• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, Profesionalisme dan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kepuasaan Kerja dan Kinerja Guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, Profesionalisme dan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kepuasaan Kerja dan Kinerja Guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal maupun informal di sekolah dan luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan bertujuan mengoptimalisasi kemampuan individu yang mandiri, terampil dan berkarakter. Pendidikan memiliki posisi strategis dalam segala segi pembangunan sumber daya manusia.

Guru merupakan sumber daya manusia yang memegang posisi paling strategis karena gurulah yang melakukan interaksi dengan peserta didik, oleh karena itu perlu peningkatan mutu guru agar menjadi tenaga yang profesional dan menjadikan guru sebagai tenaga yang perlu diperhatikan, dihargai dan diakui keprofesionalannya. Dengan demikian pekerjaan guru bukan hanya pekerjaan pengabdian, namun guru adalah pekerjaan profesional seperti pekerjaan yang lain. Untuk membuat guru menjadi tenaga profesional, maka perlu peningkatan kompetensinya baik melalui pelatihan maupun memberi kesempatan untuk belajar lagi. Selain itu juga harus diperhatikan segi lainnya misalnya pemberian bimbingan melalui supervisi, pemberian motivasi, peningkatan disiplin, pemberian insentif dan gaji yang layak dengan keprofesionalannya sehingga guru akan merasa puas dalam bekerja sebagai pendidik.

(2)

Seorang dengan sikap kepuasan tinggi menunjukkan sikap positif kerja, seseorang yang tidak puas terhadap pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaannya tersebut (Robins, 2003). Kepuasan kerja yang tinggi menandakan bahwa sebuah organisasi telah dikelola dengan baik dengan manajemen yang efektif. Kepuasan kerja berhubungan dengan kesesuaian antara harapan seseorang dengan imbalan yang disediakan. Kepuasan kerja guru berdampak pada prestasi kerja, disiplin dan kualitas kerja guru. Guru yang merasa puas dengan pekerjaannya akan memacu untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik –baiknya. Sebaliknya kemangkiran, hasil kerja yang buruk, mengajar kurang bergairah, prestasi yang rendah merupakan akibat dari ketidakpuasan guru atas perlakuan organisasi terhadap dirinya.

Kepuasan kerja guru merupakan sasaran penting dalam manajemen sumber daya manusia, karena secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kinerja. Suatu gejala yang membuat kurang bermutunya kondisi organisasi sekolah adalah rendahnya kepuasan kerja guru. Gejala tersebut yang timbul seperti adanya kemangkiran, kemalasan bekerja, rendahnya kualitas mengajar, rendahnya prestasi kerja, banyaknya keluhan guru, menurunnya tingkat disiplin guru dan gejala negatif lainnya. Kepuasan kerja yang tinggi menandakan bahwa sebuah organisasi sekolah telah dikelola dengan baik dengan manajemen yang efektif. Tingkat kepuasan kerja yang tinggi menunjukkan adanya kesesuaian antara harapan guru dengan imbalan yang disediakan oleh organisasi.

(3)

mencapai tujuan sekolah. Dengan demikian kepuasan kerja akan menghasilkan peningkatan kinerja untuk mencapai sekolah yang efektif.

Berdasarkan hasil observasi dan pengalaman di SMA Negeri 1 Barumun Tengah, masih banyak guru yang kepuasan bekerjanya rendah. Tingkat absensi yang tinggi menunjukkan indikasi rendahnya kepuasan kerja guru. Selain itu, ada guru yang sudah mengabdi sekitar sepuluh tahun tidak pernah mendapat promosi jabatan dan hanya menjadi guru biasa. Hal ini menyebabkan guru yang bersangkutan kurang merasa puas dalam pekerjaannya. Ada juga guru yang kurang merasa puas karena sarana dan prasarana pembelajaran yang ada tetapi kurang lengkap, misalnya ruang lab yang kurang memadai, ruang kelas yang tidak sesuai dengan jumlah muridnya. Rendahnya kepuasan kerja guru nampak dari kurangnya keinginan para guru untuk berprestasi, guru bekerja hanya sebatas melaksanakan kewajibannya sebagai guru mengajar di kelas.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru merupakan salah satu komponen penting yang dapat menentukan keberhasilan pendidikan. Rendahnya kualitas pendidikan suatu bangsa mencerminkan rendahnya kinerja guru dan buruknya sistem pengelolaan pendidikan pada suatu bangsa.

(4)

dimaksud berkaitan dengan pelaksanaan tugas pengelolaan pengajaran dan pengembangan profesi meliputi kegiatan-kegiatan: (1) mampu menyusun program atau praktek, (2) mampu menyajikan program pengajaran, (3) mampu melaksanakan evaluasi belajar, (4) mampu melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar atau praktek, (5) mampu menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan, (6) mampu membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan, (7) mampu mengembangkan kurikulum.

Guru yang memiliki tingkat kinerja yang baik akan memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Kualitas mengajar yang tinggi ini menurut Sahertian (1990) ditunjukkan dengan lima variabel yakni: (1) bekerja dengan siswa secara individual, (2) persiapan dan perencanaan mengajar, (3) pendayagunaan alat pelajaran, (4) menilai siswa dalam berbagai pengalaman belajar, (5) kepemimpinan aktif dari guru.

Guru juga memiliki tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah. Begitu besarnya peran dan tanggung jawab guru, maka dalam melaksanakan tugasnya seorang guru diharapkan memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta kinerja yang berkualitas. Dalam pandangan Barnawi dan Arifin (2012) kinerja yang berkualitas menggambarkan kualitas profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang dibawah standar kerja menggambarkan ketidakberhasilannya menghormati profesinya sendiri.

(5)

profesional atau dengan kata lain agar guru dapat lebih meningkatkan kompetensinya dibidang masing – masing. Namun pada kenyataannya terdapat berbagai permasalahan dilapangan yang masih ditemukan dan menjadi alasan rendahnya kualitas kinerja guru.

Kenyataan menunjukkan bahwa kinerja guru belum memenuhi harapan sebagaimana di amanatkan dalam peraturan perundangan-undangan sebagai akibat belum berkualitasnya proses pembelajaran guru. Upaya pemerintah untuk mewujudkan kinerja guru yang berkualitas dan profesional sesungguhnya sudah dilaksanakan melalui kebijakan sertifikasi guru. Namun kebijakan yang digulirkan oleh pemerintah sejak tahun 2007 itu belum sepenuhnya dapat meningkatkan kompetensi, profesionalisme dan kinerja guru.

Kondisi nyata menunjukkan masih banyak guru yang tidak sesuai dengan harapan. Fasli Jalal menyatakan bahwa hampir separuh dari 2,6 juta guru yang ada di tanah air ini dianggap belum layak mengajar. Kualifikasi kompetensinya tidak mencukupi untuk mengajar di sekolah. Adapun guru yang tidak layak mengajar sekitar 912.505 yang terdiri atas 605.217 guru SD, 167.643 guru SMP, 75.684 guru SMA dan 63.961 guru SMK. Kondisi ini lebih diperparah lagi dengan adanya temuan di lapangan adanya guru mengajar bukan pada bidangnya, sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai, dan praktek guru mengajar dikelas yang mengandalkan metode ceramah melulu (Triatna, 2009).

(6)

seorang guru, khususnya yang baru terima SK, belum turun tunjangannya dan yang memasuki masa pensiun, (2) sertifikasi telah dapat meningkatkan kesejahteraan, martabat guru, kedisiplinan dan kompetensi pedagogis.

Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Khodijah (2010) terhadap guru-guru di Sumatera Selatan memperkuat temuan di atas. Hasilnya bahwa kinerja guru pasca sertifikasi, baik secara keseluruhan, maupun dilihat dari aspek perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan pengembangan profesi, semuanya menunjukkan kinerja yang masih di bawah standar. Hasil penelitian oleh Gusti (2012) terhadap Guru SMKN 1 Purworejo pasca sertifikasi juga tidak jauh berbeda, yaitu tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja guru dengan kinerja guru pasca sertifikasi.

Kebijakan Uji Kompetensi Awal (UKA) guru tahun 2012 yang dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga menunjukkan hasil rendah. Dari jumlah guru yang ikut UKA sebanyak 381.019 orang, dengan passing gradesebesar 30,0 yang lulus sebanyak 248.733 (88,5%) orang dan tidak lulus sebanyak 32.286 (11,5%) orang. Kemudian diperoleh nilai tertinggi sebesar 97,0, nilai terendah 1,0 dan nilai rata-rata 42,25. Kondisi yang sama juga terjadi pada guru tersertifikasi yang telah mengikuti uji kompetensi guru (UKG). Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan rata-rata nilai uji kompetensi guru adalah 44,55 (Akuntono, www.edukasi.kompas.com, diakses 14 Januari 2014).

(7)

Pendidikan, seorang guru harus memiliki 4 kompetensi agar dapat melaksanakan tugasnya dengan maksimal, yakni : Pertama, kompetensi pedagogik, meliputi: (a) menguasai karakteristik peserta didik, (b) menguasai teori belajar dan prinsip – prinsip pembelajaran yang mendidik, (c) pengembangan kurikulum, (d) kegiatan pembelajaran yang mendidik, (e) mengembangkan potensi peserta didik, (f) komunikasi dengan peserta didik, dan (g) penilaian dan evaluasi. Kedua, kompetensi kepribadian, artinya bahwa menjadi seorang guru memiliki sikap kepribadian yang dapat memiliki panutan dan disenangi oleh peserta didik. Kompetensi kepribadian meliputi: (a) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional, (b) menunjukkan kepribadian yang dewasa dan teladan, dan (c) etos kerja, rasa bangga yang tinggi, rasa bangga menjadi guru. Ketiga, kompetensi sosial, merupakan kemampuan seorang guru yang sama seperti manusia lainnya yaitu sama –sama makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan manusia lainnya. Hal yang dinilai dari kompetensi sosial yaitu: (a) bersifat inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif dan (b) komunikasi dengan sesama guru, tenanga kependidikan, orang tua, peserta didik dan masyarakat. Dan keempat, kompetensi profesional, merupakan kemampuan seorang guru mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik. Adapun kompetensi profesional memiliki aspek nilai berupa: (a) penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, dan (b) mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif.

(8)

memprofesikan guru. Dengan asumsi bahwa guru sebagai profesi yang profesional dengan segala kompetensi yang harus dimiliki, akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, output, maupun outcome. Hal ini akan menjadi kenyataan apabila kita menjalankan amanah dalam perundangan tersebut yang mengatakan bahwa ”Pendidik dan Tenaga Kependidikan harus memiliki

kualifikasi akademik dan kompetensi (pedagogik, kepribadian, profesional, sosial) sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memilik kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Paulina, 2006).

Pengertian kompetensi menurut Undang-Undang Guru dan Dosen (2005) adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasahi oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Sedangkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

(9)

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pada suatu bangsa, dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas guru berada pada baris terdepan, Karena guru langsung berhadapan dengan peserta didik dalam penyampaian proses pembelajaran. Menurut Sardiman (2005) guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dalam bidang pembangunan. Oleh karena itu guru merupakan salah satu unsur dalam bidang pendidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.

Guru yang berkualitas menguasai substansi bidang akademik dan pengelolaan pembelajaran serta mengembangkan potensinya. Peran guru yang strategis dalam pembelajaran membawa konsekuensi dalam melakasanakan tugasnya secara profesional. Menurut Ditjen Dikdasmen (2003), guru yang profesional, mempunyai kompetensi tinggi terhadap (1) kompetensi pengelolaan pembelajaran (2) kompetensi penguasaan akademik (3) dan kompetensi pengembangan potensi. Guru adalah pekerjaan profesi. Sebagai pekerjaan profesi harus tahu benar tugas-tugas profesinya.

(10)

Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi (Depdiknas, 2006). Kompetensi guru dapat meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial yang dijabarkan dalam indikator masing–masing.

Fenomena yang ditemukan pada tingkat satuan pendidikan berdasarkan penilaian kinerja sekolah di kecamatan Barumun Tengah yang belum memenuhi harapan untuk meningktakan kualitas pendidikan dari sisi kepala sekolah adalah pengangkatan kepala sekolah tanpa melalui proses seleksi dan diklat calon kepala sekolah, penguasaan kepala sekolah terhadap tugas dan tanggung jawab, pemberdayaan terhadap guru dan tenaga kependidikan, dukungan pengembangan terhadap peningkatan professional guru masih rendah, pelaksanaan supervisi kepala sekolah tidak teratur, dan penilaian kinerja guru tidak jelas. Selain itu dari sisi kompetensi guru, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) belum sepenuhnya dipahami, kemampuan penyusunan silabus dan RPP (Rancangan Pelaksanaa Pembelajaran) masih perlu peningkatan, kehadiran guru terutama pada jam pertama, kehadiran guru dalam kegiatan upacara, penerapan model atau metode pembelajaran, variasi mengajar, perangkat penilaian, menganalisis hasil evaluasi, pelaksanaan remedial atau pengayaan.

(11)

tugas dan tanggungjawabnya. Pembinaan dan pembimbingan guru dapat dilakukan melalui supervisi kepala sekolah. Hal ini jelas tertuang dalam salah satu standar kompetensi kepala sekolah yaitu kompetensi supervisi. Dalam menjalankan tugas kepala sekolah sebagai supervisor harus bertindak atas dasar kaidah – kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Supervisor membina peningkatan mutu akademik melalui penciptaan situasi belajar yang lebih baik dalam lingkungan fisik maupun non fisik.

Menurut Permendiknas No. 13 tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah yang harus dimiliki ada 5 kompetensi yaitu: (1) kompetensi kepribadian; (2) kompetensi manajerial; (3) kompetensi kewirausahaan; (4) kompetensi supervisi dan (5) kompetensi sosial. Kompetensi supervisi menurut Permendiknas No. 13 Tahun 2007 adalah: (1) merencanakan program supervisi dalam rangka peningkatan profesionalisme guru; (2) melaksanakan supervisi terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat dan (3) menindaklanjuti hasil supervisi terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

(12)

Supervisi kunjungan kelas adalah bantuan yang diberikan oleh supervisor dalam hal ini kepala sekolah kepada guru untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik (Sahertian, 2008). Bantuan yang diberikan kepada guru untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran antara lain, masalah siswa, pemilihan berbagai strategi pembelajaran, analisis kurikulum, pemilihan sumber belajar, penggunaan media belajar, pemilihan bahan ajar, ataupun sumber belajar lainnya.

Kompetensi profesionalisme, supervisi kepala sekolah, kepuasan kerja dan kinerja merupakan masalah penting yang sifatnya berubah dari waktu ke waktu sehingga perlu mendapat perhatian yang serius demi pengembangan sekolah dan karir guru yang akhirnya juga berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan. Dari sinilah dapat dikatakan bahwa kompetensi yang dimiliki guru dapat berpengaruh terhadap pekerjaan yang dilakukan, sehingga dapat berpengaruh terhadap kepuasan kerja bagi para guru. Jika kompetensi yang dimiliki kurang mendukung akan mengakibatkan kurang nyamannya para guru dalam bekerja yang berakibat menurunnya gairah kerja sehingga mengakibatkan menurunnya kinerja. Setiap guru akan berbeda persepsinya terhadap kompetensi profesionalisme dan persepsinya terhadap supervisi kepala sekolah begitu pula akan berbeda tingkat kepuasan kerja dan kinerjanya.

(13)

belajar siswa yang tidak optimal. Supervisi dilakukan hanya 1 tahun sekali, dan pada saat melakukan supervisi kepala sekolah tidak menggunakan alat seperti angket.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SMA Negeri 1 Barumun Tengah kinerja guru relatif rendah. Masih ada guru yang terlambat sekitar 2 dan 3 orang, begitu juga yang absen setiap hari masih ada paling sedikit 1 orang. Menurut data dari pembantu kepala sekolah bidang kurikulum, hanya 51% guru yang mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan baik, 15% guru melakukan inovasi untuk pengembangan bahan ajar, 80% guru mengajar dengan cara yang masih monoton, dan sekitar 40% kemauan guru untuk mengembangkan potensi dan kualitas diri, sehingga masih minimnya prestasi siswa maupun kinerja guru.

(14)

karena masih ada guru yang belum menguasai teknologi yang mendukung proses pembelajaran. Peran kepala sekolah yang baik dapat memberikan kepuasan kerja bagi guru.

Berbagai masalah mutu pendidikan dilihat dari upaya peningkatan supervisi kepala sekolah agar meningkatkan kinerja guru. Rendahnya kualitas kinerja guru dimungkinkan oleh beberapa variabel seperti kompetensi guru, supervisi kepala sekolah dan tingkat kepuasan yang masih rendah. Maka dari itu untuk meningkatkan kinerja seorang guru haruslah terlebih dahulu ditingkatkan kompetensi guru terutama kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesioanal, pelaksanaan supervisi dan tingkat kepuasan guru.

Kinerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah juga perlu mendapatkan perhatian serius. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, profesional, dan supervisi kepala sekolah terhadap kepuasan dan kinerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah di Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas.

1.2. Identifikasi Masalah

Kinerja guru dapat dilihat dari kelayakan guru mengajar. Kelayakan mengajar berhubungan dengan tingkat pendidikan guru. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standard Nasional Pendidikan, seorang guru harus memiliki 4 kompetensi agar dapat melaksanakan tugasnya dengan maksimal, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesionalisme.

(15)

adalah pelaksanaan sertifikasi guru yang bertujuan untuk menjadikan guru lebih profesional meningkatkan kompetensinya dibidang masing-masing. Kinerja guru juga dapat ditingkatkan dengan mengadakan supervisi oleh kepala sekolah, mengadakan kelompok musyawarah guru mata pelajaran, dan memberikan kesempatan yang baik untuk berkembang dalam karir. Namun pada kenyataannya terdapat berbagai permasalahan dilapangan yang masih ditemukan dan menjadi alasan rendahnya kualitas kinerja guru.

1.3. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogik terhadap kepuasan kerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah?

2. Bagaimana pengaruh kompetensi kepribadian terhadap kepuasan kerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah?

3. Bagaimana pengaruh kompetensi sosial terhadap kepuasan kerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah?

4. Bagaimana pengaruh kompetensi profesionalisme terhadap kepuasan kerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah?

5. Bagaimana pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah?

6. Bagaimana pengaruh kepuasan kerja guru terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah ?

(16)

8. Bagaimana pengaruh kompetensi kepribadian terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah?

9. Bagaimana pengaruh kompetensi sosial terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah?

10. Bagaimana pengaruh kompetensi profesionalisme terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah?

11. Bagaimana pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah?

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi pedagogik terhadap kepuasan kerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.

2. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi kepribadian terhadap kepuasan kerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.

3. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi sosial terhadap kepuasan kerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.

4. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi profesional terhadap kepuasan kerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.

5. Untuk menganalisis pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.

6. Untuk menganalisis pengaruh kepuasan kerja guru terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.

(17)

8. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi kepribadian terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.

9. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi sosial terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.

10. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi profesionalisme terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.

11. Untuk menganalisis pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi para pengambil kebijakan di bidang pendidikan dan yang terkait, penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan pijakan bagi pemilihan strategi untuk meningkatkan kinerja guru di jenjang pendidikan SMA

2. Bagi kepala sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam mengambil kebijakan terkait dengan upaya – upaya untuk meningktakan kinerja guru dan mutu pendidikan.

3. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan referensi untuk selalu meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan tugas – tugas disekolah.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mencapai tujuan tersebut, perhitungan jumlah pelanggan seluler dan kapasitas trafik menjadi suatu cara mendapatkan jumlah BTS dan menara bersama

1) Menentukan KKM dengan memperhatikan standar kompetensi lulusan, karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, serta guru dan kondisi satuan pendidikan melalui

[r]

Sistem pemasaran dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen saat ini harus bisa menerapkan konsep pemasaran 3.0 yaitu pemasaran yang dipicu oleh nilai-nilai ( values-driven ),

Penelitian ini dilakukan di Desa Rombo Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara dengan tujuan untuk memberikan gambaran implementasi kebijakan Alokasi Dana Desa di Desa Rombo

Menurut DepKes RI Perusahaan yang belum menerapkan SNI pada umumnya adalah industri kecil yang berada di sentra produksi yang perlu dibina sistem manajemen mutu,

Isoform 2 subunit alpha (Ampk - α2) banyak diekspresikan pada jarin- gan otot skelet dan hepar yang memiliki peran penting dalam peng- gunaan glukosa oleh otot

Hambatan utama yang memunculkan utama yang memunculkan reaksi tidak menyenangkan terhadap green marketing adalah ketidakpercayaan konsumen mengenai produk hijau, klaim hijau, dan