• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Perbedaan Kadar Kuersetin pada Propolis Ekstrak Etanol dan Propolis Ekstrak Air

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Perbedaan Kadar Kuersetin pada Propolis Ekstrak Etanol dan Propolis Ekstrak Air"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PERBEDAAN KADAR KUERSETIN PADA PROPOLIS EKSTRAK ETANOL DAN PROPOLIS EKSTRAK AIR

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Nurrini Susanti Y. G.0009160

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Perbedaan Kadar Kuersetin pada Propolis Ekstrak

Etanol dan Propolis Ekstrak Air

Nurrini Susanti Y, NIM: G.0009160, Tahun: 2012

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

(3)

commit to user

iii

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr, Sp.PD-KR-FINASIM

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta,

Nurrini Susanti Y.

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Nurrini Susanti Y, G.0009160,2012. Perbedaan Kadar Kuersetin pada Propolis

Ekstrak Etanol dan Propolis Ekstrak Air. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang: Propolis mengandung berbagai jenis flavonoid, salah satunya adalah kuersetin. Propolis memiliki banyak manfaat di bidang kesehatan. Jenis pelarut yang digunakan dalam ekstraksi propolis mempengaruhi kadar kuersetin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar kuersetin pada propolis ekstrak etanol dan propolis ekstrak air.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni. Subjek penelitian adalah propolis yang berasal dari peternakan lebah di daerah Gejen RT 3 RW 2, Kerjo, Karanganyar. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Penentuan kadar kuersetin pada propolis dengan menggunakan UV-Vis spektrofotometer metode Prussian-blue. Pada tiap ekstrak propolis masing-masing dibuat lima sampel. Data kadar kuersetin yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik yaitu Uji t tidak berpasanganmenggunakan program komputer SPSS 17 for windows.

Hasil Penelitian: Rata-rata kadar kuersetin yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 10,0480±0,53798 µg/mL pada Propolis Ekstrak Etanol dan 1,0440±0,06804 µ g/mL pada Propolis Ekstrak Air dengan nilai p < 0,05.

Simpulan Penelitian: Terdapat perbedaan kadar kuersetin pada propolis ekstrak etanol dan propolis ekstrak air

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Nurrini Susanti yulianti, G.0009160,2012. The Difference of Quercetin Level in Ethanol Extract Propolis and Water Extract Propolis. Mini Thesis, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Background: Propolis contains flavonoids. One of them is quersetin. Solvent used is propolis extraction influence quercetin level of the extract. This research aims to determine whether there is a difference of Quercetin Level in Ethanol Extract Propolis and Water Extract Propolis.

Methods: This research is an experimental research. Subject of this research is propolis from Gejen RT 3 RW 2, Kerjo, Karanganyar. The samples were carried out by purposive sampling. Concentration of quercetin is determined by using UV-Vis spectrophotometer by Prussian-blue methode. Five samples are made for each extract. The data then analized using unpaired t-test by SPSS 17 for windows.

Results: Averages of quercetin level in this research are 10,0480±0,53798 µg/mL in Ethanol extract propolis and 1,0440±0,06804 µ g/mL in Water Extract propolis with p < 0,05.

Conclusion: There are differences in there is a difference of quercetin content in Ethanol Extract Propolis and Water Extract Propolis.

(7)

commit to user

vii

PRAKATA

Alhamdulillaah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Perbedaan Kadar Kuersetin pada Propolis di Pasaran Wilayah Surakarta”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr, Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Diding Heri Prasetyo, dr., M.Si, selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat. 4. Sri Hartati, Dra., Apt., S.U, selaku Pembimbing Pendamping yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat. 5. R.P. Andri Putranto, dr., M.Si, selaku Penguji Utama yang telah

memberikan bimbingan dan nasihat.

6. Sarsono, Drs., M.Si, selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.

7. Bapak, Ibu, adik serta seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, Mei 2012

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran ... 15

C. Hipotesis ... 16

(9)

commit to user

ix

A. Jenis Penelitian ... 17

B. Lokasi Penelitian... 17

C. Subjek Penelitian ... 17

D. Teknik Sampling...17

E. Rancangan Penelitian ... 18

F. Identifikasi Variabel Penelitian ... 19

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 19

H. Alat dan Bahan... 20

I. Cara Kerja ... 20

J. Teknik Analisis Data ... 22

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 23

BAB V PEMBAHASAN ... 29

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 32

A. Simpulan... 32

B. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA... 33

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Kimia Kuersetin ... 9

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran ... 15

Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian ... 17

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Kuersetin dengan Pelarut Etanol dalam Reagen Prussian-Blue pada Panjang Gelombang 700 nm ... 24

Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Kuersetin dengan Pelarut Air dalam Reagen

(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Kandungan Senyawa Kimia Rata-rata dari Propolis (Krel, 1996)...6

Tabel 4.1 Pengukuran Absorbansi Larutan Kuersetin yang Dilarutkan dalam Etanol 80% pada Panjang Gelombang 700 nm ... 23

Tabel 4.2 Pengukuran Absorbansi Larutan Kuersetin yang Dilarutkan dalam Air pada Panjang Gelombang 700 nm ... 25

Tabel 4.3 Konsentrasi Kuersetin pada Propolis Ekstrak Etanol ...26

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Uji Normalitas Distribusi

Lampiran 2.Uji Homogenitas dan Independent t Test

(13)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Propolis merupakan senyawa lengket seperti lem (resin) yang

dikumpulkan lebah madu dari kuncup daun berbagai tumbuhan yang

kemudian dicampur dengan lem lebah dan β-glucosidase yang

disekresikan oleh kelenjar saliva selama pengumpulan propolis. Propolis

digunakan lebah sebagai lem pada sarangnya untuk menanggulangi

berbagai ganguan dari luar (Park dan Ikegaki, 1998).

Propolis umumnya didapatkan dari lebah madu Apis spp., namun

terdapat spesies lebah madu lain yang mengumpulkan lebih sedikit madu

dan lebih banyak propolis misalnya lebah madu Trigona spp (Fatoni et al.,

2008). Komposisi kandungan propolis bervariasi berdasarkan sumbernya,

secara umum, propolis tersusun atas 50% resin, 30% lem lebah, 10%

minyak esensial, 5% serbuk sari dan 5% bahan lain (Coneac et al., 2008).

Propolis diketahui yang yang memiliki berbagai aktivitas biologis.

Berbagai aktivitas ini disebabkan karena di dalam propolis terkandung

flavonoid, aktivitas-aktivitas tersebut di antaranya adalah aktivitas

antibakterial, antiviral, antifungal, antioksidan dan dapat menangkal

radikal bebas (Bahdauria et al., 2006). Flavonoid propolis juga diketahui

(14)

commit to user

2

hepatoprotektor, karsinostatik, dan membantu regenerasi jaringan (Farre et

al., 2004).

Kuersetin merupakan salah satu dari dua senyawa flavonoid

terpenting yang terkandung di dalam propolis (Coneac et al., 2009).

Kuersetin diketahui sebagai suatu senyawa yang tidak stabil terutama pada

media basa. Selain itu, kuersetin juga diketahui memiliki bioavailabilitas

yang rendah di dalam air sehinga meyebabkan absorbsi kuersetin secara

oral terbatas (Zheng et al.,2005).

Pietta dalam Susilo (2009) menyatakan bahwa propolis tidak dapat

digunakan sebagai bahan baku dan harus dipurifikasi terlebih lagi melalui

proses ekstraksi dengan zat pelarut. Hal ini disebabkan karena propolis

mentah yang masih mengandung berbagai bahan-bahan kontaminan

seperti kayu, serbuk sari, bahkan lebah yang sudah mati (Sforcin dan

Bankova, 2011) Metode ekstraksi propolis dapat mempengaruhi aktivitas

biologis flavonoid propolis, khususnya kuersetin (Coneac et al., 2008).

Metode ekstraksi yang umumnya digunakan saat ini adalah ekstrak padat,

yaitu ekstraksi dengan menggunakan etanol dengan konsentrasi yang

berbeda-beda, metanol atau air (Nagai et al., 2002). Cunha dalam Sforcin

(2011) menyatakan bahwa pelarut yang berbeda akan mengekstrak

komponen yang berbeda serta mempengaruhi aktivitasnya. Meskipun

propolis ekstrak etanol saat ini lebih umum digunakan, namun propolis

(15)

commit to user

manusia sehingga penelitian mengenai Propolis Ekstrak Air semakin

banyak dilakukan (Nagai et al., 2002).

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai perbedaan kadar kuersetin pada Propolis Ekstrak Etanol dan

Propolis Ekstrak Air.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas,

dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah: adakah perbedaan

kadar kuersetin pada Propolis Ekstrak Etanol dan Propolis Ekstrak Air?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar

kuersetin pada Propolis Ekstrak Etanol dan Propolis Ekstrak Air.

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis

Memberikan sumbangan pikiran bagi ilmu pengetahuan

kesehatan terutama di bidang biokimia untuk mengetahui ekstrak yang

memiliki kadar kuersetin lebih tinggi diantara Propolis Ekstrak Etanol

dan Propolis Ekstrak Air.

2. Aspek Aplikatif

a. Memberikan informasi kepada klinisi tentang kadar kuersetin yang

lebih tinggi di antara Propolis Ekstrak Etanol dan Propolis Ekstrak

(16)

commit to user

4

b. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kadar kuersetin

(17)

commit to user

Propolis merupakan senyawa lengket seperti lem (resin)

yang dikumpulkan lebah madu (Apis mallifera) dari kuncup daun

berbagai tumbuhan yang kemudian dicampur dengan lilin lebah dan

β-glucosidase yang disekresikan oleh kelenjar saliva selama

pengumpulan propolis (Park dan Ikegaki, 1998). Propolis umumnya

didapatkan dari lebah madu Apis spp., namun terdapat spesies lebah

madu lain yang mengumpulkan lebih sedikit madu dan lebih banyak

propolis misalnya lebah madu Trigona spp (Fatoni et al., 2008).

b. Kandungan senyawa kimia

Propolis tersusun atas lebih dari 180 senyawa kimia yang

komposisinya berbeda-beda sesuai dengan zona geografis dan

sumber tanamannya (Osman dan Taha, 2008). Selain kedua hal

tersebut, komposisi propolis juga dipengaruhi oleh musim (Saragih

et al., 2006). Komposisi propolis terutama tergantung pada

tumbuh-tumbuhan dari daerah asal propolis, waktu dikumpulkan dan secara

sekunder tergantung pada pelarut yang digunakan untuk ekstraksi

(18)

commit to user

6

merupakan produk yang dihasilkan dari tumbuhan telah dibuktikan

bahwa komposisinya tidak diubah oleh lebah (Bankova, 2005).

Propolis mengandung senyawa kompleks vitamin, mineral, enzim,

senyawa fenolik dan flavonoid (Osman dan Taha, 2008). Dalam

tabel di bawah ini, Krell (1996) menjelaskan komposisi kimia

propolis adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Komposisi Kandungan Senyawa Kimia Rata-Rata dari

Propolis (Krel, 1996)

c. Manfaat Propolis

Propolis berfungsi sebagai lem pada sarang lebah dalam

mengatasi berbagai ganguan dari luar (Park dan Ikegaki, 1998).

Selain itu, propolis juga berfungsi untuk mengkilatkan bagian dalam

sarang dan menjaga suhu lingkungan bagi lebah. Propolisdigunakan

untuk mengisi retakan dan celah pada sarang lebah, mempersempit

Komposisi (%) Kandungan Senyawa dan

Karakteristik

Resin 45-55 Flavonoid, asam fenolik dan ester

Lilin

7,55-35

Lilin lebah, serat tumbuhan

Oil esensial 5-10 Senyawa volatile

(19)

commit to user

atau menutup sarang agar tidak terbuka, melindunginya dari

kontaminasi yang berasal dari luar, untuk memperkuat dan

menyambung sel-sel dalam sarang dan melindunginya dari rembesan

air, serta melindungi larva yang tumbuh tidak terkontaminasi oleh

mikroba (Susilo et al., 2009)

Saat ini, manusia memanfaatkan propolis sebagai bahan

kosmetik, teknologi pengolahan pangan dan obat-obatan. Propolis

diketahui yang memiliki aktivitas antibakterial, antiviral, antifungal,

antioksidan dan dapat radikal bebas (Bahdauria et al., 2006).

Propolis juga diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi,

menstimulasi imun, hepatoprotektor, karsinostatik, dan membantu

regenerasi jaringan. Efek lain dari propolis yang telah diketahui

antara lain menurunkan tekanan darah, melindungi jaringan hepar

dari tetraklorida, mencegah terjadinya ulkus lambung dan

mempertahankan kadar glukosa darah, bersifat protektif terhadap

jaringan ginjal (El-Khayat, 2009). Propolis menunjukkan aktivitas

antimikroba, baik secara langsung pada berbagai mikroorganisme

maupun secara tidak langsung dengan memacu sistem imun tubuh.

Propolis memacu sistem imun dengan mengaktivasi makrofag dan

meningkatkan aktivitas micobicidal dari makrofag dan

meningkatkan pembentukan antibodi serta menunjukkan efek

sinergis dengan obat-obatan antimikroba (Sforcin, 2007). Penelitian

(20)

commit to user

8

propolis memiliki efek antimalaria dengan tingkat efektifias yang

berbeda-beda tergantung dari letak geografis asal propolis. Miyataka

dalam Sforcin (2007) menyebutkan bahwa Propolis Ekstrak Air dan

Propolis Ekstrak Etanol memberikan efek antialergi yaitu dengan

menghambat pengeluaran histamin dari sel mast tikus.

2. Kuersetin

a. Definisi

Kuersetin merupakan suatu zat aktif yang termasuk dalam

golongan flavonol. Flavonol merupakan salah satu dari enam

subgolongan flavonoid. Kuersetin merupakan flavonoid yang secara

luas tersebar pada tumbuhan (Kelly, 2010). Kuersetin juga

merupakan salah satu dari dua senyawa flavonoid terpenting yang

terkandung di dalam propolis (Coneac et al., 2009). Kuersetin

dibedakan menjadi kuersetin aglikon dan kuersetin glikosid.

Kuersetin aglikon merupakan kuersetin yang tidak berikatan dengan

gula, sementara kuersetin glikosid merupakan kuersetin yang

berikatan dengan gugus glikosil (glukosa, rhamnosa, rutinosa).

Kuersetin aglikon ditemukan lebih sedikit daripada kuersetin

(21)

commit to user

Gambar 2.1. Struktur Kimia Kuersetin (Mao et al., 2009)

b. Manfaat

Kuersetin diketahui sangat berperan dalam berbagai efek

biologis yaitu sebagai antioksidan dengan menangkal radikal bebas,

antikanker, antiviral, mencegah arterosklerosis dan mencegah

inflamasi kronis (Coneac et al., 2009). Kuersetin juga dketahui dapat

menghambat pengeluaran histamin sehingga dapat digunakan untuk

mencegah terjadinya reaksi alergi (Kelly, 2010). Kelly (2010) juga

menyatakan bahwa kuersetin juga memiliki aktivitas menghambat

terjadinya agregasi trombosit dan dan pembentukan trombus

sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit

kardiovaskuler. Gulcin (2010) juga menyatakan bahwa propolis

dapat mencegah terjadinya penyakit jantung koroner. Kuersetin juga

menunjukkan adanya efek antiansietas dan antidepresan pada hewan

walaupun hingga saat ini belum ada penelitian mengenai aktivitas

antiansietas dan antidepresan kuersetin pada manusia. Menurut

(22)

commit to user

10

secara signifikan dapat meningkatkan fase non-REM pada tidur dan

mengurangi fase REM yang diduga disebabkan oleh aktivitas

kuersetin yag menginduksi aktivitas reseptor GABA(A) walaupun

sementara ini belum terdapat penelitian mengenai efek kuersetin

terhadap fase tidur pada manusia.

c. Bioavailabilitas

Kuersetin diketahui sebagai suatu senyawa yang tidak stabil

terutama pada media basa (Zheng et al., 2005). Kuersetin aglikon

yang tidak berikatan dengan gugus glikosil seluruhnya tidak dapat

larut dalam air dingin, namun dapat sangat sedikit terlarut dalam air

panas dan sedikit terlarut dalam alkohol dan lemak (lipofilik) (Kelly,

2010). Ikatan kuersetin dengan gugus glikosil pada kuersetin

glikosid diketahui meningkatkan kelarutannya di dalam air. Karena

kuersetin memiliki kelarutan yang rendah di dalam air sehinga

meyebabkan absorbsi kuersetin secara oral terbatas (Zheng et al.,

2005). Terlebih lagi dalam proses pencernaan, enzim-enzim

pencernaan dan bakteri menyebabkan terjadinya hidrolisis kuersetin

sehingga kuersetin glikosil berubah menjadi kuersetin aglikon

sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh (Kelly, 2010). Rata-rata

absorbsi oral kuersetin pada hewan maupun manusia rata-rata adalah

(23)

commit to user

d. Analisis kadar kuersetin

Analisis flavonoid dapat dilakukan dengan mengunakan

metode UV-Vis spektrofotometer. Metode dengan UV-Vis

spektrofotometer memiliki nilai penyimpangan yang cukup besar

karena faktor yang digunakan untuk menghitung flavonoid total

tidak konstan (Lin-chin et al., 2000). Terdapat beberapa metode

UV-Vis spektrofotometer yang dapat digunakan yaitu metode

Folin-Ciocalteau, metode Prussian-blue dan metode o-Phenanthroline

(Gonzalez et al., 2003). Dalam penelitiannya, Gonzalez (2003)

menemukan bahwa metode Folin-Ciocalteau merupakan metode

yang efektif dan cepat untuk propois dengan konsentrasi komponen

fenolik yang tinggi, Prussian-blue merupakan metode yang cepat

dan sensitif untuk determinasi spektrofotometrik dari fenol total,

sementara prosedur dari metode o-Phenanthroline membutuhkan

waktu yang lebih lama supaya dapat memberikan hasil yang baik.

Dalam penelitiannya, Lin Chin (2000) menggunakan UV-Vis

spektrofotometer dalam mengukur kadar kuersetin pada Propolis

Ekstrak Etanol dan Propolis Ekstrak Air. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Gonzalez (2003) pengukuran dengan metode

Prussian-blue dilakukan dengan cara mengunakan ekstrak air

maupun ekstrak etanol propolis sebanyak 5-400 µm ditambah

dengan raegen Prussian-blue. Larutan yang sudah jadi kemudian

(24)

commit to user

12

ml. Setelah tujuh menit, nilai absorbansi diukur menggunakan

UV-Vis spektrofotometer pada panjang gelombang 700 nm, pengukuran

dinyatakan selesai apabila tes strip FeCl3 berubah warna menjadi

biru kehijauan.

3. Ekstrak

a. Ekstrak

Ekstrak merupakan sediaan tumbuh-tumbuhan atau hewan

yang dipekatkan dengan cara melepaskan zat aktif dari

masing-masing bahan, dengan menggunakan pelarut yang sesuai kemudian

sebagian besar atau seluruh pelarut diuapkan dan masa yang tersisa

diatur untuk ditetapkan standarnya. Dengan demikian, ekstrak

merupakan bentuk sediaan yang poten, potensi ekstrak biasanya

dapat mencapai dua sampai enam kali berat bahan mentahnya.

Fungsi ekstrak adalah untuk menyediakan sejumlah kecil dan dalam

kesesuaian bagi bentuk fisik yang mantap serta menunjukkan

aktivitas obat dan sifat dari bahan tersebut (Ansel, 1989).

b. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan penarikan zat pokok yang diinginkan

dari suatu bahan mentah dengan menggunakan pelarut. Pelarut

dipilih berdasarkan pada daya larut zat aktif, zat yang tidak

diinginkan, serta tipe preparat farmasi yang dibutuhkan (Ansel,

(25)

commit to user

Pelarut serbaguna yang paling luas penggunaannya mungkin

adalah campuran hidroalkohol. Hidroalkohol merupakan gabungan

antara pelarut air dan alkohol yang memungkinkan terbentuknya

kombinasi fleksibel antara air dan alkohol yang paling sesuai untuk

mengektraksi suatu bahan aktif dari obat khusus. Pelarut

hidroalkohol biasanya memberikan perlindungan terpadu terhadap

kontaminasi mikroba dan membantu mencegah pemisahan bahan

yang diekstraksi bila didiamkan (Ansel, 1989).

Metode dasar dari ekstraksi adalah maserasi dan perkolasi.

Metode ekstraksi dipilih berdasarkan sifat bahan metah obat (faktor

utama), daya penyesuaian bahan mentah obat dengan tiap macam

metode ekstraksi, serta kepentingan dalam memperoleh ektrak yang

mendekati sempurna dari obat. Proses perkolasi lebih rumit, mahal,

dan lama dibandingkan dengan proses maserasi. Maserasi

merupakan proses paling tepat, obat yang sudah halus, direndam

dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel sehingga

zat-zat yang mudah larut akan terlarut. Maserasi dilakukan pada

temperatur 15o-20oC, selama 3 hari sampai bahan-bahan yang dapat

larut kemudian melarut. Pada kenyataannya sering digunakan

kombinasi dari proses maserasi dan perkolasi dalam mengekstraksi

bahan mentah obat. Bahan mentah obat mula-mula dimaserasi untuk

(26)

commit to user

14

aktif di dalamnya, kemudian dilakukan proses perkolasi untuk

memisahkan ekstrak dari ampasnya (Ansel, 1989).

c. Propolis Ekstrak Etanol

Ekstraksi dengan pelarut hidroalkohol dengan

mengggunakan jenis etanol yang tidak menyebabkan pembengkakan

membran sehingga dapat memperbaiki stabilitas bahan obat yang

terlarut (Voigt, 1994). Jika bahan pengekstraknya dilarutkan

seluruhnya atau sebagiannya saja, maka dapat diperoleh suatu

ekstrak dengan berbagai konsentrasi sesuai dengan kebutuhan, yang

berdasarkan sifat-sifatnya dibedakan menjadi:

1) Ekstrak encer, yaitu sediaan dengan konsistensi seperti madu

dan dapat dituang. Ekstrak encer sekarang sudah tidak

digunakan lagi.

2) Ekstrak kental, yaitu sediaan dengan konsistensi liat pada

kondisi dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya

berjumlah sampai 30%.

3) Ekstrak kering, yaitu sediaan dengan konsistensi kering dan

mudah digosokkan, kandungan airnya tidak lebih dari 5%.

4) Ekstrak cair, yaitu ekstrak yang dibuat sedemikian hingga 1

bagian obat sesuai dengan 2 bagian ekstrak cair. Ekstrak cair

dan ekstrak kering adalah komponen yang paling banyak

(27)

commit to user

Ekstrak etanol dibuat dengan cara propolis mentah

dilarutkan dalam etanol dan diaduk setiap 5 menit selama 30 menit

pada suhu 70oC, larutan kemudian dimaserasi/didiamkan selama 24

jam, kemudian disaring menggunakan kertas saring, selanjutnya

larutan yang telah disaring diuapkan dengan menggunakan

waterbath hingga menjadi kental (Saragih, 2006).

d. Ekstrak Air Propolis

Pembuatan ekstrak air propolis dilakukan dengan cara

Gonzalez (2003) dengan modifikasi. Ekstrak air propolis, menurut

Gonzalez, dibuat dengan mengambil 0,1g sampel propolis kering

ditambah dengan 30 ml air. Kemudian dilakukan maserasi selama 12

jam, dilanjutkan dengan memasukkan sampel ke dalam shaker

selama 30 menit pada suhu 30oC dan 50 rpm. Supernatan yang

dihasilkan kemudian difiltrasi 5 jam kemudian. Prosedur yang sama

(28)

commit to user

16

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.2. Skema Kerangka Pikir

C. Hipotesis

Terdapat perbedaan kadar kuersetin pada Propolis Ekstrak Etanol dan

Propolis Ekstrak Air.

Perbedaan kadar Kuersetin

Propolis

Perbedaan kandungan propolis

Jenis pelarut Zona

geografis

Jenis tumbuhan waktu

(29)

commit to user

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di laboratorium biokimia UNS, Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian berupa propolis yang berasal dari peternakan lebah

di daerah Gejen RT 3 RW 2, Kerjo, Karanganyar.

D. Teknik Sampling

(30)

commit to user

18

E. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah thepost test only group

design.

Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian

Keterangan:

A : Propolis Ekstrak Etanol

B : Propolis Ekstrak Air

O1 : Pengukuran kadar kuersetin pada kelompok Propolis Ekstrak

Etanol dengan menggunakan UV-Vis spektrofotometer metode

Prussianiblue.

O2 : Pengukuran kadar kuersetin pada kelompok Propolis Ekstrak

Air dengan menggunakan UV-Vis spektrofotometer metode

(31)

commit to user F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. variabel bebas : Propolis Ekstrak Etanol

Propolis Ekstrak Air

2. variabel terikat: kadar kuersetin

G. Definisi Operasional Variabel

1. Propolis Ekstrak Etanol

Propolis Ekstrak Etanol adalah ekstrak yang diperoleh dengan

cara mengekstraksi propolis mentah dari peternakan lebah di Daerah

Gejen RT 3 RW 2, Kerjo, Karanganyar dengan menggunakan etanol

sebagai pelarutnya. Skala ukuran variabel ini adalah nominal.

2. Propolis Ekstrak Air

Propolis Ekstrak Air adalah ekstrak yang diperoleh dengan cara

mengekstraksi propolis mentah dari peternakan lebah di Daerah Gejen

RT 3 RW 2,Kerjo, Karanganyar dengan mengunakan air sebagai

pelarutnya. Skala ukuran variabel ini adalah nominal.

3. Kadar Kuersetin

Kadar kuersetin adalah kadar yang ditentukan dengan

menggunakan analisis spektofotometer dimana ekstrak propolis terlebih

dahulu direaksikan dengan reagen Prussian-blue dan diencerkan. Skala

(32)

commit to user

20

H. Alat dan Bahan

1. Alat

a) labu takar 10 mL, 100 mL, 250 mL; b) erlenmeyer tutup 100 mL, 250

mL; c) gelas beaker 250 mL; d) pipet tetes; e) pipet mikro 0-10, 10-100,

100-1000 µ L; f) botol timbang; g) satu set spektrofotometer; h) kertas

saring; i) kain lap; j) sabun cuci; k) sikat tabung

2. Bahan

a) kuersetin (1.10-3 s.d 2,98.10-3M); b) asam asetat; c) etanol 80%; d)

aquabidest; e) HCl 0,1 M; f) K3Fe(CN)6 0,0008M/0,1M HCl; g) FeCl3

0,1M/0,1M HCl; h) propolis mentah

I. Cara Kerja

1. Persiapan percobaan

Pembuatan Propolis Ekstrak Etanol dan Propolis Ekstrak Air

dilakukan di Laboratorium Biokimia-UNS Surakarta. Pembuatan ekstrak

propolis dilakukan dengan cara Gonzalez (2003) dengan modifikasi.

Menurut Gonzalez, ekstrak dibuat dengan mengambil 0,1g sampel propolis

kering ditambah dengan 30 ml air. Kemudian dilakukan maserasi selama

12 jam, dilanjutkan dengan memasukkan sampel ke dalam shaker selama

30 menit pada suhu 30oC dan 50 rpm. Supernatan yang dihasilkan

kemudian difiltrasi 5 jam kemudian. Prosedur yang sama kemudian

dilakukan lagi sebanyak 5 kali. Modifikasi yang dilakukan adalah dengan

memperpanjang lama perendaman menjadi 24 jam dan tidak digunakannya

(33)

commit to user

2. Pelaksanaan dan Pengukuran Hasil Percobaan

Pengukuran kadar kuersetin Propolis Ekstrak Etanol dan Propolis

Ekstrak Air dilakukan di Laboratorium Biokimia-UNS Surakarta.

Pengkuran kadar kuersetin menggunakan spektrofotometer dengan metode

Prussian-blue dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Standar kuersetin (302,236) ditentukan dengan cara membagi

kuersetin standar menjadi enam kelompok ukuran yaitu 0; 2,5; 5;

7,5; 10; 12,5 µL untuk ekstrak etanol dan 0; 0,31; 0,63; 1,25; 2,5; 5

µL untuk ekstrak air.

2. 400 µL K3Fe (CN)6 0,0008M/0,1M HCl dan 400 µ L FeCl3

0,1M/0,1M HCl ditambahkan pada masing-masing kelompok ukuran

kuersetin standar kemudian diencerkan dengan dengaan

masing-masing pelarut hingga menjadi 10 ml kemudian dikocok.

3. Absorbansi warna diamati pada spektrofotometer dengan panjang

gelombang 700 nm setelah 7 menit.

4. Nilai absorbansi dicatat dan data yang didapat kemudian dibuat

kurva kalibrasi standar dimana sumbu x menunjukkan besarnya

ukuran nilai kuersetin standar dan sumbu y menunjukkan besarnya

nilai absorbansi.

5. Sampel propolis dibagi menjadi dua kelompok yaitu: Propolis

(34)

commit to user

22

6. Masing-masing propolis diambil 10 µL kemudian diencerkan

menjadi 10 ml dengan etanol 80% maupun dengan air, kemudian

ditambahkan 400 µ L K3Fe (CN)6 0,0008M/0,1M HCl dan 400 µ L

FeCl3 0,1M/0,1M HCl /10 ml lalu dikocok. Absorbansi diamati pada

spektrofotometer dengan panjang gelombang 700 nm setelah 7

menit. Nilai absorbansi kemudian dicatat dan digunakan untuk

menentukan besar nilai kuersetin yang terdapat dalam sampel

propolis berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dari kurva

standar.

7. Ulangi langkah ke 6 sebanyak lima kali untuk tiap sampel propolis.

8. Nilai rata-rata kadar kuersetin tiap sampel propolis kemudian

dihitung.

9. Kadar kuesetin pada propolis ekstrak etanol dan propolis ekstrak air

kemudian dibandingkan dengan menggunakan uji statistik.

J. Teknik Analisis Data Statistik

Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan uji t tidak

berpasangan menggunakan program SPSS 17 for windows untuk

mengetahui adanya perbedaan kadar kuersetin pada Propolis Ekstrak

(35)

commit to user

23

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Kuersetin standar yang dilarutkan dalam etanol 80% direaksikan

dengan reagen Prussian-blue dan menghasilkan larutan berwarna biru

kehijauan. Warna yang dihasilkan terlalu pekat sehingga perlu dilakukan

pengenceran agar dapat dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer

UV-Vis. Berikut ini merupakan hasil pengukuran absorbansi larutan kuersetin

standar yang menggunakan pelarut etanol 80%:

Tabel 4.1. Pengukuran Absorbansi Larutan Kuersetin yang Dilarutkan dalam Etanol 80% pada Panjang Gelombang 700 nm.

Konsentrasi (µ g/mL) Absorbansi

12,5 0,294

Berdasarkan hasil pengukuran di atas, dapat dibuat kurva kalibrasi

antara Absorbansi dengan Konsentrasi. Kurva kalibrasi dibuat untuk

membantu menentukan kadar kuersetin dalam sampel melalui persamaan

regresi dari kurva kalibrasi (Gambar 4.1). Dari gambar tersebut dapat dilihat

bahwa absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi yang mengikuti

(36)

commit to user

24

kuersetin standar ke dalam larutan etanol 80% adalah persamaan regresi liner

dengan persamaan regresi Y=0,0238x-0,0084 dan harga koefisien korelasi (r)

adalah 0,993. Nilai (r) yang mendekati 1 tersebut membuktikan bahwa

persamaan regresi tersebut adalah linier. Persamaan tersebut digunakan

sebagai standar pada pengukuran kadar kuersetin pada Propolis Ekstrak

Etanol.

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Kuersetin dengan Pelarut Etanol dalam Reagen Prussian-blue pada Panjang Gelombang 700 nm

Kuersetin standar yang dilarutkan dalam etanol 80% direaksikan

dengan reagen Prussian-blue dan menghasilkan larutan berwarna biru

kehijauan. Warna yang dihasilkan oleh seluruh sampel terlalu pekat sehingga

perlu dilakukan pengenceran agar dapat nilai absorbansinya dapat dibaca

dengan UV-Vis spektrofotometer. Berikut ini merupakan hasil pengukuran

(37)

commit to user

Tabel 4.2. Pengukuran Absorbansi Larutan Kuersetin yang Dilarutkan dalam Air pada Panjang Gelombang 700 nm.

Berdasarkan hasil pengukuran di atas, dapat dibuat kurva kalibrasi

antara absorbansi dengan Konsentrasi. Kurva kalibrasi dibuat untuk

membantu menentukan kadar kursetin dalam sampel melalui persamaan

regresi dari kurva kalibrasi (Gambar 4.2). Dari gambar tersebut dapat

dilihat bahwa absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi yang

mengikuti persamaan linier. Kurva kalibrasi yang diperoleh dengan

melarutkan kuersetin standar ke dalam air adalah persamaan regresi liner

dengan persamaan regresi y = 0,066x + 0,003 dan harga koefisien korelasi

(R2) adalah 0,998. Nilai (R2) yang mendekati 1 tersebut membuktikan

bahwa persamaan regresi tersebut adalah linier. Persamaan tersebut

digunakan untuk melakukan pengukuran kadar kuersetin pada Propolis

Ekstrak Air.

Konsentrasi (µ g/mL) Absorbansi

5 0,329

2,5 0,178

1,25 0,084

0,63 0,042

0,31 0,026

(38)

commit to user

26

Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi Kuersetin dengan Pelarut Air dalam Reagen

Prussian-blue pada Panjang Gelombang 700 nm

Kadar kuersetin pada masing-masing sampel dapat ditentukan dari

kurva kalibrasi larutan standar dengan persamaan regresinya dan pengukuran

absorbansi dari masing-masing sampel dengan menggunakan UV-Vis

spektrofotometer. Berikut ini merupakan hasil penghitungan kadar kuersetin

pada masing-masing sampel:

Tabel 4.3. Konsentrasi Kuersetin pada Propolis Ekstrak Etanol

Absorbansi Konsentrasi (µ g/mL)

(39)

commit to user

Sedangkan konsentrasi kuersetin pada propolis ekstrak air didapatkan hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.4. Konsentrasi Kuersetin pada Propolis Ekstrak Air

Absorbansi Konsentrasi (µ g/mL)

0,072 1,03

0,080 1,16

0,068 0,98

0,071 1,02

0,071 1,03

Data-data tersebut dianalisis dengan uji t tidak berpasangan

menggunakan program SPSS 17.0 for windows untuk mengetahui apakah

perbedaan kadar kuersetin pada Propolis Ekstrak Etanol dan Propolis Ekstrak

Air bermakna atau tidak.

Syarat-syarat uji t tidak berpasangan harus dipenuhi terlebih dahulu

sebelum menggunakan uji t tidak berpasangan. Syarat yang pertama adalah

data harus terdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan pada

penelitian ini adalah uji Saphiro-wilk karena jumlah sampel kurang dari 50.

Hasil uji normalitas Saphiro-wilk didapatkan konsentrasi kuersetin pada

Propolis Ekstrak Etanol mempunyai nilai p=0.499 dan pada Propolis Ekstrak

Air p=0,88. Dari hasil tersebut, karena masing-masing nilai p>0.05, maka

dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Syarat kedua adalah

(40)

commit to user

28

varian data boleh sama dan boleh tidak sama. Kedua syarat uji t tidak

berpasangan telah terpenuhi sehingga uji t tidak berpasangan dapat dilakukan.

Angka signifikansi yang diperoleh dari analisis dengan uji t tidak

berpasangan adalah <0,05 dengan perbedaan rerata sebesar 9,004. Nilai IK

95% adalah antara 8,339 sampai 9,669. Karena nilai p<5%, maka hasil

penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara Propolis

(41)

commit to user

29

BAB V

PEMBAHASAN

Prosedur ekstraksi perlu dilakukan pada propolis mentah yang

masih mengandung resin tanaman, lem lebah, dan marterial yang tidak

larut untuk mendapatkan komponen bioaktif di dalamnya (Alexandra et

al., 2011). Kualitas ekstrak dipengaruhi oleh berbagai hal di antaranya

bahan yang diekstrak, pelarut yang digunakan dan prosedur ekstraksi.

Kuantitas ekstraksi dipengaruhi oleh tipe ektraksi, waktu ektraksi,

temperatur, pelarut alami, konsentrasi pelarut, serta polaritas. Selama

proses ekstraksi, pelarut akan berdifusi ke dalam material padat dan

melarutkan komponen yang sama polaritasnya (Parshant et al.,2011).

Metode ekstraksi yang umumnya digunakan saat ini adalah ekstrak

padat, yaitu ekstraksi dengan menggunakan etanol dengan konsentrasi

yang berbeda-beda, metanol atau air (Nagai et al., 2002). Dalam penelitian

ini, faktor yang diteliti adalah jenis pelarut yaitu air dan etanol 80%. Air

merupakan pelarut universal yang biasa digunakan untuk mengekstraksi

zat-zat dengan aktivitas antimikroba (Parshant et al., 2011). Sementara

etanol termasuk golongan alkohol yang memiliki sifat melarutkan lebih

banyak polifenol jika dibandingkan dengan akstrak air. Hal ini disebabkan

karena alkohol lebih efektif dalam mendegradasi dinding sel yang

memiliki sifat nonpolar sehingga polifenol dapat lebih banyak terekstraksi.

(42)

commit to user

30

menyebabkan polifenol terdegradasi, sementara enzim tersebut tidak aktif

dalam metanol maupun etanol. Ditambah lagi, pelarut air lebih

memungkinkan adanya kontaminasi mikroorganisme dibandingkan

alkohol (Parshant et al., 2011).

Kadar kuersetin rata-rata yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah 10,0480±0,53798 µg/mL pada Propolis Ekstrak Etanol dan

1,0440±0,06804 µ g/mL pada Proplis Ekstrak Air. Berdasarkan hasil uji

statistik yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa Propolis Ekstrak

Etanol dan Propolis Ekstrak Air memiliki perbedaan yang bermakna. Hal

ini dapat dilihat dari nilai p yang kurang dari 5% yaitu 0,013. Hasil

tersebut telah sesuai dengan teori-teori yang ada, seperti yang telah

diyatakan oleh Kelly (2010) bahwa kuersetin tidak dapat larut dalam air

dingin, sangat sedikit larut dalam air panas dan sedikit larut dalam alkohol

dan lemak. Demikian pula penyataan Zheng (2005) yang menyatakan

bahwa absorbsi oral kuersetin yang rendah disebabkan karena kelarutan

kuersetin yang rendah di dalam air. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Park dan Ikegaki (1998) yang meneliti

kadar berbagai flavonoid termasuk kuersetin dalam propolis ekstrak air

dan Propolis Ekstrak Etanol dengan berbagai konsentrasi, hasil dari

penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak air merupakan ekstrak

dengan kadar kuersetin terendah, sementara untuk etanol kadar kuersetin

konsentrasi tertinggi terdapat pada konsentrasi 60%. Pada penelitian Park

(43)

commit to user

didapatkan pada Propolis Ekstrak Etanol dengan etanol 80% sebagai

pelarutnya. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Bimakr (2010) dalam Parshant et al (2011) yang

menyebutkan bahwa ekstrak etanol yang dapat meghasilkan kadar

flavonoid tertinggi adalah etanol 70% dimana polaritasnya lebih tinggi

dibandingkan dengan etanol murni. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kadar kuersetin

pada Propolis Ekstrak Etanol dan Propolis Ekstrak Air.

Penelitian ini masih memiliki beberapa kelemahan, di antaranya

adalah penggunaan metode ekstraksi maserasi sederhana yang berakibat

sedikitnya bahan aktif yang terekstrak dari propolis, serta tidak

digunakannya metode isolasi spesifik untuk mengisolasi kuersetin.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu

pengetahuan secara umum bagi masyarakat, serta dapat dimanfaatkan oleh

(44)

commit to user

32

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Terdapat perbedaan kadar kuersetin pada Propolis Ekstrak

Etanol dan Propolis Ekstrak Air.

B. Saran

1. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan menggunakan metode

ekstraksi yang lebih baik sehingga zat aktif yang terlarut lebih

banyak.

2. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan isolasi kuersetin terlebih

dahulu menggunakan metode isolasi yang spesifik untuk kuersetin

Gambar

Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian ............................................................
Tabel 4.2 Pengukuran Absorbansi Larutan Kuersetin yang Dilarutkan dalam Air
tabel di bawah ini, Krell (1996) menjelaskan komposisi kimia
Gambar 2.1. Struktur Kimia Kuersetin (Mao et al., 2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan dari 60 dokumen rekam medis rawat inap pasien BPJS kasus Diabetes Millitus Tahun 2016 di RSUD dr.R.Soeprapto Cepu dapat disimpulkan bahwa 50

Berdasarkan hasil penelitian dari penulis, maka penulis memberikan saran dalam upaya pengoptimalan pemenuhan hak rehabilitasi narkotika bagi penyalahguna narkotika

Berikut ini adalah material penutup atap yang merupakan standar SNI yang biasa digunakan untuk bangunan greenhouse yaitu:.. Kaca : dapat meneruskan cahaya

Uraikan latar belakang dan permasalahan yang akan diteliti, kebaruan yang ditemukan, tujuan khusus, dan urgensi (keutamaan) penelitian.. Panduan Penelitian Reguler Unisnu

Pengujian ini digunakan untuk menunjukkan apakah variable-variabel independen seperti size, profitabilitas, leverage, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusi

Dalam penelitian ini ada tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk mengetahuiefektifitas dari modal kerja yang digunakan kegiatan usaha konveksi yang dilakukan oleh UMKM

Din. k) Teman-teman sedosen pembimbing (Devi, Agna, Dinar, Ulvaatin, Anisa, Praktika dan Arum), terimakasih untuk segala bantuan dan kerja sama kita selama proses

Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Aulia, Ridha (2011), yang menyatakan bahwa BOPO berpengaruh signifikan negative terhadap ROA yang berarti semakin tinggi