• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN INDEKS BIAS LARUTAN GARAM DAN LARUTAN GULA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DESAIN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN INDEKS BIAS LARUTAN GARAM DAN LARUTAN GULA"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

DESAIN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN

INDEKS BIAS LARUTAN GARAM DAN LARUTAN GULA

Disusun Oleh :

NILA WULAN SARI

NIM M0207048

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Fisika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul : Desain Sensor Serat Optik Untuk Pengukuran Indeks Bias Larutan Garam dan Larutan Gula

Yang ditulis oleh

Nama : Nila Wulan Sari

NIM : M0207048

Telah diuji dan dinyatakan lulus oleh dewan penguji pada

Hari : Jum’at

Tanggal : 13 Januari 2012

Dewan Penguji:

1. Dra. Riyatun, S.Si.,M.Si

NIP. 19680226 199402 2 001 ...

2. Drs. Iwan Yahya, M.Si.

NIP. 19670730 199302 1 001 ...

3. Ahmad Marzuki, S.Si, Ph.D

NIP. 19680508 199702 1 001 ...

4. Mohtar Yunianto, S.Si, M.Si

NIP. 19800630 200501 1 001 ...

Disahkan oleh

Ketua Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ahmad Marzuki, S.Si., Ph.D.

(3)

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi intelektual skripsi saya yang berjudul “DESAIN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN INDEKS BIAS LARUTAN GARAM DAN LARUTAN GULA” adalah hasil kerja saya atas arahan

pembimbing dan sepengetahuan saya hingga saat ini, isi skripsi tidak berisi materi

yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau materi yang telah diajukan

untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di Universitas Sebelas Maret atau di Perguruan

Tinggi lainnya, jika ada maka telah dituliskan di daftar pustaka skripsi ini dan segala

bentuk bantuan dari semua pihak telah ditulis di bagian ucapan terimakasih. Isi skripsi

ini boleh dirujuk atau difotokopi secara bebas tanpa harus memberitahu penulis.

Surakarta, 28 Desember 2011

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

DESAIN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN INDEKS BIAS LARUTAN GARAM DAN LARUTAN GULA

Nila Wulan Sari

Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Email : Wulansarinila@yahoo.co.id

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian Desain Sensor Serat Optik Untuk Pengukuran Indeks Bias Larutan Garam Dan Larutan Gula. Pada penelitian ini, sumber cahaya yang berasal dari LED (λ=630 nm) masuk ke dalam serat optik transmitter lalu dipantulkan oleh cermin dan ditangkap oleh serat optik receiver di dalam larutan. Intensitas cahaya ditangkap oleh serat optik receiver dan serat optik referensi selanjutnya masuk ke dalam photodetector yang dalam penelitian ini diterjemahkan oleh oscillosscope sebagai tegangan puncak-puncak (mV) dimana pada oscillosscope tercatat dua nilai tegangan yaitu tegangan receiver dan tegangan referensi. Dari eksperimen terlihat adanya perubahan intensitas cahaya yang ditangkap oleh serat optik receiver akibat perubahan jarak. Semakin besar konsentrasi suatu larutan, jarak posisi puncaknya juga semakin besar. Keteraturan dalam kemiringan slope kanan dan slope kiri dari grafik intensitas cahaya terpantul melawan besar pergeseran tidak teramati. Dari posisi puncak tiap larutan didapatkan sebuah korespondensi satu-satu antara posisi puncak dari tiap konsentrasi larutan terhadap acuan yang berasal dari pengukuran indek bias dari refraktometer abbe.

(5)

commit to user

v

FIBER OPTICS SENSOR DESIGN FOR MEASUREMENT OF SALT AND SUGAR SOLUTION REFRACTIVE INDEX

Nila Wulan Sari

Departement of Physics. Mathematics and Natural Sciences Faculty Sebelas Maret University

Email : Wulansarinila@yahoo.co.id

ABSTRACT

Research of Fiber Optics Sensor Design for Measurement of Salt and Sugar Solution Refractive Index has been done. In this study, light source from the LED (λ = 630 nm) came into the fiber optic transmitter, reflected by the mirror, and captured by fiber optic receiver in the solution. Light intensity was captured by a fiber optic receiver and a reference optical fiber, came into the photo detector, the intensity converted by oscilloscope as voltage peaks (mV) where the oscilloscope was recorded into two voltage values of voltage receiver and voltage reference. From the experiments were observed any change in the intensity of light captured by a fiber optic receiver caused by the changes of distance. The higher concentration of a solution, the larger the distance of its peak position. Regularity of the left slope and right slope of the intensity of light graph was reflected against the unobserved of the displacement number. From the peak position of each solution was obtained a one by one correspondence between the peak position of each concentrate solution due to the reference which came from the refractive index from concentrate refractometer abbe.

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.4. Pemantulan Internal Sempurna (Total Internal Reflection) ... 8

2.5. Serat Optik ( Fiber Optik ) ... 10

2.6. Numerical aperture (NA) ... 11

2.7. Sensor Serat Optik ... 13

2.8. Konsentrasi Larutan ... 16

(7)

commit to user

ix

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

3.2. Alat dan Bahan ... 20

3.2.1. Alat ... 20

3.2.2. Bahan ... 20

3.3. Prosedur dan Pengumpulan Data ... 22

3.4. Persiapan Alat dan Bahan ... 23

3.5. Set up alat ... 23

3.6. Pengambilan Data ... 25

3.7. Pengolahan dan Analisa Data ... 28

3.8. Simpulan ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1. Perancangan Sensor Fiber optik Sebagai Alat Ukur Indek Bias... 29

4.1.1. Pengaruh Pergeseran Terhadap Tegangan ... 30

4.1.2. Kemiringan kurva ... 37

4.1.3. Range atau jangkauan ... 40

4.2. Analisa ... 42

4.2.1. Pengaruh Pergeseran Terhadap Tegangan ... 42

4.2.2. Pengaruh Indek Bias Terhadap Tegangan ... 44

4.2.3. Pengaruh Suhu terhadap Hasil Penelitian ... 44

4.2.4. Hubungan Indek Bias Terhadap Acuan ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

5.1. Kesimpulan ... 48

5.2. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Indeks Bias pada Beberapa Zat pada λ = 589 nm 6

Tabel 4.1. Posisi puncak dari larutan garam dengan variasi konsentrasi 35

Tabel 4.2. Posisi puncak dari larutan gula dengan variasi konsentrasi 35

Tabel 4.3. Pemodelan intensitas cahaya yang diterima serat optik receiver 36

Tabel 4.4. Kemiringan kurva hubungan antara jarak pergeseran dan 39

tegangan pada larutan garam

Tabel 4.5. Kemiringan kurva hubungan antara jarak pergeseran dan 40

tegangan pada larutan gula

Tabel 4.6. Indeks bias larutan garam diambil pada λ= 630 nm 45

(9)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Perambatan cahaya pada hukum Snellius 8

Gambar 2.2. Pemantulan internal sempurna 9

Gambar 2.3. Serat Optik 10

Gambar 2.4. Lintasan cahaya dalam serat optik 11

Gambar 2.5. Sudut penerimaan pada fiber optic 12

Gambar 2.6. Komponen dasar dari system sensor serat optik 14

Gambar 2.7. Jenis sensor serat optik ekstrinsik dan intrinsik 14

Gambar 2.8. Sensor serat optik tipe intrinsik yang berdasarkan modulasi 16

Gambar 3.1. Alat Penelitian 21

Gambar 3.2. Bahan Penelitian 22

Gambar 3.3. Prosedur Penelitian 22

Gambar 3.4. Perancangan alat penelitian 24

Gambar 4.1. Set alat pengukuran indeks bias 29

Gambar 4.2. Ilustrasi cahaya yang dipantulkan cermin dan diterima 30

oleh serat optik receiver

Gambar 4.3. Grafik hubungan antara pergeseran jarak dengan tegangan 32

puncak-puncak pada larutan garam

Gambar 4.4. Grafik hubungan antara pergeseran jarak dengan tegangan 33

puncak-puncak pada larutan gula

Gambar 4.5. Hubungan jarak pergeseran dengan konsentrasi larutan 34

yang berbeda

Gambar 4.6. Pemodelan pengaruh pergeseran jarak terhadap intensitas 36

Gambar 4.7. Hasil pemodelan pengaruh pergeseran terhadap intensitas 37

Gambar 4.8. Contoh kemiringan kurva pada larutan garam 1 molar 38

Gambar 4.9. Contoh kemiringan kurva pada larutan garam 1 molar 38

Gambar 4.10. Kemampuan Serat Optik Menangkap Intensitas 42

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

Gambar 4.12. Cahaya yang tidak dapat masuk ke dalam inti serat optik 44

karena kesalahan pemotongan

Gambar 4.13. Hubungan indeks bias dengan posisi puncak larutan garam 45

(11)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Grafik kemiringan hubungan pergeseran jarak dan tegangan 51

pada larutan garam,dengan variasi konsentrasi larutan

Lampiran 2. Grafik kemiringan hubungan pergeseran jarak dan tegangan 52

pada larutan gula dengan variasi konsentrasi larutan

Lampiran 3. Data Pergeseran Sensor Fiber Optik Pada Larutan Garam 55

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan

cahaya karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Pembiasan

cahaya dapat terjadi dikarenakan perbedaan laju cahaya pada kedua medium. Laju

cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya

pada medium yang kurang rapat. Menurut Christian Huygens pada tahun 1678 : “Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias.” (Tipler. 2001)

Indeks bias merupakan salah satu sifat penting suatu medium untuk divais

optik. Indeks bias memainkan peran yang cukup penting di dalam beberapa

bidang diantaranya adalah dalam studi karakterisasi optis lapisan tipis (Saleh,

2003). Dalam bidang spektroskopi, indeks bias dapat digunakan untuk

menginterpretasikan data-data spektroskopi, yang antara lain digunakan untuk

mendesain laser zat padat (Singh, 2002). Dalam bidang kimia, penelitian yang

dilakukan oleh Yunus et al (2009) menunjukkan bahwa indeks bias dapat

digunakan untuk menentukan kemurnian dan kadaluarsa dari oli. Sedangkan

penelitian yang dilakukan Sutiah (2008) menunjukkan bahwa indeks bias dapat

digunakan untuk menentukan kemurnian minyak goreng.

Konsentrasi suatu larutan akan berpengaruh secara proporsional terhadap

sudut refraksi. Dengan arti bahwa jika larutan yang dicari indeks biasnya sama,

tetapi konsentrasinya berbeda, maka akan diperoleh hubungan bahwa semakin

besar konsentrasi, maka semakin besar pula indeks biasnya. Indeks bias suatu zat

cair pada suatu panjang gelombang tertentu sangat dipengaruhi oleh apa yang

terkandung dalam zat tersebut. (Abdul, 2010)

Indeks bias suatu larutan dapat diukur dengan menggunakan beberapa

metode antara lain dengan metode interferometri yang meliputi interferometri

Mach-Zender, interferometri Fabry-Perot dan interferometri Michelson (Pedrotti

(13)

commit to user

untuk mengukur indeks bias. Akan tetapi metode-metode tersebut mempunyai

beberapa kelemahan, antara lain pengoperasian alat yang cenderung rumit dan

membutuhkan waktu yang lama.

Metode lain yang sering digunakan untuk mengukur indeks bias adalah

dengan menggunakan kisi difraksi, polalizer, spektrometer dan refraktometer.

Refraktometer merupakan salah satu cara untuk mengukur indeks bias dari

larutan-larutan yang dibuat dengan konsentrasi berbeda, sehingga didapatkan

hubungan indeks bias versus konsentrasi, dengan demikian refraktometer dapat

digunakan untuk mengukur konsentrasi untuk indeks bias larutan tertentu yang

databasenya telah dibuat.

Perkembangan metode pengukuran indeks bias dilakukan dengan

menggunakan serat optik. Sensor pengukuran indeks bias menemukan berbagai

aplikasi di industri untuk menemukan parameter fisik seperti konsentrasi,

temperatur, dan tekanan. Banyak orang telah mengusulkan desain sensor serat

optik yang berbeda untuk mengukur indeks bias. Antara lain penelitian yang

dilakukan Banerjee et al (2007) menggunakan serat optik sebagai sensor dengan

menghilangkan cladding dimana ketebalan dari cladding dapat mempengaruhi

sensitivitas sensor. Govindan et al (2009) mengusulkan desain sensor pergeseran

serat optik dan menunjukkan bahwa posisi puncak intensitas tergantung pada

indeks bias medium. Sengupta et al (2010) mengukur konsentrasi gliserol

menggunakan sensor serat optik dari bahan plastik dengan prinsip kerja sensor

jarak serat optik dan fluktuasi intensitas pada reflektor. Kelebihan sensor serat

optik dibandingkan sensor konvensional adalah karena sensitivitas yang tinggi

dan frekuensi yang luas dan dapat digunakan pada lingkungan yang dimana untuk

sensor konvensional tidak dapat digunakan.

Sejalan dengan percobaan-percobaan tersebut, maka pada penelitian ini

akan didesain alat sensor serat optik yang lebih sederhana dan tetap mempunyai

sensitivitas yang tinggi untuk mengukur indeks bias larutan hanya dengan

menggunakan dua untai serat optik, satu berfungsi sebagai transmitter (pemancar)

dan yang lain sebagai receiver (penerima). Serat optik yang akan digunakan

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

dilakukan sebelumnya, hal demikian memberikan kemudahan. Karena dengan

penggunaan serat optik yang berdiameter lebih besar, dimaksudkan agar intensitas

cahaya yang masuk ke serat optik lebih banyak dibandingkan dengan

menggunakan serat optik yang berdiameter kecil.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di atas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana mendesain alat serat optik untuk mengukur indeks bias larutan

garam dan larutan gula?

b. Bagaimana hubungan antara indeks bias dengan konsentrasi larutan pada

panjang gelombang cahaya tampak?

c. Bagaimana hubungan antara NA ( Numerical Aperture) dengan jarak

pergeseran yang didapatkan dari pengukuran indeks bias?

1.3. Batasan Masalah

Permasalahan Penelitian ini dibatasi pada :

a. Pengukuran indeks bias menggunakan dua untai serat optik yang berfungsi

sebagai pemancar dan penerima.

b. Larutan yang digunakan adalah larutan garam dan larutan gula dengan variasi

konsentrasi dari 1 M, 2 M, 3 M, 4M dan 5 M.

c. Proses pengukuran indeks bias menggunakan variasi jarak dari 0 mm – 10 mm dengan rentang perpindahan 0.20 mm.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Dapat mendesain alat serat optik untuk mengukur indeks bias larutan garam

atau larutan gula.

b. Dapat mencari hubungan antara indeks bias dengan konsentrasi larutan pada

(15)

commit to user

c. Dapat mencari hubungan antara NA ( Numerical Aperture) dengan jarak

pergeseran yang didapatkan dari pengukuran indeks bias.

1.4. Manfaat Penelitian

Dapat mendesain alat serat optik untuk mengukur indeks bias suatu larutan

atau bahan cair dan dapat membuat sensor serat optik untuk mengukur indeks bias

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II DASAR TEORI

2.1. Indeks bias (refractive index)

Pembiasan cahaya dapat terjadi dikarenakan perbedaan laju cahaya pada

kedua medium. Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibandingkan

dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat. Perbandingan laju cahaya

dalam ruang hampa dengan laju cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias.

Secara matematis dapat dirumuskan sehingga :

2.1

dimana :

n = indeks bias

c = laju cahaya dalam ruang hampa ( 3 x 108 m/s)

v = laju cahaya dalam zat

Ketika sebuah berkas cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas

yang memisahkan dua medium berbeda, seperti misalnya sebuah permukaan

udara-kaca, energi cahaya tersebut sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi

akan memasuki medium kedua, dengan arah lintasan yang berbeda dengan arah

saat cahaya akan masuk. Perubahan arah dari sinar yang ditransmitansikan

tersebut disebut pembiasan (Tipler. 2001).

Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 (artinya, n ≥ 1) dan nilainya

(17)

commit to user

Tabel 2.1. Indeks Bias pada Beberapa Zat pada λ = 589 nm (Tipler. 2001)

Medium n/c Lucite atau plexiglass 1,51 natrium klorida 1,53

Berlian 2,42

2.2. Pemantulan dan Pembiasan

Ketika gelombang dari tipe apapun mengenai sebuah penghalang datar

misalnya cermin, maka gelombang-gelombang baru dibangkitkan dan bergerak

menjauhi penghalang tersebut. Fenomena ini disebut dengan pemantulan (refleksi). (Tipler. 2001)

Ketika sebuah berkas cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas

yang memisahkan dua medium berbeda, seperti misalnya sebuah permukaan

udara kaca, energi cahaya tersebut dipantulkan dan memasuki medium kedua,

perubahan arah dari sinar yang ditransmisikan tersebut disebut pembiasan (refraksi). (Tipler. 2001)

Setiap cahaya yang datang pada suatu medium optis ke medium optis yang

lain, pada bidang batas kedua medium tersebut cahaya akan mengalami peristiwa

pemantulan (cahaya akan kembali masuk ke medium yang pertama) dan juga

mengalami peristiwa pembiasan (cahaya diteruskan masuk ke dalam medium

yang kedua). Menurut prinsip Fermat, besarnya sudut pantul akan sama dengan

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

apabila sinar datang dari medium optis kurang rapat ke medium optis lebih rapat,

maka sinar tersebut akan dibiaskan cenderung mendekati garis normal, jadi sudut

datang akan lebih besar dari sudut bias dan sebaliknya apabila sinar datang dari

medium optis lebih rapat ke medium optis kurang rapat, maka sinar akan

dibiaskan cenderung menjauhi garis normal, sehingga sudut datang akan lebih

kecil dari sudut bias. Dalam hal sinar datang dari medium optis lebih rapat ke

medium optis kurang rapat, apabila sudut datangnya semakin besar maka pada

suatu saat sudut biasnya akan sama dengan 90°, dan mulai saat itu tidak ada lagi

sinar yang dibiaskan. Keadaan pemantulan semua sinar datang ini disebut dengan

pemantulan sempurna dan sudut datang yang menghasilkan sudut bias sebesar

90°disebut sudut kritis. (Tipler. 2001)

2.3. Hukum Snellius

Hukum Snellius adalah rumus matematika yang memberikan hubungan

antara sudut datang dan sudut bias pada cahaya atau gelombang lainnya yang

melalui batas antara dua medium isotropik berbeda, seperti udara dan gelas.

Hukum ini menyebutkan bahwa nisbah sinus sudut datang dan sinus sudut

bias adalah konstan, yang tergantung pada medium. Perumusan lain yang ekivalen

adalah nisbah sudut datang dan sudut bias sama dengan nisbah kecepatan cahaya

pada kedua medium, yang sama dengan kebalikan nisbah indeks bias.

Perumusan matematis hukum Snellius adalah

1

(19)

commit to user

yang dilalui sinar bias. Hukum Snellius dapat digunakan untuk menghitung sudut

datang atau sudut bias, dan dalam eksperimen untuk menghitung indeks bias suatu

bahan.

Pada tahun 1678, Christian Huygens menjelaskan hukum Snellius dari

penurunan prinsip Huygens tentang sifat cahaya sebagai gelombang. Hukum

Snellius dikatakan, berlaku hanya pada medium isotropik atau "teratur" pada

kondisi cahaya monokromatik yang hanya mempunyai frekuensi tunggal,

sehingga bersifat reversibel. Hukum Snellius dijabarkan kembali dalam rasio

(Gambar 2.1) :

Gambar 2.1. Perambatan cahaya pada hukum Snellius ( Alonso, 1980 )

2.4. Pemantulan Internal Sempurna (Total Internal Reflection)

Pemantulan internal sempurna adalah pemantulan yang terjadi pada

bidang batas dua zat bening yang berbeda kerapatan optiknya. Pada gambar 2.2

ditunjukkan pemantulan sempurna dengan bidang batas dua zat dan dengan

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Gambar 2.2. Pemantulan internal sempurna ( Nanang,2011 )

Cahaya datang yang berasal dari (medium optik lebih rapat) menuju ke

udara (medium optik kurang rapat) dibiaskan menjauhi garis normal (berkas

cahaya J). Pada sudut datang tertentu, maka sudut biasnya akan 900 dan dalam hal

ini berkas bias akan berimpit dengan bidang batas (berkas K). Sudut datang ini

dinamakan sudut kritis (sudut batas). Apabila sudut datang melebihi sudut kritis,

maka cahaya tidak lagi dibiaskan, tetapi seluruhnya dipantulkan (berkas L).

Peristiwa inilah yang dinamakan pemantulan internal sempurna.

Beberapa peristiwa pemantulan sempurna dapat kita jumpai dalam

kehidupan sehari-hari, diantaranya :

a) Terjadinya fatamorgana

b) Intan dan berlian tampak berkilauan

c) Teropong prisma

d) Periskop prisma

e) Serat optik, digunakan pada alat telekomunikasi atau bidang kedokteran.

Serat ini digunakan untuk mentransmisikan percakapan telefon, sinyal

video, dan data komputer.

2.5. Serat Optik ( Fiber Optik )

Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca murni atau

(21)

commit to user

digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain.

Cahaya yang ada di dalam serat optik sulit keluar karena indeks bias dari kaca

lebih besar daripada indeks bias dari udara (Keiser, 2000).

Struktur serat optik biasanya terdiri dari 3 bagian, yaitu core (inti),

cladding (kulit), dan coating (mantel) atau buffer (pelindung). Adapun gambar

serat optik dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Serat Optik (Keiser, 2000)

Penjelasan dari setiap bagian serat optik adalah sebagai berikut :

 Inti (core) adalah sebuah batang silinder yang terbuat dari bahan dielektrik

yang tidak menghantarkan listrik. Salah satu contoh bahan dielektrik yaitu

bahan silika (SiO2), biasanya diberi doping dengan germanium oksida (GeO2)

atau fosfor penta oksida (P2O5) untuk menaikan indeks biasnya. Inti ini

memiliki jari-jari sekitar 8–200 µm dan indeks bias n1 sekitar 1,5.

 Kulit (cladding) yaitu material yang melapisi inti, yang terbuat dari bahan

dielektrik (silika tanpa atau sedikit doping). Kulit ini memiliki jari- jari

sekitar 125 – 400 µm dan indeks bias n2 sedikit lebih rendah dari n1.

 Jaket (buffer) merupakan pelindung lapisan inti dan cladding. Bagian ini

terbuat dari bahan plastik yang elastis. Walaupun pada dasarnya cahaya

merambat sepanjang inti serat, namun kulit memiliki beberapa fungsi seperti :

a. Mengurangi rugi-rugi hamburan pada permukaan inti.

b. Melindungi serat dari kontaminasi penyerapan permukaan.

c. Mengurangi cahaya yang rugi-rugi dari inti ke udara sekitar.

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Serat optik mengirimkan data dengan media cahaya yang merambat

melalui serat kaca. Lintasan cahaya yang merambat di dalam serat optik dapat

dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Lintasan cahaya dalam serat optik (Keiser, 2000)

Penjelasan dari Gambar 2.4 adalah sebagai berikut :

a. Sinar merambat lurus sepanjang sumbu serat tanpa mengalami gangguan.

b. Sinar mengalami refleksi, karena memiliki sudut datang yang lebih besar dari

sudut kritis dan akan merambat sepanjang serat melalui pemantulan yang

berulang kali.

c. Sinar akan mengalami refraksi dan tidak akan dirambatkan sepanjang serat

karena memiliki sudut datang yang lebih kecil dari sudut kritis.

2.6. Numerical aperture (NA)

Sinar cahaya yang masuk ke dalam inti serat optik membentuk sudut

datang tertentu terhadap poros serat optik. Sudut yang menuju ke arah permukaan

serat optik, tidak semua akan diteruskan. Tetapi ada syarat tertentu agar sinar yang

datang tersebut dapat diteruskan. Sudut dimana sinar diterima oleh serat optik

yang disebut sebagai numerical aperture. Secara umum numerical aperture (NA)

dapat dirumuskan :

 sin n

(23)

commit to user

Dengan θ adalah cone (kerucut) dari sudut penerimaan, n adalah indeks

bias dari medium cahaya datang.Untuk lebih jelas tentang NA, ilustrasi dari

cahaya masuk dan penurunan rumusnya dapat dilihat dari Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Sudut penerimaan pada fiber optik ( Keiser, 2000 )

Pertama cahaya masuk dari medium dengan indeks bias n0 dan sudut

kemiringan θi. Karena indeks bias antara medium datangnya cahaya (n0) berbeda

dengan indeks bias core (n1) maka terjadilah pembiasan sinar dengan sudut bias

sebesar θr. Kejadian tersebut memenuhi persamaan (2.7).

r

i n

n0sin  1sin (2.7)

Sinar yang dibiaskan tersebut kemudian menumbuk core-cladding

interface. Jika sudut datang tersebut lebih kecil dari sudut kritis, maka cahaya

tersebut akan dibiaskan kembali. Cahaya yang dibiaskan tersebut disebut dengan

unguided ray. Sedangkan jika sudut datang tersebut lebih besar dari sudut kritis,

maka cahaya akan dipantulkan sempurna. Cahaya yang dipantulkan sempurna ini

disebut dengan guided ray. Nilai dari sudut kritis dapat dicari melalui persamaan

(2.8).

(2.8)

dimana n1 adalah core indeks dan n2 adalah cladding indeks.

Dari Gambar 2.5 nilai dari NA dapat dirumuskan:

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Untuk nilai n1 mendekati nilai n0, NA dapat dirumuskan :

Umumnya NA pada single-mode fiber adalah 0,1 dan untuk multy-mode

fiber berkisar antara 0,2 sampai 0,3. Sejak numerical aperture berhubungan

dengan sudut maksimal yang dapat diterima, persamaan itu dapat digunakan

untuk menjelaskan sinar yang diterima serat optik dan untuk menghitung efisiensi

sumber sinar menuju serat optik (Keiser, 2000).

2.7. Sensor Serat Optik

Serat optik merupakan media transmisi cahaya yang dapat diaplikasikan

sebagai sensor untuk pengukuran beragam parameter seperti pergeseran, suhu,

tekanan, kelembaban, laju aliran fluida, laju rotasi, konsentrasi suatu zat, medan

Iistrik, medan magnet, serta analisis kimia. Dalam daerah tertentu, serat optik

telah membuat dampak yang signifikan. Untuk aplikasi sensor serat optik dibuat

lebih peka dan sensitif terhadap mekanisme eksternal yang sama dibanding

dengan serat yang dibuat kebal untuk operasi yang efektif dalam telekomunikasi

(Gholamzadeh,2008 ).

Struktur umum dari sistem serat optik sebagai sensor ditunjukkan pada

Gambar 2.6 yang terdiri dari sumber cahaya (Laser, LED (Light Emited Diodes),

Laser Diodes), serat optik, elemen sensing atau elemen modulator, detector

cahaya, dan proses elektronik (osiloskop, analyzer spectrum cahaya).(Fidanboylu,

2009)

Berdasarkan proses modulasi dan demodulasi sebuah sensor dapat disebut

sebagai intensitas (amplitudo), fase, sebuah frekuensi, atau sensor polarisasi,

(25)

commit to user

Gambar 2.6. Komponen dasar dari sistem sensor serat optik (Fidanboylu, 2009).

Banyak keuntungan dirasakan ketika serat optik digunakan sebagai sensor,

sehingga penelitian semakin sering dikembangkan untuk meningkatkan jenis dari

sensor tersebut. Sensor Serat optik dapat dikelompokkan berdasarkan dua kategori

(Fidanboylu, 2009), yaitu;

1. Berdasarkan lokasi sensor

Pembagian jenis sensor berdasarkan pembagian lokasi sensor dapat dibagi

menjadi dua macam ( Gambar 2.7 ),yaitu :

a. Intrinsik sensor

Serat optik sebagai sensor intrinsik terjadi ketika satu atau lebih sifat fisik

dari yang dialami serat berubah. Gangguan yang terjadi menyebabkan perubahan

karakteristik cahaya yang terjadi di dalam serat.

b. Ekstrinsik sensor

Sensor serat pada jenis ini biasa digunakan untuk membawa cahaya dari

atau menuju alat optik eksternal dimana pengukuran diambil. Pada kasus ini, serat

optik bekerja jika mendapat cahaya dari daerah pengukuran.

Sensor serat optik dapat berupa salah satu yang intrinsik jika modulasi itu

terjadi langsung dalam serat atau ekstrinsik, jika modulasi dilakukan oleh

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Gambar 2.7. Jenis sensor serat optik ekstrinsik dan intrinsik (Fidanboylu, 2009)

2. Prinsip operasi sensor

Berdasarkan prinsip kerja dari proses modulasi atau demodulasi, sensor

serat optik dapat diklasifikasikan berdasarkan intensitas, phase, frekuensi atau

polarisasi sensor. Semua parameter merupakan subjek untuk merubah gangguan

eksternal. Sehingga, dengan mendeteksi parameter tersebut dan perubahan yang

terjadi, maka gangguan dari luar dapat diukur.

Sensor Serat optik dapat dikelompokkan berdasarkan tiga klasifikasi,

yaitu;

a. Sensor serat optik berdasarkan intensitas

Sensor serat optik tipe intrinsik yang berdasarkan modulasi. Gambar 2.8

menunjukkan sensor vibrasi yang terdiri dari dua serat optik. Cahaya masuk ke

salah satu serat optik, ketika cahaya itu keluar dan diterima serat optik yang lain

akan terbentuk sudut-sudut yang berbeda dari pantulan cahaya tersebut.

Gambar 2.8.

(27)

commit to user

Untuk sensor normalisasi modulasi indek ( m ), dapat didefinisikan

sebagai berikut (Gholamzadeh,2008 ):

( 2.12 )

Dimana I = hasil modulasi dari serat optik, I0 = intensitas relatif hasil modulasi

dari detector, dan P = gangguan-gangguan yang terjadi.

Sensor Serat optik berdasarkan Intensitas juga dapat dihubungkan dengan

beberapa sinyal yang hilang. Alat ini dibuat dengan menggunakan perlengkapan

untuk mengubah sesuatu besaran menjadi suatu besaran yang diukur bahwa fiber

mengalami bending dan menyebabkan attenuasi sinyal. Cara lain untuk

melakukan attenuasi pada sinyal yaitu dengan melakukan proses absorpsi atau

scattering. Dengan mengamati perubahan intensitas, perubahan intensitas dapat

terjadi akibat mikrobending serat optik. Pendeteksian mikro bending dapat

menggunakan OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) sehingga dapat

diketahui posisi terjadinya bending pada serat optik.

b. Sensor serat optik berdasarkan modulasi panjang gelombang

Sensor modulasi panjang gelombang menggunakan perubahan panjang

gelombang atau cahaya untuk dideteksi. Contoh dari sensor modulasi panjang

gelombang yaitu; Sensor Fluorescens, sensor benda hitam, dan brag gratting.

c. Sensor Serat optik berdasarkan modulasi phase

Sensor ini menggunakan phasa yang berubah untuk mendeteksi cahaya.

Perubahan phasa dideteksi secara interferometer dan methode yang digunakan

untuk pendeteksian secara interferometer ini yaitu; Mach-Zehnder, Michelson,

Fabry- Perot, Sagnac, polarimetric, and grating interferometers (Widyana,

2010).

2.8. Molaritas

Konsentrasi suatu larutan akan berpengaruh secara proporsional terhadap

sudut refraksi. Dengan arti bahwa jika larutan yang dicari indeks biasnya sama,

tetapi konsentrasinya berbeda, maka akan diperoleh hubungan bahwa semakin

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

cair pada suatu panjang gelombang tertentu sangat dipengaruhi oleh apa yang

terkandung dalam zat tersebut. (Abdul, 2010)

Molaritas adalah satuan konsentrasi larutan untuk menyatakan jumlah mol

zat terlarut per liter larutan, dilambangkan dengan M (Y.Sunarya,2000). Secara

matematis dapat diungkapkan dengan persamaan :

Konsentrasi molar (M) = = (2.13)

Dimana m = massa suatu zat, Mr = massa relatif suatu zat dan V = volume.

Molar refractivity, A adalah ukuran dari total polarisabilitas dari satu mol

suatu zat, A tergantung pada temperatur, indeks bias , dan tekanan.

Molar refractivity didefinisikan sebagai

(2.14)

Dimana NA 6,022 × 1023 adalah konstanta Avogadro dan α adalah rata-rata

polarisabilitas molekul. Menggantikan molar refractivity ke Lorentz-Lorenz

memberikan rumus :

(2.15)

dimana N adalah jumlah molekul per satuan volume dan n adalah indeks bias,

rasio N A / N adalah volume molar V m.. Persamaan Lorentz-Lorenz, juga dikenal

sebagai hubungan Clausius-Mossotti dan rumus Maxwell, menghubungkan

indeks bias sebuah zat dengan molar refractivity. Untuk hukum gas ideal untuk 1

mol memberikan

(2.16)

dimana R adalah konstanta gas universal , T adalah temperatur absolut , dan p

adalah tekanan. Kemudian molar refractivity adalah

(2.17)

(29)

commit to user

(2.18)

Dalam SI, R memiliki satuan J mol -1 K -1, T memiliki satuan K, n tidak memiliki

satuan, dan p memiliki satuan Pa, sehingga satuan dari A adalah m 3 mol -1.

Rumus kerapatan atau densitas larutan sebagai berikut :

(2.19)

Dimana V = volume larutan pada suhu T memiliki rumus Vo(1+ γ ΔT) dimasukkan

pada persamaan (2.20) maka akan terlihat pengaruh hubungan suhu pada A, n dan

V. Dalam hal kerapatan , ρ = berat jenis , m = massa dan dapat ditunjukkan

bahwa:

(2.20)

, sehingga didapatkan

(2.21)

2.9. Hubungan Intensitas Cahaya terhadap Tegangan Photodioda

Detektor cahaya, secara khusus photodiode, dapat dipandang sebagai

inverse dari light emitting diode (LED). Disini memadukan ke peranti adalah

daya optik dan keluaran dari peranti berupa sinyal listrik. Prinsip operasi dari

photodiode ini merupakan fenomena fisika sebagaimana yang terjadi pada LED.

Detektor cahaya menyerap foton cahaya yang mempunyai energi E=hv ,

dimana h merupakan konstanta planck lalu menghasilkan elektron, yaitu

elektron yang dapat menghasilkan arus listrik. Untuk mendapatkan hasil yang

optimum penggunaan photodiode sebagai transducer, secara khusus untuk

aplikasi sistem komunikasi optik.

Intensitas cahaya merupakan,

(2.22)

Dimana intensitas cahaya juga dapat didefinisikan sebagai energi persatuan waktu

persatuan luas atau daya persatuan luas. Daya dihubungkan dengan daya listrik

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

P = V × i (2.23)

Dimana i merupakan kuat arus dan terdapat hubungan yaitu :

(2.24)

Dari persamaan (2.24) maka dapat diketahui bahwa intensitas ≈ tegangan yang ditimbulkan oleh photodiode. Photodiode merupakan alat yang digunakan untuk

(31)

commit to user

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Optika dan Photonika Jurusan

Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta dan UPT Laboratorium Pusat

MIPA Sub Lab Biologi Universitas Sebelas Maret. Jangka waktu pelaksanaan

dari penelitian ini adalah dari bulan Agustus sampai Desember 2011.

3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Alat

Adapun peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Seperangkat alat penyangga sensor serat optik

2. LED ( λ = 630 nm )

8. Refraktometer Abbe OSK 6528

9. Gelas beker 250 ml

10. Corong

11. Pengaduk ( spatula )

12. Konektor (untuk menghubungkan serat optik dengan detektor)

13. Carter/silet

3.2.2. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1) Serat Optik Multimode (diameter 2,54 mm) tipe SOF-3 warna tranparant

dari Halance Cina

2) Aquades

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

4) Garam

5) Pegas

6) Lak ban atau double tape

7) Acrylic

8) Lem Alteko

9) Tissue

Beberapa alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini ditunjukkan pada

Gambar 3.1 :

( a ) ( b )

( c ) ( d )

( e ) ( f )

Gambar 3.1.

(a) Oscilloscope, (b) Detektor, (c) Sumber cahaya, (d) Seperangkat alat

(33)

commit to user

Beberapa bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian ini ditunjukkan

pada Gambar 3.2 :

( a ) ( b ) ( c )

Gambar 3.2. a) Gula pasir, (b) Garam, dan (c) Aquades.

3.3. Prosedur dan Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap seperti yang ditunjukkan

oleh Gambar 3.3:

Gambar 3.3. Prosedur Penelitian Persiapan alat dan bahan

Perancangan Alat dan Pembuatan alat

Pembuatan larutan

Pengambilan data

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Prinsip kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan

pergeseran mikro pada dua buah serat optik yang diposisikan sejajar dan

berhadapan dengan cermin sebagai pemantul sumber cahaya, dimana orde

pergeseran yang dilakukan adalah mikrometer. Sumber cahaya yang digunakan

sinar LED dengan panjang gelombang 630 nm.

3.4. Persiapan Alat dan Bahan

Kegiatan penelitian diawali dengan mengumpulkan alat-alat yang akan

digunakan dalam penelitian ini. Diantaranya: Osilloscope Yokogawa DL1520,

detektor, acrylic, mikrometer skrup, neraca, corong, dan gelas beker. Alat-alat

tersebut semuanya ada di Laboratorium Optika dan Photonika Jurusan Fisika

FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta dan untuk refraktometer terdapat di

UPT Laboratorium Pusat MIPA Sub Lab Fisika Universitas Sebelas Maret.

Sedangkan untuk seperangkat alat penyangga sensor serat optik, LED, cermin,

pegaduk, carter/silet, dan konektor diusahakan dari luar.

Persiapan bahan dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan yang

akan digunakan dalam penelitian ini. Diantaranya: Serat Optik polimer jenis type

SOF-3 warna tranparant dari Halance Cina, gula pasir, garam, Tissue, aquades,

Lak ban atau double tape, Lem Alteko, Pegas, Acrylic, Nylon cable tie, dan

Tissue. Semua bahan dapat dibeli di toko terdekat, kecuali serat optik jenis

polimer sudah tersedia di Laboratorium Optika dan Photonika Jurusan Fisika

FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3.5. Set up alat

Set up alat desain sensor serat optik untuk pengukuran indeks bias larutan

garam dan larutan gula dibagi menjadi beberapa bagian, bagian pertama yaitu

membuat Seperangkat alat penyangga sensor serat optik dan mikrometer skrup

sebagai perubah posisi jarak antara cermin dan serat optik, bagian kedua

pembuatan sumber cahaya dengan yang berbentuk kotak yang didalamnya

terdapat LED yang sudah dirangkai dengan adaptor, resistor dan saklar yang

(35)

commit to user

di meja yang digunakan untuk menempatkan alat-alat optik supaya aman dari

gerakan-gerakan agar tidak terjadi perubahan posisi alat-alat optik tersebut saat

dilakukan penelitian. Di laboratorium Optik telah tersedia meja besar yang dapat

meredam getaran-getaran yang akan digunakan untuk mengambil data.

Susunan peralatan pada penelitian dapat dilihat pada gambar 3.4. Larutan

garam atau gula dengan konsentrasi tertentu dimasukkan ke dalam gelas beker.

Kemudian dua serat optik dimasukkan kedalam gelas beker yang berisi larutan

dan didalamnya sudah terdapat cermin, cermin berfungsi untuk memantulkan

cahaya dari transmitter ke receiver. Dua serat optik tersebut berfungsi sebagai

transmitter (pemancar) dan sebagai receiver (penerima). Sumber cahaya yang

digunakan adalah LED, dimana LED tersebut ditempatkan pada suatu kotak yang

dibagian tepinya terdapat dua lubang, yaitu yang satu untuk cahaya serat optik

transmitter dan yang lain untuk cahaya serat optik referensi. Detektor berfungsi

untuk mengetahui intensitas cahaya. Pada penelitian digunakan dua detektor, yaitu

berfungsi mengetahui intensitas cahaya yang keluar dari serat optik referensi dan

intensitas cahaya yang dikeluarkan oleh serat optik receiver.

Gambar 3.4. Perancangan alat penelitian

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

3.6. Pengambilan Data

Setelah set up alat dirangkai, hal berikutnya yang dilakukan adalah

pemfokusan cahaya untuk memaksimalkan cahaya yang masuk dalam serat optik,

langkah ini dikendalikan pada pemasangan serat optik pada sumber cahaya dan

posisi detektor. Sebelum pengambilan data dilakukan memastikan kedua serat

optik berada pada posisi sejajar dan tegak lurus terhadap cermin. Kemudian

dilakukan pembuatan larutan gula dan garam dengan konsentrasi 1 molar, 2

molar, 3 molar, 4 molar, dan 5 molar.

Setelah itu dilakukan pengambilan data hubungan antara pergeseran mikro

dan intensitas cahaya menggunakan mikrometer skrup dengan perlakuan

pergeseran sebesar 0.2 mm. Hal ini dilakukan untuk menentukan jarak kerja

sensor dengan batasan pergeseran maksimal 1 cm. Setelah dilakukan penentuan

jarak kerja sensor, selanjutnya dilakukan pengambilan data hubungan antara

konsentrasi larutan dengan intensitas cahaya. Dimana data intensitas yang dibaca

oscilloscope terbaca dalam bentuk tegangan puncak-puncak, selanjutnya

dilakukan pencatatan data dari variasi-variasi diatas. Pada saat akan dilakukan

pergeseran akan mempunyai tegangan tertentu yang disebut sebagai tegangan

mula-mula sebelum pergeseran (Vo). Setelah dilakukan pergeseran maka akan

terjadi perubahan tegangan sehingga menjadi tegangan tertentu (Vi). Dengan

variasi pergeseran sebesar 0.2 mm akan diperoleh data tegangan yang cukup

banyak, dari sumber cahaya yang sama. Dengan sumber cahaya yang sama juga

didapat (Vr) berfungsi untuk tegangan pembanding. Dari data tegangan tertentu

(Vi) dan tegangan pembanding (Vr), maka akan didapat tegangan (V ) yang

didapat dari (Vi / Vr) .Pada penelitian ini didapat dua sumber intensitas cahaya

sebelum dilewatkan pada transmitter dan setelah dilewatkan transmitter

dikarenakan pada proses pemantulan dan pembiasan, cahaya dapat terpolarisasi

sebagian atau seluruhnya oleh refleksi. Perbandingan intensitas cahaya yang

dipantulkan dengan cahaya yang datang disebut reflektansi (R), sedangkan

perbandingan intensitas cahaya yang ditransmisikan dengan cahaya datang disebut

(37)

commit to user

refleksi dan koefisien transmisi yang dihasilkan oleh pemantulan dan

pembiasan(Pedrotti dan Pedrotti, 1993).

Jenis polarisasi dengan medan listrik E tegak lurus bidang datang dan medan magnet B sejajar bidang datang disebut transverse electric (TE). Sebaliknya jika medanlistrik E sejajar bidang datang maka jenis polarisasi ini disebut transverse magnetic (TM). Transmitansi dari penelitian dapat dicari

dengan membandingkan intensitas sinar laser setelah melalui bahan (It) dengan

intensitas sinar laser sebelum mengenai bahan (I0).

(3.1)

sedangkan Reflektansi (R) didefinisikan sebagai perbandingan antara intensitas

pemantulan dengan intensitas sumber yang dapat ditulis:

(3.2)

Data penelitian dapat diolah melalui metode grafik yaitu grafik pertama

berupa hubungan antara pergeseran jarak dan tegangan (V ) dengan variasi

konsentrasi tertentu, grafik kedua berhubungan dengan kemiringan kurva pada

grafik pertama, serta grafik ketiga hubungan antara indeks bias dengan posisi

puncak.

Dari grafik yang dihasilkan dapat diketahui bahwa grafik hubungan antara

pergeseran jarak dan tegangan puncak-puncak mempunyai tren eksponensial. Hal

ini berarti pergeseran pada serat optik akan mempengaruhi tegangan yang

dihasilkan, kedua hal ini saling berhubungan. Penurunan tegangan puncak-puncak

(Vp-p) merupakan penurunan intensitas cahaya yang diterima oleh detektor,

penurunan intensitas cahaya karena pergeseran disebabkan hasil cahaya yang

dipantulkan oleh cermin pada jarak tertentu ada yang dapat ditangkap secara

maksimal dan ada yang tidak dapat ditangkap secara maksimal oleh serat optik

receiver. Cahaya yang berasal dari transmitter jatuh pada cermin berbentuk

kerucut, lalu cahaya dipantulkan kembali dalam bentuk kerucut cahaya yang lebih

luas. Diameter kerucut tergantung pada indeks bias (n) dari medium (cair) dan

pergeseran jarak antara serat optik dengan cermin.Penelitian ini akan dipengaruhi

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

1. Gerakan/getaran saat penelitian.

Gerakan yang cukup besar akan mempengaruhi terhadap fokus sinar LED

yang masuk ke dalam serat optik. Gerakan yang mempengaruhi getaran

pada meja penopang penelitian akan mengakibatkan sinyal yang tampak

pada oscilloscope tidak dapat tenang atau terjadi gelombang berjalan

dengan puncak gelombang yang selalu berubah sehingga menimbulkan

harga beda potensial yang mudah berubah. Pengambilan data harus

dilakukan dengan hati-hati baik peneliti ataupun peserta lain yang berada

disekitar proses penelitian, agar set up alat tidak terpengaruhi getaran.

2. Pemotongan serat optik.

Untuk memotong serat optik digunakan silet kecil, tajam dan proses

memotongnya harus tegak lurus menyilang terhadap posisi panjang serat,

agar intinya tidak pecah, serta permukaan serat optik terpotong rata. Hal

ini bertujuan agar sinar LED yang masuk maupun keluar dari serat optik

mengalami pemantulan sempurna sesuai dengan sudut kritis yang telah

diatur atau disesuaikan dengan posisi dari sumber sinar LEDnya. Sebelum

digunakan untuk pengambilan data serat optik diamplas terlebih dahulu

dengan menggunakan sedikit air agar permukaan serat optik benar-benar

rata.

3. Pengamatan terhadap posisi

Tegangan maksimum dan saat kondisi gelombang berjalan dalam keadaan

harganya stabil atau tidak terjadi loncatan harga yang dikarenakan

kesalahan pengamatan agar mendapatkan sinyal yang diperlukan. Maka

modal utama peneliti diantaranya kesabaran untuk menanti posisi sinyal

saat naik pada keadaan maksimim dan selanjutnya akan turun ke harga

yang lebih rendah. Pada saat inilah kita harus dengan cermat dan hati-hati

menentukan harga tegangan yang akan dibaca. Jika ternyata telah lewat

terhadap harga maksimum, maka harus mengulang keadaan yang sama

disaaat terjadi kenaikan tegangan lagi. Selanjutnya pada posisi harga yang

(39)

commit to user

Setelah semua data yang diperlukan selesai diambil dari penggunaan alat

sensor serat optik, hal selanjutnya adalah mengambil data menggunakan

refraktometer untuk mengetahui indek bias larutan dengan konsentrasi yang telah

ditentukan.

3.7. Pengolahan dan Analisa Data

Setelah mendapatkan data berupa nilai hubungan antara pergeseran dan

tegangan puncak-puncak serta hubungan antara konsentrasi larutan tertentu

dengan tegangan puncak-puncak. Selanjutnya data tersebut diolah dalam bentuk

grafik untuk mengetahui tren grafik yang muncul. Pengolahan data dilakukan

dengan memperhitungkan nilai-nilai puncak-puncak intensitas yang diperoleh

dengan mencocokan grafik dengan hasil pengukuran dari refraktometer. Data

yang diperoleh dalam bentuk grafik kemudian dianalisis tren grafik yang

terbentuk. Grafik akan menunjukkan perubahan nilai tegangan puncak-puncak

apabila mengalami kenaikan dan penurunan yang selanjutnya dilakukan

perbandingan dengan perubahan jarak dan perubahan konsentrasi.

3.8. Simpulan

Hasil analisa data secara lengkap disimpulkan untuk mengetahui hasil

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Perancangan Sensor Fiber optik Sebagai Alat Ukur Indek Bias

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain sensor serat optik yang

ditunjukkan untuk mengukur indeks bias suatu larutan garam dan larutan gula.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu set alat pengukuran indeks

bias suatu larutan menggunakan sensor serat optik yang telah dirangkai seperti

pada Gambar (4.1). Serat optik yang digunakan adalah serat optik jenis multimode

yang berdiameter 2,54 mm karena serat optik jenis multimode mempunyai ukuran

core yang lebih besar dibandingkan dengan single mode sehingga sinar yang

merambat didalamnya akan terpantul berulang kali oleh dinding cladding.

Gambar 4.1.

Set alat pengukuran indeks bias suatu larutan menggunakan sensor serat optik.

Berdasarkan teori yang diketahui bahwa berkas cahaya LED akan

bertambah dan berkurang apabila cermin sebagai pemantul digeser menjauhi serat

optik, sehingga dilakukan variasi pergeseran antara serat optik dan cermin. Variasi

jarak yang dilakukan adalah pada jarak 0–1 cm, dengan desain serat optik

transmitter dan receiver sejajar dan berhadapan tegak lurus terhadap cermin.

(41)

commit to user

optik transmitter dan hasil pantulan dari cermin ditangkap oleh serat optik

receiver, intensitas cahaya yang ditangkap oleh serat optik receiver selanjutnya

masuk kedalam photodetector yang dalam penelitian ini diterjemahkan oleh

oscillosscope sebagai tegangan puncak-puncak (mV). Indeks bias suatu larutan

tergantung dari konsentrasi suatu larutan, semakin besar konsentrasi larutan maka

indeks biasnya juga semakin besar. Pada penelitian ini pada jarak tertentu akan

didapatkan tegangan puncak maksimum, dimana jarak yang terdapat nilai

tegangan puncak maksimum merupakan nilai indeks bias konsentrasi larutan.

Pengaruh jarak dengan hasil pantulan cahaya dari cermin berpengaruh

terhadap nilai intensitas yang ditangkap oleh serat optik, faktor yang

menyebabkan terjadinya perubahan kemampuan serat optik untuk menangkap

cahaya adalah nilai Numerical Aperture atau sudut penerimaan cahaya pada serat

optik. Selain itu, karena serat optik yang digunakan pada penelitian ini memiliki

diameter yang besar yaitu 2,54 mm sehingga memiliki nilai numerical aperture

yang besar, hal ini dapat diilustrasikan pada Gambar (4.2).

Gambar 4.2.

Ilustrasi cahaya yang dipantulkan cermin dan diterima oleh serat optik receiver.

4.1.1. Pengaruh Pergeseran Terhadap Tegangan

Setelah dilakukan daerah kerja sensor selanjutnya dilakukan pengambilan

data perbandingan antara konsentrasi larutan dan tegangan. Larutan yang

digunakan pada penelitian ini adalah larutan garam dan larutan gula. Pada larutan

yang berbeda konsentrasi baik larutan garam ataupun larutan gula, akan

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

berbeda-beda. Berikut hasil nilai penelitian pergeseran dengan perubahan nilai

intensitas cahaya pada larutan garam pada grafik Gambar (4.3) dan larutan gula

pada Gambar (4.4). dengan banyak pengulangan dan pada grafik diambil 3 data.

Dapat dilihat pada larutan yang sama akan mempunyai posisi puncak yang relatif

sama.

Gambar (4.3) dan Gambar (4.4) adalah hasil eksperimen yang

menunjukkan hubungan antara perubahan jarak dan intensitas cahaya yang

ditangkap detektor akibat perubahan pergeseran posisi setiap 0.2 antara ujung

serat optik transmitter serta receiver dengan cermin yang terposisikan tegak lurus.

Pada grafik dilakukan normalisasi untuk mengetahui hubungan antara sumbu x

dengan sumbu y dan mengetahui gradien yang didapat pada tiap pengulangan

relative sama atau tidak. Dari keseluruhan Gambar (4.3) dan Gambar (4.4)

memberikan informasi dimana nilai intensitas cahaya bertambah apabila jarak

titik ukur dari sumbernya membesar, hal ini ditunjukkan grafik mengalami tren

kenaikan nilai tegangan puncak-puncak yang terukur akibat pergeseran cermin

setiap 0.2 mm. Kenaikan tegangan puncak-puncak pada jarak tersebut

dikarenakan hasil pantulan cahaya oleh cermin masih dapat ditangkap secara

maksimal oleh serat optik receiver. Setelah mencapai tegangan maksimum terlihat

grafik mengalami perubahan tren grafik untuk nilai tegangan yang ditangkap oleh

serat optik receiver, pada jarak tersebut serat optik receiver tidak mampu

menangkap secara maksimal hasil cahaya pantul dari cermin, sehingga terjadi

penurunan tegangan. Penurunan ini disebabkan kerapatan daya untuk

meningkatkan di bidang transmisi serat kerucut dan hukum kuadrat terbalik. Jarak

(43)

commit to user

(a) 1 molar (b)2molar

(c) 3 molar (d)4molar

(e) 5 molar Gambar 4.3.

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

(a) 1 molar

(b) 2 molar

(c) 3 molar (d) 4 molar

(e) 5 molar

Gambar 4.4.

(45)

commit to user

Sebelumnya diketahui pada larutan yang sama mempunyai posisi puncak

yang relatif sama dan dapat dilihat pada Gambar (4.5) bahwa larutan yang sama

dengan konsentrasi yang berbeda mempunyai posisi puncak yang berbeda.

( a ) Larutan garam

( b ) Larutan gula

(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Tabel (4.1) adalah posisi puncak dari grafik pada Gambar (4.3) sedangkan

posisi puncak dari Gambar (4.4) diketahui oleh Tabel (4.2) :

Tabel 4.1. Posisi puncak dari larutan garam dengan variasi konsentrasi

Konsentrasi ( M ) puncak d (mm) Δd

Tabel 4.2. Posisi puncak dari larutan gula dengan variasi konsentrasi.

konsentrasi ( M ) puncak d (mm) Δd

larutan juga berbeda-beda. Semakin besar konsentrasi suatu larutan, jarak

puncaknya juga semakin besar, hal ini menunjukkan konsentrasi larutan juga akan

mempengaruhi posisi puncak dari setiap larutan. Pada pengambilan data

penelitian ini, setiap konsentrasi larutan dilakukan banyak pengulangan lalu

diambil 3 data dan dapat dilihat nilai puncak atau peak dari pengulangan kesatu

sampai dengan pengulangan ketiga, hasil yang didapat tidak terlalu jauh berbeda,

dari ketiga data puncak atau peak tersebut lalu dirata-rata sehingga didapatkan

(47)

commit to user

Bentuk grafik yang dihasilkan pada penelitian dapat dijelaskan dengan

pemodelan pada Gambar (4.6) dan bentuk grafik dipengaruhi sudut tertentu yang

mempengaruhi intensitas cahaya yang diterima receiver. Pada pemodelan dibuat

variasi sudut yang berbeda, hal ini dikarenakan intensitas cahaya yang keluar dari

serat optik transmitter membentuk sudut yang berbeda-beda ketika intensitas

cahaya memasuki serat optik receiver.

Gambar 4.6. Pemodelan pengaruh pergeseran jarak terhadap intensitas.

Tabel 4.3. Pemodelan intensitas cahaya yang diterima serat optik receiver

d (mm) Nout Nin Nin Nin Ntot

0 26 25 0 30 0 40 0 0

2 26 25 6 30 4 40 8 18

4 26 25 14 30 18 40 24 56

6 26 25 22 30 26 40 20 68

8 26 25 20 30 16 40 7 43

10 26 25 14 30 8 40 4 26

Dari Tabel (4.3) maka dapat dibuat grafik hubungan antara d dengan Ntot

(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

ketika grafik mengalami kenaikan, grafik pada kondisi maksimum dan grafik

ketika mengalami penurunan.

Gambar 4.7. Hasil pemodelan pengaruh pergeseran terhadap intensitas

4.1.2. Kemiringan kurva

Pada Gambar (4.3) dan Gambar (4.4) dilakukan penghitungan nilai

kemiringan kurva pada slope kiri dan slope kanan. kemiringan kurva dari larutan

garam dapat dilihat pada Lampiran 1 dan larutan gula pada Lampiran 2, grafik

yang menunjukkan kemiringan kurva dari masing-masing diketahui pada Gambar

(4.8) dan Gambar (4.9). Hasil kemiringan kurva dapat diketahui pada Tabel (4.4)

dan Tabel (4.5).

Dapat dilihat dari Lampiran 1 dan Tabel (4.4). bahwa tingkat kemiringan

kurva suatu grafik hasil eksperimen menunjukkan tingkat sensitivitas suatu

sensor, terlihat dari keseluruhan Tabel (4.4) maka untuk kemiringan kurva pada

slope kiri tingkat sensitivitasnya lebih besar dari kemiringan kurva pada slope

kanan. Dari nilai pada Tabel (4.4). kemiringan kurva pada slope kiri dikatakan

lebih sensitive daripada kemiringan kurva pada slope kanan. Nilai sensitivitas

ditunjukkan untuk menghasilkan daerah kerja desain sensor serat optik pada alat

ukur indek bias.

Dapat dilihat dari Lampiran 2 dan Tabel (4.5). bahwa tingkat kemiringan

kurva suatu grafik hasil eksperimen menunjukkan tingkat sensitivitas suatu

(49)

commit to user

slope kiri tingkat sensitivitasnya lebih besar dari kemiringan kurva pada slope

kanan. Dari nilai pada Tabel (4.5). kemiringan kurva pada slope kiri dikatakan

lebih sensitive daripada kemiringan kurva pada slope kanan. Hasil tren grafik dari

larutan gula tidak jauh berbeda dari larutan garam. Nilai sensitivitas ditunjukkan

untuk menghasilkan daerah kerja desain sensor serat optik pada alat ukur indeks.

(a) Slope kiri (b) Slope kanan

Gambar 4.8 Contoh kemiringan kurva pada larutan garam 1 molar.

(a) Slope kiri (b) Slope kanan

(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Tabel 4.4. Kemiringan kurva hubungan antara jarak pergeseran dan tegangan pada larutan garam.

Dari ketiga pengulangan pengambilan data lalu dirata-rata sehingga

didapatkan ± Δm. Pada larutan garam, saat konsentrasi 1 molar didapatkan

nilai rata-rata pada slope kiri sebesar 0,0093 ± 0,0006 dan pada slope kanan

sebesar -0,0057 ± 0,0140 , konsentrasi 2 molar nilai pada slope kiri 0,0093 ±

0,0015 dan pada slope kanan -0.0083 ± 0,0205 , konsentrasi 3 molar nilai pada

slope kiri 0,0097 ± 0,0012 dan pada slope kanan -0,0080 ± 0,0196 ,konsentrasi 4

molar nilai pada slope kiri 0,0107 ± 0,0015 dan pada slope kanan -0,0090 ±

0,0220 , serta konsentrasi 5 molar nilai pada slope kiri 0,0130 ± 0,0017 dan pada

(51)

commit to user

Tabel 4.5. Kemiringan kurva hubungan antara jarak pergeseran dan tegangan pada larutan gula.

Pada larutan gula, saat konsentrasi 1 molar didapatkan nilai rata-rata pada

slope kiri sebesar 0,0063 ± 0,0006 dan pada slope kanan sebesar -0,0033 ±

0,0081, konsentrasi 2 molar nilai pada slope kiri 0,0047 ± 0,0006 dan pada slope

kanan -0,0077 ± 0,0189 , konsentrasi 3 molar nilai pada slope kiri 0,0107 ±

0,0015 dan pada slope kanan -0,0187 ± 0,0457, konsentrasi 4 molar nilai pada

slope kiri 0,0143 ± 0,0012 dan pada slope kanan -0,0260 ± 0,0006 ,serta

konsentrasi 5 molar nilai pada slope kiri 0,0320 ± 0,0036 dan pada slope kanan

-0,0313 ± 0,0021 .

4.1.3. Range atau jangkauan

Dari Gambar (4.3) dan Gambar (4.4), dapat diketahui range saat nilai

tegangan naik sampai ke posisi puncak lalu mengalami penurunan ketika

(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

larutan yang berbeda mempunyai posisi puncak yang berbeda pula. Pada larutan

garam (Gambar 4.3) dan larutan gula (Gambar 4.4) memberikan informasi dimana

nilai intensitas cahaya bertambah apabila jarak titik ukur dari sumbernya

membesar.

Pada Gambar (4.3) bahwa saat konsentrasi 1 molar pada jarak pengukuran

0-5,8 grafik mengalami tren kenaikan dan saat jarak pengukuran 5,8-10

mengalami perubahan tren penurunan grafik, konsentrasi 2 molar pada jarak

pengukuran 0-6,2 grafik mengalami tren kenaikan dan saat jarak pengukuran

6,2-10 mengalami perubahan tren penurunan grafik, konsentrasi 3 molar pada

jarak pengukuran 0-6,4 grafik mengalami tren kenaikan dan saat jarak

pengukuran 6,4-10 mengalami perubahan tren penurunan grafik, konsentrasi

4 molar pada jarak pengukuran 0-6,6 grafik mengalami tren kenaikan dan saat

jarak pengukuran 6,6-10 mengalami perubahan tren penurunan grafik, serta

konsentrasi 5 molar pada jarak pengukuran 0-6,8 grafik mengalami tren

kenaikan dan saat jarak pengukuran 6,8-10 mengalami perubahan tren

penurunan grafik.

Pada Gambar (4.4) bahwa saat konsentrasi 1 molar pada jarak pengukuran

0-6,6 grafik mengalami tren kenaikan dan saat jarak pengukuran 6,6-10

mengalami perubahan tren penurunan grafik, konsentrasi 2 molar pada jarak

pengukuran 0-7 grafik mengalami tren kenaikan dan saat jarak pengukuran

7-10 mengalami perubahan tren penurunan grafik, konsentrasi 3 molar pada

jarak pengukuran 0-7,4 grafik mengalami tren kenaikan dan saat jarak

pengukuran 7,4-10 mengalami perubahan tren penurunan grafik, konsentrasi

4 molar pada jarak pengukuran 0-7,6 grafik mengalami tren kenaikan dan saat

jarak pengukuran 7,6-10 mengalami perubahan tren penurunan grafik, serta

konsentrasi 5 molar pada jarak pengukuran 0-7,8 grafik mengalami tren

kenaikan dan saat jarak pengukuran 7,8-10 mengalami perubahan tren

penurunan grafik.

Kenaikan tegangan puncak-puncak pada jarak tersebut dikarenakan hasil

pantulan cahaya oleh cermin masih dapat ditangkap secara maksimal oleh serat

(53)

commit to user

nilai tegangan yang ditangkap oleh serat optik receiver, pada jarak tersebut serat

optik receiver tidak mampu menangkap secara maksimal hasil cahaya pantul dari

cermin, hal tersebut dapat dijelaskan pada Gambar (4.10).

Dari Gambar (4.10) dapat digunakan untuk menjelaskan tren grafik pada

penelitian ini, dimana ketika pengambilan data pada jarak seperti Gambar (4.10.a)

tren grafik mengalami kenaikan sampai pada jarak maksimum Gambar (4.10.b)

setelah itu akan mengalami tren penurunan grafik ketika pada jarak seperti

Gambar (4.10.c).

(a) (b) (c)

Gambar 4.10. Kemampuan Serat Optik Menangkap Intensitas

(a) dan (c) serat optik receiver tidak mampu menangkap secara maksimal hasil cahaya pantul dari cermin. (b) serat optik receiver mampu menangkap secara

maksimal hasil cahaya pantul dari cermin

4.2. Analisa

4.2.1. Pengaruh Pergeseran Terhadap Tegangan

Perubahan nilai tegangan yang terjadi pada variasi pergeseran ini

diakibatkan pada serat optik hanya dapat menangkap cahaya pada sudut-sudut

tertentu ( i) yang dapat diterima dan ditransmisikan langsung oleh serat optik

receiver. Pada Gambar (4.11). menjelaskan bahwa ada tiga jenis cahaya yang

(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Gambar 4.11. Bentuk transmisi sinar pada serat optik.

Garis biru memberikan ilustrasi cahaya yang masuk ke cladding (1), garis

hijau memberikan ilustrasi cahaya yang masuk dengan sudut kritis (2) dan garis

merah merupakan cahaya yang mengalir kedalam core (3). Sudut yang menuju

kearah permukaan serat optik (nudara=1) tidak semua akan diteruskan, cahaya tidak

dapat diterima apabila melebihi wilayah θmax karena cahaya yang masuk hasil

pantulan memiliki sudut datang lebih besar dari θmax sehingga cahaya tersebut

masuk namun tidak dapat berlanjut dan keluar serta ada yang sebagian sama

sekali tidak masuk kedalam serat optik receiver. Pada penjelasan Gambar 4.2

memberikan informasi kondisi penerimaan cahaya serat optik receiver, pada

pergeseran yang menghasilkan sudut pantul tertentu cahaya dapat maksimal.

Cahaya yang diterima serat optik receiver dirubah menjadi nilai tegangan dimana

proses perubahan tersebut terjadi karena LED dengan energi foton

menumbuk semikonduktor yang ada dalam photodetector dan terjadilah peristiwa

perubahan energi cahaya menjadi energi listrik, sehingga cahaya terbaca dalam

bentuk tegangan puncak-puncak (mV).

Selain faktor karakteristik perambatan cahaya, pemotongan ujung serat

optik juga mempengaruhi keterimaan sinar ke dalam serat optik, akibat

permukaan pemotongan tidak rata, mengakibatkan cahaya tidak masuk kedalam

serat optik (Gambar 4.12).

Berkas sinar A dapat masuk ke dalam inti serat optik karena sudut datang θ1 lebih kecil dari sudut kritis. Sedangkan berkas sinar B tidak bisa masuk ke

dalam serat optik dan dipantulkan oleh permukaan serat karena sudut datang θ2

Gambar

Tabel 2.1. Indeks Bias pada Beberapa Zat pada λ = 589 nm
Gambar 4.13.  Hubungan indeks bias dengan posisi puncak larutan garam 45 Gambar 4.14.  Hubungan indeks bias dengan posisi puncak larutan gula 46
Tabel 2.1. Indeks Bias pada Beberapa Zat pada λ = 589 nm (Tipler. 2001)
Gambar 2.1. Perambatan cahaya pada hukum Snellius ( Alonso, 1980 )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi input atau masukan dan tambahan suatu informasi yang dapat membantu perusahaan agar dapat menjadi lebih baik lagi dari

Proses penyinaran dengan adanya TiO2 terhadap limbah elektroplating yang mengandung ion Cr(VI), ion Cu(II) dan ion Ni(II) dapat menurunkan konsentrasi ketiga logam tersebut.. The

Berdasarkan landasan teori dan kerangka konsep pada penelitian ini, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : Spread Tingkat Suku Bunga Bank, Capital Adequacy

Karakteristik usia, pendapatan, gaya hidup dan kepribadian berpengaruh signifikan terhadap tingkat pembelian mahasiswa yang menjadi responden dari Fakultas Ekonomi Universitas

(1) Formulir LHKPN Model KPK-A dan formulir LHKPN Model KPK-B yang telah diisi oleh Pemangku jabatan PN di Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) wajib

TCP tidak digunakan dalam pengiriman data suara pada VOIP karena pada suatu komunikasi data VOIP penanganan data yang mengalami keterlambatan lebih penting dari

Guna meningkatkan efektifitas santri, guru/ustadz harus selalu berupaya dengan berbagai strategi, termasuk diantaranya adalah dengan menggunakan metode sorogan. Metode

Penjualan langsung yang dilakukan PT.Bank Syariah Mandiri Tbk. KCP Palur berupa presentasi kepada instansi tertentu. Metode promosi ini memiliki kelebihan