• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU SENIOR DALAM MODEL SUPERVISI (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN GURU SENIOR DALAM MODEL SUPERVISI (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERAN GURU SENIOR DALAM MODEL SUPERVISI BERBASIS

KOMPETENSI PROFESIONAL BAGI GURU EKONOMI

Meilani Hartono, STKIP Surya, Indonesia, Email : meilani.hartono@stkipsurya.ac.id

ABSTRAK

Kompetensi guru ekonomi masih perlu ditingkatkan. Salah satu upaya peningkatan kompetensi guru itu dengan dilakukan supervisi, oleh karena itu dibutuhkan model supervisi yang tepat.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) model supervisi seperti apakah yang selama ini dilaksanakan; (2) bagaimanakah desain hasil pengembangan model supervisi berbasis kompetensi profesional dan (3) model final dan perangkat model supervisi berbasis kompetensi profesional bagi guru ekonomi seperti apakah yang efektif. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menemukan model supervisi yang selama ini dilaksanakan bagi guru ekonomi; (2) mengembangkan desain pengembangan model supervisi berbasis kompetensi profesional; dan (3) menemukan model final dan perangkat model supervisi berbasis kompetensi profesional bagi guru ekonomi yang efektif

Penelitian ini menggunakan desain penelitian dan pengembangan dengan pendekatan kualitatif yang dilaksanakan di Kota Pekalongan. Subjek penelitian ini adalah supervisi bagi guru ekonomi. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, angket, observasi dan dokumentasi. Keabsahan data diuji dengan credibility, transferability, dependability, dan conforbility. Model yang dikembangkan di valiadasi dengan menggunakan teknik Delphi untuk memperoleh model final.

Model ini adalah pengembangan dari model yang ada dengan keterbaharuan penambahan komponen (1) pertemuan awal yang diadakan atas inisiatif guru; (2) tes kompetensi profesional; (3) input dari guru senior. Komponen utama model adalah (1) analisa kebutuhan; (2) penyusunan program; dan (3) pelaksanaan program. Implikasi praktis temuan penelitian ini dapat dipergunakan sebagai acuan kebijakan dalam rangka pembinaan guru dan juga bisa digunakan sebagai referensi bangunan teori yang lain. Implikasi teoritis memperkuat komponen dalam supervisi klinis. Tes kompetensi profesional memperkuat temuan penelitian terdahulu yang mengatakan supervisi yang baik tentang kompetensi profesional guru akan memberikan kinerja guru yang baik dalam pembelajaran yang berdampak pada peningkatan prestasi belajar peserta didik tetapi melemahkan hasil penelitian terdahulu karena model supervisi ini mengantisipasi kendala-kendala yang ditemukan dalam penelitian terdahulu itu.

Kata Kunci : model supervisi, guru ekonomi

Pendahuluan

(2)

2 Unicef (2000) mengeluarkan sebuah paper dengan judul “Defining Quality in Education” yang berisi tentang pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang

berkualitas pada hakikatnya memiliki dimensi :1) peserta didik, 2) lingkungan, 3) kurikulum, 4) proses pembelajaran yang dikelola dengan baik oleh guru yang memiliki kualifikasi serta kompetensi dengan standar tertentu, dan 5) hasil belajar peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan.

Dari kelima dimensi pendidikan itu, semuanya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan. Namun, dimensi yang dewasa ini telah memperoleh perhatian adalah guru karena guru adalah figur sentral dalam proses pendidikan yang berlangsung di sekolah. Guru merupakan sumber daya manusia yang melakukan transfer ilmu di sekolah. Sucipto dalam Mukhtar dan Iskandar (2009: 166) juga menyatakan bahwa guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran institusional dan eksperensial.

Hal serupa dinyatakan oleh Center for Public Education (2008) di Amerika Serikat dalam sebuah tulisan dengan judul Teacher Quality and Student Achievement yang menyatakan bahwa perkembangan dari sebagian penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa lebih banyak dipengaruhi oleh kualitas guru dibandingkan dengan ras siswa, kelas, catatan akademis sebelumnya, atau kehadiran siswa. Pernyataan ini berarti hasil belajar siswa sangat bergantung pada kualitas guru.

Para peneliti sepakat bahwa penguasan guru terhadap materi mempengaruhi prestasi peserta didik. Berbagai penelitian mendukung gagasan bahwa guru yang mengajar mata pelajaran dengan penguasaan materi secara mendalam menunjukkan tingginya hasil belajar peserta didiknya.

Pada dasarnya setiap sumber daya manusia yang ada di dalam sebuah kelompok memiliki potensi diri dalam meningkatkan dirinya. Dalam hal ini manajemen pendidikan memiliki peranan untuk membantu peningkatan setiap individu di dalamnya. Peningkatan tersebut dengan melaksanakan fungsi – fungsi manajemen, Terry (2000: 16) menyebutkan adanya 4 fungsi manajemen yang harus dilaksanakan yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling.

Planning mengacu bagaimana progam peningkatan direncanakan, Organizing merujuk bagaimana rencana tersebut harus dilaksanakan, dan perlu unsur – unsur dalam peningkatan sumber daya tersebut digerakkan (actuating) untuk mencapai tujuan, dan semua kegiatan tersebut harus dikendalikan dalam fungsi controlling. Berdasarkan fungsi controlling maka kegiatan supervisi perlu dilaksanakan untuk diadakan tindakan dan penyempurnaan rencana (Hasibuan 2003: 22).

Penelitian Rudiyanto (2004), Faisal (2003), Winarti (2002) dan (Nuchiyah 2004) menghasilkan simpulan pelaksanaan supervisi berpengaruh terhadap kemampuan profesional mengajar guru , tingkat profesional guru, kualitas kinerja guru dan kinerja mengajar guru berkontribusi terhadap prestasi belajar siswa. Tetapi penelitian Faisal (2003) , Winarti (2002) dan Ekosusilo (1998) mengungkap bahwa pelaksanaan kegiatan supervisi kurang efektif untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas guru dan terdapat hambatan-hambatan yang dihadapi supervisor dalam melaksanakan kinerjanya.

(3)

3 Tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas (Sahertian 2000). Supervisor harus membantu guru, secara individual atau kelompok, untuk memperbaiki pengajaran dan kurikulum. Supervisor bertanggungjawab terhadap aspek pengembangan guru.

Supervisor di SMA adalah kepala sekolah dan pengawas yang ditugaskan dari DInas Pendidikan. Kompetensi kepala sekolah dan pengawas belum tentu dapat memenuhi peran sebagai supervisor ideal. Peran kepala sekolah dan pengawas adalah membantu guru mengoreksi, mengarahkan, mengajarkan, menunjukkan, membantu dalam teknik pengajaran, membantu dalam pengolahan evaluasi dan merevisi kurikulum. Berdasarkan keterbatasan kompetensi itu, maka supervisi untuk guru ekonomi berjalan kurang efektif, oleh karenanya dibutuhkan model supervisi yang efektif bagi guru ekonomi.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) model supervisi seperti apakah yang selama ini dilaksanakan; (2) bagaimanakah desain hasil pengembangan model supervisi berbasis kompetensi profesional dan (3) model final dan perangkat model supervisi berbasis kompetensi profesional bagi guru ekonomi seperti apakah yang efektif. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menemukan model supervisi yang selama ini dilaksanakan bagi guru ekonomi; (2) mengembangkan desain pengembangan model supervisi berbasis kompetensi profesional; dan (3) menemukan model final dan perangkat model supervisi berbasis kompetensi profesional bagi guru ekonomi yang efektif

Supervisi

Sahertian (2000), Ohiwerei and Okoli (2010), Daresh (2001) juga mengemukakan supervisi merupakan bentuk bantuan yang diberikan oleh supervisor untuk membantu guru melihat apakah sesuai dengan tujuan dan standar yang ditetapkan. Supervisi bertujuan meningkatkan pembelajaran dan kurikulum Peran supervisor adalah membantu guru mengoreksi, mengarahkan, mengajarkan, menunjukkan, membantu dalam teknik pengajaran. Supervisor juga berperan sebagi mitra guru, membantu dalam pengolahan evaluasi dan merevisi kurikulum. Teknis pelaksanaan supervisi secara individual atau berkelompok. Supervisor dapat mengadakan pertemuan pribadi dengan guru yang disupervisi atau mengadakan rapat guru untuk membahas temuan hasil supervisi yang dilakukan sebagai bentuk pembinaan untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi.

Model Supervisi Konvensional

(4)

4 dalam kinerja guru. Komunikasi yang baik amat diperlukan dalam metode konvensional sehingga guru dengan senang hati menerima bahwa ada kekurangan yang harus diperbaiki. Menurut Gordon dalam Sahertian (2000: 35) bahasa yang digunakan adalah bahasa penerimaan bukan bahasa penolakan.

Model Supervisi Ilmiah

Model ilmiah mendasarkan diri pada penilaian yang dilakukan oleh peserta didik atau mahapeserta didik untuk menilai proses kegiatan belajar mengajar guru di kelas. Penilaian ini dibuat pada merit reting, skala penilaian atau check list. Hasil penilaian diberikan sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru selama semester yang sudah berlalu. Model ilmiah memiliki empat ciri yaitu (1) dilaksanakan secara berencana dan kontinu; (2) sistematis; (3) menggunakan instrumen pengumpulan data; dan (4) ada data obyektif. Pada kenyataannya data yang diperoleh tidak berbicara kepada guru dan melakukan perbaikan. Data yang diperoleh bukan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih manusiawi (Sahertian 2000: 36).

Model Supervisi Klinis

Sesuai dengan pendapat Cogan (1973), supervisi klinis pada dasarnya merupakan pembinaan performansi guru mengelola proses belajar mengajar. Pelaksanaannya didesain dengan praktis secara rasional. Baik desainnya maupun pelaksanaannya dilakukan atas dasar analisis data mengenai kegiatan-kegiatan di kelas. Data dan hubungan antara guru dan supervisor merupakan dasar program prosedur dan strategi pembinaan perilaku mengajar guru. Cogan (1973) menekankan aspek supervisi klinis pada lima hal, yaitu (1) proses supervisi klinis; (2) interaksi antara guru dan murid; (3) performance guru dalam mengajar; (4) hubungan guru dengan supervisor; dan (5) analisis data berdasarkan peristiwa aktual di kelas.

Menurut Mosher dan Purpel (1972) terdapat tiga aktivitas dalam proses supervisi klinis, yaitu (1) tahap perencanaan; (2) tahap observasi; dan (3) tahap evaluasi dan analisis. Menurut Oliva & Pawlas (2004) ada tiga aktivitas esensial dalam proses supervisi klinis, yaitu (1) kontak dan komunikasi dengan guru untuk merencanakan observasi kelas; (2) observasi kelas; dan (3) tindak lanjut observasi kelas.

(5)

5 pertemuan balikan ini adalah ditindaklanjuti apa saja yang dilihat oleh supervisor, sebagai observer terhadap proses belajar mengajar. Pertemuan balikan ini merupakan tahap yang penting untuk mengembangkan perilaku guru dengan cara memberikan balikan tertentu. Balikan ini harus deskriptif, spesifik, konkrit, bersifat memotivasi, aktual, dan akurat sehingga betul-betul bermanfaat bagi guru (Sergiovanni 2009).

Model Supervisi Artistik

Supervisi adalah suatu kegiatan yang menyangkut bekerja dengan orang lain. Dalam bekerja dengan orang lain maka hubungan kemanusiaan adalah unsur utama. Hubungan kemanusiaan terjadi bila terjadi komunikasi yang baik, penerimaan dan kepercayaan. Menurut Gordon dalam Sahertian (2000: 35) supervisi lebih banyak menggunakan bahasa penerimaan ketimbang bahasa penolakan. Dalam model artistik supervisor menjalin hubungan baik dengan guru yang disupervisi sehingga guru-guru yang disupervisi merasa dibimbing, diterima, merasa aman dan timbul dorongan untuk maju. Sikap mau menerima dan mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain dengan problema yang dikemukakan serta menerima orang sebagaimana adanya sehingga orang dapat menjadi dirinya sendiri adalah sikap yang dikembangkan dalam supervisi artistik. Grant, Margot dan Crawfort (2012) menyatakan bahwa supervisi harus berdasarkan pendekatan relasional. Pendekatan relasional akan membuat hubungan yang baik dengan guru.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian dan pengembangan dengan pendekatan kualitatif yang dilaksanakan di Kota Pekalongan. Subjek penelitian ini adalah supervisi bagi guru ekonomi. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, angket, observasi dan dokumentasi. Keabsahan data diuji dengan

credibility, transferability, dependability, dan conforbility. Model yang dikembangkan di valiadasi dengan menggunakan teknik Delphi untuk memperoleh model final.

Model Empirik

Model empirik supervisi bagi guru ekonomi merupakan model yang disusun berdasarkan temuan peneliti di lapangan. Supervisi dilaksanakan berdasarkan inisiatif supervisor. Perencanaan supervisi dilakukan oleh supervisor dan menjadi bagian dari program kerja Ketua PKBM dan penilik.

Tujuan supervisi adalah: (1) mengidentifikasi kompetensi guru; (2) meningkatkan kompetensi profesional guru; dan (3) meningkatkan kemampuan Guru dalam mengembangkan Silabus, RPP, Proses Pembelajaran. Sasaran supervisi adalah guru-guru ekonomi. Supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas Dindikpora. Supervisi dilaksanakan berdasarkan program kerja pengawas atau kepala sekolah. Instrumen yang digunakan adalah Instrumen Penilaian Kemampuan Guru dalam Pengembangan Silabus (IPKG – 1), Instrumen Penilaian Kemampuan Guru dalam Penyusunan Rencana Pelaksanan Pembelajaran (IPKG – 2) dan Instrumen Penilaian Kemampuan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran (IPKG – 3).

(6)

6 IPKG – 1 guna menilai kemampuan guru dalam mengembangkan silabus dan IPKG – 2 guna menilai kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya supervisor melakukan kunjungan kelas dan menilai guru menggunakan IPKG – 3 guna menilai pelaksanaan pembelajaran.

Setelah kunjungan kelas selesai dilakukan, supervisor dan guru mengadakan pertemuan pribadi guna membahas hal-hal yang ditemukan dalam kegiatan supervisi. Pertemuan ini bertujuan untuk membina guru. Supervisi dijadwalkan satu kali dalam satu semester.

Desain Hasil Pengembangan

Program supervisi menggunakan model dibuat berdasarkan analisis kebutuhan berdasarkan check list yang diisi oleh guru sendiri. Guru dan supervisor mengadakan pertemuan awal untuk membahas supervisi yang akan dilakukan sehingga supervisor memahami bantuan seperti apa yang dibutuhkan guru. Pada

Jenis KEGIATAN: Pengumpulan

Dokumen Kunjungan Kelas Pertemuan Pribadi PROGRAM SUPERVISI

Pelaksana/Supervisor Kepala Sekolah Pengawas

Sasaran :

Guru ekonomi

Tujuan & Sasaran :

Tujuan :

1. Mengidentifikasi kompetensi guru 2. Meningkatkan Kompetensi

Profesional guru

3. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan Silabus, RPP, Proses Pembelajaran

Instrumen :

INSTRUMEN : 1. IPKG 1 2. IPKG 2 3. IPKG 3

Pelaksanaan :

Waktu : Sekali dalam 1

semester SUPERVISI ATAS INISIATIF

DINAS/SUPERVISOR

GURU – GURU EKONOMI PROFESIONAL

(7)

7 pertemuan awal, guru diminta mengisi check list untuk menentukan indikator yang dirasa perlu ditingkatkan. Guru dapat meminta masukan dari peserta didik maupun guru senior untuk mengurangi unsur subyektivitas.

Setelah guru mengetahui bantuan seperti apa yang diharapkan pada supervisor, guru dan supervisor menentukan detail supervisi sampai dengan waktu pelaksanaannya. Hal ini membuat guru merasa lebih nyaman untuk disupervisi karena inisiatif adanya supervisi muncul dari guru sendiri. Guru akan menampilkan kesehariannya mengajar secara apa adanya.

Setelah dilakukan supervisi, guru dan supervisor mengadakan pertemuan pribadi untuk membahas hasil dari supervisi. Bila guru masih merasa perlu ditingkatkan kompetensi profesionalnya, guru dapat meminta guru senior atau guru senior untuk sharing. Guru yang dapat memberi masukan adalah guru yang sudah berpengalaman dalam bidangnya. Menurut Schraw, et all dalam Suprihatingrum (2013: 117) seorang guru memerlukan waktu 5 sampai 10 tahun atau 10.000 jam untuk menjadi guru yang ahli. Dalam kurun waktu tersebut, guru mengembangkan pembelajaran lebih lanjut dan meningkatkan penguasaan materi guna meningkatkan kompetensi profesionalnya. Faktanya, seorang supervisor yang melakukan supervisi belum tentu adalah guru ahli yang menguasai materi mata pelajaran sesuai dengan guru yang disupervisi. Di sinilah perlunya seorang supervisor meminta masukan dari guru senior untuk membantu memberikan masukan saat berlangsungnya kegiatan supervisi terutama dengan hal-hal yang berkaitan dengan materi pelajaran. Selain itu, supervisor dapat meminta input dari peserta didik. Kent, Pligge dan Spence (2003) menyatakan bahwa guru memerlukan masukan dari peserta didik berkaitan dengan pembelajaran yang diberikan. Guru dapat memanfaatkan masukan tersebut untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Model Final

Model supervisi berbasis kompetensi profesional bagi guru ekonomi ini terdapat komponen berupa pertemuan awal antara supervisor dan guru guna merencanakan dan mendesain program supervisi. Perencanaan program dibuat berdasarkan analisis kebutuhan yang berpijak pada hasil tes kompetensi profesional guru dan observasi kelas. Menurut Pidarta (2009) teknik supervisi observasi kelas dilakukan dengan cara supervisor melakukan pengamatan terhadap guru yang mengajar selama satu sesi pembelajaran (90 menit). Tujuan teknik supervisi observasi kelas adalah :

1) untuk mengetahui secara keseluruhan cara guru mendidik dan mengajarn termasuk kepribadian dan gaya mengajarnya; dan

2) untuk mengetahui respon peserta didik

(8)

8 dikembangkan dalam penelitian ini adalah supervisor dan guru mengadakan pertemuan awal sebelum pelaksanaan supervisi untuk merencanakan supervisi.

Model supervisi berbasis kompetensi profesional pada tahap implementasi terdapat komponen kunjungan kelas. Pada saat melaksanakan kunjungan kelas, supervisor menanyakan perangkat pembelajaran dan langsung mengatakan salah dan memberikan instruksi seharusnya begini dan seterusnya. Supervisor menjalin hubungan baik dengan guru yang disupervisi sehingga guru-guru yang disupervisi merasa dibimbing, diterima, merasa aman dan timbul dorongan untuk maju. Sikap mau menerima dan mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain dengan problema yang dikemukakan serta menerima orang sebagaimana adanya sehingga orang dapat menjadi dirinya sendiri adalah sikap yang dikembangkan dalam supervisi artistik

Kunjungan kelas harus dilaksanakan. Tujuan supervisi kunjungan kelas adalah untuk mendapatkan sampel data yang diinginkan supervisor. Kunjungan kelas dilakukan berdasarkan program supervisi yang didesain guru bersama supervisor. Kunjungan kelas dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan yang datanya diperoleh dari tes kompetensi profesional dan observasi kelas yang dilakukan supervisor. Kunjungan kelas dilakukan supervisor untuk mendapatkan data yang diinginkan supervisor berdasarkan analisis kebutuhan misalnya data tentang cara guru menanamkan konsep surplus dan defisit neraca pembayaran, data tentang gaya mengajar guru dan sebagainya.

Kunjungan kelas yang dilaksanakan adalah bagian dari program supervisi yang dibuat perencanaannya pada pertemuan awal yang dilakukan guru dan supervisor. Kunjungan kelas dilaksanakan berdasarkan analisis kebutuhan dimana guru memiliki kelemahan kompetensi profesional pada indikator tertentu atau berdasarkan umpan balik dari supervisi sebelumnya. Guru membutuhkan perbaikan guna meningkatkan kompetensi profesionalnya

Secara umum, tujuan teknik supervisi kunjungan kelas merupakan rangkaian untuk meningkatkan kualitas pengajar. Dengan melakukan kunjungan kelas, supervisor dapat memperoleh data yang diinginkan guna mengkoreksi kekurangan guru.

Setelah supervisi selesai dilakukan maka supervisor membuat analisis agar dapat memberikan penilaian pada guru dan melakukan tindak lanjut pembinaan. Berdasarkan penilaian tersebut, maka supervisor bersama guru mengadakan pertemuan pribadi untuk mendiskusikan perencanaan kegiatan selanjutnya dalam rangka memperbaiki pembelajaran

(9)

9 tepat; (3) supervisor bila mungkin dan perlu, bisa berupaya mengintervensi secara langsung guru untuk memberikan bantuan didaktis dan bimbingan; (4) guru bisa dilatih dengan teknik ini untuk melakukan supervisi terhadap dirinya sendiri; dan (5) guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk meningkatkan tingkat analisis profesional diri pada masa yang akan datang.

Pertemuan pribadi adalah pertemuan percakapan, dialog atau diskusi antara supervisor dengan guru mengenai upaya peningkatan kemampuan professional. Pertemuan pribadi dapat dilakukan secara formal maupun secara informal. Pertemuan pribadi dapat dilakukan sebelum dan sesudah kunjungan kelas (Depdiknas 2008).

Kyte dalam Imron (2011) menyatakan bahwa pertemuan pribadi dapat dilakukan setelah kunjungan kelas melalui percakapan biasa sehari-hari. Ini artinya pertemuan pribadi dilakukan dengan suasana yang tidak kaku dan memposisikan supervisor sebagai rekan kerja guru.

Tindak lanjut supervisi dapat juga berupa pertemuan dalam kelompok kerja. Pertemuan dalam kelompok kerja yang didimaksud adalah pertemuan dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Pertemuan kelompok kerja dalam wadah kelembagaan MGMP ini dikembangkan berdasarkan mata pelajaran sehingga harus menitikberatkan pada aktivitas peningkatan kompetensi profesional. Seorang supervisor dapat melakukan pertemuan kelompok kerja dalam tingkat MGMP sekolah maupun MGMP tingkat kabupaten/kota setelah melakukan supervisi. Hasil temuan dari supervisi dibahas dalam pertemuan MGMP terkait sehingga bersama-sama dengan guru dapat menemukan solusi dari permasalahan pembelajaran yang dihadapi guru dan dapat pula dikembangkan tindak lanjut dari supervisi.

Model supervisi berbasis kompetensi profesional memiliki komponen evaluasi dan tindak lanjut dengan cara mendiskusikan hal-hal yang ditemukan dalam supervisi dan mencari pemecahan terhadap permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran. Hal ini ternyata sesuai dengan hasil temuan Delaney, et al. (2008) . Boyle dan Boyle (2004) , Fullan dan Kilcher (2005), serta Driel, Beijaard, dan Verloop (2001) yang menyatakan bahwa permasalahan dalam pembelajaran dapat dipecahkan dengan mengadakan diskusi di antara guru, nara sumber dan pakar ekonomi

Model supervisi berbasis kompetensi profesional bagi guru ekonomi adalah model yang valid. Model dikembangkan dengan pendekatan pendekatan penelitian dan pengembangan langkah-langkahnya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu 1) tahap studi pendahuluan; 2) tahap pengembangan; dan 3) tahap validasi model.

Pada tahap studi pendahuluan, peneliti melakukan studi literatur dan mengkaji analisa kebutuhan. Tujuannya adalah untuk memperoleh desain Model Supervisi Berbasis Kompetensi Profesional. Peneliti melakukannya melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan para praktisi dan para pakar. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif dimana instrumen penelitian adalah peneliti sendiri yang dibantu dengan daftar pertanyaan, angket, alat observasi. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan teknik triangulasi yang terdiri dari paparan data, reduksi data, dan verifikasi data.

(10)

10 akhirnya diperoleh model hipotetik. Model hipotetik memiliki perbedaan dengan desain model.

Pada tahap validasi, model hipotetik divalidasi menggunakan teknik Delphi. Model hipotetik yang tervalidasi menghasilkan model final yang valid. Model supervisi berbasis kompetensi profesional guru ekonomi dapat dilihat pada Gambar 2.

(11)

11

Guru Ekonomi

Profesonal

PELAKSANAAN PROGRAM

1. Supervisor 2. Obyek supervise 3. Jenis Kegiatan 4. Waktu

Pendapat Siswa

Pendapat Guru Senior

PENYUSUNAN PROGRAM

1. Tujuan dan

Sasaran

2. Instrumen

3. Pelaksanaan

4. Hasil yang diharapkan

ANALISA KEBUTUHAN

1. Tujuan 2. Sasaran

3. Kebutuhan Guru, dll 4. Nara Sumber 5. Instrumen 6. dll

Kompetensi Profesional

Gambar 2 Model Supervisi Berbasis Kompetensi Profesional Bagi Guru Ekonomi (Model Final) Tes Kompetensi profesional

Instrumen Observasi Awal

(12)

12

DAFTAR PUSTAKA

Arifah, Neny. (2006). Pengembangan Supervisi Klinis untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Mengajar Guru. Tesis. Surabaya: Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Surabaya.

Boyle, B., While, D. and Boyle, T. (2004) A Longitudinal Study of Teacher Change: What Makes Professional Development Effective? The Curriculum Journal,. 15 (1) : 45 -68.

Center for Public Education. (2008). Teacher Quality and Student Achievement.

http://www.education.com/reference/article/Ref_Research_Q_consider/

(diunduh 11 Maret 2011).

Cogan, M.L. (1973). Clinical supervision. Boston: Houghton Mifflin.

Daresh, John C. (2001). Supervision as Proactive Leadership. (3rd ed.) Prospect Heights, IL: Waveland Press.

Delaney, S., Ball, D., Hill, H., Schilling, S., & Zopf, D. (2008). Mathematical Knowledge for Teaching: Adapting U.S. Measures for Use in Ireland. Journal Mathematics Education , 11 : 171 -197.

Depdiknas. (2008). Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Driel, J.H., Beijaard, Douwe, and Verloop, Nico. (2001). Professional Development and Reform in Science Education. The Role of Teachers' Practical Knowledge.

Journal of Reserch in Science Teaching., 38 (2) : 137 - 158

Ekosusilo, Madyo. (1998). Supervisi Pengajaran dalam Latar Budaya Jawa. Sukoharjo: Univet Bantara Press.

Faisal. (2003). Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Agama Islam Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Kota Bandung (Studi Terhadap Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam Departemen Agama Kota Bandung.

http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0927106-132940/ (diunduh 20 Juni 2009).

Fullan, M., Cuttress, C. & Kilcher, A. (2005). Eight forces for leaders of change.

Journal of Staff Development, 26 (4) : 54-64

Goldhammer, R., R. H. Anderson, dan R.A. Krajewski. (1981). Clinical Supervision: Special Methods for the Supervision of Teaching. Second Edition. New York: Holt, Rinehart, and Winston.

Grant, J., Schofield, Margot J, and Crawford,Sarah. (2012). Managing Difficulties in Supervision: Supervisors’ Perspectives. Journal of Counseling Psychology, 59 (4) : 528 –541

Hasibuan, Malayu. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.

Imron, Ali. 2011. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Kent, L. B. , Pligge,Marry, Spence, Marry. (2003). Enhancing Teacher Knowledge Through Curriculum Reform. Middle School Journal, 34 (4) : 42-46

Kompas. (2012). Kemampuan Sains Rendah.

http://nasional.kompas.com/read/2012/12/14/03352455/Kemampuan.Sains.Ren dah (diunduh 15 Januari 2013)

(13)

13 Mosher, J.T. dan D.E. Purpel. (1972). Supervision: The Reluctant Profession.

Boston: Hoghton Mifflin

Mukhtar & Iskandar. (2009). Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada.

Nuchiyah. (2004). Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru terhadap Prestasi Belajar Siswa Studi Deskripsi Analisis pada Sekolah Dasar Negeri se Kecamatan Buaran Kabupaten Serang tahun 2004.

http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1004106-115914/ (diunduh 29 Mei

2009].

Ohiwerei and Okoli. (2010). Supervision of Businnes Education Teacher : Issues an Problems . Asian Journal of Business management 2910 : 24-29.

Oliva, P.F. & Pawlas G.E. 2004. Supervision for Today's Schools. 7th Edition. New Jersey: Wiley Publishing.

Pidarta, Made. (2009). Supervisi PendidikanKontekstual Jakarta : Rineka Cipta. Rudiyanto. (2004). Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Kepala Sekolah

Terhadap Kemampuan Profesional Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di

MTsN Ketanggungan Kabupaten Brebes.

http://library.walisongo.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptiain-gdl-s1-2004-rudiyanto3-703 (diunduh 17 Juni 2009)

Sahertian, Piet A. (2000). Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Rineka Cipta. Sergiovanni, T.J. (2009). The Principalship, A Reflective Practice Perspective. 6th

edition. Boston: Allyn and Bacon.

Terry, George R. (2000). Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

UNICEF. (2000). Defining Quality in Education

http://www.unicef.org/education/files/QualityEducation .PDF 5 (diunduh 29

Desember 2012).

Winarti. (2002). Pengaruh Sistem Pengawasan Pendidikan Melalui Pelaksanaan Supervisi Pengajaran yang Dilakukan Pengawas dan Kepala Sekolah terhadap Kualitas Kinerja Guru Sekolah Dasar (Studi Analisis pada Kecamatan Ciamis, Kecamatan Cisaga dan Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis). http://digilib.upi.edu/union/index.php/record/view/6390

Gambar

Gambar 1.  Model Empirik Supervisi Guru Ekonomi
Gambar 2 Model Supervisi Berbasis Kompetensi Profesional Bagi Guru Ekonomi (Model Final)

Referensi

Dokumen terkait

Humus Juga memiliki tingkat porousitas yang rendah sehingga akar tanaman tidak mampu menyerap air, Dengan demikian, sebaiknya penggunaan humus sebagai media tanam

Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari interaksi antara kultivar padi ladang lokal dan pupuk yang dapat memperbaiki produksi dan ketahanan terhadap penyakit blas,

Penelitian lain yang sejalan adalah penelitian yang dilakukan Arifiyanti (2013) menggunakan model PBL dengan pendekatan multirepresentasi menemukan ada terjadi penurunan

kepercayaan merek dan citra merek terhadap Niat beli konsumen sepatu Nike Variabel Independen Brand Personality Brand Trust Brand Images Brand Personality Brand Awareness

Untuk itu penulis mengajukan judul “PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2017 (Studi di Komisi Pemilihan

S1 Ekonomi Akuntansi III/a 1 Layanan Khusus Pendidikan Menengah, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Pengumpul dan Pengolah Data Program dan Anggaran Pembinaan Pendidik dan

Namun dapatan ini berbeza dengan kajian oleh Raiei (1998) yang mendapati guru-guru yang berpengalaman dalam pentaksiran bagi tempoh 6 hingga 10 tahun mendapat skor min yang

Skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V MI Bendiljati