung. Penelitian yang dikutip Daily

Mail menunjukkan bahwa orang yang berisiko mengalami masalah

kesehatan akibat mengabaikan sarapan adalah orang dewasa yang

secara teratur beraktivitas tanpa didahului sarapan sejak usia

anak-anak sampai dewasa. Saat memasuki akhir dua puluhan, terdeteksi

(23)

commit to user c. Program sarapan di sekolah

Sjahmien Moehji dalam Triyanti (2005) menjelaskan bahwa

pemberian makanan di sekolah atau biasa disebut dengan school feeding

merupakan tindakan umum yang bisa dilaksanakan untuk memperbaiki

keadaan gizi anak-anak sekolah. Praktek penyelenggaraan school feeding

ini sudah lama dan sudah banyak diselenggarakan di berbagai negara, baik

Eropa maupun di Asia. Untuk masing-masing negara, baik bentuk maupun

cara penyelenggaraan school feeding ini berbeda-beda. Di Jepang,

misalnya, school feeding berupa pemberian makanan lengkap, paling

sedikit satu kali. Penyelenggaraan school feeding dilakukan atas bantuan

pemerintah dan persatuan orang tua murid dan guru kelas.

Menurut Williams et al.. (1966), Departemen Pertanian Amerika

Serikat membuat program sarapan di sekolah. Berdasarkan keterangan In

the House of Representatives, program tersebut dijalankan di 84000

sekolah dan pada tahun 2008 hampir mencakup 8,5 juta anak sekolah

(Hanley, 2010). Selama 20 tahun terakhir, beberapa penelitian mengenai

kesuksesan program tersebut banyak dilakukan. Meskipun dari beberapa

studi ditemukan hasil yang berbeda, terdapat satu kesamaan bahwa

sarapan untuk siswa cukup signifikan meningkatkan kemampuan kognitif,

kesiapan menerima informasi, meningkatkan perhatian atau fokus, dan

hasil yang baik dalam ujian membaca dan matematika (Brown et al.,

(24)

commit to user

13

Program sarapan dari sekolah mempunyai beberapa manfaat, yaitu

meningkatkan kesehatan, nutrisi, dan menunjang perbaikan kinerja

pendidikan sekolah. Kesehatan dan nutrisi mencakup peningkatan asupan

makanan, pemenuhan nutrisi seimbang, dan peningkatan status gizi.

Sementara kinerja pendidikan mencakup peringkat sekolah, angka

ketidaklulusan, kehadiran siswa, jumlah siswa yang mendaftar, jumlah

siswa yang dikeluarkan, kemampuan kognitif siswa, dan tata tertib

sekolah. Selain itu, program tersebut dapat membantu orang tua dalam

menjaga kualitas makanan yang dikonsumsi putra-putrinya. Dengan

kualitas makanan yang baik, siswa dapat mengikuti kegiatan belajar

mengajar dengan lebih fokus (Grantham-McGregor et al., 1998).

Sebuah penelitian dilakukan kepada 1000 siswa di Inggris dari

keluarga berpenghasilan rendah. Akibat penghasilan rendah, diketahui

keluarga tersebut tidak terbiasa sarapan. Selanjutnya, para siswa diminta

mengikuti program sarapan di sekolah. Setelah mengikuti program

tersebut, ternyata nilai siswaannya menjadi lebih bagus daripada

sebelumnya (Triyanti, 2005).

2. Memori

a. Definisi

Proses kognitif merupakan proses mental atau aktivitas pikiran

manusia (Suharnan, 2005). Proses tersebut melibatkan neuron-neuron

(25)

commit to user

bertingkah laku (Wainwright, 2006). Proses tersebut meliputi empat

fungsi, yaitu (Widyantara, 2010):

1) Fungsi reseptif, yang melibatkan kemampuan untuk menyeleksi,

memproses, mengklasifikasikan, dan mengintegrasikan informasi.

2) Fungsi memori/ belajar, yang meliputi kemampuan mengumpulkan

informasi dan memanggil kembali.

3) Fungsi berpikir adalah mengenai organisasi dan reorgaisasi

informasi.

4) Fungsi ekspresif untuk mengomunikasikan informasi-informasi

yang telah didapat.

Fungsi memori dalam proses kognitif mempunyai peran yang sangat

penting sebab hampir semua aktivitas manusia selalu melibatkan

memori (Suharnan, 2005).

Menurut Ellis dan Hunt (1993) serta Matlin (1989), memori

adalah proses penyimpanan atau pemeliharaan informasi dari beberapa

detik sampai sepanjang waktu. Pada tahun 1968, Atkinson dan Shiffrin

dalam Ellis dan Hunt (1993) mengajukan dua model ingatan, yaitu

ingatan jangka pendek (ShortTterm Memory/ STM) dan ingatan jangka

panjang (Long-Term Memory/ LTM) (Suharnan, 2005). Sedangkan

Wirawan (2007) menyebutkan bahwa dalam lingkup Psikologi, ahli

membedakan menjadi 2 teori tentang memori, yaitu Association Model

dan Cognitive Model. Model asosiasi merupakan hasil koneksi antara

(26)

commit to user

15

merupakan bagian dari information processing. Teori ini menjelaskan

bahwa manusia memiliki tiga macam memori, yaitu memori sensoris,

memori jangka pendek dan memori jangka panjang.

b. Model-model memori:

1) Memori sensoris

Memori sensoris adalah informasi sensoris yang masih tersisa

sesaat setelah stimulus diambil. Selanjutnya, manusia melakukan

proses selektif untuk memilih informasi mana yang akan diproses

lebih lanjut ke memori jangka pendek atau jangka panjang

(Wirawan, 2007).

2) Memori jangka pendek

Memori jangka pendek adalah memori yang disimpan dalam

jangka waktu yang lebih lama daripada memori sensoris. Memori

tersebut berupa hal-hal yang disadari dalam benak manusia saat ini

(Wirawan, 2007).

Ada 2 macam proses pengendalian dalam memori jangka pendek,

antara lain (Suharnan, 2007):

a) Rehearsal (mengulang informasi di benak manusia). Rehearsal

mempunyai fungsi, yaitu memelihara atau mempertahankan

informasi di dalam memori jangka pendek dan untuk

memindahkan informasi dari memori jangka pendek ke memori

(27)

commit to user

b) Encoding (pemrosesan informasi menjadi bentuk yang lebih

mudah diingat), misalnya untuk mempermudah mengingat

nomor telepon 085640406600 akan lebih mudah diingat

apabila dikelompokkan empat satuan unit angka

0856-4040-6600 daripada menyebut angka satu persatu.

3) Memori jangka panjang

Memori jangka panjang adalah informasi yang bertahan lama

disimpan dalam ingatan untuk keperluan di masa yang akan

datang. Untuk memanggil kembali informasi yang ada di memori

jangka panjang, manusia melakukan retrieval yang berupa

recognition (mengenali stimulus yang sudah dialami sebelumnya)

dan recall (mengingat kembali informasi yang pernah di simpan di

masa lalu). Retrieval bisa dibantu dengan adanya cue, yaitu

informasi yang berhubungan dengan memori yang dimaksud

(Wirawan, 2007).

c. Proses memori dapat dijelaskan (Pratiwi, 2009) sebagai berikut:

1) Encoding adalah proses mengubah informasi sensoris ke dalam

bentuk yang lebih mudah diingat. Encoding dapat dilakukan

dengan metode chunking, yaitu pengelompokkan beberapa huruf

sebagai kata (small chunks), sekelompok kata sebagai frase (larger

chunks), dan serangkaian frase sebagai kalimat (even larger

(28)

commit to user

17

2) Storage adalah proses penyimpanan informasi yang telah diproses

dalam enconding. Proses ini disebut juga dengan retensi, yaitu

proses mengendapkan informasi yang diterimanya dalam suatu

tempat tertentu. Sistem penyimpanan ini sangat mempengaruhi

jenis memori (memori sensoris, memori jangka pendek, atau

memori jangka panjang). Sehubungan dengan masalah retensi dan

kelupaan, ada satu hal penting, yaitu interval atau jarak waktu

antara memasukkan dan menimbulkan kembali informasi. Interval

dapat dibedakan atas:

a) Lama interval, menunjuk pada rentang waktu antara

pemasukan informasi sampai ditimbulkan kembali informasi

tersebut. Lamanya berkaitan dengan kekuatan retensi.

b) Isi interval,yaitu aktivitas-aktivitas yang terdapat pada interval.

Aktivitas tersebut akan merusak atau menganggu jejak ingatan,

sehingga dapat menyebabkan kelupaan.

3) Retrievaladalah pemulihan kembali informasi yang telah disimpan

sebelumnya. Proses mengingat kembali merupakan suatu proses

mencari dan menemukan informasi yang disimpan dalam memori

untuk digunakan kembali. Proses mengingat, yaitu :

a) Recall, yaitu mengeluarkan bagian spesifik dari informasi,

biasanya diarahkan dengan menggunakan cues, yaitu informasi

yang berhubungan dengan memori yang dimaksud. Membatasi

(29)

commit to user

yang hadir pada situasi tertentu, contohnya adalah volume dan

ritme suara.

b) Recognition, yaitu mengenali bahwa stimulus tertentu telah

disajikan sebelumnya. Misalnya dalam soal pilihan ganda,

siswa hanya dituntut untuk melakukan recognition karena

semua pilihan jawaban sudah diberikan. Siswa hanya perlu

mengenalijawaban yang benar di antara pilihan yang ada.

c) Redintegrative, yaitu proses mengingat dengan

menghubungkan berbagai informasi menjadi suatu cerita yang

cukup lengkap. Proses ini terjadi bila seseorang ditanya sebuah

nama, misalnya Susilo Bambang Yudhoyono (presiden RI),

maka akan teringat banyak hal tentang tokoh tersebut.

d. Kerja memori dipengaruhi oleh banyak sebab. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kerja memori (Widyantara, 2010), antara lain:

1) Kondisi jasmani, seperti kelelahan, kurang tidur, atau sakit dapat

mempengaruhi kerja memori

2) Usia, ingatan paling tajam untuk memori yang sifatnya mekanis

(ingatan untuk kesan penginderaan) adalah pada usia 10 sampai 14

tahun. Sedangkan untuk ingatan yang pengandung pengertian akan

sesuatu dapat dipertajam pada usia 15 sampai 50 tahun.

3) Emosi, saat mengalami peristiwa-peristiwa menyentuh, seseorang

(30)

commit to user

19

Untuk memori jangka pendek, faktor yang mempengaruhi

antara lain, nutrisi, faktor genetik, lingkungan, dan trauma otak. Secara

garis besar, semua gangguan terhadap otak, sel-sel neuron, dan

neurotransmitter akan mempengaruhi memori jangka pendek. (Martin,

2007).

e. Fisiologi Memori

Menurut Atkinson, unit dasar fungsi kerja otak melibatkan

neuron. Neuron mengadakan hubungan antara satu dengan yang lain

melalui celah sinaptik. Untuk bisa mentransfer impuls saraf kepada

neuron lain, ketika sampai di ujung saraf (terminal sinaptik) akan

terjadi sekresi suatu zat yang disebut neurotransmitter.

Neurotransmitter tersebut berdifusi menyeberangi celah sinaptik dan

menstimulus neuron selanjutnya (Huwae, 2006).

Kusumoputro dalam Huwae (2006) menjelaskan bagian otak

yang berhubungan dengan memori adalah lobus temporalis,

hipokampus dan amigdala yang termasuk dalam sistim limbik.

Sedangkan Wade (2007) menyebutkan secara lengkap area pada otak

yang mengalami pengaktifan saat memori terkait berfungsi, yaitu:

1) Lobus frontalis untuk tugas-tugas memori jangka pendek;

2) Prefrontal cortex, bagian dari lobus temporal untuk efisiensi proses

penyandian dan gambar;

(31)

commit to user

4) Cerebral cortex sebagai tempat penyimpanan memori jangka

panjang.

f. Perjalanan dari Memori Jangka Pendek Menuju Memori Jangka

Panjang

Memori jangka pendek akan diteruskan oleh otak menjadi

memori jangka panjang. Terdapat fenomena menarik yang disebut efek

serial-posisi. Yaitu ketika seseorang mengingat daftar nama misalnya,

orang tersebut akan mengingat dengan mudah nama yang tertulis di

awal dan di akhir daftar. Penyebabnya adalah memori jangka pendek

relatif masih kosong saat informasi baru masuk, sementara informasi

yang berada di bagian tengah saat akan masuk, memori jangka pendek

sudah dipenuhi informasi sebelumnya. Nama yang berada di akhir

daftar sebagai informasi yang datang di akhir lebih mudah diingat

dengan alasan berbeda, yaitu saat proses recall/pemanggilan kembali

informasi tersebut masih berada di memori jangka pendek.

Proses perjalanan memori jangka pendek hingga sampai

memori jangka panjang dilakukan dengan cara mengulang kembali

informasi yang baru diterima di memori jangka pendek, atau

menggunakan kategori semantik, misalnya kata kursi termasuk

kategori mebel. Kategori semantik ini sangat berguna untuk

anak/siswa, sebab dengan adanya pengelompokkan objek dengan cara

(32)

commit to user

21

3. Hubungan sarapan dengan memori

Kebutuhan energi otak menurut Whitney (2002) mencapai 10 %

daripada kebutuhan energi seluruh tubuh. Kebutuhan energi ini tinggi

karena neuron selalu berada dalam proses metabolisme (Amy, 2008). Otak

merupakan organ yang sangat peka terhadap kadar gula darah yang rendah

karena glukosa merupakan sumber energi otak yang utama (Fahmi, 2010).

Jaringan dan sel-sel tertentu yang meliputi susunan saraf pusat dan

eritrosit, bergantung pada pasokan glukosa yang berkesinambungan dalam

melakukan fungsinya (Murray et al., 2003).

Kerja otak untuk memori melibatkan serabut-serabut saraf yang

menjalarkan impuls dari neuron satu ke neuron lain. Hubungan antara

neuron satu dengan neuron berikutnya disebut interneuronal junction atau

disebut juga sinaps. Pada memori jangka pendek, perubahan pada neuron

memicu neuron mengeluarkan neurotransmitter secara singkat berupa zat

kimia yang menyampaikan pesan dari satu sel ke sel lainnya (Wade et al.,

2007). Neurotransmitter yang penting dalam kerja tersebut, antara lain

asetilkolin, norepinefrin, histamine, GAMA, glisin, serotonin, dan

glutamat (Guyton et al., 2008). Asetilkolin merupakan neurotransmitter

yang paling penting dalam pembentukan ingatan (Gamon et al., 2007).

Ada beberapa mekanisme yang menjelaskan efek glukosa terhadap

memori menurut Kaplan et al. Salah satu penjelasan yang paling popular

menyebutkan bahwa glukosa meningkatkan memori dengan cara

(33)

commit to user

terjadi baik pada usia muda, usia tua, maupun penderita Alzheimer. Kerja

glukosa sangat mendukung memori sebab glukosa menjadi sumber utama

energi di sistem saraf pusat (Kaplan et al., 2001)

Glukosa menjadi bahan utama pembuat asetil koA. Asetil koA

adalah prekursor untuk asetilkolin, sehingga penurunan konsentrasi

glukosa menurunkan asetilkolin di otak (Das, 2001). Asetilkolin disekresi

oleh neuron-neuron di sebagian besar daerah otak. Asetilkolin dibentuk

dari asetil koA dan kolin, di mana asetil koA berasal dari asam piruvat

melalui proses glikolisis. Asam piruvat sendiri merupakan hasil

pemecahan glukosa (Guyton, 2008; Murray et al., 2003).

Mekanisme tersebut menjelaskan bahwa glukosa meningkatkan

memori dengan cara meningkatkan produksi dan pelepasan asetilkolin. Hal

itu juga dikuatkan dengan sebuah observasi bahwa glukosa dapat

mempengaruhi variasi perilaku, aktivitas neuron, dan diindikasikan sangat

mempengaruhi fungsi memori (Das, 2001).

(34)

commit to user

23

Penelitian yang dilakukan oleh Nilsson et al. (2008) menunjukkan

bahwa sarapan dengan makanan yang mempunyai indeks glikemik rendah

yang dikombinasikan dengan karbohidrat kompleks dapat

menyeimbangkan kadar gula darah hingga 10 jam. Dalam penelitian

tersebut disimpulkan bahwa subjek yang makan makanan berindeks

glikemik rendah menunjukkan konsentrasi dan daya ingat lebih baik.

Penelitian dilakukan oleh Schroll (2006) untuk menguji efek

pemberian sarapan terhadap memori jangka pendek pada mahasiswa

Universitas Saint Martin. Dalam penelitian tersebut, 20 mahasiswa dipilih

secara acak untuk mengikuti tes memori selama 2 hari. Pada hari pertama,

10 orang grup pertama diberi sarapan, 10 orang grup kedua tanpa sarapan.

Lima belas menit kemudian, dilakukan tes memori jangka pendek. Pada

hari kedua, perlakuan ditukar, grup pertama tanpa sarapan, sedangkan grup

kedua diberi sarapan, lalu dites. Hasil penelitian menunjukkan individu

mengalami peningkatan hasil tes memori dengan sarapan daripada saat

(35)

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

Keterangan:

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

: mempengaruhi, diteliti

: mempengaruhi, tidak diteliti

C. Hipotesis

Sarapan mempengaruhi memori jangka pendek siswa kelas VIII SMP N 4 Surakarta.

Tidak sarapan

Tes memori jangka pendek

Sarapan

Memori jangka pendek Faktor internal:

1. Kondisi emosi 2. Kondisi jasmani 3. Faktor genetik 4. Usia

(36)

commit to user

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental. Desain

penelitian yang dipakai adalah the pretest-posttest with control group design

(Riyanto, 2011).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP N 4 Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa SMP N 4 Surakarta.

Populasi terjangkau, yaitu siswa kelas VIII yang termasuk peringkat 5 besar.

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling

(Riyanto, 2011). Sampel yang diambil adalah siswa SMP N 4 Surakarta yang

mempunyai:

1. Kriteria inklusi:

a. Siswa yang terdaftar sebagai siswa SMP N 4 Surakarta kelas VIII,

b. Peringkat 5 besar di tiap kelas.

2. Kriteria eksklusi

a. Tidak diizinkan oleh pihak sekolah sebagai subjek penelitian,

b. Tidak bersedia sebagai subjek penelitian,

(37)

commit to user

Besar sampel pada penelitian ini berdasarkan rule of tumb, yaitu 30

sampel (Murti, 2010).

E. Rancangan Penelitian

F. Identifikasi Variabel

1. Variabel Bebas : Sarapan

2. Variabel Terikat : Memori jangka pendek

3. Variabel Perancu :

a. Terkendali: usia

b. Tidak terkendali:

1) kondisi emosi

2) kondisi jasmani, seperti kelelahan atau kurang tidur

(38)

commit to user

27 4) trauma

5) faktor genetik

G. Definisi Operasional Variabel

1. Sarapan

a. Definisi : sarapan ialah sarapan pertama sebelum

berangkat sekolah, antara pukul 06:00-07:00 WIB, dengan menu

minimal mengandung nasi, sayur, dan lauk.

b. Alat ukur : check list (observasi)

c. Hasil : sarapan dan tidak sarapan

d. Skala pengukuran : nominal

2. Memori Jangka Pendek

a. Definisi : memori yang disimpan dalam jangka waktu

beberapa detik sampai menit

b. Alat ukur : tes Alpha

c. Hasil : skoring (dilakukan psikolog)

d. Skala pengukuran : interval

H. Alat dan Bahan Penelitian

1. Soal Tes Memori Jangka Pendek Tes Alpha dari Unit Layanan Psikologi

Fakultas Kedokteran UNS.

2. Menu makanan terdiri dari nasi, sayur, lauk, dan buah dengan kandungan

(39)

commit to user

I. Prosedur Penelitian

1. Penelitian pendahuluan

a. Membagi check list tentang kebiasaan sarapan dan menunya kepada

seluruh siswa kelas VII SMP N 4 Surakarta.

b. Memberi tes memori jangka pendek (Alpha test) kepada 16 siswa

sebelum dan sesudah sarapan.

2. Penelitian akhir

a. Mendata siswa yang termasuk peringkat 5 besar sebagai populasi

terjangkau.

b. Melakukan random sampling untuk mendapat sampel sejumlah 30

siswa.

c. Meminta peserta untuk tidak sarapan terlebih dahulu sebelum tes.

d. Melakukan tes memori jangka pendek kepada kedua kelompok

sebelum sarapan (pre test).

e. Membagi sampel menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang diberi

sarapan dan yang tidak diberi sarapan.

f. Memberi sarapan pada kelompok pertama secara bersamaan

g. Melakukan tes memori jangka pendek (post test) kepada kedua

kelompok 1 jam setelah dimulai sarapan kelompok pertama

(40)

commit to user

29 J. Analisis Hasil

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan independent

t test untuk menguji perbedaan nilai antara satu kelompok dengan kelompok

lain, di mana satu kelompok dengan kelompok lain tidak saling berhubungan.

(Riwidikdo, 2009). Rumus manual uji independent t test adalah:

Keterangan:

t = nilai t test

x1, x2 = mean kelompok 1 dan kelompok 2

s = standar deviasi

n1, n2 = jumlah sampel pada kelompok 1 dan kelompok 2

Data diolah dengan menggunakan program Statistical Product and

Service Sollution (SPSS) 17, dengan interpretasi p < 0,05 berbeda signifikan, p

(41)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Sampel

Pada penelitian ini didapatkan 30 anak kelas VIII SMP N 4 Surakarta

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Distribusi sampel penelitian

dapat dilihat pada tabel berikut.

1. Distribusi Sampel Berdasarkan Peringkat

Tabel 2.Distribusi Sampel Berdasarkan Peringkat di Kelas

No Peringkat

Tabel di atas menunjukkan distribusi sampel berdasarkan peringkat di

kelas, memperlihatkan kelompok perlakuan terdapat 5 siswa peringkat I

(33,33 %), tidak ada yang mendapat peringkat II (0 %), 2 siswa peringkat III

(13,33 %), 3 siswa berperingkat IV (20 %), dan 5 siswa dengan peringkat V

(33,33 %). Sementara itu, pada kelompok kontrol tidak terdapat sampel yang

berperingkat I (0 %), 4 siswa peringkat II (26,67 %), 4 siswa peringkat III

(42)

commit to user

31

(26,67 %), 3 siswa peringkat IV (20 %), dan 4 siswa peringkat V (26,67 %).

Hasil pengujian dengan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai p =

0,375. Nilai 0,375 (p>0,05), artinya hasil tidak signifikan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara peringkat

kelompok perlakuan dan kontrol.

2. Distribusi Sampel Berdasarkan Perlakuan dan Usia

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Perlakuan dan Usia

Sumber: Data primer, 2011

Tabel di atas menunjukkan bahwa usia sampel baik pada perlakuan

maupun kelompok kontrol adalah sama, yaitu 13 tahun.

3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis kelamin

Tabel 4.Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

*uji Chi square

Sumber: Data primer, 2011

Tabel di atas menunjukkan distribusi sampel berdasarkan jenis

kelamin, kelompok perlakuan terdapat 8 siswa (53 %), dan perempuan

sejumlah 7 siswa (47 %). Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat

(43)

commit to user

laki sejumlah 4 siswa (27 %), dan perempuan ada 11 siswa (73 %).

Berdasarkan uji Chi square diketahui p = 0,136 (p > 0,05) yang artinya

tidak signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang bermakna pada jenis kelamin antara kelompok perlakuan dan kontrol.

4. Distribusi Sampel Berdasarkan Kebiasaan Sarapan

Tabel 5.Distribusi Sampel Berdasarkan Kebiasaan Sarapan

*Uji Chi square

Sumber: Data primer, 2011

Tabel di atas menggambarkan distribusi sampel berdasarkan

kebiasaan sarapan. Terdapat 12 siswa (80 %) pada kelompok perlakuan

yang terbiasa sarapan, dan 3 siswa (20 %) yang tidak terbiasa sarapan.

Sedangkan pada kelompok kontrol, terdapat 8 siswa (53,33 %) yang

terbiasa sarapan, sementara 7 siswa (46,67 %) tidak terbiasa sarapan.

Berdasarkan uji Chi square didapatkan nilai p = 0,121 (p > 0,05), sehingga

tidak terdapat perbedaan yang bermakna mengenai kebiasaan sarapan

antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Distribusi sampel

berdasarkan kebiasaan sarapan adalah normal.

B. Analisis Statistik

Data penelitian yang diperoleh berupa nilai tes memori jangka pendek

(44)

commit to user

33

maupun kontrol. Data tersebut dianalisis dengan independent t test dengan

program SPSS 17.00. Uji tersebut digunakan apabila nilai kedua kelompok

tidak berhubungan satu sama lain. Syarat independent t test adalah data

berskala numerik, berdistribusi secara normal, dan variansi kedua kelompok

dapat sama atau berbeda (untuk 2 kelompok). Untuk mengetahui bahwa data

berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas. Suatu data

dikatakan mempunyai sebaran normal jika didapatkan nilai p > 0,05. Uji

normalitas dapat dilakukan dengan cara deskriptif ataupun analitik. Cara

analitik memiliki tingkat objektivitas dan sensitivitas yang lebih tinggi

dibandingkan dengan deskriptif. Untuk jumlah sampel > 50 dilakukan uji

Kolmogorov-Smirnov, sedangkan sampel berjumlah < 50 menggunakan uji

Shapiro-Wilk. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 30 siswa, sehingga

menggunakan uji Shapiro-Wilk (Dahlan, 2005).

1. Hasil Uji Normalitas Data denganShapiro-Wilk

Tabel 6. Uji Normalitas Data Shapiro-Wilk Test

Sumber: Data primer, 2011

Tabel di atas menunjukkan sebaran data yang di uji normalitas dengan

Shapiro-Wilk Test, dengan ketentuan bila signifikan hitung > 0,05 maka dapat

Data Kelompok Mean Nilai p Keterangan

Posttest Perlakuan 6,61 0,040 Distribusi tidak normal

(45)

commit to user

disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal, demikian sebaliknya

bila nilai signifikan hitung < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

Karena nilai p untuk nilai pretest kelompok perlakuan adalah 0,632 (p > 0,05)

dan kelompok kontrol adalah 0,209 (p < 0.05) maka sebaran data keduanya

normal. Untuk nilai posttest perlakuan p = 0,04 (p > 0,05) dan kelompok

kontrol p = 0,450 (p > 0,05) artinya sebaran data kedua kelompok tidak

berdistribusi normal. Oleh karena itu, data diuji menggunakan uji alternatifnya

yaitu uji non-parametrik Mann-Whitney (Tabel 9).

2. Hasil Uji Homogenitas

Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas

Data

Uji Homogenitas Levene’s Test

Keterangan

F P

Pretest 0,02 0,964 Data homogeny

Sumber: Data primer, 2011

Hasil uji homogenitas dengan Levene’s Test dengan ketentuan bila

signifikan hitung > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut

diasumsikan homogen, demikian sebaliknya bila signifikan < 0,05 data

diasumsikan tidak homogen atau mempunyai perbedaan varians. Berdasarkan

uji tersebut dapat diketahui bahwa F = 0,02 (p = 0,964). Karena p > 0,05 maka

dapat dikatakan bahwa variansi nilai pretest antara kelompok perlakuan dan

(46)

commit to user

35 3. Hasil uji Independent t Test

Tabel 8. Hasil Uji Independent t Test

Sumber: Data primer, 2011

Berdasarkan data pada tabel tersebut, diketahui bahwa rerata nilai tes

memori jangka pendek sebelum perlakuan untuk kelompok perlakuan adalah

5,27 ± 1,39, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 5,89 ± 1,28. Analisis

hasil dengan independent t test menunjukkan nilai p = 0,221 (p > 0,05). Hal ini

dapat diinterpretasikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan rerata nilai

tes memori antara kedua kelompok.

4. Hasil UjiMann-Whitney

Tabel 9. Hasil Uji Mann-Whitney

(47)

commit to user

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan rerata nilai tes

memori jangka pendek antara siswa yang diberi sarapan dan yang tidak diberi

sarapan, dengan Hasil uji Mann-Whitney p = 0,573. Dengan demikian, dapat

disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata nilai tes

memori jangka pendek pada siswa yang diberi sarapan maupun yang tidak

(48)

commit to user

37 BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian quasi experiment ini dilakukan pada tanggal 16 Juli 2011 pukul

07.30 s.d. 09.30 WIB. Jumlah sampel yang dapat dianalisis dalam penelitian ini

adalah 30 siswa kelas VIII SMP N 4 Surakarta. Berdasarkan data pada Tabel 3

diketahui total sampel sebesar 30 siswa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

kelompok perlakuan (sarapan) sebanyak 15 siswa (50 %) dan kelompok kontrol/

tidak diberi sarapan sebanyak 15 siswa (50 %). Usia sampel rata-rata adalah 13

tahun, mengingat sampel yang diambil berasal dari kelas yang setara, yaitu kelas

VII. Hal tersebut dimaksudkan agar faktor usia tidak mempengaruhi hasil

penelitian. Usia diketahui dapat mempengaruhi kemampuan memori jangka

pendek (Widyantara, 2010).

Tabel 2 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan peringkat siswa di

kelasnya. Sampel yang diambil oleh peneliti terbatas pada siswa yang

memperoleh peringkat I sampai V. Hal tersebut dimaksudkan agar timbul

homogenitas pada sampel. Setelah diuji menggunakan uji Chi Square diketahui

bahwa nilai p = 0,375 (p > 0,05) artinya tidak ada beda yang signifikan antara

peringkat kelompok yang sarapan dengan yang tidak diberi sarapan. Dengan kata

lain, distribusi sampel berdasarkan peringkat adalah sama, sehingga peringkat

tidak mempengaruhi hasil penelitian. Sejalan dengan pernyataan

Grantham-McGregor et al. (1998) bahwa kemampuan menyimpan memori tidak

(49)

commit to user

Tabel 4 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin.

Kelompok sarapan sebagai kelompok perlakuan memiliki sampel laki-laki lebih

banyak daripada perempuan, yaitu 8 laki-laki (53 %) dan 7 perempuan (47 %),

sedangkan kelompok kontrol jumlah sampel perempuan lebih banyak, yaitu 11

perempuan (73 %) dan 4 laki-laki (27 %). Jumlah laki-laki pada kelompok

sarapan apabila dibandingkan dengan kelompok tidak sarapan juga lebih banyak,

sementara jumlah perempuannya lebih sedikit. Data tersebut setelah di uji dengan

Chi Square, ternyata menunjukkan nilai signifikansi 0,221 (p > 0,05). Secara

statistik distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin adalah sama, sehingga jenis

kelamin tidak mempengaruhi hasil penelitian. Sesuai dengan pernyataan

Grantham-McGregor et al. (1998) bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi

memori.

Tabel 5 memperlihatkan distribusi sampel berdasarkan kebiasaan sarapan.

Kebiasaan sarapan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penelitian.

Penelitian Korol dan Gold dalam Shroll (2006) memperlihatkan bahwa glukosa

yang diberikan kepada siswa yang tidak terbiasa sarapan dapat meningkatkan

memori dan prestasi, sedangkan untuk siswa yang sudah terbiasa sarapan, hal itu

tidak berpengaruh. Uji Chi Square menunjukkan nilai p = 0,121 (p > 0,05),

sehingga tidak terdapat perbedaan yang bermakna mengenai kebiasaan sarapan

antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Distribusi sampel

berdasarkan kebiasaan sarapan adalah sama, sehingga kebiasaan sarapan tidak

(50)

commit to user

39

Tabel 6 menunjukkan rerata tes memori jangka pendek pada siswa yang

diberi sarapan dan yang tidak diberi sarapan baik sebelum dan sesudah perlakuan.

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rerata hasil tes memori jangka

pendek kedua kelompok sebelum perlakuan yang dinyatakan dengan nilai p =

0,221 (p > 0,05) pada uji independent t Test (Tabel 8). Hasil tersebut dapat

diartikan bahwa sebelum diberi perlakuan, nilai tes memori jangka pendek pada

kedua kelompok secara signifikan tidak berbeda. Selanjutnya, rerata tes memori

jangka pendek sesudah perlakuan diukur. Tabel 9 merperlihatkan nilai p = 0,573

(p > 0,05), dengan menggunakan uji Mann-Whitney, yang berarti tidak ada

perbedaan yang signifikan memori jangka pendek antara kelompok perlakuan dan

kontrol. Dengan demikian, hipotesis pengaruh sarapan terhadap memori jangka

pendek ditolak.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian lain yang dilakukan

oleh Schroll (2006) untuk menguji efek pemberian sarapan terhadap memori

jangka pendek pada mahasiswa Universitas Saint Martin. Penelitian tersebut

menunjukkan bahwa individu mengalami peningkatan hasil tes memori dengan

sarapan daripada saat tidak diberi sarapan. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian Schroll terdapat pada prosedur penelitian. Schroll membagi sampel

menjadi 2 kelompok. Kelompok A diberi sarapan pada hari pertama, sementara

kelompok B tidak diberi sarapan sebelum tes memori. Hari berikutnya, kelompok

A tidak diberi sarapan, sementara kelompok B diberi sarapan, kemudian diberi tes

memori. Setiap individu mempunyai 2 nilai, yaitu nilai tes pada hari saat diberi

(51)

commit to user

sarapan dan saat tidak sarapan, kedua nilai tersebut dianalisis menggunakan uji

beda paired t test, dengan hasil p = 0,003, artinya ada perbedaan yang signifikan.

Walaupun demikian, peneliti mengganggap dalam penelitian Schroll masih

terdapat kekurangan sebab tidak terdapat kelompok kontrol sebagai pembanding,

sehingga hasil penelitiannya belum bisa dipertanggungjawabkan sepenuhnya.

Oleh karena itu, peneliti mencoba menggunakan desain lain, yaitu pretest and

posttest with control group design dengan hasil p = 0,573 (p > 0,05). Tidak ada

perbedaan yang signifikan memori jangka pendek antara siswa yang diberi

sarapan dengan yang tidak diberi sarapan.

Hasil yang tidak signifikan kemungkinan dipengaruhi oleh adanya proses

belajar akibat soal tes memori jangka pendek yang digunakan untuk pretest dan

posttest sama. Penggunaan soal yang sama dilakukan untuk mengantisipasi

kemungkinan soal baru mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda. Proses belajar

ini membuat 24 dari 30 siswa (80 %) mengalami peningkatan memori.

Perbandingan antara kelompok perlakuan dan kontrol tersebut tidak berbeda

secara bermakna. Berbeda dengan penelitian Schroll yang menggunakan soal tes

memori yang dipilih secara acak, sehingga kemungkinan terdapat proses

pembelajaran terhadap soal lebih kecil.

Kemungkinan lain yang membuat hasil tidak signifikan adalah kandungan

glukosa dalam sarapan yang diberikan peneliti. Peneliti memberikan menu

sarapan berdasarkan rujukan dari Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian

Jakarta (2008). Selain itu, menu sarapan yang disediakan peneliti disesuaikan

(52)

commit to user

41

dengan kandungan kalori 776 kilokalori, protein 43,5 gram, serta glukosa 53,2

gram. Menurut Korol dan Gold dalam Schroll (2006) 50 gram glukosa yang

diberikan kepada siswa yang tidak terbiasa sarapan dapat meningkatkan memori

dan prestasi, sedangkan untuk siswa yang sudah terbiasa sarapan, hal itu tidak

berpengaruh. Dengan demikian, kemungkinan hasil tidak signifikan dapat

disebabkan oleh jumlah pasokan glukosa yang berpengaruh pada memori jangka

pendek siswa kurang adekuat.

Selain itu, ada faktor-faktor lain, seperti kondisi jasmani, kondisi emosi,

fokus dan perhatian juga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Faktor- faktor

(53)

commit to user BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan pemberian sarapan terhadap

memori jangka pendek siswa SMP N 4 Surakarta.

B. Saran

Berdasarkan penelitian ini, maka saran-saran penulis adalah sebagai

berikut:

1. Perlu dilakukan penyediaan menu makanan nasi, sayur, lauk, dan buah

dengan kandungan glukosa minimal 80 gram agar berpengaruh terhadap

fungsi memori.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh sarapan terhadap

memori jangka pendek dengan prosedur penelitian yang lebih cermat, dan

mengendalikan faktor-faktor luar yang turut mempengaruhi, seperti kondisi

jasmani, kondisi emosi, dan kesungguhan dalam mengikuti penelitian,

meliputi fokus dan konsentrasi.

3. Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak untuk

mendapatkan hasil yang lebih akurat dan terpercaya.

.

Gambar

Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin .....................................
Gambar 1. Sintesis asetilkolin ............................................................................
Tabel 1 . Indeks Glikemik Berbagai Makanan (Sajodin, 2010)
Gambar 1commit to user . Sintesis asetilkolin (Amy, 2008)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas pembelajaran pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilakukan dengan tujuan adalah Untuk mengtahui proses kegiatan belajar

Tingginya proporsi pori menyebabkan tanah memiliki pengatusan dan permeabilitas tinggi sehingga retensi lengas dan hara menjadi rendah Syukur dan Harsono (2008)

Corporate Social Responsibility (CSR) ialah merujuk pada praktik bisnis yang memiliki tanggung jawab sosial kepada masyarakat secara etis tanpa mengabaikan batasan

Karena memang tidak semua masyarakat Kota Semarang dapat mengakses media dan biasanya maksud dari sosialisasi ini adalah sebagai suatu penegasan atas program dan

Aplikasi ini dapat berfungsi layaknya pemandu wisata dimana informasi-informasi yang diberikan mancakup data restoran, tempat wisata, penginapan, tempat ibadah dan

Benturan kepentingan adalah keadaan dimana terdapat konflik antara kepentingan ekonomis perusahaan dan kepentingan eknomis pribadi pemegang saham, anggota Dewan

Sehubungan dengan rencana penyelenggaraan Diplomatic Corps Gathering 2015, dengan ini saya mengharapkan kehadiran Saudara dalam rapat koordinasi yang akan dilaksanakan pada..

Jurnal Manajemen Pendidikan 700 Berdasarkan konsep-konsep yang telah dikemukakan di atas, dapat disintesiskan bahwa kekuasaan adalah kekuatan seseorang dalam