commit to user
1
PENGARUH PEMBERIAN SARAPAN TERHADAP MEMORI JANGKA
PENDEK SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
NEGERI 4 SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
DIAN KARTIKA SARI
G 0008081
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Pengaruh Pemberian Sarapan Terhadap Memori
Jangka Pendek Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 4
Surakarta
Dian Kartika Sari , NIM : G0008081, Tahun : 2011
Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari Selasa , Tanggal 19 April 2011
Pembimbing Utama
Endang Sutisna Sulaeman, dr., M.Kes.
NIP. 19560302 198312 1 002 (...)
Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Juli 2011
commit to user
iv ABSTRAK
Dian Kartika Sari, G0008081, 2011. Pengaruh Pemberian Sarapan terhadap Memori Jangka Pendek Siswa Kelas VIII Sekolah Mengengah Pertama Negeri 4 Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tujuan Penelitian: untuk mengetahui adakah pengaruh sarapan terhadap memori
jangka pendek pada pelajar SMP N 4 Surakarta.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu atau
quasi experiment dengan pretest-posttest with control group design yang
dilaksanakan pada 26 Juli 2011 di SMP N 4 Surakarta. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP N 4 Surakarta. Besar sampel sejumlah 30 siswa kelas VIII SMP N 4 Surakarta. Pengambilan sampel dilaksanakan secara random sampling
dengan kriteria inklusi adalah: (1) Pelajar yang terdaftar sebagai siswa SMP N 4 Surakarta kelas VIII, (2) Peringkat 5 besar di kelasnya. Sampel tidak dapat dipilih jika (1) Tidak diizinkan oleh pihak sekolah sebagai subjek penelitian, (2) Tidak bersedia sebagai subjek penelitian, (3) Telah sarapan sebelum penelitian. Sampel yang sesuai kriteria inklusi dipilih 30 orang secara random. Sampel mengisi check
list kebiasaan sarapan. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok yang diberi
sarapan dan yang tidak diberi sarapan. Kedua kelompok diberi tes memori jangka pendek sebelum dan sesudah perlakuan. Analisis menggunakan (1) Uji normalitas data Shapiro-Wilk, (2) Uji Independent t test pada nilai pretest, (3) Uji Mann-Whitney melalui program SPSS 17.0 for Windows.
Hasil Penelitian: menunjukkan: (1) rerata nilai pretest untuk kelompok perlakuan 5,27 ± 1,39 dan untuk kelompok kontrol 5,89 + 1,28, sedangkan nilai posttest
untuk kelompok perlakuan 6,61 + 0,80 dan untuk kelompok kontrol 6,39 + 1,02, (2) hasil uji Independent t test menunjukkan p = 0,221, (3) hasil uji Mann-Whitney menunjukkan p = 0,573.
Simpulan Penelitian: Dari 15 siswa yang tidak mendapat sarapan, 11 orang (73,33%) mengalami peningkatan memori jangka pendek, sedangkan 15 siswa yang mendapat sarapan, 13 orang (86,67 %) mengalami peningkatan memori jangka pendek. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan pemberian sarapan terhadap memori jangka pendek siswa SMP Negeri 4 Surakarta.
commit to user
v ABSTRACT
Dian Kartika Sari, G0008081, 2011. Effect of Breakfast on Short-Term Memory
in Grade VIII Students of Junior High School 4 Surakarta. Medical Faculty of Sebelas Maret University Surakarta.
Objectives: This study aim to find out there was any influence of breakfast on the short-term memory in grade VIII student of Junior High School 4 Surakarta.
Methods: This study was a pseudo-experiment or quasi-experimental research with pretest-posttest with control group design that was held on July 26, 2011 in Junior High School 4 Surakarta. Research subjects were junior high school students in grade VII. Data was collected by using random sampling with inclusion criteria were (1) Students who are enrolled as a student of class VII Junior High School 4 Surakarta, (2) Ranking the Top 5 in its class. Samples can not be selected if (1) was not permitted by the school as a research subject, (2) Not available as a research subject, (3) Had breakfast before the study. Appropriate sample inclusion criteria were randomly selected 30 people. Sample fill the breakfast habit check list. The samples were divided into 2 groups, groups that were given breakfast and were not given breakfast. Both groups were given short-term memory tests before and after treatment. Analysis using (1)
Shapiro-Wilk Test normality of data, (2) Test Independent t tests on the pretest, and (3)
Mann-Whitney test with SPSS 17.0 for Windows.
Result: This study demonstrates (1) average pretest values for the treated group 5.27 ± 1.39 and for control group 5.89 + 1.28, while the posttest for the treated group 6.61 + 0.80 and for group control 6.39 + 1.02, (2) test results Independent t
test showed p = 0.221, (3) the results of Mann-Whitney test showed p = 0.573.
Conclusions: 11 students (73.33%) of the 15 students experienced an increase in short-term memory, while 15 students received breakfast, 13 student (86.67%) experienced an increase in short-term memory. There was no significant effect of breakfast on the short-term memory grade VIII student of Junior High School 4 Surakarta.
commit to user
vi PRAKATA
Alhamdulillaah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah merahmati, memberi petunujuk, dan kesabaran sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Sarapan terhadap Memori Jangka Pendek Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Surakarta”.
Skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana S1 di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta ini, tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Atas pertolongan Allah SWT, bimbingan dan dukungan berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Zaenal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. dr. Muthmainah, M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. dr. H. Endang Sutisna Sulaeman, M.Kes. selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat. 4. Sumardiyono, S.K.M., M.Kes., selaku Pembimbing Pendamping yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.
5. Drs. Hardjono, M.Si., selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.
6. Drs. Bagus Wicaksono, M.Si., selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.
7. Ayah, Ibu, kakak, bibi, seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral, material, serta doa untuk terselesaikannya skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kerja sama dan semangatnya.
9. Teman-teman mahasiswa Psikologi yang telah meminjamkan buku-buku referensi.
10.Teman-teman Liqo’ yang senantiasa mendoakan.
11.Adik-adik siswa kelas VIII SMP N 4 Surakarta yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.
12.Ibu Dwi Maryati (Guru SMP NEGERI 4 Surakarta) atas semua bantuannya.. 13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Meskipun laporan skripsi ini masih belum sempurna, penulis berharap dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.
Surakarta, Juli 2011
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ... 5
A. Tinjauan Pustaka ... 5
1. Asupan Makanan ... 5
2. Memori ... 13
2. Hubungan Sarapan dengan Memori... 21
B. Kerangka Pemikiran ... 24
C. Hipotesis ... 24
BAB III. METODE PENELITIAN ... 25
A. Jenis Penelitian... 25
B. Lokasi Penelitian... 25
C. Subjek Penelitian ... 25
commit to user
viii
E. Rancangan Penelitian ... 26
F. Identifikasi Variabel... 26
G. Definisi Operasional Variabel ... 27
H. Alat dan Bahan Penelitian ... 27
I. Prosedur Penelitian ... 28
J. Analisis Hasil ... 29
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 30
A. Deskripsi Sampel ... 30
B. Analisis Statistika... 32
BAB V. PEMBAHASAN ... 37
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 42
A. Simpulan ... 42
B. Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Indeks Glikemik Berbagai Makanan ... 7
Tabel 2. Distribusi Sampel Peringkat di Kelas ... 30
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Perlakuan dan Usia ... 31
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 31
Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Kebiasaan Sarapan...32
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data dengan Shapiro-Wilk Test ... 33
Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest dengan Levene’s Test... 34
Tabel 8. Hasil uji Independent t Test... 35
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari SMP N 4 Surakarta
Lampiran 2. Nilai Tes Memori Jangka Pendek SMP N 4 Surakarta
Lampiran 3. Soal Tes Memori Perintah (Alpha Test)
Lampiran 4. Uji Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Distribusi Sampel
Berdasarkan Peringkat pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Lampiran 5. Uji Chi-Square Persebaran Jenis Kelamin pada Kelompok
Perlakuan dan Kontrol
Lampiran 6. Uji Normalitas Data Shapiro Wilk pada Kelompok Perlakuan dan
Kontrol
Lampiran 7. Uji Independent t Test Perbandingan Nilai Pretest Kelompok
Perlakuan dan Kontrol
Lampiran 8. Uji Mann-Whitney Perbandingan Nilai Posttest Kelompok
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sarapan mempunyai peran yang penting dalam diet sehari-hari. Tanpa
sarapan, seseorang akan mengalami hipoglikemia atau penurunan kadar
glukosa (Wiharyanti, 2006). Sarapan dapat menyediakan glukosa untuk
meningkatkan kadar glukosa darah (Muchtar, 2009). Penelitian terhadap anak
usia 11-14 tahun memberi kesimpulan bahwa kenaikan gula darah yang
dicapai setelah sarapan berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan
kognitif siswa (Micha et al., 2010).
Menurut Williams et al. (1966), Departemen Pertanian Amerika
Serikat membuat program sarapan di sekolah. Berdasarkan keterangan In the
House of Representatives, program tersebut dijalankan di 84000 sekolah dan
pada tahun 2008 hampir mencakup 8,5 juta anak sekolah (Hanley, 2010).
Selama 20 tahun terakhir, beberapa penelitian mengenai kesuksesan program
tersebut banyak dilakukan. Meskipun dari beberapa studi ditemukan hasil
yang berbeda, terdapat satu kesamaan bahwa sarapan untuk siswa cukup
signifikan meningkatkan kemampuan kognitif, kesiapan menerima informasi,
meningkatkan perhatian atau fokus, dan hasil yang baik dalam ujian membaca
dan matematika (Brown et al., 2008).
Penelitian oleh Murphy (2007) menunjukkan bahwa siswa yang sering
commit to user
sering tidak naik kelas, bermasalah dalam pengendalian emosi dan tingkah
laku. Siswa yang tidak mendapat nutrisi cukup mempunyai kemampuan
kognitif lebih rendah daripada siswa dengan tingkat ekonomi rendah, tetapi
tidak mengalami kelaparan.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Scroll (2006) untuk menguji efek
pemberian sarapan terhadap memori jangka pendek pada mahasiswa
Universitas Saint Martin. Dalam penelitian tersebut, 20 mahasiswa dipilih
secara acak untuk mengikuti tes memori jangka pendek selama 2 hari. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang mendapat sarapan
sebelumnya mendapat hasil tes memori yang lebih tinggi daripada saat tidak
diberi sarapan.
Memori tidak hanya diperlukan oleh orang dewasa saja, tetapi
anak-anak usia sekolah atau siswa membutuhkan memori yang baik untuk
menunjang proses belajar. Salah satu cara untuk meningkatkan kinerja otak
dalam memproses memori adalah nutrisi yang diperoleh dari sarapan. Namun
demikian, pada kenyataannya, masih cukup banyak siswa yang meninggalkan
sarapan paginya. Alasan siswa tersebut meninggalkan sarapan karena tidak
sempat dan tidak terbiasa.
Berdasarkan survei yang dilakukan kepada 166 anak SMP N 4
Surakarta, ternyata 39 siswa (23,5 %) tidak mempunyai kebiasaan sarapan.
Meskipun SMP N N 4 Surakarta termasuk peringkat 2 teratas di Kecamatan
Banjarsari dan menjadi salah satu Rencana Sekolah Berstandar Internasional,
commit to user
3
adanya program sarapan di sekolah seperti yang dilakukan sekolah-sekolah di
Amerika dapat menanggulangi siswa yang tidak sarapan karena keterbatasan
waktu sebelum berangkat sekolah.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang diikuti 16 siswa di SMP N N
4 Surakarta ternyata 9 dari 16 siswa (56,25 %) mengalami peningkatan hasil
tes memori jangka pendek menggunakan tes Tintum. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai manfaat sarapan terhadap memori
jangka pendek siswa SMP N N 4 Surakarta.
B. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang di atas, dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut :
Adakah pengaruh pemberian sarapan terhadap memori jangka pendek
siswa kelas VIII SMP N N 4 Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui adakah pengaruh sarapan terhadap memori jangka
pendek
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kandungn kalori dan glukosa dalam nasi, sayur,
lauk, dan buah yang dikonsumsi siswa SMP N 4 Surakarta.
b. Untuk mengetahui kemampuan memori jangka pendek siswa SMP N 4
commit to user
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Menambah informasi ilmiah bahwa sarapan yang baik dapat meningkatkan
kemampuan memori jangka pendek para siswa.
2. Manfaat Aplikatif
a. Menumbuhkan kebiasaan sarapan yang mengandung karbohidrat
kompleks, protein, mineral, vitamin, dan serat yang cukup bagi para
siswa.
b. Meningkatkan perhatian dan kepedulian pihak sekolah mengenai
pemenuhan karbohidrat kompleks, protein, mineral, vitamin, dan serat
dalam sarapan siswa dengan menciptakan kebijakan sarapan di
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Asupan Makanan
a. Menu makanan sehari-hari
Menu makanan sehari-hari sangat penting untuk mencukupi
kebutuhan tubuh akan energi. Menu makanan yang baik adalah makanan yang
sehat dan bergizi. Makanan sehat adalah makanan yang terjamin kebersihan
dan kelayakan gizinya untuk dikonsumsi. Makanan bergizi mengandung
nutrisi yang diperlukan oleh tubuh, antara lain karbohidrat, protein,
vitamin, mineral dan serat (Liana, 2009).
Komposisi menu makanan disesuaikan dengan kebutuhan energi
selama sehari, dengan perbandingan 55 %-65 % mengandung karbohidrat,
20 %-25 % lemak, 15 %-20 % protein, dan 5 % vitamin, mineral, serta
serat. Komposisi karbohidrat sendiri dianjurkan 50 %-60 % karbohidrat
kompleks dan 5 %-10 % karbohidrat sederhana (Sajodin, 2010).
Karbohidrat kompleks, yaitu karbohidrat yang dimetabolisme secara
perlahan oleh tubuh. Karbohidrat kompleks mempertahankan rasa kenyang
lebih lama. Makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, antara lain
nasi, kentang, roti, gandum, sereal. Protein, contohnya telur, tahu, tempe,
ikan, dan ayam. Sementara serat, vitamin, dan mineral yang terkandung
dalam buah dan sayur-sayuran dapat melancarkan pencernaan dan
commit to user b. Sarapan
1) Pengertian
Sarapan mempunyai peran yang penting dalam diet sehari-hari.
Sarapan merupakan makan pertama yang dikonsumsi setelah puasa
sekitar 10-12 jam di malam hari (Hanley, 2010). Biasanya, orang
makan malam pada pukul 19:00 dan baru makan di pagi harinya pada
pukul 06:00. Dengan adanya puasa antara rentang waktu tersebut,
cadangan glukosa (gula darah) hanya cukup untuk aktivitas selama 2-3
jam di pagi hari (Wiharyanti, 2006). Sarapan dapat menyediakan
karbohidrat yang siap untuk meningkatkan kadar glukosa darah
(Muchtar, 2009). Menurut para ahli gizi, sedikitnya 30 % total energi
tubuh harus dipenuhi saat sarapan (Triyanti, 2005).
2) Menu Sarapan
Menu sarapan yang sehat menurut Dr Daniel Amen dalam
Garrison (2010) adalah yang mengandung karbohidrat kompleks, kaya
protein, vitamin, mineral, dan serat. Karbohidrat kompleks lebih
dianjurkan daripada karbohidrat sederhana, sebab karbohidrat
sederhana sangat cepat menaikkan kadar gula darah dan insulin.
Namun, cepat pula menurun kadarnya, sehingga orang lebih cepat
merasa lapar kembali. Protein juga berhubungan dengan kerja otak,
sebab protein terdiri atas asam amino sebagai prekursor
commit to user
7
Jumlah makanan yang dikonsumsi ditentukan berdasarkan usia,
aktivitas, dan berat badan. Sebagai patokannya, kurang lebih sarapan
mengandung 25 % dari kebutuhan kalori selama sehari. Berlebihan
dalam mengonsumsi makanan saat sarapan dapat menyebabkan kantuk
sebab energi terkonsentrasi di sistem pencernaan (Liana, 2009).
3) Indeks Glikemik
Indeks glikemik merupakan ukuran yang digunakan untuk
menunjukkan kemampuan setiap makanan berkarbohidrat dalam
menaikkan kadar gula darah tubuh. Indeks glikemik digambarkan oleh
suatu angka dalam persen yang membandingkan naiknya kadar gula
darah dalam waktu yang sama setelah makan suatu makanan yang
mempunyai kandungan karbohidrat setara. Setiap makanan
mempunyai indeks glikemik berbeda. Nilai indeks glikemik beberapa
sumber karbohidrat terlihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Indeks Glikemik Berbagai Makanan (Sajodin, 2010)
Nama makanan Nilai IG Nama makanan Nilai IG
Roti 100 Kacang merah 45
Nasi 81 Kacang tanah 15
Kentang rebus 80 Kacang kedelai 20
Jagung 80 Pisang 84
Jus jeruk 71 Jeruk 51
Kemampuan makanan menaikkan kadar gula darah tergantung
pada jenis bahan makanan, cara mengolah makanan, kepekatan
makanan, dan banyaknya kandungan serat, protein, dan lemak.
Makanan yang sudah direbus atau digoreng mempunyai indeks
commit to user
suatu makanan, semakin menaikkan kadar gula darah, misalnya jus
jeruk lebih mudah menaikkan gula darah daripada jeruk. Sedangkan
adanya serat dalam menu makanan dapat memperkecil kenaikkan
kadar glukosa (Sajodin, 2010).
Hasrat makan dan rasa lapar terbukti berhubungan dengan
kadar glukosa darah setelah 1 jam mengonsumsi karbohidrat.
Karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi, seperti glukosa dan
sukrosa terbukti menekan nafsu makan dan hasrat makan dalam waktu
cukup singkat. Sementara itu, makanan dengan indeks glikemik rendah
tidak (Anderson, 2002).
4) Manfaaat sarapan
Manfaat sarapan bagi tubuh (PDGI, 2010), antara lain:
a) Memberi kekuatan metabolisme setelah sepanjang malam
kelaparan.
Sarapan merupakan waktu makan yang penting, karena dapat
mengganti waktu malam yang tidak terisi makanan serta
menambah kebutuhan glukosa. Pada pagi hari, setelah kurang lebih
tidak mengonsumsi makanan selama 12 jam, gula darah turun ke
level yang paling rendah. Tubuh akan melakukan kompensasi
dengan melepas cadangan gula/glikogen. Sarapan membantu tubuh
commit to user
9
b) Berguna untuk penurunan berat badan.
Pagi hari adalah waktu pertama kali tubuh merasa lapar.
Melewatkan sarapan membuat tubuh tetap dalam keadaan lapar,
sedangkan mengonsumsi makanan yang baik akan meningkatkan
metabolisme. Sarapan makanan yang sehat akan meningkatkan
kemampuan pembakaran lemak dalam tubuh.
c) Menambah nutrisi esensial dan tingkat energi.
Sarapan menyediakan proporsi signifikan asupan total nutrisi untuk
sepanjang hari dan menawarkan kesempatan untuk menikmati
makanan bernutrisi. Lebih jauh lagi, sarapan dapat meningkatkan
tingkat energi.
d) Memberi otak bahan bakar untuk meningkatkan konsentrasi.
Sarapan membantu pencapaian level gula darah secara signifikan.
Gula darah atau glukosa tersebut digunakan sebagai bahan bakar
otak untuk menjalankan fungsinya, seperti memecahkan masalah,
berpikir, dan mengingat.
e) Menghindari makan tidak terkontrol.
Sarapan yang baik dapat mengontrol rasa lapar, sehingga
mencegah rasa lapar yang berlebihan di siang hari. Sedangkan
orang yang meninggalkan sarapan, cenderung mudah merasa lapar.
Rasa lapar tersebut menyebabkan seseorang tidak mengontrol
commit to user 5) Efek meninggalkan sarapan
Faktor yang paling berpengaruh terhadap pemenuhan sarapan
bagi remaja adalah kebiasaan sarapan keluarga, khususnya orang tua.
Orang tua yang menerapkan kebiasaan sarapan di rumah, ternyata
anaknya juga mempunyai keteraturan dalam sarapan. Sebaliknya,
banyak anak yang meningggalkan sarapan karena orang tuanya juga
tidak melakukan atau tidak menyediakan sarapan (Keski-Rahkonen et
al., 2003). Kenyataan di masyarakat, banyak yang sering
meninggalkan sarapan. Alasannya melewatkan sarapan adalah tidak
ada waktu untuk sarapan atau tidak selera. Masyarakat yang sering
melewatkan sarapan karena terburu waktu adalah siswa dan pekerja.
Padahal, sarapan sangat penting untuk aktivitas sehari-hari, terutama
bagi siswa yang masih dalam usia pertumbuhan dengan tuntutan
konsentrasi dan aktivitas fisik yang tinggi.
Siswa yang tidak mendapat sarapan bernutrisi di rumah akan
mudah mengalami kelaparan di sekolah (Grantham-McGregor et al.,
1998). Penelitian oleh Murphy (2007) menunjukkan bahwa siswa yang
sering mengalami kelaparan mendapat nilai rendah dalam ujian
matematika, lebih sering tidak naik kelas, bermasalah dalam
pengendalian emosi dan tingkah laku. Siswa yang tidak mendapat
nutrisi cukup mempunyai kemampuan kognitif lebih rendah daripada
siswa dengan tingkat ekonomi rendah, tetapi tidak mengalami
commit to user
11
bahwa anak yang tidak terbiasa sarapan sulit berkonsentrasi, lambat
menanggapi, dan perhatian rendah terhadap siswaan (Triyanti, 2005).
Efek tidak sarapan (Umi, 2011):
a) Meninggalkan sarapan dapat meningkatkan risiko obesitas.
Meninggalkan sarapan dapat mengganggu siklus metabolisme
sehingga kontrol terhadap rasa lapar juga tidak terkendali. Rasa
lapar berlebihan menjelang siang membuat orang mengonsumsi
makanan berlemak lebih banyak. Menurut penelitian di University
of Tasmania, dari 2184 responden yang tidak terbiasa sarapan
selama 20 tahun, mayoritas mengaku lebih banyak mengonsumsi
makanan berlemak tinggi dan kadar gula tinggi sebelum makan
siang.
b) Faktor risiko penyakit jantung.
Konsumsi lemak yang berlebihan akibat terbiasa meninggalkan
sarapan dapat meningkatkan kadar kolesterol. Kolesterol tinggi
merupakan risiko penyakit jantung. Penelitian yang dikutip Daily
Mail menunjukkan bahwa orang yang berisiko mengalami masalah
kesehatan akibat mengabaikan sarapan adalah orang dewasa yang
secara teratur beraktivitas tanpa didahului sarapan sejak usia
anak-anak sampai dewasa. Saat memasuki akhir dua puluhan, terdeteksi
commit to user c. Program sarapan di sekolah
Sjahmien Moehji dalam Triyanti (2005) menjelaskan bahwa
pemberian makanan di sekolah atau biasa disebut dengan school feeding
merupakan tindakan umum yang bisa dilaksanakan untuk memperbaiki
keadaan gizi anak-anak sekolah. Praktek penyelenggaraan school feeding
ini sudah lama dan sudah banyak diselenggarakan di berbagai negara, baik
Eropa maupun di Asia. Untuk masing-masing negara, baik bentuk maupun
cara penyelenggaraan school feeding ini berbeda-beda. Di Jepang,
misalnya, school feeding berupa pemberian makanan lengkap, paling
sedikit satu kali. Penyelenggaraan school feeding dilakukan atas bantuan
pemerintah dan persatuan orang tua murid dan guru kelas.
Menurut Williams et al.. (1966), Departemen Pertanian Amerika
Serikat membuat program sarapan di sekolah. Berdasarkan keterangan In
the House of Representatives, program tersebut dijalankan di 84000
sekolah dan pada tahun 2008 hampir mencakup 8,5 juta anak sekolah
(Hanley, 2010). Selama 20 tahun terakhir, beberapa penelitian mengenai
kesuksesan program tersebut banyak dilakukan. Meskipun dari beberapa
studi ditemukan hasil yang berbeda, terdapat satu kesamaan bahwa
sarapan untuk siswa cukup signifikan meningkatkan kemampuan kognitif,
kesiapan menerima informasi, meningkatkan perhatian atau fokus, dan
hasil yang baik dalam ujian membaca dan matematika (Brown et al.,
commit to user
13
Program sarapan dari sekolah mempunyai beberapa manfaat, yaitu
meningkatkan kesehatan, nutrisi, dan menunjang perbaikan kinerja
pendidikan sekolah. Kesehatan dan nutrisi mencakup peningkatan asupan
makanan, pemenuhan nutrisi seimbang, dan peningkatan status gizi.
Sementara kinerja pendidikan mencakup peringkat sekolah, angka
ketidaklulusan, kehadiran siswa, jumlah siswa yang mendaftar, jumlah
siswa yang dikeluarkan, kemampuan kognitif siswa, dan tata tertib
sekolah. Selain itu, program tersebut dapat membantu orang tua dalam
menjaga kualitas makanan yang dikonsumsi putra-putrinya. Dengan
kualitas makanan yang baik, siswa dapat mengikuti kegiatan belajar
mengajar dengan lebih fokus (Grantham-McGregor et al., 1998).
Sebuah penelitian dilakukan kepada 1000 siswa di Inggris dari
keluarga berpenghasilan rendah. Akibat penghasilan rendah, diketahui
keluarga tersebut tidak terbiasa sarapan. Selanjutnya, para siswa diminta
mengikuti program sarapan di sekolah. Setelah mengikuti program
tersebut, ternyata nilai siswaannya menjadi lebih bagus daripada
sebelumnya (Triyanti, 2005).
2. Memori
a. Definisi
Proses kognitif merupakan proses mental atau aktivitas pikiran
manusia (Suharnan, 2005). Proses tersebut melibatkan neuron-neuron
commit to user
bertingkah laku (Wainwright, 2006). Proses tersebut meliputi empat
fungsi, yaitu (Widyantara, 2010):
1) Fungsi reseptif, yang melibatkan kemampuan untuk menyeleksi,
memproses, mengklasifikasikan, dan mengintegrasikan informasi.
2) Fungsi memori/ belajar, yang meliputi kemampuan mengumpulkan
informasi dan memanggil kembali.
3) Fungsi berpikir adalah mengenai organisasi dan reorgaisasi
informasi.
4) Fungsi ekspresif untuk mengomunikasikan informasi-informasi
yang telah didapat.
Fungsi memori dalam proses kognitif mempunyai peran yang sangat
penting sebab hampir semua aktivitas manusia selalu melibatkan
memori (Suharnan, 2005).
Menurut Ellis dan Hunt (1993) serta Matlin (1989), memori
adalah proses penyimpanan atau pemeliharaan informasi dari beberapa
detik sampai sepanjang waktu. Pada tahun 1968, Atkinson dan Shiffrin
dalam Ellis dan Hunt (1993) mengajukan dua model ingatan, yaitu
ingatan jangka pendek (ShortTterm Memory/ STM) dan ingatan jangka
panjang (Long-Term Memory/ LTM) (Suharnan, 2005). Sedangkan
Wirawan (2007) menyebutkan bahwa dalam lingkup Psikologi, ahli
membedakan menjadi 2 teori tentang memori, yaitu Association Model
dan Cognitive Model. Model asosiasi merupakan hasil koneksi antara
commit to user
15
merupakan bagian dari information processing. Teori ini menjelaskan
bahwa manusia memiliki tiga macam memori, yaitu memori sensoris,
memori jangka pendek dan memori jangka panjang.
b. Model-model memori:
1) Memori sensoris
Memori sensoris adalah informasi sensoris yang masih tersisa
sesaat setelah stimulus diambil. Selanjutnya, manusia melakukan
proses selektif untuk memilih informasi mana yang akan diproses
lebih lanjut ke memori jangka pendek atau jangka panjang
(Wirawan, 2007).
2) Memori jangka pendek
Memori jangka pendek adalah memori yang disimpan dalam
jangka waktu yang lebih lama daripada memori sensoris. Memori
tersebut berupa hal-hal yang disadari dalam benak manusia saat ini
(Wirawan, 2007).
Ada 2 macam proses pengendalian dalam memori jangka pendek,
antara lain (Suharnan, 2007):
a) Rehearsal (mengulang informasi di benak manusia). Rehearsal
mempunyai fungsi, yaitu memelihara atau mempertahankan
informasi di dalam memori jangka pendek dan untuk
memindahkan informasi dari memori jangka pendek ke memori
commit to user
b) Encoding (pemrosesan informasi menjadi bentuk yang lebih
mudah diingat), misalnya untuk mempermudah mengingat
nomor telepon 085640406600 akan lebih mudah diingat
apabila dikelompokkan empat satuan unit angka
0856-4040-6600 daripada menyebut angka satu persatu.
3) Memori jangka panjang
Memori jangka panjang adalah informasi yang bertahan lama
disimpan dalam ingatan untuk keperluan di masa yang akan
datang. Untuk memanggil kembali informasi yang ada di memori
jangka panjang, manusia melakukan retrieval yang berupa
recognition (mengenali stimulus yang sudah dialami sebelumnya)
dan recall (mengingat kembali informasi yang pernah di simpan di
masa lalu). Retrieval bisa dibantu dengan adanya cue, yaitu
informasi yang berhubungan dengan memori yang dimaksud
(Wirawan, 2007).
c. Proses memori dapat dijelaskan (Pratiwi, 2009) sebagai berikut:
1) Encoding adalah proses mengubah informasi sensoris ke dalam
bentuk yang lebih mudah diingat. Encoding dapat dilakukan
dengan metode chunking, yaitu pengelompokkan beberapa huruf
sebagai kata (small chunks), sekelompok kata sebagai frase (larger
chunks), dan serangkaian frase sebagai kalimat (even larger
commit to user
17
2) Storage adalah proses penyimpanan informasi yang telah diproses
dalam enconding. Proses ini disebut juga dengan retensi, yaitu
proses mengendapkan informasi yang diterimanya dalam suatu
tempat tertentu. Sistem penyimpanan ini sangat mempengaruhi
jenis memori (memori sensoris, memori jangka pendek, atau
memori jangka panjang). Sehubungan dengan masalah retensi dan
kelupaan, ada satu hal penting, yaitu interval atau jarak waktu
antara memasukkan dan menimbulkan kembali informasi. Interval
dapat dibedakan atas:
a) Lama interval, menunjuk pada rentang waktu antara
pemasukan informasi sampai ditimbulkan kembali informasi
tersebut. Lamanya berkaitan dengan kekuatan retensi.
b) Isi interval,yaitu aktivitas-aktivitas yang terdapat pada interval.
Aktivitas tersebut akan merusak atau menganggu jejak ingatan,
sehingga dapat menyebabkan kelupaan.
3) Retrievaladalah pemulihan kembali informasi yang telah disimpan
sebelumnya. Proses mengingat kembali merupakan suatu proses
mencari dan menemukan informasi yang disimpan dalam memori
untuk digunakan kembali. Proses mengingat, yaitu :
a) Recall, yaitu mengeluarkan bagian spesifik dari informasi,
biasanya diarahkan dengan menggunakan cues, yaitu informasi
yang berhubungan dengan memori yang dimaksud. Membatasi
commit to user
yang hadir pada situasi tertentu, contohnya adalah volume dan
ritme suara.
b) Recognition, yaitu mengenali bahwa stimulus tertentu telah
disajikan sebelumnya. Misalnya dalam soal pilihan ganda,
siswa hanya dituntut untuk melakukan recognition karena
semua pilihan jawaban sudah diberikan. Siswa hanya perlu
mengenalijawaban yang benar di antara pilihan yang ada.
c) Redintegrative, yaitu proses mengingat dengan
menghubungkan berbagai informasi menjadi suatu cerita yang
cukup lengkap. Proses ini terjadi bila seseorang ditanya sebuah
nama, misalnya Susilo Bambang Yudhoyono (presiden RI),
maka akan teringat banyak hal tentang tokoh tersebut.
d. Kerja memori dipengaruhi oleh banyak sebab. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kerja memori (Widyantara, 2010), antara lain:
1) Kondisi jasmani, seperti kelelahan, kurang tidur, atau sakit dapat
mempengaruhi kerja memori
2) Usia, ingatan paling tajam untuk memori yang sifatnya mekanis
(ingatan untuk kesan penginderaan) adalah pada usia 10 sampai 14
tahun. Sedangkan untuk ingatan yang pengandung pengertian akan
sesuatu dapat dipertajam pada usia 15 sampai 50 tahun.
3) Emosi, saat mengalami peristiwa-peristiwa menyentuh, seseorang
commit to user
19
Untuk memori jangka pendek, faktor yang mempengaruhi
antara lain, nutrisi, faktor genetik, lingkungan, dan trauma otak. Secara
garis besar, semua gangguan terhadap otak, sel-sel neuron, dan
neurotransmitter akan mempengaruhi memori jangka pendek. (Martin,
2007).
e. Fisiologi Memori
Menurut Atkinson, unit dasar fungsi kerja otak melibatkan
neuron. Neuron mengadakan hubungan antara satu dengan yang lain
melalui celah sinaptik. Untuk bisa mentransfer impuls saraf kepada
neuron lain, ketika sampai di ujung saraf (terminal sinaptik) akan
terjadi sekresi suatu zat yang disebut neurotransmitter.
Neurotransmitter tersebut berdifusi menyeberangi celah sinaptik dan
menstimulus neuron selanjutnya (Huwae, 2006).
Kusumoputro dalam Huwae (2006) menjelaskan bagian otak
yang berhubungan dengan memori adalah lobus temporalis,
hipokampus dan amigdala yang termasuk dalam sistim limbik.
Sedangkan Wade (2007) menyebutkan secara lengkap area pada otak
yang mengalami pengaktifan saat memori terkait berfungsi, yaitu:
1) Lobus frontalis untuk tugas-tugas memori jangka pendek;
2) Prefrontal cortex, bagian dari lobus temporal untuk efisiensi proses
penyandian dan gambar;
commit to user
4) Cerebral cortex sebagai tempat penyimpanan memori jangka
panjang.
f. Perjalanan dari Memori Jangka Pendek Menuju Memori Jangka
Panjang
Memori jangka pendek akan diteruskan oleh otak menjadi
memori jangka panjang. Terdapat fenomena menarik yang disebut efek
serial-posisi. Yaitu ketika seseorang mengingat daftar nama misalnya,
orang tersebut akan mengingat dengan mudah nama yang tertulis di
awal dan di akhir daftar. Penyebabnya adalah memori jangka pendek
relatif masih kosong saat informasi baru masuk, sementara informasi
yang berada di bagian tengah saat akan masuk, memori jangka pendek
sudah dipenuhi informasi sebelumnya. Nama yang berada di akhir
daftar sebagai informasi yang datang di akhir lebih mudah diingat
dengan alasan berbeda, yaitu saat proses recall/pemanggilan kembali
informasi tersebut masih berada di memori jangka pendek.
Proses perjalanan memori jangka pendek hingga sampai
memori jangka panjang dilakukan dengan cara mengulang kembali
informasi yang baru diterima di memori jangka pendek, atau
menggunakan kategori semantik, misalnya kata kursi termasuk
kategori mebel. Kategori semantik ini sangat berguna untuk
anak/siswa, sebab dengan adanya pengelompokkan objek dengan cara
commit to user
21
3. Hubungan sarapan dengan memori
Kebutuhan energi otak menurut Whitney (2002) mencapai 10 %
daripada kebutuhan energi seluruh tubuh. Kebutuhan energi ini tinggi
karena neuron selalu berada dalam proses metabolisme (Amy, 2008). Otak
merupakan organ yang sangat peka terhadap kadar gula darah yang rendah
karena glukosa merupakan sumber energi otak yang utama (Fahmi, 2010).
Jaringan dan sel-sel tertentu yang meliputi susunan saraf pusat dan
eritrosit, bergantung pada pasokan glukosa yang berkesinambungan dalam
melakukan fungsinya (Murray et al., 2003).
Kerja otak untuk memori melibatkan serabut-serabut saraf yang
menjalarkan impuls dari neuron satu ke neuron lain. Hubungan antara
neuron satu dengan neuron berikutnya disebut interneuronal junction atau
disebut juga sinaps. Pada memori jangka pendek, perubahan pada neuron
memicu neuron mengeluarkan neurotransmitter secara singkat berupa zat
kimia yang menyampaikan pesan dari satu sel ke sel lainnya (Wade et al.,
2007). Neurotransmitter yang penting dalam kerja tersebut, antara lain
asetilkolin, norepinefrin, histamine, GAMA, glisin, serotonin, dan
glutamat (Guyton et al., 2008). Asetilkolin merupakan neurotransmitter
yang paling penting dalam pembentukan ingatan (Gamon et al., 2007).
Ada beberapa mekanisme yang menjelaskan efek glukosa terhadap
memori menurut Kaplan et al. Salah satu penjelasan yang paling popular
menyebutkan bahwa glukosa meningkatkan memori dengan cara
commit to user
terjadi baik pada usia muda, usia tua, maupun penderita Alzheimer. Kerja
glukosa sangat mendukung memori sebab glukosa menjadi sumber utama
energi di sistem saraf pusat (Kaplan et al., 2001)
Glukosa menjadi bahan utama pembuat asetil koA. Asetil koA
adalah prekursor untuk asetilkolin, sehingga penurunan konsentrasi
glukosa menurunkan asetilkolin di otak (Das, 2001). Asetilkolin disekresi
oleh neuron-neuron di sebagian besar daerah otak. Asetilkolin dibentuk
dari asetil koA dan kolin, di mana asetil koA berasal dari asam piruvat
melalui proses glikolisis. Asam piruvat sendiri merupakan hasil
pemecahan glukosa (Guyton, 2008; Murray et al., 2003).
Mekanisme tersebut menjelaskan bahwa glukosa meningkatkan
memori dengan cara meningkatkan produksi dan pelepasan asetilkolin. Hal
itu juga dikuatkan dengan sebuah observasi bahwa glukosa dapat
mempengaruhi variasi perilaku, aktivitas neuron, dan diindikasikan sangat
mempengaruhi fungsi memori (Das, 2001).
commit to user
23
Penelitian yang dilakukan oleh Nilsson et al. (2008) menunjukkan
bahwa sarapan dengan makanan yang mempunyai indeks glikemik rendah
yang dikombinasikan dengan karbohidrat kompleks dapat
menyeimbangkan kadar gula darah hingga 10 jam. Dalam penelitian
tersebut disimpulkan bahwa subjek yang makan makanan berindeks
glikemik rendah menunjukkan konsentrasi dan daya ingat lebih baik.
Penelitian dilakukan oleh Schroll (2006) untuk menguji efek
pemberian sarapan terhadap memori jangka pendek pada mahasiswa
Universitas Saint Martin. Dalam penelitian tersebut, 20 mahasiswa dipilih
secara acak untuk mengikuti tes memori selama 2 hari. Pada hari pertama,
10 orang grup pertama diberi sarapan, 10 orang grup kedua tanpa sarapan.
Lima belas menit kemudian, dilakukan tes memori jangka pendek. Pada
hari kedua, perlakuan ditukar, grup pertama tanpa sarapan, sedangkan grup
kedua diberi sarapan, lalu dites. Hasil penelitian menunjukkan individu
mengalami peningkatan hasil tes memori dengan sarapan daripada saat
commit to user
B. Kerangka Pemikiran
Keterangan:
: variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
: mempengaruhi, diteliti
: mempengaruhi, tidak diteliti
C. Hipotesis
Sarapan mempengaruhi memori jangka pendek siswa kelas VIII SMP N 4 Surakarta.
Tidak sarapan
Tes memori jangka pendek
Sarapan
Memori jangka pendek Faktor internal:
1. Kondisi emosi 2. Kondisi jasmani 3. Faktor genetik 4. Usia
commit to user
25 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental. Desain
penelitian yang dipakai adalah the pretest-posttest with control group design
(Riyanto, 2011).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP N 4 Surakarta.
C. Subjek Penelitian
Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa SMP N 4 Surakarta.
Populasi terjangkau, yaitu siswa kelas VIII yang termasuk peringkat 5 besar.
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling
(Riyanto, 2011). Sampel yang diambil adalah siswa SMP N 4 Surakarta yang
mempunyai:
1. Kriteria inklusi:
a. Siswa yang terdaftar sebagai siswa SMP N 4 Surakarta kelas VIII,
b. Peringkat 5 besar di tiap kelas.
2. Kriteria eksklusi
a. Tidak diizinkan oleh pihak sekolah sebagai subjek penelitian,
b. Tidak bersedia sebagai subjek penelitian,
commit to user
Besar sampel pada penelitian ini berdasarkan rule of tumb, yaitu 30
sampel (Murti, 2010).
E. Rancangan Penelitian
F. Identifikasi Variabel
1. Variabel Bebas : Sarapan
2. Variabel Terikat : Memori jangka pendek
3. Variabel Perancu :
a. Terkendali: usia
b. Tidak terkendali:
1) kondisi emosi
2) kondisi jasmani, seperti kelelahan atau kurang tidur
commit to user
27 4) trauma
5) faktor genetik
G. Definisi Operasional Variabel
1. Sarapan
a. Definisi : sarapan ialah sarapan pertama sebelum
berangkat sekolah, antara pukul 06:00-07:00 WIB, dengan menu
minimal mengandung nasi, sayur, dan lauk.
b. Alat ukur : check list (observasi)
c. Hasil : sarapan dan tidak sarapan
d. Skala pengukuran : nominal
2. Memori Jangka Pendek
a. Definisi : memori yang disimpan dalam jangka waktu
beberapa detik sampai menit
b. Alat ukur : tes Alpha
c. Hasil : skoring (dilakukan psikolog)
d. Skala pengukuran : interval
H. Alat dan Bahan Penelitian
1. Soal Tes Memori Jangka Pendek Tes Alpha dari Unit Layanan Psikologi
Fakultas Kedokteran UNS.
2. Menu makanan terdiri dari nasi, sayur, lauk, dan buah dengan kandungan
commit to user
I. Prosedur Penelitian
1. Penelitian pendahuluan
a. Membagi check list tentang kebiasaan sarapan dan menunya kepada
seluruh siswa kelas VII SMP N 4 Surakarta.
b. Memberi tes memori jangka pendek (Alpha test) kepada 16 siswa
sebelum dan sesudah sarapan.
2. Penelitian akhir
a. Mendata siswa yang termasuk peringkat 5 besar sebagai populasi
terjangkau.
b. Melakukan random sampling untuk mendapat sampel sejumlah 30
siswa.
c. Meminta peserta untuk tidak sarapan terlebih dahulu sebelum tes.
d. Melakukan tes memori jangka pendek kepada kedua kelompok
sebelum sarapan (pre test).
e. Membagi sampel menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang diberi
sarapan dan yang tidak diberi sarapan.
f. Memberi sarapan pada kelompok pertama secara bersamaan
g. Melakukan tes memori jangka pendek (post test) kepada kedua
kelompok 1 jam setelah dimulai sarapan kelompok pertama
commit to user
29 J. Analisis Hasil
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan independent
t test untuk menguji perbedaan nilai antara satu kelompok dengan kelompok
lain, di mana satu kelompok dengan kelompok lain tidak saling berhubungan.
(Riwidikdo, 2009). Rumus manual uji independent t test adalah:
Keterangan:
t = nilai t test
x1, x2 = mean kelompok 1 dan kelompok 2
s = standar deviasi
n1, n2 = jumlah sampel pada kelompok 1 dan kelompok 2
Data diolah dengan menggunakan program Statistical Product and
Service Sollution (SPSS) 17, dengan interpretasi p < 0,05 berbeda signifikan, p
commit to user BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Sampel
Pada penelitian ini didapatkan 30 anak kelas VIII SMP N 4 Surakarta
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Distribusi sampel penelitian
dapat dilihat pada tabel berikut.
1. Distribusi Sampel Berdasarkan Peringkat
Tabel 2.Distribusi Sampel Berdasarkan Peringkat di Kelas
No Peringkat
Tabel di atas menunjukkan distribusi sampel berdasarkan peringkat di
kelas, memperlihatkan kelompok perlakuan terdapat 5 siswa peringkat I
(33,33 %), tidak ada yang mendapat peringkat II (0 %), 2 siswa peringkat III
(13,33 %), 3 siswa berperingkat IV (20 %), dan 5 siswa dengan peringkat V
(33,33 %). Sementara itu, pada kelompok kontrol tidak terdapat sampel yang
berperingkat I (0 %), 4 siswa peringkat II (26,67 %), 4 siswa peringkat III
commit to user
31
(26,67 %), 3 siswa peringkat IV (20 %), dan 4 siswa peringkat V (26,67 %).
Hasil pengujian dengan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai p =
0,375. Nilai 0,375 (p>0,05), artinya hasil tidak signifikan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara peringkat
kelompok perlakuan dan kontrol.
2. Distribusi Sampel Berdasarkan Perlakuan dan Usia
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Perlakuan dan Usia
Sumber: Data primer, 2011
Tabel di atas menunjukkan bahwa usia sampel baik pada perlakuan
maupun kelompok kontrol adalah sama, yaitu 13 tahun.
3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis kelamin
Tabel 4.Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
*uji Chi square
Sumber: Data primer, 2011
Tabel di atas menunjukkan distribusi sampel berdasarkan jenis
kelamin, kelompok perlakuan terdapat 8 siswa (53 %), dan perempuan
sejumlah 7 siswa (47 %). Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat
commit to user
laki sejumlah 4 siswa (27 %), dan perempuan ada 11 siswa (73 %).
Berdasarkan uji Chi square diketahui p = 0,136 (p > 0,05) yang artinya
tidak signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang bermakna pada jenis kelamin antara kelompok perlakuan dan kontrol.
4. Distribusi Sampel Berdasarkan Kebiasaan Sarapan
Tabel 5.Distribusi Sampel Berdasarkan Kebiasaan Sarapan
*Uji Chi square
Sumber: Data primer, 2011
Tabel di atas menggambarkan distribusi sampel berdasarkan
kebiasaan sarapan. Terdapat 12 siswa (80 %) pada kelompok perlakuan
yang terbiasa sarapan, dan 3 siswa (20 %) yang tidak terbiasa sarapan.
Sedangkan pada kelompok kontrol, terdapat 8 siswa (53,33 %) yang
terbiasa sarapan, sementara 7 siswa (46,67 %) tidak terbiasa sarapan.
Berdasarkan uji Chi square didapatkan nilai p = 0,121 (p > 0,05), sehingga
tidak terdapat perbedaan yang bermakna mengenai kebiasaan sarapan
antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Distribusi sampel
berdasarkan kebiasaan sarapan adalah normal.
B. Analisis Statistik
Data penelitian yang diperoleh berupa nilai tes memori jangka pendek
commit to user
33
maupun kontrol. Data tersebut dianalisis dengan independent t test dengan
program SPSS 17.00. Uji tersebut digunakan apabila nilai kedua kelompok
tidak berhubungan satu sama lain. Syarat independent t test adalah data
berskala numerik, berdistribusi secara normal, dan variansi kedua kelompok
dapat sama atau berbeda (untuk 2 kelompok). Untuk mengetahui bahwa data
berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas. Suatu data
dikatakan mempunyai sebaran normal jika didapatkan nilai p > 0,05. Uji
normalitas dapat dilakukan dengan cara deskriptif ataupun analitik. Cara
analitik memiliki tingkat objektivitas dan sensitivitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan deskriptif. Untuk jumlah sampel > 50 dilakukan uji
Kolmogorov-Smirnov, sedangkan sampel berjumlah < 50 menggunakan uji
Shapiro-Wilk. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 30 siswa, sehingga
menggunakan uji Shapiro-Wilk (Dahlan, 2005).
1. Hasil Uji Normalitas Data denganShapiro-Wilk
Tabel 6. Uji Normalitas Data Shapiro-Wilk Test
Sumber: Data primer, 2011
Tabel di atas menunjukkan sebaran data yang di uji normalitas dengan
Shapiro-Wilk Test, dengan ketentuan bila signifikan hitung > 0,05 maka dapat
Data Kelompok Mean Nilai p Keterangan
Posttest Perlakuan 6,61 0,040 Distribusi tidak normal
commit to user
disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal, demikian sebaliknya
bila nilai signifikan hitung < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
Karena nilai p untuk nilai pretest kelompok perlakuan adalah 0,632 (p > 0,05)
dan kelompok kontrol adalah 0,209 (p < 0.05) maka sebaran data keduanya
normal. Untuk nilai posttest perlakuan p = 0,04 (p > 0,05) dan kelompok
kontrol p = 0,450 (p > 0,05) artinya sebaran data kedua kelompok tidak
berdistribusi normal. Oleh karena itu, data diuji menggunakan uji alternatifnya
yaitu uji non-parametrik Mann-Whitney (Tabel 9).
2. Hasil Uji Homogenitas
Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas
Data
Uji Homogenitas Levene’s Test
Keterangan
F P
Pretest 0,02 0,964 Data homogeny
Sumber: Data primer, 2011
Hasil uji homogenitas dengan Levene’s Test dengan ketentuan bila
signifikan hitung > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut
diasumsikan homogen, demikian sebaliknya bila signifikan < 0,05 data
diasumsikan tidak homogen atau mempunyai perbedaan varians. Berdasarkan
uji tersebut dapat diketahui bahwa F = 0,02 (p = 0,964). Karena p > 0,05 maka
dapat dikatakan bahwa variansi nilai pretest antara kelompok perlakuan dan
commit to user
35 3. Hasil uji Independent t Test
Tabel 8. Hasil Uji Independent t Test
Sumber: Data primer, 2011
Berdasarkan data pada tabel tersebut, diketahui bahwa rerata nilai tes
memori jangka pendek sebelum perlakuan untuk kelompok perlakuan adalah
5,27 ± 1,39, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 5,89 ± 1,28. Analisis
hasil dengan independent t test menunjukkan nilai p = 0,221 (p > 0,05). Hal ini
dapat diinterpretasikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan rerata nilai
tes memori antara kedua kelompok.
4. Hasil UjiMann-Whitney
Tabel 9. Hasil Uji Mann-Whitney
commit to user
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan rerata nilai tes
memori jangka pendek antara siswa yang diberi sarapan dan yang tidak diberi
sarapan, dengan Hasil uji Mann-Whitney p = 0,573. Dengan demikian, dapat
disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata nilai tes
memori jangka pendek pada siswa yang diberi sarapan maupun yang tidak
commit to user
37 BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian quasi experiment ini dilakukan pada tanggal 16 Juli 2011 pukul
07.30 s.d. 09.30 WIB. Jumlah sampel yang dapat dianalisis dalam penelitian ini
adalah 30 siswa kelas VIII SMP N 4 Surakarta. Berdasarkan data pada Tabel 3
diketahui total sampel sebesar 30 siswa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok perlakuan (sarapan) sebanyak 15 siswa (50 %) dan kelompok kontrol/
tidak diberi sarapan sebanyak 15 siswa (50 %). Usia sampel rata-rata adalah 13
tahun, mengingat sampel yang diambil berasal dari kelas yang setara, yaitu kelas
VII. Hal tersebut dimaksudkan agar faktor usia tidak mempengaruhi hasil
penelitian. Usia diketahui dapat mempengaruhi kemampuan memori jangka
pendek (Widyantara, 2010).
Tabel 2 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan peringkat siswa di
kelasnya. Sampel yang diambil oleh peneliti terbatas pada siswa yang
memperoleh peringkat I sampai V. Hal tersebut dimaksudkan agar timbul
homogenitas pada sampel. Setelah diuji menggunakan uji Chi Square diketahui
bahwa nilai p = 0,375 (p > 0,05) artinya tidak ada beda yang signifikan antara
peringkat kelompok yang sarapan dengan yang tidak diberi sarapan. Dengan kata
lain, distribusi sampel berdasarkan peringkat adalah sama, sehingga peringkat
tidak mempengaruhi hasil penelitian. Sejalan dengan pernyataan
Grantham-McGregor et al. (1998) bahwa kemampuan menyimpan memori tidak
commit to user
Tabel 4 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin.
Kelompok sarapan sebagai kelompok perlakuan memiliki sampel laki-laki lebih
banyak daripada perempuan, yaitu 8 laki-laki (53 %) dan 7 perempuan (47 %),
sedangkan kelompok kontrol jumlah sampel perempuan lebih banyak, yaitu 11
perempuan (73 %) dan 4 laki-laki (27 %). Jumlah laki-laki pada kelompok
sarapan apabila dibandingkan dengan kelompok tidak sarapan juga lebih banyak,
sementara jumlah perempuannya lebih sedikit. Data tersebut setelah di uji dengan
Chi Square, ternyata menunjukkan nilai signifikansi 0,221 (p > 0,05). Secara
statistik distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin adalah sama, sehingga jenis
kelamin tidak mempengaruhi hasil penelitian. Sesuai dengan pernyataan
Grantham-McGregor et al. (1998) bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi
memori.
Tabel 5 memperlihatkan distribusi sampel berdasarkan kebiasaan sarapan.
Kebiasaan sarapan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penelitian.
Penelitian Korol dan Gold dalam Shroll (2006) memperlihatkan bahwa glukosa
yang diberikan kepada siswa yang tidak terbiasa sarapan dapat meningkatkan
memori dan prestasi, sedangkan untuk siswa yang sudah terbiasa sarapan, hal itu
tidak berpengaruh. Uji Chi Square menunjukkan nilai p = 0,121 (p > 0,05),
sehingga tidak terdapat perbedaan yang bermakna mengenai kebiasaan sarapan
antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Distribusi sampel
berdasarkan kebiasaan sarapan adalah sama, sehingga kebiasaan sarapan tidak
commit to user
39
Tabel 6 menunjukkan rerata tes memori jangka pendek pada siswa yang
diberi sarapan dan yang tidak diberi sarapan baik sebelum dan sesudah perlakuan.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rerata hasil tes memori jangka
pendek kedua kelompok sebelum perlakuan yang dinyatakan dengan nilai p =
0,221 (p > 0,05) pada uji independent t Test (Tabel 8). Hasil tersebut dapat
diartikan bahwa sebelum diberi perlakuan, nilai tes memori jangka pendek pada
kedua kelompok secara signifikan tidak berbeda. Selanjutnya, rerata tes memori
jangka pendek sesudah perlakuan diukur. Tabel 9 merperlihatkan nilai p = 0,573
(p > 0,05), dengan menggunakan uji Mann-Whitney, yang berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan memori jangka pendek antara kelompok perlakuan dan
kontrol. Dengan demikian, hipotesis pengaruh sarapan terhadap memori jangka
pendek ditolak.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian lain yang dilakukan
oleh Schroll (2006) untuk menguji efek pemberian sarapan terhadap memori
jangka pendek pada mahasiswa Universitas Saint Martin. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa individu mengalami peningkatan hasil tes memori dengan
sarapan daripada saat tidak diberi sarapan. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian Schroll terdapat pada prosedur penelitian. Schroll membagi sampel
menjadi 2 kelompok. Kelompok A diberi sarapan pada hari pertama, sementara
kelompok B tidak diberi sarapan sebelum tes memori. Hari berikutnya, kelompok
A tidak diberi sarapan, sementara kelompok B diberi sarapan, kemudian diberi tes
memori. Setiap individu mempunyai 2 nilai, yaitu nilai tes pada hari saat diberi
commit to user
sarapan dan saat tidak sarapan, kedua nilai tersebut dianalisis menggunakan uji
beda paired t test, dengan hasil p = 0,003, artinya ada perbedaan yang signifikan.
Walaupun demikian, peneliti mengganggap dalam penelitian Schroll masih
terdapat kekurangan sebab tidak terdapat kelompok kontrol sebagai pembanding,
sehingga hasil penelitiannya belum bisa dipertanggungjawabkan sepenuhnya.
Oleh karena itu, peneliti mencoba menggunakan desain lain, yaitu pretest and
posttest with control group design dengan hasil p = 0,573 (p > 0,05). Tidak ada
perbedaan yang signifikan memori jangka pendek antara siswa yang diberi
sarapan dengan yang tidak diberi sarapan.
Hasil yang tidak signifikan kemungkinan dipengaruhi oleh adanya proses
belajar akibat soal tes memori jangka pendek yang digunakan untuk pretest dan
posttest sama. Penggunaan soal yang sama dilakukan untuk mengantisipasi
kemungkinan soal baru mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda. Proses belajar
ini membuat 24 dari 30 siswa (80 %) mengalami peningkatan memori.
Perbandingan antara kelompok perlakuan dan kontrol tersebut tidak berbeda
secara bermakna. Berbeda dengan penelitian Schroll yang menggunakan soal tes
memori yang dipilih secara acak, sehingga kemungkinan terdapat proses
pembelajaran terhadap soal lebih kecil.
Kemungkinan lain yang membuat hasil tidak signifikan adalah kandungan
glukosa dalam sarapan yang diberikan peneliti. Peneliti memberikan menu
sarapan berdasarkan rujukan dari Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian
Jakarta (2008). Selain itu, menu sarapan yang disediakan peneliti disesuaikan
commit to user
41
dengan kandungan kalori 776 kilokalori, protein 43,5 gram, serta glukosa 53,2
gram. Menurut Korol dan Gold dalam Schroll (2006) 50 gram glukosa yang
diberikan kepada siswa yang tidak terbiasa sarapan dapat meningkatkan memori
dan prestasi, sedangkan untuk siswa yang sudah terbiasa sarapan, hal itu tidak
berpengaruh. Dengan demikian, kemungkinan hasil tidak signifikan dapat
disebabkan oleh jumlah pasokan glukosa yang berpengaruh pada memori jangka
pendek siswa kurang adekuat.
Selain itu, ada faktor-faktor lain, seperti kondisi jasmani, kondisi emosi,
fokus dan perhatian juga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Faktor- faktor
commit to user BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan pemberian sarapan terhadap
memori jangka pendek siswa SMP N 4 Surakarta.
B. Saran
Berdasarkan penelitian ini, maka saran-saran penulis adalah sebagai
berikut:
1. Perlu dilakukan penyediaan menu makanan nasi, sayur, lauk, dan buah
dengan kandungan glukosa minimal 80 gram agar berpengaruh terhadap
fungsi memori.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh sarapan terhadap
memori jangka pendek dengan prosedur penelitian yang lebih cermat, dan
mengendalikan faktor-faktor luar yang turut mempengaruhi, seperti kondisi
jasmani, kondisi emosi, dan kesungguhan dalam mengikuti penelitian,
meliputi fokus dan konsentrasi.
3. Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat dan terpercaya.
.