• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unjuk kerja kincir angin tipe propeler desain kelengkungan sudu PVC 8 inchi berbahan komposit, lebar maksimum 11 cm pada posisi 20 cm dari pusat poros, dengan tiga variasi jumlah sudu - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Unjuk kerja kincir angin tipe propeler desain kelengkungan sudu PVC 8 inchi berbahan komposit, lebar maksimum 11 cm pada posisi 20 cm dari pusat poros, dengan tiga variasi jumlah sudu - USD Repository"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

UNJUK KERJA KINCIR ANGIN TIPE PROPELER DESAIN KELENGKUNGAN SUDU PVC 8 INCHI BERBAHAN KOMPOSIT, LEBAR MAKSIMUM 11 CM PADA POSISI 20 CM DARI PUSAT POROS,

DENGAN TIGA VARIASI JUMLAH SUDU

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin

Oleh :

ALUSIUS SANDY PRATAMA PUTRA NIM : 145214096

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

THE PERFORMANCE OF WIND TURBINE PROPELLER, PVC BLADE ARCH DESIGN 8 INCHES COMPOSITE, MAXIMUM WIDTH OF 11 CM AT

A DISTANCE 20 CM FROM THE CENTER OF THE SHAFT, WITH THREE VARIATIONS OF PROPELLER

FINAL PROJECT

As partial fulfillment of the requirement

to obtain the Sarjana Teknik degree in Mechanical Engineering

By

ALUSIUS SANDY PRATAMA PUTRA Student Number : 145214096

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF MECHANICAL ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

Potensi angin di Indonesia tersedia hampir sepanjang tahun, sehingga memungkinkan untuk dikembangkannya teknologi turbin angin. Turbin angin merupakan salah satu alat yang digunakan dalam pemanfaatan energi, khususnya pemanfaatan energi angin yang sering digunakan sebagai salah satu pembangkit tenaga listrik, karena energi angin adalah salah satu sumber daya alam yang tentunya tidak akan habis. Hal ini diharapkan menjadi salah satu solusi untuk mengurangi penggunaan energi fosil dan juga mengurangi pemanasan global disamping pengembangan sumber energi alternatif atau terbarukan lainnya seperti Biomassa, Geotermal dll.

Kincir angin yang diteliti dalam penelitian ini adalah kincir angin tipe propeler dengan 3 variasi jumlah sudu yaitu 4 sudu, 3 sudu, dan 2 sudu berporos horizontal dengan diameter 1,1 m. Sudu kincir terbuat dari komposit dengan desain kelengkungan sudu PVC 8 inchi. Penelitian ini dilakukan untuk mencari unjuk kerja dan membandingkan ketiga variasi tersebut guna mengetahui pada varian jumlah sudu berapa didapatkan Cp (koefisien daya) terbaik. Penelitian dilakukan dengan

menggunakan fan blower yang diatur pada kecepatan 5 m/s dan 7 m/s. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah kecepatan angin, putaran kincir dan gaya pembebanan. Dari data tersebut dapat dihitung nilai daya kincir, torsi, koefisien daya dan tip speed ratio untuk model kincir angin yang diteliti.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kincir angin dengan variasi 4 sudu pada kecepatan 5 m/s memiliki nilai koefisien daya maksimal sebesar 17,02 % pada tip speed ratio optimal 2,75. Kincir angin dengan variasi 3 sudu pada kecepatan 5 m/s memiliki nilai koefisien daya maksimal sebesar 16,62 % pada tip speed ratio optimal 2,59 dan kincir angin dengan variasi 2 sudu pada kecepatan 5 m/s memiliki nilai koefisien daya maksimal sebesar 14,49 % pada tip speed ratio optimal 3,02. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kincir angin tipe propeler, lebar maksimum 11 cm pada posisi 20 cm dari pusat poros dengan variasi 4 sudu menghasilkan unjuk kerja terbaik diantara ketiga variasi.

(8)

viii ABSTRACT

Wind potential in Indonesia is available almost all year round, making it possible to developed wind turbine technology. The wind turbine is one of the tools used in the utilization of energy, in particular wind energy utilization which is often used as one of the power plants, because the utilization of wind energy is one of the natural resources which is certainly not will be exhausted. It is expected to be one of the solutions to reduce fossil energy use and also reduce global warming despite the development of alternative or renewable energy sources such as biomass, geothermal, etc.

The windmill that examined in this research is a type of windmill propeller with the number of 3 variations of propeller which are 4 propellers, 3 propellers, and 2 propellers horizontal axis with a diameter of 1.1 m. Windmill propellers made from composite with 8 inch PVC strip mall. This research was conducted to find performance and compare these variations to find out third on variant number of vanes how acquired Cp (power coefficient). Research conducted using the fan blower that is set at a speed of 5 m/s and 7 m/s. The variables taken in this research are wind speed, rotation speed wind-mill and load force. From the variables can be calculated the value of the wind-mill power, torque, power coefficient and tip speed ratio for the model of the wind-mill that researched.

The results of this research show that windmills with 4 variation of propellers at a speed of 5 m/s produces the maximum power coefficient 17,02% at optimal the tip speed ratio of 2,75. Windmill with 3 variations of propellers at a speed of 5 m/s produces the maximum power coefficient 16,62% at optimal tip speed ratio 2,59. Then the windmill with 2 variations of propeller at a speed of 5 m/s produces the maximum power coefficient 14,49% at optimal tip speed ratio 3,02. As a result, the windmill type propeller horizontal axis, a maximum width of 11 cm at position 20 cm from the Center shaft with 4 variation propellers produces the best performance among the third variation.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya sehingga penyusunan Skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar sarjana S-1 pada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini dapat terselesaikan dengan baik

dan lancar.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan skripsi berjudul “Unjuk Kerja Kincir Angin Tipe Propeler, Desain Kelengkungan Sudu PVC 8 inchi, Berbahan Komposit, Lebar Maksimum 11 cm Pada Posisi 20 cm

Dari Pusat Poros, Dengan Variasi Jumlah Sudu” ini melibatkan banyak pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Ir Rines, M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik

4. Doddy Purwadianto S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir

5. Seluruh staf dan pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan

berbagai ilmu pengetahuan yang sangat membantu dalam penyusunan skripsi ini

6. Fransiskus Xaverius Sumaryanto dan Theresia Triyati selaku orang tua yang telah

memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis, baik secara materi maupun

spiritual

7. Chrissosthomos Missurdiyanto dan Yustinus Ridwan Dedy Putranto selaku rekan

kelompok penulis, yang telah membantu dalam perancangan, perakitan dan

(10)
(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

TITLE PAGE ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

(12)

xii

2.3.2 Torsi ... 16

2.3.3 Daya Kincir ... 16

2.3.4 Koefisien Daya ... 18

2.3.5 Tip Speed Ratio ... 18

2.3.6 Hubungan Koefisien Daya (Cp) dengan tip speed ratio (tsr) ... 19

2.4 Komposit ... 20

2.4.1 Klasifikiasi Bahan Komposit ... 21

2.4.2 Bagian Utama Komposit ... 24

3.5 Pembuatan Sudu Kincir Angin ... 47

3.6 Waktu Penelitian ... 50

3.7 Variabel Penelitian Dan Variabel Ukur ... 50

3.8 Parameter Yang Diukur ... 51

3.9 Langkah Penelitian ... 51

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Data Hasil Penelitian ... 53

4.2 Pengolahan Data dan Perhitungan ... 56

4.2.1 Perhitungan Daya Angin ... 56

4.2.2 Perhitungan Torsi ... 57

(13)

xiii

4.2.4 Perhitungan Koefisien Daya ... 58

4.2.5 Perhitungan Tip Speed Ratio ... 59

4.3 Data Hasil Perhitungan ... 59

4.4 Grafik Hasil Perhitungan dan Pembahasan ... 66

4.4.1 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros Terhadap Torsi untuk Kincir Angin Bersudu 2, 3, 4 dan Kecepatan Angin 7 m/s.. ... 66

4.4.2 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros Terhadap Torsi untuk Kincir Angin Bersudu 2, 3, 4 dan Kecepatan Angin 5 m/s.. ... 67

4.4.3 Grafik Hubungan Antara Daya Mekanis terhadap Torsi untuk Kincir Angin Bersudu 2, 3, 4 dan Kecepatan Angin 7 m/s.. ... 68

4.4.4 Grafik Hubungan Antara Daya Mekanis terhadap Torsi untuk Kincir Angin Bersudu 2, 3, 4 dan Kecepatan Angin 5 m/s.. ... 69

4.4.5 Grafik Hubungan Antara Daya Listrik dan Torsi untuk Kincir Angin Bersudu 2, 3, 4 dan Kecepatan Angin 7 m/s.. ... 70

4.4.6 Grafik Hubungan Antara Daya Listrik dan Torsi untuk Kincir Angin Bersudu 2, 3, 4 dan Kecepatan Angin 5 m/s.. ... 71

4.4.7 Grafik Hubungan Antara Koefisien Daya (Cp) dan TSR untuk Kincir Angin Bersudu 2, 3, 4 dan Kecepatan Angin 7 m/s.. ... 72

BAB V PENUTUP ... 74

5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kincir angin Savonius ... 11

Gambar 2.2 Kincir angin Darrieus ... 12

Gambar 2.3 Grafik hubungan antara Cp dengan tsr dari berbagai kincir ... 19

Gambar 2.4 Klasifikasi bahan komposit secara umum ... 24

Gmabar 2.5 Serat kaca (fiberglass) ... 27

Gambar 2.6 Resin Poliester ... 30

Gambar 2.7 Resin Phenolic ... 31

Gambar 2.8 Resin Epoksi ... 32

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian kincir angin poros horizontal 2,3,4 sudu berbahan komposit ... 35

Gambar 3.2 Sudu Kincir Angin ... 36

Gambar 3.10 Amperemeter ... 41

Gambar 3.11 Skema pembebanan lampu ... 42

Gambar 3.12 Resin Poliester ... 43

Gambar 3.13 Katalis / Hardener ... 43

Gambar 3.14 Serat kaca (fiberglass) ... 44

Gambar 3.15 Alumunium foil ... 45

Gambar 3.16 Pipa PVC 8 inci ... 45

Gambar 3.17 Kuas Cat ... 46

(15)

xv

milimeter ... 47

Gambar 3.19 Skematik dimensi kincir angin ... 47

Gambar 3.19 Skema pengambilan data ... 51

Gambar 4.1 Grafik Hubungan putaran poros dan torsi kincir angin poros horizontal

2, 3, 4 sudu pada kecepatan angin 7 m/s. ... 67

Gambar 4.2 Grafik hubungan putaran poros dan torsi kincir angin poros horizontal

2, 3, 4 sudu pada kecepatan angin 5 m/s. ... 68

Gambar 4.3 Grafik hubungan daya mekanis kincir (Pout) dan torsi kincir angin

poros horizontal 2,3,4 sudu pada kecepatan angin 7 m/s ... 69

Gambar 4.4 Grafik hubungan daya mekanis kincir (Pout) dan torsi kincir angin

poros horizontal 2,3,4 sudu pada kecepatan angin 5 m/s. ... 70

Gambar 4.5 Grafik hubungan daya listrik kincir dan torsi kincir angin poros

horizontal 2,3,4 sudu pada kecepatan angin 7 m/s. ... 71

Gambar 4.6 Grafik hubungan daya listrik kincir dan torsi kincir angin poros

horizontal 2,3,4 sudu pada kecepatan angin 5 m/s. ... 72

Gambar 4.7 Grafik hubungan koefisen daya kincir (Cp) dan tip speed ratio (tsr)

kincir angin poros horizontal 2,3,4 sudu pada kecepatan angin 5 m/s dan

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tingkat kecepatan angin 10 meter diatas permukaan tanah ... 6

Tabel 2.2 Potensi angin dengan satuan MW (megawatt) yang terdata dan

dikalkulasi dindonesia ... 8

Tabel 4.1 Hasil dari pengambilan data dengan kecepatan angin rata-rata 7 m/s

dengan jumlah sudu 4 ... 53

Tabel 4.2 Hasil dari pengambilan data dengan kecepatan angin rata-rata 5 m/s

dengan jumlah sudu 4 ... 54

Tabel 4.3 Hasil dari pengambilan data dengan kecepatan angin rata-rata 7 m/s

dengan jumlah sudu 3 ... 54

Tabel 4.4 Hasil dari pengambilan data dengan kecepatan angin rata-rata 5 m/s

dengan jumlah sudu 3 ... 55

Tabel 4.5 Hasil dari pengambilan data dengan kecepatan angin rata-rata 7 m/s

dengan jumlah sudu 2 ... 55

Tabel 4.6 Hasil dari pengambilan data dengan kecepatan angin rata-rata 5 m/s

dengan jumlah sudu 2 ... 56

Tabel 4.7 Hasil dari pengolahan data dengan kecepatan angin rata-rata 7 m/s

bersudu 4 ... 60

Tabel 4.8 Hasil dari pengolahan data dengan kecepatan angin rata-rata 5 m/s

bersudu 4 ... 61

Tabel 4.9 Hasil dari pengolahan data dengan kecepatan angin rata-rata 7 m/s

bersudu 3 ... 62

Tabel 4.10 Hasil dari pengolahan data dengan kecepatan angin rata-rata 5 m/s

bersudu 3 ... 63

Tabel 4.11 Hasil dari pengolahan data dengan kecepatan angin rata-rata 7 m/s

bersudu 2 ... 64

Tabel 4.12 Hasil dari pengolahan data dengan kecepatan angin rata-rata 5 m/s

(17)

xvii

Laju Aliran Massa Udara (kg/s)

Jarijari kincir

Luas Penampang (m2)

Kecepatan Angin (m/s)

Kecepatan Ujung Sudu (m/s)

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia yang termasuk dalam negara dengan garis pantai terpanjang

ketiga di dunia hingga data terbaru saat ini mencapai 99.093 kilometer menjadi

salah satu dikembangkannya energi alternatif atau terbarukan yang potensial. Salah

satunya yang cocok untuk dikembangkan yaitu sumber energi yang berasal dari

angin (wind energy). Potensi angin di Indonesia tersedia hampir sepanjang tahun,

sehingga memungkinkan untuk dikembangkanya teknologi kincir angin. Kincir

angin merupakan salah satu alat yang digunakan dalam pemanfaatan energi,

khususnya pemanfaatan energi angin yang sering digunakan sebagai salah satu

pembangkit tenaga listrik, karena pemanfaatan energi angin adalah salah satu

sumber daya alam yang tidak akan habis. Sejak tahun 2010 sampai 2017 pemerintah

Indonesia mencoba mengembangkan sumber energi angin ini di beberapa daerah

seperti Jawa, Nusa Tenggara, Sumatra dan di Sidrap, Sulawesi Selatan. Hal ini

diharapkan menjadi salah satu solusi untuk mengurangi penggunaan energi fosil

dan juga mengurangi pemanasan global disamping pengembangan sumber energi

alternatif atau terbarukan lainnya seperti Biomassa, Geotermal, dll.

Dari data world wind energy association jumlah pembangunan pembangkit listrik tenaga angin mencapai rekor terbanyak tahun 2012 hingga pada

tahun tersebut produksi listrik global mencapai 282 GW sama dengan hasil lebih

dari 500 PLTU. Yogyakarta sebagai salah satu lokasi di Indonesia yang telah

terpasang instalasi kincir angin, menggunakan jenis kincir horizontal 3 sudu NACA

4412 dengan material berasal dari serat fiber buatan pabrikan. Dengan rata-rata

potensi angin diindonesia mencapai 3 m/s hingga 5 m/s

Menurut jenisnya kincir angin terbagi menjadi dua jenis dengan poros

horizontal dan poros vertikal. Peneliti mencoba untuk melakukan beberapa inovasi

pada kincir angin dan diharapkan mendapatkan hasil yang lebih optimum dengan

(19)

horizontal 2, 3, 4 sudu dengan modifikasi sudu berjenis propeller menggunakan

material komposit yang berkarakteristik ringan bobotnya, memiliki kekuatan yang

cukup tinggi dan dapat menahan beban yang cukup tinggi pula. Di sini peneliti

menggunakan variasi kecepatan angin, jumlah sudu dan lebar maksimum untuk

mengetahui besar dayanya, tingkat efisiensi hingga kecepatan putar poros.

1.2Rumusan Masalah

Pembuatan Tugas akhir ini menggunakan rumusan :

1. Bagaimana cara membuat bilah kincir angin berbahan komposit hingga

mendapat efisiensi yang cukup optimal untuk pembangkit listrik ?

2. Apakah perlu desain baru untuk pembangkit energi angin, yaitu kincir angin

sumbu horizontal ?

3. Berpengaruhkah posisi Lebar sebuah sudu kincir pada performa kincir tersebut

?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan tugas akhir ini adalah :

1. Merancang dan membuat sudu kincir angin poros horizontal tipe propeler

berdiameter 110 cm berbahan komposit dengan matriks polyester dan serat

kaca.

2. Mengetahui unjuk kerja kincir angin poros horizontal dengan jumlah 2, 3, 4

sudu.

3. Menentukan Coefisien Performance (Cp) dan tip speed ratio (tsr) terbaik dari

masing – masing variasi jumlah sudu dan kecepatan angin.

1.4Batasan Masalah

Untuk menghindari terlalu banyaknya permasalahan yang muncul, maka penulis

(20)

1. Sudu kincir angin menggunakan bahan komposit.

2. Sudu kincir angin menggunakan desain bilah dari potongan pipa pvc 8 inchi.

3. Diameter sudu kincir yang dirancang hanya skala laboratorium yang

berdiameter 110 cm.

4. Dilakukan 2 variasi kecepatan angin yaitu pada kecepatan angin 5 m/s, 7 m/s.

5. Alat ukur yang digunakan adalah anemometer (kecepatan angin), takometer

(putaran poros), volmeter (tegangan), amperemeter (kuat arus)

6. Penelitian dilaksanakan dengan cara meletakan sistem kincir di depan blower

beserta terowongan angin.

7. Penelitian dilaksanakan di laboratorium konversi energi Universitas Sanata

(21)

4 BAB II

DASAR TEORI

2.1Energi Angin

Energi angin merupakan energi yang sangat fleksibel. Lain halnya dengan

energi air, pemanfaatan energi angin dapat dilakukan dimana-mana, baik di daerah

dataran tinggi maupun di daerah landai, bahkan dapat diterapkan di laut.

Semua energi yang dapat diperbaharui dan bahkan energi pada bahan

bakar fosil-kecuali energi pasang surut dan panas bumi-berasal dari matahari.

Matahari meradiasi 1,74 x 1.014 kilowatt jam energi ke bumi setiap jam. Dengan

kata lain, bumi menerima 1,74 x 1.017 watt daya. Sekitar 1-2 persen dari energi

tersebut diubah menjadi energi angin. Jadi, energi angin berjumlah 50-100 kali

lebih banyak daripada energi yang diubah menjadi biomassa oleh seluruh tumbuhan

yang ada di muka bumi. Sebagaimana diketahui, pada dasarnya angin terjadi karena

ada perbedaan energi antara udara panas dan udara dingin. Daerah sekitar

khatulistiwa yang panas, yaitu pada busur 0°, udaranya menjadi panas,

mengembang dan menjadi ringan, naik ke atas dan bergerak ke daerah yang lebih

dingin misalnya daerah kutub. Sebaliknya di daerah kutub yang dingin, udaranya

menjadi dingin dan turun ke bawah. Dengan demikian terjadi suatu perputaran

udara, berupa perpindahan udara dari kutub utara ke garis khatulistiwa menyusuri

permukaan bumi, dan sebaliknya, suatu perpindahan udara dari garis khatulistiwa

kembali ke kutub utara, melalui lapisan udara yang lebih tinggi. Udara yang

bergerak inilah yang merupakan energi yang dapat diperbaharui, yang dapat

digunakan untuk memutar turbin dan akhirnya dapat menghasilkan listrik.

Seperti halnya energi potensial yaitu energi yang dimiliki oleh benda

karena ketinggian/ kedudukan terhadap titik acuan. Energi ini tersembunyi di dalam

benda, tetapi jika diberi kesempatan, energi ini dapat dimanfaatkan. Sebagian

(22)

yang berada dalam suatu medan listrik memiliki energi potensial. Elektron-elektron

tersebut bergerak dari titik yang memiliki energi potensial rendah ke titik yang

memiliki energi potensial tinggi. Kaitannya dengan energi potensial angin, ini dapat

disimpulkan sebagai jumlah energi yang dapat dihasilkan oleh arus angin. Energi angin

tersebut diubah menjadi energi kinetik melalui cara-cara seperti seperti turbin angin,

kincir angin, pompa angin, dan layar kapal. Manusia memiliki sejarah panjang

menggunakan energi potensial angin untuk keperluan berbeda-beda: seperti kincir

angin, untuk menggiling gandum, mendorong kapal berlayar di laut dan, baru-baru ini,

untuk menghasilkan listrik.

Salah satu kegunaan dari energi kinetik pada angin adalah untuk menciptakan

energi listrik. Energi angin yang mengenai kincir angin akan menggerakan turbin yang

nantinya akan dikonversikan menjadi energi listrik untuk seluruh daerah di dekatnya.

Namun, pembangkit listrik dengan menggunakan sumber energi angin sangat jarang

digunakan karena proses dalam instalasi awal sangat mahal dan membutuhkan banyak

tenaga manusia untuk membangunnya.

2.1.1 Kondisi Angin

Syarat – syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi listrik dapat dilihat pada tabel berikut. Angin kelas 3 adalah batas minimum dan

angin kelas 8 adalah batas maksimum energi angin yang dapat dimanfaatkan untuk

menghasilkan energi listrik. Lebih dari pada kelas 8 adalah angin yang bukan dapat

(23)

Tabel 2.1 Tabel tingkat kecepatan angin 10 meter diatas permukaan tanah. pelan, petunjuk arah angin bergerak

5 5,6 – 7,9 Debu jalan, kertas berterbangan, ranting

(Sumber: Green and Clean Energy for Indonesia).

Kemudian didasarkan pada kecepatan angin rata – rata aktual di suatu lokasi pemanfaatan energi angin dapat dikelompokan sebagai berikut :

(24)

2. Kecepatan angin rata – rata 4 m/s untuk pengisi baterai.

3. Kecepatan angin rata – rata 5 m/s untuk interkonesi dengan jaringan listrik umum.

2.2Kincir Angin

Kincir angin adalah sebuah alat yang mampu memanfaatkan kekuatan angin untuk

diubah menjadi kekuatan mekanik. Dari proses itu memberikan kemudahan berbagai

kegiatan manusia yang memerlukan tenaga yang besar seperti memompa air untuk

mengairi sawah atau menggiling biji-bijian. Kincir angin modern adalah mesin yang

digunakan untuk menghasilkan energi listrik, disebut juga dengan turbin angin.

2.2.1 Potensi Kincir Angin

Berdasarkan data kecepatan angin di berbagai wilayah, sumber daya energi

angin Indonesia berkisar antara 2,5 – 5,5 m/detik pada ketinggian 24 meter di atas permukaan tanah. Dengan kecepatan tersebut sumberdaya energi angin Indonesia

termasuk dalam kategori kecepatan angin kelas rendah hingga menengah. Hasil

pemetaan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pada 120 lokasi

menunjukkan, beberapa wilayah memiliki kecepatan angin di atas 5 m/s,

masing-masing Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Pantai

Selatan Jawa. Adapun kecepatan angin 4 m/s hingga 5 m/s tergolong berskala

(25)

Tabel 2.2 Potensi angin dengan satuan MW (megawatt) yang terdata dan dikalkulasi

dindonesia

(Sumber : http://setkab.go.id)

2.2.2 Jenis Kincir Angin

Banyak jenis mesin kincir angin yang telah dikembangkan, tetapi secara garis

besar dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:

1. Kincir Angin Poros Horisontal

Kincir Angin Poros Horisontal atau Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT)

adalah kincir angin yang memiliki poros utama sejajar dengan tanah dan

arah poros utama dapat memutar 360o agar dapat menyesuaikan dengan

arah angin (biasanya dewasa ini digunakan sensor untuk menangkap arah

angin). Kincir angin poros horisontal ini memiliki jumlah sudu lebih dari

dua atau lebih dan kincir angin ini dapat berputar dikarenakan adanya gaya

(26)

Ada beberapa jenis HAWT yang sudah umum dikenal dan dikembangkan

di seluruh dunia

a. Kincir Angin Propeler

Kincir angin jenis propeler ini biasanya memilik jumlah 2 sudu atau 3

sudu. Kincir angin ini memeiliki efisensi yanng cukup baik. Pada

umumnya untuk sistem pembangkit listrik tenaga bayu (angin)

digunakan jenis ini karena karakteristiknya yang unggul.

b. Kincir Angin American Multiblade

Kincir angin American Multiblade adalah salah satu jenis kincir angin

yang mempunyai jumlah sudu banyak. Sesuai dengan namanya, kincir

angin jenis ini banyak ditemukan di Amerika Serikat dan biasa

digunakan untuk memompa air, menggiling biji-bijian.

c. Kincir Angin Dutch Four Arm

Kincir angin Dutch Four Arm memiliki jumlah sudu 4 buah. Kincir angin ini biasanya digunakan di Belanda untuk menggerakan pompa

agar dapat mengeringkan lahan dengan cara memompa air tanah keluar

dari lahan yang biasa disebut polder. Sudah berabad-abad kincir jenis ini digunakan di belanda untuk menggiling gandum dan untuk

memompa air demi mengeringkan negerinya yang lebih rendah

daripada laut.

Adapun kelebihan dan kekurangan dari HAWT sendiri, yaitu :

Kelebihan kincir angin sumbu horizontal :

 Memiliki konstruksi yang memungkinkan untuk membangun

menara dengan tinggi.

 Penempatan turbin angin berada di puncak menara sehingga dapat

menangkap angin berkecepatan tinggi, karena semakin tinggi,

(27)

 Efisiensi tinggi, bilah-bilah kincir bergerak tegak lurus dengan arah

angin sehingga selalu menerima daya sepanjang putaran.

 Relatif memiliki kapasitas daya yang lebih besar.

Kekurangan kincir angin sumbu horizontal :

 Konstruksi lebih sulit karena melibatkan komponen yang sangat panjang.

 Bagian inti pembangkit (turbin, gearbox, bilah) harus diangkat ke

puncak tower saat pemasangan.

 Karena towernya yang tinggi, dapat menyebabkan peningkatan kematian burung akibat terkena bilah.

 Membutuhkan sistem pengereman karena turbin akan rusak jika

menerima kecepatan angin yang terlalu tinggi.

 Butuh fin atau ekor untuk mengarahkan turbin.

 Tidak dapat berputar dengan kecepatan angin yang rendah.

 Konstruksi tower harus besar dan kuat agar dapat menopang beban

gearbox dan turbin.

2. Kincir Angin Poros Vertikal

Kincir Angin Poros Vertikal atau Vertical Axis Wind Turbine (VAWT)

memiliki ciri sumbu putar vertikal terhadap tanah. Kincir angin ini posisi

porosnya tegak lurus dengan arah angin atau kincir jenis ini dapat

mengkonversi tenaga angin dari segala arah kecuali arah angin dari atas atau

bawah. Kincir jenis ini jarang dipakai untuk kincir komersial. Rotornya

berputar relatif pelan (di bawah 100 rpm), tetapi memiliki momen gaya

yang kuat, sehingga dapat dipakai untuk menggiling biji bijian, pompa air,

tetapi tidak cocok untuk menghasilkan listrik (di atas 1000 rpm cocok untuk

(28)

a. Kincir Angin Dorong (Savonius)

Terjadi bila TSR < 1 artinya lebih banyak bagian sudu yang mengalami

gaya dorong, seperti pada mangkuk anemometer. Kincir angin ini

memiliki bentuk yang bervariasi, seperti ember, dayung, layar, tangki.

Rotornya berbentuk S (bila dilihat dari atas). Kecepatan maksimum

sudu yang dihasilkan hampir sama dengan kecepatan angin. Ujung sudu

tidak pernah bergerak lebih cepat dari pada kecepatan angin. kincir jenis

ini memiliki efisiensi daya yang rendah. Kincir angin savonius

ditunjukan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kincir angin Savonius

(Sumber : http://hi-techsolutions.eu)

b. Kincir Angin Angkat (Darrieus)

Terjadi bila TSR > 1 artinya lebih banyak bagian blade yang mengalami

gaya angkat, seperti pada kincir angin Darrieus. Masing-masing sudu

memperlihatkan momen gaya angkat maksimum hanya dua kali setiap

(29)

besar dan tinggi, sehingga menimbulkan getaran. Biasanya memakai

dua atau tiga sudu. Kincir angin jenis ini menghasilkan lebih banyak

daya output dan memiliki efisiensi tinggi. Kincir angin Darrieus

ditunjukan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Kincir angin Darrieus

(Sumber : https://hamhamtaro.wordpress.com)

Adapun kelebihan dan kekurangan dari VAWT yaitu,

Kelebihan kincir angin sumbu vertikal :

 Tidak perlu sensor arah angin karena bisa menerima angin dari

arah mana saja

 Tidak perlu menggunakan konstruksi menara yang tinggi

 Dapat dibangun di lokasi mana saja

 Dapat berputar dengan kecepatan angin yang rendah

 Lebih fleksibel untuk dihibridkan dengan pembangkit listrik atau komponen lain

(30)

 Memiliki efisiensi yang relatif lebih rendah dibanding turbin

angin horizontal axis

 Memiliki rugi-rugi karena memiliki sebagian arah putaran yang

melawan arah angin

 Rotor terletak di dekat tanah, oleh karena itu tidak bisa

memanfaatkan angin berkecepatan tinggi

2.2.3 Konsep Jumlah Sudu

Jumlah sudu pada rotor kincir angin bervariasi, dan tidak ada tinjauan teoritis

yang benar sebagai konsep terbaik, tetapi lebih ditentukan oleh jenis penggunaannya,

misalnya untuk pembangkit listrik atau pompa air, serta kecepatan angin saat rotor

mulai berputar.

a. Konsep satu sudu, sulit setimbang, membutuhkan angin yang sangat

kencang untuk menghasilkan gaya angkat memutar, dan menghasilkan

noise di ujungnya. Konsep ini telah dikembangkan sukses di Jerman. b. Konsep dua sudu, mudah untuk setimbang, tetapi kesetimbangannya masih

mudah bergeser. Desain sudu harus memiliki kelengkungan yang tajam

untuk dapat menangkap energi angin secara efektif, tetapi pada kecepatan

angin rendah (sekitar 3 m/s) putarannya sulit dimulai.

c. Konsep tiga sudu, lebih setimbang dan kelengkungan blade lebih halus

untuk dapat menangkap energi angin secara efektif. Konsep ini paling

sering dipakai pada kincir angin komersial.

d. Konsep multi sudu (misalnya 12 sudu), justru memiliki efisiensi rendah,

tetapi dapat menghasilkan momen gaya awal yang cukup besar untuk mulai

berputar, cocok untuk kecepatan angin rendah. Memiliki profil sudu yang

tipis, kecil, kelengkungan halus, dan konstruksi yang solid. Konsep ini banyak dijumpai pada kincir angin untuk keperluan memompa air,

(31)

angin rendah sehingga menara tidak perlu terlalu tinggi dan air dapat

dipompa secara kontinu.

Konsep dua dan tiga sudu membutuhkan momen gaya awal yang cukup tinggi

untuk mulai proses putaran dan dapat menjadi kendala bila mesin memiliki rasio

transmisi gear lebih dari 1:5 pada kecepatan angin rendah. Pada kincir angin skala besar, diperlukan mesin (diesel) untuk memulai berputar (sebagai motor) sampai rotor

memiliki daya yang cukup untuk mengimbangi beban mekanik dan beban induksi

generator.

2.3Rumus Perhitungan

Rumus – rumus yang digunakan dalam melakukan perhitungan dan analisis data yang didapat selama atau setelah pengujian dilakukan. Dalam penelitian unjuk kerja

kincir angin poros horisontal tipe propeler adalah sebagi berikut:

2.3.1 Daya Angin

Energi yang terdapat pada angin adalah energi kinetik. Energi kinetik ialah

energi yang di miliki oleh suatu benda yang bergerak dan dapat dirumuskan sebagai

berikut :

E

k

= ½ m v

(1)

dengan :

Ek = energi kinetik angin (joule)

(32)

Daya merupakan energi persatuan waktu, maka dari persamaan di atas dapat

dituliskan :

P

in

= ½ .

. v

2 (2)

dengan :

Pin : daya yang dihasilkan angin J/s (watt)

: massa udara yang mengalir persatuan waktu (kg/s) v : kecepatan angin (m/s)

massa udara yang mengalir persatuan waktu dirumuskan :

= ρ . A . v

(3)

dengan :

ρ : massa jenis udara (kg/m3) A : luas penampang sudu (m2)

Dengan menggunakan persamaan (3), maka daya angin (Pin) dapat dirumuskan

menjadi :

P

in

= ½ ( ρ . A . v ) v

2

,

Disederhanakan menjadi :

(33)

2.3.2 Torsi

Torsi adalah gaya yang bekerja pada poros yang dihasilkan oleh gaya dorong

pada sumbu kincir, dimana gaya dorong ini memiliki jarak terhaap sumbu poros yang

berputar, dengan persamaan sebagai berikut :

T = F l

(5)

dengan :

T : torsi dinamis yang dihasilkan dari putaran poros (N.m)

F : gaya pembebanan (N)

l : jarak lengan torsi ke poros (m).

2.3.3 Daya Kincir

Daya Kincir (Pout) adalah daya yang dihasilkan oleh kincir sebagai akibat

adanya angin yang melintasi sudu kincir sehingga sudu kincir bergerak melingkar.

Daya yang dihasilkan oleh sudu kincir yang berputar adalah :

P

out Mekanis

= T ω

(6)

dengan :

T : torsi dinamis (N.m) ω : kecepatan sudut (rad/s)

Untuk menentukan kecepatan sudut (ω), digunakan persamaan :

ω = n

𝒑𝒖𝒕𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕

= n

𝟐 𝝅

(34)

=

𝝅 𝒏

𝟑𝟎

rad/s

Dengan demikian daya yang dihasilkan oleh kincir angin dinyatakan dengan

persamaan :

P

out Mekanis

= T ω

P

out Mekanis

= T

𝝅 𝒏

𝟑𝟎

rad/s

(7)

Dengan :

Pout : daya yang dihasilkan oleh kincir angin (watt)

n : putaran poros (rpm)

Daya yang dihasilkan (Pout) adalah daya yang dihasilkan oleh generator

sehingga daya kincir yang dihasilkan oleh gerakan melingkari kincir dapat dirumuskan

sebagai berikut :

P

out Listrik

= V . I

(8)

Dimana :

V : tegangan Output Generator (volt) I : arus output generator (ampere)

2.3.4 Koefisen Daya

Koefisen Daya (Cp) adalah perbandingan antara daya yang dihasilkan oleh

kincir angin (Pout) dengan daya yang tersedia oleh angin (Pin), Sehingga Cp bisa

(35)

Cp =

𝑷𝒐𝒖𝒕

𝑷𝒊𝒏 (9)

Dengan :

Cp : Koefisien daya (%)

Pout : daya yang dihasilkan oleh kincir angin (watt).

Pin : daya yang tersedia oleh angin (watt).

2.3.5 Tip Speed Ratio (TSR)

Tip speed ratio (tsr) adalah perbandingan antara kecepatan diujung sudu kincir

angin yang berputar dengan kecepatan angin.

Kecepatan diujung sudu (Vt) dapat dirumuskan sebagai berikut :

(Vt) = ω r

(10)

Dengan :

Vt : kecepatan ujung sudu ω : kecepatan sudut (rad/s) r : jari – jari kincir (m)

Sehingga TSR-nya dapat dirumuskan sebagai berikut :

tsr =

𝟐 𝝅 𝒓 𝒏

𝟔𝟎 𝒗

=

𝝅 𝒏 𝒓

𝟑𝟎 𝒗

(11)

(36)

tsr : tip speed ratio

n : kecepatan putar poros kincir angin (rpm) r : jari-jari sudu kincir angin (m)

v : kecepatan angin (m/s)

2.3.6 Hubungan Koefisien daya (Cp) dengan tip speed ratio (tsr)

Hubungan koefisien daya (Cp ) dengan tip speed ratio (tsr) dari berbagai jenis

kincir anggin adalah 59 %. Menurut Albert Betz, teorinya tersebut dinamakan Betz

limitz dengan grafik sebagai berikut :

Gambar 2.3 Grafik hubungan antara Cp dengan tsr dari berbagai kincir

(Web:jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek)

Pada Gambar 2.3 menunjukan hubungan antara rasio perbandingan daya yg

dihasilkan oleh kincir dengan daya yang tersedia oleh angin (Cp), sebagai fungsi dari

tip speed ratio λ atau perbandingan kecepatan ujung sudu kincir angin yang berputar dengan kecepatan angin. Dilihat bahwa kincir angin horisontal (three, two bladed

(37)

lainnya bahwa kincir angin sumbu vertikal dengan tipe savonius memiliki kofisien

daya yang rendah dibandingkan dengan kincir angin sumbu horisontal.

2.4Komposit

Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih

material sehingga dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat mekanik dan

karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya. Komposit memiliki sifat

mekanik yang lebih bagus dari logam, kekakuan jenis (modulus young/density) dan

kekuatan jenisnya lebih tinggi dari logam. Beberapa lamina komposit dapat ditumpuk

dengan arah orientasi serat yang berbeda, gabungan lamina ini disebut sebagai laminat.

Komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda, yaitu:

a. Penguat (reinforcement), yang mempunyai sifat kurang ductile tetapi lebih rigid serta lebih kuat, dalam penguat komposit yang digunakan yaitu dari serat alam.

b. Matriks, umumnya lebih ductile tetapi mempunyai kekuatan dan rigiditas yang

lebih rendah.

Secara garis besar ada 3 macam jenis komposit berdasarkan penguat yang

digunakannya, yaitu :

1. Fibrous Composites (Komposit Serat) merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu laminat atau satu lapisan yang menggunakan penguat berupa

serat atau fiber. Fiber yang digunakan bisa berupa glass fibers, carbon fibers,

aramid fibers (poly aramide), dan sebagainya. Fiber ini bisa disusun secara acak

maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih

kompleks seperti anyaman.

2. Laminated Composites (Komposit Laminat) merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya

(38)

3. Particulalate Composites (Komposit Partikel) merupakan komposit yang menggunakan partikel/serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi secara

merata dalam matriksnya.

Sehingga komposit dapat disimpulkan sebagai dua macam atau lebih material yang

digabungkan atau dikombinasikan dalam sekala makroskopis (dapat terlihat langsung

oleh mata) sehingga menjadi material baru yang lebih berguna. Komposit terdiri dari 2

bagian utama yaitu :

a. Matriks berfungsi untuk perekat atau pengikat dan pelindung filler (pengisi)

dari kerusakan eksternal. Matriks yang umum digunakan : carbon, glass, kevlar,

dll.

b. Filler (pengisi), berfungsi sebagai Penguat dari matriks. Filler yang umum

digunakan : carbon, glass, aramid, kevlar

2.4.1 Klasifikasi Bahan Komposit

Klasifikasi bahan komposit dapat dibentuk dari sifat dan strukturnya. Bahan

komposit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis. Secara umum klasifikasi

komposit yang sering digunakan antara lain seperti :

1. Klasifikasi menurut kombinasi material utama, seperti metal-organic atau

metal anorganik.

2. Klasifikasi menurut karakteristik bult-from, seperti system matrik atau

laminate.

3. Klasifikasi menurut instribusi unsur pokok, seperti continous dan

dicontinous.

4. Klasifikasi menurut fungsinya, seperti elektrikal atau struktural

(Schwartz,1984)

Sementara itu klasifikasi menurut komposit serat (fiber-matrik composites)

(39)

1. Fiber composite (komposit serat) adalah gabungan serat dengan matrik 2. Filled composite adalah gabungan matrik continous skeletal dengan matrik

yang kedua

3. Flake composite adalah gabungan serpih rata dengan metrik 4. Particulate composite adalah gabungan partikel dengan matrik

5. Laminate composite adalah gabungan lapisan atau unsur pokok lamina (Schwartz, 1984 : 16)

Secara umum bahan komposit terdiri dari dua macam, yaitu bahan komposit

partikel (particulate composite) dan bahan komposit serat (fiber composite). Bahan

komposit partikel terdiri dari partikel–partikel yang diikat oleh matrik. Bentuk partikel ini dapat bermacam–macam seperti bulat, kubik, tetragonal atau bahkan berbentuk yang tidak beraturan secara acak sedangkan bahan komposit serat terdiri dari serat – serat yang diikat oleh matrik. Bentuknya ada dua macam yaitu serat panjang dan serat

pendek.

a) Bahan Komposit Partikel

Dalam struktur komposit, bahan komposit partikel tersusun dari partikel– partikel disebut bahan komposit partikel (particulate composite) menurut

definisinya partikel ini berbentuk beberapa macam seperti bulat, kubik,

tetragonal atau bahkan berbentuk yang tidak beraturan secara acak, tetapi

rata–rata berdimensi sama. Bahan komposit partikel umumya digunakan sebagai pengisi dan penguat bahan komposit keramik (ceramic matrik

composites). Bahan komposit partikel pada umumnya lebih lemah dibanding bahan komposit serat. bahan komposit partikel mempunyai

keunggulan, seperti ketahanan terhadap aus, tidak muda retak dan

mempunyai daya pengikat dengan matrik yang baik. Bahan komposit

partikel merupakan jenis dari bahan komposit dimana bahan penguatnya

adalah terdiri dari partikel-partikel. Secara definisi partikel itu sendiri

(40)

sementara pada bahan komposit ukuran dari bahan penguat menentukan

kemampuan bahan komposit menahan gaya dari luar, dimana semakin

panjang ukuran serat maka semakin kuat bahan menahan beban dari luar,

begitu juga dengan sebaliknya. Bahan komposit partikel pada umumnya

lemah dan fracture-toughness-nya lebih rendah dibandingkan dengan serat

panjang, namun disisi lain bahan ini mempunyai keunggulan dalam

ketahanan terhadap aus. Pada bahan komposit keramik ( Ceramic Matrik Composite ), partikel ini umumnya digunakan sebagai pengisi dan penguat, sedangkan keramik digunakan sebagai matrik.

b) Bahan Komposit Serat

Unsur utama komposit adalah serat yang mempunyai banyak keunggulan,

oleh karena itu bahan komposit serat yang paling banyak dipakai. Bahan

komposit serat terdiri dari serat–serta yang terikat oleh matrik yang saling berhubungan. Bahan komposit serat ini terdiri dari dua macam, yaitu serat

panjang (continous fiber) dan serat pendek (short fiber dan whisker). Dalam

penelitian ini diambil bahan komposit serat (fiber composite). Penggunaan

bahan komposit serat sangat efisien dalam menerima beban dan gaya.

Karena itu bahan komposit serat sangat kuat dan kaku bila dibebani searah

serat, sebaliknya sangat lemah bila dibebani dalam arah tegak lurus serat.

Komposit serat dalam dunia industri mulai dikembangkan daripada

menggunakan bahan partikel. Bahan komposit serat mempunyai

keunggulan yang utama yaitu strong (kuat), stiff (tangguh), dan lebih tahan

terhadap panas pada saat didalam matrik (Schwartz, 1984). Dalam

penggembangan teknologi pengolahan serat, membuat serat sekarang

semakin diunggulkan dibandingkan material–material yang digunakan. Cara yang digunakan untuk mengkombinasi serat berkekuatan tarik tinggi

dan bermodulus elastisitas tinggi dengan matrik yang bermassa ringan,

(41)

dikembangkan guna untuk memperoleh hasil yang maksimal. Komposit

pada umumnya mengunakan bahan plastik yang merupakan material yang

paling sering digunakan sebagai bahan pengikat seratnya selain itu plastik

mudah didapat dan mudah perlakuannya, daripada bahan dari logam yang

membutuhkan bahan sendiri.

Gambar 2.4. Klasifikasi bahan komposit secara umum

Dari Gambar 2.4 menunjukan klasifikasi bahan komposit secara umum dari

material penguatnya

2.4.2 Bagian utama komposit 1. Reinforcement

Salah satu bagian utama dari komposit adalah reinforcement (penguat) yang

berfungsi sebagai penanggung beban utama pada komposit seperti contoh

serat. Serat (fiber) adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan

komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Serat dapat

digolongkan menjadi dua jenis yaitu :

a. Serat Alam

(42)

Jenis-jenis serat

Jenis-jenis serat yang banyak tersedia untuk menggunakan komposit dan

jumlahnya hampir meningkat. Kekakuan spesifik yang tinggi (kekakuan

dibagi oleh berat jenisya) dan kekuatan spesifik yang tinggi (kekuatan

dibagi oleh berat jenisnya) serat-serat tersebut yang disebut Advanced Composit. Pembahasan yang mendalam dari jenis-jenis serat dan cara-cara pembuatannya dapat ditemukan dalam buku (Chawla 1987).

2. Matriks

Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi

volume terbesar (dominan). Matrik mempunyai fungsi sebagai berikut :

 Mentransfer tegangan ke serat secara merata.

 Melindungi serat dari gesekan mekanik.

 Memegang dan mempertahankan serat pada posisinya.

 Melindungi dari lingkungan yang merugikan.

 Tetap stabil setelah proses manufaktur.

Sifat-sifat matrik (Ellyawan, 2008) : • Sifat mekanis yang baik.

• Kekuatan ikatan yang baik. • Ketangguhan yang baik. • Tahan terhadap temperatur.

Pada umumnya komposit yang dibuat dapat dibagi ke dalam tiga

kelompok utama:

(43)

disebut, Polimer Berpenguatan Serat (FRP – Fibre Reinforced Polymer) – bahan ini menggunakan suatu polimer-berdasar resin sebagai matriknya, dan suatu jenis serat seperti glass, karbon dan

aramid (Kevlar) sebagai penguatannya.

b. Komposit Matrik Logam ( Metal Matrix Composites – MMC). Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites – MMC) – ditemukan berkembang pada industri otomotif, bahan ini

menggunakan suatu logam seperti aluminium sebagai matrik dan

penguatnya dengan serat seperti silikon karbida.

c. Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites – CMC) Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites – CMC) digunakan pada lingkungan bertemperatur sangat tinggi, bahan ini

menggunakan keramik sebagai matrik dan diperkuat dengan serat

pendek, atau serabut-serabut (whiskers) dimana terbuat dari silikon

karbida atau boron nitrida.

2.4.3 Serat

Kaca serat (fiberglass) atau sering diterjemahkan menjadi serat

gelas adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar 0,005

mm - 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun menjadi kain, yang

kemudian diresapi dengan resin sehingga menjadi bahan yang kuat dan

tahan korosi untuk digunakan sebagai badan mobil dan bangunan kapal. Serat ini juga

digunakan sebagai agen penguat untuk banyak produk plastik; material komposit yang

dihasilkan dikenal sebagai plastik diperkuat-gelas (glass-reinforced plastic, GRP)

atau epoksi diperkuat glass-fiber (GRE), disebut "fiberglass" dalam penggunaan umumnya. Apabila bahan fiberglass dicampurkan atau dilapisi dengan bahan resin

maka akan menjadi bahan yang kuat dan tahan terhadap korosi.fiber glass ditunjukan

(44)

Gambar 2.5 Serat kaca (fiberglass)

Fiber Glass merupakan salah satu material komposit yang cocok untuk

renforcing pada pembuatan part-part di bidang industri yang memerlukan ketahanan dan kekuatan. Fiber Glass mempunyai sifat-sifat secara umum sebagai berikut :

a) Kekuatan tarik yang tinggi / High Tensile Strength

b) Tahan terhadap panas dan api / tidak terbakar atau menyokong pembakaran

c) Dan tidak rusak karena :

 Bahan kimia

 Jamur, bakteri / serangga

 Tahan terhadap Moisture

 Tidak busuk

 Tahan panas

d) Keuntungan yang spesifik :

 Kuat

 Tidak korosi

 Fleksible

(45)

 Sinar matahari tidak mempengaruhi terhadap warna

 Variasi dalam fabrikasi

Bentuk Fiber Glass

Staple Matte : Tersusun dari fiber terpotong-potong / discontinue dan fiber lurus continue. Ukuran panjang discontinue 25mm – 50mm.

Woven Roving :Merupakan tenunan Filamen / benang glass yang

menghasilkan tenunan bentuk kain.

Rovimet : Gabungan antara woven Roving dan Steaple Matte. Antara

anyaman Woven Roving terdapat benang-benang Steple Matte atau dua

permukaan, permukaan Woven Roving dan permukaan Steaple Matte.

Penggunaan Fiber Glass Lebih sering digunakan dalam material Composite karena memiliki sifat-sifat yang baik dan harga lebih murah dari fiber lain.

Glass fiber dibagi menjadi tiga kelas, yaitu E-glass, S-glass dan glass. C-glass ditujukan untuk penggunaan pada aplikasi kelistrikan, S-glass digunakan untuk kekuatan tinggi dan E-glass digunakan untuk ketahanan korosi yang tinggi. Dari ketiga

serat tersebut, E-glass adalah material penguat yang paling umum digunakan dalam struktur sipil.

2.4.4 Resin

Resin merupakan polimer zat organil yang terdiri dari unsur-unsur carbon,

hidrogen dan oksigen yang berbentuk padat atau cair. Ditinjau dari sifatnya resin

berfungsi sebagai bahan pengikat / lem.

Fungsi pokok resin dalam komposit adalah :

a. Memberikan daya ikat antara benang-benang fiber

(46)

c. Melindungi fiber dari pengaruh lingkungan seperti daya gesek dan

kelembaban

d. Memberikan kekakuan pada arah tegak lurus fiber.

Pada dasarnya resin dapat digolongkan menjadi 2 golongan besar :

a. Resin Thermosetting

Dalam bentuk padat, termoset membentuk ikatan silang (cross linked) antar

benang-benang polimer dalam bentuk tiga dimensi yang tidak mencair pada

temperatur tinggi. Jenis-jenis termoset yaitu phenol formaldehyde, epoxy,

melamine formaldehyde, urea formaldehyde, Resin Poliester, dan lain-lain.

b. Resin Thermoplastik

Termoplastik merupakan polimer yang memiliki struktur berupa rantai

panjang yang lurus, akan melunak dan mencair jika dipanaskan, dan

mengeras lagi jika didinginkan. Beberapa jenis termoplastik yaitu

polyethylene, polyprophylene, nylon, dan lain-lain.

Secara umum resin dibagi menjadi 3 bagian:

1. Resin Poliester

Resin ini telah dipakai secara meluas dan mudah diperoleh di pasaran secara

umum. Resin ini merupakan resin cair seperti yang ditunjukan di Gambar

2.6 dengan viskositas yang relatif rendah, mengeras pada suhu kamar

dengan penggunaan katalis tanpa menghasilkan gas saat pengesetan,

sehingga tidak perlu diberi tekanan untuk pencetakan. Poliester memiliki

kekuatan mekanik yang cukup bagus, ketahanan terhadap bahan kimia,

selain itu harganya relatif cukup murah. Sifat-sifat resin ini adalah sebagai

berikut :

 Isolator Listrik

(47)

 Flexible

 Daya Adhesive baik

 Harga relative murah

Gambar 2.6 Resin Poliester

(Sumber : https://tianmagroup.en.made-in-china.com)

2. Resin Phenolic

Sifat mekanik dari resin phenolic ditunjukan pada Gambar 2.7 lebih rendah

dari resin epoksi dan poliester, tetapi resin ini tahan benturan dan panas.

Dari jenis-jenis resin tersebut di atas masih banyak lagi jenis resin lain,

biasanya sudah diproduksi langsung bersatu dengan material fiber glass

(48)

Gambar 2.7 Resin Phenolic

(Sumber : https://www.indiamart.com)

3. Resin Epoksi

Resin epoksi merupakan resin yang paling sering digunakan. Resin epoksi

adalah cairan organik dengan berat molekul rendah yang mengandung

gugus epoksida. Epoksida memiliki tiga anggota di cincinnya: satu oksigen

dan dua atom karbon. Reaksi epichlorohydrin dengan phenols atau aromatic amines membuat banyak epoksi. Pengeras (hardener), pelunak (plasticizer), dan pengisi (filler) juga ditambahkan untuk menghasilkan

epoksi dengan berbagai macam sifat viskositas, impact, degradasi, dan

lain-lain (Kaw, 2006).

Meskipun epoksi ini lebih mahal dari matriks polimer lain, namun epoksi

ini adalah matriks dari polimer matrix composite yang paling populer. Lebih

dari dua pertiga dari matriks polimer yang digunakan dalam aplikasi

industri pesawat terbang adalah epoksi. Alasan utama epoksi paling sering

digunakan sebagai matriks polimer yaitu:

(49)

2) Viskositas dan tingkat alirannya rendah, yang memungkinkan

membasahi serat dengan baik dan mencegah ketidakberaturan serat

selama pemrosesan.

3) Ketidakstabilan rendah.

4) Tingkat penyusutan rendah yang mengurangi kecenderungan

mendapatkan tegangan geser yang besar ikatan antara epoksi dan

penguatnya.

5) Tersedia lebih dari 20 tingkatan untuk memenuhi sifat spesifik dan

kebutuhan pengolahan.

Resin epoksi pada Gambar 2.8 memiliki karakteristik yang langsung

ditunjukan dalam hubungan antara ciri struktur :

 Tahan terhadap panas

 Daya adhesive baik

 Tahan korosi

 Harga relative lebih tinggi dari resin Poliester

Gambar 2.8 Resin Epoksi

(50)

2.5Tinjauan Pustaka

Siregar (2018) mengkaji“ unjuk kerja model kincir angin petani garam sumenep dengan tiga variasi jumlah sudu “. Hasil penelitian menunjukan bahwa kincir angin dengan variasi 4 sudu menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 20,42 % pada tip

speed ratio optimal 3,3101. Kincir angin dengan variasi 3 sudu menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 19,42 % pada tip speed ratio optimal 3,7932 dan kincir angin

dengan variasi 2 sudu menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 16 % pada tip

speed ratio optimal 4,2557. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kincir angin model petani garam di sumenep dengan variasi 4 sudu menghasilkan unjuk kerja

terbaik diantara ketiga variasi.

Yerikho (2016) meneliti“ Unjuk kerja kincir angin poros horisontal 2 sudu diameter 1 meter berbahan komposit dengan lebar maksimal 10 sentimeter dari pusat poros “. Hasil penelitian terhadap kincir angin poros horisontal 2 sudu adalah a) daya terbesar yang dihasilkan dari kincir angin yaitu 23,08 watt pada torsi 0,64 N.m dengan

kecepatan angin 9 m/s. b) Torsi terbesar yang dihasilkan oleh kincir angin 0,7 N.m

pada kecepatan putar kincir 398 rpm terjadi pada kecepatan angin 9 m/s. c) Koefisien

daya tertinggi yang didapatkan 13,02 % pada tsr 3,9 dengan kecepatan angin 7 m/s. d)

tip speed ratio tertinggi yang didapatkan 4,8 pada kecepatan putar kincir 629 rpm terjadi pada kecepatan angin 7m/s.

Wijayanto (2016) mengkaji “ unjuk kerja angin propeller tiga sudu berbahan komposit dengan posisi lebar maksimal sudu 10 sentimeter dari pusat poros “. Hasil penelitian kincir angin menunjukan bahwa dengan kecepatan angi 7 m/s didapatkan

koefisien daya yang lebih besar daripada ketika kecepatan angin 8 dan 9,5 m/s.

Koefisien daya tertinggi yang didapat yaitu sebesar 19,6 % pada tsr 3,6 dengan

kecepatan angin 7 m/s. pada kecepatan angin 9,5 m/s, torsi terbesar yang dihasilkan

oleh kincir angin yaitu 0,9 N.m dengan kecepatan putar kincir 465 rpm. Pada kecepatan

angin 9,5 m/s, daya terbesar yang dapat dihasilkan dari kincir angin yaitu 44,88 watt

(51)

Jiang (2017) meneliti“ unjuk kerja kincir angin poros horisontal empat sudu, berbahan pvc 8 inchi, diameter 1m, lebar maksimal sudu 14 cm berjarak 20 cm dari sumbu poros “. Dari hasil penelitian ini, kincir angin pada variasi kecepatan angin 8,3 m/s, menghasilkan koefisien daya mekanis maksimal sebesar 18,15 % pada tip speed

ratio 2,54 dengan daya output sebesar 46,37 W dan torsi sebesar 1,11 N.m. Kincir angin dengan variasi kecepatan angin 7,2 m/s, menghasilkan koefisien daya mekanis

maksimal sebesar 25,08 % pada tip speed ratio 2,47 dengan daya output sebesar 43,38

W dan torsi sebesar 1,22 N.m. Kincir angin dengan variasi kecepatan angin 6,1 m/s,

menghasilkan koefisien daya output sebesar 23,19 W dan Torsi sebesar 1,17 N.m. Dari

ketiga variasi kecepatan angin yang telah diteliti, dapat disimpulkan bahwa putaran

kincir angin pada variasi kecepatan angin 7,2 m/s memiliki nilai koefisien daya

(52)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Diagram Alir

Langkah kerja dalam penelitian yang penulis laksanakan tersaji dalam diagram

alur di bawah ini.

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian kincir angin poros horizontal 2,3,4 sudu berbahan

(53)

3.2Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kincir angin poros horizontal 2, 3, 4 sudu diameter 110

cm berbahan komposit dengan lebar maksimum 11 cm dan 20 cm pada posisi pangkal

sudu dari pusat poros, yaitu campuran antara resin poliester dan serat fiberglass sebagai

fasa penyusun kompositnya. Campuran tersebut memiliki perannya masing-masing,

polyester sebagai matriksnya dan serat fiberglass sebagai reinforced.

3.3Alat dan Bahan 3.3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian tugas akhir dengan bahan komposit ini

antara lain :

1. Sudu kincir angin

Sudu kincir angin yang ditunjukan pada Gambar 3.2 akan menerima sapuan

angin sehingga nantinya berawal dari sudu inilah energi angin diubah

menjadi energi listrik. Sudu kincir angin pada penelitian ini berjumlah 4,

jenis propeler dan terbuat dari bahan komposit yaitu poliester dan serat

fiberglass. Dimensi dari kincir angin yang dipakai yaitu memiliki radius 55

cm, lebar pangkal 11 cm dan lebar ujung sudu 4,5 cm

(54)

2. Dudukan sudu (Rotor hub)

Rotor hub yang ditunjukan pada Gambar 3.3 merupakan bagian dari rotor

yang berfungsi menghubungkan sudu-sudu dengan shaft (poros) utama.

Komponen ini juga berfungsi mengatur sudut kemiringan sudu sesuai

keingiinan peneliti. Rotor hub disini berupa piringan aluminium dengan

tebal 4 cm berbentuk persegi 12 dan masing-masing sisi memiliki lubang

baut, sudut kemiringan diatur dengan sambungan L-plat yang

menghubungkan sudu dengan rotor hub

Gambar 3.3 Rotor Hub

3. Anemometer

Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin.

Alat ini diletakkan didepan kincir angin. Anemometer ditunjukkan pada

(55)

Gambar 3.4 Anemometer

4. Takometer

Takometer (tachometer) adalah alat yang digunakan untuk mengukur

kecepatan putar poros kincir angin. Jenis yang digunakan adalah digital light takometer. Takometer ditunjukkan pada Gambar 3.5.

(56)

5. Timbangan Digital

Merupakan alat atau komponen yang berfungsi untuk mengetahui beban

pada generator saat poros kincir berputar. Timbangan digital ditunjukan

pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Timbangan digital

6. Generator

Generator yang ditunjukan pada gambar 3.7 adalah alat untuk mengubah

energi mekanis menjadi energi listrik sehingga melalui generator ini

(57)

Gambar 3.7 Generator

7. Fan Blower

Fan Blower adalah alat yang digunakan untuk menciptakan hembusan angin

dengan kecepatan tertentu. Fan Blower yang digunakan selama penelitian

digerakan oleh motor listrik berdaya 11,000 kW dan dihubungkan

menggunakan transmisi sabuk dan puli. Fan Blower ditunjukkan pada

Gambar 3.8.

(58)

8. Voltmeter

Voltmeter merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui dan

mengukur tegangan yang dihasilkan kincir angin tersebut. Ditunjukan pada

Gambar 3.9.

Gambar 3.9 Voltmeter

9. Amperemeter

Amperemeter merupakan komponen untuk mengetahui dan mengukur

besarnya kuat arus yang dihasilkan oleh kincir angin tersebut. Ditunjukan

pada Gambar 3.10.

(59)

10.Pembebanan

Pembebanan yang dilakukan dengan menggunakan lampu bermaksud

untuk mengetahui performa kincir angin. Variasi rang voltase lampu yang

diberikan bermaksud supaya datayang dihasilkan lebih bervariasi. Skema

beban lampu ditunjukan pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11 skema pembebanan lampu

3.3.2 Bahan

1. Resin Poliester

Merupakan resin cair dengan viskositas yang relatif rendah, mengeras pada

suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa menghasilkan gas saat

pengesetan, sehingga tidak perlu diberi tekananuntuk pencetakan. Poliester

memiliki kekuatan mekani yang cukup bagus, ketahanan terhadap bahan

kimia, selain itu harganya relatif cukup murah. Resin Poliester ditunjukan

(60)

Gambar 3.12 Resin Poliester

2. Katalis (Hardener)

Katalis /Hardener adalah suatu zat yang dapat mempercepat atau

memperlambat reaksi. Katalis sengaja ditambahkan dalam jumlah sedikit

ke dalam suatu sistem reaksi untuk mempercepat reaksi. Katalis ditunjukan

pada Gambar 3.13.

(61)

3. Fiberglass

Fiberglass yang ditunjukan pada Gambar 3.14 adalah kaca cair yang ditarik

menjadi serat tipis dengan garis sekitar 0,005 mm – 0,01. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun menjadi kain, yang kemudian

diselimuti dengan resin sehingga menjadi bahan yang kuat dan tahan korosi.

Gambar 3.14 Serat kaca (fiberglass)

4. Alumunium Foil

Alumunium foil adalah bahan berupa lembaran logam alumunium yang

padat dan tipis. Pada penelitian ini, alumunium foil digunakan melapisi pipa

PVC sebelum mendapat sapuan resin poliester. Alumunium foil ditunjukan

(62)

Gambar 3.15 Alumunium foil

5. Pipa PVC 8 inchi

Pipa PVC 8 inchi digunakan sebagai pembuat mal cetakan pada saat

pembuatan kincir dengan desain yang diinginkan peneliti. Pipa PVC

ditunjukan pada Gambar 3.16

(63)

6. Kuas Cat

Kuas cat dalam penelitian ini digunakan sebagai alat sapuan resin polyester

pada mal cetakan yang sudah terlapisi fiber. Kuas cat ditunjukan pada

Gambar 3.17.

Gambar 3.17 Kuas Cat

3.4Desain Kincir Angin

Desain kincir angin yang peneliti pilih memilik penampang silinder dari potongan

pipa pvc 8 inchi. Posisi paling lebar sebagai penangkap angin berada 11,5 cm diatas

pusat poros. Lebar ujung sudu 4,5 cm. Seperti ditunjukan pada Gambar 3.18 dan

(64)

Gambar 3.18 Dimensi kincir angin dalam penelitian, ukuran dalam satuan milimeter

Gambar 3.19 Skematik dimensi kincir angin

3.5Pembuatan Sudu Kincir Angin

Dalam Proses Pembuatan sudu dilakukan dengan beberapa langkah,

langkah-langkah sebagai berikut :

A. Pembuatan cetakan

(65)

Ini cukup penting karena ini dasar dari proses pembuatan sudu kincir angin.

Pembuatan mal dengan kertas akan lebih memudahkan peneliti daripada

langsung membuat langsung pada pipa. Mal yang telah dibuat digunakan

untuk mencetak mal pada pipa wavin 8 inchi.

2) Pemotongan pipa PVC 8 inchi sesuai dengan mal kertas

Pada langkah ini, pipa PVC 8 inchi yang memilik panjang 50 cm dipotong

menjadi 3 bagian. Setelah terpotong menjadi 3 bagian, tempelkan mal dari

kertas pada permukaan luar pipa yang sudah dipotong tandai dengan garis

memakai pensil atau spidol. Usahakan mal yang dibuat lebih besar diameter

dari desain asli sudu agar saat proses finishing hanya tinggal mengurangi

sudu dan tidak mengulang membuat sudu tersebut. Setelah gambaran dari

mal terbuat, potong pipa sesuai gambaran mal tersebut dengan

menggunakan gergaji besi atau gerinda tangan (serkel).

3) Menghaluskan pipa

Amati hasil potongan pipa tersebut apakah sesuai dengan mal yang

diinginkan. Dalam tahap ini apabila potongan tidak sesuai dengan mal maka

potongan pipa harus sedikit dimodifikasi ditambahi atau mungkin jika perlu

harus memotong kembali pipa 8 inchi. Masing-masing model dibuat 2

spesimen agar mempermudah proses pembuatan atau pencetakan sudu

nantinya.

B. Pembuatan sudu kincir angin

1) Pelapisan cetakan pipa

Potongan pipa yang sudah siap harus dilapisi dengan oli atau minyak pada

bagian dalam lengkungan pipa lalu di tutupi dengan menggunakan

alumunium foil. Pelapisan dengan penutupan pipa tersebut berguna untuk

mempermudah dalam proses pelepasan campuran resin yang sudah kering

(66)

2) Pencampuran poliester / resin dengan hardener /katalis.

Sebelum langkah selanjutnya, campurkan terlebih dahulu resin dengan

katalis, dengan perbandingan 1kg resin dengan 10 ml katalis (bisa

disesuaikan sendiri). Karena semakin banyak campuran katalis pada adonan

tersebut maka akan semakin cepat mengering dan mengeras campurannya.

Adapun kekurangan campuran katalis yang berlebih membuat cetakan pipa

bisa mengalami pelengkungan dan dapat mempengaruhi proses hasil untuk

cetakan berikutnya.

3) Pembuatan atau pencetakan sudu

Proses pembuatan sudu dengan menggunakan komposit yang terdiri dari

poliester resin, katalis dan fiberglass harus dilakukan dengan cepat, karena

ketika poliester resin sudah tercampur dengan katalis maka adonan tersebut

akan cepat mengering dan mengeras. Pada lapisan ini dibutuhkan 4 lembar

fiberglass dan disetiap lembar fiberglass mendapatkan sapuan/ olesan

adonan poliester resin pada bagian bawah dan atas lembaran fiberglass agar

berat dan kekuatan dari komposit tersebut sesuai dengan desain yang

diharapkan. Adapun langkah-langkah pembuatan sudu dari komposit :

a. Oleskan campuran poliester resin dengan katalis tersebut pada

alumunium foil yang sudah ditempelkan lembaran serat fiberglass pada

atas lengkungan dalam cetakan pipa.

b. Lalu tempelkan kembali serat fiberglass tersebut dan kembali berikan

campuran poliester resin dan katalis, ulang proses tersebut hingga

mencapai 4 lapisan serat fiberglass.

c. Setelah mencapai 4 lapisan serat fiberglass dan tentunya diolesi lagi

dengan campuran resin dengan katalis tadi. Tutup dengan potongan pipa

yang satunya dengan model yang sama dan sudah dilapisi dengan

aluminium foil tentunya dibagian lengkungan pipa luar.

(67)

4) Pengeringan dan finishing sudu

Setelah proses pembuatan telah selesai, keringkan sudu dibawah matahari

agar sudupun lebih cepat kering. Jemur kira-kira 2-3 hari. Kemudian

apabila sudu sudah kering, potong dengan gerinda tangan / serkel sesuai

dengan mal pipa sesuai dengan mal pipa pada bagian paling dasar dan

rapikan dengan amplas jika masih kurang sesuai dengan mal pipa.

3.6Waktu Penelitian

Proses pembuatan kincir angin berbahan material komposit ini dilakukan pada

semester ganjil tahun ajaran hingga pergantian semester ganjil ke genap 2017/2018.

Sedangkan pengambilan data, pengolahan hasil, serta pembuatan analisis juga

pembahasan dilakukan pada pertengahan semester genap tahun ajaran 2017/2018.

Pembuatan penelitian dan pengambilan data dilakukan di Laboratorium Konversi

Energi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3.7Variabel Penelitian dan Variabel Ukur A. Variabel Penelitian

1. Variasi jumlah sudu

2. Variasi kecepatan angin

B. Variabel Ukur

Variable ukur yang dilakukan pada penelitian kincir angin berbahan komposit

ini adalah

1. Kecepatan Angin

2. Kecepatan Putar Poros Kincir Angin

3. Gaya pengimbang

4. Tegangan output Generator

Gambar

Gambar 3.19 Skematik dimensi kincir angin ............................................................
Tabel 2.1 Tabel tingkat kecepatan angin 10 meter diatas permukaan tanah.
Tabel 2.2 Potensi angin dengan satuan MW (megawatt) yang terdata dan dikalkulasi
Gambar 2.1 Kincir angin Savonius
+7

Referensi

Dokumen terkait

srorrlq oRcliM MDN. FAIITJLTAS

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam hal pemetaan lokasi pertambangan pasir di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan tahun 2016, dapat

Tabulasi Pengaruh Pemberian Labu Siam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Ibu Hamil Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wonorejo Kecamatan Ngadiluwih kabupaten Kediri

Dari fungsi keanggotaan di atas dapat di lihat bahwa anggota dari sedikit memiliki domain [0 15], dimana x merupakan input yang akan di berikan nantinya, semakin besar

Dengan diterapkanya manajemen pendidikan kecakapan hidup vokasional ( life skill vocational ) agar pesantren Baitul Hidayah Bandung mampu memberikan bekal dasar dan

Suami yang berpengetahuan baik dan aktif, hal ini menunjukan hal yang positif karena suami sangat menyayangi istrinya sehingga dapat memberikan perhatian dan kasih sayang

Pedoman Pelayanan Kesehatan Bayi Berat LahirRendah (BBLR) dengan Perawatan Metode Kanguru di Rumah Sakit dan Jejaringnya.. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat

Penelitian lebih lanjut dan mendalam masih dibutuhkan untuk melihat manfaat blended language learning dalam kelas yang terdiri dari peserta didik dengan tingkat