• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNJUK KERJA DISTILASI AIR ENERGI SURYA ABSORBER KAIN BERSEKAT MENGGUNAKAN KOLEKTOR PIPA PARALEL TUGAS AKHIR - Unjuk kerja distilasi air energi surya absorber kain bersekat menggunakan kolektor pipa paralel - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UNJUK KERJA DISTILASI AIR ENERGI SURYA ABSORBER KAIN BERSEKAT MENGGUNAKAN KOLEKTOR PIPA PARALEL TUGAS AKHIR - Unjuk kerja distilasi air energi surya absorber kain bersekat menggunakan kolektor pipa paralel - USD Repository"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

i

UNJUK KERJA DISTILASI AIR ENERGI SURYA

ABSORBER KAIN BERSEKAT MENGGUNAKAN

KOLEKTOR PIPA PARALEL

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Mesin

Disusun Oleh : WAHYU SETYAJI

NIM : 155214069

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

PERFORMANCE OF SOLAR WATER DISTILATION

WITH WICK PARTITION ABSORBER USING

PARALLEL PIPE COLLECTOR

FINAL PROJECT

Asked Like One To drive a Bachelor of Engineering degree Mechanical Engineering Study Program

Presented by : WAHYU SETYAJI

NIM : 155214069

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

UNIVERSITY OF SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Dengan ini saya menyatakan dengan sesunguhnya bahwa Tugas Akhir dengan judul :

UNJUK KERJA DISTILASI AIR ENERGI SURYA ABSORBER

KAIN BERSEKAT MENGGUNAKAN

KOLEKTOR PIPA PARALEL

Yang dibuat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Starta-1, Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi , Universitas Sanata Dharma. Sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan dari tugas akhir atau penelitian yang sudah dipublikasikan di Universitas Sanata Dharma maupun di Perguruan Tinggi manapun. Kecuali bagian informasi yang dicantumkan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 November 2018 Penulis

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Wahyu Setyaji

Nomor Mahasiswa : 155214069

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah dengan judul :

UNJUK KERJA DISTILASI AIR ENERGI SURYA ABSORBER

KAIN BERSEKAT MENGGUNAKAN

KOLEKTOR PIPA PARALEL

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin kepada saya selama masih mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 26 November 2018 Yang menyatakan

(7)

vii

ABSTRAK

Air bersih merupakan keperluan sehari-hari masyarakat terutama untuk minum dan memasak. Sumber air yang ada sering terkontaminasi dengan tanah, garam (air laut), logam berat, bakteri atau bahan lain yang merugikan. Air dalam kondisi ini dapat merugikan kesehatan jika digunakan untuk minum atau memasak, untuk itu air tersebut harus dijernihkan lebih dahulu. Banyak cara untuk menjernihkan air yang terkontaminasi, salah satunya dengan cara distilasi. Proses distilasi air memerlukan energi panas untuk menguapkan air yang terkontaminasi sebelum diembunkan dan menghasilkan air jernih. Energi panas untuk proses distilasi dapat berasal dari berbagai sumber, salah satunya adalah energi surya. Pada distilasi hanya ada dua proses yang terjadi yaitu proses penguapan dan pengembunan. Pada penelitian kali ini peneliti akan memperbaiki proses penguapan pada alat distilasi kain bersekat yaitu dengan menambahkan kolektor sebagai pemanasan awal air yang akan didistilasi. Pada penelitian ini terdapat tiga alat yang akan digunakan yaitu alat distilasi kain sebagai pembanding, serta alat distilasi kain bersekat dan alat distilasi kain bersekat menggunakan kolektor pipa paralel sebagai alat penelitian. Laju aliran air masuk pada alat pembanding diatur sebesar 1,8 liter/jam dan pada pada alat penelitian divariasikan sebesar 1,2 liter/jam, 1,8 liter/jam, dan 2,4 liter/jam. Kenaikan hasil air alat distilasi kain bersekat pada variasi laju aliran 1,8 liter/jam adalah sebesar 0,05 liter/0,42m2.8jam atau sebesar 5,6 %, sedangkan pada variasi laju aliran 1,2 liter/jam dan 2,4 liter/jam hasil air alat distilasi kain bersekat lebih kecil dibandingkan dengan alat distilasi kain. Hasil air alat distilasi kain bersekat menggunakan kolektor lebih tinggi dibandingkan dengan alat distilasi kain, pada laju aliran 1,2 liter/jam selisih hasil air sebesar 19 % dan pada laju aliran 1,8 liter/jam sebesar 28%. Dengan menggunakan kolektor pada alat distilasi kain bersekat didapatkan kenaikan hasil air pada laju aliran 1,8 liter/jam sebesar 16,2 % dan pada laju aliran 1,2 liter/jam sebesar 42,2 %.

(8)

viii

ABSTRACT

Clean water is a daily necessity for the community, especially for drinking and cooking. The existing water sources are often contaminated with soil, salt (sea water), heavy metals, bacteria or other harmful substances. Water in this condition can be detrimental to health if used for drinking or cooking, for that water must be cleared first. There are many ways to purify contaminated water, one of which is by distillation. The water distillation process requires heat energy to vaporize contaminated water before it is condensed and produces clear water. Heat energy for the distillation process can come from various sources, one of which is solar energy. In distillation there are only two processes that occur, namely the process of evaporation and condensation. In this research, the researcher will improve the evaporation process in the distillation wick of insulated cloth, namely by adding the collector as the initial heating of the water to be distilled. In this study there are three tools that will be used, namely cloth distillation as a comparison, and a distillation apparatus of insulated cloth and distillation cloth wick using parallel pipe collectors as a research tool. The rate of flow of water in the comparator is set at 1.8 liters/hour and the research device varied by 1.2 liters/hour, 1.8 liters/hour, and 2.4 liters/hour. The increase in water yield of the sealed cloth distillation apparatus at a flow rate variation of 1.8 liters/hour is 0.05 liters/0.42m2.8hours or 5.6%, while the flow rate variations are 1.2 liters/hour and 2, 4 liters/hour of water produced by distillation of insulated wick is smaller than that of cloth distillation. The water yield of the insulated distillation apparatus uses a collector higher than the cloth distillation apparatus, at a flow rate of 1.2 liters/hour the water yield difference is 19% and at a flow rate of 1.8 liters/hour by 28%. Using the collector on the insulated cloth distillation apparatus obtained an increase in water yield at a flow rate of 1.8 liters/hour at 16.2% and at a flow rate of 1.2 liters/hour at 42.2%.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan karunia-Nya, sehingga tugas akhir ini dapat terlaksana dengan lancar serta penulis dapat menyelesaikan naskah tugas akhir yang berjudul “Unjuk Kerja Distilasi Air Energi Surya Absorber Kain Bersekat Menggunakan

Kolektor Pipa Paralel”. Tugas akhir ini disusun sebagai syarat kelulusan pada Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.

Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa.

2. Keluarga tercinta Antonius Sunardi (ayah), Yulia Dwi Sugini (ibu), Martinus Andri (kakak), dan Veronica Ana Maria (kakak) yang telah memberikan doa dan dukungan yang diberikan baik secara moral maupun material yang tak ternilai harganya.

3. Bapak Sudi Mungkasi, S.Si, M.Math.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Ir. PK. Purwadi, MT., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.

5. Bapak Ir. Franciscus Asisi Rusdi Sambada, M.T., selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan dalam proses pengerjaan tugas akhir ini.

6. Bapak Doddy Purwadianto, M.T., Selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan selama proses pengerjaan tugas akhir ini. 7. Seluruh dosen dan laboran Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan pengetahuan selama kuliah.

(10)

x

9. Teman dan sahabat : Dimas Hanung Pamungkas, Winih Arga Christian, Natanael Simamora, Natan Andang Pratiwan, Daniel Pakpahan, Robertus Landung, Albertus Sigit Adrianto, Julianto Tomas Geraldo, Andriana Nathalia, Gregorius Widyatmoko, Albertus Satrio, Deo, dan teman-teman kelas surya serta teman-teman teknik mesin yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu secara langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan dukungan.

(11)

xi

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 4

1.4 Batasan Masalah ... 5

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Penelitian Terdahulu ... 6

2.2 Landasan Teori ... 7

(12)

xii

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Metodologi Penelitian ... 17

3.2 Langkah Penelitian ... 20

3.3 Skema dan Spesifikasi Alat ... 21

3.4 Variabel yang Divariasikan ... 23

3.5 Parameter yang Diukur ... 24

3.6 Alat Ukur yang Digunakan ... 24

3.7 Langkah Analisis Data... 25

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data rata-rata tiap jam distilasi kain pada variasi 1 ... 26

Tabel 4.2 Data rata-rata tiap jam distilasi kain bersekat pada variasi 1 ... 27

Tabel 4.3 Data rata-rata tiap jam distilasi kain pada variasi 2 ... 27

Tabel 4.4 Data rata-rata tiap jam distilasi kain bersekat pada variasi 2 ... 28

Tabel 4.5 Data rata-rata tiap jam distilasi kain pada variasi 3 ... 28

Tabel 4.6 Data rata-rata tiap jam distilasi kain bersekat pada variasi 3 ... 29

Tabel 4.7 Data rata-rata tiap jam distilasi kain pada variasi 4 ... 29

Tabel 4.8 Data rata-rata tiap jam distilasi kain bersekat pada variasi 4 ... 30

Tabel 4.9 Data rata-rata tiap jam distilasi kain pada variasi 5 ... 30

Tabel 4.10 Data rata-rata tiap jam distilasi kain bersekat pada variasi 5 ... 31

Tabel 4.11 Efisiensi dan hasil air distilasi kain dan distilasi kain bersekat ... 33

Tabel 4.12 Koefisien qkonv dan quap distilasi kain pada variasi 1 ... 33

Tabel 4.13 Koefisien qkonv dan quap distilasi kain bersekat pada variasi 1 ... 34

Tabel 4.14 Koefisien qkonv dan quap distilasi kain pada variasi 2 ... 34

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema alat distilasi air yang umum ... 8

Gambar 2.2 Distilasi air energi surya jenis absorber bak ... 9

Gambar 2.3 Distilasi Air Energi Surya Jenis Absorber Kain... 10

Gambar 2.4 Distilasi air jenis perpaduan ... 12

Gambar 2.5 Aliran air dalam absorber ... 16

Gambar 3.1 Tahapan dan langkah-langkah penelitian ... 19

Gambar 3.2 Distilasi air jenis kain bersekat... 21

Gambar 3.3 Kolektor pipa paralel ... 22

Gambar 3.4 Alat distilasi air energi surya kain bersekat menggunakan kolektor pipa paralel ... 23

Gambar 4.1 Perbandingan efisiensi antara distilasi kain dengan distilasi kain bersekat pada variasi 1, 2, dan 3 ... 39

Gambar 4.2 Perbandingan hasil air antara distilasi kain dan distilasi kain bersekat pada variasi 1, 2, dan 3 ... 40

Gambar 4.3 Perbandingan hkonv terhadap energi surya yang datang pada variasi 1 ... 42

Gambar 4.4 Perbandingan ΔT terhadap energi surya yang datang pada variasi 1 ... 42

Gambar 4.5 Perbandingan hkonv terhadap energi surya yang datang pada variasi 2 ... 44

Gambar 4.6 Perbandingan ΔT terhadap energi surya yang datang pada variasi 2 ... 44

Gambar 4.7 Perbandingan hkonv terhadap energi surya yang datang pada variasi 3 ... 46

Gambar 4.8 Perbandingan ΔT terhadap energi surya yang datang pada variasi 3 ... 46

(15)

xv

Gambar 4.10 Perbandingan hasil air distilasi kain dengan distilasi kain

bersekat pada variasi 4 dan 5 ... 48 Gambar 4.11 Perbandingan hasil air tiap jam antara distilasi kain

dengan distilasi kain bersekat pada variasi 4 ... 49 Gambar 4.12 Perbandingan ΔT tiap jam antara distilasi kain dengan

distilasi kain bersekat pada variasi 4 ... 50 Gambar 4.13 Perbandingan hasil air tiap jam antara distilasi kain

dengan distilasi kain bersekat pada variasi 5 ... 51 Gambar 4.14 Perbandingan ΔT tiap jam antara distilasi kain dengan

distilasi kain bersekat pada variasi 5 ... 52 Gambar 4.15 Perbandingan hkonv terhadap energi surya yang datang

pada variasi 4 ... 53 Gambar 4.16 Perbandingan ΔT terhadap energi surya yang datang pada

variasi 4 ... 53 Gambar 4.17 Perbandingan hkonv terhadap energi surya yang datang

pada variasi 5 ... 54 Gambar 4.18 Perbandingan ΔT terhadap energi surya yang datang pada

variasi 5 ... 55 Gambar 4.19 Grafik perbandingan qc terhadap energi surya yang datang

pada variasi 4 dan 5 ... 56 Gambar 4.20 Perbandingan energi berguna distilasi kain dengan distilasi

kain bersekat pada variasi 4 dan 5 ... 57 Gambar 4.21 Perbandingan energi berguna distilasi kain dengan distilasi

kain bersekat tanpa adanya penambahan qc ... 58

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Alat Distilasi Kain dan Distilasi Kain Bersekat ... 65

Lampiran 2. Gambar Alat Ukur yang Digunakan ... 66

Lampiran 3. Tabel Sifat Air dan Uap Jenuh ... 67

(17)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang digunakan terutama untuk minum. Tidak semua daerah di Indonesia mempunyai sumber air yang layak konsumsi, seperti di pulau Nipah (Kepulauan Riau) mengalami kesulitan air bersih (garudamiliter.blogspot.com). Sumber air yang ada sering kali telah terkontaminasi dengan tanah, garam (air laut) atau bahan lain. Air dalam kondisi tersebut dapat mengganggu kesehatan jika digunakan secara langsung, untuk itu air tersebut harus dijernihkan terlebih dahulu. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperoleh air bersih dari air yang terkontaminasi adalah dengan distilasi air. Dalam distilasi air hanya ada dua proses yang di lakukan yaitu penguapan dan pengembunan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses penguapan di antaranya adalah memperluas permukaan zat cair, meniupkan udara

di atas permukaan, mengurangi tekanan dan memanaskan zat cair. Sedangkan

faktor-faktor yang mempengaruhi pengembunan antara lain adalah suhu, tekanan dan kelembaban. Proses distilasi air dimulai dari penguapan air kotor (air terkontaminasi) kemudian mengembunkan kembali uap tersebut. Uap yang berasal dari air kotor tidak membawa zat-zat yang mencemarinya sehingga air yang dihasilkan dari pengembunan uap ini sudah layak untuk dikonsumsi.

Pada proses penguapan air kotor diperlukan energi panas, Salah satu sumber energi panas yang murah dan mudah didapat di Indonesia adalah energi surya. Alat

BAB I

(18)

distilasi air energi surya terdiri dari 2 (dua) komponen utama yakni absorber dan

penutup kaca. Absorber berfungsi sebagai tempat air kotor yang akan didistilasi

sekaligus sebagai penyerap energi surya. Penutup kaca berfungsi untuk mencegah

energi panas dari energi surya yang sudah masuk ke dalam kotak distilasi tidak

mudah terbuang ke lingkungan. Penutup kaca juga berfungsi sebagai tempat

mengembunnya uap dari proses penguapan air kotor.

Unjuk kerja suatu alat distilasi energi surya ditentukan oleh jumlah air bersih

yang dapat dihasilkan, unjuk kerja kolektor dan unjuk kerja destilator. Banyak

faktor yang mempengaruhi jumlah air distilasi yang di hasilkan diantaranya:

keefektifan absorber dalam menyerap energi surya, keefektifan kaca dalam

mengembunkan uap air, jumlah massa/volume air yang terdapat pada alat distilasi,

luas permukaan air yang akan didistilasi, lama waktu pemanasan, dan temperatur

air yang masuk kedalam alat distilasi. Absorber harus terbuat dari bahan dengan

absorbtivitas energi surya yang baik, untuk meningkatkan absorbtivitas umumnya

absorber dicat dengan warna hitam. Kaca penutup tidak boleh terlalu panas karena

jika kaca terlalu panas maka uap akan sukar untuk mengembun. Jumlah

massa/volume air dalam alat distilasi tidak boleh terlalu banyak karena akan

memperlama proses penguapan. Tetapi jika massa/volume air dalam alat distilasi

terlalu sedikit maka alat distilasi akan mudah rusak karena terlalu panas (umumnya

kaca penutup akan pecah). Temperatur air yang masuk alat distilasi harus di

usahakan sudah tinggi. Semakin tinggi temperatur air yang masuk maka proses

penguapan akan semakin cepat dan air distilasi yang di hasilkan akan semakin

(19)

digunakan untuk membuat temperatur air menjadi tinggi adalah dengan pemanasan

awal air yang akan di distilasi misalnya dengan menggunakan kolektor plat datar

pipa paralel. Unjuk kerja alat distilasi yang mengunakan kolektor plat datar pipa

paralel di Indonesia belum banyak sehingga masih perlu dilakukan penelitian

tentang hal ini.

Permasalahan yang ada dalam distilasi air energi surya adalah masih

rendahnya unjuk kerja. Hal tersebut disebabkan karena kurang efektifnya proses

penguapan dan pengembunan. Jenis distilasi yang banyak dipakai adalah jenis

absorber bak dan jenis absorber kain. Jenis absorber bak adalah jenis distilasi yang

paling sederhana tetapi unjuk kerja yang dihasilkan jenis ini termasuk yang

terendah. Rendahnya unjuk kerja distilasi jenis absorber bak disebabkan jumlah

massa air yang cukup banyak di bak mengakibatkan proses penguapan tidak cepat

berlangsung. Jenis absorber kain bersekat mempunyai unjuk kerja yang lebih baik

dibandingkan jenis absorber bak. Hal tersebut disebabkan pada jenis absorber kain

bersekat air yang akan di distilasi dialirkan pada kain dan tertampung pada sekat

sehingga akan menghasilkan lapisan air yang tipis pada kain dan menyebabkan air

lebih cepat menguap. Proses penguapan ini akan semakin cepat jika air yang di

alirkan pada kain dan tertampung pada sekat bertemperatur tinggi, maka

sebelumnya air yang didistilasi akan dipanaskan terlebih dahulu dengan kolektor

(20)

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam latar belakang telah dijelaskan bahwa pada alat distilasi air energi

surya, hanya ada dua proses yang terjadi yaitu penguapan dan pengembunan. Proses

penguapan di antaranya dipengaruhi oleh waktu dan temperatur. Waktu pemanasan

dan penguapan dapat diperlama dengan sekat dan pengaturan laju aliran.

Temperatur dapat di naikkan dengan kolektor dan pengaturan laju aliran. Pada

penelitian ini akan diteliti laju aliran yang menghasilkan unjuk kerja terbaik pada

alat distilasi kain bersekat menggunakan kolektor paralel. Dalam penelitian ini lama

waktu pemanasan akan divariasikan dengan penambahan kain, sekat, dan

pengaturan laju aliran air masukan. Temperatur air masukan alat distilasi kain

bersekat akan di variasi dengan menggunakan kolektor.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari pemaparan identifikasi masalah dapat dirumuskan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana efek temperatur air masukan terhadap unjuk kerja (efisiensi

dan hasil air) distilasi kain bersekat?

2. Bagaimana efek laju aliran (hkonv dan ΔT) terhadap unjuk kerja distilasi

(21)

1.4 Batasan Masalah

Agar topik tidak meluas penulis membatasi penelitian. Batasan-batasan

masalah yang diterapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Alat distilasi kain dengan laju aliran 1,8 l/jam digunakan sebagai

pembanding

2. Temperatur absorber dan kaca di asumsikan merata

3. Luasan alat distilasi kain dan distilasi kain bersekat sebesar 0,42 m2,

dan luasan kolektor sebesar 0,43 m2

4. Proses penguapaan dan pengembunan dianalisis menggunakan

persamaan Darcy Weisbach

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah menganalisis efek laju aliran air masuk dan

temperatur air masukan alat distilasi terhadap unjuk kerja relatif antara alat distilasi

kain dan distilasi kain bersekat.

Manfaat yang diperoleh dari penelitian adalah :

1. Dapat dikembangkan untuk membuat prototype dan produk teknologi

alat distilasi air energi surya, sehingga membantu memenuhi kebutuhan

air bersih masyarakat khususnya di daerah yang kesulitan air bersih.

(22)

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang faktor yang mempengaruhi unjuk kerja alat

distilasi air enegi surya diantaranya: Pengaruh temperatur sekitar, jumlah energi

surya yang diterima alat distilasi [1]. Pengaruh bahan dan bentuk absorber [2],

pengaruh tebal dan kemiringan kaca penutup [3], pengaruh ketinggian air di bak air

[4], pengaruh kondensor pasif eksternal maupun internal pada distilasi [5].

Penelitian pendinginan kaca pada alat distilasi air energi surya jenis absorber kain

dengan kaca tunggal mendapatkan adanya laju alir massa air pendingin optimum

sebesar 1,5 m/s dibawah atau di atas nilai optimum tersebut akan menyebabkan

turunnya unjuk kerja [6]. Penelitian yang sama pada jenis konvensional dengan

kaca tunggal mendapatkan bahwa dengan mengikut sertakan efek penguapan unjuk

kerja dapat naik sampai 20% [7]. Penelitian pendinginan kaca pada jenis

konvensional dengan cara penyemprotan air dapat menaikkan unjuk kerja 15,7%

sampai 31,8% dengan interval penyemprotan 20 dan 10 menit [8]. Penelitian

pendinginan kaca pada jenis konvensional dengan mevariasikan laju alir massa air

pendingin antara 100 ml/menit sampai 1800 ml/menit mendapatkan nilai optimum

laju aliran pada 250 ml/menit dan menghasilkan kenaikkan unjuk kerja sebesar

30,5% [9]. Keuntungan alat distilasi energi surya sebagai penjernih air diantaranya

tidak memerlukan biaya tinggi dalam pembuatannya, pengoperasian dan

perawatannya mudah [10]. Alat distilasi air laut energi surya menggunakan arang

BAB II

(23)

sebagai absorber sekaligus sebagai sumbu menghasilkan efisiensi 15% diatas alat

distilasi jenis sumbu. Pada penelitian ini alat distilasi diposisikan miring dan air laut

dialirkan dari satu sisi alat kesisi lain yang lebih rendah [11]. Penelitian alat distilasi

energi surya menggunakan penyimpan panas dengan material berubah fasa

menghasilkan air distilasi 4,536 l/m2 dalam 6 jam atau setara dengan efisiensi

36,2%. Material penyimpan panas yang digunakan adalah air, lilin parafin dan

minyak parafin. Dengan menggunakan bahan penyimpan panas alat distilasi ini

dapat bekerja siang dan malam [12]. Penelitian alat distilasi surya satu tingkat

menggunakan aspal sebagai penyimpan panas dapat bekerja siang dan malam.

Efisiensi yang dihasilkan sampai 51%. Proses distilasi pada malam hari

memberikan kontribusi sebanyak 16% dari total air distilasi yang dihasilkan. Alat

distilasi ini dilengkapi dengan penyembur air [13]. Penelitian alat distilasi energi

surya jenis kolam tunggal seluas 3 m2 di Amman, Jordania menggunakan campuran

garam, pemberian warna lembayung dan arang untukmeningkatkan daya serap air

terhadap energi surya menghasilkan peningkatan efisiensi sebesar 26% [14].

2.2 Landasan Teori

Dalam distilasi air hanya ada dua proses yang dilakukan yaitu penguapan dan

pengembunan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya proses

penguapan air diantaranya adalah luasan permukaan, lama waktu pemanasan, dan

temperatur air. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengembunan

antara lain adalah suhu, tekanan, dan kelembaban. Komponen utama yang terdapat

(24)

penutup (Gambar 2.1). Bak air juga berfungsi sebagai absorber yakni sebagai

penyerap energi surya untuk memanasi air yang akan di distilasi. Kaca penutup juga

berfungsi sebagai kondenser yang berfungsi mengembunkan uap air. Bagian lain

yang umum terdapat pada alat distilasi adalah saluran masuk air terkontaminasi dan

saluran keluar air bersih. Komponen penting lainnya adalah pengatur jumlah massa

air dalam alat distilasi agar tidak terlalu banyak dan konstan.

Gambar 2.1 Skema alat distilasi air yang umum

Distilasi air energi surya jenis absorber bak (Gambar 2.2) dan distilasi air

energi surya jenis absorber kain (Gambar 2.3) merupakan dua jenis alat distilasi air

energi surya yang banyak digunakan untuk mendapatkan air layak minum dari air

yang terkontaminasi. Proses penguapan air yang terkontaminasi dan proses

pengembunan uap air merupakan dua proses utama pada alat distilasi air energi

surya. Pada proses penguapan air yang terkontaminasi bagian yang menguap hanya

(25)

pada proses pengembunan uap air akan dihasilkan air bersih yang layak diminum.

Proses penguapan pada distilasi air energi surya terjadi di absorber dan proses

pengembunan terjadi di kaca penutup. Semakin tinggi temperatur kaca maka proses

pengembunan akan semakin buruk begitu juga sebaliknya, semakin rendah

temperatur kaca maka proses pengembunan akan menjadi lebih baik

Gambar 2.2 Distilasi air energi surya jenis absorber bak

Keunggulan distilasi air energi surya jenis absorber bak diantaranya: tidak

memerlukan pengaturan aliran air masukkan dan tidak ada kerugian energi panas

karena keluarnya air yang tidak menguap dari alat distilasi. Sedangkan

kelemahannya adalah unjuk kerja distilasi jenis absorber bak merupakan yang

terendah dibandingkan distilasi jenis lainnya, misalnya jenis absorber kain.

Rendahnya unjuk kerja pada distilasi air energi surya jenis absorber bak

diantaranya disebabkan proses penguapan yang kurang efektif. Kurang efektifnya

(26)

absorber. Selain itu, posisi absorber yang tidak sejajar dengan kaca penutup

menyebabkan terjadinya efek bayangan pada permukaan air sehingga jumlah energi

surya yang dapat diterima menjadi berkurang.

Gambar 2.3 Distilasi Air Energi Surya Jenis Absorber Kain

Keunggulan distilasi air energi surya jenis absober kain adalah proses

penguapan yang lebih baik dibandingkan jenis absorber bak. Hal tersebut

disebabkan karena jumlah massa air tiap satuan luas absorber yang jauh lebih kecil

dibandingkan jenis absorber bak. Selain itu posisi absorber yang sejajar dengan

kaca penutup menyebabkan jumlah energi surya yang diterima jenis absorber kain

lebih besar dibandingkan jenis absorber bak. Kelemahan distilasi jenis absorber

(27)

energi panas yang keluar alat distilasi karena tidak semua air terkontaminasi yang

dialirkan di absorber dapat menguap. Air yang tidak menguap akan keluar sebagai

air panas dan ini merupakan kerugian energi panas yang cukup besar.

Distilasi jenis perpaduan (Gambar 2.4) yang di tambah sekat memiliki

keunggulan dari jenis distilasi sebelumnya, keunggulannya adalah penguapan yang

lebih baik disebabkan jumlah massa air tiap satuan luas absorber yang jauh lebih

kecil. Selain itu posisi absorber yang sejajar dengan kaca penutup menyebabkan

jumlah energi surya yang diterima jenis absorber kain lebih besar, dan yang

terpenting adalah tidak adanya kerugian energi panas yang keluar alat distilasi hal

ini karena disebabkan oleh sekat yang terpasang pada absorber kain, sekat

berfungsi sebagai penahan air pada absorber agar air yang mengalir pada alat

distilasi ini tidak terbuang mengalir, kain berfungi sebagai media untuk menambah

laju kecepatan penguapan, karena jumlah massa air tiap satuan luas diperkecil

dengan kain maka membuat proses penguapan akan lebih cepat, sementara itu air

akan selalu merembes ke dalam kain karena memanfaatkan sifat kapilaritas, dengan

(28)

Gambar 2.4 Distilasi air jenis perpaduan

Efisiensi alat distilasi energi surya didefinisikan sebagai perbandingan antara

jumlah energi yang digunakan dalam proses penguapan air dengan jumlah

energi surya yang datang selama waktu tertentu (Arismunandar, 1995). Efisiensi

alat distilasi dengan menggunakan kolektor terdiri dari efisiensi sensibel kolektor

dan efisiensi laten destilator. Efisiensi kolektor didefinisikan sebagai perbandingan

antara jumlah energi yang dipakai untuk menaikkan temperatur sejumlah massa air

dalam kolektor terhadap jumlah energi yang datang. Efisiensi kolektor dapat

dihitung dengan persamaan:

(29)

Dengan ηc

adalah

efisiensi kolektor (%), qc adalah energi berguna kolektor

(Watt/m2), Ac adalah luasan kolektor (m2), dan G adalah energi surya yang datang

(Watt/m2). Pada alat distilasi yang menggunakan kolektor energi panas yang

diberikan kolektor sangat membantu dalam proses penguapan air didalam absorber.

Semakin besarnya qc maka akan membuat hasil air distilasi semakin banyak. Untuk

menghitung energi berguna kolektor dapat menggunakan Persamaan 2. Dimana mc

adalah laju aliran massa fluida (kg/s), Cp adalah kalor spesifik pada tekanan konstan

(kJ/kg.oC), dan ΔT adalah selisih tempetaur air masuk dan air keluar kolektor atau

Tout3 – Tin3 (oC).

𝑞

𝑐

= 𝑚

𝑐

. 𝐶

𝑝

. ∆𝑇

(2)

Efisiensi distilasi didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah energi

yang digunakan dalam proses penguapan air dengan jumlah energi yang datang

selama waktu tertentu. Efisiensi distilasi dapat dihitung dengan meggunakan

persamaan :

𝜂

𝑑

=

𝐴𝑐 . ∫ 𝐺𝑚 . ℎ𝑡𝑓𝑔 0 .𝑑𝑡

(3)

Dengan

η

d adalah efisiensi distilasi (%), Ac adalah luasan kolektor (m2), dt adalah

lama waktu pemanasan (detik), G adalah energi surya yang datang (Watt/m2), hfg

(30)

Sebagian energi panas dari absorber akan dikonveksikan ke kaca. Energi yang

dikonveksikan dihitung menggunakan :

𝑞

𝑘𝑜𝑛𝑣

= ℎ

𝑘𝑜𝑛𝑣

× (𝑇

𝑊

− 𝑇

𝐶

)

(4)

Dengan qkonv adalah bagian energi surya yang hilang karena konveksi (Watt/m2),

TW adalah temperatur air (oC) , TC adalah temperatur kaca penutup (oC), dan hkonv

adalah koefisien konveksi (Watt/m2.oC). Koefisien konveksi ini dapat dihitung

dengan:

𝑘𝑜𝑛𝑣

= 88,84 × 10

−3

. (𝑇

𝑊

− 𝑇

𝐶

+

268,9×10𝑃𝑊−𝑃−3𝐶−𝑃𝑊

× 𝑇

𝑊

)

1 3

(5)

Energi untuk proses penguapan dapat dihitung dengan persamaan :

𝑞

𝑢𝑎𝑝

= (16,27 × 10

−3

) . 𝑞

𝑘𝑜𝑛𝑣

. (

𝑃 𝑇𝑊𝑊−𝑇−𝑃𝐶𝐶

)

(6)

Selain Persamaan 6 energi penguapaan dapat dihitung dengan persamaan :

(31)

Dengan quap adalah bagian energi surya yang digunakan untuk proses penguapan

(Watt/m2), PW adalah tekanan parsial uap air pada temperatur air (N/m2), dan PC

adalah tekanan parsial uap air pada temperatur kaca penutup (N/m2).

𝑚 =

𝑞𝑢𝑎𝑝 . 𝑑𝑡

𝑓𝑔

(8)

Hasil air distilasi juga dapat dihitung menggunakan Persamaan 8. Efisiensi

alat distilasi (Persamaan 3) salah satunya dipengaruhi oleh hasil air distilasi, secara

teoritis hasil air distilasi (Persamaan 8) dipengaruhi oleh quap. quap atau energi

berguna dari alat distilasi dipengaruhi oleh qkonv (Persamaan 5). Dalam teknologi

distilasi ada tiga proses perpindahan panas yaitu secra konveksi, purging, dan

difusi. Perpindahan panas konveksi dapat terjadi karena adanya beda temperatur

antara absorber dan kaca, perpindahan panas purging dapat terjadi karena adanya

beda tekanan antara absorber dan kaca, dan perpindahan panas difusi dapat terjadi

karena adanya beda konsentrasi massa. Pada alat distilasi proses perpindahan panas

yang paling besar adalah secara konveksi. qkonv dipengaruhi oleh hkonv dan ΔT

(Persamaan 4), hkonv dipengaruhi oleh faktor temperatur absorber dan kaca

sedangkan ΔT dipengaruhi oleh faktor temperatur dan lama waktu pemanasan.

Untuk mencapai faktor-faktor tersebut aliran air pada alat distilasi kain bersekat di

buat seri (Gambar 2.5). Dengan semakin tingginya hkonv dan ΔT maka akan

(32)

bahwa quap juga semakin besar, dengan membesarnya quap maka hasil air dan

efisiensi alat distilasi akan semakin besar.

Gambar 2.5 Aliran air dalam absorber

2.3 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Pengunaan kolektor dapat meningkatkan unjuk kerja

(33)

3

METODE PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Untuk mencapai tujuan, pengambilan data pada penelitian ini akan digunakan

tiga alat yaitu (1) alat pembanding (destilasi kain), (2) alat penelitian (destilasi kain

bersekat), dan (3) kolekor pipa paralel. Pengambilan data kedua alat destilasi

tersebut dilakukan pada waktu yang bersamaan hal ini dilakukan karena energi

surya akan berubah setiap harinya. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen

lapangan yang didahului dengan studi literatur dari jurnal tentang penelitian

distilasi air energi surya yang pernah dilakukan. Selain itu, dilakukan juga studi

literatur diantaranya distribusi energi surya seperti energi berguna destilasi dan

energi konveksi, proses penguapan dan pengembunan serta tentang teori-teori dasar

yang mendukung hipotesis dan analisis data. Eksperimen diawali dengan

mempersiapkan bahan dan membuat model distilasi air energi surya. Model

destilasi yang akan dibuat adalah destilasi kain (Gambar 2.3) dan destilasi kain

bersekat (Gambar 3.2). Model kolektor yang akan digunakan pada penelitian ini

adalah kolektor dengan susunan pipa paralel (Gambar 3.4). Setelah kedua model

alat eksperimen dan model kolektor selesai di buat maka langkah selanjutnya adalah

melakukan pengujian. Pengujian yang dilakukan diantaranya adalah uji kebocoran

untuk memastikan bahwa tidak terjadi kebocoran air pada semua alat, dan uji aliran

untuk memastikan laju aliran air masuk alat selalu konstan pada semua variasi.

langkah selanjutnya adalah pengambilan dan analisis data. Pengambilan data

BAB III

(34)

dilakukan selama delapan jam (satu hari) yaitu pada jam 08:00 sampai jam 16:00.

Pengambilan data dilakukan secara urut mulai dari variasi 1 sampai variasi 5.

Setelah pengambilan data selesai selanjutnya akan dilakukan pengolahan data dan

penyusunan artikel ilmiah. Artikel ilmiah yang telah disusun akan diseminasi

seminar dan akan diperbaiki untuk menjadi naskah tugas akhir. Tahapan untuk

(35)

Gambar 3.1 Tahapan dan langkah-langkah penelitian

Penelitian dimulai

Studi literatur distribusi energi surya, perinsip penguapan dan

pengembunan serta proses pada destilasi air energi surya Lokasi : Lab. Perpindahan panas Teknik Mesin USD

Pengadaan bahan penelitian dan pembuatan model eksperimen destilasi air energi surya

Lokasi : Lab. Perpindahan panas Teknik Mesin USD

Pengujian dan perbaikan model eksperimen destilasi air energi surya Lokasi : Lab. Perpindahan panas Teknik Mesin USD

Pengambilan dan analisis data eksperimen

Lokasi : Lab. Perpindahan panas dan lapangan Teknik Mesin USD

Variasi laju aliran massa dan penambahan kolektor Lokasi : Lab. Perpindahan panas dan lapangan Teknik Mesin USD Variasi belum

selesai

Penyusunan artikel ilmiah dan publikasi jurnal atau diseminasi seminar Lokasi : Lab. Perpindahan panas Teknik Mesin USD

Luaran : Artikel ilmiah dalam prosiding seminar atau jurnal dan naskah tugas akhir

Penelitian Selesai

Penyusunan tugas akhir atau skripsi

(36)

3.2 Langkah Penelitian

Penelitian akan dimulai dengan pembuatan alat dan berakhir dengan analisis

data. Secara terinci langkah-langkah penelitian adalah:

1. Membuat alat distilasi kain, distilasi kain bersekat, dan kolektor pipa paralel

2. Menyiapkan alat distilasi kain bersekat (Gambar 3.2) dan distilasi kain

(Gambar 2.3) serta mempersiapkan alat ukur

3. Mengatur kemiringan alat penelitian dan pembanding sebesar 15 derajat

serta mengatur laju aliran air masuk alat distilasi kain yaitu 1,8 l/jam

4. Melakukan variasi alat distilasi kain bersekat tanpa menggunakan kolektor

(Gambar 3.2) dan memvariasikan laju aliran air masukan sebesar 1,2 l/jam,

1,8 l/jam, dan 2,4 l/jam

5. Menyiapkan alat distilasi kain bersekat menggunakan kolektor pipa parelel

(Gambar 3.4) dan memvariasikan laju aliran air masukan sebesar 1,2 l/jam

dan 1,8 l/jam

6. Melakukan analisis data dengan Persamaan (1) sampai (8).

(37)

3.3 Skema dan Spesifikasi Alat

Gambar 3.2 Distilasi air jenis kain bersekat

Bak penampungan air pada alat distilasi kain bersekat terbuat dari multiplek

60 cm x 80 cm dengan ketebalan 4,5 cm dan Absorber terbuat dari alumunium plat

dengan tebal 1,5 mm dengan luasan absorber adalah 55,4 cm x 76 cm. Tebal

dinding adalah 3 cm dan dinding dilapisi dengan karet hitam dengan ketebalan 3

mm untuk isolasi. Sekat yang yang digunakan berjumlah 6, sekat terbuat dari

(38)

antar sekat adalah 11,45 cm. Penutup alat mengunakan kaca dengan ketebalan 3

mm.

Gambar 3.3 Kolektor pipa paralel

Dinding dan alas kolektor terbuat dari multiplek 60 cm x 80 cm dengan

ketebalan 4,5 cm dengan luasan absorber kolektor adalah 55,4 cm x 76 cm. Tebal

dinding adalah 3 cm dan dinding dilapisi dengan karet hitam dengan ketebalan 3

mm untuk isolasi. Sirip pada kolektor mengunakan plat tembaga dengan tebal 0,75

mm. Pipa tembaga yang digunakan berjumlah 9 dengan diameter 1 cm dan panjang

56 cm, sambungan antara plat dan pipa mengunakan las. Penutup kolektor

(39)

Gambar 3.4 Alat distilasi air energi surya kain bersekat menggunakan kolektor pipa paralel

3.4 Variabel yang Divariasikan

Untuk mengetahui efek laju aliran air masuk dan temperatur air masukan alat

distilasi terhadap unjuk kerja alat distilasi kain bersekat maka dilakukan beberapa

variasi. Untuk mengetahui efek laju aliran air masuk alat distilasi terhadap unjuk

kerja akan dilakukan variasi sebagai berikut :

1. Distilasi kain bersekat tanpa menggunakan kolektor dengan variasi laju

aliran air masukan 1,2 l/jam (variasi 1), 1,8 l/jam (variasi 2), dan 2,4 l/jam

(variasi 3)

Untuk mengetahui efek temperatur air masukan alat distilasi terhadap unjuk kerja

(40)

2. Memvariasikan air masukan dengan menambahkan kolektor dan

memvariasi laju aliran air masukan sebesar 1,2 l/jam (variasi 4) dan 1,8

l/jam (variasi 5)

Pada semua variasi alat distilasi kain bersekat, laju aliran yang digunakan pada alat

distilasi kain dibuat kostan yaitu 1,8 l/jam.

3.5 Parameter yang Diukur

Pada penelitian ini parameter-parameter yang akan di ukur diantaranya

adalah: temperatur absorber distilasi kain (Tw1), temperatur kaca distilasi kain

(Tc1), temperatur absorber distilasi kain bersekat (Tw2), temperatur kaca distilasi

kain bersekat (Tc2), temperatur absorber kolektor (Tw3), temperatur kaca kolektor

(Tc3), temperatur air masuk distilasi kain (Tin1), temperatur air kelur distilasi kain

(Tout1), temperatur air masuk distilasi kain bersekat (Tin2), temperatur air kelur

distilasi kain bersekat (Tout2), temperatur air masuk kolektor (Tin3), temperatur air

kelur kolektor (Tout3), kenaikan dan jumlah air distilasi yang dihasilkan (m), dan

energi panas yang datang dari energi surya (G). Dengan temperatur akan diukur

dalam satuan oC, jumlah air distilasi yang dihasilkan dalam satuan liter, dan energi

panas yang datang dari energi surya dalam satuan Watt/m2.

3.6 Alat Ukur yang Digunakan

Alat-alat pendukung untuk pengambilan data pada penelitian ini adalah

(41)

1. Solar meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya energi

surya yang datang dalam satuan Watt/m2.

2. Dallas semiconductor temperatur sensor (TDS) digunakan untuk

mengetahui temperatur absorber, temperatur kaca, temperatur air masuk,

dan temperatur air keluar.

3. Microcontrollel adruino digunakan untuk pengambilan data selama

penelitian dengan cara kerja menangkap sinyal dari sensor-sensor yang

telah dipasang pada alat.

4. Sensor E-Tape ini digunakan untuk membaca dan mengetahui kenaikan

hasil air distilasi.

3.7 Langkah Analisis Data

Langkah analisis efek laju aliran air masukan distilasi terhadap perbandingan

unjuk kerja distilasi kain dan distilasi kain bersekat dilakukan dengan:

1. Analisis unjuk kerja pada variasi 1, 2, dan 3

2. Analisis hkonv dan ΔT pada variasi 1, 2, dan 3

Analisis efek temperatur air masukan distilasi terhadap unjuk kerja distilasi kain

dan distilasi kain bersekat dilakukan dengan:

1. Analisis unjuk kerja pada variasi 4 dan 5

2. Analisis hkonv dan ΔT pada variasi 4 dan 5

(42)

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Data pencatatan setiap 10 detik untuk semua parameter dirata-rata tiap 1 jam.

Rata-rata data tiap jam pada semua variasi dapat dilihat pada Tabel 4.1 sampai 4.10.

Tabel 4.1 Data rata-rata tiap jam distilasi kain pada variasi 1

(43)

Tabel 4.2 Data rata-rata tiap jam distilasi kain bersekat pada variasi 1

Tabel 4.3 Data rata-rata tiap jam distilasi kain pada variasi 2

(44)

Tabel 4.4 Data rata-rata tiap jam distilasi kain bersekat pada variasi 2

Tabel 4.5 Data rata-rata tiap jam distilasi kain pada variasi 3

(45)

Tabel 4.6 Data rata-rata tiap jam distilasi kain bersekat pada variasi 3

Tabel 4.7 Data rata-rata tiap jam distilasi kain pada variasi 4

(46)

Tabel 4.8 Data rata-rata tiap jam distilasi kain bersekat pada variasi 4

Tabel 4.9 Data rata-rata tiap jam distilasi kain pada variasi 5

(47)

Tabel 4.10 Data rata-rata tiap jam distilasi kain bersekat pada variasi 5

Jam

hasil

Temperatur pada distilasi

kain bersekat Temperatur pada Kolektor

ai

Efisiensi distilasi pada variasi 1 dapat dihitung dari Tabel 4.1 menggunakan

(48)

Hasil perhitungan efisiensi kolektor dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Koefisien hkonv, qkonv, dan quap pada variasi 1 dapat dihitung dari Tabel 4.1

menggunakan Persamaan 4, 5 dan 7.

ℎ𝑘𝑜𝑛𝑣 = (88,84 × 10−3). (40,08 °𝐶 − 30,85 °𝐶 +

Koefisien hkonv, qkonv, dan quap pada variasi 2, 3, 4, dan 5 dihitung dengan cara yang

sama dan dapat dilihat pada Tabel 4.12 sampai Tabel 4.21.

Efisiensi kolektor pada variasi 4 dapat dihitung dari Tabel 4.8 menggunakan

Persamaan 1 dan 2.

𝑞𝑐 = (1,2𝑗𝑎𝑚 × 3600) . 4180,70 𝑘𝑔 𝑘𝑔. ℃𝐽 . 25,52 ℃ = 29,69 𝑊𝑎𝑡𝑡

𝜂

𝑐

=

0,43 𝑚29,69 𝑊𝑎𝑡𝑡 2 . 347,72 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑚2

(49)

Efisiensi kolektor pada variasi 5 dihitung dengan cara yang sama dan dapat dilihat

pada Tabel 4.22 dan Tabel 4.23.

Tabel 4.11 Efisiensi dan hasil air distilasi kain dan distilasi kain bersekat

Variasi G m1 m2 η1 η2

Tabel 4.12 Koefisienqkonv dan quap distilasi kain pada variasi 1

(50)

Tabel 4.13 Koefisien qkonv dan quap distilasi kain bersekat pada variasi 1

Tabel 4.14 Koefisien qkonv dan quap distilasi kain pada variasi 2

Jam m₁ G Tw₁ Tc₁ ΔT h

Tabel 4.15 Koefisien qkonv dan quap distilasi kain bersekat pada variasi 2

Jam m

2 G Tw₁ Tc₁ ΔT hkonv qkonv quap

kg/m² Watt/m² °C °C °C Watt/m2.°C Watt/m2 Watt/m2

(51)

Tabel 4.15 Koefisien qkonv dan quap distilasi kain bersekat pada variasi 2

Tabel 4.16 Koefisien qkonv dan quap distilasi kain pada variasi 3

Jam m₁ G Tw₁ Tc₁ ΔT hkonv qkonv quap

Tabel 4.17 Koefisien qkonv dan quap distilasi kain bersekat pada variasi 3

Jam m2 G Tw₁ Tc₁ ΔT hkonv qkonv quap

kg/m² Watt/m² °C °C °C Watt/m2.°C Watt/m2 Watt/m2

8 0,00 192,50 33,88 33,01 0,86 0,85 0,74 0,00

9 0,27 446,42 47,47 44,80 2,67 1,26 3,36 177,05

(52)

Tabel 4.17 Koefisien qkonv dan quap distilasi kain bersekat pada variasi 3

Tabel 4.18 Koefisien qkonv dan quap distilasi kain pada variasi 4

Jam m₁ G Tw₁ Tc₁ ΔT hkonv qkonv quap

Tabel 4.19 Koefisien qkonv dan quap distilasi kain bersekat pada variasi 4

(53)

Tabel 4.19 Koefisien qkonv dan quap distilasi kain bersekat pada variasi 4

Tabel 4.20 Koefisien qkonv dan quap distilasi kain pada variasi 5

Jam m₁ G Tw₁ Tc₁ ΔT hkonv qkonv quap

Tabel 4.21 Koefisien qkonv dan quap distilasi kain bersekat pada variasi 5

(54)
(55)

4.3 Analisis Unjuk Kerja pada Variasi 1, 2, dan 3

Perbandingan unjuk kerja distilasi kain dengan distilasi kain bersekat pada

variasi 1, 2, dan 3 berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Perbandingan efisiensi antara distilasi kain dengan distilasi kain bersekat pada variasi 1, 2, dan 3

Gambar 4.1 menunjukan pada laju aliran 1,2 l/jam dan 2,4 l/jam efisiensi

distilasi kain lebih tinggi dibandingkan dengan distilasi kain bersekat. Pada laju

aliran 1,2 l/jam efisiensi distilasi kain adalah 63% dan efisiensi distilasi kain

bersekat adalah 54 %, sehingga selisih efisiensinya adalah 9 %. Pada laju aliran 2,4

l/jam efisiensi distilasi kain adalah 45 % dan efisiensi distilasi kain bersekat adalah

42 %, sehingga selisih efisiensinya adalah 3 %. Pada laju aliran 1,8 l/jam efisiensi

(56)

distilasi kain bersekat adalah 52 % dan distilasi kain adalah 55 %, sehingga selisih

efisiensinya adalah 3 %.

Gambar 4.2 Perbandingan hasil air antara distilasi kain dan distilasi kain bersekat pada variasi 1, 2, dan 3

Gambar 4.2 menunjukan pada laju aliran 1,2 l/jam (variasi 1) dan laju aliran

2,4 l/jam (variasi 3) hasil air distilasi kain bersekat lebih rendah dibandingkan

dengan distilasi kain. Pada variasi 1 air yang di hasilkan distilasi kain bersekat

adalah 0,91 liter dan distilasi kain adalah 1,05 liter, sehingga selisih hasil airnya

adalah 0,14 liter atau 13,3 %. Kemudian pada variasi 3 hasil air distilasi kain

bersekat adalah 0,64 liter dan distilasi kain adalah 0,70 liter, sehingga selisih hasil

airnya adalah 0,06 liter atau 8,6 %. Pada laju aliran 1,8 l/jam (variasi 2) hasil air

(57)

distilasi kain bersekat adalah 0,9 liter dan distilasi kain adalah 0,85 liter, sehingga

selisih hasil airnya adalah 0,05 liter atau 5,6 %.

Unjuk kerja distilasi kain pada variasi 1 dan 3 lebih tinggi dibandingkan

dengan distilasi kain bersekat. Hal ini terjadi karena aliran air distilasi kain bersekat

berkelok sehingga air akan memenuhi sekat yang paling atas sebelum turun kesekat

dibawahnya, dan pada distilasi kain aliranya langsung sehingga air dapat secara

langsung menyebar. Dengan penampang aliran distilasi kain bersekat yang lebih

kecil dibandingkan dengan distilasi kain maka aliran air akan menjadi lebih cepat.

Selain itu kapilaritas kain kebawah pada distilasi kain lebih baik dibandingkan

kapilaritas kain keatas pada distilasi kain bersekat. Kedua hal tersebut yang

membuat unjuk kerja distilasi kain lebih baik dibanding distilasi kain bersekat.

Aliran air pada variasi 3 lebih cepat daripada variasi 1, dengan aliran air yang lebih

cepat maka energi panas yang terbuang pada variasi 3 lebih besar. Dengan laju

aliran air yang lebih cepat maka kapilaritas kain pada variasi 3 lebih baik

dibandingkan dengan variasi 1. Hal tersebut yang membuat selisih unjuk kerja

antara distilasi kain dengan distilasi kain bersekat pada variasi 1 lebih besar

dibandingkan variasi 3. Unjuk kerja distilasi kain bersekat pada variasi 2 justru

lebih baik dibandingkan distilasi kain. Hal ini dapat terjadi karena kapilaritas kain

pada variasi 2 lebih baik dibandingkan variasi 1, dan energi panas yang terbuang

lebih kecil dibandingkan variasi 3. Dengan kapilaritas kain yang lebih baik maka

jumlah air yang akan diuapkan menjadi lebih banyak, dan dengan energi yang

(58)

4.4 Analisis hkonv dan ΔT pada Variasi 1, 2, dan 3

Gambar 4.3 Perbandingan hkonv terhadap energi surya yang datang pada variasi 1

Gambar 4.4 Perbandingan ΔT terhadap energi surya yang datang pada variasi 1

(59)

Gambar 4.3 menunjukan bahwa hkonv distilasi kain dan distilasi kain bersekat

akan meningkat bersamaan dengan meningkatnya energi surya yang datang, hkonv

distilasi kain lebih besar dibandingkan dengan distilasi kain bersekat. Gambar 4.4

menunjukan bahwa ΔT distilasi kain dan distilasi kain bersekat akan meningkat

bersamaan dengan meningkatnya energi surya yang datang, kenaikan ΔT distilasi

kain lebih tinggi dibandingkan distilasi kain bersekat. Hal ini menunjukan proses

penguapan dan pengembunan distilasi kain lebih baik dibandingkan distilasi kain

bersekat. Gambar 4.3 dan 4.4 menunjukan adanya kesamaan fenomena yaitu hkonv

dan ΔT distilasi kain yang lebih besar dibandingkan dengan distilasi kain bersekat.

Pada Persamaan 4 qkonv adalah perkalian antara hkonv dan ΔT, maka dari Gambar

4.3 dan 4.4 dapat disimpulkan bahwa energi konveksi detilasi kain lebih besar

dibandingkan distilasi kain bersekat. Maka berdasarkan Persamaan 6 dapat

dipastikan bahwa energi berguna distilasi kain terhadap energi surya yang datang

lebih besar dibandingkan distilasi kain bersekat. Hal tersebut menyebabkan ujuk

kerja distilasi kain lebih baik dibandingkan distilasi kain bersekat.

Gambar 4.5 menunjukan hkonv distilasi kain dan distilasi kain bersekat akan

menurun bersamaan dengan meningkatnya energi surya yang datang, hkonv distilasi

kain bersekat lebih besar dibandingkan distilasi kain. Gambar 4.6 menunjukan ΔT

distilasi kain dan distilasi kain bersekat akan meningkat bersamaan dengan

meningkatnya energi surya yang datang, ΔT distilasi kain lebih tinggi dibandingkan

distilasi kain bersekat. Selisih hkonv antara destilasi kain dan destilasi kain bersekat

lebih kecil dibandingkan selisih ΔT. Hal ini menunjukan bahwa proses penguapan

(60)

Gambar 4.5 Perbandingan hkonv terhadap energi surya yang datang pada variasi 2

Gambar 4.6 Perbandingan ΔT terhadap energi surya yang datang pada variasi 2

Berdasarkan Gambar 4.5 dan 4.6 dapat disimpulkan bahwa energi konveksi

dan energi berguna distilasi kain terhadap energi surya yang datang lebih besar

dibandingkan distilasi kain bersekat. Berdasarkan pemaparan tersebut maka

(61)

seharusnya hasil air distilasi kain lebih baik dibandingkan dengan distilasi kain

bersekat. Secara aktual hasil air distilasi kain bersekat lebih tinggi 50 ml dari

distilasi kain, sedangkan dari hasil perhitungan teoritis hasil air distilasi kain lebih

besar sebanyak 105 ml dari distilasikain bersekat (Tabel 24). Hasil air (m) teoritis

dapat dihitung menggunakan Persamaan 7 dan nilai quap dihitung menggunakan

Persamaan 6. Karena pengambilan data jumlah air distilasi dilakukan secara manual

dengan gelas ukur maka kemungkinan ada kesalahan saat membaca indikator

mengingat selisih hasilnya hanya 50 ml (Tabel 4.24).

(62)

Gambar 4.7 Perbandingan hkonv terhadap energi surya yang datang pada variasi 3

Gambar 4.8 Perbandingan ΔT terhadap energi surya yang datang pada variasi 3

Gambar 4.7 menunjukan bahwa hkonv distilasi kain dan distilasi kain bersekat

akan meningkat bersamaan dengan meningkatnya energi surya yang datang, hkonv

distilasi kain lebih besar dibandingkan dengan distilasi kain bersekat. Gambar 4.8

(63)

menunjukan bahwa ΔT distilasi kain dan distilasi kain bersekat akan meningkat

bersamaan dengan meningkatnya energi surya yang datang, kenaikan ΔT distilasi

kain lebih tinggi dibandingkan distilasi kain bersekat. Hal ini menunjukan proses

penguapan dan pengembunan distilasi kain lebih baik dibandingkan distilasi kain

bersekat, sehingga hasil air destilasi kain lebih baik dibandingkan destilasi kain

bersekat.

4.5 Analisis Unjuk Kerja pada Variasi 4 dan 5

Gambar 4.9 Perbandingan efisiensi distilasi kain dengan distilasi kain bersekat pada variasi 4 dan 5

Gambar 4.9 menunjukan bahwa efisiensi distilasi kain pada variasi 4 dan 5

lebih tinggi dibandingkan distilasi kain bersekat. Pada variasi 4 laju aliran 1,2 l/jam

efisiensi distilasi kain adalah 43 % dan efisiensi distilasi kain bersekat adalah 27 %

(64)

efisiensi distilasi kain adalah 46 % dan efisiensi distilasi kain bersekat adalah 29 %

sehingga selisih efisiensinya adalah 17 %. Gambar 4.9 dan Gambar 4.10 dapat

disimpulkan bahwa efisiensi berbanding terbalik dengan hasil air. Hal ini terjadi

karena dengan penambahan kolektor maka energi surya yang diterima distilasi kain

bersekat lebih besar dibandingkan detilasi kain. Hal tersebut yang menyebabkan

efisiensi distilasi kain bersekat lebih kecil dibandingkan dengan distilasi kain.

Gambar 4.10 menunjukan bahwa hasil air distilasi kain bersekat lebih tinggi

dibandingkan distilasi kain, pada laju aliran 1,2 l/jam (variasi 4) hasil air distilasi

kain bersekat adalah 0,95 liter dan distilasi kain adalah 0,77 liter, sehingga selisih

hasil airnya adalah 0,18 liter atau sebesar 19%. Sedangkan pada laju aliran 1,8 l/jam

(variasi 5) hasil air distilasi kain bersekat adalah 1,22 liter dan distilasi kain adalah

0,96 liter, sehingga selisih hasil airnya adalah 0,28 liter atau sebesar 28%.

(65)

Tujuan dari penambahan kolektor pada distilasi kain bersekat adalah untuk

memperbesar proses penguapan dengan pemanasan awal air masukan. Sehingga

ketika air yang masuk kedalam distilasi kain bersekat memiliki temperatur tinggi

maka proses penguapan akan menjadi lebih cepat dan hasil air distilasi juga akan

menjadi lebih tinggi. Gambar 4.10 menunjukkan bahwa selisih hasil air tertinggi

antara distilasi kain dengan distilasi kain bersekat menggunakan kolektor terjadi

pada variasi 5 dengan selisih hasil air sebesar 0,28 liter. Sedangkan pada variasi 4

selisih hasil air antara distilasi kain dengan distilasi kain bersekat sebesar 0,18 liter.

Gambar 4.11 Perbandingan hasil air tiap jam antara distilasi kain dengan distilasi kain bersekat pada variasi 4

Gambar 4.11 menunjukan bahwa pada laju aliran 1,2 l/jam di jam 8 sampai

jam 12 kenaikan hasil air distilasi kain lebih baik dibandingkan distilasi kain

bersekat. Hal ini terjadi karena pada laju aliran yang relatif kecil air akan mengalir

(66)

lebih lama pada kolektor sehingga air yang masuk distilasi kain bersekat akan lebih

lama dibandingkan distilasi kain. Hal tersebut yang menyebabkan di jam 8 sampai

jam 10 kenaikan hasil air yang terjadi pada distilasi kain bersekat sangat kecil,

namun di jam 10 sampai jam 16 hasil air distilasi kain bersekat terus mengalami

kenaikan dan membuat hasil air total lebih tinggi dibandingkan distilasi kain. Hal

tersebut terjadi karena setelah jam 10 sekat-sekat yang terdapat pada absorber telah

teraliri air dan karena air masukan distilasi kain bersekat telah mengalami proses

pemanasan di kolektor maka proses penguapan menjadi lebih cepat.

Gambar 4.12 Perbandingan ΔT tiap jam antara distilasi kain dengan distilasi kain bersekat pada variasi 4

Gambar 4.12 menunjukan bahwa pada jam 8 sampai jam 11 ΔT distilasi kain

lebih tinggi dibandingkan dengan distilasi kain bersekat. Hal ini terjadi karena pada

distilasi kain air terlebih dahulu mengalir pada kolektor, sehingga dengan waktu

(67)

yang bersamaan didalam absorber distilasi kain sudah terdapat air namun pada

distilasi kain bersekat belum, sehingga proses penguapan dan pengembunan pada

distilasi kain sudah terjadi namun pada distilasi kain bersekat belum terjadi. Pada

jam 11 sampai jam 16 ΔT distilasi kain bersekat lebih tinggi dibandingkan distilasi

kain. Hal ini terjadi karena air yang masuk telah mengalami proses pemanasan pada

kolektor, jika pada jam 8 sampai jam 11 air belum mengalir kesemua sekat maka di

jam 11 sampai jam 16 semua sekat telat teraliri air sehingga kapilaritas kain akan

maksimal. Dengan ΔT distilasi kain bersekat yang lebih tinggi dari distilasi kain

maka proses penguapan dan pengembunan yang terjadi lebih baik.

Gambar 4.13 Perbandingan hasil air tiap jam antara distilasi kain dengan distilasi kain bersekat pada variasi 5

Gambar 4.13 dan 4.14 menunjukan kenaikan hasil air dan ΔT distilasi kain

bersekat pada jam 8 sampai jam 16 selalu lebih tinggi dibandingkan distilasi kain.

(68)

Jika pada variasi 4 hasil air dan ΔT di jam 8 sampai jam 11 distilasi kain bersekat

lebih rendah disebabkan karena air terlebih dahulu mengalir pada kolektor,

sehingga dengan waktu yang bersamaan didalam absorber alat distilasi kain sudah

terdapat air namun di alat distilasi kain bersekat belum. Ketika laju aliran air di

naikkan menjadi 1,8 l/jam maka fenomena yang terjadi pada variasi 4 di jam 8

sampai jam 11 sudah tidak terjadi, sehingga membuat kenaikan hasil air dan ΔT

distilasi kain bersekat selalu lebih tinggi dari jam 8 sampai jam 16.

(69)

4.6 Analisis hkonvdan ΔT Variasi 4 dan 5

Gambar 4.15 Perbandingan hkonv terhadap energi surya yang datang pada variasi 4

Gambar 4.16 Perbandingan ΔT terhadap energi surya yang datang pada variasi 4

Gambar 4.15 menunjukan bahwa hkonv distilasi kain dan distilasi kain bersekat

akan meningkat dengan meningkatnya energi surya yang datang, namun hkonv

(70)

distilasi kain bersekat lebih besar dibandingkan distilasi kain. Gambar 4.16

menunjukan bahwa ΔT distilasi kain dan distilasi kain bersekat akan meningkat

bersamaan dengan meningkatnya energi surya yang datang. Kenaikan ΔT rata-rata

distilasi kain bersekat lebih tinggi dibandingkan distilasi kain. Hal ini menunjukan

bahwa proses penguapan dan pengembunan distilasi kain bersekat lebih baik

dibandingkan distilasi kain. Gambar 4.15 dan 4.16 menunjukan adanya kesamaan

proses yaitu hkonv dan ΔT rata-rata distilasi kain bersekat lebih besar dibandingkan

distilasi kain. Dari Persamaan 4 qkonv adalah perkalian antara hkonv dan ΔT, maka

dari Gambar 4.15 dan 4.16 dapat disimpulkan bahwa energi konveksi detilasi kain

bersekat lebih besar dibandingkan distilasi kain. Maka berdasarkan Persamaan 6

dapat dipastikan bahwa energi berguna distilasi kain bersekat terhadap energi surya

yang datang lebih besar dibandingkan distilasi kain bersekat.

Gambar 4.17 Perbandingan hkonv terhadap energi surya yang datang pada variasi 5

(71)

Gambar 4.18 Perbandingan ΔT terhadap energi surya yang datang pada variasi 5

Proses yang terjadi pada Gambar 4.15 dan 4.16 hampir sama dengan proses

yang terjadi Pada Gambar 4.17 dan 4.18 yaitu hkonv dan ΔT distilasi kain dan

distilasi kain bersekat akan meningkat dengan meningkatnya energi surya yang

datang. Selisih hkonv dan ΔT rata-rata pada variasi 5 lebih besar dibandingkan variasi

4. Pada variasi 4 selisih hkonv dan ΔT rata-rata adalah 10 % dan 15 % sedangkan

pada variasi 5 selisih hkonv dan ΔT adalah 25 % dan 55 %. Dengan hkonv dan ΔT

rata-rata pada variasi 5 lebih besar dibandingkan variasi 4 sebesar 15 % dan 35 %,

maka dapat disimpulkan bahwa qkonv dan quap pada variasi 5 lebih besar

dibandingkan variasi 4. Hal inilah yang membuat pada variasi 5 hasil air alat

distilasi kain bersekat lebih baik dibandingkan distilasi kain, dan selisih hasil air

distilasi kain dengan distilasi kain bersekat pada variasi 5 lebih besar dibandingkan

(72)

4.7 Analisis qc dan quap pada Variasi 1 dan 4 Serta Variasi 2 dan 5

Gambar 4.19 Grafik perbandingan qc terhadap energi surya yang datang pada variasi 4 dan 5

Gambar 4.19 menunjukan perbandingan qc terhadap energi surya yang datang

pada variasi 4 dan 5, terlihat bahwa qc pada variasi 4 dan 5 akan meningkat dengan

meningkatnya energi surya yang datang. Pada variasi 5 kenaikan qc lebih besar

dibandingkan variasi 4. Dengan qc yang relatif lebih tinggi terhadap peningkatan

energi surya yang datang, maka hal ini memungkinkan bahwa hasil air pada variasi

(73)

Gambar 4.20 Perbandingan energi berguna distilasi kain dengan distilasi kain bersekat pada variasi 4 dan 5

Gambar 4.20 menunjukan pada variasi 4 dengan quap sebesar 150 Watt/m2

distilasi kain menghasilkan air sebanyak 1832 ml/m2 dan pada distilasi kain

bersekat membutuhkan quap sebesar 188 Watt/m2 untuk menghasilkan air sebanyak

2293 ml/m2. Pada variasi 5 dengan quap sebesar 186 Watt/m2 distilasi kain

menghasilkan air sebanyak 2267 ml/m2 dan pada distilasi kain bersekat

membutuhkan quap sebesar 236 Watt/m2 untuk menghasilkan air sebanyak 2893

ml/m2. Gambar 4.20 menunjukan quap distilasi kain bersekat lebih tinggi dari

distilasi kain karena penambahan energi panas dari kolektor. Energi berguna dari

kolektor (qc) yang yang diterima distilasi kain bersekat dapat di hitung dengan

Persamaan 2 (Tabel 4.22 dan 4.23). Tabel 4.22 dan 4.23 menunjukan qc pada variasi

5 lebih besar dibandingkan variasi 4. Pada variasi 5 qc adalah sebesar 162 Watt/m2

dan pada variasi 4 adalah sebesar 92 Watt/m2. Dengan qc pada variasi 5 lebih besar

(74)

bersekat pada variasi 5 lebih tinggi dibandingkan variasi 4. Selisih hasil air pada

variasi 5 sebesar 22 % dan pada variasi 4 sebesar 20%.

Gambar 4.21 Perbandingan energi berguna distilasi kain dengan distilasi kain bersekat tanpa adanya penambahan qc

Tanpa adanya penambahan qc (Gambar 4.21) ditunjukan bahwa pada variasi

5 quap destilasi kain bersekat turun sebesar 162 Watt/m2 atau sebesar 68 %, dan

pada variasi 4 turun sebesar 92 Watt/m2 atau sebesar 49 %. Dengan dikurangi

penambahan energi berguna dari kolektor sebesar 49 % hasil air pada variasi 4

turun sebesar 1121 ml/m2, sedangkan pada variasi 5 dengan dikurangi penambahan

(75)

Gambar 4.22 Perbandingan energi berguna dan hasil air antara distilasi kain dengan distilasi kain bersekat menggunakan kolektor dan tanpa kolektor

Gambar 4.22 menunjukan perbandingan kenaikan hasil air terhadap energi

berguna dari alat distilasi kain bersekat menggunakan kolektor dan tanpa kolektor.

Tujuan dari pembandingan ini adalah untuk mengetahui kenaikan hasil air terhadap

kenaikan quap yang di akibatkan dari penambahan kolektor. variasi 1 akan

dibandingkan dengan variasi 4 karena laju alirannya sama yaitu 1,2 l/jam, dan

variasi 2 akan dibandingkan dengan variasi 5 karena laju alirannya sama yaitu 1,8

l/jam. Pada variasi 1 hasil air destilasi kain lebih tinggi dibandingkan distilasi kain

bersekat. Hasil air destilasi kain adalah sebanyak 2503 ml/m2 dan distilasi kain

bersekat sebanyak 2161 ml/m2 sehingga selisih hasil airnya adalah 14 %. Setelah

adanya penambahan kolektor hasil air distilasi kain bersekat pada variasi 4 lebih

tinggi dibandingkan distilasi kain. Distilasi kain menghasilkan air sebanyak 1832

ml/m2 dan distilasi kain bersekat menghasilkan air sebanyak 2293 ml/m2 sehingga

Gambar

Gambar  2.1 Skema alat distilasi air yang umum
Gambar  2.2 Distilasi air energi surya jenis absorber bak
Gambar  2.3 Distilasi Air Energi Surya Jenis Absorber Kain
Gambar  2.4  Distilasi air jenis perpaduan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tolak ukur efektivitas pembelajaran adalah hasil belajar siswa pada materi persamaan dasar akuntansi, yang mana hasil belajar siswa ini diperoleh dari post- test yang diberikan

(1) Ketua dan Pembantu Ketua sekolah tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah diangkat dan diberhentikan oleh Menteri, Menteri lain, atau pimpinan lembaga Pemerintah lain

Wahidahwati, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi MSA STIESIA dan selaku Dosen Pembimbing I saya yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran beliau

Dari latar belakang diatas maka timbul ketertarikan dalam menulis tentang “ Analisis Dampak Perubahan Landuse pada Recharge Area Lereng Gunung Merapi Bagian Selatan

Juga teman–teman tersayang Ai, Nurul, Fia, Tiwi, Bang Ronny, Fajar, Yasri, Ari, Mas Ndar beserta seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan, dan tidak lupa kepada Andi,

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, sebagai

Metode canny digunakan pada tahap analisis citra dengan mendeteksi tepi ‘kuat’ dan ‘lemah’ objek citra sinar-x yang kemudian dari hasil deteksi tepi tersebut dilakukan

Kertasari kelompok tani binaan penyuluh kehutanan Belum optimalnya hasil yang diharapkan Meningkata n peran penyuluh - pembuatan demplot persemaian tanaman jambu air/merah pkt