• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Desentralisasi sebagai Upaya (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pelaksanaan Desentralisasi sebagai Upaya (1)"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

Pelaksanaan Desentralisasi

sebagai Upaya Reformasi

Pembangunan Kesehatan

(Perspektif tenaga SKM)

Hibsah Ridwan

(2)

UUD 45 (Pasal 34) mengamanatkan

Negara bertanggung jawab untuk memenuhi hak rakyat untuk hidup

sehat. Oleh karena itu, pemerintah harus menjamin agar rakyat dapat menikmati hidup sehat, di lingkungan fisik dan sosial yang sehat, dan berperilaku hidup sehat sehingga mereka mampu hidup produktif.

(3)

 Kita memerlukan Sistim Kesehatan Nasional (SKN)

 SKN adalah tatanan yang menghimpun

(4)

 Upaya tersebut antara lain adalah upaya kesehatan yang terdiri dari upaya

kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) yang saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.  Sebagai sebuah subsistem dari

SKN,diperlukan Sistim Pelayanan Kedokteran Terpadu ( SPKT )

(5)

URUSAN WAJIB DAN SPM

DALAM UU NO. 32 TH 2004

Daerah Kab dan Daerah Kota wajib:

◦ menyelenggarakan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,

◦ pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan,

◦ serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pemerintah dan Daerah, serta antar Daerah

(6)

6/7/18 6

URUSAN WAJIB DAN SPM

DALAM UU NO. 32 TH 2004

(lanjutan . . .)

 Urusan Wajib ditetapkan untuk:

◦ melindungi hak-2 konstitusional perorangan/masy,

◦ melindungi kepentingan nasional dalam rangka menjaga keutuhan NKRI, kesejahteraan

masyarakat, ketenteraman dan ketertiban umum

◦ untuk memenuhi perjanjian/konvensi Internasional.

 Kab/Kota melakukan urusan wajib di bidang

kesehatan dengan menyelenggarakan SPM Bidang Kesehatan

(7)

KEBIJAKAN

DESENTRALISASI KESEHATAN

1. Memperhatikan aspek demokrasi, keadilan,

pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman daerah.

2. Didasarkan kpd otonomi luas, nyata &

bertanggungjawab.

3. Desentralisasi bidang kesehatan yang luas dan

utuh dile-takkan di Kabupaten dan Kota,

sedangkan desentralisasi bidang kesehatan di Propinsi bersifat terbatas.

4. Pelaksanaan desentralisasi bidang kesehatan harus

(8)

6/7/18 8

KEBIJAKAN

DESENTRALISASI KESEHATAN

(lanjutan . . . )

5. Lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom dgn meningkatkan kemampuan daerah dlm

pengembangan sistem kesehatan dan manajemen kesehatan.

6. Harus lebih meningkatkan peran dan fungsi badan legislatif daerah, baik dalam hal fungsi legislasi, fungsi pengawasan, maupun fungsi anggaran.

7. Sebagai pelengkap, dilaksanakan pula dekonsentrasi bidang kesehatan yang diletakkan di daerah propinsi sebagai wilayah administrasi.

8. Dimungkinkan pula dilaksanakan tugas pembantuan bi-dang kesehatan, khususnya dalam hal

penanggulangan kejadian luar biasa, bencana, dan masalah-masalah kegawatdaruratan kesehatan

lainnya

(9)

Masalah dalam Pelaksanaan Reformasi Kesehatan

(10)

Derajad Kesehatan

(11)

PENCAPAIAN STATUS

KESEHATAN

N

O INDIKATOR

Pencapaian

Sasar an

2004 2005 2006 2007 2009

1 100.000 LH)

GIZI KURANG

(12)

Situasi kesehatan 2007

(Riskesdas 2007)

 Transisi epidemiologis dengan catatan

◦ Penyakit menular menurun lambat, beberapa tetap menjadi persoalan: TB, DBD, malaria

◦ Penyakit tidak menular meningkat: stroke, hipertensi, DM

 Disparitas

◦ antar wilayah

◦ Perkotaan vs pedesaan

◦ Miskin dan tidak miskin

(13)
(14)

UHH berbeda antar wilayah

(15)
(16)

Riskesda, 2007

KEMISKINAN & KESAKITAN

(17)
(18)

PelayananKesehatan

(19)
(20)

Self Care Primary Care

Seconda ry

Tertiar y

Tertiary Care

Se con

da

ry C are

Primary

Care S

Pelayanan kedokteran yang ‘unstructured’

(21)

kita dihadapkan dengan globalisasi yang

membuka pintu seluas-luaskan bagi

keluar-masuknya arus barang dan jasa

antar negara, termasuk jasa layanan

kesehatan

Makna globalisasi ini bagi dokter Indonesia

adalah harus mempunyai kompetensi

global dan siap berkompetisi dengan

(22)

Banyak negara mengalami hal yang sama

beberapa negara Asia dan Eropa berhasil

menata kembali sistem kesehatannya

dengan menerapkan Primary Health

Care(PHC) sebagai strategi pembangunan

kesehatan

PHC tetap layak sebagai strategi

mengorganisasi sistem kesehatan dan

masyarakat untuk mencapai target

Millenium Development Goals

(23)

konsep PHC

1) Menggalang potensi pemerintah-swasta-masyarakat lintas sector (kesehatan,

pendidikan, perumahan, gizi, sanitasi dll),

mengingat kesehatan adalah tanggung jawab bersama;

2) Menyeimbangkan layanan kuratif dan preventif

3) Memanfaatkan teknologi secara tepat guna pada setiap tingkat layanan, mengingat

perkembangan teknologi lebih berorientasi ke penyakit dan organ tubuh yang jika tidak

(24)

 Terbatasnya kemampuan pemerintah

menjadikan PHC identik dengan program murahan, untuk orang miskin, tidak

berkualitas dan tidak efisien

 Di sisi lain layanan swasta (praktik dokter, klinik, rumah sakit), apalagi sektor lain

seakan di luar naungan konsep PHC.

(25)

 Layanan swasta ini yang jumlahnya jauh lebih banyak bebas mengikuti mekanisme pasar menawarkan layanan yang sarat

kuratif

 Membangun mind-set masyarakat berorientasi kuratif dan mendorong tumbuhnya komersialisasi layanan

(26)

 Pendidikan tenaga kesehatan (dokter,

bidan, perawat, SKM, dll) belum link dengan konsep PHC

 Adanya keinginan pimpinan daerah untuk membangun rumah sakit mewah,

 Adanya keinginan pemerintah pusat membangun rumah sakit kelas dunia

menunjukkan kentalnya orientasi kuratif di Indonesia

(27)
(28)

Cakupan Pertolongan Persalinan

Kab. Miskin, 2001-2007

(29)

Mutu Program Kurang Baik

(30)

Prev. Menyusui ASI Saja: DO 50%

Catatan: SDKI 2007, 6-7 bulan  7,2%; 4-5 bulan  17,8%

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Umur (bulan)

Kuintil-1-2 Kuintil-3-4

Kuintil-5

(31)
(32)

Lingkungan “tidak sehat”

 Food safety

◦ Keracunan pangan di berbagai institusi

◦ Pencemaran bakteri, bahan berbahaya di anak sekolah

 Narkoba

 Pencemaran Udara, air, tanah dan laut

(Kodim, Nasrin: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, vol 2,no 6, juni 2008:241-242)

(33)

Ciri-2: Capaian substandar

(34)

Perilaku Kesehatan

(35)

Perilaku tidak sehat

 Merokok (di semua kel umur >15 th, di kota dan desa, miskin dan tidak miskin)

 Kurang aktivitas fisik ( ± 50 % di semua gol)

 Perilaku cuci tangan (± 25 % di semua gol)

 Narkoba

(36)

Tenaga Kesehatan

(37)

Ciri 5: Desentralisasi blm optimal

(38)

Kinerja substandar

(39)
(40)

Redefinisi sektor

kesehatan

Sektor kesehatan

bukan hanya

pelayanan

kesehatan, apalagi

pelayanan

kesakitan

(41)

Redefinisi sektor

kesehatan

 Menyediakan

lingkungan yang lebih sehat

 Mengubah perilaku

kearah yang lebih sehat

 Pelayanan kesehatan

yg cost effective

 Gizi sebagai

investasi generasi masa depan

(42)

Redefinisi sektor

kesehatan

Sektor Kesehatan

tidak sama dengan

Sektor kedokteran

Status

Tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan

(43)

Prinsip mengubah sistem !

Dunia tidak akan

bisa melewati krisis yang ada dengan

menggunakan cara berpikir

yang sama yang menyebabkan

krisis itu

(44)

No more Washing dishes !

Masyarakat Sejahtera

“Tidak Sehat”

Pembangunan

Efek samping

Program Kesehatan

(45)

Jangan ada lagi

“traditional planning”

Isyu Sektoral Program

Kesehatan

(46)

Kesehatan berbasis

wilayah

Isyu Kesehatan

Regional Program Regional RegionalIsyu Kesehatan Regional

(47)

Tradisi menurunkan

AKI/AKA

 Penyediaan sarana kesehatan, cakupan kunjungan, cakupan komplikasi, cakupan

pertolongan persalinan, cakupan pelayanan nifas

 Peningkatan cakupan neonatal, cakupan kunjungan bayi

(48)

Reinventing program

menurunkan AKI/AKA

 Kesetaraan gender: dalam kesempatan sosial dan ekonomi

 Paradigma kelahiran vs kematian

 Geografis:

◦ pembagian peran dukun, paramedis/bidan, dokter

◦ Produksi, distribusi, karir, peningkatan kemampuan tenaga bidan

 Kesehatan remaja

(49)

Tradisi Perbaikan Gizi

Masyarakat

kerjasama lintas sektor

Pemberian Kapsul Vitamin A, zat besi (Fe)

dan garam beryodium

survailans gizi.

pendidikan masyarakat tentang pola hidup

sehat dan penerapan gizi seimbang

ASI eksklusif

MP-ASI

(50)

Reinventing Perbaikan Gizi

Masyarakat

 Penanggulangan kemiskinan

 Produksi dan distribusi pangan

 Struktur kurikulum sekolah dasar

 Keamanan pangan jajan sekolah

 Kesetaraan gender

(51)

Pencegahan penyakit Pengobatan

Gizi anak Kesehatan Ibu

Infrastruktur yankes

Imunisasi

Pemanfaatn layanan kesehatan

Kepemerintaha n:

.Anti korupsi .Penyediaan anggaran

.Akuntabilitas .Insentif

Jaminan sosial-kes Pendapatan

keluarga

Sektor Determinan antara Penyebab langsung

(52)

ANGKA KEMATIA

N BAYI& BALITA

Pencegahan penyakit Pengobatan

Gizi anak Kesehatan Ibu

Perawatan post partum

Gizi ibu

Penyakit infeksi Keluarga Berencana

Pencarian pengobatan

Pemberian ASI Imunisasi

Pemanfaatn layanan kesehatan

Pendidikan: .Pendidikan perempuan .Partisipasi sekolah

.Biaya pendidikan

Penolong persalinan

Sektor

SINERGISME ANTAR SEKTOR

Determinan antara Penyebab langsung

(53)

Prinsip mengubah sistem !

Dunia tidak akan

bisa melewati krisis yang ada dengan

menggunakan cara berpikir

yang sama yang menyebabkan

krisis itu

(54)

Daur Hidup:

menyelesaikan AKI

 Paradigma anak

 Kesehatan

bayi/anak/ remaja  Pengetahuan

remaja tentang reproduksi

 paradigma

kelahiran/kematian  “3 keterlambatan”

 “SJSN”

(55)

Self Care Primary Care

Secondary Tertiary

Sistem

Pendidikan

Sistem

Pembiayaan

Sistem Rujukan

Sistem Pemeliharaan dan Pelayanan Kedokteran Terpadu

‘Competency

Based’

‘Managed Care’/ JPKM/

SJKN

(56)

Common diseases

1993

Level of care of common diseases

(57)

Pergeseran dari

‘Unstructured Service’

ke

‘Structured Service

(‘Family Doctor Based’)

(58)
(59)

Self Care Primary Care

Secondary Tertiary

Tertiary Care Seco

ndar y

Care

Primary Care

Se lf C

are Unstr

ucture d

Pelayanan Kedokteran dari

‘Unstructured’

Ke

‘Structured’

Struct

ured

Dokter Keluarga Dokter Spesialis

(60)

Bagaimana Peranan

Sarjana Kesehatan Masyarakat

(61)

PEDESAAN

YG DITINGGAL:

Efek

Urbanisasi

Less resourcesLess powerIndustri tdk

terkendali Stagnasi dan

Degradasi Pedesaan

Poverty

Pelayanan memburukIgnorancy menghebat

DO pendidikanSanitasi dan higiene

Buruk

Status gizi mburukPolusi

Limbah industri

Vector borne diseasePenyakit berbasis lingk

(62)

Pertumbuhan

(63)

ANGKA KEMATIA

N BAYI& BALITA

SINERGISME ANTAR SEKTOR

Sektor Determinan antara Penyebab langsung

Pencegahan penyakit Pengobatan

Gizi anak Kesehatan Ibu

Gizi ibu

Penyakit infeksi Keluarga Berencana Infrastruktur

yankes

Pencarian pengobatan

Pemberian ASI Imunisasi

Pemanfaatn layanan kesehatan

KESEHATAN: Ketrampilan petugas,

Prioritas yg miskin

Public-private mix

(64)

ANALISIS

KEBIJAKAN HLTH

POLICY

KEBIJAKAN HLTH

POLICY

KEBIJAKAN HLTH

POLICY

PUSAT

PROPINSI

KAB/KOTA

HARAPANNYA

SETIAP JENJANG

MAMPU…

Purwadi Junadi

FKM UI 6/7/18 64

(65)

SPEKTRUM EQUITY DAN AKSES

(yg blm difahami pimpinan daerah)

Healthy Public Policy:

Preventif Promotif Proteksi kes

UKBM

Pustu Bides

PH Nursing

(66)

MANFAAT

BIAYA KESEHATAN YG HARUS DIKELUARKAN

Frontier

(lingkup maks) Manfaat

Non-public goods

Primary care, public health

Kapasitas yan RS Mgmt Yan

RS

Performan layanan RS

Kemandirian & Proteksi Kesehatan Bagi tak-mampu

Jumlah yan elektif RS

PILIHAN2 ARAH KEBIJAKAN

YANG KURANG TEPAT

Kedarura tan Public health (Poned

dsb)

Pemimpin cenderung disini

Purwadi Junadi FKM UI

(67)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

 Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi. dan Tata Kerja

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah mengenai “B agaimana pertunjukan seni terebang gebes grup Candralijaya pada

saat pengumpulan data penelitian, dilakukan dengan cara observasi non partisipan. Peneliti tidak terlibat dalam memainkan objek yang di teliti, melainkan hanya.. observasi

[r]

PERTUNJUKAN SENI TEREBANG GEBES GRUP CANDRALIJAYA PADA ACARA HAJAT LEMBUR.. DI KAMPUNG CIRANGKONG DESA CIKEUSAL KECAMATAN TANJUNGJAYA

Ruky (2001) menguraikan bahwa tercapai atau tidaknya suatu tujuan perusahaan tidak semata-mata karena perusahaan telah memiliki bawahan dengan kemampuan yang baik dan tinggi,

[r]