• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan Pembe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan Pembe"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

D

D

A

A

T

T

A

A

B

B

A

A

S

S

E

E

G

G

O

O

O

O

D

D

P

P

R

R

A

A

C

C

T

T

I

I

C

C

E

E

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan

Pemberian ASI Eksklusif Kabupaten Klaten

Sektor Kesehatan

Sub-sektor ASI Eksklusif

Provinsi Jawa Tengah

Kota/Kabupaten Klaten

Institusi Pelaksana Dinas Kesehatan

Kategori Institusi Pemerintah Kabupaten

Penghargaan -

Kontak dr. Rony Roekmito (Kepala Dinas Kesehatan Klaten) Dinas Kesehatan Klaten

Jl Pemuda No. 313 Klaten telepon: (0272) 321053

website: http://dinkes-klaten.com/

Mitra UNICEF

Peneliti Desintha Dwi Asriani, MA/ Fina Itriyati, MA institusi: Jurusan Sosiologi, Fisipol UGM

email: decint4@yahoo.com/itriya_15@yahoo.com

Mengapa program/kebijakan tersebut muncul?

Kebijakan tersebut muncul sebagai institusionalisasi sebuah gerakan dalam masyarakat untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayi selama 6 bulan. Program tersebut berawal dari dampak gempa yang mengakibatkan angka diare dan kekurangan gizi yang besar pada balita sebagai akibat pemberian bantuan susu formula yang berlebihan pada anak dibawah dua tahun. Akibatnya budaya pemberian ASI menjadi menurun tajam dan ini berakibat pada penurunan kesejahteraan dan kesehatan anak balita. Selain itu, kurangnya pasokan air bersih dan pemberian susu formula yang tidak sesuai dengan target sasaran dan aturan membuat kondisi anak yang menkonsumsi susu formula menjadi semakin buruk. Dinas Kesehatan, UNICEF dan NGO serta masyarakat lainnya kemudian tergerak untuk mengembalikan budaya menyusui pada ibu yang sempat menurun tajam saat dan pasca gempa. Untuk mempertahankan budaya dan praktek tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten kemudian mengambil inisiatif untuk menginstitusionalisasikan gerakan tersebut menjadi sebuah regulasi yang diatur pelaksanaannya dalam Perda Initiatives for Governance

Innovation merupakan wujud kepedulian civitas akademika terhadap upaya mewujudkan tata pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik. Saat ini terdapat lima institusi yang tergabung yakni FISIPOL UGM, FISIP UNSYIAH, FISIP UNTAN, FISIP UNAIR, DAN FISIP UNHAS.

Sekretriat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Jl. Sosio-Justisia Bulaksumur Yogyakarta 55281 email: igi.fisipol@ugm.ac.id

(2)

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan

mengenai Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif Nonor 7 Tahun 2008.

Apa tujuan program/kebijakan tersebut?

untuk menurunkan angka kematian balita dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam jangka panjang

Bagaimana gagasan tersebut bekerja?

melalui pendekatan struktural maupun kultural. Di tingkat struktural, pemerintah memanfaatkan tenaga kesehatan bidan untuk menjadi penggerak atau motivator kebijakan ini. Peran fasilitator yang terlatih untuk mengimplementasikan gerakan ini di daerah- daerah juga sangat signifikan ditambah dukungan motivator yang berasal dari lingkungan tempat tinggal maupun berasal dari keluarga ibu, menjadikan gerakan ini efektif dilakukan di Kabupaten Klaten. Penolakan serta dampak susu formula terhadap kesehatan dan keuntungan ekonomi pemberian ASI pada bayi serta bagaimana praktek penyimpanan ASI disosialiasasikan

sehingga mereka menjadi paham bahwa memberikan ASI Eksklusif itu mudah dan murah.

Siapa inisiatornya? Siapa saja pihak-pihak utama yang terlibat?

Koalisi LSM peduli ASI, Dinas Kesehatan Klaten menggandeng UNICEF menggelar program pelatihan untuk bidan mengenai manfaat dan teknik menyusui eksklusif. Selain itu sistem yang bekerja melalui pembentukan fasilitator, konselor, serta motivator ASI di tingkat desa menjadikan kebijakan ini efektif untuk dilakukan karena mendapatkan dukungan dari lembaga dalam masyarakat.

Apa perubahan utama yang dihasilkan?

Penurunan Angka Gizi Buruk dan Angka Kematian Bayi

Siapa yang paling memperoleh manfaat? Balita dan Ibu Menyusui

Deskripsi Ringkas

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI Eksklusif adalah inovasi Pemerintah Daerah Klaten, Jawa Tengah untuk meningkatan cakupan pemberian ASI kepada bayi secara esklusif enam bulan dan dilanjutkan hingga 2 tahun. Program ini dilatarbelakangi oleh bencana gempa bumi 2006 yang berdampak pada menurunnya jumlah bayi yang menyusu pada ibunya selain beberapa risiko kesehatan lainnya. Kondisi darurat juga membuat para orang tua menggunakan konsumsi susu formula bagi bayi sementara akses untuk air bersih sulit didapatkan. Akibatnya, angka diare pada bayi menjadi sangat tinggi. Sebagai sebuah respon,

Dinas Kesehatan mempunyai inisiatif untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan menggandeng UNICEF untuk memotivasi para keluarga terutama ibu agar memliki kesadaran bersama tentang pentingnya memberikan ASI kepada bayi.

(3)

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan tenaga kesehatan sebagai mitra utama masyarakat

saat proses menyusui akan dilakukan terlebih pada saat setelah melahirkan. Selanjutnya, para tenaga terlatih tersebut akan menularkan pengetahuan dan ketrampilannya kepada tim kesehatan dan kader masyarakat lainnya dengan lebih luas baik secara individu maupun kelembagaan. Pelatihan-pelatihan tersebut telah menghasilkan sejumlah fasilitator, konselor dan motivator ASI yang tersebar di seluruh wilayah Klaten. Proses ini tidak hanya membangun kesadaran bersama tentang posisi kunci mereka dalam mencapai keberhasilan pemberian ASI Eksklusif namun juga sebagai penguatan kapasitas memerangi ekspansi susu formula yang berdasarkan data menjadi faktor paling dominan terhadap menurunnya cakupan ASI Eksklusif. Secara kultural inovasi tersebut telah berhasil merubah cara pandang masyarakat tentang ASI. Jika sebelummya mereka dapat dengan mudahnya mengkonsumsi susu formula maka saat ini, ASI Eksklusif justru menjadi target minimal para ibu menyusui di Klaten. Tidak berhenti pada para ibu saja namun juga para keluarga yang menjadi pendamping utama di rumah. Motivator ASI yang terbentuk secara sukarelawan di setiap kampung berhasil melakukan penyadaran tentang pemberian ASI eksklusif yang dilanjutkan hingga 2 tahun kepada para suami, orang tua, saudara dan

tetangga. Keberadaan orang-orang yang memiliki pola pikir yang sama tersebut praktis menciptakan lingkungan yang suportif dan fasilitatif bagi setiap ibu yang menyusui sehingga memberikan peluang yang sangat kecil untuk terjadinya kegagalan. Hal ini juga terbukti dengan perubahan yang terjadi di lingkungan kerja semua instansi pemerintah di Klaten yang selalu menyediakan tempat bagi ibu yang hendak memerah ASI di sela-sela waktu kerja bahkan ada sebuah pabrik yang memfasilitasi sebuah kulkas di tempat kerja untuk menyimpan asi perah para buruh perempuan yang sedang menyusui namun tidak memiliki alat pendingin di rumahnya.

Inovasi ini mendapatkan tanggapan positif dari Pemerintah Daerah Klaten dengan disetujuinya penerbitan Peraturan Daerah terkait Inisiasi Menyusui Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif sebagai respon atas gerakan perubahan yang telah diupayakan. Kemampuan untuk melakukan inovasi dari gerakan masyarakat hingga tata kelola pemerintahan mendatangkan berbagai penghargaan dari UNICEF, Kementrian Kesehatan, dan Kementrian Kesehatan sebagai penggerak ASI Eksklusif terbaik di Indonesia dan inisiator ASI Eksklusif terbaik bagi Dr. Rony Roekmanto, M.Kes dari Ibu Ani Yudhoyono.

Rincian Inovasi

I.

Latar

Belakang Masalah

Klaten merupakan kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang beribukota di Kota Klaten. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Boyolali di utara, Kabupaten Sukoharjo di timur, serta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat1. Pada tahun 2006, terjadi gempa yang menewaskan sekitar 5000 orang dan ribuan orang lainnya kehilangan tempat tinggal. Korban yang paling banyak merasakan penderitaan adalah Ibu dan anak karena budaya patriarki masih menempatkan kehidupan anak sebagai tanggung jawab seorang ibu. Ibu harus bertanggung jawab

1

Pemkab Klaten, Letak dan Data Geografi, www. klatenkab.go.id, diakses dari

http:// http://www.klatenkab.go.id/geografis.html, pada tanggal 1 Juli 2009 pukul 24.00.

terhadap anaknya dalam proses evakuasi maupun dalam proses penanggulangan dampak bencana sehingga jumlah korban dari pihak ibu dan anak menjadi signifikan. Banyak sekali sumbangan yang mengalir ke kabupaten ini mengingat jumlah korban yang sangat besar dan kerusakan bangunan yang parah. Hampir setiap sumbangan yang mengalir ke kabupaten ini salah satunya pasti berupa susu formula maupun makanan bayi yang dibagikan ke setiap keluarga tanpa pertimbangan apakah keluarga tersebut membutuhkan bantuan tersebut atau tidak.

(4)

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan darurat. Lebih dari 80% keluarga yang memiliki

anak di bawah usia dua tahun mengkonsumsi susu formula selama situasi darurat dibandingkan dengan sebelum terjadinya gempa2. Hasil survey UNICEF menunjukkan bahwa anak-anak yang berusia di bawah dua tahun yang menerima bantuan susu formula mengalami diare dua kali lebih besar (11.5% vs 25.4%) dibanding mereka yang tidak menerima sumbangan tersebut3. Selain itu, setelah terjadinya gempa, terjadi perilaku yang salah dari ibu-ibu yang beranggapan bahwa dengan adanya stressor gempa berakibat pada tidak keluarnya air susu ibu sehingga bayi-bayi diberikan susu formula dengan botol. Namun karena pada situasi tersebut kebutuhan air sangat sulit didapatkan, maka terjadi peningkatan angka diare yang cukup signifikan pada anak-anak4 padahal jumlah penduduk umur 0-4 tahun pada tahun 2006 tersebut cukup besar yakni 7.3% dari total jumlah penduduk5.

Kejadian tersebut segera mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Dengan dukungan dari UNICEF, pemerintah segera memobilisasi pelatihan konseling ASI bagi para kader posyandu dengan difasilitasi oleh LSM Selasi (Sentra Laktasi Indonesia) yang berbasis di Jakarta dan dilanjutkan dengan pelatihan dan sosialisasi kepada petugas kesehatan dan para tokoh masyarakat. Kegiatan tersebut ternyata menumbuhkan komitmen yang sangat tinggi terhadap program inisiasi menyusu dini

2

Unicef, “ Pengalaman Berharga: Program Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa

Tengah, Indonesia”, Dokumentasi Program Unicef, h. 1. 3

Ibid , h. 1. 4

Wawancara dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten pada 13 Juni 2012.

5

BPS Kabupaten Klaten, Klaten dalam Angka, klatenkab.bps.go.id, diakses dari

http://klatenkab.bps.go.id/index.php?option=com_content&vie w=article&id=30&Itemid=32, pada tanggal 2 Juli pukul 00.45.

dan ASI eksklusif. Hal tersebut sangat membantu transisi program yang awal mulanya merupakan program tanggap darurat menjadi program rutin pemerintah untuk memperbaiki praktek PMBA (Pemberian Makan Bayi dan Anak) di Kabupaten Klaten.

Upaya gerakan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dan pemberian ASI Eksklusif tersebut ternyata awalnya mendapat penolakan yang justru datang dari generasi tua yang berpendapat bahwa bayi berumur kurang dari 6 bulan tidak cukup hanya mendapatkan ASI saja tetapi juga sudah harus mulai mendapatkan makanan tambahan supaya kenyang dan cepat tumbuh besar dan kuat. Tantangan lainnya berasal dari produsen susu formula yang memberikan iming-iming bonus yang luar biasa kepada para petugas kesehatan sebagai garda terdepan gerakan ini.

II. Inisiasi

Inisiasi yang bermula dari program tanggap darurat yang didukung oleh gerakan NGO lokal maupun internasional kemudian menginspirasi Dinas Kesehatan untuk menginstitusionalisasikannya dalam Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 7

Tahun 2008. Gagasan untuk

(5)

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan pemberian ASI di wilayah tersebut. Inisiasi ini secara

kelembagaan mendapatkan dukungan yang penuh dari Bupati Klaten (eksekutif) dan DPRD II Kabupaten Klaten (legislatif) sehingga mendapatkan dana rutin APBD serta dukungan finansial dari UNICEF. Di awal program tersebut, dukungan

UNICEF sebanyak 52% dari total dana dan terus diupayakan untuk didanai secara mandiri dari APBD. Data mengenai pendanaan untuk Program PMBA (Pemberian Makan Bayi dan Anak) Kabupaten Klaten disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 1. Pendanaan untuk Program PMBA di Klaten dalam rupiah (informasi diberikan oleh Kantor

Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten)6

Tahun

Pendanaan Program Gizi dan

Kesehatan Ibu (Dinas

Kesehatan Kabupaten dari

APBD II)

UNICEF

Total Pendanaa

Tahunan untuk

Program Dukungan

Pemberian ASI

2006 492.450.400

(48%)

350.000.000 (52%)

842.450.400 (100%)

2007 427.920.000

(49%)

450.910.000 (51%)

878.830.000 (100%)

2008 964.600.000

(43%)

1.263.523.000 (57%)

2.228.123.000 (100%)

2009 80.000.000

(61%)

51.800.000 (39%)

131.800.000 (100%)

6

(6)

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa

pendanaan 2006 untuk program Kesehatan Ibu meliputi pendanaan dari United Nations for Population Activiteis (UNFPA). Pendanaan APBD II 2009 untuk program Kesehatan Ibu tidak tersedia untuk program pemberian ASI. Pendanaan pemerintah tahun 2008 mengalami peningkatan karena meningkatnya komitmen terhadap pemberian ASI. Pendanaan UNICEF yang lebih banyak juga diberikan untuk mengembangkan pelayanan penyuluhan, menetapkan kecamatan sayang bayi dan Gerakan Rumah Sakit Sayang Bayi di RSI Klaten. Di tahun 2010, terdapat anggaran khusus untuk program ASI dan terpisah dari anggaran untuk Program Gizi dan Kesehatan Ibu. Dukungan UNICEF diberikan untuk pelatihan petugas dan kader kesehatan sebagai kelanjutan dari program promosi pemberian ASI.

Ketika komitmen secara kelembagaan antara pemerintah daerah dan DPRD sudah didapatkan, maka pelaksanaan secara struktural juga relatif mudah untuk diwujudkan. Dengan adanya lembaga Puskesmas dan lembaga kesehatan lainnya yang semuanya dibawah Dinas Kesehatan, maka pelaksanaan Program IMD dan ASI Eksklusif juga mendapatkan dukungan dari para penggerak program yang meliputi petugas kesehatan dan stakeholder (kepala Puskesmas, Kepala Desa, kader) dan masyarakat secara luas . Ketika dimulai di tahun 2006, sudah mulai ada sosialisasi tidak boleh ada sponsor dari produsen susu formula serta adanya dukungan komitmen dari bidan dan petugas kesehatan untuk tidak menerima kontrak dengan produsen susu formula. Ketika Perda tentang Inisiasi menyusu Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif diterbitkan di tahun 2008, komitmen untuk melaksanakan Perda tersebut dan masa transisi penghabisan kontrak dari produsen susu

formula tidak mengalami hambatan. Bahkan bidan di daerah Klaten harus menandatangani surat pernyataan diatas materai untuk tidak menggunakan susu formula ketika mengajukan surat izin praktek bidan atau melakukan perpanjangan izin mereka.

Selain memanfaatkan lembaga kesehatan di bawah Dinas Kesehatan, pihak inisiator (Dinas Kesehatan dan UNICEF) juga memanfaatkan stakeholder dalam masyarakat untuk berkomitmen mewujudkan 10 Langkah menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM). 10 Langkah tersebut diantaranya adalah7;

1. Menetapkan Kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas. 2. Melakukan pelatihan bagi petugas untuk

menerapkan kebijakan tersebut.

3. Memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang manfaat menyusui dan

talaksananya dimulai sejak masa

kehamilan, masa bayi lahir, sampai umur 2 tahun.

4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah melahirkan di ruang bersalin.

5. Membantu ibu untuk memahami cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis. 6. Tidak memberikan makanan atau minuman

apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.

7

(7)

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan 7. Melaksanakan rawat gabung dengan

mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari.

8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui

9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.

10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI di masyarakat danmerujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/Rumah Bersalin/Sarana Pelayanan Kesehatan.

Salah satu kecamatan yang terpilih sebagai contoh dalam Gerakan Kecamatan Sayang Anak adalah Kecamatan Gantiwarno yang melengkapi kantornya dengan ruang laktasi yang dilengkapi dengan media audio visual dan KIE mengenai ASI. Selain itu, masyarakat umum yang mempunyai kepedulian terhadap ASI Eksklusif atau kader Posyandu dan Tim Penggerak PKK juga bisa mendaftar untuk berperan di lingkungan sekitarnya dengan manjadi motivator ASI.

Kendala utama dalam proses inisiasi tersebut berasal dari produsen susu formula yang secara massif memberikan iming-iming reward yang besar kepada para bidan untuk tetap memberikan susu formula kepada bayi yang baru lahir. Kendala kedua berasal dari para bidan yang enggan melepaskan penghasilan tambahan mereka sebagai agen susu formula di kliniknya. Namun setelah selama 2 tahun proses sosialisai, mereka dengan penuh kesadaran dan secara konsisten berkomitmen untuk malaksanakan program IMD dan ASI Eksklusif demi menekan angka gizi buruk dan kematian pada bayi dan anak. Kendala ketiga, berasal dari keluarga ibu yang baru melahirkan

seperti ibu kandung, nenek, suami yang kurang terbuka terhadap pengetahuan baru dan kurang bisa melepaskan kebiasaan lama dengan memberikan makan terlalu dini pada bayi seperti pemberian air tajin, pisang, dan makanan lainnya.

Berbagai kendala yang muncul diatas, tidak mengurangi komitmen dari Dinas Kesehatan dan masyarakat yang sudah sadar akan pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Tantangan tersebut memerlukan proses, waktu, dana serta konsistensi dari pihak-pihak yang terlibat agar program tersebut berhasil dilaksanakan dan menjadi budaya agar kesehatan ibu dan anak terjamin. Upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi tantangan tersebut diantaranya adalah:

Pertama, untuk mengatasi upaya produsen susu formula yang gencar melakukan promosi di daerah Klaten, Dinas Kesehatan melakukan sosialisasi Perda Inisiasi Menyusui Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif kepada pihak produsen susu formula. Dinas Kesehatan dengan tegas memberikan pernyataan menolak susu formula untuk bayi dengan dalih apapun. Jika bayi terpaksa harus mendapatkan susu formula karena kasus-kasus tertentu, maka harus mendapatkan rekomendasi dan rujukan dari dokter spesialis anak. Dinas Kesehatan juga dengan tegas menolak kerjasama dengan pihak produsen susu formula meskipun iming-iming kerjasama dengan keuntungan yang besar baik bagi Pendapatan Asli Daerah maupun bagi dokter dan pengambil kebijakan kesehatan. Selain itu, Dinas Kesehatan juga secara rutin meninjau penjualan susu formula di toko-toko untuk melihat sejauh mana promosi pihak produsen susu formula dalam mendapatkan pelanggan mereka.

(8)

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan boleh lagi menerima bonus dengan mempromosikan

susu formula pada pasiennya, Dinas Kesehatan melibatkan semua bidan praktek untuk menjadi konselor laktasi di kliniknya dan bertugas memantau keberhasilan setiap pasien yang melahirkan di kliniknya. Baik fasilitator, konselor maupun motivator mendapatkan piagam yang merupakan tanda penghargaan dari pemerintah. Dikarenakan mereka tidak mendapatkan tunjangan tetap sebagai penghargaan atas tugas tambahan mereka sebagai fasilitator, konselor dan motivator, maka untuk menjaga konsistensi mereka dalam mensukseskan program Inisiasi Menyusui Dini dan Gerakan ASI Eksklusif, maka Pemerintah Daerah sering mengadakan kegiatan bersama sebagai sarana penyegaran. Kegiatan tersebut bertujuan sebagai sarana untuk saling mengakrabkan antar petugas, mencegah kejenuhan serta menguatkan dan mengingatkan kembali komitmen mereka untuk menekan angka kematian bayi dan ibu dengan program Inisiasi Menyusui Dini dan Gerakan ASI

Eksklusif. Dari hasil wawancara dengan Kepala Dinas Kabupaten Klaten Dr. Ronny Roekminto, M.Kes didapatkan informasi bahwa kedepannya akan dipikirkan supaya nantinya petugas-petugas baik itu fasilitator dan konselor mendapatkan reward yang layak sebagai petugas kesehatan yang mesukseskan program Inisiasi Menyusui Dini dan Gerakan ASI Eksklusif Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten.

Ketiga, untuk mengatasi permasalahan mengenai budaya ASI Eksklusif yang belum bisa banyak diterima oleh generasi tua, Pemerintah Daerah menyiapkan perangkat sosialisasi supaya mereka berproses menerima kebijakan baru ini. Keluarga seperti suami, ayah, ibu, serta kerabat yang lainnya yang belum mempunyai pengetahuan mengenai ASI Eksklusif juga diberi pengertian oleh bidan ketika pra melahirkan dan setelah melahirkan. Setelah pulang ke rumah, tidak hanya ibu, tetapi mereka sebagai anggota keluarga terdkat juga terus didampingi oleh motivator laktasi dari kader terpilih

(9)

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan PKK di lingkungan tempat tinggal mereka supaya

tetap mendukung keberhasilan pemberian ASI Eksklusif.

Proses pelaksanaan gagasan atau implementasi dari program IMD dan ASI Eksklusif Kabupaten Klaten melalui tahapan-tahapan yang cukup panjang sampai menjadi program rutin dan berkesinambungan. Secara umum, desain kebijakan IMD dan pemberian ASI eksklusif digambarkan sebagai Gambar 18:

Adapun strategi yang digunakan oleh pemerintah dalam mensukseskan program tersebut diantaranya adalah9:

1. Advokasi

Dengan dukungan Perda No 7/2008, pemerintah mewajibkan semua petugas kesehatan

8

Budiwibowo, L, Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Secara Eksklusif, www. gizi.depkes.go.id diakses dari

http://gizi.depkes.go.id/hasil_pertemuan/IMD-DKK-Klaten.pdf

pada 2 Juli 2012 pukul 01.25 9

Unicef. op. cit. h. 2-5.

untuk menciptakan lingkungan yang mendukung praktik IMD dan pemberian ASI Eksklusif. Selain itu, dalam peraturan tersebut juga terdapat anjuran

untuk menyiapkan “ruang menyusui” di semua

puskesmas dan kantor pemerintah. Untuk meningkatkan komitmen politik para pemangku kebijakan setempat, UNICEF dan Dinas Kesehatan memulai proyek percontohan di tiga kecamatan terpilih. Selain itu dikembangkan juga pengembangan kelompok Masyarakat Pendukung ASI, menciptakan lingkungan kondusif untuk ibu menyusui melalui pengendalian promosi susu formula dan pengendalian sponsorship kegiatan profesi. Obyek utama dari program ini adalah lingkungan sekitar ibu seperti keluarga, masyarakat dan institusi. Untuk mendukung desain program IMD dan pemberian ASI Eksklusif yang dilakukan adalah Program Kawal ASI.

“Program Kawal ASI masuknya pada waktu

calon ibu akan mendaftar menjadi calon

Gambar 2. Kegiatan Kawal ASI Program IMD dan Pemberian ASI Eksklusif Pemerintah Kabupaten

(10)

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan pengantin, dia datang ke Puskesmas untuk

melakukan imunisasi. Dari situ kita sudah mulai masuk. Kemudian setelah menikah kita ikuti terus, rumahnya dimana, itu yang mengawal adalah motivator, kader yang ada. Kemudian ketika dia bersalin, bersalin dimana, itu kita ikuti sampai begitu dia bersalin dia harus melakukan inisiasi dini. Prosedur mengikutinya kan dengan adanya catatan medik. Dia didampingi mau bersalin dimana, di rumah sakit, di rumah bersalin, atau di bidan? Data itu di berikan kepada bidan tersebut begitu akan melakukan persalinan. Setelah itu ibu melakukan IMD didampingi petugas kesehatan. Ketika sudah pulang, motivator terdekat mengambil alih pengawalan tersebut supaya pemberian ASI Eksklusif berjalan sukses10”

Untuk mempermudah dalam pemahaman, kegiatan Kawal ASI tersebut digambarkan sebagai Gambar 211

Kegiatan kawal ASI tersebut dilakukan secara simultan dilakukan oleh fasilitator, konselor dan motivator yang sudah menerima pelatihan. Fasilitator yang ada jumlahnya sekitar 15 orang dan sudah meneriman pelatihan plus 60 jam dan fasilitator ini yang membina 5 kawedanan secara rutin.

1. Peningkatan Kapasitas

Untuk mendukung implementasi program IMD dan pemberian ASI Eksklusif, pemerintah daerah juga melakukan kegiatan peningkatan kemampuan tenaga kesehatan. Non tenaga kesehatan. Pada bulan Agustus 2006, hanya dua bulan setelah gempa, Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dan UNICEF melakukan konseling ASI yang pertama. Para kader posyandu mendapatkan prioritas utama untuk mengikuti pelatihan tersebut dengan menggunakan modul konseling ASI yang diadaptasi dari Modul 40 jam UNICEF/WHO. Selain

10

Wawancara dengan Kepala Dinas Kabupaten Klaten. op. cit. 11

Budiwibowo, L. op. cit

itu, beberapa peserta terpilih melanjutkan pelatihan untuk menjadi fasilitator. Pada bulan Juli 2007, dilakukan pelatihan untuk kader posyandu (motivator). Mereka dilatih dengan menggunakan meteri yang sudah disederhanakan berdasarkan pengalaman pelatihan pada saat tanggap darurat. Modul dibuat dengan menggunakan lebih banyak gambar dan menyederhanakan beberapa teori yang ada. Saat ini, terdapat 1 orang IBCLC (DSA), 15 fasilitator ASI, 409 konselor ASI dan 1257 motivator (kader) ASI12. Selain itu, peningkatan kapasitas lainnya yang sudah dilakukan adalah workshop ASI untuk tenaga kesehatan, lingkungan sekitar dan kader (sekitar 500 orang), kemudian workshop untuk dokter spesialis obsgyn dan spesialis anak, sosialisasi IMD terkini bagi profesi dokter, pelatihan pertumbuhan dan perkembangan bagi tenaga gizi serta pelatihan PMBA (Pemberian Makan pada Bayi dan Anak) bagi kader posyandu.

2. Komunikasi

Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten melakukan sosialisasi mengenai pentingnya ASI sebagai upaya untuk memperkuat pesan yang telah disampaikan petugas kesehatan kepada para ibu. Ruang konseling laktasi di puskesmas, rumah sakit dan kantor pemerintah di seluruh kabupaten dihiasi dengan poster, pamflet, lembar balik, alat bantu konseling dan video ASI. Selain itu, kegiatan promosi ASI juga dilakukan melalui pembuatan video dokumentar IMD dengan pelaku warga Klaten, kunjungan media, mengadakan Jambore kader ASI, lomba paduan suara konselor dan motivator ASI, serta ikrar 1000 ibu hamil mendukung IMD dan ASI eksklusif.

12

(11)

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan Baliho besar dipasang di ruang-ruang publik

di Kabupaten Klaten dengan pesan mendukung pemberian ASI. Baliho yang lebih kecil juga dipasang di setiap Puskesmas yang menampilkan gambar Ibu Bupati yang mendukung pemberian

ASI. Materi lainnya juga menampilkan Bapak Bupati sebagai tokoh sentral yang mendukung Program ASI. Tokoh agama juga ikut memberikan pesan penting tentang ASI dalam khutbah Jumat maupun dalam kegiatan religi agama lainnya. Dalam Gambar 3. Baliho Gerakan ASI Eksklusif di Tempat Publik

(12)

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan konseling pra nikah yang dilakukan oleh KUA juga

diselipkan pesan untuk calon ibu supaya bisa memberikan ASI secara eksklusif pada putra/putrinya. Pesan yang sama juga disebarluaskan melalui pertunjukan wayang supaya kaum pria sebagai penonton utama pertunjukan wayang ikut tersosialisasikan dengan program ini dan muncul kesadaran untuk ikut membantu keluarganya memberikan ASI eksklusif pada bayi-bayi yang baru lahir. Menurut hasil wawancara dengan Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Kabupaten Klaten, pemerintah menyediakan dana sekitar 1 juta rupiah bagi dalang yang mau menyelipkan pesan ini dalam pertunjukan mereka.

3. Memperkuat Sistem Kesehatan

Strategi keempat adalah memperkuat sistem kesehatan dan pelayanan kesehatan serta fasilitasnya di bawah pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten yang disinergikan dnegan lembaga kesehatan dan lembaga masyarakat lainnya. Untuk itu, setiap Puskesmas di Klaten telah

menjadi „pusat konseling laktasi” dimana setiap

Puskesmas sedikitnya memiliki 8 konselor laktasi yang memberikan kosneling pada setiap ibu hamil dan menyusui, calon pengantin, memberikan fasilitas rooming-in bagi puskesmas rawat inap yang menyediakan pelayanan kelahiran, serta menerapkan puskesmas yang bebas dari susu formula. Program Kawal ASI yang diterapkan juga setidaknya memperkenalkan 8 kontak antara petugas kesehatan (konselor) dengan para ibu yang dimulai pertama kali pada saat konseling pra nikah.

4. Strategi Evaluasi Kinerja

Dari strategi-strategi tersebut diatas, Dinas Kesehatan juga menerapkan mekanisme evaluasi

seperti dengan melihat angka prosentase IMD setiap bulannya di setiap puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya. Setiap warga yang melahirkan di Klaten mendapatkan jaminan untuk bisa melaksanakan IMD. Data mengenai jumlah ibu yang melahirkan dan pelaksanaan IMD didapatkan dari petugas konselor dan petugas gizi dari puskesmas. Jika ada suatu wilayah yang turun angka keberhasilan pemberian ASI eksklusifnya, maka akan ada tindak lanjut langsung dari Dinas Kesehatan dengan diwakili dari fasilitator program IMD dan pemberian ASI Eksklusif. Setiap fasilitator yang merupakan dokter PTT yang sudah digaji oleh negara tidak mendapatkan imbalan finansial sehingga tingkat keberlangsungan program ini relatif cukup tinggi. Untuk memonitoring distribusi susu formula, pihak pemerintah secara rutin meninjau dinamika penjualan susu formula di toko, Meskipun angka penjualan tersebut tidak bisa didapatlan secara detil, tetapi dari hasil wawancara dengan pihak distributor susu di toko menunjukkan bahwa penjualan susu menurun drastis terutama di toko di daerah perkotaan. Selain itu, strategi evaluasi lainnya adalah dengan serta memberikan sanksi bagi bidan yang nakal yang melanggar komitmennya dengan memberikan efek jera dengan memasang bendera hitam di depan klinik prakteknya serta pencabutan izin praktek setelah diberi surat peringatan sesuai dengan prosedur dan surat pernyataan yang sudah disepakati sebelumnya.

(13)

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan

IV. Dampak Substantif

Dampak substantif terhadap kelompok sasaran adalah peningkatan kesadaran para calon ibu untuk berkomitmen menuntaskan ASI Eksklusif kepada anak-anaknya. Jika sebelumnya pemahaman perempuan di Klaten hanya pada level pengetahuan maka keberadaan program gerakan ASI Eksklusif ini mampu menciptakan sebuah perubahan sampai pada tahap prilaku. ASI Eksklusif

tidak hanya sebuah wacana yang mengambang namun menjadi sebuah agenda yang hampir melekat pada ideologi setiap individu yang menuntut suatu tindakan yang nyata. Oleh karena itu setelah inisiasi ini muncul, jumlah cakupan ASI Eksklusif terus mengalami kenaikan yang cukup significant. Hal ini seperti yang tercatat pada gambar di bawah ini bahwa dalam periode tahun 2007-2011, cakupan ASI Eksklusif mengalami kenaikan yang cukup tinggi, yakni dari 22,7% menjadi 79,9%.

Sumber : Roekmito R, Pengalaman Klaten dalam Program IMD dan ASI Eksklusif (ppt)

Selain itu, angka prosentase Inisiasi Menyusui Dini (IMD) juga meningkat tajam, sekitar 83-85%, dan ini sudah menjadi isu nasional. Di tingkat nasional seorang ibu yang melahirkan sekarang dianjurkan untuk melakukan IMD sebagai perlakuan awal dari ASI Eksklusif13. Kondisi tersebut praktis juga memberi dampak yang menyeluruh terhadap penguatan kapasitas para ibu untuk menciptakan berbagai strategi dalam menuntaskan Asi Eksklusif dimana setiap ibu tidak berada dalam

13

Wawancara dengan Kepala Dinas Kabupaten Klaten. op. cit.

peran yang seragam. Para ibu yang berperan sebagai ibu rumah tangga tentu tidak terlalu sulit karena dapat mendampingi anaknya secara penuh sehingga memiliki peluang yang lebih mudah untuk menyusui setiap saat. Sementara para perempuan yang bekerja di luar rumah terlebih dengan waktu yang tidak fleksibel harus melakukan beberapa penanganan khusus agar anak-anak mereka tetap dapat mengkonsumsi ASI meskipun ibunya tidak sedang bersamanya. Mereka biasanya akan menjalankan strategi memerah di tempat kerja dan menyimpannya dengan ketentuan tertentu dan

22,7

43,4

60,2

76,13 79,9

0 20 40 60 80 100

2007 2008 2009 2010 2011

Gambar. 5

(14)

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan orang yang membantunya di rumah akan

memberikannya kepada bayi sesuai kebutuhan. Maka sebetulnya orang-orang di sekitar para ibu yang juga memiliki andil dalam keberhasilan menyusui secara eksklusif. Mereka juga terintervensi untuk memiliki persepsi yang sama tentang manfaat, cara melakukan, dan ragam pola pemenuhannya kebutuhan tersebut. Oleh karena itu selain pada konteks individu atau target utama para ibu, program ini juga memberikan dampak yang lebih luas kepada lingkungan sekitar dalam menciptakan sebuah sistem pendukung (support system) yang kolektif. Di lingkungan medis, inovasi ini telah memberi dampak pada adanya kegiatan-kegiatan pelatihan untuk membentuk para tenaga kesehatan agar memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mendampingi para ibu yang hendak menyusui secara eksklusif. Pelatihan terkait juga dilakukan untuk tenaga gizi dan kader posyandu tentang pemberian makan pada bayi dan anak. Kondisi ini menciptakan perubahan positif dimana para tenaga kesehatan menjadi tidak lagi bekerja sama dengan produsen susu formula

dan mengarahkan para ibu untuk memberikan makanan pendamping ASI pada saat dan dengan komposisi yang tepat.

Sebagai bentuk kontrol sosial untuk menjaga konsistensi prilaku ASI Eksklusif, inovasi ini juga mendorong terjadinya sebuah pelatihan fasilitator, konselor dan motivator. Saat ini telah terbentuk Ikatan Konselor ASI Klaten yang tediri dari 450 konselor yang tersebar di rumah sakit dan puskesmas Klaten dan 1257 motivator yang menyebar sampai pada tingkat RT14. Para motivator ini tidak hanya bergerak untuk menguatkan para ibu tapi juga seluruh anggota keluarga yang ada di sekitar para ibu. Jika sebelumnya, orang tua para ibu yang menyusui atau bahkan tim medis cenderung mengarahkan agar bayi dapat diberi tambahan susu formula atau makanan pendamping ASI sebelum 6 bulan maka melalui motivator dan konselor tersebut, program ini mampu memberi pendekatan agar persuasi dan kebiasaan lama

14

Roekminto Rony op cit. h.6

Gambar.6.Dampak Inovasi terhadap Penguatan Kapasitas yang Komprehensif

asi

eksklusif

ibu dan

bayi

dokter

obsgyn, dok

ter

anak, bidan

keluarga, teta

ngga, kantor

media

(15)

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan semacam itu tidak terjadi lagi. Saat ini baik tenaga

kesehatan, para orang tua, kelompok sebaya dan mungkin juga para tetangga sudah memiliki pola berpikir yang sama untuk selalu memberikan dukungan penuh jika mendapati ibu-ibu yang sedang menjalankan program menyusui secara eksklusif. Dengan demikian secara kultural, kesadaran untuk merealisasikan peningkatan cakupan ASI Eksklusif dibangun dengan menumbuhkan tanggung jawab bersama dan tidak hanya dibebankan kepada perempuan yang menyusui. Sehingga ketika terjadi keberhasilan maupun kegagalan maka salah satu yang menjadi sorotan adalah mekanisme sistem kultural yang terjadi tersebut.

Di lain pihak, inovasi ini berhasil menghasilkan sebuah kebijakan yang telah memberi dampak secara kelembagaan baik bagi pemerintah daerah maupun instansi-instansi kerja. Sebagai bentuk kontrol untuk menjamin terlaksananya progam, kemunculan Peraturan Daerah tentang ASI Eksklusif memiliki peran yang sangat startegis. Peraturan tersebut menjadi sebuah catatan tentang keseriusan para aparatur dalam mengelola pemerintahannya agar senantiasa berada dalam idealisasi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu secara kelembagaan, Klaten berhasil menjadi salah satu pemerintah daerah yang memiliki karakter kuat untuk menerjemahkan tata kelola pemerintahan yang baik dan sensitif terhadap kepentingan warganya. Hal ini meskipun belum semua wilayah terjangkau oleh inisiasi program namun setidaknya telah terbentuk 4 kecamatan sayang bayi yakni di kecamatan Karangdowo, Gantiwarno, Jatinom dan Prambanan serta di semua Puskesmas telah terbentuk KP ASI baik di tingkat desa maupun posyandu15. Selain itu

15

Roekmito R, ibid h. 8.

kemunculan kebijakan dapat menjadi acuan bersama dalam melepaskan diri dari ketergantungan industri seperti ekspansi produsen susu formula agar kemandirian dalam menuntaskan ASI Eksklusif tetap berada dalam koridornya. Di lingkungan kerja sendiri juga muncul komitmen untuk menyediakan beberapa fasilitas penunjang bagi para ibu yang bekerja dan menyusui seperti ruang laktasi, kesempatan untuk memerah bahkan kulkas di tempat kerja untuk menyimpan asi perah.

V. Institusionalisasi dan Tantangan

Upaya pelembagaan untuk mengawal inovasi gerakan ASI Eksklusif ini adalah dengan menerbitkan berbagai kebijakan yang merujuk pada UU RI No.36.2009 tentang Kesehatan. Berdasarkan UU tersebut, Kabupaten Klaten mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) No.7/2008 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif yang diturunkan kembali sampai pada peraturan Bupati. Perda tersebut mengatur tentang IMD dan ASI Eksklusif, jaminan untuk memberikan perlindungan serta tidak melanggar hak-hak ibu dan bayi. Selain itu, arena yang menjadi sasaran program adalah lingkungan sekitar seperti keluarga, masyarakat dan institusi dengan prioritas tersedianya ruang laktasi di insitiusi , perkantoran pemerintah/swasta dan tempat umum. Beberapa pasal yang menjadi poin kunci peraturan untuk mendorong seluruh pihak agar mendukung pelaksanaan gerakan ASI Eksklusif adalah16: Pasal 4 yang menegaskan bahwa setiap tenaga kesehatan yang melakukan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan dan perawatan kesehatan ibu dan anak wajib memberikan informasi dan anjuran tentang pentingnya IMD kepada ibu dan keluarganya; setiap

16

(16)

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan sarana pelaynan kesehatan yang memberikan

pelayanan pertolongan persalinan wajib menyediakan sarana dan prasaran bagi ibu meliharikan untuk melakukan IMD dan setiap tenaga kesehatan yang melakukan pertolongan persalinan dan perawatan ibu dan anak wajib membantu melakukan IMD kecuali ada alasan medis tertentu. Terkait dengan anjuran ASI Eksklusif pasal 5 menjelaskan bahwa ASI Eksklusif diberikan kepada bayi sejak bayi lahir sampai usia 6 (enam) bulan dan dilanjutkan pemberian ASI sampai anak berusia 2 (dua) tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai. Selain itu masih dalam pasal yang sama disebutkan bahwa setiap tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan lainnya wajib memberikan informasi dan bimbingan kepada masyarakat terutama semua ibu yang baru melahirkan, ibu hamil, calon pengantin dan remaja putri tentang manfaat ASI Eksklusif dan cara menysui yang baik serta tidak memberikan makan tambahan apapun termasuk susu formula kecuali atas indikasi yang ditentukan oleh dokter. Bagi tenaga kesehatan pasal 6 mengatur bahwa setiap saran pelayanan kesehatan wajib menyediakan ruang laktasi guna mendukung keberhasilan Program IMD dan ASI Eksklusif. Tempat-tempat umum dan perkantoran/instansi baik milik pemerintah maupun swasta juga diwajibkan untuk menyediakan ruang laktasi guna mendukung keberhasilan pelaksanaan ASI Eksklusif.

Untuk mempercepat keberhasilan implementasi dari kebijakan tersebut, Pemerintah Daerah terus berkoordinasi dengan SKPD. Dalam proses pembinaan dan pengawasan, di tingkat daerah Bupati juga membentuk tim Pembina dan Pengawas yang bertugas untuk melaksanakan sosialisasi tentang kebijakan kepada masyarakat sekaligus melakukan pembinaan kepada tenaga

kesehatan serta mengevaluasi program. Secara sosial, Peraturan tentang IMD dan ASI Eksklusif juga memuat tentang pentingnya keterlibatan orang-orang di sekitar ibu yang sedang menyusui seperti pada pasal 5 ayat 3 : Setiap ibu melahirkan, suami dan keluarganya berkewajiban untuk berperan aktif

dalam program IMD dan ASI Eksklusif.

Bagi tenaga kesehatan Pemda Klaten mengeluarkan kebijakan bagi para bidan yang hendak bekerja di puskesmas atau rumah sakit harus menandatangani MoU yang memuat perjanjian untuk berkomitmen penuh mendukung ASI Eksklusif dan menentang promosi susu formula17. Jika dalam penyediaan fasilitas penunjang ASI Eksklusif maka pihak-pihak yang terlibat akan diberikan penghargaan. Namun sebaliknya apabila dalam pelaksanaan kegiatan terjadi pelanggaran baik di tempat pelayanan kesehatan, lingkungan kerja pemerintah atau swasta maupun di tempat-tempat umum maka akan dikenakan sanksi yang sifatnya graduatif.

Menurut beberapa kalangan masyarakat peraturan tersebut memang belum sepenuhnya diimplementasikan secara merata di seluruh wilayah. Bagi masyarakat perkotaan yang diasumsikan lebih dekat dengan pusat kota dan pemerintahaan cenderung memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan informasi berikut layanan optimal lainnya. Namun untuk masyarakat yang berada di daerah pedesaan, di samping peraturan ini juga masih baru, sistem operasionalisasinya juga terbatas. Beberapa warga ada yang masih belum mengetahui tentang gebrakan Pemerintah Daerah Klaten tersebut sehingga banyak bayi di daerah pedesaan yang

17

(17)

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan mengkonsumsi susu formula sebelum usianya

enam bulan. 18

Pada konteks yang lain, upaya untuk menjaga konsistensi implementasi kebijakan juga bukan persoalan yang sederhana. Ada beberapa tantangan yang dapat menjadi kendala yakni. :

1. Intervensi produsen susu formula yang dalam logika industri akan tetap melakukan promosi agar akumulasi keuntungan terus terjadi. Para bidan, tenaga kesehatan lainnya dan bahkan kepala Dinkes sering dihubungi secara pribadi dengan dijanjikan kompensasi yang menggiurkan jika bersedia menanggalkan komitmen ASI Eksklusif dan bergabung kembali sebagai mitra susu formula. Terlebih di dalam wilayah Klaten sendiri terdapat pabrik susu formula yang secara legal-formal memiliki ijin usaha sehingga mereka secara geografis sangat mudah untuk melakukan ekspansi pasar. Kondisi ini masih ditambah dengan masih melemahnya beberapa kesadaran masyarakat terutama di daerah pedesaan tentang pentingnya ASI Eksklusif. Keterbatasan akses informasi, sarana dan layanan fasilitas kesehatan menjadi kendala utama untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif di wilayah-wilayah pedesaan. Sampai saat ini Pemerintah Daerah Klaten tampaknya hanya dapat berupaya melalui pengembangan sosialisasi dengan lebih optimal sebab untuk melakukan perombakan yang

18

Hasil wawancara dengan Endang (Warga Klaten), 25 Agustus, 2011

lebih besar tentu membutuhkan kapital yang besar dan mekanisme yang tidak sederhana. Hal inilah yang dianggap sebagai potensi ancaman yang harus selalu diwaspadai.

2. Menurunnya semangat tenaga kesehatan karena faktor kejenuhan dalam mengelola rutinitas. Pola aktivitas keseharian untuk selalu mempertahankan ideologi sebagai pelayan masyarakat agar keberhasilan capaian ASI Ekskulif tetap terjaga tentu membutuhkan energi yang luar biasa. Sementara industri dengan ambisinya juga tidak pernah berhenti untuk menawarkan sebuah kepraktisan yang berujung pada nilai komersialisasi yang tinggi. Jika sensitivitas tersebut tidak segera ditindaklanjuti maka akan menjadi sebuah fase kritis yang memungkinkan komitmen para tenaga kesehatan tersebut meluntur.

(18)

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan

VI. Lesson Learnt dan Catatan Kritis

Dari sisi inovasi, program ini berhasil menjadi contoh dari kebijakan yang memuat inisiatif pemimpin yang kuat.. Kebijakan yang akhirnya muncul adalah sebuah produk dari keprihatinan terhadap masyarakat yang dibangun melalui kesadaran bersama akan pentingnya sebuah payung hukum yang dapat melindungi dan menjamin pemenuhan hak-hak dasar mereka sebagai warga negara. Pada konteks kepemimpinan (leadership) komitmen untuk mengemban tugas sebagai pengayom masyarakat juga layak untuk diapresiasi. Hal ini ditunjukkan dengan cepat dan tanggapnya Kepala Pemda Klaten dalam merespon realisasi Gerakan ASI Eksklusif ini hingga ranah struktural. Padahal Perda tersebut adalah yang pertama kali di Indonesia sehingga membutuhkan proses yang panjang mulai dari merumuskannya, negosiasi di level legislatif hingga sosialisasi. Namun dengan kemampuan kempemimpinan yang pro terhadap kebutuhan masyarakat, tim yang dimandatkan berhasil membuat Perda yang diharapkan dalam durasi yang relatif cepat.

Demikian halnya dengan Kepala Dinas Kesehatan yang selama ini menjadi motor penggerak utama pemeliharaan program ini. Produsen susu formula tidak pernah berhenti membujuknya untuk bergabung dengan iming-iming yang sangat menggiurkan. Namun penolakan yang dilakukan menunjukan bahwa kepemimpinan yang memiliki integritas terhadap masyarakat adalah salah satu kunci keberhasilan sebuah pemerintahan. Terakhir secara kelembagaan Pemda Klaten juga berhasil menciptakan sistem institusional yang seragam dalam merespon dan mendukung pemenuhan kebutuhan ASI Eksklusif.

Hampir seluruh instansi pemerintah maupun swasta dan bahkan tempat-tempat umum saat ini sudah memiliki ruang laktasi lengkap dengan mekanisme pengaduan jika fasilitas penunjang tersebut tidak dipenuhi. Oleh karena itu praktik baik yang dilakukan Pemda Klaten ini dapat dikategorikan sebagai realisasi dari perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) terutama dalam konteks penyelenggaran pemerintahan yang responsif, partisitatif, efektif dan efisien. Peraturan yang diberlakukan untuk melindungi hak ibu dan anak selain juga karena peran pemerintah juga penting untuk mendapatkan intervensi dari aktor eksternal seperti dalam inovasi ini, UNICEF menjadi pihak pendukung yang memberikan banyak pembelelajaran.

VII. Peluang Replikasi

(19)

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan pemberian ASI pada pelayanan ANC (Atenatal

Care), pelayanan kesehatan bagi ibu selama kehamilan.19.

Dokumen Perda dapat dijadikan acuan untuk pembuatan peraturan serupa tentang ASI. Beberapa instrumen penting lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang proses replikasi adalah Modul Pelatihan Konselor Laktasi dan Modul Pelatihan Fasilitator dimana keduanya dapat menjadi panduan teknis yang komprehensif. Modul tersebut memuat tentang berbagai wacana penting terkait dengan mengapa mendiskusikan tentang praktek menyusui berikut ASI Eksklusif menjadi penting. Selain itu, instruksi terperinci cara mengajar setiap sesi, latihan yang akan dikerjakan perserta berikut jawabannya, lembaran ringkasan, ceklis dan cerita-cerita yang diungakan selama ses praktik dalam pelatihan20.

1) Bagi daerah yang ingin mereplikasi program ini perlu melakukan beberapa strategi: Penguatan dan pengembangan kapasitas komunitas lokal karena berdasarkan pengalaman Klaten, kesadaran masyarakat tentang pentingnya ASI Eksklusif adalah dorongan utama untuk sebuah produk Perda. Hal ini juga dianggap sebagai sebuah metode yang efektif sebab mengangkat isu ASI Eksklusif yang selama ini cenderung menjadi isu rumahan menjadi isu publik bukanlah persoalan sederhana. Terlebih benturan dengan aspek budaya dimana aktivitas menyusui lebih sering dilekatkan kepada perempuan atau ibu tapi bukan tanggung jawab bersama yakni suami, keluarga dan lingkungan

19

Unicef, op cit h.7 20

WHO, UNICEF, Modul Pelatihan Konseling Menyusui h.2

sekitar21. Tantangan inilah yang sebaiknya menjadi agenda bersama bagi daerah yang ingin mengupayakan capaian serupa.

2) Komunikasi dan Penguatan Sistem Kesehatan terkait dengan lingkungan pertama yang akan dihadapi oleh ibu setelah melahirkan dan menuju proses menyusui. Para tenaga kesehatan inilah yang akan menjadi rujukan pertama dalam konsumsi informasi tentang manfaat, cara dan strategi menyusui termasuk ideologi untuk menolak intervensi susu formula agar minimal berhasil mencapai eksklusif enam bulan. Oleh karena itu penting untuk melakukan persamaan persepsi pada seluruh tenaga kesehatan sehingg dapat menopang keberhasilan setiap perempuan dalam prilaku menyusui.

3) Advokasi kebijakan yang idealnya dilakukan Indonesia secara nasional untuk program-program yang sama di kabupaten-kabupaten. Namun karena ketiadaan hal tersebut atas berbagai alasan keterbatasan, maka pemerintah daerah dapat melakukan insiatif untuk membangun sebuah legal-formal yang dapat digunakan sebagai panduan sekaligus sistem kontrol pelaksanaan program yang tentunya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Referensi

Dokumen :

Dokumentasi Pengalaman Berharga; Program Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. UNICEF

Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu Ekskusif

WHO-UNICEF, Modul Pelatihan Konseling Menyusui.

21

(20)

Gerakan Inisiasi Menyusui Dini dan WHO-UNICEF, Modul Pelatihan Fasilitator.

Wawancara :

Dr. Rony Roekminto M.Kes, Kepala Dinas Kesehatan Klaten (Wawancara pukul 10.00 WIB, Tanggal 6 Juni 2012)

Dr. Limawan Budi Wibowo, M.Kes, Kepada Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Klaten, (Wawancara pukul 13.00 WIB, Tanggal 21 Juni 2012)

Sri Sundari Indriyastuti M.Kes(Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Klaten, (Wawancara pukul 11.00 WIB, Tanggal 15 Juni 2012)

Sri Hastuti Suprihandini, SKM, Kepala Seksi Gizi, Dinas Kesehatan Klaten. (Wawancara pukul 11.00WIB, Tanggal 27 Juni 2012)

Endang (Warga Klaten), 25 Agustus, 2011, pukul 07.00 WIB

Website :

BPS Kabupaten Klaten, Klaten dalam Angka, klatenkab.bps.go.id, diakses dari

http://klatenkab.bps.go.id/index.php?option=com_co ntent&view=article&id=30&Itemid=32, pada tanggal 2 Juli pukul 00.45.

Budiwibowo, L, Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Secara Eksklusif, www. gizi.depkes.go.id diakses dari

http://gizi.depkes.go.id/hasil_pertemuan/IMD-DKK-Klaten.pdf pada 2 Juli 2012 pukul 01.25

Pemkab Klaten, Letak dan Data Geografi, www. klatenkab.go.id, diakses dari

http://

http://www.klatenkab.go.id/geografis.html, pada tanggal 1 Juli 2009 pukul 24.00.

Gambar

Tabel 1. Pendanaan untuk Program PMBA di Klaten dalam rupiah (informasi diberikan oleh Kantor
Gambar 1. Strategi Program IMD dan Pemberian ASI Eksklusif Pemerintah Kabupaten Klaten
Gambar 2. Kegiatan Kawal ASI Program IMD dan Pemberian ASI Eksklusif Pemerintah Kabupaten
Gambar 3. Baliho Gerakan ASI Eksklusif di Tempat Publik
+2

Referensi

Dokumen terkait

SQE.11 2. Evaluasi praktek professional berkelanjutan dan tinjauan tahunan bagi setiap anggota staf medis dilakukan dengan proses yang seragam yang dijelaskan oleh kebijakan RS..

Peran manajemen pendidikan dalam masyarakat multikultural menjadi penting, karena manajemen pendidikan multikultural adalah proses memberikan gambaran, tentang

Relawan Demokrasi melakukan sosialisasi politik yang merupakan bagian dari upaya peningkatan partisipasi pemilu, dimana pemilu merupakan bagian penting dalam sistem

Spaced Repetition Software adalah sebuah sistem yang memanfaatkan algoritma spaced repetition yang digunakan untuk memberikan jeda atau interval pada saat melakukan

[r]

Penelitian ini mengangkat tema tentang bagaimana efektivitas kebijakan pelarangan yang dibentuk oleh pihak Kapolres Bangka Selatan terhadap penurunan intensitas konflik

Proses selanjutnya yaitu pentuan tatanan massa. Tatanan massa pada Japan Theme Park didasarkan pada pembagian dan pengelompokkan kebudayaan Jepang apa saja yang

Djoko Susilo Adhy, MT , selaku dosen pembimbing I terimakasih telah memberikan ilmunya serta semangat dan dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Nina Anindyawati,