i
UNJUK KERJA DISTILASI AIR JENIS KAIN
MENGGUNAKAN PIPA PEMANAS
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Mesin
Disusun oleh :
NATAN ANDANG PRATIWAN NIM : 155214052
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
PERFORMANCE SOLAR WATER DISTILASTION OF WICK
TYPES USING HEATING PIPES
FINAL PROJECT
Presented as partitial fullfilment of the requirement
to obtain Bachelor Degree
Presented by :
NATAN ANDANG PRATIWAN
NIM : 155214052
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
vii
ABSTRAK
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok makhluk hidup. Sumber air yang ada sering kali terkontaminasi oleh zat kimia dari limbah pabrik. Salah satu cara untuk mendapatkan air bersih dari air yang terkontaminasi adalah dengan didistilasi. Pada proses distilasi membutuhkan energi panas, energi panas dapat diperoleh dari energi surya. Unjuk kerja distilasi dipengaruhi oleh proses penguapan dan pengembunan. Faktor yang mempengaruhi proses penguapan adalah lama waktu pemanasan dan tempratur air, yang mempengaruhi proses pengembunan adalah temperatur dan tekanan. Pada penelitian ini peneliti akan memperbaiki proses penguapan pada alat distilasi jenis kain yaitu dengan menambahkan pipa pemanas sebagai pemanasan awal air yang akan didistilasi, dan memvariasikan debit sebagai lama waktu pemanasan air. Pipa pemanas yang digunakan berdiametern 3 mm panjang 140 cm, dan 80 cm. Variasi debit yang digunakan adalah 0,6 liter/jam tanpa menggunakan pipa pemas (variasi 1), 0,4 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2), 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 3), 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 4), 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 5). Pada penelitian ini digunakan 6 lampu pemanas ruangan berdaya 375 Watt (1 lampu) untuk menggantikan energi surya.Secara keseluruhan berdasarkan efek debit air masukan dan temperatur air masukan, unjuk kerja tertinggi pada alat distilasi air absorber jenis kain ada pada variasi debit air masukan 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 3). Pada variasi 3 didapatkan efisiensi sebesar 48,5 % dan hasil air 0,330 liter (0,383 liter/m2.jam).
viii
ABSTRACT
Water is one of the basic needs of living things. Existing water sources are often contaminated with chemicals from factory waste. One way to get clean water from contaminated water is to be distilled. Distillation process requires heat energy, heat energy can be obtained from solar energy. Distillation performance is influenced by evaporation and condensation processes. Factors that influence the evaporation process are the length of heating time and water temperature, which affects the condensation process is temperature and pressure of the water. In this study the researchers will improve the evaporation process on wick distillation type devices, by adding a heating pipe as the initial heating of the water to be distilled, and varying the discharge as the length of time for heating the water. The heating pipe used are 3 mm in length 140 cm and 80 cm. The variation of the discharge used are 0.6 liters / hour without using a pipeline (variation 1), 0.4 liters / hour using a heating pipe 140 cm (variation 2), 0.6 liters / hour using a heating pipe 140 cm (variation 3 ), 0.8 liters / hour using 140 cm heating pipe (variation 4), 0.6 liters / hour using 80 cm heating pipe (variation 5). In this study 6 lamps of 375 Watt (1 lamp) were used to change the solar energy from the sun. Overall, based on the effect of input water discharge and input water temperature, the highest performance on wick type water absorber distillation devices is in the variation of 0.6 liter / hour input water discharge using 140 cm heating pipe (variation 3). In variation 3 the efficiency is 48.5% and the clean water is 0.330 liters (0,383 liters/m2.hour).
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan keapada Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala berkat dan karunia-Nya, sehingga tugas akhir ini dapat terlaksana
dengan lancar serta penulis dapat menyelesaikan naskah tugas akhir yang berjudul
“Unjuk Kerja Distilasi Air Jenis Kain Menggunakan Pipa Pemanas”. Tugas akhir ini disusun sebagai syarat kelulusan pada program Studi Teknik Mesin
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.
Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Sudi Mungkasi, S.Si, M.Math.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Ir. PK. Purwadi, MT., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Ir. Franciscus Asisi Rusdi Sambada, M.T., selaku dosen pembimbing
yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan dalam proses
pengerjaan tugas akhir ini.
4. Bapak Doddy Purwadianto, M.T., Selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan dukungan selama proses pengerjaan tugas akhir ini.
5. Seluruh dosen dan laboran Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan pengetahuan selama kuliah.
6. Keluarga tercinta Rikel Tiwan, Sri Suprapti, Kenzie Filbert Pratiwan yang telah
memberikan doa dan dukungan yang diberikan baik secara moral maupun
material yang tak ternilai harganya.
7. Kadwi Mentari yang selalu memberikan semangat dan dukungan secara moral.
8. Teman dan sahabat : Wahyu Setyaji, Ganang Darmanto Winih Arga Christian,
Gregorius Widyatmoko, Johua Abhimukti, Daniel Pakpahan, Robertus
Landung, Albertus Sigit Adrianto, Julianto Tomas Geraldo, Andriana Nathalia,
dan teman-teman kelas surya serta teman-teman teknik mesin yang tidak dapat
x
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu secara langsung maupun
tidak langsung yang telah memberikan dukungan.
tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik sangat
diharapkan guna penyempurnaan. Semoga naskah tugas akhir ini dapat bermanfaat
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
LEMBAR PERSETUJIAN ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
ABSTRAK ... vii
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Rumusan Masalah ... 3
1.4 Batasan Masalah ... 4
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Penelitian Terdahulu ... 5
2.2 Landasan Teori ... 6
2.3 Hipotesis ... 11
BAB III METODE PENELITIAN ... 12
3.1 Metode Penelitian ... 12
3.2 Variabel yang Divariasikan ... 15
3.3 Langkah Penelitian ... 15
3.3 Skema dan Spesifikasi Alat ... 16
xii
3.6 Alat Ukur yang Digunakan ... 19
3.7 Langkah Analisi Data ... 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
4.1 Data Penelitian ... 21
4.2 Hasil Penelitian dan Perhitungan ... 24
4.3 Hasil Unjuk Kerja ... 26
4.3.1. Efek Debit Air Masukan Terhadap Unjuk kerja ... 26
4.3.2. Efek Temperatur Air Masukan Terhadap Unjuk Kerja ... 27
4.4 PEMBAHASAN ... 27
4.4.1 Efek Debit Air Masukan Terhadap Unjuk kerja ... 27
4.4.1 Efek Temperatur Air Masukan Terhadap Unjuk Kerja ... 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45
5.1 Kesimpulan ... 45
5.2 Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel variasi efek debit air masukan terhadap efisiensi dan hasil air pada alat distilasi. ... 15
Tabel 3.2 Tabel variasi efek temperatur air masukan terhadap efisiensi dan hasil air pada alat distilasi. ... 15 Tabel 4.1 Data rata-rata per 10 menit distilasi kain dengan debit 0,6 liter/jam
tanpa menggunakan pipa pemanas (variasi 1) ... 21
Tabel 4.2 Data rata-rata per 10 menit distilasi kain dengan debit 0,4 liter/jam 22
Tabel 4.3 Data rata-rata per 10 menit distilasi kain dengan debit 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 3) ... 22
Tabel 4.4 Data rata-rata per 10 menit distilasi kain dengan debit 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 4) ... 23
Tabel 4.5 Data rata-rata per 10 menit distilasi kain dengan debit 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 5) ... 23
Tabel 4.6 Data hasil perhitungan debit 0,6 liter/jam tanpa menggunakan pipa pemanas (variasi 1) ... 24
Tabel 4.7 Data hasil perhitungan debit 0,4 liter/jam menggunakan pipa
pemanas 140 cm (variasi 1) ... 24
Tabel 4.8 Data hasil perhitungan debit 0,6 liter/jam menggunakan pipa
pemanas 140 cm (variasi 3) ... 25
Tabel 4.9 Data hasil perhitungan debit 0,8 liter/jam menggunakan pipa
pemanas 40 cm (variasi 4) ... 25
Tabel 4.10 Data hasil perhitungan debit 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 5) ... 26
Tabel 4.11 Unjuk kerja pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm(variasi 2, 3, dan 4) ... 26
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Distilasi Air Energi Surya Jenis Absorber Kain ... 7
Gambar 2.2 Aliran air dalam absorber ... 11
Gambar 3.1 Lampu Pemanas Ruangan ... 13
Gambar 3.2 Tahapan dan langkah-langkah penelitian ... 14
Gambar 3.3 Alat distilasi dan pipa pemanas... 16
Gambar 3.4 Skema alat distilasi ... 17
Gambar 4.1 Perbandingan efisiensi pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4)27 Gambar 4.2 Perbandingan hasil air pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4)28 Gambar 4.3 Perbandingan ∆T (°C) pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4)29 Gambar 4.4 Perbandingan ∆T (°C) pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4)29 Gambar 4.5 Perbandingan h konveksi pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4)30 Gambar 4.6 Perbandingan h konveksi pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4)31 Gambar 4.7 Perbandingan h.∆T pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4)32 Gambar 4.8 Perbandingan h.∆T pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4)32 Gambar 4.9 Perbandingan q uap pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4)33 Gambar 4.10 Perbandingan q uap pada pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4) ... 34
xv
Gambar 4.12 Perbandingan hasil air pada debit 0,6 liter/jam tanpa pipa pemanas, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 1, 3, dan 5) ... 36 Gambar 4.13 Perbandingan q pemanas dan q keluar pada debit 0,6 liter/jam
menggunakan pipa pemanas 140 cm dan 0,6 liter/jam ... 36
Gambar 4.14 Perbandingan ∆T (°C) pada debit 0,6 liter/jam tanpa pipa pemanas, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 1, 3, dan 5) ... 38 Gambar 4.15 Perbandingan ∆T pada debit 0,6 liter/jam tanpa pipa pemanas, .. 38 Gambar 4.16 Perbandingan h konveksi pada debit 0,6 liter/jam tanpa pipa
pemanas, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 1, 3, dan 5) ... 40 Gambar 4.17 Perbandingan h konveksi pada debit 0,6 liter/jam tanpa pipa
pemanas, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 1, 3, dan 5) ... 40 Gambar 4.18 Perbandingan h.∆T pada debit 0,6 liter/jam tanpa pipa pemanas,
0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 1, 3, dan 5) ... 41
Gambar 4.19 Perbandingan h.∆T pada debit 0,6 liter/jam tanpa pipa pemanas, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 1, 3, dan 5) ... 42
Gambar 4.20 Perbandingan q uap pada debit 0,6 liter/jam tanpa pipa pemanas, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 1, 3, dan 5) ... 43
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Alat Penelitian Distilasi... 48
Lampiran 2. Tabel Uap A-8 ... 49
Lampiran 2. Lanjutan Tabel Uap A-8 ... 50
Lampiran 3. Sifat Air ... 51
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu kebutuh pokok untuk berlangsungnya kehidupan.
Sumber air yang ada sering kali terkontaminasi karena banyak faktor, contohnya
seperti zat-zat kimia dari limbah pabrik. Untuk mendapatkan air yang bersih kita
bisa menggunakan air yang sudah terkontaminasi itu dengan cara didistilasi. Energi
yang dibutuhkan dalam proses distilasi adalah energi panas. Energi panas untuk
proses distilasi dapat berasal dari berbagai sumber, salah satunya adalah energi
surya. Dalam distilasi air terdapat ada dua proses yang di lakukan yaitu penguapan
dan pengembunan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya proses
penguapan di antaranya adalah luasan permukaan zat cair, aliran udara di atas
permukaan, mengurangi tekanan, lama waktu pemanasan, dan pemanasan awal zat
cair.Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembunan antara lain adalah
temperatur, tekanan dan kelembaban. Proses distilasi air dimulai dari penguapan air
kotor (air terkontaminasi) kemudian mengembunkan kembali uap tersebut. Uap
yang berasal dari air kotor tidakmembawa zat-zat yang mencemarinya sehingga air
yang dihasilkan daripengembunan uap ini sudah layak untuk digunakan kebutuhan
Permasalahan yang ada dalam distilasi air adalah masih rendahnya unjuk
kerja. Hal tersebut disebabkan karena kurang efektifnya proses penguapan dan
pengembunan. Maka pada penelitian ini akan memperbaiki proses penguapan
dengan cara memberikan perlakuan pemanasan awal pada air yang akan
didistilasikan. Perlakuan pemanasan awal ini yaitu dengan ditambahkan pipa
pemanas yang diletakan pada kaca. Dengan adanya perlakuan pemanasan awal
terhadap air tersebut diharapkan air yang akan didistilasikan akan mendapatakan
tempartur yang tinggi sehingga proses penguapan diharapkan lebih baik. Pada
dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menganalisi unjuk kerja dari alat distilasi
jika dengan ditambahkannya pipa pemanas.
Unjuk kerja yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah air bersih yang dapat
dihasilkan dan efisiensi. Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah air distilasi
yang dasilkan diantaranya: jumlah massa/volume air yang terdapat pada alat
distilasi, luas permukaan air yang akan didistilasi, keefektifan absorber dalam
menyerap energi panas yang diterima oleh energi surya, keefektifan kaca dalam
mengembunkan uap air, lama waktu pemanasan, dan temperatur air yang masuk
kedalam alat distilasi. Jumlah massa/volume air yang akan didistilasikan
diusahakan tidak terlalu banyak, jika massa air/volume terlalu banyak maka waktu
pemasan untuk air yang akan didistilasi semakin lama dan membuat proses
penguapan semakin lama.Absorber harus terbuat dari bahan dengan absorbtivitas
energi panas yang baik, untuk meningkatkan absorbtivitas umumnya absorber dicat
panas maka uap akan sukar untuk mengembun. Jumlah massa/volume air dalam
alat distilasitidak boleh terlalu banyak karena akan memperlama proses penguapan.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam latar belakang telah dijelaskan bahwa pada alat distilasi air, ada dua
proses yang terjadi yaitu penguapan dan pengembunan. Proses penguapan di
antaran dipengaruhi oleh lama waktu pemanasan dan temperatur. Waktu
pemanasan dan penguapan dapat diperlama dengan sekat dan pengaturan debit air
masuk. Pada penelitian ini akan diteliti debit air masuk yang menghasilkan unjuk
kerja terbaik. Temperatur air masukan alat distilasi kain akan divariasi dengan
menggunakan pipa pemanas.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari pemaparan identifikasi masalah dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana efek temperatur air masukan terhadap efisiensi dan hasil
air pada alat distilasi kain?
2. Bagaimana efek debit air masukan terhadap efisiensi dan hasil air
1.4 Batasan Masalah
Agar topik tidak meluas penulis membatasi penelitian. Batasan-batasan
masalah yang diterapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Temperatur absorber dan kaca di asumsikan merata
2. Energi panas yang diterima dari absorber di asumsikan konstan
dengan lampu pemanas ruangan
3. Luasan alat distilasi kain sebesar 0,43 m2
4. Proses penguapan dan pengembunan dianalisis dengan
menggunakan persamaan Darcy Weisbach
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis temperatur air masukan alat distilasi terhadap unjuk
kerja alat distilasi distilasi kain
2. Menganalisis efek debit air masuk
Manfaat yang diperoleh dari penelitian adalah :
1. Dapat dikembangkan untuk membuat prototype, sehingga membantu
kebutuhan air bersih masyarakat khususnya di daerah yang masih
kesulitan mendapatkan air bersih.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, faktor-faktor yang
mempengaruhi efisiensi alat distilasi air energi surya diantaranya pengaruh
temperatur udara sekitar, jumlah energi surya yang diterima alat distilasi
(Arunkumar, et al., 2010), pengaruh bahan dan bentuk absorber (Mona M. Naim,
2002), pengaruh tebal dan kemiringan kaca penutup (Ahmed Z Al-Garni, et al.,
2011; Hitesh N Panchal, 2011), pengaruh ketinggian air di bak air (Anil Kr. Tiwari,
2006 ), pengaruh beda temperatur air dalam bak distilasi dengan temperatur kaca
(Pr. Kaabi Abdenacer, 2007 ), pengaruh temperatur air masuk ke alat distilasi (Ali
A. Badran, 2005), pengaruh jenis dan konsentrasi zat kontaminasi, warna air yang
akan didistilasi (Mitesh I. Patel, n.d.) dan pengaruh penggunaan kondensor pasif
eksternal maupun internal pada alat distilasi (Hassan E.S. Fath, 1993). Penelitian
pendinginan kaca pada alat distilasi air energi surya jenis absorber kain dengan
kaca tunggal diperoleh adanya laju alir massa air pendingin optimum sebesar 1,5
m/s. Laju alir di bawah atau di atas nilai optimum tersebut akan menyebabkan
turunnya efisiensi (Janarthanan, et al., 2006). Penelitian pendinginan kaca pada
jenis konvensional menggunakan kaca penutup tunggal menunjukkan efek
pendinginan kaca dapat menaikkan efisiensi sebesar 6%. Pada penelitian ini,
2.2
Landasan Teori
Dalam distilasi air ada dua proses yang terjadi yaitu penguapan dan
pengembunan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya proses
penguapan di antaranya adalah luasan permukaan zat cair, aliran udara di atas
permukaan, mengurangi tekanan, lama waktu pemanasan, dan pemanasan awal zat
cair. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembunan antara lain adalah
temperatur, tekanan dan kelembaban.
Distilasi air energi surya jenis absorber kain (Gambar 2.1) merupakan jenis
alat distilasi air energi surya yang banyak digunakan untuk mendapatkan air bersih
dari air yang terkontaminasi. Proses penguapan air yang terkontaminasi dan proses
pengembunan uap air merupakan dua proses utama pada alat distilasi air energi
surya. Pada proses penguapan air yang terkontaminasi bagian yang menguap hanya
air dan zat-zat yang mengkontaminasi air tertinggal di absorber. Oleh sebab itu pada
proses pengembunan uap air akan dihasilkan air bersih. Proses penguapan pada
distilasi air energi surya terjadi di absorber dan proses pengembunan terjadi di kaca
penutup. Semakin tinggi temperatur kaca maka proses pengembunan akan semakin
buruk begitu juga sebaliknya, semakin rendah temperatur kaca maka proses
Gambar 2.1 Distilasi Air Energi Surya Jenis Absorber Kain
Keunggulan distilasi air energi surya jenis absorber kain adalah proses
penguapan. Hal tersebut disebabkan karena jumlah massa air tiap satuan luas
absorber yang jauh lebih kecil. Selain itu posisi absorber yang sejajar dengan kaca
penutup menyebabkan jumlah energi surya yang diterima jenis absorber kain lebih
besar. Kelemahan distilasi jenis absorber kain adalah diperlukannya pengaturan
aliran air masukkan dan adanya kerugian energi panas yang keluar alat distilasi
karena tidak semua air terkontaminasi yang dialirkan di absorber dapat menguap.
Air yang tidak menguap akan keluar sebagai air panas dan ini merupakan kerugian
q pemanas adalah energi panas yang diberikan oleh pipa pemanas yang akan
mempengaruhi ∆T, h konveksi, ∆T · h, dan q uap. mc untuk mencari q pemanas adalah debit air masukan pada alat distilasi. Cp merupakan kapasitas jenis panas pada debit
air yang masuk (kJ/kg.oC), dan ΔT selisih antara temperatur air keluar pemanas dengan temperatur air masuk pemanas :
q
pemanas= m
c. c
p.
∆𝑇
(1)
q keluar adalah energi panas yang ikut terbuang oleh air yang tidak dapat menguap. mc untuk mencari q keluar adalah jumlah air yang tidak dapat menguap
pada alat distilasi. Cp merupakan kapasitas jenis panas pada debit air yang masuk
(kJ/kg.oC), dan ΔT selisih antara temperatur air keluar distilasi dengan temperatur air keluar pemanas :
q
keluar= m
c. c
p.
∆𝑇
(2)
Efisiensi distilasi didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah energi
yang digunakan dalam proses penguapan air dengan jumlah energi yang datang
selama waktu tertentu. Efisiensi distilasi dapat dihitung dengan meggunakan
persamaan :
𝜂 =
𝑚 . ℎ𝑓𝑔𝐴𝑐 . ∫ 𝐺0𝑡 .𝑑𝑡
(3)
Sebagian energi panas dari absorber akan dikonveksikan ke kaca. Energi yang
∆T = 𝑇𝑤 − 𝑇𝑐 (4)
Energi yang dikonveksikan dihitung menggunakan :
𝑞
𝑘𝑜𝑛𝑣= ℎ
𝑘𝑜𝑛𝑣× (𝑇
𝑊− 𝑇
𝐶)
(5)Dengan q konv adalah bagian energi matahari yang hilang karena konveksi (Watt/m2), TW adalah temperatur air (oC) , TC adalah temperatur kaca penutup (oC),
dan hkonv adalah koefisien konveksi (Watt/m2.oC). koefisien konveksi ini dapat
dihitung dengan:
ℎ
𝑘𝑜𝑛𝑣= 88,84 × 10
−3. (𝑇
𝑊− 𝑇
𝐶+
268,9×10𝑃𝑊−𝑃−3𝐶−𝑃𝑊× 𝑇
𝑊)
1 3(6)
Energi penguapan dapat dihitung dengan persamaan :
𝑞
𝑢𝑎𝑝= (16,27 × 10
−3). 𝑞
𝑘𝑜𝑛𝑣. (
𝑃 𝑇𝑊𝑊−𝑇−𝑃𝐶𝐶)
(7)Selain Persamaan 6 energi penguapaan dapat dihitung dengan persamaan :
𝑞
𝑢𝑎𝑝=
𝑚 . ℎ𝑑𝑡𝑓𝑔(8)
Dengan quap adalah bagian energi surya yang digunakan untuk proses penguapan
(Watt/m2), PW adalah tekanan parsial uap air pada temperatur air (N/m2), dan PC
𝑚 =
𝑞 𝑢𝑎𝑝 ℎ𝑓𝑔.𝑑𝑡 (9)Hasil air distilasi dapat dihitung menggunakan persamaan 9. Efisiensi alat distilasi
(Persamaan 3) salah satunya dipengaruhi oleh hasil air distilasi, secara teoritis hasil
air distilasi (Persamaan 9) dipengaruhi oleh quap. quap atau energi berguna dari
alat distilasi dipengaruhi oleh q konv (Persamaan 5). Dalam teknologi distilasi ada
tiga proses perpindahan panas yaitu secra konveksi, purging, dan difusi.
Perpindahan panas konveksi dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara
absorber dan kaca, perpindahan panas purging dapat terjadi karena adanya beda
tekanan antara absorber dan kaca, dan perpindahan panas difusi dapat terjadi karena
adanya beda konsentrasi massa. Pada alat distilasi proses perpindahan panas ang
paling besar adalah secara konveksi. qkonv dipengaruhi oleh h konv dan ΔT (Persamaan 4), h konv dipengaruhi oleh faktor temperatur absorber dan kaca sedangkan ΔT dipengaruhi oleh faktor temperatur dan lama waktu pemanasan.
Untuk mencapai faktor-faktor tersebut aliran air pada alat distilasi kain dibuat seri
(Gambar 2.2). Dengan semakin tingginya hkonv dan ΔT maka akan membuat q konv
menjadi lebih besar. q konv yang semakin besar mengidentifikasi bahwa quap juga
semakin besar, dengan membesarnya quap maka hasil air dan efisiensi alat distilasi
Distilasi kain
Gambar 2.2 Aliran air dalam absorber.
2.3 Hipotesis
Hitpotesis pada penelitian ini adalah :
1. Penggunaan pipa pemanas dapat meningkatkan unjuk kerja
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Untuk mencapai tujuan, pengambilan data pada penelitian ini akan
digunakan alat distilasi kain dengan menggunakan tambahan 2 pipa pemanas.
Penggunaan dari pipa pemanas ini adalah peneliti akan membandingkan alat
distilasi kain ini dengan menggunakan pipa pemanas tersebut dan tanpa
menggunakan pipa pemanas untuk debit air masuk. Tujuan dari penggunaan pipa
pemanas ini adalah untuk memberikan perlakuan pemanasan awal pada air
masukan alat distilasi, panjang dari kedua pipa pemanas ini dibedakan. Pipa
pemanas yang digunakan mempunyai ukuran panjang 80 cm, dan 140 cm dan
berdiameter 3 mm yang terbuat dari pipa tembaga. Pengambilan data berlangsung
di Laboratorium Mekanika Fluida Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karena
pengambilan data berlangsung di dalam ruangan maka sumber panas yang
digunakan adalah dengan menggunakan lampu pemanas ruangan. Lampu pemanas
yang digunakan adalah seperti pada (Gambar 3.1). Pada proses pengambilan data,
lampu pemanas yang digunakan yaitu berjumlah enam buah lampu dengan daya
375 watt untuk satu lampunya. Pengambilan data dilakukan selama dua jam, maka
dalam satu hari peneliti dapat mengambil data dua kali dengan jangka waktu
pengambilan data minimal enam sampai tujuh jam. Hal ini dilakukan karena pada
saat pengambilan data berlangsung temperatur pada alat distilasi diharapakan
pada pengambilan data yang kedua berlangsung nilai temperatur pada alat
distilasi ini sama dengan pengambilan data sebelumnya.
Gambar 3.1 Lampu Pemanas Ruangan.
Pengambilan data dilakukan secara urut mulai dari Variasi 1 sampai Variasi
5. Setelah pengambilan data selesai selanjutnya akan dilakukan pengolahan data
dan penyusunan artikel ilmiah. Artikel ilmiah yang telah disusun akan diseminasi
seminar dan akan diperbaiki untuk menjadi naskah tugas akhir. Tahapan dan
langkah untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilihat pada diagram alir (Gambar
Gambar 3.2 Tahapan dan langkah-langkah penelitian.
Studi literatur distribusi energi surya, kapilaritas kain, perinsip penguapan dan pengembunan serta proses pada distilasi air energi surya
Lokasi : Lab. Mekanika Fluida Teknik Mesin USD
Pengadaan bahan penelitian dan pembuatan model distilasi air kain
Lokasi : Lab. Mekanika Fluida Teknik Mesin USD
Pengujian dan perbaikan model distilasi air kain
Lokasi : Lab. Mekanika Fluida Teknik Mesin USD
Pengambilandan analisis data
Lokasi : Lab. Mekanika Fluida Teknik Mesin USD
Variasi Debit dan penambahan pipa pemanas
Lokasi : Lab. Mekanika Fluida Teknik Mesin USD Variasi belum
selesai
Penyusunan artikel ilmiahdanpublikasi jurnal atau diseminasi seminar Lokasi : Lab. Mekanika Fluida Teknik Mesin USD
Luaran : Artikel ilmiah dalam prosiding seminar atau jurnal dan naskah tugas akhir
3.2 Variabel yang Divariasikan
Untuk mengetahui efek debit air masukan dan temperatur air masukan alat
distilasi terhadap efisiensi dan hasil air alat distilasi kain maka dilakukan beberapa
variasi. Untuk mengetahui efek debit air masuk alat distilasi dengan pipa pemanas
140 cm terhadap efisiensi dan hasil air akan dilakukan variasi sebagai berikut :
Tabel 3.1 Tabel variasi efek debit air masukan terhadap efisiensi dan hasil air pada alat distilasi.
Variasi Debit air masukan
liter/jam
2 0,4
3 0,6
4 0,8
Untuk mengetahui efek temperatur air masukan alat distilasi terhadap efisiensi dan
hasil air akan dilakukan variasi sebagai berikut :
Tabel 3.2 Tabel variasi efek temperatur air masukan terhadap efisiensi dan hasil air pada alat distilasi.
Variasi Debit air masukan Pipa pemanas
liter/jam Panjang (cm)
1 0,6 -
3 0,6 140
5 0,6 80
3.3 Langkah Penelitian
Penelitian akan dimulai dengan membuat alat penelitian dan berakhir
dengan analisis data. Secara terinci, langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai
1. Penelitian diawali dengan menyiapkan alat distilasi kain dan
ditambahkan variasi dengan menggunakan pipa pemanas.
2. Mempersiapkan alat-alat ukur yang akan digunakan diantaranya
adalah sensor temperatur, sensor etape, solar meter,
microcontroller arduino, gelas ukur, dan stopwatch.
3. Melakukan variasi satu sampai lima.
4. Menyiapkan sensor yang digunakan untuk mencatat parameter yang
akan diukur.
5. Proses pengambilan data dilakukan dalam waktu 2 jam.
6. Melakukan analisis data dengan persamaan satu sampai sembilan.
3.3 Skema dan Spesifikasi Alat
Gambar 3.4 Skema alat distilasi.
Berikut adalah bagian-bagian dari skema alat distilasi :
1. Lampu pemanas berdaya 375 Watt (1 lampu).
2. Alat distilasi kain.
3. Bak hasil air yang telah terdistilasi.
4. Bak air yang tidak dapat menguap (limbah).
5. Bak air masukan.
6. Pipa pemanas dengan panjang 80 cm (b).
7. Pipa pemanas dengan panjang 140 cm (a).
Spesifikasi alat distilasi kain adalah sebagai berikut :
1. Kemiringan absorber, yakni 15 derajat.
2. Absorber terbuat dari multiplek 60 cm x 80 cm dengan ketebalan 4,5 cm
3. Luasan absorber alat distilasi adalah 55,4 cm x 76 cm
4. Absorber terbuat dari alumunium plat dengan tebal 1,5 mm
5. Tebal dinding adalah 3 cm
6. Dinding alat dilapisi dengan karet hitam dengan ketebalan 0,3 cm
7. Pipa pemanas yang terbuat dari tembaga dengan panjang 80 cm dan 140
cm
8. Penutup alat mengunakan kaca dengan ketebalan 3 mm
3.5 Parameter yang Diukur
Pada penelitian ini parameter-parameter yang akan diukur diantaranya
adalah: temperatur absorber distilasi kain (Tw), temperatur kaca distilasi kain (Tc),
temperatur air masuk distilasi kain (Tin), temperatur air kelur distilasi kain (Tout),
kenaikan dan jumlah air distilasi yang dihasilkan (m),dan energi panas yang datang
dari energi lampu pemanas ruangan (G). Dengan temperatur akan diukur dalam
3.6 Alat Ukur yang Digunakan
Alat-alat pendukung untuk pengambilan data pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Solar meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya radiasi
matahari yang datang dalam satuan watt/m2. Berikut ini adalah solar meter yang digunakan dalam penelitian.
2. Gelas ukur adalah alat yang digunakan untuk menampung dan sekaligus
digunakan untuk melihat jumlah air hasil distilasi. Berikut ini adalah gelas
ukur yang digunakan dalam penelitian.
3. Sensor temperatur digunakan untuk mengetahui temperatur absorber,
temperatur kaca, temperatur air masuk, temperatur air keluar, temperatur
sekitar. Berikut ini adalah sensor temperatur yang digunakan dalam
penelitian.
4. Sensor etape digunakan untuk melihat kenaikan hasil air distilasi. Berikut
adalah sensor etape yang digunakan dalam penelitian.
5. Stopwatchdigunakan untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan
dalam berbagai kegiatan atau pekerjaan. Stopwatch pada penelitian ini
digunakan untuk mengukur debit air. Berikut ini adalah stopwatch yang
digunakan dalam penelitian.
6. Microcontroller Arduino digunakan untuk pengambilan data selama
penelitian dengan cara kerja menangkap sinyal dari sensor-sensor yang
telah dipasang pada alat. Berikut ini adalag microcontroller arduino yang
3.7 Langkah Analisi Data
Langkah analisis efek debit air masuk alat distilasi terhadap efisiensi dan
hasil air akan di buat grafik perbandingan sebagai berikut :
1. Grafik perbandingan efisiensi dan hasil pada variasi 2, 3, dan 4
2. Grafik perbandingan ΔT, koefisien konveksi (hkonv), ΔT.h, dan q uap pada variasi 2, 3, dan 4
Untuk menganalisis efek temperatur air masukan alat distilasi terhadap efisiensi dan
hasil air akan di buat grafik perbandingan sebagai berikut :
1. Grafik perbandingan efisiensi dan hasil air per 10 menit maupun total
selama 2 jam pada variasi 1, 3, dan 5
2. Grafik perbandingan ΔT, koefisien konveksi (hkonv), ΔT.h, dan q uap pada
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Berikut ini adalah data-data yang diperoleh selama selama penelitian.
Data-data hasil penelitian akan ditampilkan dalam rata-rata per 10 menit dan ditampilkan
pada Tabel 4.1 sampai Tabel 4.10.
Tabel 4.1 Data rata-rata per 10 menit distilasi kain dengan debit 0,6 liter/jam tanpa menggunakan pipa pemanas (variasi 1)
Tabel 4.2 Data rata-rata per 10 menit distilasi kain dengan debit 0,4 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2)
Menit T. In T. Out T. Absorber T. Kaca G m
Tabel 4.3 Data rata-rata per 10 menit distilasi kain dengan debit 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 3)
Tabel 4.4 Data rata-rata per 10 menit distilasi kain dengan debit 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 4)
Menit T. In T. Out T. Absorber T. Kaca G m
Tabel 4.5 Data rata-rata per 10 menit distilasi kain dengan debit 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 5)
4.2 Hasil Penelitian dan Perhitungan
Tabel 4.6 Data hasil perhitungan debit 0,6 liter/jam tanpa menggunakan pipa pemanas (variasi 1)
Tabel 4.8 Data hasil perhitungan debit 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas
Tabel 4.10 Data hasil perhitungan debit 0,6 liter/jam menggunakan pipa
4.3.1. Efek Debit Air Masukan Terhadap Unjuk kerja
Perhitungan unjuk kerja variasi 2, 3, dan 4 diambil data selama 2 jam
pengambilan data.
Tabel 4.11 Unjuk kerja pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm(variasi 2, 3, dan 4)
Variasi G Hasil air Efisiensi
Watt/m2 liter %
2 291 0,316 46,4
3 291 0,330 48,5
4.3.2. Efek Temperatur Air Masukan Terhadap Unjuk Kerja
Perhitungan unjuk kerja variasi 1, 3, dan 5 diambil data selama 2 jam
pengambilan data.
Tabel 4.12 Unjuk kerja pada debit 0,6 liter/jam tanpa pipa pemanas, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm dan 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 1, 3, dan 5)
unjuk kerja tiap variasi pada alat distilasi. Perhitungan unjuk kerja variasi 1 sampai
5 diambil dari 2 jam pengambilan data. Berikut analisis tiap variasi yang telah
dilakukan pada alat distilasi.
4.4.1 Efek Debit Air Masukan Terhadap Unjuk kerja
Gambar 4.1 Perbandingan efisiensi pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4)
Perbandingan dilakukan pada variasi 2, 3, dan 4 untuk mengetahui efisiensi
terbaik. Gambar 4.1 menunjukkan efisiensi tertinggi ada pada variasi 3 sebesar 48,5
%. Efisiensi terendah pada variasi 2 sebesar 43,3%. Variasi 4 memiliki efisiensi
sebesar 44,1 %.
Gambar 4.2 Perbandingan hasil air pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4)
Perbandingan dilakukan pada variasi 2, 3, dan 4 untuk mengetahui hasil air
terbaik. Gambar 4.2 menunjukkan hasil air tertinggi ada pada variasi 3 sebesar
0,330 liter (0,383 liter/m2.jam). Hasil air terendah pada variasi 2 sebesar 0,295 liter. Variasi 4 memiliki hasil air sebesar 0,300 liter.
Gambar 4.3 Perbandingan ∆T (°C) pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8
liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4)
Gambar 4.3 menunjukkan perbandingan ΔT dari setiap variasi. Pada variasi 3 didapatkan ΔT yang paling besar yaitu 5,99 °C. Pada variasi 2 didapatkan ΔT yang terendah yaitu 5,56 °C. Variasi 4 menunjukkan nilai ΔT sebesar 5,77 °C.
Gambar 4.4 Perbandingan ∆T (°C) pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4)
Setelah pengambilan data selama 2 jam ΔT pada variasi 3 cenderung naik dari pada ΔT pada variasi 2 dan 4. Kenaikan ΔT pada setiap variasi dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu penyerapan energi panas yang diterima oleh
lampu pemanas dan temperatur air yang akan didistilasi. Pada variasi 3 diperoleh
5,3
ΔT yang paling besar dikarenakan lama waktu pemanasan air masukan pada variasi
3 telah cukup terpanaskan oleh energi surya yang datang. Lama waktu pemanasan
dapat dipengaruhi oleh variasi debit air masukan pada alat distilasi, semakin kecil
debit air masukan maka semakin lama waktu pemanasan air masukan terhadap alat
distilasi. Pada variasi 2 diperoleh ΔT yang paling kecil dikarenakan lama waktu pemanasan air masukan pada variasi 2 lebih lama terpanaskan oleh energi surya
yang datang, hal ini menyebabkan temperatur air masukan pada variasi 2 tinggi
sehingga absorber lebih banyak dapat menyerap energi panas dari air masukan dan
membuat selisih perbedaan temperatur absorber dengan kaca tidak besar. Pada
variasi 4 diperoleh ΔT lebih kecil dari variasi 3 dikarenakan air masukan pada variasi 4 menggunakan debit air masukan yang lebih besar jika dibandingkan
dengan variasi 3. Hal ini menyebabkan lama waktu pemanasan air masukan tidak
lebih lama jika dibandingkan dengan variasi 3, maka temperatur air masukan pada
variasi 4 tidak lebih tinggi sehingga penyerapan energi panas pada absorber tidak
lebih baik jika dibandingkan dengan variasi 3.
Gambar 4.5 Perbandingan h konveksipada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4)
Gambar 4.5 menunjukkan perbandingan h konveksi dari setiap variasi. Pada
variasi 3 didapatkan h konveksi yang paling besar yaitu 4,85 Watt/m2.°C. Pada variasi 2 didapatkan h konveksi yang terendah yaitu 1,75 Watt/m2.°C. Variasi 4 menunjukkan nilai h konveksi 4,55 Watt/m2.°C.
Gambar 4.6 Perbandingan h konveksi pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4)
Gambar 4.6 menunjukkan kenaikan h konveksi. Pada variasi 3 terlihat kenaikan h konveksi yang besar dibandingkan dengan variasi 2 dan 4. Hal ini menunjukkan hambatan yang terjadi pada variasi 3 lebih kecil dibandingkan dengan
variasi 2 dan 4. Artinya proses penguapan pada variasi 3 akan lebih baik
dibandingkan dengan variasi 2 dan 4, hal ini disebabkan h konveksi merupakan salah
satu fungsi q uap.
Gambar 4.7 Perbandingan h.∆T pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4)
Gambar 4.7 menunjukkan perbandingan h.∆T dari setiap variasi. Pada variasi 3 didapatkan h.∆T yang paling besar yaitu 29,06 watt/m2. Pada variasi 2 didapatkan h.∆T yang terendah yaitu 9,79 watt/m2. Variasi 4 menunjukkan nilai 11,42 watt/m2. Kenaikan h.∆T pada variasi 3 merupakan kenaikan nilai tertinggi dibandingkan dengan variasi 2 dan 4.
Gambar 4.8 Perbandingan h.∆T pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4)
Gambar 4.8 menunjukkan h.∆T pada variasi 3 lebih besar dibandingkan dengan variasi 2 dan 4. Hal ini berarti energi yang digunakan untuk memanaskan
air yang terjadi pada variasi 3 lebih besar dibandingkan dengan varisasi 2 dan 4.
Nilai h.∆T adalah nilai yang menggambarkan energi yang digunakan untuk memanaskan air, h.∆T juga merupakan salah satu faktor perpindahan panas dari
absorber menuju kaca. Artinya proses penguapan pada variasi 3 akan lebih baik
dibandingkan dengan variasi 2 dan 4.
Gambar 4.9 Perbandingan q uap pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4)
Gambar 4.10 Perbandingan q uap pada pada debit 0,4 liter/jam, 0,6 liter/jam, 0,8 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm (variasi 2, 3, dan 4)
Nilai q uap menggambarkan energi yang digunakan untuk menguapkan air.
Maka dari itu, q uap dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengetahui
banyakanya air yang berhasil diuapkan. Gambar 4.10 menunjukkan kenaikan q uap
pada variasi 3 sebesar 259,8 watt/m2. Kenaikan q uap pada variasi ini merupakan kenaikan nilai tertinggi dibandingkan dengan variasi 2 dan 4. Hal ini menunjukkan
bahwa energi yang digunakan untuk menguapkan air yang terjadi pada variasi 3
lebih besar dibandingkan dengan variasi 2 dan 4. Artinya proses penguapan pada
variasi 3 akan lebih baik dibandingkan dengan variasi 2 dan 4, hal ini juga berarti
terjadi peningkatan hasil air paling baik dibandingkan dengan 2 dan 4.
0
4.4.1 Efek Temperatur Air Masukan Terhadap Unjuk Kerja
Gambar 4.11 Perbandingan efisiensi pada debit 0,6 liter/jam tanpa pipa pemanas, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 1, 3, dan 5)
Gambar 4.11 menunjukkan perbandingan efisieinsi dari setiap variasi. pada
Gambar 4.12 Perbandingan hasil air pada debit 0,6 liter/jam tanpa pipa pemanas, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 1, 3, dan 5)
Perbandingan dilakukan pada variasi 1, 3, dan 5 untuk mengetahui hasil air
terbaik. Gambar 4.12 menunjukkan hasil air tertinggi ada pada variasi 3 sebesar
0,330 liter. Hasil air terendah pada variasi 1 sebesar 0,310 liter. Variasi 5 memiliki
hasil air sebesar 0,316 liter.
Gambar 4.13 Perbandingan q pemanas dan q keluar pada debit 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm dan 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 3, dan 5)
Pada gambar 4.13 merupakan energi dalam yang mempengaruhi efisiensi
dan hasil air pada alat distilasi. Gambar 4.13 menunjukkan nilai q pemanas variasi 3
dan 5. Variasi 3 memiliki q pemanas sebesar 43,1 watt, q pemanas pada variasi ini merupakan nilai yang paling tinggi. Nilai q pemanas merupakan energi yang masuk ke dalam alat distilasi. Sementara itu q keluar adalah energi yang tidak terpakai, dengan kata lain q keluar merupakan air yang tidak dapat menguap. Pada variasi 5
memiliki q terbuang sebesar 26,83 watt, nilai ini didapatkan dari air yang tidak dapat
menguap.
Nilai q keluar pada variasi 3 merupakan nilai yang paling rendah dibandingkan
dengan variasi 5, hal ini dikarenakan lama waktu pemanasan pada air masukan alat
distilasi yang berbeda pada variasi 3 dan 5. Variasi 3 menggunakan pipa yang
memiliki panjang 140 cm sedangkan variasi 5 menggunakan pipa pemanas dengan
panjang 80 cm. Semakin lama waktu pemanasan air masukan maka akan kecil q
keluar.
Penambahan energi dalam (q pemanas) yang juga berarti penambahan temperatur air ke dalam distilasi. Penambahan energi dalam akan mempengaruhi
Gambar 4.14 Perbandingan ∆T (°C) pada debit 0,6 liter/jam tanpa pipa pemanas, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 1, 3, dan 5)
Gambar 4.14 menunjukkan perbandingan nilai ΔT dari setiap variasi. Pada variasi 1 diapatkan ΔT yang paling besar yaitu 6,28 °C. Pada variasi 3 didapatkan
ΔT yang terendah yaitu 5,99 °C. Variasi 5 menunjukkan nilai ∆T 6,21 °C.
Gambar 4.15 Perbandingan ∆T pada debit 0,6 liter/jam tanpa pipa pemanas,0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 1, 3, dan 5)
5,80
Setelah pengambilan data selama 2 jam ΔT pada variasi 1 cenderung naik dari pada ΔT pada variasi 3 dan 5. Kenaikan ΔT pada setiap variasi dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu penyerapan energi panas yang diterima oleh
lampu pemanas dan temperatur air yang akan didistilasi. Pada variasi 1 diperoleh
ΔT yang paling besar dikarenakan air masukan pada variasi 1 tidak melalui pipa
pemanas. Hal ini menyebabkan temperatur air masukan pada variasi 1 rendah
sehingga absorber tidak menerima energi panas untuk diserap. Pada variasi 3
diperoleh ΔT yang paling kecil dikarenakan air masukan pada variasi 3 melewati
pipa pemanas 140 cm. Hal ini menyebabkan lama waktu pemanasan air masukan
akan lebih lama jika dibandingkan dengan variasi 1, maka temperatur air masukan
pada variasi 3 tinggi sehingga absorber dapat menyerap energi panas dari air
masukan dan membuat selisih perbedaan temperatur absorber dengan kaca tidak
besar. Pada variasi 5 diperoleh ΔT lebih kecil dari variasi 3 dikarenakan air masukan pada variasi 5 melewati pipa pemanas 80 cm. Hal ini menyebabkan lama
waktu pemanasan air masukan tidak lebih lama jika dibandingkan dengan variasi
3, maka temperatur air masukan pada variasi 5 tidak lebih tinggi sehingga
penyerapan energi panas pada absorber tidak lebih baik jika dibandingkan dengan
Gambar 4.16 Perbandingan h konveksi pada debit 0,6 liter/jam tanpa pipa pemanas, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 1, 3, dan 5)
Gambar 4.16 menunjukkan perbandingan h konveksi dari setiap variasi. Pada
variasi 3 didapatkan h konveksi yang paling besar yaitu 4,85 watt/m2.°C. Pada variasi
1 didapatkan h konveksi yang terendah yaitu 1,81 watt/m2.°C. Variasi 5 menunjukkan
nilai h konvekasi 1,84 watt/m2.°C.
Gambar 4.17 Perbandingan h konveksi pada debit 0,6 liter/jam tanpa pipa pemanas, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 1, 3, dan 5)
Gambar 4.12 menunjukkan kenaikan h konveksi. Pada variasi 3 terlihat kenaikan h konveksi yang besar dibandingkan dengan variasi 1 dan 5. Hal ini menunjukkan hambatan yang terjadi pada variasi 3 lebih kecil dibandingkan dengan
variasi 1 dan 5. Artinya proses penguapan pada variasi 3 akan lebih baik
dibandingkan dengan variasi 1 dan 5, hal ini disebabkan hkonveksi merupakan salah
satu fungsi q uap. Kenaikan h konveksi pada variasi 3 merupakan kenaikan nilai tertinggi dibandingkan dengan variasi 1 dan 5. Nilai q konveksi adalah nilai yang menggambarkan energi yang digunakan untuk memanaskan air, q konveksi juga merupakan salah satu faktor perpindahan panas dari absorber menuju kaca.
Gambar 4.18 Perbandingan h.∆T pada debit 0,6 liter/jam tanpa pipa pemanas, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 1, 3, dan 5)
Gambar 4.18 menunjukkan perbandingan h.∆T dari setiap variasi. Pada variasi 3 diapatkan h.∆T yang paling besar yaitu 29,06 watt/m2. Pada variasi 1 didapatkan h.∆T yang terendah yaitu 11,39 watt/m2. Variasi 5 menunjukkan nilai h.∆T 11,42 watt/m2. Kenaikan h.∆T pada variasi 3 merupakan kenaikan tertinggi
dibandingkan dengan variasi 1 dan 5.
Gambar 4.19 Perbandingan h.∆T pada debit 0,6 liter/jam tanpa pipa pemanas, 0,6
liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 1, 3, dan 5)
Gambar 4.19 menunjukkan h.∆T pada variasi 3 lebih besar dibandingkan dengan variasi 1 dan 5. Hal ini berarti energi yang digunakan untuk memanaskan
air yang terjadi pada variasi 3 lebih besar dibandingkan dengan varisasi 1 dan 5.
Nilai h.∆T adalah nilai yang menggambarkan energi yang digunakan untuk memanaskan air, h.∆T juga merupakan salah satu faktor perpindahan panas dari
absorber menuju kaca. Artinya proses penguapan pada variasi 3 akan lebih baik
dibandingkan dengan variasi 1 dan 5.
Gambar 4.20 Perbandingan q uap pada debit 0,6 liter/jam tanpa pipa pemanas, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 1, 3, dan 5)
Gambar 4.20 menunjukkan perbandingan nilai q uap dari setiap variasi. Pada variasi 3 diapatkan q uap yang paling besar yaitu 844 watt/m2. Pada variasi 1 diapatkan q uap yang terendah yaitu 520 watt/m2. Variasi 5 menunjukkan q uap sebesar
646 watt/m2. Kenaikan q uap pada variasi 3 merupakan kenaikan nilai tertinggi dibandingkan dengan variasi 1 dan 5.
Gambar 4.21 Perbandingan q uap pada debit 0,6 liter/jam tanpa pipa pemanas, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm, 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 80 cm (variasi 1, 3, dan 5)
Gambar 4.21 menunjukkan q uap pada variasi 3 lebih besar dibandingkan dengan variasi 1 dan 5. Hal ini berarti energi yang digunakan untuk memanaskan
air yang terjadi pada variasi 3 lebih besar dibandingkan dengan varisasi 1 dan 5.
Artinya proses penguapan pada variasi 3 akan lebih baik dibandingkan dengan
variasi 1 dan 5.
Energi dalam yang masuk ke dalam distilasi telah mempengaruhi nilai ∆T, h konveksi, h.∆T dan q uap. Sehingga didapatkan efisiensi dan hasil air terbaik pada variasi 3 karena mendapatkan energi dalam yang paling besar.
0
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap variasi debit air
masukan dan temperatur air masukan terhadap unjuk kerja, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan diantaranya adalah :
1. Pada penelitian ini unjuk kerja yang terbaik adalah dengan menggunakan
debit air masukan 0,6 liter/jam menggunakan pipa pemanas 140 cm
(variasi 3) yaitu dengan hasil 0,330 liter (0,383 liter/m2.jam) dan efisiensi 48,5 %. Hal ini dikarenakan lama waktu pemanasan terhadap air masukan
telah cukup untuk alat distilasi. Efek menggunakan pipa pemanas pun akan
mempengaruhi lama waktu pemanasan terhadap air masukan. Semakin
lama air masukan melewati pipa pemanas maka temperatur air masukan
terhadap alat distilasi akan tinggi. Hal ini akan membantu proses
penguapan pada alat distilasi.
2. Efek debit air masukan akan mempengaruhi lama waktu pemanasan
terhadap air yang akan didistilasi, semakin rendah debit air masukan maka
akan membuat temperatur air masukan menjadi lebih tinggi. Hal ini akan
mengakibatkan adanya penambahan energi panas yang diserap oleh
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan beberapa
hambatan. Untuk penelitian selanjutnya penulis menganjurkan beberapa perbaikan
diantaranya :
1. Perlu menggunakan pompa yang dapat mengalirakan debit air masukan
yang konstan.
2. Memperlukan debit air masukan yang tepat berpengaruh terhadap lama
47
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed Z Al-Garni, et al., 2011. Effect of glass slope angle and water depth on productivity of double slope solar still. Journal of Scientific & Industrial Research,
October, Volume 70, pp. 884-890.
Ali A. Badran, et al. 2005. A solar still augmented with a flat-plate collector.
Desalination, Volume 172, pp. 227–234.
Anil Kr. Tiwari, G. T., 2006 . Effect of water depths on heat and mass transfer in a passive solar still: in summer climatic condition. Desalination , Volume 195 , pp. 78–94.
Arismunandar, Wiranto. 1995. Teknologi Rekayasa Surya. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Arunkumar, T. et al., 2010. Study of thermo physical properties and an improvement in production of distillate yield in pyramid solar still with boosting mirror. Indian Journal of Science and Technology, August, 3(8), pp. 879-884.
Hassan E.S. Fath, S. M. E., 1993. Effect of adding a passive condenser on solar still performance. Energy Conversion and Management, January, 34(1), pp. 63-72. Hitesh N Panchal, D. 2011. Effect of Varying glass cover thickness on performance of Solar still: in a Winter Climate Conditions. International Journal Of Renewable Energy Research, 1(4), pp. 212-223.
Janarthanan, B., Chandrasekaran, J. & Kumar, S., 2006. Performance of floating cum tilted-wick type solar still with the effect of water flowing over the glass cover.
Desalination, Volume 190, pp. 51-62.
Mitesh I. Patel. Effect of dye on distillation of a single slope active solar still coupled with evacuated glass tube solar collector. International Journal of Engineering Research and Applications, 1(3), pp. 456-460.
Mona M. Naim. 2002. Non-conventional solar stillsPart 1. Non-conventional solar stills with charcoal particles as absorber medium. Desalination, Volume 153, pp. 55-64.
48
LAMPIRAN
Lampiran 2. Tabel Uap A-8
Lampiran 2. Lanjutan Tabel Uap A-8
Lampiran 3. Sifat Air