• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 aspek spiritual budaya 2 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "1 aspek spiritual budaya 2 2"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP SPIRITUAL

DALAM KEPERAWATAN

(2)

PENDAHULUAN

• Perawat sebagai tenaga kesehatan yang

professional mempunyai kesempatan

paling besar untuk memberikan

pelayanan kesehatan khususnya

pelayanan/asuhan keperawatan yang

komprehensif dengan membantu klien

(3)

.

• Perawat memandang klien sebagai

makhluk bio-psiko-sosiokultural dan

spiritual yang berespon secara holistik

dan unik terhadap perubahan kesehatan

atau pada keadaan krisis. Asuhan

(4)

.

• Perawat berupaya untuk membantu

memenuhi kebutuhan spiritual klien

sebagai

bagian

dari

kebutuhan

menyeluruh klien, antara lain dengan

memfasilitasi

pemenuhan

kebutuhan

spiritual klien tersebut, walau pun

perawat dan klien mempunyai keyakinan

spiritual atau keagamaan yang

(5)

PENGERTIAN

(6)

Menurut Burkhardt (1993)

• spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut:

• a.Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan.

• b.Menemukan arti dan tujuan hidup.

• c.Menyadari kemempuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri.

(7)

Kozier, Erb, Blais & Wilkinson,

1995; Murray & Zetner, (1993).

• Dimensi spiritual berupaya untuk

mempertahankan keharmonisan atau

keselarasan dengan dunia luar, berjuang

untuk menjawab atau mendapatkan

(8)

Mickley

et al

(1992)

• menguraikan spiritualitas sebagai suatu

yang multidimensi, yaitu

dimensi

ekstensial

dan

dimensia agama

. Dimensi

ekstensial berfokus pada tujuan dan arti

kehidupan, sedangkan dimensi agama

(9)

Stoll (1989)

(10)

(Carson, 1989).

• Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan

untuk

mempertahankan

atau

(11)

Kesimpulan

(12)

Kepercayaan (

faith

)

(13)

Agama

(14)

KARAKTERISTIK SPIRITUALITAS

(15)

• Untuk memudahkan dalam memberikan

asuhan keperawatan dengan

memperhatikan kebutuhan spiritual

penerima layanan keperawatan, maka

perawat mutlak perlu memiliki

(16)

Hubungan dengan diri sendiri.

Kekuatan dalam/

dan

self-reliance

• a.

 

Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa

yang dapat dilakukannya).

(17)

Hubungan dengan alam

Harmoni

• a.

  

Mengetahui tentang tanaman, pohon,

margasatwa, iklim.

(18)

Hubungan dengan orang lain

Harmonis/suportif.

• a.    Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik.

• b.    Mengasuh anak, orangtua dan orang sakit. • c.    Meyakini kehidupan dan kematian

(mengunjungi, melayat, dll). • Tidak harmonis

• a.    Konflik dengan orang lain.

(19)

Hubungan dengan ketuhanan

Agamais

atau

tidak agamais

• a.

       

Sembahyang/berdoa/meditasi.

• b.

      

Perlengkapan keagamaan.

(20)

Terpenuhi keb Spiritual apabila

• a.       Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia/kehidupan.

• b.      Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan.

• c.       Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta.

• d.      Membina integritas personal dan merasa diri berharga.

• e.       Merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan.

(21)

KETERKAITAN ANTARA SPIRITUALITAS, KESEHATAN DAN SAKIT

• Keyakinan spiritual sangat penting bagi

perawat karena dapat mempengaruhi

tingkat kesehatan dan perilaku

selfcare

(22)

Menuntun kebiasaan hidup

sehari-hari

(23)

Sumber dukungan

(24)

Sumber kekuatan dan penyembuhan

(25)

Sumber konflik

• Pada suatu situasi tertentu, bisa terjadi

konflik antara keyakinan agama dengan

praktik kesehatan. Misalnya ada orang

(26)

.

(27)

FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI SPIRITUALITAS

(28)

Pertimbangan tahap perkembangan

(29)

Tema utama yang diuraikan oleh

semua anak tentang Tuhan :

• a.    Gambaran tentang Tuhan yang bekerja melalui kedekatan dengan manusia dan saling keterikatan dengan kehidupan.

• b.   Mempercayai bahwa Tuhan terlibat dalam perubahan dan pertumbuhan diri serta transformasi yang membuat dunia tetap segar, penuh kehidupan dan berarti.

• c.    Meyakini Tuhan mempunyai kekuatan dan selanjutnya merasa takut menghadapi kekuasaan Tuhan.

(30)

Keluarga

• Peran orang tua sangat menentukan dalam

perkembangan spiritualitas anak. Yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orangtua kepada anaknya tentang Tuhan, tetapi apa yang anak

pelajari mengenai Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari perilaku orang tua mereka. Oleh

karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak dalam

mempersepsikan kehidupan di dunia, maka

pandangan anak pada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan

(31)

Latar belakang etnik dan budaya

(32)

Pengalaman hidup sebelumnya

• Pengalaman hidup baik yang positif maupun

pengalaman negatif dapat mempengaruhi

(33)

.

• Begitu pula pengalaman hidup yang

menyenangkan sekalipun seperti pernikahan, pelantikan, kelulusan, kenaikan pangkat atau jabatan dapat menimbulkan perasaan

bersyukur kepada Tuhan, namun ada juga yang merasa tidak perlu mensyukurinya.

Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguji kekuatan

imannya. Pada saat ini, kebutuhan spiritual

akan meningkat yang memerlukan kedalaman spiritual dan kemampuan koping untuk

(34)

Krisis dan perubahan

• (Tooth, 1992) dan Craven & Hirnle (1996). Krisis sering dialami ketika seseorang

menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian, khususnya pada klien dengan penyakit

terminal atau dengan prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman

spiritual selain juga pengalaman yang bersifat fisik dan emosional.

(35)

.

(36)

Terpisah dari ikatan spiritual

(37)

Isu moral terkait dengan terapi

• Pada kebanyakan agama, proses

(38)

Asuhan keperawatan yang kurang

sesuai

• Ketika memberikan asuhan keperawatan

kepada klien, perawat diharapkan untuk peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi

dengan berbagai alasan ada kemungkinan

perawat justru menghindar untuk memberikan asuhan spiritual. Alasan tersebut antara lain karena perawat merasa kurang nyaman

dengan kehidupan spiritualnya, kurang

menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek

spiritual dalam keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual klien bukan menjadi tugasnya tetapi menjadi

(39)

Empat isu nilai yang mungkin timbul

antara perawat dan klien adalah:

• a.    Pluralisme: perawat dan klien menganut

kepercayaan dengan spektrum yang luas.

• b. Fear: berhubungan dengan ketidak mampuan

mengatasi situasi, melanggar privacy klien, atau

merasa tidak pasti dengan sistem kepercayaan dan nilai diri sendiri.

• c.    Kesadaran tentang pertanyaan spiritual: apa

yang memberikan arti dalam kehidupan , tujuan, harapan dan merasakan cinta dalam kehidupan pribadi perawat.

• d.  Bingung: bingung terjadi karena ada perbedaan

(40)

MANIFESTASI PERUBAHAN

FUNGSI SPIRITUAL

(41)

Verbalisasi distress

• Individu yang mengalami gangguan

fungsi spiritual biasanya

memverbalisasikan distress yang

dialaminya atau mengekspresikan

kebutuhan untuk mendapatkan bantuan.

Misalnya seorang istri mengatakan:

“Saya merasa bersalah karena saya

seharusnya mengetahui lebih awal

(42)

.

• Perawat juga perlu peka terhadap

keluhan klien tentang kematian atau

merasa tidak berharga dan kehilangan

arti hidup. Kepekaan perawat sangat

(43)

Perubahan perilaku

(44)

PERAWAT SEBAGAI CONTOH PERAN

(

ROLE MODEL

)

• Setiap Manusia mempunyai tiga

kebutuhan spiritual yang sama yaitu

kebutuhan akan

arti dan tujuan hidup

,

kebutuhan untuk

mencintai dan

(45)

Taylor, Lilis & Le Mone (1997),

dalam hal ini perawat akan:

• 1.       Mempunyai pegangan tentang keyakinan spiritual yang memenuhi kebutuhannya untuk mendapatkan arti dan tujuan hidup, mencintai dan berhubungan serta pengampunan.

• 2.       Bertolak dari kekuatan spiritual dalam kehidupan sehari-hari ini, terutama ketika menghadapi nyeri, penderitaan dan kematian dalam melakukan praktik profesional.

• 3.      Meluangkan waktu untuk memupuk kekuatan spiritual diri sendiri.

(46)

.

• Menghargai keyakinan dan praktik spiritual orang lain walaupun berbeda dengan keyakinan spiritual perawat.

• 6.      Meningkatkan pengetahuan perawat tentang bagaimana keyakinan spiritual klien mempengaruhi gaya hidup mereka, berespon terhadap penyakit, pilihan pelayanan kesehatan dan pilihan terapi/treatment.

• 7.      Menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan spiritual klien.

(47)

Perilaku

self-care

:

• 1.      Gali nilai dan keyakinan pribadi dan orang lain.

• 2.       Gali praktik yang dapat mendukung secara spiritual.

• 3.      Hargai sistem kepercayaan orang lain.

• 4.       Praktikkan hubungan yang dilandasi perasaan cinta terhadap diri sendiri dan orang lain.

(48)

PROSES KEPERAWATAN

(49)

Pengkajian

(50)

Afilasi agama

• a.

   

Partisipasi klien dalam kegiatan

agama apakah dilakukan secara aktif

atau tidak aktif.

(51)

Keyakinan agama atau spiritual,

mempengaruhi:

• a.

   

Praktik kesehatan

: diet, mencari dan

menerima terapi, ritual atau upacara

agama.

• b.

  

Persepsi penyakit

: hukuman, cobaan

terhadap keyakinan.

(52)

Nilai agama atau spiritual,

mempengaruhi:

• a.

   

Tujuan dan arti hidup.

• b.

  

Tujuan dan arti kematian.

• c.

   

Kesehatan dan pemeliharaannya.

(53)

Pengkajian data subjektif

• Pedoman Pengkajian Spiritual yang

disusun oleh Stoll dalam Craven & Hirnle

(1996) mencakup empat area yaitu:

• a)

  

Konsep

tentang

Tuhan

atau

Ketuhanan;

• b)

  

Sumber harapan dan kekuatan;

• c)

  

Praktik agama dan ritual;

(54)

Pengkajian data objektif

• Pengkajian data objektif dilakukan mellui

pengkajian

klinik

yang

meliputi

pengkajian

afek dan sikap, perilaku,

verbalisasi, hubungan interpersonal

dan lingkungan

. Pengkajian data objektif

(55)

karakteristik klien yang mengalami

• c.        Klien yang mengekspresikan keraguan terhadap sistem kepercayaan/agama,

• d.       Klien yang mengekspresikan rasa takut terhadap kematian,

• e.       Klien yang akan dioperasi,

• f.         Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau implikasi sosial dan agama.

(56)

• a.     Preokupasi ttg hbg agama dan kesehatan, • b.     Tidak dpt dikunjungi oleh pemuka agama, • c.   Tdk mampu / menolak melakukan ritual

spiritual,

• d.       Memverbalisasikan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan hukuman dari Tuhan,

• e.   Mengespresikan kemarahannya thd Tuhan, • f.  Mempertanyakan rencana terapi karena

bertentangan dengan keyakinan agama.

(57)

Diagnosa keperawatan

• a.   Gangguan penyesuaian terhadap penyakit b/d ketidakmampuan merekonsiliasi penyakit dengan keyakinan spiritual.

• b.   Koping individu tidak efektif b/d kehilangan agama sebagai dukungan utama (merasa ditinggal oleh Tuhan).

• c.    Takut b/d belum siap untukmenghadapi kematian dan pengalaman kehidupan setelah kematian.

• d.  Berduka yang disfungsional: keputusasaan b/d keyakinan bahwa agama tidak mempunyai arti.

(58)

.

• a.

 

Ketidakberdayaan

b/d

parasaan

menjadi korban.

• b.

  

Ggn harga diri b/d kegagalan untuk

hidup sesuai dengan ajaran agama.

• c.

   

Disfungsi seksual b/d konflik nilai.

• d.

  

Ggn pola tidur b/d distress spiritual.

(59)

Perencanaan

(60)

Contoh tujuan klien dengan distress

spiritual meliputi klien akan:

• a.    Mengidentifikasi keyakinan spiritual yang memenuhi kebutuhan untuk memperoleh arti dan tujuan, mencintai dan keterikatan serta pengampunan.

• b.   Menggunakan kekuatan keyakinan, harapan dan rasa nyaman ketika menghadapi tantangan berupa penyakit, cidera atau krisis kehidupan lain.

• c.    Mengembangkan praktek spiritual yang memupuk komunikasi dengan diri sendiri, dengan Tuhan dan dengan dunia luar.

• Mengekspresikan kepuasan dengan

(61)

Hasil yang diperkirakan harus bersifat

individual dan meliputi kriteria :

• a.   Menggali akar keyakinan dan praktik spiritual.

• b.  Mengidentifikasi faktor dalam kehidupan yang menantang keyakinan spiritual.

• c. Menggali alternatif: mengingkari,

memodifikasi atau menguatkan keyakinan; mengembangkan keyakinan baru.

• d. Mengidentifikasi dukungan spiritual

(membaca kitab suci, kelompok pengajian, dsb).

(62)

Perencanaan dirancang utk memenuhi

kebutuhan spiritual klien dengan:

• a. Membantu klien memenuhi kewajiban agamanya.

• b.  Membantu klien menggunakan sumber dari dalam dirinya dengan cara lebih efektif untuk mengatasi situasi yang sedang dialaminya.

• c. Membantu klien mempertahankan atau membina hubungan personal yang dinamik dengan Maha Pencipta ketika sedang menghadapi peristiwa yang kurang menyenangkan.

• d. Membantu klien mencari arti keberadaannya dan situasi yang sedang dihadapinya.

• e.   Meningkatkan perasaan penuh harapan.

(63)

Implementasi

• a.  Periksa keyakinan spiritual pribadi perawat. • b. Fokuskan perhatian pada persepsi klien

terhadap kebutuhan spiritualnya.

• c.  Jangan mengasumsi klien tidak mempunyai kebutuhan spiritual.

• d. Mengetahui pesan non-verbal tentang kebutuhan spiritual klien.

• e.  Berespon scr singkat, spesifik dan faktual.

(64)

.

• a.      Menerapkan teknik komunikasi terapeutik dengan teknik mendukung, menerima, bertanya, memberi informasi, refleksi, menggali perasaan dan kekuatan yang dimiliki klien.

• b.  Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada ucapan atau pesan verbal klien.

• c.  Bersikap empati yang berarti memahami dan mengalami perasaan klien.

(65)

.

• a.        Mentukan arti dan situasi klien, bagaimana klien berespon terhadap penyakit? • b.      Apakah klien menganggap penyakit yang

dideritanya merupakan hukuman, cobaan atau anugerah dari Tuhan?

• c.       Membantu memfasilitasi klien agar dapat memenuhi kewajiban agama.

(66)
(67)

Evaluasi

• Untuk mengevaluasi apakah klien telah

mencapai kriteria hasil yang telah

ditetapkan pada fase perencanaan,

perawat perlu mengumpulkan data terkait

dengan pencapaian tujuan asuhan

keperawatan.

Tujuan

asuhan

(68)

.

• a.   Mampu beristirahat dengan tenang.

• b.  Menyatakan penerimaan keputusan moral/etika.

• c.    Mengekspresikan rasa damai berhubungan

dengan Tuhan.

• d.   Menunjukkan hubungan yang hangat, dan

terbuka dengan pemuka agama.

• e.    Menunjukkan afek positif, tanpa perasaan

marah, rasa bersalah dan ansietas.

• f.    Menunjukkan perilaku lebih positif.

• g.    Mengekspresikan arti positif terhadap situasi

(69)

pesan

• The first if you want to be a nurse is

(70)

Reference

Hidayat, Alimul A, (2004).

Pengantar

Konsep Dasar Keperawatan.

Salemba

Medika, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Kitab Kuning Adapun upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran, terutama dalam

kasundaan di sekolah dasar, (3) mayoritas peserta didik sekolah dasar sudah memiliki perilaku sebagaimana diharapkan dalam konteks nilai kasundaan berdasarkan

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara serta Dosen Tamu dari RRT yang telah banyak memberikan pengajaran dan pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan selama

White Beauty versi Korea Gita Gutawa adalah iklan tersebut memiliki tanda – tanda yang menyampaikan makna bahwa seorang wanita Indonesia dapat dikatakan cantik apabila memiliki

Pada siklus I, Untuk siklus I jumlah yang tuntas sebanyak 16 siswa (50%) dan yang tidak tuntas sebanyak 16 siswa (50%), sedangkan pada siklus II meningkat jumlah siswa yang

Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses

adalah putusan Pengadilan. 13 Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah dokumen putusan tentang Cerai Gugat pada. Tenaga Kerja Wanita di Pengadilan agama Kabupaten

Pada Tahun 2016 Laporan arus Kas yang disusun sudah termasuk arus kas keluar masuk dari aktivitas BLUD dan dana JKN sebesar ketetapan pendapatan dan belanja yang